• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I V OPSI docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I V OPSI docx"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Penyediaan makanan di masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatannya. Seluruh masyarakat membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi, khususnya bagi anak-anak yang sedang berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan. Mereka membutuhkan makanan yang sehat dan bergizi sehingga dapat tumbuh serta berkembang dengan baik. Salah satu contoh makanan yang bergizi dalam membantu perkembangan dan pertumbuhan anak-anak adalah bakpao.

Bakpao adalah makanan tradisional masyarakat Tionghoa. Bakpao terbuat dari tepung terigu dengan berbagai bahan isian seperti daging ayam, kacang hijau, coklat, dan lain sebagainya. Di kalangan masyarakat umum, bakpao sudah sangat terkenal. Hal ini dikarenakan harga bakpao yang murah sehingga terjangkau oleh masyarakat menengah ke bawah. Selain itu, bakpao juga merupakan makanan yang sangat sehat untuk dikonsumsi. Proses pembuatan bakpao yang melalui proses pengukusan dan tanpa bahan pengawet juga memberi dampak yang baik dalam bidang kesehatan bagi masyarakat.

Mayoritas penggemar bakpao adalah siswa-siswi pelajar, baik SD, SMP, maupun SMA. Mereka berpendapat bahwa bakpao merupakan jajanan sehat yang dapat mengatasi rasa lapar di sekolah. Bakpao yang kaya akan nilai protein dan karbohidrat tentu sangat diperlukan oleh siswa saat menimba ilmu pengetahuan. Selain itu, mereka juga tertarik untuk membeli bakpao karena harga bakpao yang murah dan memiliki bentuk sederhana sehingga tidak sulit untuk dibawa. Namun, kurangnya inovasi dalam bahan baku pembuatan bakpao membuat masyarakat mulai meninggalkan makanan sehat ini. Oleh karena itu, perlu adanya variasi serta inovasi penggunaan bahan baku dalam pembuatan bakpao.

(2)

belum mengetahui potensi yang dimiliki tanaman suweg. Mayoritas masyarakat memandang tanaman ini sebagai tanaman liar yang hidup di sekitar hutan atau perkebunan mereka.

Jika ditelusuri lebih lanjut, tanaman suweg memiliki banyak potensi di dalamnya. Bagian tanaman umbi suweg yang dapat dimanfaatkan adalah umbinya. Umbi suweg yang memiliki berat sekitar 5 kilogram kaya akan kandungan yang sehat dan bergizi. Menurut Utami (2008), umbi segar suweg mengandung protein sebesar 3,25%, dan karbohidrat sebesar 23,18%. Selain itu, umbi suweg sangat bagus untuk mencegah penyakit Diabetes Mellitus, karena mengandung kadar gula dan lemak yang rendah. Hal ini dapat dijadikan sebagai acuan untuk memanfaatkan umbi suweg oleh masyarakat. Dalam memanfaatkan umbi suweg menjadi bahan baku utama bakpao, diperlukan adanya jiwa kewirausahaan yang nantinya dapat mengoptimalkan pemanfaatan umbi tanaman suweg.

Kewirausahaan (entrepreneurship) merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan sikap dan proses yang dilakukan oleh wirausahawan dalam merintis dan mengembangkan suatu usaha. Menurut Hadi (2011), seorang wirausahawan adalah orang yang memiliki ide-ide baru yang dihasilkan dari suatu kreativitas. Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya.

Jiwa kewirausahaan (entrepreneurship) seharusnya dikembangkan pada jiwa generasi muda, terutama sejak mereka menduduki bangku SMA. Jiwa kewirausahaan akan sangat membantu mereka. Hal ini dapat dijadikan bekal bagi mereka untuk berwirausaha di masa depan. Selain itu, hal ini juga dapat membantu meringankan beban orang tuanya. Salah satu sekolah yang memberikan pembekalan mengenai jiwa-jiwa kewirausahawan (entrepreneurship) bagi siswanya adalah SMAN Bali Mandara.

(3)

Beranjak dari pemaparan latar belakang di atas, penulis merasa tertarik untuk membuat karya dengan judul “Implementasi Kegiatan Entrepreneurship Siswa Smanbara melalui Usaha“Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Murah, Bergizi dan Berkualitas.” Pembuatan karya tulis ini bertujuan untuk mengetahui potensi tanaman suweg untuk dikembangkan lebih lanjut sehingga dapat membantu perekonomian masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis berinisiatif untuk merumuskan beberapa masalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah potensi SMAN Bali Mandara sebagai sentra produksi“Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas?

2. Bagaimanakah teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas?

3. Bagaimanakah analisis kelayakan dan strategi pemasaran yang tepat untuk pengembangan usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini?

4. Bagaimanakah dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini terhadap warga sekolah di sekitar SMAN Bali Mandara?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujan dari penulisan karya tulis ilmiah ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan potensi SMAN Bali Mandara sebagai sentra produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.

2. Untuk mendeskripsikan teknik produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.

3. Untuk menganalisis kelayakan dan strategi pemasaran yang tepat untuk pengembangan usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini.

4. Untuk mendeskripsikan dampak ekonomis usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini terhadap warga sekolah di sekitar SMAN Bali Mandara.

1.4 Manfaat Penelitian

Penulisan karya tulis in diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Bagi Pembaca

(4)

2. Bagi Masyarakat

Masyarakat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan membuka berbagai lapangan pekerjaan.

3. Bagi Pemerintah

(5)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Tentang Tanaman Suweg (

Amorphophallus campanulatus

)

Suweg dengan nama latin Amorphophallus campanulatus merupakan salah satu jenis umbi-umbian yang sangat berkembang didaerah kering. Tanaman suweg tumbuh subur didataran rendah hingga ketinggian 800 m di atas permukaan laut dengan kisaran suhu idealnya adalah 25-35oC dengan curah hujan 1000-1500 mm/tahun. Tanaman ini lebih cocok ditanam pada lahan yang agak terlindungi. Tanah yang cocok untuk menanam tanaman suweg yaitu campuran antara tanah humus, lempung dan pasir (Sutomo, 2008). Salah satunya yaitu seperti Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng.

Tanaman Suweg merupakan tumbuhan herba yang menahun. Jenis varietas suweg yang sering ditemukan di Bali yaitu A. campanulatus var. hortensis Backer yang mempunyai tangkai daun halus dan batang yang berwana coklat kasar. Sedangkan jenis varietas A. campanulatus var. Sylvestris memiliki batang halus dan berwarna belang antara putih dan hijau. Umbi suweg jenis inilah yang tidak beracun jika dikonsumsi. Berikut adalah klasifikasi ilmiah suweg (Ardhiyanti, 2008).

Divisi : Spermatophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Bangsa : Arales

Suku : Araceae

Marga : Amorphophallus Jenis : A. campanulatus.

Tanaman suweg memiliki batang yang berbentuk tegak, lunak halus dan berwarna hijau belang-belang putih. Batang tunggal tanaman suweg memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi menjadi tangkai daun (Sutomo, 2008). Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil berwarna cokelat kehitam-hitaman sebagai alat perkembangbiakan suweg.

Tanaman suweg memiliki tinggi yang dapat mencapai 1,5 meter tergantung dari umur dan kesuburan tanah. Umbi suweg yang telah masak beratnya bisa mencapai 3-5 kg. Suweg berkembang biak dengan pemisahan anakan atau memotong tunas anakan yang tersebar

(6)

dipermukaan umbi. Tanaman suweg akan menghasilkan umbi siap panen ketika memasuki memasuki usia 18 bulan. Masa panen suweg sebaiknya dilakukan saat batang suweg sudah membusuk dan memasuki masa istirahat karena kandungan pati di dalam suweg sudah maksimal.

Selain mempunyai tangkai daun yang kasar dan berwarna gelap, suweg varietas hortensis memiliki umbi yang sangat gatal jika dikonsumsi. Oleh karena itu, jenis suweg ini belum dimanfaatkan dan masih merupakan tumbuhan liar. Varietas sylvestris menghasilkan umbi yang tidak gatal, sehingga jenis ini banyak di pekarangan dan dimanfaatkan sebagai pangan (Kriswidarti dalam Faridah, 2005).

Menurut Lazenby (1998), timbulnya rasa gatal terutama disebabkan oleh raphide yang tidak terbungkus atau dikelilingi oleh semacam getah, sehingga dapat melakukan kontak secara langsung dengan lidah, bibir, dan langit-langit mulut ketika dikunyah. Kandungan kalsium oksalat tersebut dapat dikurangi dengan perlakuan perendaman dalam air beberapa lama juga dengan pemanasan (pemasakan) yang intensif (Sakai, 1993). Sifat kimia kalsium oksalat yang dapat dilarutkan dengan asam kuat sehingga terdekomposisi menjadi asam oksalat (Schumm, 1978) menjadi dasar penelitian Kurdi (2002) yang hasilnya menyatakan bahwa perendaman irisan umbi suweg dalam larutan asam klorida 0,25% selama 4 menit lalu dilanjutkan dengan perendaman dalam larutan kalsium karbonat 1% selama 5 menit, dinilai efektif mereduksi kandungan kalsium oksalat pada umbi.

Menurut Utami (2008), umbi segar suweg mengandung air sebesar 72,14%, abu sebesar 1,10%, protein sebesar 3,25%, lemak sebesar 0,33%, dan karbohidrat sebesar 23,18%. Tepung suweg mengandung kadar dietary fiber yang tinggi, yaitu sebesar 15,10% dengan persentase serat larut sebesar 5,21% dan persentase serat tak larut sebesar 9,89%. Umbi suweg juga mengandung beberapa zat seperti asam betulinat, stigmasterol, lupeol dan lainnya yang kemungkinan berhubungan dengan penggunaan hancuran umbi suweg sebagai obat di beberapa tempat (Sakai, 1993).

2.2 Kajian Tepung Suweg

Suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan bahan baku yang dapat dimanfaatkan menjadi tepung. Hal ini disebabkan karena kadar air yang terkandung dalam umbi suweg setelah berubah menjadi bentuk tepung. Kadar air dalam tepung suweg pada umumnya sebesar 12% dan dapat

(7)

kadar air dalam tepung terigu. Kadar air yang cukup rendah menyebabkan tepung suweg dapat disimpan dalam waktu yang lama tanpa mengalami kerusakan.

Pada umumnya, komponen terbesar dalam tepung suweg adalah karbohidrat. Kandungan kadar karbohidrat dalam tepung suweg sebesar 77,81%. Jumlah karbohidrat dalam tepung suweg merupakan jumlah karbohidrat non serat (selulosa dan lignin). Selain mengandung karbohidrat, tepung suweg juga mengandung beberapa serat kasar. Kadar serat kasar dalam tepung suweg sebesar 6,63% dengan jenis serat pangan seperti hemiselulosa, pektin, dan hidrokoloid, larut sehingga tidak terhitung (Utami, 2008).

Dari segi warna, tepung umbi suweg memiliki tingkat kecerahan yang sangat rendah karena bahan baku yang berwarna selain putih. Selain itu, reaksi pencoklatan yang terjadi setelah mengeringkan juga berpengaruh terhadap indikator warna pada tepung umbi suweg.

2.3 Kajian Bakpao Secara Umum

Bakpao merupakan makanan tradisional Tionghoa. Bakpao berarti baozi yang berisi daging. Baozi sendiri dapat diisi dengan bahan lainnya seperti daging ayam, sayur-sayuran, serikaya, selai kacang kedelai, kacang azuki, kacang hijau dan sebagainya. Kulit bakpao dibuat dari adonan tepung terigu yang setelah diberi isian, dibiarkan sampai mengembang lalu dikukus dan matang (Anonim, 2011).

Cara pembuatan bakpao masih tergolong tradisional. Bakpao diolah dengan cara dikukus menggunakan kukusan. Hal ini dikarenakan bakpao memerlukan panas uap air. Panas uap air membuat bakpao menjadi lembut dan nikmat. Penilaian kualitas mutu roti yang baik menurut Anonim (2001) adalah sebagai berikut.

1.Eksternal

Volume roti lebih besar, makin lembut rotinya jika ditekan dengan tangan. Roti yang bagus juga memiliki warna kulit kuning kecoklatan, hasil pembakaran yang rata dan

bentuk roti simetris. Selain itu, patahan atau sobekan roti yang baik pada pinggiran-pinggiran atau ujung roti terbuka bagian atasnya dengan kerak roti tipis dan tidak mudah pecah.

2.Internal

Aspek internal dalam roti biasanya berupa butiran remah roti panjang, seragam, dinding

selnya tipis, tidak kasar dan tidak tebal. Roti yang baik juga memiliki tekstur halus, lembut dan elastis dengan warna remang terang. Selain itu, aroma khas dari gandum dan yeast

(8)

Selain itu, dalam pembuatan bakpao diperlukan bahan-bahan tambahan seperti ragi, susu, mentega, gula, dan sebagainya. Bahan tersebut digunakan untuk mengembangkan adonan, memudahkan pembentukan gluten dan memberikan aroma pada roti. Ada tiga macam yeast yang bisa dipakai untuk pembuatan roti: Compressed yeast (ragi basah). Cara pemakaian ragia ini yaitu dengan dicampur dengan tepung. Selain itu ada Coral yeast (ragi butiran) dengan merendam dalam air hangat dan disimpan ditemapat yang dingin dan kering. Instant yeast (ragi dadak) dengan dicampur dengan tepung.

Susu dalam pembuatan roti berfungsi untuk meningkatkan kualitas penyerapan dalam adonan. Kasein dari susu mempertahankan sifat penahan air dari adonan. Susu juga memberikan kontribusi terhadap nilai gizi, membantu pengembangan adonan, membantu proses pembentukan krim dan memperbaiki tekstur roti. Selain itu, juga susu memperbaiki warna kulit dan rasa roti serta memperkuat gluten karena keberadaan kandungan kalsium pada susu.

Mentega mempunyai berbagai kegunaan dalam pengolahan makanan. Adanya lemak dalam makanan membuat masakan menjadi enak. Shortening adalah suatu istilah komersil yang digunakan untuk memberi maksud yang mana minyak atau lemak. Bahan ini banyak digunakan dalam biskuit, pie, pizza, puding, krim dan mayonase.

Gula mengandung molekul sukrosa yang dapat dipecah menjadi satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa dengan cara pemanasan yang biasa disebut gula karamel sebagai bahan pemanis campuran makanan. Proses pemecahan atau pelelehan gula untuk pembuatan bahan pangan diikuti dengan proses dehidrasi dan polimerisasi serta beberapa jenis asam akan timbul (Winarno, 1997).

2.4 Konsep Kewirausahaan (

Entrepreneurship

)

Kewirausahaan atau dalam bahasa Perancis disebut entrepreneurship secara harfiah memiliki pengertian sebagai perantara. Selain itu entrepreneurship dapat diartikan juga sebagai semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik dan memperoleh keuntungan yang lebih besar (Chretella, 2012).

(9)

Kreativitas inilah yang akan membawa wirausahawan untuk berinovasi terhadap usahanya. Generasi muda sekarang harus dituntut memiliki keterampilan. Semakin banyak keterampilan yang diperoleh dan dikuasai maka akan semakin banyak pula peluang untuk membuka lapangan pekerjaan yang nantinya akan memiliki manfaat bagi banyak pihak.

Berdasarkan Keputusan Menteri Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Nomor 961/KEP/M/XI/1885, kewirausahaan adalah semangat, sikap, perilaku, dan kemampuan seseorang dalam menangani usaha atau kegiatan yang mengarah pada upaya mencari, menciptakan, serta menerapkan cara kerja, teknologi dan produk baru dengan meningkatkan efisiensi dalam rangka memberikan pelayanan yang lebih baik atau memperoleh keuntungan yang lebih besar.

Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai usaha pengambilan resiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

2.5 SMA Negeri Bali Mandara

SMA Negeri Bali Mandara adalah sekolah berasrama dengan layanan khusus bagi siswa dengan rata-rata ekonomi golongan ke bawah. Sebagai sekolah dengan layanan khusus di Bali, SMA Negeri Bali Mandara berdiri dengan berbagai fasilitas yang berbeda dari sekolah-sekolah lain di seluruh Provinsi Bali. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari siswa yang tingga di asrama dengan mendapat beasiswa penuh, berbasis kurikulum Nasional dan Internasional (IGCSE, A level, AS level), dan memiliki program pathway to leadership.

Penggalian bakat dan pengembangan potensi siswa-siswi sekolah ini dikembangkan dalam program pathway to leadership. Program ini terdiri dari entrepreneurship, outreach, dan eco-school. Melalui program tersebut, didukung dengan misi “Creating future leaders with strong moral values, life skills, and awareness of environmental and global isssues”, SMA Negeri Bali Mandara diharapkan mampu mewujudkan visi sekolah yakni “To develop a premier network of Indonesia boarding school in nurturing glabally conscious leaders

(10)
(11)

BAB III

Penelitian ini dilakukan dari tanggal 25 Maret sampai dengan 25 Juli 2013, yang berlangsung selama 17 mingggu di SMAN Bali Mandara, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng. Adapun rancangan kegiatan penelitian ini disajikan pada Tabel 3.1.

No Kegiatan

3. Konsultasi mengenai instrumen penelitian dengan pembina.

4.

7. Proses auditing laba dari pemasaran Baksumi . 8. Analisis data.

9. Pembuatan Karya Tulis Ilmiah.

Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian

(12)

Persiapan alat dan bahan (selain umbi suweg)

Pengambilan tanaman umbi suweg

Pengupasan, pencucian, dan pemotongan umbi suweg

Perendaman dengan air garam selama 2 jam

Pemarutan umbi suweg

Pembuatan bakpao

Pemasaran di lingkungan sekitar Desa Kubutambahan

Proses auditing laba

Analisis data

Pembuatan karya tulis ilmiah

Penjemuran dan penumbukan umbi suweg kering menjadi tepung suweg

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah potensi usaha Baksumi dalam menyediakan makanan sehat dan bergizi di masyarakat khususnya bagi anak-anak.

3.4 Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah masyarakat, khususnya anak-anak yang menyukai dan mengkonsumsi bakpao.

3.5 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang dimulai dari penyiapan alat dan bahan disajikan seperti bagan berikut.

(13)

1. Alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah baskom, pisau, gunting, panci, kompor gas, gas, parutan, nampan, kertas roti, lap, plastik kemasan, timbangan, baskom besar (wadah untuk mencuci umbi suweg).

2. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi suweg, tepung terigu, ragi instant, mentega, garam, gula pasir, susu, vanili, air, meises coklat, kacang tanah goreng, gula merah,

3.7 Prosedur Penelitian

Dalam prosedur penelitian, terdapat tiga hal yang dilaksanakaan antara lain 1) pembuatan tepung umbi suweg, 2) penentuan perbandingan bahan baku, 3) penentuan teknik pemasaran Baksumi.

1. Pembuatan Tepung Umbi Suweg

Tepung berbahan baku umbi suweg (Amorphophallus campanulatus) merupakan bahan baku utama dari pembuatan Baksumi. Berikut adalah cara untuk memperoleh tepung berbahan baku umbi suweg.

1) Umbi suweg yang telah diperoleh langsung dikupas dan dicuci bersih pada air mengalir. Untuk mempermudah dalam perendaman, umbi suweg dipotong-potong terlebih dahulu menggunakan pisau menjadi potongan lebih kecil.

2) Potongan umbi suweg selanjutnya direndam dalam air garam selama satu hari penuh. Perendaman ini bertujuan untuk menghilangkan lendir dan kadar asam oksalat umbi yang menyebabkan rasa gatal. Proses ini juga bertujuan untuk mempertahankan warna dari umbi suweg itu sendiri.

3) Potongan umbi suweg yang telah direndam selanjutnya dicuci kembali dengan air mengalir untuk mengurangi rasa asin yang ditimbulkan saat perendaman. Proses selanjutnya adalah pemarutan potongan umbi suweg untuk mempermudah dalam proses pengeringan umbi suweg.

4) Hasil parutan suweg selanjutnya dijemur di bawah sinar matahari langsung selama 2 hari berturut-turut atau lebih, hingga kering sempurna.

5) Parutan suweg yang telah kering kemudian ditumbuk hingga hancur. Selanjutnya hancuran suweg diayak menggunakan penyaring tepung untuk memperoleh tekstur tepung yang lebih halus.

(14)

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan Baksumi adalah tepung umbi suweg. Untuk mendapatkan nilai perbandingan yang tepat antara tepung terigu dengan tepung umbi suweg, penulis melakukan eksperimen sebanyak tiga kali. Adapun nilai perbandingan antara tepung terigu dan tepung umbi suweg yang diuji dalam eksperimen secara berkelanjutan adalah 2:3, 1:2, dan 2:1. Hasil dari percobaan penentuan nilai perbandingan terbaik antara tepung terigu dan tepung umbi suweg akan tersaji pada Tabel 3.2 berikut.

Tabel 3.2 Data Hasil Percobaan Penentuan Nilai Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Umbi Suweg

No PerbandinganNilai Aroma Rasa Warna Tekstur

S TS E TE CP C L K LN KR

3. Penentuan Teknik Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini

Baksumi aneka rasa ini diproduksi setiap harinya. Baksumi aneka rasa yang telah diproduksi selanjutnya akan dipasarkan di SMAN Bali Mandara di Desa Kubutambahan. Pemasaran ini akan dilaksanakan selama lima hari atau lima kali produksi. Banyaknya jumlah bakpao yang berhasil dijual selanjutnya akan di cacat dalam tabel penjualan. Tabel penjualan tersebut akan tersaji dalam Tabel 3.3.

Tabel 3.3Tabel Data Penjualan“Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

No. Produksike- Jumlah(buah) Terjual(buah)

Tidak

(15)

1. Literatur

Literatur yang digunakan meliputi jurnal, laporan-laporan, artikel, dan buku-buku yang berkaitan dengan hal yang dikaji yaitu tanaman umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ), cara pembuatan tepung umbi suweg, cara pembuatan bakpao secara umum dan kewirausahaan.

2. Penelusuran Data dan Informasi Melalui Internet

Penelusuran data dan informasi melalui internet digunakan untuk mengetahui lebih lanjut tentang umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ), cara pembuatan tepung umbi suweg, cara pembuatan bakpao secara umum, teknik-teknik pemasaran, dan ilmu-ilmu kewirausahaan.

3. Observasi

Observasi adalah pengamatan secara langsung yang dilakukan oleh peneliti mengenai suatu kegiatan. Observasi dalam penelitian ini dilakukan untuk mencari umbi suweg (Amorphophallus campanulatus) kualitas baik dan harga terjangkau di wilayah Desa Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng yang terkenal memiliki tanaman suweg yang melimpah. Observasi juga dilakukan di SMAN Bali Mandara. Pengamatan dilakukan untuk mencari tahu potensi pengembangan usaha Baksumi. Selain itu, observasi juga dilakukan dalam tahap pemasaran Baksumi aneka rasa untuk mengetahui bagaimana potensi penjualan dari Baksumi aneka rasa di masyarakat.

4. Eksperimen

Teknik eksperimen ini dilakukan oleh penulis untuk menentukan perbandingan bahan baku yang baik dalam pembuatan Baksumi aneka rasa. Perbandingan bahan baku tersebut adalah perbandingan antara tepung terigu dengan tepung umbi suweg.

3.9 Langkah-langkah Penelitian

Langkah-langkah penyusunan karya tulis dapat dilakukan sebagai berikut. 1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan dilakukan perumusan masalah berdasarkan latar belakang, sehingga dapat dicarikan data dan informasi terkait dengan tanaman umbi suweg (Amorphophallus campanulatus), teknik pembuatan tepung umbi suweg, bakpao, dan kewirausahaan.

2. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan dilakukan pencarian data dan penelusuran informasi yang terkait dengan tanaman umbi suweg (Amorphophallus campanulatus), teknik pembuatan tepung umbi suweg, bakpao, dan kewirausahaan.

(16)

Pada tahap akhir dilakukan penyusunan karya tulis yang disertai bimbingan dari guru pembimbing dan revisi karya tulis. Karya tulis disusun berdasarkan data dan informasi yang terkumpul dari tahapan di atas.

3.10 Metode Analisis Data

(17)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Penentuan Perbandingan Bahan Baku

Penentuan nilai perbandingan bahan baku Baksumi sangatlah penting untuk menunjang kelayakan suatu produk. Dalam menentukan nilai perbandingan terbaik, dilakukan eksperimen terhadap tiga sampel perbandingan yang diujikan. Ketiga nilai perbandingan antara tepung terigu dan tepung umbi suweg secara berturut-turut adalah 1:2, 3:2, dan 2:1. Sampel-sampel tersebut diuji dari segi warna, aroma, rasa, dan tekstur. Adapun hasil yang didapatkan tersaji pada Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Data Hasil Penentuan Nilai Perbandingan Tepung Terigu dan Tepung Umbi Suweg

No PerbandinganNilai Aroma Rasa Warna Tekstur

S TS E TE CP C L K LN KR

1 1:2 x x x x x

2 3:2 x x x x x

3 2:1 x x x x x

Keterangan:

S = Sedap, TS = Tidak Sedap, E = Enak, TE = Tidak Enak, CP = Cokelat Pekat C = Cokelat, L = Lembut, K = Kasar, LN = Lunak, KR = Keras.

Berdasarkan hasil percobaan, dapat dilihat bahwa nilai perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 1:2 memiliki aroma yang tidak sedap, rasa yang tidak enak, warna yang coklat gelap, dan tekstur yang kasar serta keras. Pada nilai perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 3:2, didapatkan hasil bahwa aroma bakpao tidak sedap. Selain itu rasa dari bakao tidak enak, warna coklat, dan tekstur bakpao lembut namun masih keras. Perbandingan yang menunjukan kualitas bakpao terbaik adalah nilai perbandingan 2:1. Bakpao yang dihasilkan pada nilai perbandingan ini memiliki aroma yang sedap, rasa yang enak, warna yang kecoklatan, dan tekstur bakpao yang lembut serta lunak. Bakpao dengan nilai perbandingan tepung terigu dan tepung umbi suweg 2:1 selanjutnya akan diproduksi dan dipasarkan di SMAN Bali Mandara sebagai bentuk implementasi dari kegiatan entrepreneurship siswa SMAN Bali Mandara.

4.1.2 Pemasaran “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

(18)

No Produks

Total 474 466 8 Rp 233.000,- Rp

4.000,-Merujuk Tabel 4.2, dapat diintepretasikan bahwa pada hari pertama produksi Baksumi, didapatkan jumlah bakpao sebanyak 96 buah, terjual sebanyak 92 buah, dan tidak terjual sebanyak 4 buah. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp 46.000,- dan nilai kerugian sebesar Rp 2.000,-. Pada hari dan produksi kedua, didapatkan jumlah Baksumi sebanyak 94 buah dan terjual seluruhnya. Besar penjualan pada produksi ini sebesar Rp 47.000,-. Selanjutnya, pada produksi ketiga didapatkan jumlah Baksumi yang berhasil di produksi sebanyak 96 buah. Baksumi ini berhasil terjual sejumlah 94 buah dan tidak terjual sebanyak 2 buah. Besar penjualan pada produksi ketiga sebesar Rp 47.000,- dan nilai kerugian sebesar Rp 1.000,-. Pada produksi berikutnya yaitu produksi keempat, jumlah Baksumi yang berhasil diproduksi sebanyak 96 buah. Baksumi yang berhasil terjual sebanyak 96 buah dan nilai penjualan sebesar Rp 48.000,-. Pada produksi terakhir atau kelima, didapatkan jumlah Baksumi sebanyak 92 buah. Baksumi yang berhasil terjual sebanyak 90 buah dan yang tidak terjual sebanyak 2 buah. Besar nilai penjualan pada produksi ini sebesar Rp 45.000,- dan nilai kerugian sebesar Rp 1.000,-.

Berdasarkan tabel 4.2, dapat dilihat bahwa dalam lima kali produksi, didapatkan jumlah Baksumi total sebanyak 474 buah, dimana yang terjual sebanyak 466 buah dan yang tidak terjual sebanyak 8 buah. Selain itu, nilai penjualan total untuk lima kali produksi sebesar Rp 233.000,- dan nilai kerugian total sebesar Rp 4.000,-. Walau hanya dipasarkan di SMAN Bali Mandara, produk Baksumi telah banyak diminati oleh siswa Smanbara sehingga disetiap produksinya selalu mengalami keberhasilan.

4.2 Pembahasan

4.2.1 Potensi SMAN Bali Mandara sebagai Sentra Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan Berkualitas

(19)

golongan ekonomi menengah ke bawah dan telah menampung 225 orang yang terdiri dari 75 siswa setiap angkatannya. SMAN Bali Mandara menyediakan beberapa kegiatan yang dapat membantu siswa mengembangkan kemampuannya, salah satunya dengan program Entrepreneurship.

Berdasarkan observasi yang penulis lakukan, SMAN Bali Mandara memiliki potensi sebagai sentra produksi Baksumi. Menurut Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan (2010), indikator suatu daerah dikatakan dapat mengembangkan suatu usaha antara lain: 1) ketersediaan bahan baku, 2) teknologi dan inovasi, 3) modal wirausaha, 4) tenaga kerja, serta 5) ketersediaan pangsa pasar.

1. Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan observasi yang dilakukan penulis, pohon umbi suweg ternyata cocok untuk dikembangkan di kawasan SMAN Bali Mandara. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya umbi suweg di kawasan lingkungan Smanbara. Sekolah dengan luas 10 hektar yang belum termanfaatkan secara menyeluruh menyebabkan banyak tumbuhan liar yang dapat ditemukan, salah satunya yaitu pohon umbi suweg. Menurut Komang Suarsana, seorang Building Facilities Maintanance (BFM) di Smanbara, pohon umbi suweg banyak ditemukan di daerah kering seperti Kabupaten Buleleng.

Tanaman umbi suweg juga banyak tumbuh di daerah Bengkala, Kecamatan Kubutambahan, Buleleng. Desa Bengkala yang letaknya dekat dengan Desa Kubutambahan menjadi nilai lebih bagi Smanbara untuk dapat mengakses bahan baku lebih mudah. Di Desa Bengkala terdapat kurang lebih 100 tanaman suweg yang hidup secara liar dan belum dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat dapat melakukan kerjasama dengan pihak SMAN Bali Mandara untuk memanfaatkan tanaman suweg menjadi bahan baku utama pembuatan Baksumi aneka rasa yang bergizi dan berkualitas.

2. Teknologi dan Inovasi

Teknologi merupakan salah satu sarana terpenting dalam menyebarluaskan informasi mengenai produk yang telah diproduksi oleh siswa. Di Smanbara sendiri, telah tersedia teknologi tersebut seperti sarana komputer dan akses internet yang dapat dimanfaatkan oleh siswanya untuk mempromosikan lebih lanjut mengenai produk yang telah diproduksi.

(20)

3. Modal Wirausaha

Modal merupakan hal yang sangat berperan dalam tahap awal produksi produk Baksumi. SMAN Bali Mandara memiliki program Pathway to Leadership yang di dalamnya terdapat sebuah program kewirausahaan atau Entrepreneurship. Program ini disediakan oleh sekolah sehingga siswa dapat mengembangkan jiwa mereka dalam berwirausaha. Produksi Baksumi yang dilakukan di SMAN Bali Mandara merupakan salah satu bentuk wirausaha yang dilakukan untuk mewujudkan program Entrepreneurship. Usaha ini memerlukan dana atau modal sebesar Rp 1.159.310,- yang seluruhnya diberikan oleh pihak SMAN Bali Mandara untuk mewujudkan program entrepreneurship.

4. Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan pelaku produksi dalam suatu usaha. Pengembangan produk Baksumi merupakan salah satu bentuk wirausaha pemanfaatan barang yang tidak memiliki nilai ekonomis. Kapasitas siswa yang cukup banyak merupakan salah satu peluang tenaga kerja yang dapat dimanfaatkan. Program sekolah yang tidak hanya menuntut siswa unggul dalam bidang akademik juga menjadikan siswa untuk melakukan kegiatan non akademik, salah satunya yaitu kewirausahaan. Siswa SMAN Bali Mandara yang diwajibkan untuk mengikuti program entrepreneurship nantinya dapat ikut berpartisipasi langsung sebagai produsen dari Baksumi di SMAN Bali Mandara.

5. Ketersediaan Pangsa Pasar

Produksi Baksumi di SMAN Bali Mandara dapat disalurkan langsung disekolah melalui koperasi yang telah tersedia di sekolah. Kebutuhan akan jajanan yang cukup banyak menjadikan Baksumi memiliki potensi untuk dikembangkan di SMAN Bali Mandara. Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMAN Bali mandara, diperoleh data mengenai jumlah konsumsi bakpao yang tersaji pada Tabel 4.3.

Tabel 4.3Daftar Jumlah Konsumsi Bakpao di SMAN Bali Mandara

No. Konsumen Rata-rata/hari

1 Siswa 305 buah

2 Guru dan Staff 72 buah

Total/hari 377 buah

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa banyak siswa, guru dan staff yang mengkonsumsi bakpao setiap harinya. Mereka rata-rata mengkonsumsi 2 buah bakpao perharinya.

(21)

lain. Program entrepreneurship merupakan contoh program yang dapat memberikan akses luas bagi siswanya untuk menjual produk Baksumi di SD sekitar Kubutambahan. Program entrepreneurship juga didukung dengan adanya program community service yang merupakan program layanan masyarakat untuk mendistribusikan produk Baksumi dikalangan masyarakat dan anak-anak.

Indikator lain yang sangat mendukung produksi Baksumi yaitu pendistribusian produk bakpao dan jajanan kering berbahaya yang marak di lingkungan masyarakat. Baksumi memanfaatkan bahan baku yang memiliki khasiat bagai tubuh manusia yaitu sebagai pencegah DiabetesMellitus dikarenakan kadar gula dan lemaknya yang rendah, sehingga aman dikonsumsi oleh semua warga sekolah SMAN Bali Mandara. Selain disekolah-sekolah, Baksumi juga dapat didistribusikan ke warung sehingga masyarakat umum dapat mengkonsumsi Baksumi ini.

4.2.2 Teknik Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan Berkualitas.

Setiap produk yang akan didistribusikan memerlukan tahap awal yaitu proses produksi. Kegiatan produksi adalah suatu pekerjaan atau kegiatan yang menghasilkan produk barang atau jasa (Godam, 2006). Produk Baksumi memiliki beberapa bahan utama serta bahan pendukung yang digunakan dalam proses produksinya. Masing-masing bahan tentunya memiliki kegunaan atau fungsi tersendiri dalam penggunaanya. Berikut merupakan daftar bahan-bahan adonan Baksumi yang tersaji dalam 4.4.

Tabel 4.4 Daftar Bahan Adonan “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa dan Kegunaannya

No. Nama Bahan Kegunaan

1 Tepung umbi suweg Bahan utama pembuatan Baksumi

2 Tepung terigu Mengikat dan mengabsorbsi air membentuk gluten Baksumi 3 Ragi instan Mengembangkan adonan, membangkitkan aroma dan rasa

dari Baksumi

4 Mentega putih Penghambat pembentukan gluten pada adonan Baksumi 5 Garam Pembangkit rasa gurih, pengontrol aktivitas ragi dan sebagai pengawet alami Baksumi

6 Gula pasir Sumber energi bagi ragi, pengawet dan pemberi rasa manis pada Baksumi

(22)

Selain adanya bahan utama untuk pembuatan adonan, Baskumi juga menggunakan beberapa bahan tambahan sebagai isiannya. Bahan isian yang berbeda akan menambah nilai dan ketertarikan masyarakat untuk membeli Baksumi. Adapun bahan isian dalam Baksumi yaitu, 1) meises coklat, 2) kacang tanah, 3) campuran kacang tanah dan coklat, 4) gula merah.

Setelah menentukan bahan-bahan yang akan digunakan dalam proses pembuatan Baksumi, proses untuk memproduksi Baksumi pun dapat dilakukan. Proses produksi Baksumi dibagi menjadi 3 tahap yaitu, tahap persiapan, tahap pemrosesan, dan proses pengemasan. 1. Tahap Persiapan

Pada tahap persiapan pembuatan Baksumi, ada beberapa alat dan bahan yang harus disiapkan, antara

a. Alat pembuatan bakpao dipersiapkan.

b. Umbi suweg (Amorphophallus campanulatus ) diproses menjadi tepung umbi suweg yang halus dan berkualitas.

c. Sebanyak 300gram tepung umbi suweg disiapkan sebagai bahan baku utama.

d. 700 gram tepung terigu, 1ragi instan 11 gram,250gram gula pasir, 40 gram mentega putih, susu bubuk,350 ml air,vanilibubuk dangaram dipersiapkan sebagai bahan pendukung dalam pembuatan Baksumi aneka rasa.

e. Gula merah diiris secukupnya menjadi bagaian tipis sebagai salah satu isian dari Baksumi aneka rasa.

f. Kacang tanah yang sudah dihancurkan ditambahkan dengan sedikit gula pasir dipersiapkan sebagai salah satu isian dari Baksumi.

g. Meises coklat disiapkan sebagai isian dari Baksumi.

2. Tahap Pemrosesan

Tahap pemrosesan merupakan tahap terpenting dalam proses produksi Baksumi aneka rasa. Tahap pemrosesan ini di bagi menjadi 5 tahap. Pada tahap pemrosesan ini, perbandingan bahan baku tepung terigu dengan tepung umbi suweg adalah 2 untuk tepung terigu dan 1 untuk tepung umbi suweg (2:1) yang telah teruji sebelumnya.

(23)

hingga adonan mengembang sempurna. Setelah 60 menit, adonan B juga diuleni dan ditambahkan dengan mentega sebesar 20 gram dan didiamkan selama 60 menit.

b. Setelah adonan mengembang, pukul dan uleni adonan hingga adonan mengempis serta udara terbuang dari adonan. Setelah itu adonan dibentuk menjadi bulat besar lalu ditutup dengan lap basah dan didiamkan kembali selama 15 menit.

c. Tahap ketiga merupakan tahap pengisian Baksumi dengan berbagai jenis bahan isian. Setelah diisi dengan bahan isian, adonan Baksumi dibentuk dengan menggunakan pipa setinggi 5 cm sehingga bentuk bakpao ini sangat unik dan kecil (mini). Adonan yang dibentuk dengan pipa tidak lupa untuk diisi dengan bahan isian seperti kacang tanah goreng, coklat, gula merah, dan kacang coklat di dalamnya. Setelah semua adonan terbentuk, diamkan adonan selama 5 menit.

d. Tahap keempat adalah tahap pengukusan Baksumi. Tahap ini dimulai dengan memanaskan alat pengukus dengan api sedang. Setelah itu, susun adonan di dalam alat kukusan dengan memberi jarak agar tidak melekat satu sama lain. Tutup alat kukus dengan kain lalu tutup kukusan. Tunggu bakpao hingga matang dan mengembang sekitar 15 menit. Pada saat proses pengukusan, tidak diperbolehkan untuk membuka tutup kukusan sebelum 10 menit pertama agar bakpao dapat mengembang dengan baik. e. Pengulangan tahap keempat hingga seluruh adonan bakpao habis dikukus.

3. Tahap Pengemasan

Tahap pengemasan merupakan salah satu tahap penting dalam sebuah kegiatan produksi. Menurut Suharto (2006), pengemasan merupakan wadah atau kemasan suatu produk. Ada beberapa alasan dalam mengemas suatu produk, antara lain 1) kemasan berfungsi sebagai pelindung produk agar terlihat lebih bersih, 2) mencegah pertukaran produk dan memperkenalkan produk secara lebih efektif, 3) dapat meningkatkan laba dengan menarik minat konsumen untuk mengkonsumsi bakpao.

Dalam hal ini, Baksumi yang telah selesai dimasak dikemas dengan menggunakan plastik kemasan. Ukuran plastik yang digunakan disesuaikan dengan bakpao yang diproduksi. Palstik yang digunakan dalam pengemasan bakpao yaitu plastik PE yang disesuaikan dengan ukuran bakpao.

4.2.3 Analisis Kelayakan dan Strategi Pemasaran yang Tepat untuk Pengembangan Usaha “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa yang Bergizi dan Berkualitas

(24)

suatu usaha. Hasil analisis ini akan digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk melanjutkan gagasan usaha tersebut. Adanya analisis kelayakan juga diharapkan dapat menekan resiko kegagalan dalam memasarkan produk hasil usaha. Analisis dalam pembuatan Baksumi aneka rasa adalah 1) kelayakan secara hukum, 2) kelayakan dari aspek sosial ekonomi, 3) kelayakan finansial (keuangan), 4) kelayakan lingkungan.

1. Analisis Kelayakan Hukum

Indonesia merupakan negara hukum. Oleh karena itu, seluruh kegiatan yang dilakukan oleh warga Indonesia di atur oleh hukum. Suatu kegiatan usaha tentu diatur dalam hukum tersendiri. Dalam usaha Baksumi ini, ada bebearap undang-undang yang mengatur seperti 1) Undang-undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangandan Undang-undang No. 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha Bagi Umum. Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan, pasal 1 ayat 1 mengatakan bahwa “pangan merupakan segala sesuatu yang berasal darii makanan atau sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan, peternakan, perairan, dan air, baik yang diolah maupun tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan pengolahan dan/atau pembuatan makanan atau minuman”. Selain itu, pada Undang-undang No. 11 tahun 1962 mengenai hygiene untuk usaha-usaha bagi umum menimbang tentang pokok-pokok kesehatan. Pada pasal 2 ayat 2 menyebutkan bahwa “Usaha-usaha bagi umum ialah usaha-usaha yang dilakukan oleh badan-badan pemerintah, swasta maupun perseorangan yang menghasilkan sesuatu untuk atau yang langsung dapat dipergunakan oleh umum.” Salah satu hygiene untuk usaha yang diatur oleh undang-undang ini merupakan hygiene air, susu, minuman dan makanan untuk konsumsi bagi umum.

Berdasarkan undang-undang tersebut, usaha Baksumi aneka rasa dinyatakan layak dalam segi hukum untuk dijalankan karena usaha Baksumi ini memenuhi peraturan hukum yang ada. Selain itu Baksumi juga bentuk makanan yang sehat karena bakpao ini tidak mengandung bahan pengawet, pewarna, dan penguat rasa yang berbahaya dilihat dari komposisi bahan pembuat Baksumi.

2. Analisis Kelayakan Sosial Ekonomi

(25)

satu bentuk implementasi dari program entrepreneurship siswa SMAN Bali Mandara sebagai wadah bagi siswanya untuk memperkenalkan suatu produk makanan Baksumi aneka rasa yang bergizi dan berkualitas kepada masyarakat.

3. Anilisis Kelayakan Keuangan (Finansial)

Analisis kelayakan keuangan produksi Baksumi didasarkan pada hubungan antara biaya modal dengan proses produksi Baksumi. Analisis kelayakan keuangan ini sangat diperlukan untuk menganalisis apakah usaha Baksumi akan menghasilkan laba dan layak untuk dilanjutkan. Adapun aspek-aspek kelayakan keuangan yang dianalisis pada usaha Baksumi aneka rasa yaitu, a) perhitungan biaya produksi Baksumi, b) perhitungan penjualan bakpao, c)perhitungan Break Even Point dan d) perhitungan Return of Investment.

a) Perhitungan Modal dan Biaya Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa Biaya produksi atau modal usaha merupakan biaya awal untuk membangun suatu bentuk usaha. Biaya produksi meliputi upah pekerjaan, pembayaran bunga, sewa, serta pembelian bahan baku (Miller dan Meiners, 2000). Biaya produksi menurut Arshad (1993), biaya produksi dapat dibedakan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah atau tidak tergantung terhadap perubahan hasil produksi. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang tergantung terhadap hasil produksi (output). Berdasarkan penjelasan di atas, biaya produksi dalam pembuatan Baksumi yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap terdiri dari biaya penyusutan peralatan produksi dan biaya variabel meliputi biaya pengadaan bahan baku produksi.

1) Biaya Peralatan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Perlatan produksi merupakan segala sesuatu yang digunakan untuk memproduksi barang. Dalam pembuatan Baksumi diperlukan beberapa alat yang tersaji pada Tabel 4.5.

Tabel 4.5 Alat Produksi Baksumi Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa.

No

. Jenis Peralatan Jumlah Harga/unit Harga Beli

1 Parutan 2 buah Rp 10.000,- Rp

20.000,-2 Pisau 2 buah Rp 10.000,- Rp

20.000,-3 Baskom Besar 1 buah Rp 10.000,- Rp

10.000,-4 Gas 1 buah Rp 85.000,- Rp

85.000,-5 Timbangan 1 buah Rp 95.000,- Rp

95.000,-6 Kompor gas 1 tungku 1 buah Rp 150.000,- Rp 150.000,-7 Panci Kukus diameter 30 cm 1 buah Rp 80.000,- Rp

80.000,-8 Nampan 2 buah Rp 8.000,- Rp

16.000,-9 Baskom 2 buah Rp 4.000,- Rp

8.000,-10 Kertas roti 32 gulung Rp 700,- Rp

22.400,-11 Plastik kemasan 10x10 12 pack Rp 4.000,- Rp

48.000,-12 Lap 2 buah Rp 4.000,- Rp

8.000,-13 Gunting kecil 1 buah Rp 2.500,- Rp

(26)

564.900,-2) Biaya Bahan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Bahan produksi merupakan aspek terpenting dalam pembuatan suatu produk usaha. Bahan produksi adalah segala sesuatu yang dipakai dan diperlukan untuk membuat suatu barang. Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan Baksumi aneka rasa akan ditunjukkan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Bahan Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini Aneka Rasa

Bahan-bahan yang tertera pada Tabel 4.6 merupakan bahan pembuatan Baksumi aneka rasa untuk waktu produksi selama satu bulan.

3) Umur Ekonomis dan Nilai Penyusutan

Metode bagi habis adalah metode yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan peralatan. Metode bagi habis ini dihitung dengan cara harga peralatan dibagi dengan masa pakai. Umur ekonomis dan nilai penyusutan produksi Baksumi disajikan pada Tabel 4.7. Umur ekonomis peralatan yang tersaji pada Tabel 4.7 berkisar 12-60 bulan. Berdasarkan hal tersebut, nilai biaya penyusutan peralatan produksi Baksumi aneka rasa dihitung seperti Tabel 4.7.

Tabel 4.7 Umur Ekonomis dan Nilai Penysutan Alat Produksi

No

3 Baskom Besar 1 buah 1,5 Rp 10.000,- Rp 555,56

4 Timbangan 1 buah 5 Rp 95.000,- Rp 1.583,33

5 Kompor gas 1

tungku 1 buah 4,5 Rp 150.000,- Rp 2.77,78

6 Panci Kukus

diameter 30 cm 1 buah 3,5 Rp 80.000,- Rp 1.904,76

7 Nampan 2 buah 3,5 Rp 16.000,- Rp 380,95

8 Baskom 2 buah 1,5 Rp 8.000,- Rp 444,44

9 Lap 2 buah 1,5 Rp 8.000,- Rp 444,44

No. Bahan Produksi Jumlah Harga/satuan Harga Beli

1 Tepung umbi suweg 11 kg Rp 4.000,- Rp 44.000,-2 Tepung terigu 23 kg Rp 7.300,- Rp 167.900,-3 Ragi instan 30 bungkus Rp 1.500,- Rp 45.000,-4 Susu bubuk 2 kg Rp 42.000,- Rp 84.000,-5 Gula Pasir 9 kg Rp 12.000,- Rp 108.000,-6 Vanilli bubuk 5 bungkus Rp 2.500,- Rp 12.500,-7 Mentega putih 1,5 kg Rp13.200,- Rp

19.800,-8 Garam 2 bungkus Rp1.000,- Rp

2.000,-9 Air 11 liter Rp 210,- Rp

2.310,-10 Kacang Tanah 1.5 kg Rp 27.600,- Rp 41.400,-11 Meises coklat 1.5 kg Rp 20.000,- Rp 30.000,-12 Gula merah 1.5 kg Rp 25.000,- Rp

(27)

Rp594.410,-10 Gunting kecil 1 buah 2 Rp 2.500,- Rp 104,17

Total Biaya Rp 409.500,- Rp 9.973,21

4) Biaya Produksi Bakpao Umbi Suweg Aneka Rasa

Tepung umbi suweg yang berasal dari umbi suweg tidaklah menghasilkan berat yang sama. Umbi suweg yang diproses menjadi tepung umbi suweg menyusut hingga 60% karena air pada umbi suweg yang mengalami proses penjemuran menguap. Sehingga, dari satu buah umbi suweg dengan berat 2 kilogram hanya menghasilkan tepung umbi suweg sebanyak 1,2 kilogram. Tepung umbi suweg ini dapat menjadi substitusi tepung terigu dengan perbandingan tepung terigu : tepung suweg adalah 2:1. Kegiatan produksi bakapao umbi suweg dilakukan setiap harinya dengan berat adonan sebesar 1 kilogram. Adapun rincian biaya produksi Baksumi aneka rasa disajikan pada Tabel 4.8.

Tabel 4.8 Biaya Produksi “Baksumi” Bakpao Suweg Mini

No

. Komponen Biaya/produksi Nilai Presentase (%)

1 Biaya Tetap

a. Biaya Penyusutan Alat Produksi 9.973,21 31,52 2 Biaya Variabel

Komponen biaya produksi Baksumi terdiri dari tiga komponen dari biaya penyusutan alat produksi, biaya pengadaan bahan baku, dan biaya pembantu lainnya. Biaya terkecil merupakan biaya pembantu lainnya sebesar Rp 4.188,90 (13,23%). Selanjutnya biaya penyusutan alat produksi sebesar Rp 9.973,21 (31,52%), dan yang terakhir adalah biaya pengadaan bahan baku sebesar Rp 17.483,64 (55,25%). Total biaya untuk satu kali produksi Baksumi aneka rasa adalah sebesar Rp 31.645,75. Berdasarkan data di atas, besar biaya produksi dalam satu bulannya dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Biaya produksi/bulan = biaya produksi × 30

= Rp 31.645,75 × 30

= Rp 949.372,63

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa biaya produksi Baksumi aneka rasa dalam sebulannya mencapai nilai sebesar Rp 949.372,63.

b) Perhitungan Penjualan Bakpao Umbi Suweg Aneka Rasa

(28)

buahnya. Untuk menghitung jumlah penjualan Baksumi aneka rasa dalam satu bulannya, dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Harga penjualan/ bulan = Besar penjualan perhari ×30 = Rp 47.000,- × 30

= Rp

1.410.000-Dapat dilihat bahwa dalam satu bulan didapatkan besar penjualan sebesar Rp 1.410.000,-. Berdasarkan harga penjualan di atas, besar keuntungan atau laba dapat dihitung dengan rumus berikut.

Keuntungan/bulan = Harga penjualan– Biaya Produksi = Rp 1.410.000,- −Rp 949.372,63

c) Perhitungan Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) merupakan suatu analisis untuk mengetahui dan mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan, dan volume kegiatan (Ridha, 2006). Dalam penelitian ini, analisis Break Even Point digunakan untuk mengetahui berapa jumlah penjualan minimum agar usaha Baksumi aneka rasa belum mengalami keuntungan dan tidak mengalami kerugian. Dalam mengukur BEP, digunakan rumus sebagai berikut.

penjualannya mencapai

Rp 555.216,83

per bulannya.

BEP produk / bulan

=

biaya tetap

harga jual per unit - biaya variabel per unit

=

Rp 299.196,43

(29)

=

Rp 299.196,43

Rp 271,87

=

1100 buah

Hasil di atas menunjukkan bahwa besarnya nilai titik impas usaha Baksumi aneka rasa dalam satuan unit adalah sebanyak 1100 buah per bulannya.

d) Perhitungan Return of Investment (ROI)

Menurut Munawir (1195:89) Return of Investment (ROI) adalah suatu bentuk dari rasio profitabilitas yang dimaksudkan dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasinya perusahaan untuk menghasilkan keuntungan.

Untuk menghitung nilai ROI dari usaha Baksumia neka rasa, dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Artinya setiap pengeluaran biaya sebesar Rp 1.1593,10 angka keuntungan yang di dapat sebesar 40%.

4. Analisis Kelayakan Lingkungan

Setiap usaha yang mulai beroperasi memiliki dampak yang berbeda-beda terhadap lingkungan sekitar. Dampak lingkungan pada umumnya dapat dibagi menjadi 3 yaitu dampak terhadap air, tanah, dan udara. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, produksi Baksumi tidak menghasilkan dampak pencemaran yang berbahaya untuk lingkungan sekitar. Hal ini disebabkan oleh faktor bahan-bahan sisa produksi suweg tergolong sedikit mengandung bahan kimia berbahaya dan mampu diuraikan dengan baik. Bahan-bahan sisa yang dihasilkan dari produksi Baksumi berupa kulit dari umbi suweg dan plastik kemasan bahan-bahan tambahan dalam produksi Baksumi. Kulit dari umbi suweg merupakan sampah organik dan dapat diuraikan langsung oleh tanah sedangkan plastik kemasan bahan tambahan dalam produksi dapat didaur ulang kembali menjadi bahan yang lebih bermanfaat.

4.2.4 Dampak Ekonomis Usaha “Baksumi” Bakpao Suweg MiniTerhadap Warga Sekolahdi SMAN Bali Mandara

Produksi Baksumi aneka rasa telah berjalan dengan baik di SMAN Bali Mandara. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan produksi Baksumi mampu

(30)

business) karena memiliki potensi pasar yang sangat bagus. Kandungan gizi yang sangat banyak menyebabkan Baksumi menjadi sangat diminati oleh masyarakat.

(31)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian serta pembahasan di atas, penulis memiliki beberapa simpulan sebagai berikut.

1. SMAN Bali Mandara sangat berpotensi sebagai sentra produksi Baksumi dikarenakan Smanbara telah memenuhi indikator pengembangan usaha yang meliputi ketersediaan bahan baku, teknologi dan inovasi, modal wirausaha, tenaga kerja, dan ketersediaan pangsa pasar. Selain itu, kegiatan ini juga mendukung program entrepreneurship di SMAN Bali Mandara.

2. Teknik dalam memproduksi Baksumi dilakukan melalui 3 tahap yaitu 1) tahap persiapan seperti mempersiapkan bahan serta alat produksi, kemudian 2) tahap pemrosesan bahan-bahan produksi menjadi produk Baksumi, dan 3) tahap pengemasan Baksumi untuk dipasarkan di SMAN Bali Mandara.

3. Analisis kelayakan yang digunakan untuk menguji kelayakan produksi Baksumi yaitu 1) analisis hukum berdasarkan Undang-undang RI No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dan Undang-undang No. 11 Tahun 1962 tentang Hygiene untuk Usaha Bagi Umum, 2) anlisis sosial ekonomi, 3) analisis keuangan dimana nilai keuntungan produksi sebesar Rp 460.627,32 atau 48,52% per bulan, dan 4) analisis lingkungan dimana produksi Baksumi tidak banyak menyebabkan pencemaran lingkungan. Metode pemasaran yang digunakan dengan menjual secara langsung, dan mendistribusikan ke kantin serta koperasi SMAN Bali Mandara.

4. Produk Baksumi dapat memberikan dampak ekonomis seperti kemudahan dalam memperoleh jajanan sehat dan bergizi kepada warga SMAN Bali Mandara serta masyarakat umum. Selain itu, produk Baksumi juga sangat menjanjikan (promising bussiness) dengan keuntungan yang besar bagi para wirausahawan muda.

5.2 Saran

Jiwa entrepreneurship sangatlah penting untuk ditanamkan sejak dini kepada generasi muda. Maka dari itu, pihak sekolah dapat mengembangkan atau menyediakan kegiatan yang dapat memfasilitasi siswa dalam berwirausaha. Selain itu, produk Baksumi sebagai salah satu bentuk enterpreneurship di sekolah dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan program wirausaha lainnya di sekolah. Pemerintah juga dapat mendukung keberadaan sekolah sebagai salah satu fasilitator siswa dalam dunia entrepreneurship.

(32)

Anonim. 2001. “Mengenal berbagai macam roti”. http://wordpress.com. Diakses pada tanggal 2 April 2013. Makassar.

---. 2011a. “Bakpao”. http://id.wikipedia.org/wiki/Bakpao. Diakses pada tanggal 2 April 2013. Makassar.

---. 2011b. “Ragi”. http://id.wikipedia.org/wiki/Ragi. Diakses pada tanggal 2 April 2013. Makassar.

Ardhiyanti, S. D. 2008. “Daya Hipokolesterolemik Tepung Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus) pada Tikus Percobaan (Rattus norvegicus)”. Dipetik pada tanggal 12 Mei 2013. http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/14665.

Chretella, C. 2012. “Etika Bisnis Terhadap Produk HIT”. http://ilerning.com. Diakses tanggal 2 Oktober 2012).

Direktorat Pembinaan Kursus dan Kelembagaan. 2010. Menerapkan Strategi Programme life cycle.

Faridah, D. 2005. Sifat Fisiko-Kimia Tepung Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl.) dan Indeks Glikemiknya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan Vol. XVI No. 3 Th. 2005. Godam. 2006, “Jenis/Macam Kegiatan Ekonomi Produksi, Distribusi dan Konsumsi

Definisi/Pengertian Pendidikan Pengenalan Ekonomi Dasar”.

http://organisasi.org/jenis_macam_kegiatan_ekonomi_produksi_distribusi_dan_konsum si_definisi_pengertian_pendidikan_pengenalan_ekonomi_dasar. Diakses pada tanggal 12 April 2013.

Hadi, C. 2011. “Kreativitas dan Inovasi”. http://cholichul-fpsi.web.unair.ac.id. (Diakses tanggal 2 Oktober 2012).

Hisrich dkk. 2008. Kewirausahaan. New York: McGraw-Hill, Penerbit Salemba Empat. Kurdi, W. 2002. Reduksi Kalsium Oksalat pada Talas Bogor sebagai upaya meningkatkan

Mutu keripik Talas. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian IPB. Bogor.

Lazenby, W.B. 1998. Why certain plants are acrid. Di dalam R. Goldworth (ed.). Abundant of Plant Varieties. World Wide, Inc. New York.

Oktaviani, R. (2013). “Cara Membuat Bakpao Enak Isi Kacang Hijau”. Dipetik April 23, 2013, dari http://resepmasakankreatif.blogspot.com/2013/01/cara-membuat-bakpao-enak-isi-kacang.html.

Sakai, W. S. 1983. Aroid root crops: Alocasia, Cyrtosperma, and Amorphophallus. Di dalam . H. T. Chan, Jr. (ed.). Handbook of Tropical Plants. Marcel Dekker. New York dan Basel. Sutomo, Budi. 2008. “Umbi Suweg Bahan Pangan Alternatif Pengganti Terigu”.

http://budiboga.blogspot.com/2008/01/eklusif-di-budi-boga-umbi-suweg.html. Diakses pada tanggal 21 April 2013.

Utami, A. R. 2008. “Kajian Indeks Glikemik dan Kapasitas In Vitro Peningkatan Kolesterol dari Umbi Suweg (Amorphophallus campanulatus Bl) dan Umbi Garut (Maranta arundinaceae L.)” Skripsi. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Institut Pertanian Bogor.http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/11979. Dipetik April 12, 2013. Winarno, F. G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

(33)

LAMPIRAN

Proses penumbukkan suweg kering Sumber : Dokumentasi Pribadi Proses penjemuran umbi suweg

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Proses penakaran bahan adonan Sumber : Dokumentasi Pribadi

Proses pencampuran bahan adonan Sumber : Dokumentasi Pribadi Panci kukus

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Timbangan

Sumber : Dokumentasi Pribadi Bahan-bahan pembuatan Baksumi

Sumber : Dokumen Pribadi

Baskom

(34)

Proses pemasaran Baksumi Sumber : Dokumentasi Pribadi Proses pembentukan Baksumi

Sumber : Dokumentasi Pribadi Proses pengulenan adonan Baksumi Sumber : Dokumentasi Pribadi

Bakpao Suweg Mini “Baksumi” Sumber : Dokumen Pribadi

Adonan Baksumi yang siapd ibentuk Sumber : Dokumentasi Pribadi Proses penambahan mentega

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Gambar

Gambar 2.1 Tanaman SuwegSumber: Dokumentasi Pribadi
Gambar 2.2 Tepung SuwegSumber: Dokumentasi Pribadi
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian
Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

b) penerima kuasa dari direktur utama/pimpinan perusahaan yang nama penerima kuasanya tercantum dalam akta pendirian atau perubhaanya; c) kepala cabang perusahaan yang

Analisis komparasi atas perlakuan akuntansi ketiga klub terhadap pendapatan dan pemain sepakbola dilakukan untuk melihat perlakuan akuntansi secara umum

Perintah dasar di Linux dapat digunakan menggunakan akses root atau user biasa, akan tetapi sebaiknya menggunakan akses user biasa saja agar tidak

Mengapa kemudian yang didukung oleh AS adalah SNC dan FSA, hal ini cukup beralasan karena dari pandangan AS bahwa keduanya dianggap sebagai kelompok yang berpotensi

Ramuan jamu penurun berat badan dapat menurunkan berat badan subyek penelitian secara bermakna setelah pemberian selama 28 hari dengan penurunan rata-rata 3,9 Kg dan penurunan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah dalam mengembangkan dan meningkatkan skill menjahit di kalangan mitra telah

Menurutnya, ada tiga asumsi dasar yang melandasi bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan (1) bahwa makhluk pertama yang diciptakan Tuhan adalah laki-laki, bukan perempuan,

Untuk mengatasinya hal tersebut diberikan suatu solusi untuk mendukung pembelajaran bahasa Inggris dengan merancang materi pembelajaran meliputi berbagai