• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIOLOGIS FAKTOR FAKTOR PENYEB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ANALISIS SOSIOLOGIS FAKTOR FAKTOR PENYEB"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN Studi Kasus Cerai Gugat Di Kecamatan Banguntapan

Tahun 2009- 2011 Azis Muslim

Staf Penyelengggara Syariah

Kantor Kementrian Agama Kabupaten Bantul

Dhifla Najih Dosen FAI-UCY

Abstract

This study intends to examine the reasons and sociological factors of the principal / applicant on the terms of divorce divorce data for 2009-2001 from the Religious Bantul . This study is important because of sociological factors are the basis for the judge's decision . The approach used in the data analysis in this study is a Sociological Approach . That is the approach by looking at the phenomenon of social or cultural events as a way to understand the laws that apply in the community . Authors use this approach to describe the fact of the causes of divorce that the wife sued the husband . The results of each table as much as possible linked to the results of other studies ( with sample and a somewhat similar approach ) and also associated with the theory or the broader proposition . This research priority survey questionnaire as an instrument of data that comes with documentation and in-depth interviews. In conclusion, Community District Banguntapan in conducting contested divorce is driven by several factors including the most dominant irresponsible husband in economic terms , but it also leaves the obligation , polygamy is not healthy ( stealth ) , persecution , and disturbance third parties that are not expected and wife moral crisis . This research expands what was found by the Rahmi Ledia menyimpulan that : The factors that most divorces are due to forced marriages, forced marriages, often quarreled, economic difficulties.

Kata kunci:analisis sosiologis, factor, factor penyebab, cerai gugat A. Pendahuluan

Dalam arus modernisasi yang terjadi di Indonesia di mana perkembangan peradaban ilmu pengetahuan dan teknologi memacu laju perkembangan di segala bidang. Konsekwensinya terjadi berkembang pula problematika di dalam keluarga. Perubahan sosial telah menimbulkan pemahaman akan hak-hak istri yang semakin komprehensif termasuk kesadaran hukum tentang perceraian bagi istri. Ketika istri tidak merasa nyaman berhubungan dengan suaminya yang menimbulkan berbeagai konsekwensi sehingga ia merasa berhak meminta keadilan dan hak-haknya melalui gugatan cerai.

(2)

melepaskan diri dari ikatan perkawinan dengan suaminya karena suatu sebab yang bukan kesalahan suami, maka suami berhak memperoleh khulu’ dari istrinya.1 Ibnu Qasim al Ghazi menerangkan, khulu, adalah

Talak yang diucapkan suami kepada istri, dan istri bersedia membayar atau memberi sesuatu kepada suami2 Zahry Hamid, menerangkan bahwa;

Dengan khulu’,maka perceraian terjadi , dan kedudukan khulu’ sebagai talak ba’in bagi istri, sehingga walaupun suami bersedia menyerahkan kembali ‘iwadl yang telah di terimanya, namun suami tidak berhak merujuk istrinya, hanya dapat hidup bersama dengan akad perkawinan baru, dengan rukun dan syarat sebagaimana lazimnya akad perkawinan.3

Sayyid Sabiq menjelaskan beberapa orang istri boleh mengkhulu’ suaminya dengan beberapa sebab diantaranya: Suami cacat badan, berakhlak buruk, tidak memenuhi kewajiban terhadap istrinya, sedangkan istri khawatir akan melanggar hukum Allah. Dalam keadaan seperti ini istri tidak wajib mengawini.4 Ahmad Azhar Basyir, menerangkan istri

boleh memisahkan diri dari suami bila dalam keadaan mendesak, misal : dianiaya, tidak diperhatikan hak-haknya.5

Kamal Muhtar menyatakan masalah dalam rumah tangga seringkali memposiskan istri menjadi pihak yang teraniaya, tertindas akan hak-haknya. Untuk mendapatkan hak-haknya istri bisa menggugat suami dengan cara, pertama;6 Khulu’ yaitu suami menceraikan terhadap istrinya dengan ‘iwadl (Imbalan) sejumlah harta yang diterima oleh suami dari istrinya atau orang lain, dengan ucapan tertentu. Kedua, Rafa’, yaitu perceraian atas inisiatif istri

karena suami tidak memenuhi kewajiban-kewajibannya. Jika istri merasa teraniaya atau tidak terpenuhi hak-haknya atau tekanan hidup yang menimpanya, maka istri berhak mengadukannya kepada Hakim, dalam hal ini mengajukan gugatan cerai dan mayoritas para istri menggugat cerai dengan cararafa’.

Dalam menyelesaikan perkara cerai gugat, istri dapat meminta hakim untuk mendapatkan haknya. Al-Qur’’an menjelaskan bagi orang untuk menyelesaikan persengketaan antara suami istri, Di sebutkan dalam Al Qur’an Surat An Nisa’ 35 :

(3)

Setelah penulis mengadakan observasi awal di Kantor Urusan Agama Kecamatan Banguntapan tahun 2009 - 2011, tercatat kasus cerai gugat lebih banyak dibanding cerai talak,untuk cerai gugat pada tahun 2009 sebanyak 68 perkara, tahun 2010 sebanyak 56 perkara, tahun 2011 98 perkara, sedangkan cerai talak pada tahun2009 sebanyak 46 perkara , tahun 2010 sebanyak 34 perkara dan tahun2011 sebanyak 37 perkara. Permasalahan dalam cerai gugat ini sangat menarik untuk diteliti, karena sebenarnya antara suami dan istri mempunyai peran yang sama didalam segala sesuatu yang bisa dipertukarkan dan mempunyai hak dan kewajiban yang sama sesuai dengan qodratnya. bermacam- macam alasan mengapa sampai terjadi perceraian.

Penelitian ini bermaksud mengkaji alasan dan faktor sosiologis dari sisi pelaku/pemohon gugatan cerai talak berdasarakan data tahun 2009-2001 dari Pengadilan Agama Kabupaten Bantul. Penelitian ini menjadi penting karena factor-faktor sosiologis inilah yang menjadi dasar dalam keputusan hakim. Edy Yarkaran, menerangkan bahwa : Pengadilan Agama Yogyakarta didalam memutuskan perkara tidak hanya berdasarkan pada satu alasan saja, namun juga melihat asas maslahat dan mafsadatnya.8

Azas kemaslahatan bukanlah aturan yang normative semata namun juga mempertimbangkan kekuatan hokum secara sosiologis. Dasar-dasar sosiologis harus diperdalam dulu sebagai dasar keputusan hakim. Maslahah merupakan kombinasi nass dengan peristiwa hokum secara spesifik. Apabila nass dan aturan perundangan ternyata tidak memiliki landasan secara spesifik, kemaslahatan dapat menjadi sumber hokum utama dalam keputusan hakim.

B. Metodologi Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kulaitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan.9Penelitian ini adalah

untuk mengetahui faktor-faktor dominan pnyebab terjadinya perceraian di wilayah Kecamatan Banguntapan.

Populasi adalah pihak-pihak istri yang melakukan cerai gugat dari Kecamatan Banguntapan di Pengadilan Agama Bantul tahun 2009,2010,2011 sejumlah 222 perkara, dengan rincian sebagai berikut : Tahun 2009 sebanyak 68 perkara, tahun 2010 sebanyak 56 perkara, tahun 2011 sebanyak 98 perkara.10 Pegnmabilan sampelSedangkan teknik

sampel yang digunakan adalah teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel secara tidak acak11. Dalam hal ini sampel dipilih

(4)

penelitian ini sebanyak 30 responden diambil dari masing-masing kalurahan 3 responden, khusus untuk Kalurahan Banguntapan 9 responden karena penduduk Kecamatan Banguntapan kebanyakan berdomisili di kelurahan Banguntapan.

1. Pendekatan a.Pengumpulan Data

Penelitian ini mengutamakan kuesioner sebagai instrumen data. Ada dua cara pengumpulan data tambahan yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1) Penggunaan bahan dokumen

Adalah mencari data mengenai hal atau variabel yang berupa catatan, data monografi kecamatan dan data-data cerai gugat di Kantor Urusan Agama Kecamatan Banguntapan dan data perceraian di Pengadilan Agama Bantul, hal ini penulis gunakan sebagai salah satu metode pendukung dalam memperoleh data yang diperlukan tentang faktor-faktor.dominan penyebab terjadinya perceraian di Kec . Banguntapan. 2) Wawancara

Interview merupakan alat pengumpulan data informasi langsung tentang beberapa jenis data sosial baik yang terpendam (laten) maupun yang tidak terpendam.12 Metode interview ini penulis gunakan untuk

mencari informasi. Metode ini merupakan metode pendukung dalam memperoleh data dengan responden pelaku, hakim, KUA, tokoh masyarakat.

2. Analisis Data

Dalam analisis data ini penulis menggunakan analisis deskriptif, yaitu mendeskripsikan pengetahuan hukum perkawinan pelaku cerai gugat dan faktor penyebab perceraian yang bertempat tinggal diwilayah Kecamatan Banguntapan, dengan analisis kualitatif yaitu dengan memaknai data yang berpedoman teori-teori tentang kesadaran hukum, tetapi juga dimungkinkan menggunakan analisis kwantitatif dengan tabel kalkulasi frekwensi.

Pendekatan yang digunakan dalam analisis data dalam penelitian ini adalah Pendekatan Sosiologis. Yaitu pendekatan dengan melihat fenomena masyarakat atau peristiwa sosial budaya sebagai jalan untuk memahami hukum yang berlaku dalam masyarakat.13Pendekatan ini

penyusun gunakan untuk mendeskripsikan fakta berupa faktor penyebab perceraian sehingga istri menggugat suami. Hasil setiap tabel sedapat mungkin dihubungkan dengan hasil penelitian lain (dengan sampel dan pendekatan yang agak sama) dan juga dihubungkan dengan teori atau proposisi yang lebih luas.14

(5)

Menurut data di Kantor Urusan Agama Banguntapan yang diputus oleh PengadilanAgama Bantul, jumlah cerai gugat dengan cerai talak sebagai manapenjelasan berikut :

TABEL I

RASIO JUMLAH PERCERAIAN TAHUN 2009 – 2011

Tahun Perkawinan Cerai Talak Cerai Gugat

2009 787 46 68

2010 771 34 56

2011 758 37 98

Sumber : Data Buku Pendaftaran Cerai Gugat

Dari data di atas dapat diketahui bahwa tingkat cerai gugat di KantorUrusan Agama Kecamatan Banguntapan sangat tinggi.

TABEL IV

Sumber : Hasil Angket terhadap 30 Responden

Dari data di atas dapat diketahui tingkat pendidikan responden yang paling banyak di bangku SLTP atau sederajat sebanyak 11 (36.6%) responden, dan diikuti SD atau yang sederajat sebanyak 8 (26.6%) responden, dan yang tidak lulus SD masing-masing 7 (23.3%) responden, dan terakhir tingkat SLTA sebanyak 3 (10%) responden dan Akademi/PT

Sumber : Hasil Angket terhadap 30 Responden

(6)

(13.3%) responden, setelah itu baru diikuti tidak mempunyai pekerjaan tetap sebesar 3 (10%) responden.Dan seterusnya Tani sebanyak 2 (6.66%) dan terakhir TNI / POLRI sebanyak 1 (3.33%).

D. Faktor-faktor yang Menyebabkan Tingginya Angka Cerai Gugat di Kecamatan Banguntapan

Dapat diketahui, cerai gugat yang berada di Kantor Urusan Agama Kecamatan Banguntapan tahun 2009 - 2011 sebanyak 222 pasangan perceraian.Penulis dapat menjumpai langsung dengan para responden. Dari hasil salinan putusan perceraian terhadap 30 responden, dapat dilihat penyebab cerai gugat sebagaimana penjelasan berikut :

TABEL VI

4. Istri mengalami krisi

akhlak 15 5 10 50 16.6 33.3

5. Istri mengalami krisis

moral karena cemburu 5 10 15 16.6 33.3 50 6. Suami mengalami krisis

moral karena poligami tidak sehat

2 8 20 6.66 26.6 66.6

7. Terus menerus berselisih

karena cacat biologis 29 1 - 96.6 3.3

-8. Terus menerus berselisih karena gangguan pihak ketiga

30 - - 100 -

-9. Terus menerus berselisih karena tidak ada keharmonisan

30 - - 100 -

-10. Terus menerus berselisih

karena politis - 20 10 3.3 66.6 33.3

11. Kawin di bawah umur 26 4 - 86.6 13.3

-12. Penganiayaan 3 5 22 10 16.6 73.3

13. Dihukum pidana - - 30 - -- 100

Sumber : Data salinan Putusan Perceraian PA Bantul dari 30 responden.

(7)

istri tidak terpenuhi haknya, dimana responden mengaku sebanyak 30 (100%) responden. Selain itu, penyebab perceraian karena tidakada pemenuhan kebutuhan ekonomi sebanyak 30 (100%) responden dan sisanya ada pemenuhan, itupun dalam keadaan tidak menentu dan juga penyebab meninggalkan kewajiban karena kawin paksa, hal ini dialami 5 (16.6%) responden dari 30 (100%) responden.

Di dalam mengarungi kehidupan rumah tangga ternyata istri mengalami krisis akhlak.Hal ini dirasakan 15 (50%) responden dan kadangkala 5 (16.6%) responden.Selain itu juga istri mengalami cemburu yang berlebihan, sehingga tidak proporsional.Hal ini dialami 5 (16.6%) responden dan ada juga yang tidak menentu 10 (33.3%) responden.Tidak terjadi perceraian disebabkan krisis moral karena poligami tidak sehat, hal ini sesuai jawaban 2 (6.66%) responden.

Perselisihan di dalam berumah tangga hal yang wajar asalkan sesuai koridor atau sewajarnya, apabila tidak pada koridor, maka akan terjadi perceraian. Adapun perselisihan yang tidak proporsional ini sering terjadi karena ada faktor gangguan pihak ketiga.Hal ini dialami 30 (100%) responden dan juga kadang kala 1 (3.33%) responden, sisanya tidak.Selain itu juga karena tidak ada keharmonisan dianatra keduanya.Hal ini dialami 30 (100%) responden. Selain factor gangguan pihak ketiga dan tidak ada keharmonisan, ada juga penyebab perselisihan yaitu masalah cacat biologis dan politis.Dari jawaban responden dalam masalah cacat biologis 29 (96.6%) dan politis tidak ada responden yang mengalaminya.

Perkawinan di bawah umur menyebabkan terjadinya perceraian, hal ini atas jawaban 26 (86.6%) responden dan sisanya 4 (13.3%). Selain itu juga factor penganiayaan, hal ini sering apabila percekcokan yang tidak bisa dihindari.Hal ini dialami 3 (10%) responden, juga tidak menentu dialami 5 (16.6%) responden dan sisanya tidak. Alasan lain berupa Suami dihukum pidana atau dipenjara juga menyebabkan perceraian. Hal ini dibuktikan dengan 30 (100%) responden yang memilih tidak ada, dan juga karena tidak terjadi pada suami responden. Artinya dimana seorang suami harus berperilaku sesuai dengan hokum merupakan dambaan bagi istri.15

Indikator perilaku hukum merupakan petunjuk akan adanya tingkat pengetahuan yang tinggi. Buktinya adalah bahwa yang bersangkutan patuh atau taat pada hukum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tinggi rendahnya tingkat kesadaran hukum akan dapat dilihat dari derajat kepatuhan hukum yang terwujud dalam pola perilaku manusia yang nyata. Kalau hukum ditaati, maka hal itu merupakan suatu petunjuk penting bahwa hukum tersebut adalah efektif (dalam arti mencapai tujuannya). Adapun dasar-dasar kepatuhan di dalam perilaku hukum yaitu :

(8)

Sebab pertama mengapa warga masyarakat mematuhi kaidah-kaidah adalah karena dia diberi indoktrinasi untuk berbuatdemikian.Sejak kecil manusia telah dididik agar mematuhi kaidah kaidahyang belaku dalam masyarakat.

2) Habituation

Oleh karena sejak kecil mengalami proses sosialisasi, makalama kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhi kaidah kaidahyang berlaku. Memang pada mulanya sukar sekaliuntuk mematuhi kaidah-kaidah tadi yang seolah-olah mengekang kebebasan. Akan tetapi apabila hal itu setiap hari ditemui, makalama kelamaan menjadi suatu kebiasaan untuk mematuhinya terutama apabila manusia sudah mulai mengulangi perbuatan perbuatannya dengan bentuk dan cara yang sama.

3) Utility

Pada dasarnya manusia mempunyai suatu kecenderungan untuk hidup pantas dan teratur. Akan tetapi apa yang pantas dan teratur untuk seeorang belum tentu pantas dan teratur bagi orang lain. Oleh karena itu diperlukan suatu patokan tentang kepantasan dan keteraturan tersebut.Patokan-patokan tadi merupakan pedoman-pedoman atau takaran-takaran tentang tingkah laku dan dinamakan kaidah.

4) Group Identification

Salah satu sebab mengapa seseorang patuh pada kaidah-kaidah adalah karena kepatuhan tersebut merupakan salah satu sarana untuk mengadakan identifikasi dengan kelompok.Seseorang mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku dalam kelompoknya bukan karena dia menganggap kelompoknya lebih dominan dari kelompok-kelompok lainnya, akan tetapi justru karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompoknya tadi.Bahkan kadang-kadang seseorang mematuhi kaidah-kaidah kelompok lain karena ingin mengadakan identifikasi dengan kelompok lain tersebut.16

Dari keempat indikator di atas menunjukkan pada tingkatan-tingkatan pengetahuan hukum tertentu di dalam perwujudannya. Apabila seseorang hanya mengetahui hukum, maka dapat dikatakan bahwa tingkat pengetahuan hukum masih rendah, kalau dia telah berperilaku sesuai dengan hukum, maka pengetahuan hukumnya tinggi.

D. Kesimpulan

Dari uraian dan Analisis Faktor-faktor Dominan Penyebab Perceraian dalam Studi Kasus Cerai Gugat di Kecamatan Banguntapan Tahun 2009- 2011, penyusun dapat menyimpulkan sebagai berikut : 1. Perceraian menurut pandangan hukum Islam merupakan perbuatan

(9)

untuk membentuk rumah tangga yang bahagia selamanya. Dan lagi perceraian itu mempunyai dampak negative terhadap bekas suami istri, karena itu perceraian hanya diizinkan kalau dalam keadaan terpaksa.

Bagi pasangan suami istri walaupun perceraian diperbolehkan dalam Islam, akan tetapi Islam juga memandang bahwa perceraian merupakan jalan terakhir setelah berbagai cara lain yang ditempuh keduabelah pihak tidak dapat mengembalikan keutuhan rumah tangga yang tidak dapat terlepas dari konflik. Dalam hadis juga dijelaskan bahwa perceraian (talak) adalah suatu perbuatan yang halal, akan tetapi dibenci Allah.

2. Masyarakat Kecamatan Banguntapan dalam melakukan cerai gugat didorong beberapa faktor, diantaranya yang paling dominan suami tidak bertanggung jawab dalam hal ekonomi, selain itu juga meninggalkan kewajiban, poligami tidak sehat (sembunyi-sembunyi), penganiayaan, dan gangguan pihak ketiga yang tidak diharapkan dan istri mengalami krisis moral. Penelitan ini memperluas apa yang ditemukan oleh Ledia Rahmi yang menyimpulan bahwa : Faktor-faktor perceraian yang paling banyak adalah karena dipaksa kawin, terpaksa kawin, sering bertengkar, kesulitan ekonomi.17

Penelitian masih terbatas pada factor atau alasan yang melatari penggugat cerai talak. Identifikasi kesadaran hokum masih memerlukan beberapa variable lain. Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah menyatakan bahwa pengetahuan hukum yang dimiliki seseorang memiliki indikator-indikator sebagai berikut;18

1. Pengetahuan hukum

Indikator ini menerangkan bahwa seseorang mengetahui, perilaku-perilaku tertentu yang diatur oleh hukum.

2. Pemahaman hukum

Indikator ini menerangkan bahwa menerangkan warga masyarakat mempunyai pengetahuan dan pemahaman mengenai aturan aturan tertentu, terutama dari segi isinya.

3. Sikap hukum

Indikator ini menerangkan bahwa seseorang mempunyai kecen-derungan untuk mengadakan penilaian tertentu terhadap hukum. 4. Perilaku hukum

Indikator ini menerangkan bahwa, seseorang berperilaku hukum yang berlaku.

Catatan Akhir

1 M. Anshary MK, Hukum Perkawinan Di Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2010), h. 69

2 Ibnu Qasim al Ghazi, Fathul Qarib, Terjemah Imron Abu Amar, (Menara

(10)

3Zahry Hamid,Pokok-Pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan Di

Indonesia, (Yogyakarta: Bina Cipta), tt, h. 89,

4As Sayid Sabiq, Sunnah Fiqh, Terjemahan M. Th.ib, (Bandung: Al-Maarif,

1997),h. 101

5Ahmad Azhar Basyir,Hukum Perkawinan Islam, (Yogyakarta:UII Press, 2010)

h. 72.

6Kamal Mukhtar,Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, (Jakarta: Bulan

Bintang, 1974), hal 181

7 Depag RI.Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Surabaya: Mekar, tt.), hal. 109

8 Edy Yarkaran, Skripsi Perceraian Karena Suami Melalaikan Kewajiban (

Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2003-2003,UCY 2006

9 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: PT. Asdi Mahasatya,

2005), h. 234

10Pengadilan Agama Bantul, 2012 11Ibid. H. 75

12Winarno Soerakhmad,Pengantar Ilmu Dasar Metode dan Teknik, (Bandung:

CV. Tarsito, 1994), h. 225

13Soerjono Soekanto,Pokok-Pokok Sosiologi Hukum, PT. Rajawali Pers. Jakarta,

Cet. IX, h. 45

14 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survai, (Jakarta:

LP3ES, 1989), h. 279

15Zainudin Ali,Sosiologi Hukum, (Jakarta:Sinar Grafika, tt.), h. 100. 16Ibid, hlm. 351 – 352.

17Ledia Rahmi, Cerai Gugat Istri Terhadap Suami Karena Tidak Memberi

Nafkah, (Studi Kasus Terhadap Putusan Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2001-2003 ), SkripsiUCY, 2004

18Soekanto dan Abdullah, Sosiologi …, h. 228-229

Daftar Pustaka

Abdullah Tri Wahyuni. Peradilan Agama di Indonesia. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2004,.

Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Islam Perdata Wewenang Peradilan Agama, Jakarta : Penerbit Raja Grafindo Persada, 2001.

Ahmad Azhar Basyir,Hukum Perkawinan Islam, Yogyakarta: UII Press.

A. Mukti Arto. Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan Agama, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar, 2011.

As Sayid Sabiq, Sunnah Fiqh, Penerjemah M. Thaib, Bandung :Penerbit Al Maarif, 1997.

Abdul Manan dan M. Fauzan, Pokok-pokok Hukum Islam Perdata Wewenang Peradilan Agama, Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada, 2001.

Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah Istimewa Yogyakarta, Keluarga Sakinah, Yogyakarta: Penerbit Badan Penasihatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Daerah Istimewa Yogyakarta, 2011.

(11)

Dedi Junaedi, Bimbingan Perkawinan Membina Keluarga Sakinah Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah, Jakarta: Penerbit Akademika Pressindo (AKAPRES), 2000.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Modul Pendidikan Agama Dalam Keluarga, Jakarta; Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2001.

Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pembinaan Keluarga Pra Sakinah dan Sakinah I, Jakarta: Penerbit Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penye-lenggaraan Haji, 2001.

Departemen Agama RI,Al Qur’an dan Terjemahnya,Surabaya: Mekar, tt.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan Agama, Bimbingan Keluarga Sejahtera Bagi Calon Pengantin dan Keluarga Baru, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 1997.

Kamal Mukhtar, Asas-asas Hukum Islam tentang Perkawinan, Jakarta: Bulan Bintang, 1974.

M. Anshary, Hukum Perkawinan di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010.

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi,Metode Pelatihan Survai, Penerbit Jakarta: LP3ES, 1989.

Nur Ahmad Ghozali dan Kusnanto, Menikahlah Engkau Akan Bahagia (Kumpulan Khutbah & Nasihat Penikahan), Yogyakarta: Bidang Urusan Agama Kanwil Kementerian Agama Provinsi DIY, 2010.

Otje Salman, Kesadaran Hukum Masyarakat Terhadap Hukum Waris, Bandung: Penerbit Alumni, 1993.

Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan Agama, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2003.

Kamal Muktar, Asas-asas Hukum Islami Tentang Perkawinan, Jakarta: Penerbit Bulan Bintang, 1974.

Pustaka Pelajar, Undang-undang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009.

Rifka Annisa WCC,Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Yogyakarta, Rifka Annisa, 2004.

(12)

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Penerbit Intermasa, 2003.

Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah, Sosiologi Hukum dalam Masyarakat, Jakarta: Penerbit Rajawali, 1980.

Sarwono,Hukum Acara Perdata, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2011.

Gambar

TABEL IRASIO JUMLAH PERCERAIAN TAHUN 2009 – 2011
TABEL VIFAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PERCERAIAN

Referensi

Dokumen terkait

Buat keluarga besar Eyang Sragen dan Buat keluarga di Solo yang tak bisa saya sebutkan satu per satu terima kasih banyak untuk semua dukungan dan bantuannya selama ini, semoga

Hasil dari penelitian ini yaitu; (1) menghasilkan komik yang memiliki karakteristik berbasis desain grafis, dan berisi materi Besaran dan Satuan SMP kelas VII SMP, dan

Secara teoritis dapat dijadikan sumbangan informasi dan keilmuan yang yang berarti bagi lembaga yang berkompeten mengenai pentingnya kondisi fisik atlet, khususnya atlet

skor penilaian yang diperoleh dengan menggunakan tafsiran Suyanto dan Sartinem (2009: 227). Pengkonversian skor menjadi pernyataan penilaian ini da- pat dilihat

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diketahui bahwa LKS yang telah dikembangkan memiliki beberapa kelebihan yaitu: (a) LKS yang dikembangkan adalah LKS eksperimen

[r]

Sedangkan pada opsi put Eropa, writer juga dapat mengalami kerugian jika yang terjadi pada saat maturity time adalah strike price lebih besar dibanding harga

Hasil analisis uji warna mie dengan penambahan ekstrak abu jerami dan ekstrak kunyit yang menggunakan analisis sidik ragam, menunjukkan perbedaan yang nyata antar