A. Latar Belakang
Pelayanan rawat jalan (ambulatory services) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Karena tingginya biaya perawatan pasien yang kompleks maka diperlukan suatu fasilitas yang bisa memberikan pengobatan yang adekuat dengan biaya yang lebih sedikit dan lebih sedikit intervensi. Bentuk pelayanan ini akan mengurangi pengeluaran biaya rumah sakit pasien dengan adanya diagnosis awal dan pengobatan dini. Secara sederhana pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (Hospitalization)(Feste,1989).
Tujuan dari pelayanan rawat jalan adalah mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat dipertanggung jawabkan.(standart pelayanan Rumah sakit, dirjen yanmed depkes RI thn 1999). Sedangkan Fungsi dari pelayanan rawat jalan adalah sebagai tempat konsultasi, penyelidikan, pemeriksaan dan pengobatan pasien oleh dokter ahli di bidang masing-masing yang disediakan untuk pasien yang membutuhkan waktu singkat untuk penyembuhannya atau tidak memerlukan pelayanan perawatan. poliklinik juga berfungsi sebagai tempat untuk penemuan diagosis dini,yaitu tempat pemriksaan pasien pertama dalam rangka pemeriksaan lebih lanjut dalam tahap pengobatan penyakit.
B. Tujuan Pedoman 1. Tujuan Umum
Sebagai acuan dari berbagai kebijakan dan prosedur terkait dengan pelayanan Unit Rawat Jalan di RSIA Abdhi Famili.
2. Tujuan Khusus
a. Memberikan pelayanan Rawat Jalan yang efektif, dan memuaskan bagi pasien yang menjalani pemeriksaan
b. Menanggulangi masalah nyeri, baik akut maupun kronis pada pasien yang melakukan pemeriksaan di RSIA Abdhi Famili.
c. Mengupayakan kesembuhan dan pemulihan pasien secara optimal melalui prosedur dan tindakan yang dapat di pertanggungjawabkan.
C. Ruang Lingkup Pelayanan
Ruang lingkup pelayanan Unit Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili meliputi: 1. Poli Umum
2. Poli Spesialis Anak 3. Poli Obgyn
D. Batasan Operasional
Untuk lebih mengarahkan pemahaman dibuat batasan istilah penting yang terkait dengan kerangka pelayanan Unit Rawat Jalan.
1. Rumah Sakit adalah sebuah institusi perawatan kesehatan profesional yang pelayanannya disediakan oleh dokter, perawat, dan tenaga ahli kesehatan lainnya.
2. Rumah sakit Tipe C adalah rumah sakit yang mampu memberikan pelayanan kedokteran spesialis terbatas.
3. Unit Rawat Jalan adalah bagian pelayanan di rumah sakit yang
kurang dari 24 jam dimana dalam pelayanannya terkait dengan kegiatan penunjang lain seperti fisioterapi, laboratorium, radiologi dan farmasi. 4. Poli Umum adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan yang
meliputi tindakan pencegahan, pengobatan dan pemulihan terhadap pasien umum atau yang membutuhkan tindakan dasar.
5. Poli Spesialis adalah unit yang melayani pelayanan rawat jalan yang meliputi tindakan pencegahan, pengobatan dan pemulihan terhadap pasien yang membutuhkan tindakan spesialistik .
E. Landasan Hukum
Penyelenggaraan pelayanan Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili sesuai dengan: 1. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000
2. Undang Undang Nomor 32 tahun 2004
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1457/2003 tentang standar pelayanan minimal bidang kesehatan di Kabupaten/Kotamadya
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
1. Kualifikasi Tenaga Dokter di Unit Rawat RSIA Abdhi Famili adalah Dokter Umum, Dan Dokter Spesiali menggunakan jasa Pelayanan dokter di luar Rumah Sakit(konsultan)
2. Kualifikasi Tenaga perawat dan bidan di Unit Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili adalah tenaga perawat dan bidan di Unit Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili yang berpengalaman di bidang paramedik.
B. Distribusi Ketenagaan
Dalam pelayanan Rawat Jalan perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan Rawat Jalan di unit Rawat Jalan, maka dibutuhkan tenaga dokter umum,dokter gigi, dokter spesialis, perawat dan bidan yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
No Tenaga Medis Jumlah
1 Dokter umum 3
2 Dokter Spesialis (Konsultan) 3
3 Bidan 1
C. Pengaturan Dinas
Pengaturan jadwal dinas adalah pengaturan tugas pelayanan bagi perawat dan bidan untuk melaksanakan tugas pelayanan di Unit Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili. Pelayanan dilakukan pada:
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruangan Lampiran 1.1
B. Standar Fasilitas
IFasilitas yang tersedia pada pelayanan rawat jalan terdiri dari: 1. Alat yang Tersedia Unit Rawat Jalan
Nama Alat Jumlah Keadaan Merk
Poli Umum
1 Bed pasien 1 Baik
2 Meja Dokter 1 Baik
3 Meja Perawat 1 Baik
4 Tensimeter digital 1 Baik
5 Stetoskop 1 Baik
6 Timbangan 1 Baik
7 Kursi Paien 2 Baik
8 Kursi Dokter 1 Baik
9 Kursi Perawat 1 Baik
10 Tensi Meter Raksa 1 Baik
11 Senter 1 Baik
12 Tangga tempat tidur 1 Baik
13 Termometer 1 Baik
4 Tensimeter digital 1 Baik
5 Stetoskop 2 Baik
7 Kursi Paien 2 Baik
8 Kursi Dokter 1 Baik
9 Kursi Perawat 1 Baik
10 Tensi Meter Raksa 1 Baik
11 Senter 1 Baik
12 Tangga tempat tidur 1 Baik
13 Termometer 1 Baik
4 Tensimeter digital 1 Baik
5 Stetoskop 2 Baik
6 Timbangan 1 Baik
7 Kursi Pasien 2 Baik
8 Kursi Dokter 1 Baik
9 Kursi Bidan 1 Baik
10 Tensi Meter Raksa 1 Baik
11 Senter 1 Baik
12 Tangga tempat tidur 1 Baik
13 Termometer 1 Baik
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Penerimaan Pasien
1. Pasien datang di Unit Rawat Jalan, mendaftarkan identitas di bagian Tempat Penerimaan Pasien (TPP)
2. Pendataan dilakukan sesuai tujuan poli.
3. Data pasien atau kartu pasien sudah berada di masing-masing tujuan, poli Umum dan poli Spesialis
B. Tata Laksana Pelayanan 1. Poliklinik Umum
Layanan pemeriksaan dan pengobatan di poliklinik umum dilakukan oleh dokter umum setiap hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu) mulai pukul 08.00 sampai dengan pukul 14.00 WIB, kecuali hari libur.
Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, radiologi) jika diperlukan, pemberian resep, dan edukasi kepada pasien mengenai problem kesehatan yang akan atau sedang mereka alami.
Layanan perawatan luka dilakukan di Unit UGD setiap hari kerja (Senin sampai dengan Sabtu) pukul 07.00 sampai dengan 14.00 WIB. Pasien rawat luka adalah pasien kontrol setelah mendapat perawatan pertama di IGD maupun lembaga kesehatan lain, atau pasien baru dengan luka yang tidak membutuhkan jahitan.
Layanan pemeriksaan dan pengobatan di poli Anak setiap hari Senin, Rabu, dan Jum’at mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, Dan radiologi) jika
diperlukan, pemberian resep, edukasi kepada pasien mengenai problem kesehatan yang akan atau sedang mereka alami.
2. Poli Obgyn
Layanan pemeriksaan dan pengobatan di poli Obgyn setiap hari Senin, Rabu, dan Sabtu mulai pukul 09.00 – 11.00 WIB. Kegiatan layanan berupa anamnesa keluhan, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (laboratorium, Dan radiologi) jika diperlukan, pemberian resep, edukasi kepada pasien mengenai problem kesehatan yang akan atau sedang mereka alami.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman.
Sistem tersebut meliputi : Asessmen risiko
Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien
Pelaporan dan analisis insiden
Kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya
Implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko
Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil
B. Tujuan
Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di rumah sakit
STANDAR KESELAMATAN PASIEN
1. Hak pasien
2. Mendidik pasien dan keluarga
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan
pelayanan
4. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja
untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien
5. Mendidik staf tentang keselamatan pasien
6. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien
7. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien
KEJADIAN TIDAK DIHARAPKAN ( KTD ) ADVERSE EVENT :
Adalah suatu kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah
KTD yang tidak dapat dicegah Unpreventable Adverse Event :
KEJADIAN NYARIS CEDERA ( KNC ) Near Miss :
Adalah suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi :
Karena “ keberuntungan”
Karena “ pencegahan ”
Karena “ peringanan ”
KESALAHAN MEDIS Medical Errors:
Adalah kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien
KEJADIAN SENTINEL Sentinel Event :
Adalah suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah.
terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
C. TATA LAKSANA
a. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien
b. Melaporkan pada dokter penanggungjawab pasien c. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter d. Mengobservasi keadaan umum pasien
BAB VI
KESELAMATAN KERJA
I. Pendahuluan
HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejal. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai.
Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll).
Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”.
Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien dalam waktu 24 jam secara terus menerus tentunya mempunyai risiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari risiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal.
II. Tujuan
a. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi.
b. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai risiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.
III. Tindakan yang berisiko terpajan a. Cuci tangan yang kurang benar.
c. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. d. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman.
e. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. f. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.
IV. Prinsip Keselamatan Kerja
Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu :
a. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang
b. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain.
c. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan, maka saat ini masyarakat semakin memperhatikan mutu pelayanan kesehatan yang diterimanya.
Pengendalian mutu di unit rawat jalan harus dilakukan demi kepentingan dan kepuasan dari pasien sehingga nantinya dapat kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan di Unit Farmasi pada khususnya dan pelayanan kesehatan di RSIA Abdhi Famili pada umumnya. Indikator Mutu Pelayanan Unit Rawat Jalan RSIA Abdhi Famili mengacu pada Pedoman Indikator Mutu RSIA Abdhi Famili yaitu:
1. Waktu Tunggu Di Rawat Jalan
Ruang lingkup : waktu Tunggu Di Rawat Jalan
Dimensi mutu : Efisiensi dan efektivitas
Tujuan : Tersedianya pelayanan rawat jalan pada hari kerja Definisi operasional : Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan
mulai pasien mendaftar sampai dilayani oleh dokter.
Kriteria inklusi : -Kriteria eksklusi :
-Numerator : Jumlah pasien rawat jalan yang menunggu lebih dari 15 menit
Denominator : Jumlah seluruh pasien rawat jalan dalam bulan tersebut.
Standar : 1%
Insiden Komunikasi Yang Kurang Efektif
kembali hasil pemeriksaan dan kondisi pasien. Dimensi mutu : Keselamatan pasien
Tujuan : Tercapainya Keselamatan Pasien melalui komunikasi lisan yang efektif
Definisi operasional : Komunikasi yang kurang efektif adalah komunikasi lisan yang tidak menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm)
Kriteria inklusi :
- Kesalahan Prosedur komunikasi lisan atau via telepon: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm) - Pelaporan secara lisan yang tidak menggunakan prosedur SBAR
- Prosedur spelling atau ejaan tidak digunakan untuk obat yang bersifat LASA atau NORUM
Kriteria eksklusi : Komunikasi non lisan atau tertulis
Numerator : Jumlah ketidaktepatan komunikasi lisan atau via telepon
Denominator : -
BAB VIII PENUTUP