AMBULATORY ANESTHESIA / ONE
-DAY CARE ANESTHESIA / ANESTESI
UNTUK OPERASI RAWAT JALAN
DEFINISI
Anestesi pada pasien rawat jalan adalah
anestesi yang dilakukan pada pasien yang
berobat jalan ke rumah sakit untuk
pemeriksaan dan pengobatan, tetapi tidak
memerlukan rawat inap (boleh pulang).
PENDAHULUAN
Pertama kali diperkenalkan tahun 1909 oleh Dr.
James Nicoll di Glasgow dan Dr. Ralp Waters di
Iowa.
Tahun1969 Ford dan Reed mendirikan fasilitas
anestesi untuk operasi rawat jalan yang berdiri
sendiri.
Tahun 1994 60-66% operasi elektif di USA dilakukan
dengan rawat jalan.
Saat ini, sekitar 70% pembedahan di Amerika
Serikat telah dilakukan dengan bedah rawat jalan.
TUJUAN UTAMA BEDAH RAWAT
JALAN
• adalah terlaksananya prosedur pembedahan
yang lebih efektif dan lebih ekonomis
sehingga memberi keuntungan terhadap
pasien, rumah sakit serta pihak yang
membayar
(third party pays (asuransi)
).
KEUNTUNGAN
Pengurangan biaya secara bermakna
Efisiensi kamar operasi dan tempat tidur rumah sakit
Meningkatkan kenyamanan pasien, mengurangi gangguan stres dan emosi penderita
Fleksibilitas jadwal operasi
Mengurangi komplikasi paska operasi
Mengurangi kebutuhan pemeriksaan laboratorium preoperatif
Mengurangi kebutuhan medikasi paska operasi
PENATALAKSANAAN
PREOPERATIF / PERSIAPAN
OPERASI
Dokter anestesi berperan penting pada
operasi rawat jalan
Pelaksanaan
preoperatif
yang
baik,
memberikan hasil yang optimal bagi operasi
rawat jalan.
TUJUAN PREOPERATIF
Menilai
status
klinis,
laboratorium,
konsultasi spesialis.
Informed consent
Pemberian
informasi
dan
instruksi
perioperatif
MACAM OPERASI
Operasi yang simpel, pendek dengan perkiraan tidak lebih dari 2 jam.
Minimal risiko setelah operasi.
Perlu dipertimbangkan bila : operasi besar, perdarahan banyak, nyeri hebat paska operasi, waktu operasi lama.
Minimal nyeri setelah operasi.
Tidak perlu perawatan dan immobilisai yang lama.
Dapat kembali dengan makan dan minum biasa dengan cepat
CONTOH MACAM OPERASI
RAWAT JALAN
• Anak – anak : Herniotomi, sirkumsisi, hidrokel, sitoskopi, miringotomi dengan memasukkan gromet • Dewasa : kuretase, hiteroskopi, laparaskopi
ginekologi, laparaskopi diagnostik, laparakopi sterilisasi, Fibroadenoma (FAM), lipoma, heniorapi, haemoroidektomi, eksisi ganglion, carpal tunnel release, manipulasi tertutup dan reduksi dari fraktur atau dislokasi.
PEMILIHAN PASIEN
Pasien harus bersedia dan mampu mengikuti semua instruksi anestesi dan bedah.
Jarak dengan rumah sakit tidak lebih 20 km dan terjangkau.
Akses komunikasi telepon 24 jam
Usia semata bukan dasar menentukan bisa tidaknya rawat jalan
Mempertimbangkan kombinasi faktor : kondisi pasien, jenis operasi, tehnik anestesi, kenyamanan ahli anestesi.
TIDAK MEMUNGKINKAN RAWAT
JALAN
Bayi dengan resiko tinggi
Anak-anak yang membutuhkan perawatan spesialistik preoperatif
Riwayat keluarga hipertermia maligna, hemofilia dan gangguan perdarahan Airway sulit
ASA III atau IV yang tidak terkontrol dengan baik Morbid obesity dengan penyakit sistemik lain
Tidak ada orang dewasa pendamping Penderita menolak rawat jalan
Tidak bersedia mengikuti semua instruksi dokter\
Pasien dengan pendarahan banyak dan akan dilakukan operasi yang besar Pasien dengan panas, batuk – pilek, nyeri telan.
ANAMNESA
• Riwayat penyakit dahulu (sesak napas, nyeri dada) • Riwayat obat – obatan 3 bulan terakhir
• Riwayat allergi • Sedang hamil
• Riwayat operasi sebelumnya
• Riwayat keluarga yang mengalami gangguan selama operasi
PEMERIKSAAN FISIK
Sama dengan pemeriksaan fisik untuk
penderita rawat inap
Bertujuan untuk evaluasi kondisi klinis
sekaligus skrining pasien
LABORATORIUM
Sebagian besar pusat pelayanan operasi rawat jalan dalam memilih pemeriksaan laboratorium mempertimbangkan :
- prosedur operasi - usia penderita
- kondisi klinis
- riwayat obat-obatan yang digunakan - regulasi lokal
Pembedahan minor pasien berusia 1-40 tahun tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan Hb dan PCV dilakukan untuk operasi yang banyak berdarah, pasien dengan resiko anemia, pasien dengan riwayat anemia,,, penyakit jantung kongenital, pasien dengan penyakit kronis, wanita sedang menstruasi.
Pemeriksaan lain tergantung komorbid (kondis pasien) yang ditemukan.
Pemeriksaan faal hemostasis diperlukan bila : - riwayat gangguan pembekuan darah
- riwayat penggunaan obat anti pembekuan darah - penyakit hati
- status nutrisi jelek
PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Foto thoraks hanya diindikasikan untuk pasien dengan riwayat penyakit paru atau ditemukan gejala penyakit paru aktif.
Bukan indikasi absolut : usia ekstrim, perokok, COPD yang stabil, penyakit jantung stabil, penderita ISPA yang membaik.
PEMERIKSAAN ECG
Indikasi :
Pria berusia lebih dari 40 tahun
Wanita berusia lebih dari 50 tahun
PERSIAPAN PENDERITA
Waktu kedatangan pasien
Pakaian yang boleh dan tidak boleh dikenakan
Harus datang bersama seorang pengantar dewasa yang bertanggung jawab sampai penderita pulang
Instruksi Puasa preoperatif (puasa 8 jam)
Obat – obatan harus diminum (kecuali Aspirin, diuretik dan warfarin)
PENATALAKSANAAN
INTRAOPERATIF
• Meliputi :
- Premedikasi
PREMEDIKASI
• Tujuan premedikasi : sedasi, analgesia, ansiolisis, vagolisis dan amnesia
• Biasanya diberikan kalau diperlukan
• Egbert et al: 35% pasien pembedahan tidak mengalami kecemasan preoperatif. Prosentase meningkat menjadi 65% dengan kunjungan preoperatif dokter anestesi.
PREMEDIKASI
• Anxiolytics (memakai Midazolam) Benzodiazepin adalah obat yang paling sering digunakan untuk menurunkan kecemasan dan memberikan sedasi untuk pasien bedah rawat jalan.Diberikan 1 – 2 mg intravena
• Keuntungan
Amnesia anterograde Mual muntah minimal
Depresi respirasi dan kardiovaskular minimal Kerugian
Gejala ekstrapiramidal Hipotensi
Respos pasien bervariasi Tanpa analgesia
PREMEDIKASI
• Profilaksis Aspirasi
• Digunakan pada pasien yang mempunyai risiko tinggi aspirasi pada paru, seperti diabetik gastroparesis, exstreme anxyety.
• Obat yang digunakan
*Nonparticulate antasida (30 cc per oral) sebelum operasi
*H2 Reseptor antagonis (ranitidin)150 mg peroral malam dan 50 mg iv sebelum operasi
*Metochlorpamide 10 mg IV.Berguna untuk mempercepat pengosongan lambung pada pasien diabetic gastroparesis
PREMEDIKASI
• OPIOID (Fentanyl) digunakan prabedah untuk menimbulkan efek sedasi, mengendalikan hipertensi selama intubasi, dan untuk menurunkan nyeri setelah operasi
• Keuntungan Analgesia
Induksi lebih halus
Menurunkan kebutuhan anestesi Tersedia reversal / anti dotum • Kerugian
Depresi pernafasan Hipotensi ortostatis Mual-muntah
PREMEDIKASI
• Anticholinergik Keuntungan Vagolytic Antisiaologue Kerugian Takikardia Tenggorokan kering Mulut keringTEHNIK ANESTESI
- Anestesi umum - Anestesi regional - Anestesi lokal
- Monitored anesthesia care (MAC Prinsip pemilihan anestesi :
• Memadai untuk tindakan operasi yang direncanakan • Mulai kerja obat cepat
• Efek samping minimal • Pemulihan cepat
PEMILIHAN TEHNIK
TERGANTUNG
:
• Biaya
• Kebutuhan pembedahan
• Usia penderita dan ASA
• Pengaruh terhadap fungsi kardiopulmonal
• Durasi kerja obat anestesi
• Kebutuhan perawatan paska operasi
• Tehnik pilihan pasien
Teknik anestesi yang optimal pada
bedah rawat jalan harus memenuhi
kriteria:
• Menciptakan kondisi pembedahan yang prima.
• Mulai kerja dan Pemulihan yang cepat (rapid recovery).
• Proteksi jalan nafas terjamin
• Tidak ada efek samping pascabedah. • Kepuasan pasien, meliputi
Analgesia dan amnesia intraoperatif
Mual, muntah dan nyeri paska operasi minimal
INDUKSI ANESTESI
• Propofol
Propofol menjadi drug of choice pada anestesi bedah rawat jalan
Hal ini dikarenakan durasi cepat, insiden muntah setelah operasi berkurang, memiliki klirens metabolik yang cepat.
• Sevoflurane
dengan sifat tidak iritatif terhadap saluran napas
dan solubility yang rendah dapat digunakan
General anesthesia
• Sekitar 70% operasi rawat jalan dilakukan dengan anestesi umum.
• Operasi rawat jalan bukan kontraindikasi intubasi. • LMA sebagai alternatif intubasi.
• Maintenance anesthesia bisa menggunakan inhalasi maupun TIVA.
• Biasanya untuk inhalasi dipakai sevoflurane, desflurane dan isoflurane
• TIVA yang dipakai Propofol
Regional anesthesia
• Dibandingkan anestesi umum, perubahan fisiologis lebih sedikit.
• Tehnik yang bisa digunakan : - Brachialis block
- Paravertebral block - Popliteal / Ankle bock - Subarachnoid block - Peridural block
Komplikasi Regional anestesi
• Subarachnoid block dan epidural
Postdural Puncture Headache (PDPH)
Transient Radicular Irritation
Monitored anesthesia care
• Dilakukan injeksi anestesi lokal, disertai pemberian sedasi dan analgesia.
• Selama operasi dilakukan monitoring seperti anestesi umum.
• Pasien bisa dipulangkan lebih cepat.
• Kepuasan pasien dengan teknik MAC juga berhubungan dengan efektifitas terhadap pengendalian nyeri dan tidak adanya efek samping pascabedah yang umum terjadi pada teknik anestesi spinal atau anestesi umum.
MONITORING
Selama anestesi yang harus diawasi
• Pernafasan : Tanda-tanda sumbatan jalan nafas : nafas berbunyi, retraksi otot dada nafas, Tanda - tanda depresi pernafasan
• Kardiovaskular : Hipertensi, hipotensi, syok, aritmia, takikardia, tanda-tanda henti jantung.
• Warna : Sianosis, pucat.
• Suhu : hipotermia, hipertemia • Balans cairan
PENATALAKSANAAN PASKA
OPERASI
Di ruang pulih sadar (RR) :
• Monitor vital sign (A-B-C-D-E) / Airway –
Breathing
– Circulation – Disability -
Environment
• Evaluasi komplikasi anestesi dan pembedahan
• Discharge
PEMULIHAN
• Pemulihan adalah suatu proses yang secara tradisional dibagi atas 3 bagian yang saling tumpang tindih yaitu early recovery, intermediate recovery, dan late recovery.
• Early recovery dimulai dari dihentikannya obat
anestesi supaya pasien bangun, kembalinya refleks proteksi jalan napas, dan dimulainya aktifitas motorik.
Intermediate recovery bila sudah mencapai kriteria
untuk dapat dipulangkan ke rumah.
• Late recovery mulai dari dipulangkan sampai pulihnya
fungsi fisiologis ke keadaan seperti sebelum pembedahan.
KRITERIA PASIEN PULANG
• Pasien sadar baik dan orientasi terhadap orang, tempat dan waktu baik
• Respirasi baik
• Tanda – tanda vital baik
• Pasien dapat mobilisasi dan memakai pakaian dan berjalan dengan baik sesuai umur
• Pasien nyaman dan relatif bebas nyeri
• Pasien tidak muntah dan dehidrasi dan dapat minum air serta minum obat
• Pendarahan dan drain minimal di tempat operasi • Risiko retensi urine harus dihilangkan
PASKA ANESTESI
REGIONAL
• Mendapatkan perhatian yang sama dengan
anestesia umum
• Perlu evaluasi
transient radicular irritation
dan
post dural puncture headache
• Sebelum pulang, fungsi motor dan sensoris
telah kembali dan blok simpatis telah hilang.
PEMULANGAN (DISCHARGE)
• Program bedah rawat jalan yang sukses
tergantung pada pemulangan pasien yang tepat
waktu setelah anestesi.
• Beberapa kriteria yang telah dibuat untuk
menentukan
kesiapan
pasien
untuk
dipulangkan
seperti
Guidelines
for
Safe
Discharge After Ambulatory Surgery
dan
PADSS (
Post Anesthesia Disharge Scoring
System
).
NILAI MEMULANGKAN
PASIEN DENGAN PADSS
KOMPLIKASI RAWAT JALAN
• Dari 38.958 pasien rawat jalan didapatkan angka mortalitas dalam 30 hari paska operasi sebesar 1:11.273
• 2,7% pasien menghubungi dokter karena nyeri paska operasi.
• 35% penderita rawat jalan mengalami PONV saat di rumah, terutama pasien dengan riwayat PONV, wanita paska operasi kandungan, riwayat motion sickness,
KOMPLIKASI RAWAT JALAN
• Pengelolaan Nyeri
Menggunakan NSAID yang poten (seperti
diklofenak, ketorolak)
Obat analgetik non steroid oral yang lebih
murah (seperti ibuprofen, naproxen)
Teknik analgesi non farmakologi seperti
elektroanalgesia (transcutaneus electrical
nerve
stimulation/TENS),
akupunktur,
serta
percutaneus
neuromodulation
therapy juga dapat dipergunakan
KOMPLIKASI RAWAT JALAN
• PONV (Post Operative Nausea and Vomiting)
• 5-hydroxytryptamine (5-HT3) antagonist (seperti
ondansetron, granisetron,)
• Steroid (seperti deksametason)
• Butyrophenones (droperidol, haloperidol) • Antihistamin (dimenhidrinat)
• Penggunaan antiemetik profilaksis non farmakologi (akupunktur, transcutaneous electrical nerve
stimulation) juga memperlihatkan hasil yang efektif
PESANAN PULANG SETELAH
OPERASI
• Pesanan setelah operasi diberikan dalam bentuk tertulis dan diberikan nomor darurat rumah sakit
• Penderita didampingi orang dewasa paling tidak satu malam operasi
• Analgesia diberikan per-oral
• Aktivitas yang tidak boleh dikerjakan selama 24 jam setelah operasi
– Menyetir kendaraan – Operator mesin pabrik
– Mengambil keputusan penting (Transaksi bisnis) – Minum Alkohol