• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Landasan Teori dan Data. 2.1 Pengertian atau Pemaknaan Menurut Teori dan Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II Landasan Teori dan Data. 2.1 Pengertian atau Pemaknaan Menurut Teori dan Kajian Pustaka"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

Landasan Teori dan Data

2.1 Pengertian atau Pemaknaan Menurut Teori dan Kajian Pustaka

2.1.1 Periklanan

Arti Iklan-Periklanan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah :

1. Berita pesanan (untuk mendorong, membujuk) kepada khalayak ramai tentang benda dan jasa yang ditawarkan.

2. Pemberitahuan kepada khalayak ramai mengenai barang atau jasa yang dijual, dipasang dalam media massa seperti surat kabar, majalah.

“Institut Praktisi Periklanan Inggris mendefinisikan: periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasif yang diarahkan kepada calon pembeli yang paling potensial atas produk barang atau jasa tertentu dengan biaya yang semurah-murahnya.” (Frank Jefkins, Periklanan, 1997)

“Bisinis di periklanan itu tiada lain adalah mempengaruhi orang. Mempengaruhi orang bukan pekerjaan yang mudah, konsumen harus bisa kita mengerti secara mendalam karena konsumen merupakan kunci suksesnya suatu kampanye” (David Wong, Tecnical Advisor, 2000)

2.1.2 Komunikasi Massa

“Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televisi), yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khususnya media elektronik). Komunikasi antar-pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi organisasi berlangsung juga dalam proses untuk mempersiapkan pesan yang disampaikan media massa ini.” (Deddy Mulyana, M.A., Ph.D., Ilmu Komunikasi, 2005)

“Komunikasi massa merupakan proses dimana para komunikator profesional menggunakan media yang secara cepat dan periodik menyebarluaskan pesan untuk menginformasikan, mempengaruhi, atau memacu perubahan diantara hadirin yang beragam.” (Roger Fidler, Mediamorfosis, 2003)

“Komunikasi massa adalah Komunikasi yang menggunakan media massa untuk pesan-pesan yang disampaikan.” (wiryanto, 2004:69).

(2)

2.1.3 Kampanye

Pengertian kampanye adalah “kegiatan komunikasi untuk mempengaruhi masyarakat, dengan menggunakan serangkaian usaha tertentu untuk mencapai tujuan tertentu dan dalam waktu tertentu.” (Jhon Adkins Richardsons, Komunikasi Massa, 1997)

“Kampanye merupakan usaha pengarahan, pemerkuat, dan pergerakan kecenderungan yang ada ke arah tujuan yang diperkenankan secara sosial, misalnya pemungutan suara, pembelian barang-barang, peningkatan kesehatan dan keselamatan dan sebagainya.” (Dennis McQuail, Teori Komunikasi Massa, 1987)

“Suatu seri aksi dalam bentuk pesan iklan yang mempunyai satu main idea dan tema yang menghasilkan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Kampanye periklanan ada di bermacam media dalam jangka waktu spesifik.” (George & Michael Velch)

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Kampanye adalah :

1. Gerakan (tindakan) serentak (untuk melawan, mengadakan aksi, dsb);

2. Kontes yang dilaksanakan oleh beberapa organisasi politik atau beberapa calon yang bersaing memperebutkan kedudukan di perlemen, dsb, untuk mendapatkan dukungan massa.

Sedangkan pengertian Kampanye sosial dalam dunia periklanan: “Public service advertising adalah iklan non komersial yang bertujuan menjual gagasan atau ide untuk kepentingan dan atau pelayanan masyarakat.” (Agus S Madjadikara, Bagaimana Biro Iklan Memproduksi Iklan, 2004)

2.2 Data dan Fakta

2.2.1 Topik

2.2.1.1 Terumbu Karang Definisi Terumbu Karang

Karang adalah sekumpulan koloni hewan-hewan kecil yang disebut polip. Ada dua macam karang, yaitu karang batu (hard corals) dan karang lunak (soft corals). Kerangka karang batu terbuat dari kalsium karbonat atau zat kapur dan merupakan karang pembentuk terumbu karena tubuhnya yang keras seperti batu. Karang batu bersimbiosis dengan alga yang disebut zooxanthellae dalam memenuhi kebutuhan energinya. Karang batu hanya hidup di perairan dangkal dimana sinar matahari masih didapatkan. Karang lunak bentuknya seperti tanaman dan tidak bekerja sama dengan alga. Karang lunak dapat hidup baik di perairan dangkal maupun di perairan dalam yang gelap.

(3)

Terumbu karang adalah kombinasi dari berbagai bentuk kehidupan, seperti: karang batu, karang lunak, ikan, sponges, crustaceans, cacing laut, alga, penyu, lumba-lumba dan berbagai makhluk hidup laut lainnya.

Struktur Terumbu Karang

Bentuk yang paling sederhana dari karang, terdiri dari sebuah polip yang mempunyai bentuk seperti tabung dengan mulut di bagian atas yang dikelilingi oleh tentakel, yaitu bagian tubuh yang berfungsi menangkap makanan; sementara ruang berongga di bagian dalam polip adalah bagian perut hewan karang ini. Polip membangun kerangka yang berbentuk seperti cangkir di sekeliling tubuhnya, yang terbuat dari kalsium karbonat (kapur) yang diperoleh dari air laut. Kumpulan polip membangun sebuah koloni. Koloni dapat berbentuk struktur karang seperti pohon, piringan atau gundukan (dari puncak hingga bagian dasarnya).

Sumber Kehidupan Karang

Karang makan dengan menggunakan serangkaian tentakel yang terdapat di sekeliling mulut polip. Tentakel tersebut menutup pada siang hari dan membuka seperti bunga-bunga kecil pada malan hari. Tentakel membuka untuk menangkap organisme laut kecil yang mengambang di laut yang disebut plankton. Sel-sel penyengat (nematocysts) pada tentakel berfungsi melumpuhkan plankton, yang kemudian masuk ke mulut polip melalui pergerakkan tentakel. Makanan yang diperoleh dengan cara tersebut, hanya menghasilkan sekitar seperlima bagian energi yang dibutuhkan karang. Sedangkan empat per lima bagian energi lain yang dibutuhkan, bersumber dari sinar matahari.

Di dalam jaringan kulit polip karang hidup ribuan alga simbion (zooxanthellae). Zooxanthellae mengambil energi dari sinar matahari (melalui proses fotosintesis) dan membagikannya kepada polip karang. Karang bagaikan mempunyai lahan sawah kecil di permukaan tubuh yang menjadi sumber makanannya. Zooxanthellae memberi berbagai warna unik pada karang, mereka bersama-sama menghasilkan rangkaian pelangi warna pada terumbu karang. Bahkan, zooxanthellae turut membantu pembentukan kerangka kapur melalui proses fotosintesis. Pada saat fotosintesis, zooxanthellae mengambil zat kapur dari air laut, yang kemudian dimanfaatkan oleh polip karang untuk membuat kerangka kapur.

(4)

Sangatlah penting bagi karang untuk mendapatkan cukup sinar matahari, karena sinar matahari merupakan kebutuhan inti dari zooxanthellae. Perairan yang keruh akibat lapisan lumpur/sedimen dan jumlah rumput laut yang berlebihan di sekitar terumbu karang, seringkali menghalangi masuknya sinar matahari dan membunuh terumbu karang. Polip karang dapat menghasilkan semacam lendir serta menggerakkan tentakelnya sebagai upaya membersihkan diri dari lumpur. Akan tetapi, pergerakan tentakel dan mulut polip biasanya terhambat oleh lumpur.

Jika karang berada di bawah tekanan kondisi lingkungan yang buruk, seperti tingginya suhu perairan, kadar air tawar ataupun pencemaran, zooxanthellae akan meninggalkan tubuh polip karang menuju kolom perairan. Akibatnya, karang akan berubah warna menjadi putih untuk sementara waktu dan proses pertumbuhannya terhambat. Peristiwa itu disebut pemutihan karang (coral bleaching). Karang yang memutih dapat pulih kembali apabila faktor-faktor pengganggunya dihilangkan.

Karang yang berubah warna menjadi putih tidak selalu menandakan adanya pemutihan. Karang mati juga berwama putih, polip-polip yang berwama tidak lagi hidup di permukaan koloni dan yang hanya tersisa kerangka karang mati berwama putih.

Pertumbuhan Terumbu Karang

Karang membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tumbuh. Karang yang memiliki daya tumbuh tercepat hanya bertambah 10 cm per tahun, karang bercabang tumbuh sekitar setengah hingga beberapa sentimeter per tahun, sedangkan diameter karang merambat dan karang otak hanya bertambah beberapa milimeter setiap tahun. Cabang sebuah karang memerlukan waktu sekitar 15 tahun untuk tumbuh, sedangkan keseluruhan koloninya 30 hingga 50 tahun. Diketahui, karang otak yang tingginya 3 meter membutuhkan waktu lebih dari 1.000 tahun untuk tumbuh.

Fungsi Terumbu Karang

Zona pesisir Indonesia menopang kehidupan sekitar 60% dari 182 juta penduduk Indonesia. Pada beberapa wilayah tertentu, komunitas lokal sangat bergantung kepada banyak tipe terumbu karang dan hewan laut di terumbu karang. Beberapa fungsi terumbu karang antara lain:

• Melindungi pantai dari pengikisan oleh ombak dan arus

• Terumbu karang yang sehat menyediakan tempat tinggal, tempat berlindung, tempat berkembang biak, dan sumber makanan bagi ribuan biota laut

• Menyediakan sumber protein bagi masyarakat

(5)

• Sebagai salah satu sumber obat-obatan untuk berbagai macam penyakit • Menjaga keseimbangan ekosistem laut dan bumi secara keseluruhan

• Mengurangi ancaman perubahan iklim global dengan melepaskan oksigen untuk pernapasan dan menyerap karbon dioksida

• Terumbu karang secara tradisional dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, bahan campuran semen. Kerang raksasa diambil cangkangnya, dan digunakan sebagai bahan pembuat lantai bangunan.

Nilai Ekonomis Terumbu Karang

Di Indonesia terumbu karang mampu mendukung kehidupan jutaan penduduk, khususnya dalam sektor perikanan dan pariwisata. Dari 1 km2 terumbu karang yang sehat, dapat

diperoleh 20 ton iklan yang cukup untuk memberi makan 1.200 orang di wilayah pesisir setiap tahun (Burke dkk., 2002). Ikan laut menyediakan 60% dari protein hewani yang dikonsumsi penduduk Indonesia.

Hewan dan tumbuhan yang hidup di sekitar terumbu karang berpotensi dijadikan bahan baku obat-obatan, kosmetik, serta dimanfaatkan dalam industri biokimia. Beberapa jenis hewan dan tumbuhan tersebut antara lain : sepon (sponges), tunikata, bryozoa, dan oktokoral yang diketahui menghasilkan senyawa kimia yang berguna sebagai bahan antibiotika, antiradang ataupun antikanker.

Walaupun tidak semua hewan karang tampaknya bermanfaat, keindahan mereka memiliki nilai ekonomis yang sangat tinggi. Setiap tahun, baik wisatawan asing maupun nusantara banyak yang mengunjungi wilayah pesisir Indonesia untuk menikmati keindahan pantai dan terumbu karang, dengan berenang maupun menyelam.

Kehadiran terumbu karang juga terbukti menguntungkan masyarakat pesisir. Terumbu karang mampu melemahkan hempasan ombak atau gelombang badai dan mencegah kerusakan bernilai miliaran rupiah. Hamparan terumbu yang mengelilingi pesisir dan pulau menciptakan laguna (perairan dangkal antara puncak terumbu dan daratan) yang tenang tanpa ombak, sehingga menjadi daerah yang tepat untuk memancing ikan serta mengambil kerang dan rumput laut di segala cuaca. Laguna yang tenang juga menjadi jalan bagi perahu yang membawa penumpang dan barang-barang kebutuhan masyarakat. Terumbu karang dapat menjadi pelindung pelabuhan, dermaga, perahu, rumah, dan masyarakat dari ancaman ombak ataupun gelombang badai.

Selain sebagai pelindung, terumbu karang merupakan penghasil pasir. Pantai berpasir yang indah atau bahkan pasir untuk bahan bangunan, dihasilkan dari proses pengikisan terumbu

(6)

karang oleh ombak dan kegiatan hewan laut. Misalnya saja, ikan kakatua yang memakan karang dan mengubahnya menjadi partikel-partikel pasir. Dalam setahun, sekelompok ikan kakatua dapat menghasilkan sekitar 2,5 ton pasir per hektar (salvat, 1987). Tanpa terumbu karang sehat yang terus tumbuh dan menghasilkan pasir, pantai berpasir perlahan-lahan akan musnah.

(“Selamatkan Terumbu Karang Indonesia”: Buku Paduan Pelestarian Terumbu Karang. Terj. Dari Save Our Coral Reefs: A Coral Reef Care Manual. Oleh: Razak, T.B. & K.L.M.A Simantupang. Yayasan Terangi).

Faktor yang Merusak Terumbu Karang

Dua faktor yang dapat menyebabkan kerusakan terumbu karang, yaitu faktor alam dan manusia. Kerusakan terumbu karang yang diakibatkan faktor alam, antara lain: hempasan ombak, berbagai jenis ikan serta hewan laut yang memangsa karang. Akan tetapi regenerasi dan pertumbuhan terumbu karang yang sehat masih dapat menggantikan kerusakan yang disebabkan tersebut.

Berbagai kegiatan manusia seringkali menjadi faktor utama yang mengancam kelestarian terumbu karang. Dengan mempelajari setiap dampak yang mungkin timbul, kita dapat mencegah atau menghindari kegiatan-kegiatan semacam itu. Faktor-faktor yang Merusak Terumbu Karang :

• Penangkapan ikan yang merusak, meliputi penggunaan dinamit sebagai alat pengebom, penggunaan sianida sebagai racun, teknik muro-ami dan jaring penangkap ikan merusak (contohnya bubu)

• Pengendapan/sedimentasi • Penambangan karang

• Pencemaran lingkungan dengan berbagai jenis limbah dan sampah yang sampai ke laut • Pembangunan di wilayah pesisir dan perubahan tata guna lahan

• pembangunan sarana pariwisata yang merubah bentang alam dan keaslian ekosistem

• penggunaan jangkar pada kegiatan kebaharian, termasuk kegiatan penyelaman yang merusak terumbu karang.

• Aliran air tawar • Pemanasan suhu bumi • Uji coba senjata militer

(7)

Kerugian yang Ditimbulkan karena Hancurnya Terumbu Karang

Secara keseluruhan, Caesar (1996) memperkirakan kerusakan 1 km2 terumbu karang akan

menimbulkan kerugian yang berkisar antara 140.000-1.200.000dolar AS. Besarnya angka kerugian itu diakibatkan:

• Penurunan hasil tangkapan ikan

• Minat pariwisata serta kerusakan di wilayah pesisir

Sebagai contoh, kegiatan penangkapan ikan dengan bahan peledak selama lebih dari 20 tahun, menimbulkan kerugian antara 91.000-700.000 dolar AS per km2 terumbu karang.

Jumlah tersebut tidak sebanding dengan pendapatan nelayan pengebom ikan, yaitu hanya 15.000 dolar AS per km2 (Burke dkk.,2002).

Kerusakan terumbu karang juga menurunkan hasil tangkapan ikan. Terumbu karang yang rusak hanya menghasilkan lebih kurang 5 juta ton ikan per tahun atau 0,25% dari produktivitas terumbu karang yang sehat. Dengan produktivitas yang menurun tajam itu, produksi ikan hanya cukup untuk konsumsi 300 orang. Akhirnya hal tersebut dapat menyebabkan penurunan kualitas gizi masyarakat dan kesehatan anak-anak serta penigkatan angka kematian.

Dalam rentang waktu 20 tahun sejak tahun 1999, kerugian yang dialami Indonesia akibat kerusakan terumbu karang diperkirakan akan mencapai 3 miliar dolar AS (Spalding dkk., 2001). Kerugian sebesar ini baru berasal dari sektor perikanan dan pariwisata saja. Sementara itu, kerugian akibat hilangnya fungsi pelindung, serta sumber mata pencaharian bagi generasi muda tak terhitung lagi besarnya.

(“Selamatkan Terumbu Karang Indonesia”: Buku Paduan Pelestarian Terumbu Karang. Terj. Dari Save Our Coral Reefs: A Coral Reef Care Manual. Oleh: Razak, T.B. & K.L.M.A Simantupang. Yayasan Terangi).

2.2.1.2 Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu di Utara Jakarta sebenarnya tidak memiliki seribu buah pulau, hanya 105 buah pulau yang terbentuk dari gugus terumbu karang yang tumbuk sejak 12 ribu tahun yang lalu.

Gugus kepulauan ini merupakan salah satu ekosistem terumbu karang yang pertama kali diteliti di Indonesia. Saat pertama kali diteliti pada tahun 1920, kawasan ini diakui akan keindahan maupun peranannya bagi masyarakat. Dalam perkembangannya, kawasan ini berfungsi sebagai pelabuhan dan jalur pelayaran yang semakin padat dari waktu ke waktu. Aktivitas manusia yang semakin padat menyebabkan tingginya dampak lingkungan seperti polusi, perikanan yang merusak, hingga perubahan iklim.

(8)

Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu ditetapkan menjadi Taman Nasional Laut dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 162/Kpts-II/1995 dan No. 6310/Kpts-II/2002 yang dikelola oleh Balai Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Departemen Kehutanan. Luas wilayah 107.489 hektar dengan sekitar 78 buah pulau termasuk ke dalam taman nasional. Pulau-pulau yang terdapat di Kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan tempat ideal untuk snorkeling, berenang, atau menyelam.

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu (TNKpS), merupakan kawasan perairan laut sampai batas pasang tertinggi, pada geografis antara 5°24' - 5°45' LS dan 106°25' - 106°40' BT, termasuk kawasan darat Pulau Penjaliran Barat dan Pulau Penjaliran Timur seluas 39,50 hektar. Temperatur sepanjang tahun umumnya berkisar antara 21°C-32°C dengan kelembaban udara rata-rata 80%.

Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu tersusun oleh Ekosistem pulau-pulau Sangat Kecil dan Perairan Laut Dangkal, yang terdiri dari Gugus Kepulauan dengan 78 pulau sangat kecil, 86 Gosong Pulau dan hamparan laut dangkal pasir karang pulau sekitar 2.136 hektar (Reef flat 1.994 ha, Laguna 119 ha, Selat 18 ha dan Teluk 5 ha), terumbu karang tipe tepi (fringing reef), Mangrove dan Lamun bermedia tumbuh sangat miskin hara/lumpur, dan kedalaman laut dangkal sekitar 20-40 m. Dari jumlah pulau yang berada di dalam kawasan TNKpS yang berjumlah 78 pulau, diantaranya 20 pulau sebagai pulau wisata, 6 pulau sebagai hunian penduduk dan sisanya dikelola perorangan atau badan usaha. Tidak semua pulau yang termasuk di dalam gugusan Kepulauan Seribu didiami manusia. Sebagaimana banyak pulau-pulau lainnya di Indonesia, sebagian besar pulau-pulau di Kepulau-pulauan Seribu tidak berpenghuni. Gugusan Kepulauan Seribu memiliki potensi yang tidak kecil untuk pengembangan berbagai macam industri, antara lain pertambangan, perikanan serta yang paling utama ialah pariwisata. Untuk menjaga kelestarian lingkungan serta keseimbangan ekologi, Pemerintah membagi gugusan kepulauan ini menjadi tiga zona.

• Zona pertama, diperuntukkan bagi eksploitasi sumber daya alam. Kekayaan di dalamnya bisa diambil dan dimanfaatkan sepenuhnya untuk kepentingan industri. Misalnya adalah terumbu karang mati yang dieksploitasi untuk kepentingan industri ubin teraso atau lainnya. • Zona kedua, adalah pulau-pulau yang khusus disediakan untuk taman nasional atau tujuan

wisata alam.

• Zona ketiga, ditentukan sebagai kawasan cagar alam yang dilindungi.

Potensi Sumber Daya Alam

Kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu mempunyai potensi sumber daya alam laut yang sangat tinggi dengan keanekaragaman jenis dan ekosistem yang unik dan khas, seperti

(9)

terumbu karang; ikan hias dan ikan konsumsi; echinodermata; crustacea; molusca; penyu; tumbuhan laut dan darat; mangrove; padang lamun; dan lain-lain.

Terumbu karang di kawasan perairan ini membentuk ekosistem khas daerah tropik, pulau-pulaunya dikelilingi terumbu karang tepian (fringing reef) dengan kedalaman 1-20 meter. Fenomena dan keindahan alamn tersebut merupakan objek wisata yang potansial, sumber rekruitmen perikanan serta menyimpan sejuta rahasia alam yang merangsang untuk digali sebagai sumber penelitian dan pendidikan.

Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu untuk pengembangan pariwisata seluas 872,06 ha dengan kapasitas pengunjung 2.318 Orang per hari, diantaranya 795,38 ha (1.699 Orang per hari (73 %) adalah kapasitas dalam kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu).

Pulau Tujuan Wisata

Semakin jauh pulau tujuan wisata dari Teluk Jakarta, semakin bersih pula pantai dan laut sekitarnya. Berikut ini adalah daftar pulau-pulau yang sudah dikembangkan menjadi pulau resor: • Pulau Kahyangan • Pulau Pabelokan • Pulau Bidadari • Pulau Onrust • Pulau Edam • Pulau Kelor • Pulau Rambut • Pulau Ayer • Pulau Puteri • Pulau Sepa

• Pulau Pantara Barat dan Pantara Timur • Pulau Bira Besar (Bira Island)

• Pulau Kotok • Pulau Pelangi • Pulau Papa Theo • Pulau Laki • Pulau Pamagaran • Pulau Sabira

• Pulau Saktu dan Pulau Penike

Pulau-pulau Tujuan Para Penyelam • P. Kotok • P. Papa Theo • P. Peniki • P. Matahari • P. Gosonglaga • P. Sepa

(10)

Kegiatan Wisata Bahari

Kegiatan wisata bahari di kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu dapat dilakukan di Zona Pemanfaatan Wisata. Secara Umum objek wisata bahari di Kepulauan Seribu terdiri dari dua kategori, yaitu wisata eksklusif dan wisata tradisional. Wisata eksklusif dapat dilaksanakan di pulau-pulau resort wisata dalam kawasan taman nasional, diantaranya adalah Pulau Kotok, Pulau Sepa, Pulau Bira Besar, Pulau Putri, Pulau Matahari, dan Pulau Pantara. Masing-masing resort wisata ini mempunyai daya tarik yang berbeda. Objek wisata yang dapat dinikmati di pulau resort, antara lain terumbu karang di spot-spot diving di sekitar pulau; akuarium bawah laut (P.Putri); jetsky; memancing; banana boat; kolam renang; tenis; golf (P. Bira Besar), serta wisata air lainnya.

2.2.2 Perusahaan / Lembaga Terkait

1. Yayasan Terangi

Yayasan Terumbu Karang Indonesia (TERANGI) didirikan pada bulan September 1999 . Terangi merupakan yayasan nirlaba yang bertujuan mendukung konservasi dan pengelolaan sumberdaya terumbu karang Indonesia secara berkelanjutan. Yayasan Terangi didukung oleh beberapa pihak penyandang dana antara lain David & Lucile Packard Foundation, The Ocean Foundation dan Yayasan KEHATI. Pada kampanye CAREef, yayasan Terangi merupakan penyelenggara sekaligus penggalang dana kampanye.

Visi

Terbentuknya masyarakat yang dapat mengelola sumberdaya terumbu karang secara terpadu dan berkelanjutan untuk menghindarkan terjadinya kerusakan, pemborosan, dan hilangnya sumberdaya terumbu karang yang disebabkan oleh pengambilan yang berlebihan, penggunaan yang merusak, dan ketidak pedulian.

Misi

• Mendukung kelestarian dan pengelolaan sumberdaya terumbu karang.

• Meningkatkan kesadaran tentang arti penting dan ancaman terhadap terumbu karang.

Kegiatan yang dilakukan

• Membantu perkembangan studi dan penelitian ilmiah mengenai keanekaragaman hayati dan ekologi terumbu karang.

• Pendayagunaan komunitas lokal dan pihak-pihak yang terkait melalui pendidikan dan pelatihan partisipatif dalam rangka pengelolaan sumber daya terumbu karang secara efektif dan berkelanjutan.

• Mendukung penelitian dan kegiatan publikasi keanekaragaman dan ekologi terumbu karang.

(11)

• Mendukung pengumpulan dan penyebaran data dan informasi aspek terumbu karang • Mendukung perkembangan dan penerapan kebijakan yang berkaitan dengan terumbu

karang.

2. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu (BTNKpS)

Balai TNKpS adalah Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang konservasi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang berada dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Departemen Kehutanan.

Tugas Balai Taman Nasional adalah melaksanakan pengelolaan ekosistem kawasan taman nasional dalam rangka konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

Fungsi dalam pelaksanaan tugas Balai Taman Nasional adalah :

1. Penyusunan rencana, program dan evaluasi pengelolaan taman nasional. 2. Pengelolaan taman nasional.

3. Pengawetan dan pemanfaatan secara lestari taman nasional.

4. Perlindungan, pengamanan dan penanggulangan kebakaran taman nasional.

5. Promosi dan informasi, bina wisata dan cinta alam, serta penyuluhan konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya.

6. Kerjasama pengelolaan taman nasional.

7. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga.

2.2.3 Sasaran

Berdasarkan kriteria kepariwisataan berupa keindahan alam, keaslian panorama alam, keunikan ekosistem, tidak adanya gangguan alam yang berbahaya, dan ketersediaan sarana dan prasarana pendukung, kapasitas Kepulauan Seribu memiliki potensi yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata.

Pariwisata adalah salah satu dari industri terbesar di dunia dan sedang berkembang dengan cepat. Di lain pihak, pariwisata juga dapat merusak ekosistem alam, jumlah turis yang semakin meningkat membutuhkan infrastruktur yang lebih besar dan ini dapat menimbulkan polusi dan penuruan mutu lingkungan. Mengeksplor alam, berpergian ke tempat yang baru, mendapatkan pengetahuan mengenai tradisi dan budaya yang berbeda merupakan pengalaman yang sangat menyenangkan, tetapi memelihara kekayaan alam untuk generasi selanjutnya dapat menjadi suatu tantangan.

Sasaran dalam kampanye ini adalah menyadarkan dan mengajak para turis melakukan kegiatan wisata secara bertanggung jawab yang berorientasi pada pelestarian lingkungan. Dengan mengikuti paduan wisata yang berorientasi pada pelestarian lingkungan, turis

(12)

diharapkan dapat meminimalisasi efek negatif pada ekosistem, serta meningkatkan keadaan ekonomi masyarakat di Kepulauan Seribu, sehingga masyarakat tidak lagi disudutkan untuk melakukan perusakan dan eksploitasi berlebihan pada terumbu karang.

Target Audience

Target audience dari kampanye ini adalah wisatawan dan calon wisatawan Kepulauan Seribu dengan rincian sebagai berikut:

Demografis : pria & wanita Usia 19-35 tahun

Hidup di perkotaan

Pendidikan minimal SMU Psikografis : Open minded

Decision Maker

Independent Memiliki jiwa petualang

Maskulin Status Ekonomi Sosial A - B

Pendapatan diatas Rp 5 juta per bulan

Lifestyle sering melakukan refreshing menikmati keindahan alam, menghindar sejenak dari kehidupan kota yang padat dan sumpek

Consumer Insight wisatawan mengunjungi Kepulauan Seribu untuk penyegaran pikiran, bersantai, menikmati keindahan alam pesisir dan bawah laut.

Beberapa alasan mengapa semakin banyak orang yang menyukai olahraga scuba diving, antara lain:

• Membuat mereka menjadi lebih dekat dengan kehidupan bawah laut yang beraneka ragam: berbagai binatang bawah laut (termasuk beribu-ribu macam ikan dan makhluk laut) dengan jenis, warna dan bentuk yang beraneka ragam ditambah dengan pemandangan terumbu karang akan meninggalkan pengalaman yang indah dan menarik. • Setiap penyelaman menawarkan pengalaman unik: selain dari kenyataan bahwa terdapat

banyak variasi dalam diving, setiap penyelaman adalah pengalaman unik yang berbeda-beda, keanekaragaman bawah laut sangat menarik sehingga menciptakan pengalaman yang luar biasa.

• Memberikan penemuan yang baru: pemandangan bawah laut adalah dunia yang sangat berbeda. Selain dari makhluk bawah laut dengan warna dan bentuk yang luar biasa, masih banyak hal lain yang dapat dilihat dan ditemukan di bawah laut.

• Sangat mendidik: olah raga ini tidak semata- mata hanya turun ke bawah laut dan mengeksplore dunia bawah laut. Menyelam adalah olahrga dimana para penyelam

(13)

mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus belajar banyak informasi mengenai binatang-biantang laut pada saat yang bersamaan. Bagian pertama sebelum penyelaman sudah merupakan pendidikan tersendiri dimana persiapan peralatan dan teknik menyelam dilakukan melalui pelatihan yang mempunyai standar nasional maupun internasional.

• Merupakan aktifitas outdoor yang menyegarkan: Banyak orang mengatakan bahwa menikmati pemandangan aquarium adalah salah satu cara untuk mendapatkan kedamaian pikiran setelah seharian bekerja. Dunia bawah laut memberikan lingkungan yang jauh lebih indah dan menyegarkan.

• Memberikan kesempatan dalam lapangan pekerjaan: Orang-orang seperti penyelam profesinal dibayar untuk melakukan berbagai tugas seperti penelitian bawah laut, survey teknik dan inspeksi, operasi “search and recovery”, sera fotografi dan cinematografi bawah laut.

• Mengakomodasikan studi dan penelitian tentang kelautan: tipe olahraga ini memberikan konstribusi besar dalam sebagian besar penelitan dan investigasi bawah laut.

Deskripsi Target Audience

Peter adalah seorang eksekutif muda berumur 27 tahun dan tinggal di Jakarta. Ia sudah berkeluarga tetapi belum memiliki anak. Istrinya berumur setahun lebih muda, dan membuka sebuah toko baju di mangga dua.

Peter bekerja sebagai insinyur bangunan di Jakarta. Sehari-harinya Peter memiliki kesibukan yang sangat padat, dengan jam kerja rata-rata 8 sampai 10 jam.

Sejak kecil, keluarga Peter sering mengajaknya ke pantai untuk berlibur. Keindahan pantai dan laut menyebabkan Peter tertarik untuk mempelajari olahraga menyelam. Ia mulai belajar meyelam sejak mahasiswa. Bersama instruktur selam, Ia berlatih empat kali menyelam di kolam renang, empat kali teori dan mengalami satu kali ujian untuk mendapatkan serifikat menyelam ADS sebagai penyelam open water. Hobinya tersebut berlanjut sampai sekarang, sampai sang istri pun berlatih menyelam.

Di sela-sela padatnya aktifitas kerja, Peter selalu mengisi waktu liburnya berwisata ke pantai, bersantai, menikmati indahnya pantai, memancing, dan pastinya menyelam. Karena letaknya yang dekat dengan Jakarta, mereka seringkali berkunjung ke Kepulauan Seribu baik dengan keluarga maupun teman. Kadang Peter menyayangkan teman-temannya yang seringkali menendang, menginjak karang, membawa pulang karang hidup maupun mati untuk kenang-kenangan tanpa merasa bersalah sedikitpun.

(14)

Peter yang seringkali datang ke Kepulauan Seribu, menyadari semakin menyusutnya tutupan terumbu karang yang ada di sana dari tahun ke tahun. Sewaktu kecil, terumbu dan ikan-ikan kecil dapat terlihat dengan jelas di dekat sermaga pulau tanpa harus bersusah payah. Sekarang ia harus menaiki perahu, lebih jauh dari dermaga, kadang malah harus ke daerah pulau lain untuk dapat melihat terumbu karang yang masih asri. Peter ingin melakukan sesuatu untuk mencegah kepunahan terumbu karang di Kepulauan Seribu, tapi sampai saat ini belum ada paduan yang jelas untuk berwisata secara ramah lingkungan di Kepulauan Seribu.

2.2.4 Media yang Digunakan

Secara umum, media yang digunakan terbagi menjadi dua yaitu media above the line dan below the line

. Media

below the line yang digunakan antara lain: poster, sticker, leaflet, folder, ambient media (tempat sampah, payung dan kursi pantai, dan kipas), papan informasi wisata, serta gimmick.

Sedangkan media

above the line yang digunakan dalam kampanye tersebut antara lain: print ad (majalah, koran), iklan banner, billboard, dan TVC. Mengenai deskripsi media secara lebih detail akan dijelaskan pada bab berikutnya

2.2.5 Tinjauan Terhadap Kampanye

Untuk mencapai hasil yang optimal dalam melaksanankan kampanye pelestarian terumbu karang di Kepulauan Seribu yang akan dilakukan pada tahun 2007-2008, sangat penting untuk memperhatikan kondisi masyarakat Indonesia, terutama kelompok target sasaran kampanye. Pemikiran-pemikiran, kecenderungan tingkah laku masyarakat, program-program kampanye sejenis, serta berbagai fenomena yang mungkin menjadi hamabatan di kemudian hari menjadi poin-poin penting dalam pelaksanaan kampanye tersebut.

Kondisi Sasaran

Kelompok sasaran kampanye CAREef yaitu wisatawan, kalangan menengah ke atas usia 19-35 tahun memiliki karakter open minded, independen, maskulin dan berjiwa petualang.

Aktivitas Sehari-hari

Kelompok sasaran kampanye tersebut memiliki kesibukan yang padat sehari-harinya, dengan jam kerja rata-rata 8 sampai 10 jam. Kepadatan aktivitas berkerja tersebut menyebabkan mereka membutuhkan waktu refresing di sela-sela liburan untuk menyegarkan pikiran. Karena letaknya yang dekat dengan Jakarta, mereka seringkali berkunjung ke Kepulauan Seribu baik dengan keluarga maupun teman untuk melakukan refresing menikmati keindahan terumbu karang dengan menyelam, memancing dan snorkeling.

(15)

Kerangka Berpikir

Selama di Kepulauan Seribu mereka berusaha tidak memikirkan tentang pekerjaan, tujuan mereka datang adalah untuk berwisata, melepaskan diri dari aktivitas kerja dan kepadatan kota yang semakin lama semakin sesak. Mereka mengagumi keindahan alam Kepulauan Seribu, terutama terumbu karang yang berwarna-warni. Setiap kali mereka datang ke menikmati indahnya terumbu karang, mereka menyayangkan semakin rusaknya terumbu karang di Kepulauan Seribu dari waktu ke waktu.

Kecenderungan Tingkah laku

Targetsasaran memiliki kecenderungan untuk merusak terumbu karang tanpa mereka sadari. Beberapa sebab wisatawan kadang merusak terumbu karang, antara lain:

• Penyelam seringkali terpesona oleh keindahan terumbu karang yang terlihat di depan mata, sehingga mereka tidak menyadari keberadaan terumbu karang di sekitar mereka dan tanpa sadar menendang atau menyentuhnya.

• Penyelam seringkali mengambil terumbu karang untuk dijadikan suvernir/kenang-kenangan.

• Wisatawan (diver dan Snorkeler) yang lelah, seringkali beristirahat dengan berdiri atau duduk di atas terumbu karang.

• Wisatawan yang berada di dermaga atau di kapal, seringkali membuang sampah ke laut. Mereka merasa malas membuang sampah pada tempatnya, dan menganggap laut adalah tempat sampah yang super besar. Padahal sampah permukaan di laut menutupi intensitas cahaya matahari yang sampai ke terumbu karang. Penyu dan hewan laut lainnya juga seringkali menyangka sampah plastik adalah ubur-ubur, dan akhirnya mati tersedak plastik.

Hambatan yang ada

Beberapa hal yang menghambat wisatawan melakukan wisata tanpa merusak terumbu karang antara lain :

• Banyaknya kursus menyelam kilat, sehingga para calon penyelam belum menguasai teknik menyelam dengan sempurna saat melakukan penyelaman, serta tidak adanya waktu dari instruktur selam dalam memberikan penjelasan mengenai penyelaman yang aman bagi terumbu karang.

• Instruktur selam sering membawa para penyelam pemula untuk langsung terjun menyelam di daerah tutupan terumbu karang yang masih indah. Padahal penyelam pemula seringkali panik, menendang, dan berdiri di atas karang hidup, yang menyebabkan rusaknya terumbu karang.

(16)

• Tempat wisata menyelam di Kepulauan Seribu belum memiliki peralatan menyelam (google/diving mask) yang baik dan nyaman digunakan. Dengan alat yang relatif sederhana, snorkeler seringkali membetulkan posisi alat saat menyelam dengan berdiri di atas terumbu karang.

Kampanye Sejenis

Kampanye lain yang bertema serupa yaitu peduli Terumbu Karang pernah dilakukan baik di Indonesia, di negara lain, maupun secara global dunia. Kampanye-kampanye tersebut antara lain:

1. “Selamatkan Terumbu Karang – Sekarang” dan “Cinta Raja Ampat” oleh Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP)

Kata “Sekarang” memiliki kombinasi makna dari kata karang dan sekarang. TVC kampanye “Selamatkan Terumbu Karang – Sekarang” menggunakan maskot animasi komputer berupa karang dan ikan (Uka dan Iki). Iklan tersebut mendapatkan 38% perhatian publik hanya dalam penayangan selama tiga minggu setelah muncul pertama kali pada bulan Februari 2000.

Dana COREMAP berasal dari The World Bank, The Asian Development Bank, dan the Australian Agency for International Development (AusAID) serta melibatkan penelitian dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

(17)

Pada kampanye ‘Sekarang’, target sasaran lebih difokuskan pada nelayan dan masyarakat Indonesia pada umumnya, Sedangkan kampanye ‘Cinta Raja Ampat’ kampanye difokuskan pada terumbu karang di daerah Raja Ampat. Berbeda dengan target sasaran kampanye CAREef yang adalah wisatawan Kepulauan Seribu.

2. Reef Check Eco Action oleh Yayasan Reef Check Indonesia

Yayasan Reef Check Indonesia dibentuk di Denpasar, Juli 2005, untuk memenuhi kebutuhan akan konservasi terumbu karang di Indonesia. Program Reef Check di bidang pariwisata difokuskan pada pendidikan, pariwisata laut ramah lingkungan dan pemantauan terumbu karang di seluruh Indonesia. Program ini bertujuan menjembatani jurang pemisah antara konservasi karang, masyarakat pengguna, para pemangku Kepentingan dan bisnis. Reef Check bekerja sama dengan mereka dalam mengangkat kesadaran perlindungan terumbu karang dan mendorong keterlibatan dalam proses konservasi terumbu karang yang saling menguntungkan dan berkelanjutan. Kampanye tersebut diperuntukkan bagi para wisatawan yang menikmati pantai dan terumbu karang, agar sekaligus belajar mengenai ekosistem terumbu karang dan upaya-upaya konservasinya.

Referensi

Dokumen terkait

kompetensi sumber daya manusia yang ada pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan belum cukup mendukung terhadap strategi pengembangan dan pengelolaan objek- objekwisata

Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern terhadap kepatuhan wajib pajak

Hasil uji ANOVA dua arah menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan hasil belajar IPA yang signifikan antara penggunaan metode pembelajaran Mind Mapping dengan model

Metode karbonisasi terbuka artinya karbonisasi tidak didalam ruangan sebagaimana mestinya. Resiko kegagalan lebih besar karena udara langsung kontak dengan bahan

Penelitian tugas akhir ini bertujuan untuk menganalisis penurunan tanah dan respons tegangan tanah yang terjadi pada pondasi rakit dengan menggunakan perhitungan

Kegiatan Usaha Pertanian, Perdagangan Umum, Pengangkutan, Perindustrian dan Jasa Atau Pelayanan Jumlah Saham yang ditawarkan 240.000.000 Saham Biasa Atas Nama dengan Nilai

Berarti semakin baik kualitas produk yang dihasilkan oleh The Bluesville dan tingginya brand awareness dari konsumen akan produk mereka maka kedua faktor

Siswa berpendapat bahwa guru dalam menggunakan media pembelajaran sesuai dengan kebutuhan siswa dalam baik yang sudah disediakan oleh sekolah maupun atas