• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FERI EKA PRAYOGI BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - FERI EKA PRAYOGI BAB II"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Asuhan Keperawatan Pasien Kejang Demam a. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat mengidentifikasi, mengenal masalah-masalah kebutuhan kesehatan dan keperawatan klien, baik fisik, mental, social dan lingkungan (Dermawan, 2012). Pengkajian yang perlu dilakukan, antara lain :

1) Indentitas Pasien : nama, alamat, tanggal masuk Rumah Sakit, dan Diagnosa Medis

2) Keluhan Utama

Biasanya pasien mengalami demam tinggi yang diikuti kejang 3) Riwayat Kesehatan Sekarang

(2)

4) Riwayat Kesehatan Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit yang serupa. 5) Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah keluarganya mempunyai riwayat penyakit yang sama dengan pasien.

6) Pemeriksaan Fisik

a) Kesadaran dan keadaan umum pasien

Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar-tidak sadar (composmentis-coma) untuk mengetahui berat ringannya prognosis penyakit pasien.

b) Tanda-tanda vital dan pemeriksaan fisik kepala-kaki

TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari keadaan umum pasien / kondisi pasien dan termasuk pemeriksaan dari kepala sampai kaki dengan menggunakan prinsip-prinsip (inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi), disamping itu juga penimbangan BB untuk mengetahui adanya penurunan BB karena peningkatan gangguan nutrisi yang terjadi, sehingga dapat dihitung kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan.

b. Diagnosa

(3)

kehidupan yang aktual/potensial yang merupakan dasar untuk memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang meupakan tanggung jawab perawat (Dermawan, 2012).

Fokus masalah keperawatan :

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (diagnosa Nanda Nic-Noc, 2015).

c. Perencanaan

Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan , kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).

Fokus perencanaan:

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit.

Tujuan dan Kriteria Hasil (NOC)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 X 15 menit diharapkan demam hilang.

Kriteria Hasil :

a) Vital Sign dalam rentang normal

b) Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi (NIC)

Fever treatment

(4)

b) Monitor IWL c) Monitor warna kulit d) Monitor vital sign

e) Monitor tingkat kesadaran

f) Lakukan kompres hangat pada aksila dan lipat paha g) Kolaborasi pemberian anti piretik

h) Kolaborasi pemberian cairan intravena

i) Ajarkan indikasi dari hipotermi dan penanganannya

d. Implementasi

Implementasi adalah tindakan yang dilakukan setelah perencanaan dan berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.

1) Hipertermia berhubungan dengan proses penyakit (diagnosa Nanda Nic-Noc, 2015).

e. Evaluasi

(5)

2. Konsep Kejang Demam a. Pengertian

Demam terajadi pada suhu >38°C, biasanya disebabkan oleh infeksi (bakteri, virus, jamu atau parasit), penyakit autoimun, keganasan, ataupun obat – obatan (Suririnah, 2009).

Kejang merupakan suatu perubahan fungsi pada otak secara mendadak dan sangat singkat atau sementara yang dapat disebabkan oleh aktifitas otak yang abnormal serta adanya pelepasan listrik serebral yang sangat berlebih (Hidayat Aziz, 2008). Kejang demam adalah serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas 38°C. (Riyadi & Sujono, 2013).

Kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal > 38°C) yang disebabkan oleh suatu proses di luar otak. Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali tidak termasuk dalam kejang demam (Hartono, 2011).

(6)

anak-anak mengalami satu kali kekambuhan (Wong, 2008). Kejang demam terjadi pada kenaikan suhu tubuh yang biasanya disebabkan oleh proses ekstrakranium sering terjadi pada anak, terutama pada penggolongan anak umur 6 bulan sampai 4 tahun (Ridha, 2014).

b. Etiologi

kondisi yang menyebabkan kejang demam antara lain : infeksi yang mengenai jaringan ektrakranial seperti tonsilitis, ototis media akut, bronchitis (Riyadi & Sujono, 2013). Sedangkan menurut Wong, (2008) Penyebab kejang demam belum dapat dipastikan. Pada sebagian besar anak, tingginya suhu tubuh, bukan kecepatan kenaikan suhu tubuh, menjadi faktor pencetus serangan kejang demam. Biasanya suhu demam lebih dari 38°C dan terjadi saat suhu tubuh naik dan bukan pada saat setelah terjadinya kenaikan suhu yang lama. Menurut Ridha (2014), mengatakan faktor resiko terjadinya kejang demam diantaranya:

1) Faktor-faktor prenatal, 2) Malformasi otak congenital, 3) Faktor genetika,

4) Demam,

5) Gangguan metabolisme, 6) Trauma,

(7)

8) Gangguan Sirkulasi.

c. Manifestasi Klinis

Menurut Nurarifin (2015), gejala umum :

1) Kejang umum biasanya diawali kejang tonik kemudian klonik berlangsung 10 s.d 15 menit, bisa lebih,

2) Takikardia : pada bayi frekuensi sering diatas 150-200 per menit, 3) Pulsasi arteri melemah dan tekanan nadi mengecil yang terjadi

sebagai akibat menurunnya curah jantung, 4) Gejala bendungan system vena

a) Hepatomegali,

b) Peningkatan tekanan vena jugularis, d. Klasifikasi

Menurut Nurarifin (2015), klasifikasikan kejang demam sebagai berikut:

1) Kejang parsial

a) Kejang parsial sederhana (gejala-gejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran)

b) Kejang parsial komplek (gejala komplek, umumnya dengan gangguan kesadaran)

c) Kejang parsial skunder menyeluruh 2) Kejang umum

(8)

b) Abasence

c) Kejang mioklonik (epilepsy bilateral yang luas) d) Kejang atonik

e) Kejang tonik f) Kejang klonik

3) Kejang demam sederhana a) Kejang berlangung singkat

b) Umumnya kejang berhenti sendiri dalam waktu <10 menit c) Tidak berulang dalam waktu 24 jam

4) Kejang demam kompleks

a) Kejang berlangsung lama, lebih dari 15 menit

b) Kejang fokal atau parsial satu sisi atau kejang umum didahului kejang parsial

c) Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam.

e. Patofisiologi

Infeksi yang terjadi pada jaringan di luar kranial seperti tonsilitis, otitis media akut, bronkitis penyebab terbanyaknya adalah bakteri yang bersifat toksik. Toksis yang dihasilkan oleh mikro organisme dapat menyebar ke seluruh tubuh melalui hematogen maupun limfogen.

(9)

sebagai tanda tubuh dalam bahaya secara sistemik. Naiknya pengaturan suhu di hipotalamus akan merangsang kenaikan suhu di bagian tubuh yang lain seperti otot, kulit sehingga terjadi peningkatan kontraksi otot.

Naiknya suhu dihipotalamus, otot, kulit, dan jaringan tubuh yang lain akan di sertai pengeluaran mediator kimia sepeti epinefrin dan prostagladin. Pengeluaran mediator kimia ini dapat merangsang peningkatan potensial aksi pada neuron. Peningkatan potensial inilah yang merangsang perpindahan ion Natrium, ion Kalium dengan cepat dari luar sel menuju ke dalam sel. peristiwa inilah yang diduga dapat menaikan fase depolarisasi neuron dengan cepat sehingga timbul kejang.

(10)

f. Pathway

(11)

g. Pemeriksaan Penunjang

1) Pemeriksaan laboraturiun berupa pemeriksaan darah tepi lengkap, elektrolit, dan glukosa darah dapat dilakukan walaupun kadang tidak menunjukan kelainan yang berarti.

2) Indikasi lumbal pungsi pada kejang demam adalah untuk menegakan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Indikasi lumbal pungsi pada pasien dengan kejang demam meliputi:

a) Bayi 12 bulan harus dilakukan lumbal pungsi karena gejala meningitis sering tidak jelas.

b) Bayi antara 12 bulan – 1 tahun dianjurkan untuk melakukan lumbal pungsi kecuali pasti bukan meningitis.

3) Pemeriksaan EEG dapat dilakukan pada kejang demam yang tidak khas.

4) Pemeriksaan foto kepala, CT-scan, dan/atau MRI tidak dianjurkan pada anak tanpa kelainan neurologist karena hamper semuanya menunjukan gambaran normal. CT-scan atau MRI direkomendasikan untuk kasus kejang fokal untuk mencari lesi organic di otak.

h. Komplikasi

(12)

1) Deficit neurologic, 2) Epilepsy,

3) Redtradasi metal dan/atau, 4) Perubahan perilaku.

Sedangkan menurut Rudolph (2007), kejang demam dapat mengakibatkan gangguan tingkah laku serta penurunan intelegensi dan pencapaian tingkatak ademik.

i. Penatalaksanan Medis

Biasanya kejang demam berlangsung singkat dan pada waktu pasien datang, kejang sudah berhenti. Apabila datang dalam keadaan kejang, obat yang paling cepat untuk menghentikan kejang adalah diazepam yang diberikan secara intravena. Dosis diazepam intravena adalah 0,3 – 0,5 mg/kg perlahan lahan dengan kecepatan 12 mg/menit atau dalam waktu 35 menit, dengan dosis maksimal 20 mg.

(13)

1) Bila setelah pemberian diazepam rektal kejang belum berhenti, dapat diulang lagi dengan cara dan dosis yang sama dengan interval waktu 5 menit.

2) Bila setelah 2 kali pemberian diazepam rektal masih tetap kejang, dianjurkan ke rumah sakit. Di rumah sakit dapat diberikan diazepam intravena dengan dosis 0,3 – 0,5 mg/kg. 3) Bila kejang tetap belum berhenti, berikan fenitoin secara

intravena dengan dosis awal 1020 mg/kg/kali dengan kecepatan 1 mg/kg/menit atau kurang dari 50 mg/menit. Bila kejang berhenti dosis selanjutnya adalah 48 mg/kg/hari, dimulai 12 jam setelah dosis awal.

Bila dengan fenitoin kejang belum berhenti, maka pasien harus dirawat di ruang rawat intensif. Bila kejang telah berhenti, pemberian obat selanjutnya tergantung dari jenis kejang demam, apakah kejang demam sederhana atau kompleks dan faktor resikonya ( Hartono, 2011).

3. Konsep Kompres Hangat a. Pengertian

(14)

yang cukup efektif dalam menurunkan demam. Oleh karena itu, sebaiknya penggunaan antipiretik tidak diberikan secara otomatis pada setiap keadaan demam (Mohamad, 2012 dalam Nurhasanah 2013).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ayu, Irwanti dan mulyanti (2015) menunjukan bahwa teknik pemberian kompres hangat pada daerah aksila lebih efektif terhadap penurunan suhu tubuh dibandingkan dengan teknik pemberian kompres hangat pada dahi rata-rata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat pada daerah aksila pada pasien demam sebesar 0,247°C, rerata derajat penurunan suhu tubuh sebelum dan sesudah dilakukan kompres hangat pada daerah dahi pada pasien demam sebesar 0,111°C. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Purwanti dan Ambarwati (2008), menunjukan bahwa terdapat perbedaan suhu tubuh setelah dilakukan kompres hangat dengan rata-rata mengalami perubahan suhu tubuh sebesar 0,97°C.

b. Mengukur Suhu Tubuh

(15)

c. Cara Mengatasi Demam

Demam atau suhu tubuh yang tinggi dapat diturunkan dengan berbagai cara. Cara yang paling sering digunakan adalah meminum obat penurun demam seperti Paracetamol ataupun Ibuprofen. Selain itu adalah dengan mengobati penyebab demam, dan apabila ternyata demamnya karena infeksi oleh bakteri maka diberikan antibiotik untuk membunuh bakteri. Tetapi obat- obatan saja tidak cukup, sehingga perlu dilakukan kompres untuk membantu menurunkan suhu tubuh saat demam (asmadi 2008 dalam ayu 2015).

Menurut Purwanti dan Ambarwati, (2008) cara mengatasi demam yaitu sebagai berikut :

1) Minum banyak, karena demam dapat menimbulkan dehidrasi

2) Kompres anak dengan air hangat. Akibatnya suhu tubuh anak bukannya turun, melainkan tambah panas. Sebaiknya kompres dilakukan ketika: anak merasa uncomfortable, suhu mencapai 40C, pernah kejang demam/keluarga dekat pernah menderita kejang demam atau anak muntah-muntah sehingga obat tidak bisa masuk. 3) Beri obat penurun panas, acetaminophen atau paracetamol seperti

(16)

d. Macan-macam Kompres

Menurut Djuwariyah, 2011 ada beberapa teknik dalam memberikan kompres dalam upaya menurunkan suhu tubuh antara lain kompres hangat basah, kompres hangat kering ( buli-buli), kompres dingin basah, kompres dingin kering (kirbat es), kompres plester.

e. Manfaat Kompres Hangat

Menurut Purwanti dan Ambarwati, (2008) kompres hangat dapat menimbulkan beberapa efek fisiologis seperti : menurunkan suhu tubuh, memberikan rasa nyaman, mengurangi nyeri, memperlancar aliran darah, dan mengurangi kejang otot.

f. Pengaruh Kompres Hangat

Efek dari kompres hangat adalah untuk meningkatkan aliran darah ke bagian yang terinjuri, melebarkan pembuluh darah dan memperbaiki peredaran daerah di dalam jaringan tersebut. Pada otot, panas memiliki efek menurunkan ketegangan, meningkatkan sel darah putih secara total dan fenomena reaksi peradangan serta adanya dilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah serta peningkatan tekanan kapiler. Tekanan O2 dan CO2 didalam darah akan meningkat sedangkan PH darah akan mengalami penurunan.

(17)

kelepuhan. Kompres hangat diberikan satu jam atau lebih (Nurwahyuni, 2009 dalam Mohamad, 2013).

g. Area-area Kompres Hangat

Kompres hangat dapat dilakukan pada bagian tuhun mana saja sperti dahi, punggung, dada, axilla atau lipat paha. Menurut Crowin (2002) dalam Ayu (2015), menyebutkan bahwa pemberian kompres hangat pada daerah aksila (ketiak) lebih efektif karena pada daerah tersebut banyak terdapat pembuluh darah besar dan banyak terdapat kelenjar keringat apokrin yang mempunyai banyak vaskuler sehingga akan memperluas daerah yang mengalami vasodilatasi yang akan memungkinkan percepatan perpindahan panas dari dalam tubuh ke kulit hingga delapan kali lipat lebih banyak.

h. Indikasi Kompres Hangat

1) Klien hipertermi (suhu tubuh yang tinggi). 2) Klien dengan perut kembung.

3) Klien yang mempunyai penyakit peradangan, seperti radang persendian.

(18)

i. Kontra Indikasi

1) Trauma 12-24 jam pertama 2) Perdarahan/edema

3) Gangguan vascular 4) Pleuritis

j. Prinsip Pemberian Kompres Hangat

Menurut Nurwahyuni (2009) dalam Mohamad (2013), Pemberian kompres hangat pada daerah tubuh akan memberikan sinyal ke hipotalamus melalui sumsum tulang belakang. Ketika reseptor yang peka terhadap panas dihipotalamus dirangsang, system efektor mengeluarkan sinyal yang memulai berkeringat dan vasodilatasi perifer. Perubahan ukuran pembuluh darah diatur oleh pusat vasomotor pada medulla oblongata dari tangkai otak, dibawah pengaruh hipotalamik bagian anterior sehingga terjadi vasodilatasi. Terjadinya vasodilatasi ini menyebabkan pembuangan/kehilangan energy/panas melalui kulit meningkat (berkeringat), diharapkan akan terjadi penurunan suhu tubuh sehingga mencapai keadaan normal kembali.

k. Pemberian Kompres Hangat

(19)

hangat dengan suhu 37°C selama 15 menit dengan metode kompres hangat basah. Kemudian, setelah dilaukan tindakan kompres hangat, ukur kembali suhu tubuh untuk mengetahuai apakah terdapat penurunan suhu tubuh pada anak.

l. Prosedur Pemberian Kompres Hangat basah 1) Tahap pra interaksi

a) Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada, b) Mencuci tangan,

c) Menyiapkan alat yang dibutuhkan. 2) Tahap Orientasi

a) Berikansalam, perkenalkan diri, dan identifikasi pasien dengan memeriksa identitas pasien secara cermat,

b) Jelaskan tujuan dan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada keluarga,

3) Tahap Kerja

a) Beri tahu pasien bahwa tindakan akan segera dimulai, b) Dekatkan alat-alat ke sisi tempat tidur,

c) Ukur dan catat suhu tubuh anak sebelum dilakukan tindakan kompres air hangat pada lembar observasi

(20)

f) Buka pakaian pada tempat yang akan dikompres (axilla & lipat paha),

g) Celupkan walsap atau kain dalam air hangat, peras hingga waslap lembab,

h) Letakan waslap pada axilla selama 30 detik ulangi sampai 10 menit , kemudian kompres pada bagian lipat paha selama 30 detik ulangi sampai 5 menit,

i) Hentikan prosedur sesuai waktu yang telah ditentukan, atau apabila terdapat tanda iritasi pada kulit sebelum batas waktu yang ditentukan,

j) Ukur kembali suhu setelah dilakukan tindakan kompres air hangat selesai dilakukan kemudian catat pada lembar observasi

k) Pakainkan anak baju yang tipis dan mudah menyerap keringat, l) Rapikan pasien ke posisi semula,

m) Beri tahu bahwa tindakan sudah selesai. 4) Tahap Terminasi

a) Bereskan alat-alat yang telah digunakan dan lepas sarung tangan, b) Kaji respon pasien (respon subjektif dan objektif),

c) Berikan reinforcement positif pada pasien, d) Buat kontrak pertemuan selanjutnya, e) Berpamitan dengan pasien,

(21)

B. Kerangaka Konsep Teori

Gambar 2.2 Kerangaka Konsep Teori

Sumber : Ridha N (2014), Keliat,(2015), Nurarif (2015). Faktor resiko terjadinya kejang

demam diantaranya: 1. Faktor-faktor prinatal 2. Malformasi otak congenital 3. Faktor genetika

4. Demam

5. Gangguan metabolisme 6. Trauma

7. Neoplasma

8. Gangguan Sirkulasi

Penatalaksaan medis

1. Berikan diazepam melalui intra vena, intra muscular atau oral. 2. Berikan antipiretik.

Kejang Demam

Penatalaksanaan keperawatan 1. Perhatikan airway, breathing

dan circulation 2. Buka jalan nafas

3. Baringkan pasien posisi miring

4. Jauhkan dari benda berbahaya

5. Beri kompres hangat

6. Pakaikan baju yang tipis 7. Hindari pemakaian selimut

tebal

Setelah diberikan kompres hangat akan menimbulkan efek fisiologis seperti :

1. Menurunkan suhu tubuh, 2. Memberikan rasa nyaman, 3. Mengurangi nyeri,

4. Memperlancar aliran darah, dan

Gambar

Gambar 2.2 Kerangaka Konsep Teori

Referensi

Dokumen terkait

Jerebu juga boleh berlaku daripada perbuatan manusia sendiri seperti asap dan hasil lain kerana pembakaran bahan api atau oleh.. hasil lain kerana pembakaran bahan api atau oleh

Dari hasil analisis regresi yang dilakukan diperoleh nilai Adjusted R Square sebesar 0,554 atau 55,4% yang artinya bahwa pengaruh variabel independen yaitu Effective Tax

Topologi jaringan komputer adalah suatu cara atau konsep untuk menghubungkan beberapa atau banyak komputer sekaligus menjadi suatu jaringan yang saling terkoneksi satu sama

Untuk metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis berganda yang di perkuat dengan uji Normalitas, Uji Heterokedastisitas, dan Uji

Pada model pembelajaran kolaboratif kewenangan dan fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar, sebaliknya peserta didiklah yang harus lebih aktif. Guru

Menurut Invencevich dan Matteson dalam Umar Nimran kohesi kelompok artinya adalah kedekatan di antara anggota di dalam suatu kelompok. Oleh karena itu, di dalam

Catatan: Cheat ini akan tidak aktif atau mati ketika cheat ditekan untuk yang

Penelitian ini dilakukan dari bulan November-Januari, penelitian lapangan pertama dilakukan pada bulan November, setelah itu peneliti melakukan analisis data dan