• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOLOGI DASAR LAUT DASAR LAUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MORFOLOGI DASAR LAUT DASAR LAUT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

TOPONIM MORFOLOGI DASAR LAUT

( Tipe Morfologi Perairan Indonesia )

Artikel Ilmiah

Oleh :

LUHUR MOEKTI PRAYOGO 12.03.4.1.1.00079

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

BANGKALAN

(2)

ii

DAFTAR ISI

Halaman judul ... i

Daftar isi ... ii

Kata Pengantar ... iii

Ringkasan ... iv

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 GAMBARAN UMUM ... 2

BAB 3 PEMBAHASAN ... 4

BAB 4 KESIMPUAN DAN SARAN ... 6

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat-Nya maka penulis dapat menyelesaikan penyusunan Artikel Ilmiah yang berjudul

“TOPONIM MORFOLOGI DASAR LAUT” ( Tipe Morfologi Perairan

Indonesia ).

Penulisan Artikel Ilmiah merupakan salah satu tugas yang diberikan dalam mata kuliah Geologi Laut Universitas Trunojoyo Madura.

Dalam Penulisan Artikel Ilmiah ini penulis merasa masih banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang penulis miliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan pembuatan Artikel Ilmiah ini.

Dalam penulisan Artikel Ilmiah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan Artikel Ilmiah ini, khususnya kepada :

1. Bapak Dr. Akhmad Farid, S.Pi., MT. yang sudah memberikan tugas dan petunjuk kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas ini 2. Teman-teman yang sudah membantu

3. Secara khusus penulis menyampaikan terima kasih kepada keluarga tercinta yang telah memberikan dorongan dan bantuan serta pengertian yang besar kepada penulis dalam menyelesaikan Artikel Ilmiah ini

4. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan Artikel Ilmiah ini.

Akhirnya penulis berharap semoga Allah memberikan imbalan yang setimpal pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin Yaa Robbal ‘Alamiin.

Bangkalan, 21 Oktober 2014

(4)

iv Ringkasan

Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km. Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu: [1] Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di bagian timur Indonesia dan; [3] zona transisi.

Dari kenampakkan fisiografi wilayah laut Indonesia maka dapat ditafsirkan secara geologi bahwa perkembangan tektonik antara Indonesia bagian barat dan bagian timur mempunyai perbedaan. Indonesia bagian barat terdiri dari beberapa pulau-pulau besar di mana antara pulau satu dengan lainnya dipisahkan oleh laut dangkal serta mempunyai tatanan tektonik yang lebih saderhana apabila dibandingkan dengan Indonesia bagian timur yang terdiri dari sederetan pulau pulau berbentuk busur lengkung dengan perbedaan bentuk relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam, yang mempunyai palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan tektonik lebih rumit.

Selama 4 tahun sejak 2006 Puslitbang Geologi Kelautan telah melakukan pengumpulan data morfologi dasar laut di perairan Indonesia, dan total morfologi dasar laut yang berhasil didelineasi dan dilengkapi datanya adalah terdiri dari sebelas macam morfologi dasar laut. Sedangkan untuk tahun 2009, total morfologi yang berhasil diinventaris adalah sebanyak 124 morfologi.

(5)

1 I.PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang dipersatukan oleh wilayah lautan dengan luas seluruh wilayah teritorial adalah 8 juta km2, mempunyai panjang garis pantai mencapai 81.000 km, hampir 40 juta orang penduduk tinggal di kawasan pesisir. Luas wilayah perairan mencapai 5,8 juta km2 atau sama dengan 2/3 dari luas wilayah Indonesia, terdiri dari Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) 2,7 juta km2 dan wilayah laut territorial 3,1 juta km2. Luas wilayah perairan Indonesia tersebut telah diakui sebagai Wawasan Nusantara oleh United Nation Convention of The Sea (UNCLOS, 1982).

Wilayah pantai dan laut Indonesia yang selain luas merupakan peluang dan sekaligus tantangan karena dengan semakin terbatasnya sumberdaya mineral dan energi di darat dan faktor resiko kerusakan lingkungan di darat jauh lebih besar maka perhatian kegiatan riset geologi dan geofisika ditujukan ke laut sebagai harapan dimasa datang yang dapat mengungkapkan berbagai

kekayaan sumberdaya mineral dan energi.

Secara fisiografi wilayah laut Indonesia dapat dibagi menjadi tiga wilayah , yaitu: [1]daerah Paparan Sunda terletak di bagian barat Indonesia; [2] Paparan Sahul di bagian timur Indonesia dan; [3] zona transisi. Paparan Sunda meliputi daerah-daerah perairan Selat Malaka, Laut Cina Selatan dan Laut Jawa dengan kedalaman rata-rata mencapai 120 meter membentuk paparan sedimen yang tebal dengan penyebaran yang cukup luas. Paparan Sahul meliputi daerah-daerah di selatan Laut Banda dan Laut Aru. Daerah ini sangat dipengaruhi oleh sistem benua Australia, sehingga sedimen di daerah ini ditafsirkan sebagai sedimen asal kontinen Australia. Sedangkan daerah transisi meliputi daerah-daerah perairan Laut Sulawesi, Laut Maluku, Laut Banda dan Laut Flores.

(6)

2 membujur dengan arah utara-selatan

melalui Selat Makasar dan Selat Lombok (antara P. Bali dan P. Lombok), semula adalah suatu garis yang mumbatasi fauna dan flora yang berbeda antara bagian timur dan barat, tetapi garis ini ternyata juga mamperlihatkan bentuk fisiografi yang barbeda.

Dari kenampakkan fisiografi wilayah laut Indonesia maka dapat ditafsirkan secara geologi bahwa perkembangan tektonik antara Indonesia bagian barat dan bagian timur mempunyai perbedaan. Indonesia bagian barat terdiri dari beberapa pulau-pulau besar di mana antara pulau satu dengan lainnya dipisahkan oleh laut dangkal serta mempunyai tatanan tektonik yang lebih saderhana apabila dibandingkan dengan Indonesia bagian timur yang terdiri dari sederetan pulau pulau berbentuk busur lengkung dengan perbedaan bentuk relief yang sangat menonjol dan dipisahkan oleh laut dalam, yang mempunyai palung-palung dalam dan pegunungan yang tinggi sehingga mempunyai tatanan tektonik lebih rumit.

Tujuan penulisan artikel ilmiah ini adalah untuk mengetahui toponim morfologi dasar laut khususnya yang ada di Indonesia.

II. GAMBARAN UMUM

Panorama permukaan dasar laut atau morfologi merupakan gambaran dasar laut sebagaimana yang ada di daratan, seperti kenampakkan dari: pegunungan, gunung api, lereng, dataran, lembah, parit dan channel. Bentuk morfologi tersebut, umumnya berkaitan dengan proses-proses geologi dari pembentukan dan perkembangannya baik secara sendiri-sendiri maupun secara kelompok.

(7)

3 meter (Timor Trough) hingga lebih

7000 meter (Cekungan Weber). Pada umumnya cekungan di KTI yang terbentuk sangat bervariasi dan terisi oleh sedimen laut dalam yang sangat tipis. Daerah tinggian memperlihatkan bentuk tojolan-tojolan dan lembah sempit yang tajam sebagai penciri utama batuan dasar (Basement Rock). Bentuk-bentuk tersebut tidak terlepas dari pengaruh tumbukan intra mikrokontinen Australia dengan busur Kepuluan Banda. Proses tersebut masih berlangsung hingga saat ini sehingga sedimen-sedimen yang ada selain terdorong ikut penyusupan juga terakresi bahkan membentuk gunung api bawah laut (Sub-marine volcano). Posisi kawasan Indonesia yang terletak pada jalur tektonik tersebut telah memberi pengaruh yang besar terhadap bentukan roman dan morfologi dasar laut Indonesia. Pengaruh langsung tersebut adalah terbentuknya wilayah paparan, tepi margin dan busur kepulauan.

Kondisi morfologi dasar laut Indonesia mempunyai perbedaan mencolok antara kawasan barat dan kawasan timur. Laut Jawa yang

merupakan sistem Paparan Sunda (Sunda Shelf) mempunyai kedalaman dasar laut rata-rata 130 meter, sedangkan Laut Flores dan Laut Banda yang merupakan laut tepi mempunyai kedalaman lebih 5000 meter. Karakteristik laut dan samudra secara umum didasarkan pada kedalaman dasar laut yang dengan mudah dapat diamati dari nilai garis kontur peta batimetri. Untuk sistem samudra terdapat hubungan empiris yang memperlihatkan hubungan antara kedalaman dan umur pembentukannya. Makin tua umur samudra serta proses-proses geologi yang berjalan, akan makin dalam dasar laut tersebut.

(8)

4 permukaan laut tetap diakui sesuai

dengan prinsip-prinsip hukum laut internasional. Apabila di dalam batas teritorial, batas landas kontinen, dan batas zona eksklusif antara dua negara yang bertetangga saling tumpang tindih, maka ditetapkan garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang sama jauhnya dari garis dasar kedua negara itu sebagai batasnya. Pengumuman tentang zona ekonomi eksklusif Indonesia dikeluarkan oleh Pemerintah Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980.

III. PEMBAHASAN

Berdasarkan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 112 Tahun 2006 tentang Tim Nasional Standardisasi Nama-nama Rupa Bumi, dan Keputusan Menteri Urusan Negara Nomor 39 Tahun 2008

tentang Pedoman Umum

Standardisasi Nama-nama Rupa Bumi, Puslitbang Geologi Kelautan adalah anggota tim nasional dan bertanggung jawab melaksanakan proyek terkait bentukan bawah laut Kepulauan Indonesia.

Kegiatan yang dilaksanakan Puslitbang Geologi Kelautan disebut Toponim Bentukan Bawah Laut Perairan Indonesia. Tujuan kegiatan adalah mengumpulkan data, standardisasi penulisan, penentuan, mengumpulkan nama-nama baru, dan mengolah data nama-nama geografis (termasuk elemen-elemen spesifik dan generik), untuk mendapatkan nama-nama bentukan bawah laut di tiap wilayah.

Panduan dan Kebijakan Standardisasi Nama-Nama Bentukan Bawah Laut yang dikeluarkan U.S. Board on Geographic Names, Advisory Committee on Undersea Feature pada tanggal 6 April 1999 juga digunakan dalam aktivitas proyek Bentukan Bawah Laut di Indonesia.

(9)

5 Keluaran dari kegiatan untuk

tahun ini adalah peta final morfologi dasar laut Indonesia. Sedangkan peta morfologi dasar laut, data dasar morfologi dasar laut, dan buku panduan penamaan morfologi dasar laut telah dilakukan pada kegiatan tahun-tahun sebelumnya, yaitu sejak tahun 2006.

Hasil dari penelitian ini adalah informasi tentang unsur-unsur morfologi dasar laut yang terdapat di seluruh perairan Indonesia, yang akan sangat bermanfaat untuk kepentingan kedaulatan wilayah teritorial Indonesia, dan kepentingan navigasi. Seluruh informasi yang terkandung di dalam laporan ini juga diharapkan akan sangat bermanfaat untuk kajian geologi perairan Indonesia, yang akan diaplikasikan untuk mempelajari potensi kebencanaan geologi dan potensi ESDM. Dengan adanya atlas dan data dasar yang lengkap, maka informasi mengenai unsur-unsur morfologi yang terdapat di perairan Indonesia akan dikenal luas, baik di kalangan masyarakat ilmiah maupun masyarakat umum.

Masalah yang menjadi perhatian dalam kajian ini adalah

sebagai negara kepulauan, Indonesia ternyata masih sangat kekurangan data dasar dan informasi. Indonesia sebagai Negara kepulauan dengan posisi geografis terletak di antara beberapa lempeng antara lain lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia menjadikan kondisi setting tektonik Indonesia yang sangat unik dan spesifik. Hal tersebut juga mengakibatkan Perairan Indonesia memiliki morfologi dasar laut yang sangat kompleks, terdiri dari berbagai jenis morfologi seperti cekungan, palung, parit, punggungan, tinggian, busur, dan gunung api.

Selama 4 tahun sejak 2006 telah dilakukan pengumpulan data morfologi dasar laut di perairan Indonesia. Dan total morfologi dasar laut yang berhasil didelineasi dan dilengkapi datanya adalah terdiri dari sebelas macam morfologi dasar laut. Sedangkan untuk tahun 2009, total morfologi yang berhasil diinventaris adalah sebanyak 124 morfologi.

(10)

6 morfologi lama, pembagian menjadi

beberapa morfologi, atau pun ada morfologi lama yang sudah tidak dicantumkan lagi di tahun 2009. Adapun tabulasi total hasil kajian tahun 2006 ditampilkan dalam Tabel 1.

Sedangkan dibawah ini tabulasi total hasil kajian tahun 2007-2009 ditampilkan dalam Tabel 2.

Daftar morfologi yang sudah dideliniasi, selanjutnya disusun dengan menampilkan atribut berupa keterangan-keterangan mengenai nomor morfologi, lokasi perairan, bentuk morfologi, koordinat titik-titik terluar di bagian utara, timur, selatan, dan barat, koordinat titik tengah, kedalaman maksimum dan minimum, luas area, serta referensi.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

(11)

7 Indonesia merupakan negara

kepulauan dengan posisi geografis terletak di antara beberapa lempeng antara lain Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, dan Lempeng Eurasia. Total data yang dikumpulkan dari tahun 2006-2009 bahwasannya perairan Indonesia terbagi menjadi 124 morfologi dari jurang laut yang curam sampai cekungan yang dangkal.

DAFTAR PUSTAKA

British Petroleum Exploration Operating Co.Ltd, 1991, Peta Fisiografi Dasar Laut Indonesia dan Sekitarnya Gabungan Data Satelit SEASAT dan GEOSAT.

Bakosurtanal dan Departemen Kelautan dan Perikanan, 2003, Peta Batas Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Chase,T.E, Seekins,B.A., Youngs, J.D., Prasetyo, H.,1994, Peta Batimetri Indonesia dan Perairan Sekitarnya.

Hardjawidjaksana, K. dan Kristanto, N.A., 1999, Offshore Mineral Resources Map of Indonesia. Pusat Pengembangan Geologi Kelautan, Bandung.

NOAA, 2003, Citra Indonesia.

Prasetyo, H., 1996, Profil Kelautan Nasional : Menuju Kemandirian, Edisi kedua. Panitia Pengembangan Riset dan Teknologi Kelautan serta Industri Maritim.

Referensi

Dokumen terkait

Kapal laut merupakan sarana yang penting di dalam aktifitas hubungan antara masyarakat dari pulau yang satu dengan pulau yang lainnya, hal ini

Jajaran gunung api Indonesia yang terbentuk dari arah barat ke timur ini sesuai dengan teori Mc Caffrey (1988) yaitu di selatan pulau Jawa terdapat palung yang menandakan

Wegener menyatakan bahwa benua- benua terus bergerak melewati dasar laut, sedangkan teori lempeng tektonik menyatakan bahwa benua ibarat rakit yang membeku dalam

LAUT NATUNA NATUNA UTARA LAUT BARAT SUMATERA LAUT SULAWESI LAUT BANDA LAUT JAWA LAUT ARU LAUT FLORES LAUT MALUKU LAUT HALMAHERA LAUT SERAM. LAUT

Jajaran gunung api Indonesia yang terbentuk dari arah barat ke timur ini sesuai dengan teori Mc Caffrey (1988) yaitu di selatan pulau Jawa terdapat palung yang menandakan

Cacing ini mempunyai tubuh yang lunak dan hidup be- bas sebagai fauna dasar (benthic fauna) pada berbagai habitat di dasar laut.. Cacing laut dapat hidup pada perairan dangkal sam-

Lokasi kajian rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue HASIL DAN PEMBAHASAN Faktor Lingkungan Habitat vegetasi rumput laut di pantai Barat Pulau Simeulue memperlihatkan bahwa

Jika dibandingkan dengan lokasi pengamatan di daerah perlindungan laut Pulau Kelapa kondisi kesehatan terumbu karang di daerah perlindungan laut Pulau Pramuka lebih baik di mana