HALAMAN JUDUL
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA
AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan dan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta
Disusun oleh:
RENDIANTO DOZER IMANI
142100057
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
LEMBAR PENGESAHAN
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA
AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK YOGYAKARTA
SKRIPSI
Disusun oleh:
RENDIANTO DOZER IMANI
142100057
Telah disetujui dengan baik Yogyakarta, 30 Agustus 2014
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Sri Wahyuni Widiastuti, M.Sc., Ak Sri Hastuti, SE., M.Si., Ak., CA
Mengetahui,
Ketua Jurusan Akuntansia
BERITA ACARA SKRIPSI
PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN
INTELEKTUAL, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA
AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK YOGYAKARTA
Disusun Oleh :
RENDIANTO DOZER IMANI 142100057
Telah dipresentasikan di depan Dewan Penguji pada Tanggal 12 September 2014 dan
dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima sebagai salah satu persyaratan
dalam memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Susunan Dewan Penguji
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dra. Sri Wahyuni Widiastuti, M.Sc., Akt Sri Hastuti, SE., M.Si., Akt., CA
Dosen Penguji I Dosen Penguji II
MOTTO
IN THE END EVERYTHINGS GONNA BE
OKAY IF IT’S NOT
IT’S NOT THE END
BAHAGIA ITU SEDERHANA
TINGGAL BAGAIMANA
CARA KITA
MENSYUKURINYA
HALAMAN PERSEMBAHAN
Puji Tuhan,
Salah Satu Doa Telah Terkabul
Kemenangan Kecil Telah Tercapai
Satu Mimpi Dapat Terwujud
Skripsi ini kupersembahkan untuk Ibu dan Bapak
tersayang yang telah mencurahkan kasih sayang,
pengorbanan dan doa yang tak pernah putus-putus
di setiap doanya, serta semua yang telah
mendukungku hingga aku mampu menyelesaikan
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
berkat yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulisan Skripsi yang berjudul PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL, KECERDASAN INTELEKTUAL, DAN ETIKA PROFESI TERHADAP KINERJA AUDITOR PADA KANTOR AKUNTAN PUBLIK YOGYAKARTA dapat selesai. Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah syarat guna mencapai gelar sarjana pada Program Studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Jurusan Akuntansi Universitas Pembangunan Nasional
“Veteran” Yogyakarta.
Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan dan sepenuh hati penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak atas bantuan, bimbingan, petunjuk
dan nasehat yang tak ternilai harganya dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini,
1. Ibu PROF. DR. IR. Sari Bahagiartik, MSc selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Bapak DR. Muafi, SE, M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
3. Bapak DR. Hiras Pasaribu, S.E., M.Si., Akt selaku Ketua Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Ibu Dra. Sri Wahyuni Widiastuti, M.Sc., Akt selaku dosen pembimbing I yang
memberi saran, dukungan, selalu megingatkan dan pengarahan selama proses
pengerjaan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Ibu Sri Hastuti, S.E., M.Si., Ak., CA, selaku dosen pembimbing II yang telah
memberi bimbingan, saran, dan arahan selama penyelesaian skripsi ini.
6. Bapak DR. Noto Pamungkas, M.Si selaku dosen penguji I yang telah
berisedia menguji skripsi ini.
7. Bapak Drs. Alp. Yuwidiantoro, M.Si selaku dosen penguji II yang telah
berisedia menguji skripsi ini.
8. Bapak Ir. Ediyanto, M.T dan Ibu Dra. Retna Edi Purnami, yang selalu
memberikan curahan kasih sayang, doa, dan motivasi tiada henti akhirnya
mampu menyelesaikan skripsi ini. Semoga ini menjadi titik awal meraih
kesuksesan yang selama ini menjadi doa bapak dan ibu.
9. Adikku Yeremia Wicaksono Putra, terimakasih atas dukungan yang sudah
10. Teman seperjuangan Akuntansi 2010 khususnya kelas EA-B, atas
petualangan, kebersamaan dan keceriaan yang diberikan selama ini.
11. Sahabat - sahabat yang membantu dalam proses skripsi ini, Galih Sastrawan,
Triatiti Inggil, dan Dini.
12. Teman-teman Contact Person and Friend yang selalu menghibur dikala suka
dan duka.
13. Sahabat–sahabatku selama kuliah, Nanda Lutviana, Yuly Trisnawati, Meyrina
Lovia, Nisa Soemarsoem, Monica Ratna Widyningrum, dan Dyah Ayu Fitri
Kusuma Dewi terima kasih selama ini telah dengerin keluh kesah dan selalu
memberikan semangat.
14. Teman KKN 55 Deles Klaten yang selalu memberi dukungan.
15. Teman - teman Komisi Pemuda GKJ Gondokusuman yang terus mendoakan.
16. Teman - teman Suara Gondokusuman Management dan GOMMIN yang
memberi semangat.
17. Teman - teman Haggai Institute Singapura yang terus memberi dukungan dan
doa.
18. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang mana telah
memberikan motivasi secara langsung maupun tidak langsung untuk
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata mungkin masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini,
penyempurnaan skripsi ini, sesungguhnya besar harapan penulis semoga skripsi ini
dapat berguna dan bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 22 September 2014
Penulis
Rendianto Dozer Imani
ABSTRACT
The purpose of this research is to test the influence of emotional and intelligence quotient and the work ethics on the auditor’s performance in the public accounting firm in Yogyakarta. The emotional quotient has got five (5) parts, self-awareness, self-management, self-motivation, empathy, and relationship management. The Intelligence quotient consists of the ability to solve problems, verbal intelligence, and practical intelligence. The work ethics for accountants in Indonesia is issued by Ikatan Akuntan Indonesia [IAI]. It consists of four parts, principles of ethics, rule of ethics, implementation of the rules, and questions and answers. The performance of the auditors is divided into two (2) measurements. They are based on personality and based on actual behavior in the office.
The result of this research indicated that work ethics has got positive influence to auditors’ performance. The emotional and intelligence quotient did not affect the auditors’ performance
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL...i
LEMBAR PENGESAHAN...ii
BERITA ACARA SKRIPSI...iii
MOTTO...iv
HALAMAN PERSEMBAHAN...v
KATA PENGANTAR...vi
ABSTRACT...ix
Daftar Isi...ii
Daftar Lampiran...vii
BAB I...1
PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang Masalah...1
1.2 Rumusan Masalah...5
1.3 Tujuan Penelitian...5
1.4 Batasan Penelitan...5
1.5 Manfaat Penelitian...6
1.6 Sistematika Pembahasan...6
BAB II...8
TINJAUAN PUSTAKA...8
2.1. Tinjauan Teori...8
2.1.1. Pengertian Kinerja...8
2.1.2. Kecerdasan Emosional...10
2.1.3. Kecerdasan Intelektual...12
2.1.4. Etika Profesi...13
2.2. Hubungan Antar Variabel...14
2.2.1 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja Auditor...14
2.2.2 Hubungan Kecerdasan Intelektual dengan Kinerja Auditor...16
2.2.3. Hubungan antara Etika Profesi dengan Kinerja Audit...18
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu...19
2.3.1. Penelitian Nugroho, Suharti dan Laksana (2008)...19
2.3.2. Penelitian Noor dan Sulistyawati (2010)...20
2.3.3. Penelitian Kusuma (2011)...21
2.3.4. Penelitian Notoprasetio (2012)...21
2.3.5. Penelitian Nugraha (2012)...23
2.3.6. Penelitian Choiriah (2013)...23
2.4. Kerangka Konseptual...24
Gambar 2.1...25
Kerangka Konseptual...25
2.5. Hipotesis Penelitian...25
BAB III...27
METODE PENELITIAN...27
3.1. Jenis Penelitian...27
3.2. Populasi atau Objek Penelitian dan Sampel...27
3.3. Jenis dan Sumber Data...28
3.4. Metode Pengumpulan Data...28
3.5. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel...29
3.5.1 Variabel Independen...29
3.5.2 Variabel Dependen...30
3.6. Metode Analisis...30
3.6.1 Uji Validitas...31
3.6.2 Uji Reliabilitas...31
3.6.3 Uji Normalitas Residual...32
3.6.4 Analisis Regresi Berganda...32
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN...35
4.1 Pelaksanaan Penelitian...35
4.2 Gambaran Objek Penelitian...35
4.3 Statistik Deskriptif...38
4.4. Hasil Uji Normalitas...38
4.5. Hasil Uji Validitas...39
4.6. Hasil Uji Reliabilitas...42
4.7. Hasil Uji Regresi Linier Berganda...43
4.8. Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...44
4.9. Hasil Uji F...45
4.10. Hasil Uji t...45
4.10.1. Kecerdasan Emosional...46
4.10.2. Kecerdasan Intelektual...46
4.10.3. Etika Profesi...47
4.11. Pembahasan...47
BAB V...49
SIMPULAN DAN SARAN...49
5.1. Simpulan...49
5.2. Keterbatasan...50
5.3. Saran...51
DAFTAR PUSTAKA...52
LAMPIRAN...54
Daftar tabel
Tabel 4.1 Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Responden...37
Tabel 4.2 Distribusi Kuesioner Penelitian...37
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif...38
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas...39
Tabel 4.5 Hasil Uji Validitas...40
Tabel 4.6 Hasil Uji Reliabilitas...42
Tabel 4.7 Hasil Uji Regresi Linier Berganda...43
Tabel 4.8 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2)...44
Tabel 4.9 Hasil Uji F...45
Tabel 4.10 Hasil Uji t...46
Daftar gamba
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual...25
Daftar LampiranY
Lampiran IKuesioner Penelitian...55
Lampiran IITabel Hasil KuesionerKecerdasan Emosional...59
Lampiran IIITabel Hasil KuesionerKecerdasan Intelektual...60
Lampiran IVTabel Hasil KuesionerEtika Profesi...61
Lampiran VTabel Hasil KuesionerKinerja Auditor...62
Lampiran VITabel Daftar Kantor Akuntan Publik Dan Jumlah Responden..63
Lampiran VIITabel Distribusi Kuesioner Penelitian...63
Lampiran VIIITabel Hasil Uji Deskriptif...64
Lampiran IXTabel Hasil Uji Normalitas...64
Lampiran XTabel Hasil Uji Reabilitas...65
Lampiran XITabel Hasil Uji Validitas Kecerdasan Emosional...67
Lampiran XIITabel Hasil Uji Validitas Kecerdasan Intelektual...69
Lampiran XIITabel Hasil Uji Validitas Etika Profesi...71
Lampiran XIVTabel Hasil Uji Validitas Kinerja Auditor...73
Lampiran XVHasil Uji Regresi...75
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun terakhir di dalam profesi akuntan banyak mendapat sorotan
yang cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa
kegagalan kerja yang dilakukan dan berbagai pelanggaran etika dalam menjalankan
tugas tersebut. Sebagai contoh, banyak kasus kegagalan perusahaan yang dikaitkan
dengan kegagalan auditor yang terjadi, diawali kasus jatuhnya Enron yang
melibatkan salah satu Kantor Akuntan Publik (KAP) The Big Five Arthur Andersen
serta berbagai kasus serupa yang terjadi di Indonesia meskipun dalam bentuk yang
berbeda. Di Indonesia sendiri, kegagalan audit atas laporan keuangan PT Telkom
yang melibatkan KAP “Eddy Pianto & Rekan”, dimana laporan auditan PT Telkom
ini tidak diakui oleh Securities Exchange Commission (SEC) / pemegang otoritas
terbesar pasar modal di Amerika Serikat. Peristiwa ini mengharuskan dilakukannya
audit ulang terhadap laporan keuangan PT Telkom oleh KAP yang lain. SEC
menyatakan bahwa kasus ini mengindikasikan masih kurangnya kompetensi yang
dimiliki oleh auditor, sementara kompetensi merupakan karakteristik utama yang
harus dimiliki oleh seorang auditor.
Hal ini membuktikan masih belum maksimal dan juga optimalnya
kompetensi, kemampuan mengelola emosi, intelektual, dan pelaksanaan etika
profesi oleh auditor sehingga kinerja yang diberikan juga tidak optimal dan
2
menyebabkan rusaknya citra KAP secara umum dan khususnya citra KAP dimana
mereka bekerja di mata publik.
Profesi akuntan publik bertanggung jawab atas kepercayaan dari masyarakat
yang berupa tanggung jawab moral dan tanggung jawab profesional. Tanggung
jawab moral berupa kompetensi yang dimiliki auditor, sedangkan tanggung jawab
profesional berupa tanggung jawab akuntan terhadap asosiasi profesi berdasarkan
standar profesi yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Terdapat tiga
faktor yang mempengaruhi kinerja, yaitu faktor individu yang berasal dari dalam
diri seseorang, faktor organisasi, dan faktor psikologis. Beberapa faktor yang
mempengaruhi kinerja seorang auditor yang berasal dari dalam diri mereka, serta
unsur psikologis manusia adalah kemampuan mengelola emosional dan kemampuan
intelektual. Etika profesi merupakan faktor organisasional yang akan mempengaruhi
kinerja auditor. Auditor dituntut memiliki intelektual tinggi karena seorang auditor
dituntut memiliki kecakapan profesional agar mampu memberikan manfaat
optimum dalam pelaksanaan tugasnya.
Etika profesi merupakan karakteristik suatu profesi yang membedakan satu
profesi dengan profesi lain, hal ini berfungsi untuk mengatur tingkah laku para
anggotanya (Murtanto dan Marini, 2003). Kode etik sendiri merupakan komitmen
moral yang tinggi yang dicantumkan ke dalam bentuk aturan khusus, yang harus
dipenuhi dan ditaati oleh setiap profesi yang memberikan jasa pelayanan kepada
3
Kode etik akuntan sebagai suatu panduan bagi auditor dalam pelaksanaan tugas
profesionanya, untuk meningkatkan mutu pekerjaannya, serta sebagai panduan bagi
auditor untuk bersikap dan bertindak berdasarkan etika profesi.
Kinerja merupakan suatu perilaku yang nyata yang ditampilkan setiap orang
sebagai prestasi kerja yang dihasilkan sesuai dengan perannya. Dengan demikian,
kinerja adalah sebagai pelaksanaan fungsi-fungsi yang dituntut dari seseorang.
Menurut Gibson (1994) dalam Sinaga dan Sinambela (2013), kinerja adalah hasil
atau tingkat keberhasilan seseorang dalam melaksanakan tugas serta kemampuan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja auditor tidak hanya dilihat
dari kemampuan kerja yang sempurna, tetapi juga kemampuan menguasai dan
mengelola diri sendiri serta kemampuan dalam membina hubungan dengan orang
lain (Martin 2000, dalam Meirnayati 2005). Kemampuan tersebut oleh Goleman
(2000) disebut dengan emotional intelligence atau kecerdasan emosi yang akan
memberikan pengaruh dari dalam diri seseorang. Goleman (2000) melalui
penelitiannya mengatakan bahwa kecerdasan emosi menyumbang 80% dari factor
penentu kesuksesan sedangkan 20% yang lain ditentukan oleh IQ (Intelligence
Quotient).
Ada faktor-faktor psikologis yang mendasari hubungan antara seseorang
dengan organisasinya. Faktor-faktor psikologis yang berpengaruh pada kemampuan
akuntan di dalam organisasi diantaranya adalah kemampuan mengelola diri sendiri,
kemampuan mengkoordinasi emosi dalam diri, serta melakukan pemikiran yang
4
dapat memberikan kinerja yang optimum terhadap organisasinya, namun akuntan
yang juga cerdas secara emosional tentunya akan menampilkan kinerja yang lebih
optimum untuk KAP dimana akuntan bekerja. Oleh sebab itu, kualitaslah yang
berbicara, karena dapat dikatakan 3 faktor tersebut mempengaruhi kinerja dari
seorang auditor yang berujung pada hasil audit yang berkualitas apa tidak. Ketika
berbicara soal kualitas audit, istilah "kualitas audit" mempunyai arti yang
berbeda-beda bagi setiap orang. Para pengguna laporan keuangan berpendapat bahwa
kualitas audit yang dimaksud terjadi jika auditor dapat memberikan jaminan bahwa
tidak ada salah saji yang material (no material misstatements) atau kecurangan
(fraud) dalam laporan keuangan audit. Auditor sendiri memandang kualitas audit
terjadi apabila auditor bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai
risiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi risiko litigasi, dapat
meminimalisasi ketidakpuasan audit, dan menjaga kerusakan reputasi auditor.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Choiriah (2013) yang
menjelaskan tentang “Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual,
Kecerdasan Spiritual dan Etika Profesi terhadap Kinerja Auditor pada Kantor
Akuntan Publik”. Didalam penelitian tersebut menyatakan bahwa Kecerdasan
emosional, intelektual, spiritual dan etika profesi berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja auditor. Namun didalam penelitian saya ini, saya menghilangkan
satu variabel independen yaitu Kecerdasan Spiritual. Menurut saya suatu kecerdasan
spiritual tidak dapat dinilai dengan sebuah penelitian dalam bentuk kuesioner,
5
dan sang pemberi hidup. Pada realitanya banyak orang yang bisa dibilang memiliki
pemahaman spiritual yang tinggi namun tidak dapat mengaktualisasikan pada
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh kasus korupsi yang terjadi di Kementrian
Agama dan masih banyak lagi. Oleh sebab itu pada penelitian ini saya memberi
judul “ Pengaruh Kecerdasan Emosional, Kecerdasan Intelektual dan Etika Profesi
terhadap Kinerja Auditor pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah kecerdasan emosional berpengaruh terhadap kinerja auditor?
2. Apakah kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap kinerja
auditor?
3. Apakah etika profesi berpengaruh terhadap kinerja auditor?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Menguji secara empiris pengaruh kecerdasan emosional terhadap
kinerja auditor.
2. Menguji secara empiris kecerdasan intelektual terhadap kinerja
auditor
6
1.4 Batasan Penelitan
Dalam penelitian ini yang menjadi batasan penelitiannya adalah sample yang
diteliti adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dengan penyusunan penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan Pengguna Jasa KAP
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang kecerdasan
emosional maupun intelektual dan juga etika dari seorang auditor kepada
perusahaan pengguna jasa kantor akuntan publik untuk menilai kinerja auditor
sebelum memberikan wewenang kepada kantor akuntan publik untuk mengaudit
perusahaan.
2. Bagi Kantor Akuntan Publik
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi kepada kantor akuntan publik di
7
dari ketiga aspek yang diharpkan, kecerdasan secara emosional, intelektual, dan
juga etika profesi.
3. Bagi Auditor
Penelitan ini diharapkan dapat menjadi cerminan bagi semua auditor yang ada,
sehingga auditor menjadi jauh lebih baik dan lebih bertanggung jawab daripada
sebelumnya.
1.6 Sistematika Pembahasan
Penelitian ini berkaitan dengan hubungan antara faktor dalam diri auditor
terhadap kualitas audit. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini akan menjelaskan tentang latar belakang penelitian
beserta alasan serta rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian
yang akan dilakukan.
Bab II: Tinjauan Pustaka
Pada bab ini akan dijabarkan kajian pustaka yang menjadi
landasan teori didalam penelitian ini. Dalam kajian pustaka terdiri dari
tinjauan pustaka yang akan menjelaskan pokok bahasan dari hubungan
faktor dalam diri auditor terhadap kualitas audit. Pada bab ini juga akan
dipaparkan mengenai penelitian-penelitian terdahulu yang sebelumnya
8
Bab III: Metode Penelitian
Pada bab ini akan membahas mengenai metode penelitian yang
digunakan dalam memperoleh data penelitian. Serta menjelaskan
variable-variabel yang akan digunakan dalam penelitian kali ini.
Bab IV: Analisis Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan menjelaskan tentang gambaran obyek
penelitian yang dilakukan. Serta menjelaskan mengenai hasil uji yang
telah dilakukan dengan mencantumkan bukti hasil uji yang dilakukan.
Bab V: Simpulan dan Saran
Pada bab ini akan menjelaskan tentang simpulan dari seluruh
penelitian. Selain itu juga akan dijabarkan keterbatasan dalam
melakukan penelitian serta saran yang akan ditujukan bagi penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teori
.1.1. Pengertian Kinerja
Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian
pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan,
misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi.
Secara umum kinerja didefinisikan sebagai tingkat keberhasilan seseorang
dalam melaksanakan pekerjaannya. Menurut Vroom (1964) dalam Noor dan
Sulistyawati (2010), tingkat sampai sejauh mana keberhasilan seseorang dalam
menyelesaikan tugas pekerjaannya disebut sebagai “level of performance”. Dimensi
kerja adalah ukuran dari penilaian dari perilaku yang aktual ditempat kerja, yang
mencakup:
1. Quality of Output
Kinerja seseorang individu dinyatakan baik apabila kualitas output yang
dihasilkan lebih baik atau paling tidak sama dengan target yang ditentukan.
2. Quantity of Output
Kinerja seseorang juga diukur dari jumlah output yang dihasilkan. Seseorang
individu dinyatakan mempunyai kineja yang baik apabila jumlah atau kuantitas
output yang dicapai dapat melebihi atau paling tidak sama dengan target yang telah
ditentukan dengan tidak mengabaikan kualitas output tersebut.
9
3. Time at Work
Dimensi juga menjadi pertimbangan didalam mengukur kinerja seseorang.
Dengan tidak mengabaikan kualitas dan kuantitas output yang harus dicapai,
seorang individu dinilai mempunyai kinerja yang baik apabila individu tersebut
dapat menyelesaikan pekerjaan secara tepat waktu atau bahkan melakukan
penghematan waktu.
4. Cooperation With Other’s Work
Kinerja juga dinilai dari kemampuan seseorang individu untuk tetap bersif at
kooperatif dengan pekerjaan lain yang juga harus menyelesaikan tugasnya
masing-masing.
Kinerja auditor adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan
pemeriksaan (examination) secara obyektif atas laporan keuangan suatu perusahaan
atau organisasi lain dengan tujuan untuk menentukan apakah laporan keuangan
tersebut menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan
(Mulyadi, 2002 dalam Choiriah, 2013). Terdapat empat dimensi personalitas dalam
mengukur kinerja auditor, yaitu kemampuan, komitmen profesional, motivasi, dan
kepuasan kerja. Keempat dimensi personalitas yang dikemukakan di atas dijelaskan
10
1) Kemampuan
Seorang auditor yang memiliki kemampuan dalam mengaudit akan cakap
dalam menyelesaikan pekerjaannya.
2) Komitmen Profesional
Auditor dengan komitmen profesional yang kuat berdampak pada perilaku
yang lebih mengarah kepada ketaatan aturan, dibandingkan dengan auditor yang
komitmen profesionalnya rendah. Komitmen juga berkaitan dengan loyalitas dengan
profesinya.
3) Motivasi
Motivasi yang dimiliki seorang auditor akan mendorong keinginan individu
auditor tersebut untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu untuk mencapai suatu
tujuan.
4) Kepuasan Kerja
11
.1.2. Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional menurut Cooper dan Sawaf dalam Noor dan
Sulistyawati (2010) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
merasakan, memahami, dan secara selektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energi dan pengaruh yang manusiawi. Kecerdasan emosi menuntut
penilikan perasaan, untuk belajar mengakui, menghargai perasaan pada diri dan
orang lain serta menanggapi nya dengan tepat, menerapkan secara efektif energi
emosi dalam kehidupan sehari-hari. Goleman (2005) dalam Choiriah (2013)
mendefenisikan kecerdasan emosional sebagai berikut: kecerdasan emosional
adalah kemampuan mengenali perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain,
memotivasi diri sendiri, serta mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan
dalam hubungan dengan orang lain. Secara konseptual, kerangka kerja kecerdasan
emosional yang dikemukakan oleh Goleman (2001) meliputi dimensi-dimensi
sebagai berikut:
1) Kesadaran Diri (Self Awarness)
Self Awareness adalah kemampuan untuk mengetahui apa yang dirasakan
dalam dirinya dan menggunakannya untuk memandu pengambilan keputusan diri
sendiri, memiliki tolok ukur yang realistis atas kemampuan diri sendiri dan
12
2) Pengaturan Diri (Self Management)
Self Management adalah kemampuan seseorang dalam mengendalikan dan
menangani emosinya sendiri sedemikian rupa sehingga berdampak positif pada
pelaksanaan tugas, memiliki kepekaan pada kata hati, serta sanggup menunda
kenikmatan sebelum tercapainya suatu sasaran dan mampu pulih kembali dari
tekanan emosi.
3) Motivasi Diri (Self Motivation)
Self Motivation merupakan hasrat yang paling dalam untuk menggerakkan
dan menuntun dirimenuju sasaran, membantu pengambilaninisiatif serta bertindak
sangat efektif, danmampu untuk bertahan dan bangkit darikegagalan dan frustasi.
4) Empati (Emphaty)
Empathy merupakan kemampuan merasakan apa yang dirasakakan orang
lain, mampu memahami perspektif orang lain dan menumbuhkan hubungan saling
percaya, serta mampu menyelaraskan diri dengan berbagai tipe hubungan.
5) Keterampilan Sosial (Relationship Management)
Relationship Management adalah kemampuan untuk menangani emosi
13
dan jaringan sosial secara cermat, berinteraksi dengan lancar, menggunakan
ketrampilan ini untuk mempengaruhi, memimpin, bermusyawarah, menyelesaikan
perselisihan, serta bekerja sama dalam tim.
.1.3. Kecerdasan Intelektual
Kecerdasan dalam arti umum adalah suatu kemampuan umum yang
membedakan kualitas orang yang satu dengan orang yang lain, kecerdasan
intelektual lazim disebut dengan inteligensi. Inteligensi adalah kemampuan kognitif
yang dimiliki organisme untuk menyesuaikan diri secara efektif pada lingkungan
yang kompleks dan selalu berubah serta dipengaruhi oleh faktor genetik (Galton,
dalam Meirnayati, 2005). Istilah inteligensi dengan pengertian yang luas dan
bervariasi, tidak hanya oleh masyarakat umum tetapi juga oleh anggota – anggota
berbagai disiplin ilmu (Sternberg dalam Anastasi, 1997:219). Indikator kecerdasan
intelektual yang dikemukakan oleh Stenberg dalam Dwijayanti,(2009) yaitu:
1) Kemampuan memecahkan masalah
Kemampuan memecahkan masalah yaitu mampu menunjukkan pengetahuan
mengenai masalah yang dihadapi, mengambil keputusan tepat, menyelesaikan
14
2) Intelegensi verbal
Intelegensi verbal yaitu kosa kata baik, membaca dengan penuh pemahaman, ingin
tahu secara intelektual, menunjukkan keingintahuan.
3) Intelegensi praktis
Intelegensi praktis yaitu situasi, tahu cara mencapai tujuan, sadar terhadap
dunia sekeliling, menunjukkan minat terhadap dunia luar.
.1.4. Etika Profesi
Etika, dalam bahasa latin “ethica”, berarti falsafah moral. Etika merupakan
pedoman cara bertingkah laku yang baik dari sudut pandang budaya, susila, serta
agama (Martandi dan Suranta, 2006). Etika meliputi suatu proses penentuan yang
kompleks tentang apa yang harus dilakukan seseorang dalam situasi tertentu yang
disifati oleh kombinasi dari pengalaman dan pembelajaran masing-masing individu.
Menurut Socrates yang dimaksud dengan tindakan etis adalah tindakan yang
didasarkan pada nilai-nilai kebenaran. Benar dari sisi cara, teknik, prosedur, maupun
dari sisi tujuan yang akan dicapai. Dalam hal etika, sebuah profesi harus memiliki
komitmen moral yang tinggi yang dituangkan dalam bentuk aturan khusus. Aturan
15
yang biasa disebut sebagai kode etik. Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
dimaksudkan sebagai panduan dan aturan bagi seluruh anggota, baik yang
berpraktik sebagai auditor, bekerja di lingkungan dunia usaha, pada instansi
pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan. Etika profesional bagi praktik
auditor di Indonesia dikeluarkan oleh IAI (Sihwahjoeni dan Gudono, 2000 dalam
Choiriah, 2013).
Menurut Choiriah, (2013) kode etik IAI dibagi menjadi empat bagian beriku
ini: (1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interpretasi Aturan Etika, (4) Tanya dan
Jawab. Dalam hal ini, prinsip etika memberikan kerangka dasar bagi aturan etika
yang mengatur pelaksanaan pemberian jasa professional oleh anggota. Prinsip Etika
disahkan oleh Kongres IAI dan berlaku bagi seluruh anggota IAI sedangkan Aturan
Etika disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan hanya mengikat anggota
Kompartemen yang bersangkutan. Interpretasi etika merupakan interpretasi yang
dikeluarkan oleh Pengurus Kompartemen setelah memperlihatkan tanggapan dari
anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya, sebagai panduan penerapan
Aturan Etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup penerapannya. Tanya
dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota
Kompartemen tentang Aturan Etika beserta interpretasinya. Dalam Kompartemen
Akuntan Publik, Tanya dan Jawab ini dikeluarkan oleh Dewan Standar Profesional
Akuntan Publik (Mulyadi, 2002 dalam Choiriah, 2013). Kode`etik profesi
diharapkan dapat membantu para auditor untuk mencapai mutu pemeriksaan pada
16
2.2. Hubungan Antar Variabel
2.2.1 Hubungan antara Kecerdasan Emosional dan Kinerja Auditor
Daniel Goleman, seorang Psikolog ternama, dalam bukunya pernah
mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan dalam dunia kerja bukahanya
cognitive intelligence saja yang dibutuhkan tetapi juga emotional intelligence (EQ).
Purba (1999) dalam Choiriah (2013) berpendapat bahwa kecerdasan emosi adalah
kemampuan di bidang emos,i yaitu kesanggupan menghadapi frustasi, kemampuan
mengendalikan emosi, semangat optimisme, dan kemampuan menjalin
hubungandengan orang lain atau empati.
Hal tersebut seperti yang dikemukakan Patton (1998) dalam Meirnayati
(2005) bahwa penggunaan emosi yang efektif akan dapat mencapai tujuan dalam
membangun hubungan yang produktif dalam meraih keberhasilan kerja. Kinerja
tidak hanya dilihat oleh faktor intelektualnya saja tetapi juga ditentukan oleh faktor
emosinya. Seseorang yang dapat mengontrol emosinya dengan baik maka akan
dapat menghasilkan kinerja yang baik pula. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan
oleh Meyer (2004) dalam Meirnayati (2005) bahwa kecerdasan emosi merupakan
faktor yang sama pentingnya dengan kombinasi kemampuan teknis dan analisis
untuk menghasilkan kinerja yang optimal. Salah satu aspek dalam kecerdasan emosi
adalah motivasi. Menurut Goleman (2000), memotivasi diri sendiri merupakan
17
yang baik didalam proses audit berhubugan erat dengan bagaimana kualitas audit
yang dihasilkan.
Penelitian lainnya yang pernah dilakukan oleh Boyatzis (1999) dalam
Meirnayati (2005) dan Chermiss (1998) dalam Meirnayati (2005) terhadap beberapa
subjek penelitian dalam beberapa perusahaan, menunjukan bahwa karyawan yang
memiliki skor kecerdasan emosi yang tinggi akan menghasilkan kinerja yang lebih
baik yang dapat dilihat dari bagaimana kualitas dan kuantitas yang diberikan
karyawan tersebut terhadap perusahaan, walaupun sesorang tersebut memiliki
kinerja yang cukup baik tapi apabila dia memiliki sifat yang tertutup dan tidak
berinteraksi dengan orang lain secara baik maka kinerjanya tidak akan dapat
berkembang, hal ini berdampak pada kualitas audit yang tidak maksimal.
Secara khusus auditor membutuhkan EQ yang tinggi karena dalam
lingkungan kerjanya auditor akan berinteraksi dengan orang banyak baik di dalam
maupun di luar lingkungan kerja. EQ berperan penting dalam membentuk moral
disiplin auditor. Dalam dunia kerja auditor, berbagai masalah dan tantangan yang
harus dihadapi seperti persaingan yang ketat seperti tuntutan tugas, suasana kerja
yang tidak nyaman, dan masalah hubungan dengan orang lain. Masalah - masalah
tersebut dalam dunia kerja auditor bukanlah suatu hal yang hanya membutuhkan
kemampuan intelektualnya tetapi dalam menyelesaikan masalah tersebut
kemampuan emosi atau kecerdasan emosi lebih banyak diperlukan. Bila seorang
auditor dapat menyelesaikan masalah-masalah dalam dunia kerjanya dengan emosi
18
2.2.2 Hubungan Kecerdasan Intelektual dengan Kinerja Auditor
Karir dalam dunia kerja erat kaitannya dengan kecerdasan intelektual yang
dimiliki oleh seseorang. Seorang pekerja yang memiliki IQ tinggi diharapkan dapat
menghasilkan kinerja yang lebih baik dibandingkan mereka yang memiliki IQ lebih
rendah. Hal tersebut karena mereka yang memiliki IQ tinggi, lebih mudah menyerap
ilmu yang diberikan sehingga kemampuannya dalam memecahkan masalah yang
berkaitan dengan pekerjaannya akan lebih baik Eysenck (1981) dalam Meiranyati
(2005). Hunter (1996) dalam Meirnayati (2005) mengungkapkan bahwa perbaikan
kemampuan kognitif adalah cara terbaik untuk meningkatkan kinerja. Kemampuan
kognitif dalam hal ini kecerdasan intelektual merupakan alat peramal yang paling
baik untuk melihat kinerja sesorang di masa yang akan datang. Keseimbangan yang
baik antara IQ dan EQ harus dapat dicapai. Orang yang memiliki EQ yang baik
tanpa ditunjang dengan IQ yang baik pula belum tentu dapat berhasil dalam
pekerjaannya. Hal ini karena IQ masih memegang peranan yang penting dalam
kinerja seseoran sehingga keberadaan IQ tidak boleh dihilangkan begitu saja
(Carusso, 1999 dalam Choiriah, 2013).
Kecerdasan intelektual yang didasarkan tidak hanya dengan satu
kemampuan yang general saja. Ada kemampuan spesifik, yaitu biasa disebut dengan
pengetahuan yang dimiliki seseorang, yang dapat memprediksi kinerja seseorang.
Tes inteligensi dapat dipandang sebagai ukuran kemampuan belajar atau inteligensi
19
mereka akan mampu memahami dan menjalankan tugasnya dengan sangat baik, dan
implikasinya kinerja mereka akan baik. Tugas yang dihadapi oleh seorang auditor
merupakan suatu tugas yang menuntut auditor untuk memiliki analisis dan proses
berpikir rasional juga melibatkan kemampuan mental untuk menarik sebuah
simpulan. Kecerdasan intelektual merupakan suatu keharusan yang wajib dimiliki
oleh seorang auditor dalam melaksanakan tugas profesional yang dibebankan
kepadanya karena tugas tersebut merupakan suatu tugas yang menuntut daya
analisis tinggi serta proses berpikir rasional dalam pemecahan masalah yang
mungkin ditemui dalam setiap penugasan yang diterima sehingga hasilnya jika
auditor memiliki tingkat kemampuan intelektual yang tinggi maka kualitas dari hasil
audit yang dilakukan pasti lebih baik dan maksimal.
2.2.3. Hubungan antara Etika Profesi dengan Kinerja Audit
Kode etik akuntan merupakan norma perilaku yang mengatur hubungan
antara auditor dengan para klien, antara auditor dengan sejawatnya, dan antara
profesi dengan masyarakat. Kode Etik IAI dimaksudkan sebagai panduan dan aturan
bagi seluruh anggota, baik yang berpraktik sebagai auditor, bekerja di lingkungan
dunia usaha, pada instansi pemerintah, maupun di lingkungan dunia pendidikan
(Nugrahaningsih, 2005). Etika profesi berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan tugas pemeriksaan yang dilaksanakan oleh auditor. Behn et al (1997)
dalam Widagdo et al (2002) dalam Choiriah (2013) mengembangkan atribut kinerja
auditor salah satunya adalah standar etika yang tinggi. Dalam penugasan audit,
20
berpedoman pada etika profesi, serta pengelolaan sumber daya akuntan yang
dimiliki juga perlu dilakukan untuk dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
kerja auditor Nurhayati (2000) dalam Sapariyah (2011). Seiring dengan tuntutan
untuk menghadirkan suatu proses bisnis yang terkelola dengan baik, sorotan atas
kinerja akuntan terjadi dengan begitu tajamnya. Peristiwa bisnis yang melibatkan
akuntan yang tidak profesional seharusnya memberikan pelajaran untuk
mengutamakan etika dalam melaksananakan praktik profesional akuntansi.
Bagaimanapun situasi kontekstual memerlukan perhatian dalam berbagai aspek
pengembangan profesionalisme akuntan, termasuk di dalamnya melalui suatu
penelitian. Kode etik profesi merupakan kaidah-kaidah yang menjadi landasan bagi
eksistensi profesi dan sebagai dasar terbentuknya kepercayaan masyarakat karena
dengan mematuhi kode etik, akuntan diharapkan dapat menghasilkan kualitas
kinerja yang paling baik bagi masyarakat, sehingga jika semakin tinggi tingkat
ketaatan auditor terhadap kode etik profesinya, maka kinerja dan kualitas audit yang
akan dicapai akan semakin baik pula.
2.3. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Peran penelitian sebelumnya sangat berguna bagi penulis untuk melakukan
penelitian ini lebih lanjut. Penelitian ini dibuat dengan mengacu beberapa penelian
21
Hasil dari penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian ini masih
menghasilkan penemuan yang berbeda - beda. Hal inilah yang menjadi salah satu
sebab permasalahan ini sangat menarik untuk ditinjau dan diteliti kembali.
2.3.1. Penelitian Nugroho, Suharti dan Laksana (2008)
Nugroho, Suharti, dan Laksana (2008), meneliti tentang Pengaruh
Kemampuan Intelektual, dan Kemampuan Emosional Terhadap Kinerja Auditor
Melalui Kepuasan Kerja Sebagai Variabel Intervening. Didalam penelitian tersebut
variabel yang diamati adalah kinerja auditor sebagai variabel dependen dan
kemampuan intelektual, kemampuan emosional sebagai variabel independen dan
juga kepuasan kerja sebagai variabel intervening
Berdasarkan hasil analisis dan bahasan analisis yang telah diuraikan, maka
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
I. Variabel kemampuan intelektual dan kemampuan emosional mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel kepuasan kerja
2. Variabel kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
22
3. Dengan menggunakan koefisien jalur, menunjukan bahwa kemampuan intelektual
dan kemampuan emosional berpengaruh langsung ke kinerja auditor (tidak melalui
kepuasan kerja sebagai variabel intervening).
2.3.2. Penelitian Noor dan Sulistyawati (2010)
Penelitian terdahulu yang kedua ini meneliti tentang “Kecerdasan Emosional
dan Kinerja Auditor Pada Kantor Akuntan Publik”. Apakah keterampilan emosi,
nilai dan keyakinan berpengaruh secara simultan atau berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja auditor. Nilai dan keyakinan merupakan suatu batasan toleransi
yang berlandaskan nilai etika, belas kasihan, intuisi, radius kepercayaan, daya
pribadi dan integritas yang dimiliki oleh para auditor.
Variabel yang diamati adalah kinerja auditor sebagai variabel dependen,
keterampilan, kecakapan, nilai dan keyakinan emosi sebagai variabel independen,
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi.
Hasil penelitian terdahulu menyatakan bahwa:
1. Keterampilan emosi, kecakapan emosi, dan nilai dan keyakinan emosi auditor
secara bersama-sama (simultan) berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor.
23
kecakapan emosi, dan nilai dan keyakinan emosi memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap kinerja auditor dengan arah pengaruh positif.
2. Ketrampilan emosi, kecakapan emosi, dan nilai dan keyakinan emosi auditor
secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja auditor. Dimana hasil
pengujian model regresi mendapatkan bahwa ketrampilan emosi, kecakapan emosi,
dan nilai dan keyakinan emosi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
auditor dengan arah pengaruh positif.
2.3.3. Penelitian Kusuma (2011)
Penelitian terdahulu yang ketiga berjudul Pengaruh Pelaksanaan Etika
Profesi dan Kecerdasan Emosional Terhadap Pengambilan Keputusan Bagi Auditor
(Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) di Semarang). Didalam penelitian tersebut variabel yang diamati adalah
pengambilan keputusan seabagai variabel dependen, lalu variabel independen terdiri
dari komponen - komponen atau dimensi - dimensi yang terdapat dalam etika
profesi dan kecerdasan emosional.
Berdasarkan hasil analisis dari penelitian tersebut adalah :
1. Etika profesi berpengaruh terhadap pengambilan keputusan yang dilakukan
24
2. Tingkat kecerdasan emosional seorang auditor berpengaruh terhadap
pengambilan keputusan pada hasil audit.
2.3.4. Penelitian Notoprasetio (2012)
Penelitian terdahulu yang keempat berjudul Pengaruh Kecerdasan
Emosional dan Kecerdasan Spiritual Auditor terhadap Kinerja Auditor pada kantor
akuntan publik di Surabaya. Variabel yang diamati adalah kinerja auditor sebagai
variabeln dependen. Kecerdasan emosional dan spiritual sebagai variabel
independen.
Berdasarkan dari hasil analisis, maka dapat disimpulkan bahwa kecerdasan
emosional (EQ) berpengaruh signifikan dan berpengaruh positif terhadap kinerja
auditor, hal ini dapat dikarenakan semakin baik kecerdasan emosional yang
dipunyai oleh seorang akuntan, maka akan berpengaruh signifikan dan dapat pula
menghasilkan suatu kinerja yang baik, begitu pula sebaliknya. Sedangkan
kecerdasan spritual (SQ) juga berpengaruh signifikan dan berpengaruh positif
terhadap kinerja auditor, berarti semakin baik kecerdasan spiritual yang dimiliki
maka akan semakin baik pula hasil yang akan diberikan begitu pula sebaliknya.
Keterbatasan didalam penelitian ini adalah :
1. Kinerja auditor pada penelitian ini hanya ditinjau dari pengaruh kecerdasan
25
kerja (kantor akuntan publik) masih banyak aspek lain yang dapat
berpengaruh terhadap kinerja yang tidak terwakili antara lain : kecerdasan
intelektual.
2. Respoden penelitian yang terbatas hanya di daerah Surabaya, dimana hasil
penelitian ini kemungkinan akan berubah jika diterapkan pada daerah lain.
Selain itu, jumlah sampel responden yang digunakan kecil tidak dapat
sepenuhnya diandalkan untuk generalisasi penelitian yang lebih luas
3. Pada penelitian ini, responden yang mengisi kuesioner sebagian besar
merupakan staf auditor yang bekerja lebih dari 1 tahun.
2.3.5. Penelitian Nugraha (2012)
Penelitian terdahulu yang keenam berjudul “Pengaruh Kompetensi,
Tekanan Waktu, Pengalaman Kerja, Etika dan Independensi Auditor Terhadap
Kualitas Audit”. Didalam penelitian ini ditarik kesimpulan bahwasannya secara
simultan variabel kompetensi, pengalaman kerja, etika dan independensi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit namun berbeda dengan variabel tekanan
waktu yang berpengaruh negatif terhadap kualitas audit.
Implikasi yang dapat disajikan adalah memberikan bukti empiris
bahwasannya variabel - variabel tersebut berpengaruh terhadap kualitas audit, dan
juga dapat digunakan sebagai bahan masukan yang akurat terhadap auditor eksternal
26
2.3.6. Penelitian Choiriah (2013)
Penelitian terdahulu yang keenam berjudul Pengaruh Kecerdasan Emosional,
Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual dan Etika Profesi terhadap Kinerja
Auditor dalam Kantor Akuntan Publik (Studi empiris pada KAP di kota Padang dan
Pekanbaru). Pada penelitian tersebut variabel yang diamati adala Kinerja Auditor
sebagai variabel dependen sedangkan Kecerdasan Emosional, Kecerdasam
Intelektual, Kecerdasan Spiritual dan Etika Profesi sebagai variabel Independen.
Hasil dari yang didapat dari penelitian mengenai Pengaruh Kecerdasan
Emosional, Kecerdasan Intelektual, Kecerdasan Spiritual dan Etika Profesi terhadap
Kinerja Auditor adalah sebagai berikut :
1. Kecerdasan Emosional berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
auditor
2. Kecerdasan Intelektual berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja
auditor
3. Kecerdasan Spiritual berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor
4. Etika Profesi berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja auditor
27
Kinerja seorang auditor adalah merupakan hasil evaluasi terhadap pekerjaan
auditor dalam pemeriksaan yang diukur berdasarkan standar audit yang berlaku.
Didalam proses kinerjanya seorang auditor dihadapkan banyak tantangan untuk
mewujudkan proses audit dan hasil audit yang transparan dan akuntabilitas. Banyak
hal yang mempengaruhi seorang auditor dapat bertindak sesuai apa yang menjadi
tanggung jawabnya dan kewajibanya. Dimulai dari kecerdasan emosional seorang
auditor yang mempengaruhi kepekaan. Disamping itu kecerdasan secara intelektual
juga mempengaruhi proses auditor didalam melakukan pemeriksaan, karena
kecerdasan intelektual berkaitan dengan bagaimana sistem kerja dari seorang
auditor dalam memecahkan masalah, dan yang terakhir etika profesi juga berkaitan
sejauh mana moral seorang auditor dalam berkomitmen untuk menciptakan proses
audit yang jujur, transparan, akuntabilitas dan dapat dipertanggung jawabpan
Kecerdasan Emosional
Kecerdasan Intelektual
28
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.5. Hipotesis Penelitian
Penelitan terdahulu oleh Noor dan Sulistyawati (2010) kinerja auditor
dipengaruhi oleh kecerdasan emosional. Banyak faktor yang terkandung
didalam kecerdasan emosional, ada keterampilan emosi, kecakapan emosi dan
yang terakhir adalah nilai dan keyakinan emosi, lalu pada penelitian
Notoprasetio (2012) juga disampaikan kinerja auditor juga dipengaruhi oleh
kecerdasan emosional sehingga dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut:
H1: Kecerdasan emosional berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
Penelitian terdahulu oleh Nugroho, dkk (2008) kemampuan intelektual
berpengaruh terhadap kinerja auditor melalui variabel interverning kepuasan
kerja. Dari penelitian didapat sebuah kesimpulan bahwa kemampuan intelektual
berpengaruh terhadap kinerja auditor. Secara tidak langsung hal ini menunjukan
bahwa seseorang dapat memilikan kemampuan intelektual pastinya didasar
kecerdasan yang kuat. Sehingga secara tidak langsung dapat disimpulkan
kecerdasan intelektual berpengaruh terhadap kualitas audit. Lalu menurut
29
terhadap kinerja seorang auditor dalam Kantor Akuntan Publik sehingga uraian
di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
H2: Kecerdasan intelektual berpengaruh positif terhadap kinerja auditor.
Hal ini didasari oleh penelitian sebelumnya oleh Kusuma (2011). Didalam
penelitan ini menjelaskan bahwa Etika Profesi mempengaruhi pengambilan
keputusan bagi auditor. Oleh sebab itu secara tidak langsung dapat dikatakan
bahwasannya etika profesi mempengaruhi kualitas audit. Karena apabila
pengambilan keputusan seorang auditor itu baik maka kualitas audit pun pasti
baik. Menurut Choiriah (2013) etika profesi berpengaruh signifikan positif
terhadap kinerja seorang auditor sehingga dapat dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dijelaskan pada
bab terdahulu, maka jenis penelitian ini dikelompokkan pada penelitian kausatif
(causative). Dimana penelitian ini bertujuan untuk melihat seberapa jauh variabel
bebas mempengaruhi variabel terikat. Penelitian ini berusaha menjelaskan pengaruh
kecerdasan emosional (X1), kecerdasan intelektual (X2), dan etika profes (X3),
terhadap kinerja auditor (Y) sebagai variable dependen.
3.2. Populasi atau Objek Penelitian dan Sampel
Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang menarik
minat peneliti untuk diselidiki. Populasi penelitian ini adalah ±90 auditor yang ada
di KAP wilayah DIY.
Sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki karateristik untuk
diselidiki. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah
Convenience Sampling / sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Convenience Sampling merupakan teknik dalam memilih sampel, peneliti
tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja.
Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau
kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis
menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive
28
sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk
penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang
sampelnya diambil secara acak (random).
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data subjek. Data
subjek adalah jenis data penelitian yang berupa opini, sikap, pengalaman atau
karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang menjadi subyek penelitian
atau responden yaitu akuntan public yang ada di DIY Sumber Data yang digunakan
dalam penelitian ini adalah data primer.
Data primer yaitu data penelitian yang diperoleh langsung dari sumber data
(tidak melalui perantara). Data primer dikumpulkan secara khusus oleh peneliti
untuk menjawab pertanyaan penelitian. Data primer diperoleh dengan menggunakan
daftar pertanyaan yang telah terstruktur dengan tujuan untuk mengumpulkan
informasi dari para responden.
29
Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner tertutup kepada
auditor muda, auditor senior, manajer dan partner KAP yang ada di DIY. Kuesioner
disebarkan langsung ke responden, demikian pula pengembaliannya dijemput
sendiri oleh peneliti sesuai dengan kesepakatan pengembalian yang telah disepakati
responden.
3.5. Variabel Penelitian dan Pengukuran Variabel
Menurut Sekaran (2006), variabel independen adalah variabel yang
mempengaruhi variabel dependen, baik secara positif ataupun negatif. Variabel
independen dalam penelitian ini adalah:
1. Kecerdasan emosional
2. Kecerdasan intelektual
3. Etika profesi
Sedangkan variabel dependen dalam penelitian ini adalah kinerja auditor.
3.5.1 Variabel Independen
1. Kecerdasan emosional (X1)
Kecerdasan emosional terdiri atas beberapa aspek yang terkandung, yaitu
Kesadaran diri
Pengaturan diri
30
Empati
Keterampilan sosial
Satuan pengukuran yang digunakan adalah 5 skala likert. Diukur
menggunakan instrumen yang dikembangkan oleh Goleman (2005) dalam
Dwijayanti (2009).
2. Kecerdasan intelektual (X2)
Kecerdasan intelektual terdiri atas beberapa aspek yaitu, kemampuan
memecahkan masalah, itelegensi verbal dan intelegensi praktis. Satuan
pengukuran yang digunakan adalah 5 skala likert. Diukur menggunakan
instrumen yang dikembangkan oleh Goleman (2005) dalam Dwijayanti (2009).
3. Etika profesi (X3)
Satuan pengukuran yang digunakan adalah 5 skala likert dengan
menggunakan instrumen Nugraha (2012).
3.5.2 Variabel Dependen
Kinerja auditor menjadi variabel terikat/variabel dependen (Y). Satuan
pengukuran 5 skala likert. Diukur dengan menggunakan instrumen Nugraha (2012).
31
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif.
Analisis kuantitatif adalah suatu analisa data yang diperoleh dari daftar pertanyaan
yang sudah diolah dalam bentuk angka-angka dan pembahasannya melalui
perhitungan statistik. Tahap yang pertama adalah kuesioner diisi dan diperoleh dari
responden dilakukan dalam beberapa proses sebelum diolah dalam statistik.
Pemberian skor atau nilai dalam penelitian ini digunakan skala linkert yang
merupakan salah satu cara menentukan skor. Skor ini digolongkan dalam lima
tingkatan, yaitu :
a) Jawaban SS (Sangat Setuju) diberi nilai 5
b) Jawaban S (Setuju) diberi nilai 4
c) Jawaban R (Ragu - ragu ) diberi nilai 3
d) Jawaban TS (Tidak Setuju) diberi nilai 2
e) Jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi nilai 1
3.6.1 Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Untuk melihat validitas dari
masing-masing item kuesioner, digunakan Corrected Item-Total Correlation
(Ghozali, 2011) .
32
Jika r hitung < r tabel maka data dikatakan tidak valid
3.6.2 Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui kekonsistenan jawaban seseorang terhadap pernyataan dari waktu ke
waktu.Suatu Instrumen dikatakan reliabel (handal) jika jawaban seseorang terhadap
pertanyaan konstan atau stabil dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas yang
dimaksudkan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui kekonsistenan jawaban
seseorang terhadap pernyataan dari waktu ke waktu. Uji reliabilitas pada
penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dengan batasan nilai minimum 0,7
Ghozali (2011). Apabila nilai Cronbach’s Alpha yang dihasilkan lebih besar dari
0,7 maka instrumen lebih reliabel untuk digunakan pada penelitian ini.
.
3.6.3 Uji Normalitas Residual
Uji normalitas residual digunakan untuk menguji apakah distribusi data
mendekati normal. Data yang baik adalah data yang pola distribusinya normal. Uji
normalitas dilakukan dengan menggunakan one sample Kolmogorov-Smirnov test
33
adalah dengan melihat asymp. sig. (2 tailed). Jika nilai asymp. sig yang dihasilkan >
0,05 maka residual berdistribusi normal (Ghozali, 2011).
.
3.6.4 Analisis Regresi Berganda
Dari data yang telah dikumpulkan, maka akan diolah dengan menggunakan
alat analisa regresi berganda (Multiple Regression) dengan menggunakan program
Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16. Alat analisis regresi berganda
digunakan untuk melihat pengaruh beberapa variabel independen terhadap satu
variabel dependen. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = a + ß1X1 + ß2X2 + ß3X3 + e
Keterangan:
Y = Kinerja Auditor
a = Konstanta
ß = Koefisien Regresi
34
X2 = Kecerdasan Emosional
X3 = Etika Profesi
e = Error Term
3.6.5 Uji Hipotesis
3.6.5.1 Uji Koefisien Determinasi (R²)
Pengujian koefisien Determinasi (R²) pada intinya adalah untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variable
dependen.
Uji reliabilitas pada penelitian ini menggunakan uji reliabilitas
dengan batasan nilai minimum 0,7 Ghozali (2011). Apabila nilai cronbach
alpha yang dihasilkan lebih besar dari 0,7 maka instrumen lebih reliabel untuk
digunakan pada penelitian ini. Koefisien determinasi (Adjusted R2) dapat dilihat
pada output Moddel Summary dari hasil analisis regresi linear berganda. Nilai
yang mendekati 1 (satu) berarti variabel–variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
35
3.6.5.2 Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji kesesuaian atau kelayakan apakah model
yang digunakan fit atau tidak. Menurut Ghozali (2011) uji F pada dasarnya
menunjukkan model regresi fit (layak) atau tidak. Pengujian dilakukan dengan uji
dua sisi dengan derajat kepercayaan sebesar 5% (α = 0,05). Berikut adalah kriteria
yang digunakan dalam penerimaan ataupun penolakan suatu hipotesis:
1. Jika nilai signifikansi < α = 5% maka hipotesis didukung (model regresi layak)
2. Jika nilai signifikansi > α = 5% maka hipotesis tidak didukung (model regresi
tidak layak/tidak sesuai).
3.6.5.3 Uji t
Menurut Ghozali (2011) uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa
jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji
adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Suatu variabel independen
bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.
Pengujian dilakukan dengan uji dua sisi dengan derajat kepercayaan sebesar 5%
(α = 0,05).
Berikut adalah kriteria yang digunakan dalam penerimaan ataupun
36
Jika nilai signifikansi < α = 5% maka hipotesis didukung (adanya pengaruh
yang signifikan antara variabel independen dengan variabel dependen).
Jika nilai signifikansi > α = 5% maka hipotesis tidak didukung (tidak ada
pengaruh yang signifikan antara variabel independen dengan variabel
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu melalui kuesioner yang
disebar langsung kepada responden yang bekerja sebagai auditor pada Kantor
Akuntan Publik Daerah Istimewa Yogyakarta. Penyebaran kuesioner dimulai pada
awal bulan April, 2014 dan terkumpul kurang lebih 2 bulan (±60 hari) setelah
penyebaran.
Bab ini akan menjelaskan data yang dikumpulkan dan akan dianalisis
untuk membuktikan pengaruh variabel independen (kecerdasan emosional,
kecerdasan intelektual, dan etika profesi) terhadap variabel dependen (kinerja
auditor). Data yang diperoleh dari kuesioner, kemudian dikuantitatifkan agar dapat
dianalisis secara statistik.
4.2 Gambaran Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kantor
Akuntan Publik (KAP), yaitu suatu badan usaha yang telah mendapatkan ijin dari
menteri keuangan atau pejabat lain yang berwenang sebagai wadah bagi akuntan
publik dalam memberikan jasanya. Sedangkan akuntan publik atau auditor
independen adalah akuntan yang telah memperoleh ijin dari menteri keuangan atau
pejabat yang berwenang untuk memberikan jasanya. Kantor Akuntan Publik dalam
pekerjaannya memberikan beberapa yang disebut dengan jasa audit.
36
Dalam struktur organisasi KAP sendiri terdiri dari rekan/partner, manajer,
auditor senior, dan auditor junior. Masing-masing jabatan tersebut memiliki tugas
dan fungsinya masing-masing.
1. Rekan/partner, bertanggung jawab secara keseluruhan atas segala
pekerjaan yang ditangani KAP.
2. Manajer, mereview program audit, mereview kertas kerja, laporan audit
dan management letter.
3. Auditor senior, bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pemeriksaan,
serta mengarahkan dan mereview pekerjaan akuntan junior.
4. Auditor junior, pelaksana prosedur pemeriksaan secara rinci sesuai dengan
pengarahan dari akuntan senior.
Responden dalam penelitian ini pada semua jajaran dan bagian, diambil
secara acak. Penelitian ini dilakukan pada Kantor Akuntan Publik di Yogyakarta.
Dengan total keseluruhan 10 KAP. Dimana berdasarkan data dari IAI jumlah KAP
yang ada di Yogyakarta berjumlah 10 KAP. Dari keseluruhan jumlah KAP tersebut
hanya 5 KAP yang bersedia mengisi kuesioner. Dan dari 5 KAP tersebut dibagikan
37
Tabel 4.1 berikut menunjukan daftar nama KAP dan jumlah auditor yang
bersedia mengisi kuesioner:
Tabel 4.1
Nama Kantor Akuntan Publik dan Jumlah Responden
No. Nama KAP Jumlah Responden
1. KAP. Drs. Henry & Sugeng (Pusat) 6 2. KAP. Bismar, Muntalib & Yunus(CAB) 6
3. KAP. Cab. Dra. Suhartati dan rekan 12
4. KAP. Drs. Soeroso Donosapoetro 5
5. KAP. Hadori Sugiarto Adi dan rekan 8
Total 37
Sumber: Data yang diolah.
Tabel 4.2 berikut menunjukan distribusi kuesioner penelitian yang
menunjukan jumlah kuesioner yang disebar, yang berhasil terkumpul
kembali serta kuesioner yang dapat diolah.
Tabel 4.2
Distribusi Kuesioner Penelitian
No Keterangan Jumlah Kuesioner Presentase
1 Kuesioner yang disebar 50 100%
2 Kuesioner yang tidak kembali (13) 26%
3 Kuesioner yang kembali 37 74%
Data yang dapat diolah 37 74%
38
4.3 Statistik Deskriptif
Tabel 4.3 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kecerdasan Emosional 37 3.70 5.00 4.2405 .32271 Kecerdasan Intelektual 37 3.00 4.70 3.9703 .32733 Etika Profesi 37 3.60 5.00 4.3486 .38415 Kinerja Auditor 37 3.80 5.00 4.3595 .35155 Valid N (listwise) 37
Dari tabel statistik deskriptif di atas dapat dilihat bahwa:
1. Variabel Kecerdasan Emosional memiliki nilai minimum sebesar 3,70, nilai
maksimum 5,00, nilai mean 4,2405 dan nilai standar deviasi sebesar 0,32271.
2. Variabel Kecerdasan Intelektual memliki nilai minimum sebesar 3,00, nilai
maksimum 4,70, nilai mean sebesar 3,9703 dan nilai standar deviasi sebesar
0,32733.
3. Variabel Etika Profesi memiliki nilai minimum sebesar 3,60, nilai maksimum
5,00, nilai mean sebesar 4,3486. dan nilai standar deviasi sebesar 0,38415.
4. Variabel Kinerja Auditor memiliki nilai minimum sebesar 3,80, nilai
maksimum 5,00 nilai mean sebesar 4,3595 dan nilai standar deviasi sebesar
0,35155.
4.4. Hasil Uji Normalitas
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S). Uji
39
memiliki distribusi normal sehingga dapat dipakai dalam statistik parametrik
(statistik inferensial). Hasil uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) disajikan pada
tabel berikut:
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Predicted Value
N 37
Normal Parametersa,b Mean 4.3594595 Std. Deviation .23315405
Most Extreme Differences
Absolute .143 Positive .143 Negative -.073 Kolmogorov-Smirnov Z .869 Asymp. Sig. (2-tailed) .438
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Dari Tabel 4.4 di atas, nilai dari Kolmogorov-Smirnov Z adalah
sebesar 0,869, sedangkan nilai Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0,438. Nilai
signifikansi Asymp. Sig. (2-tailed) lebih besar atau di atas 0,05 (5%) berarti
tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara data yang diuji dengan
data normal yang baku. Sehingga disimpulkan bahwa hasil uji normalitas
menunjukkan bahwa nilai residual berdistribusi normal dan memenuhi
asumsi normalitas.