• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (8)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kesehatan dan Keselamatan Kerja (8)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Perusahaan merupakan sebuah organisasi yang didirikan untuk memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya. Untuk menjalankan roda usahanya, sebuah perusahaan tentunya membutuhkan sumber daya manusia. Antara perusahaan dan manusia sebenarnya memiliki sebuah hubungan yang saling menguntungkan di kedua belah pihak. Perusahaan membutuhkan manusia untuk membantu menjalankan kegiatan-kegiatan usaha, begitu juga manusia butuh untuk bekerja agar kebutuhan sehari-hari dapat terpenuhi.

Sumber daya manusia seharusnya dapat dipandang sebagai sesuatu yang berharga bagi perusahaan. Karena setiap individu yang bekerja dalam perusahaan memiliki andil untuk membantu pencapaian visi, misi dan tujuan perusahaan. Agar dapat bekerja secara maksimal, sumber daya manusia di setiap perusahaan harus diberikan rasa aman, nyaman dan menyenangkan dalam bekerja.

Walaupun bekerja sudah menjadi sebuah aktivitas yang biasa dalam kehidupan manusia, akan tetapi bekerja juga dapat menimbulkan resiko yang tidak main-main. Penyakit-penyakit seperti tuberkolosis (TBC), gangguan penglihatan, gangguan pendengaran, kelumpuhan bahkan ada beberapa pekerjaan yang dapat mengancam nyawa pekerjanya. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harusnya dalam melindungi karyawannya dari resiko-resiko pekerjaan tersebut.

Mengenai keselamatan kerja, pemerintah sudah membuat beberapa peraturan perundang-undangan. Salah satunya adalah, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970. Di dalam undang-undang ini tercantum secara jelas bahwa perusahaan wajib menyediakan secara cuma-cuma alat perlindungan diri bagi para pekerjanya.

(2)

Pasal 23 menyebutkan bahwa (1) kesehatan jiwa diselenggarakan untuk mewujudkan produktivitas kerja yang optimal, (2) kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja dan syarat kesehatan kerja, (3) Setiap tempat kerja wajit menyelengarakan kesehatan kerja, (4) ketentuan mengenai kesehatan kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat 2 dan ayat 3 ditetapakan dengan Peraturan Pemerintah1.

Sebenarnya masih banyak lagi peraturan pemerintah yang mengatur tentang keselamatan dan kesehatan dalam bekerja. Diantaranya undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993 tentang Penyakit Yang Timbul Akibat Hubungan Kerja dan lain-lain. Dari banyaknya peraturan yang dibuat pemerintah, dapat kita tarik kesimpulan bahwa pemerintah sangat serius terhadap isu keselamatan dan kesehatan kerja.

Walaupun pemerintah telah banyak membuat peraturan mengenai keselamatan dan kesehatan kerja, nyatanya kasus tentang kecelakaan kerja di Indonesia masih sangat tinggi. Penulis mendapatkan data dari Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) yang dimuat dalam website nasional.kontan.co.id pada tanggal 10 januari 2016, mengatakan bahwa hingga akhir 2015 telah terjadi kecelakaan kerja sebanyak 105.182 kasus. Sementara itu, untuk kasus kecelakaan berat yang mengakibatkan kematian tercatat sebanyak 2.375 kasus dari total jumlah kecelakaan kerja. Dalam artikel tersebut juga ditulis bahwa, penyebab utama terjadinya kecelakaan kerja adalah masih rendahnya kesadaran akan pentingnya K3. Selama ini penerapan K3 hanya dipandang sebagai suatu beban biaya bagi perusahaan.

Dari fakta di atas, maka penulis sangat tertarik untuk menulis sebuah makalah yang membahas tentang keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Di makalah ini akan diuraikan mengenai apa itu K3, apa saja yang dapat mencegah kecelakaan kerja dan seperti apa lingkungan kerja yang sehat bagi

(3)

karyawan. Penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi bahan edukasi bagi pembaca dan dapat diimplementasikan di dunia nyata, agar semakin banyak orang yang paham pentingnya keselamatan kerja.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yang ingin penulis capai dalam makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi mengenai keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

2. Untuk memberikan pengetahuan mengenai pencegahan kecelakaan kerja 3. Untuk memberikan informasi menganai bagaimana mendesain ruang kerja

yang sehat

4. Untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja

C. Kajian Teori

1. Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Pada bagian yang pertama ini penulis akan mencoba untuk menguraikan beberapa pengertian keselamatan dan kesehatan kerja yang dikemukakan oleh beberapa ahli, diantaranya:

a. Menurut Cecep Dani Sucipto, “kesehatan dan keselamatan kerja adalah suatu usaha dan upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari resiko kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan2”.

b. Kadar Nurzaman mengatakan, “keselamatan kerja adalah terhindarnya hal-hal yang menyebabakan terganggunya pegawai dari segi fisik dan mental pada saat melaksanakan pekerjaan dan setelah menunaikan tugas dan kewajiban yang diberikan oleh perusahaan. Adapun kesehatan kerja artinya terjaminnya seluruh lingkungan pekerjaan yang menyebabkan sehatnya para pegawai, baik sehat secara fisik maupun sehat secara mental3”.

2 Cecep Dani Sucipto, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Yogyakarta: Gosyen Publishing, 2014) h. 2

(4)

c. Husni, (2003:138), ditinjau dari sudut keilmuan, kesehatan dan keselamatan kerja adalah ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha untuk mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja di tempat kerja4.

Dari pengertian mengenai keselamatan dan kesehatan kerja yang telah disebutkan di atas, penulis menyimpulkan bahwa, keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk memberikan perlindungan dan rasa aman bagi karyawan dalam menjalankan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan. Selain itu, K3 juga bertujuan untuk memberikan rasa nyaman agar pekerja lebih produktif saat bekerja.

2. Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Dibuatnya standar keselamatan dan kesehatan kerja tentunya memilki maksud dan tujuan yang baik bagi para pakerja. Penerapan K3 di sebuah persuahaan atau tempat kerja akan semakin membuat para pekerja merasa diperhatikan, dilindungi dan merasa dihargai.

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara dalam bukunya yang berjudul Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sebagai berikut5:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan keseahatan kerja yang baik secara fisik, sosial dan psikologis b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan

sebaik-baiknya, seefektif mungkin

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. Sementar itu, Rivai & Ella Jauvani mengatakan, jika perusahaan dapat menurunkan kecelakaan dan beratnya kecelakaan-kecelakaan kerja, penyakit

4 Riswan Dwi Djatmiko, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, (Yogyakarta: Deepublish, 2016) h. 1

(5)

dan hal-hal yang berkaitan dengan stres, serta mampu meningkatkan kualitas hidup kerja para pekerjannya, perusahaan akan semakin efektif. Peningkatan-peningkatan terhadap hal ini akan menghasilkan6:

a. Meningkatnya produktivitas karena menurunnya jumlah hari kerja yang hilang

b. Meningkatnya efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen

c. Menurunnya biaya-biaya kesehatan dan asuransi

d. Tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim

e. Fleksibilitas dan adaptibilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan

f. Rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena meningkatnya citra perusahaan.

Dari tujuan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) diatas dapat penulis simpulkan bahwa, sebenarnya pelaksanaan K3 sangat bermanfaat bagi perusahaan. K3 akan meningkatakan produktifitas para karyawannya serta membuat peralatan dan perlengkapan kerja akan awet karena selalu dipakai & dipelihara. Selain itu, menurut penulis penerapan K3 akan menambah gengsi suatu perusahaan. Karena apabila standar keselamatan dan kesehatan suatu perusahaan sudah baik, maka akan semakin banyak sumber daya manusia yang ingin bergabung untuk bekerja di perusahaan tersebut.

3. Penyebab Terjadinya Kecelakaan dan Gangguan Kesehatan Karyawan

Apabila terjadi suatu kecelakaan kerja dan gangguan kesehatan yang dialami oleh karyawan pastilah ada penyebabnya. Pada bagian ketiga ini, penulis akan menguraikan penyebab-penyebab terjadinya kecelakaan dan gangguan pada kesehatan yang telah disampaikan oleh beberapa ahli.

Anwar Prabu Mangkunegara mengemukakan beberapa sebab yang memungkinkan terjadinya kecelakaan dan gangguan kesehatan pegawai sebagai berikut7:

a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja

 Penyusunan dan Penyimpanan barang-barang yang

berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya

6 Veithzal Rivai dan Ella Jauvani S, Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2010) h. 793

(6)

 Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak

 Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada

tempatnya b. Pengaturan udara

 Pergantian udara di ruang kerja yang tidak baik (ruang kerja

yang kotor, berdebu dan berbau tidak enak)

 Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya c. Pengaturan penerangan

 Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak

tepat

 Ruang kerja yang kurang cahaya, remang-remang d. Pemakaian peralatan kerja

 Pengaman pelaralatan kerja yang sudah usang atau rusak

 Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang

baik

e. Kondisi fisik dan mental pegawai

 Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang tidak stabil

 Emosi pegawai yang tidak stabil, keprebadian pegawai

yang rapuh, cara berpikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa risiko bahaya.

Sedarmayanti mengatakan, kecelakaan dapat terjadi menimpa pekerja, dengan berbagai sebab. Ushaa menyediakan tempat aman untuk bekerja, serta sesuatu proses teratur yang berhubungan dengan usaha menentukan kondisi umum, dengan apa pekerjaan akan dilaksanakan, merupakan faktor penting untuk melaksanakan penggerakkan para pekerja. Tiga faktor penyebab

(7)

 Emosi dan syaraf tidak stabil

 Lemah badan 2) Pengetahuan keterampilan

 Kurang memperhatikan metode kerja yang

aman/baik

 Kebiasaan yang salah

 Kurang pengalaman 3) Sikap

 Kurang minat/perhatian

 Kurang teliti

 Malas

 Sombong

 Tidak peduli akan suatu akibat

 Hubungan yang kurang baik c. Mesin/alat

 Peneranagan yang kurang

 Mesin yang tak dijaga

 Kerusakan teknis

4. Tindakan Pencegahan Kecelakaan Kerja

Ketika membicarakan tentang kecelakaan kerja, sudah barang tentu perlu dibahas juga mengenai tindakan dan juga pencegahan agar kecelakaan kerja dapat ditekan seminimal mungkin.

Sedarmayanti dalam bukunya mengatakan, pengalaman serta catatan menunjukkan bahwa kecelakaan dapat dikurangi bahkan mungkin dapat dihindari sama sekali. Tindakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan, tegantung dari keadaan pada masing-masing kasus. Ada pohak yang menganjurkan, menerapkan apa yang dinamakan program tri-E (triple E program) yang terdiri dari9:

a. Teknik (Engineering)

Artinya adalah: tindakan pertama adalah memeperlengkapi semua perkakas dan mesin dengan alat pencegahan kecelakaan misal: tombol-tombol untuk menghentikan bekerjanya alat/mesin tersebut serta alat lain, agar mereka secara teknis dapat terlindungi.

b. Pendidikan (education)

(8)

Perlu diberikan pendidikan kepada pekerja untuk menanamkan kebiasaan bekerja dan cara guna mencapai hasol “safety” sebesar mungkin.

c. Pelaksanaan (enforcement)

Tindakan pelaksanaan yaitu memberi jaminan bahwa peraturan pengendalian kecelakaan dijalankan.

Selain tindakan-tindakan yang telah disebutkan di atas, penulis ingin menambahkan tindakan yang bisa dipergunakan untuk mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Tindakannya adalah memajang sebuah foto yang menggambarkan kecelakan-kecelakaan kerja yang terjadi. Foto-foto tersebut dipajang di sudut-sudut tempat kerja. Mungkin cara ini menjadi salah satu cara alternatif agar para pekerja lebih sadar akan pentingnya memakai alat-alat keselamatan kerja.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja yang Sehat

Menurut Iswadi Lubis, Ada beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja, yaitu10:

a. Penerangan

Berjalannya suatu perusahaan tak luput dari adanya faktor penerangan, begitu pula untuk menunjang kondisi kerja penerangan memberikan arti yang sangat penting. Salah satu faktor yang penting dari lingkungan kerja yang dapat memberikan semangat dalam bekerja adalah penerangan yang baik.

Ciri-ciri penerangan yang baik menurut Stephen P. adalah sebagai berikut11: a) Sinar cahaya yang cukup. b) Sinarnya yang tidak

berkilau dan menyilaukan. c) Tidak terdapat kontras yang tajam. d) Cahaya yang terang. e) Distribusi cahaya yang merata. f) Warna yang sesuai.

b. Suhu Udara

Lingkungan kerja dapat dirasakan nyaman manakala ditunjang oleh beberapa faktor, salah satu faktor yang memberikan andil

10 Iswadi Lubis, “Lingkungan Kerja yang Kondusif dan Faktor-faktor yang

Mempengaruhinya”, JurnalLingkungan Kerja (Online) Volume 3, No. 1, Januari-Juni 2015, h. 39-45. Tersedia:

http://e-journal.perpustakaanstainpsp.net/index.php/Al-masharif/article/download/39/pdf_2

(9)

adalah suhu udara. Produktivitas manusia akan mencapi tingkat yang paling tinggi pada temperatur sekitar 24-27ºC. Selain suhu udara, sirkulasi udara di tempat kerja perlu diperhatikan juga. Udara disekitar kita dikatakan kotor apabila keadaam oksigen di dalam udara tersebut telah berkurang dan bercampur gasgas lainnya yang membahayakan kesehatan tubuh.

c. Bising

Untuk meningkatkan produktivitas kerja suara yang mengganggu perlu dikurangi. Bunyi bising dapat mengganggu konsentrasi dalam bekerja, untuk itu suara-suara ribut harus diusahakan berkurang.

d. Penggunaan Warna

Warna ruangan mempunyai pengaruh terhadap gairah kerja dan semangat para karyawan.Warna ini berpengaruh terhadap kemampuan mata melihat objek dan memberi efek psikologis kepada para karyawan karena warna mempuyai pengaruh besar terhadap perasaan seseorang.

Menurut Sedarmayanti, membagi warna berdasarkan pengaruhnya terhadap perasaan manusia, yaitu:

 Warna merah

Bersifat dinamis dan merangsang, berpengaruh menimbulkan semangat kerja.

 Warna kuning

Bersifat keanggunan, terang dan leluasa. Berpengaruh menimbulkan rasa gembira dan merangsang urat syaraf mata.

 Warna biru

Bersifat tenang, tentram dan sejuk.Berpengaruh mengurangi tekanan dan keteganggan.

e. Ruang gerak

(10)

Jalan-jalan yang dipergunakan untuk lalu-lalang para karyawan hendaknya tidak dipergunakan untuk meletakkan barang-barang yang tidak pada tempatnya.Dalam ruangan kerja hedaknya ditempatkan tempat sampah sehingga kebersihan lingkungan kerja tetap terjaga.

D. Simpulan

 Keselamatan dan kesehatan kerja adalah suatu usaha untuk memberikan

perlindungan dan rasa aman bagi karyawan dalam menjalankan pekerjaan agar terhindar dari kecelakaan kerja maupun gangguan kesehatan.

 Tujuan keselamatan dan kesehatan kerja:

1. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan keseahatan kerja yang baik secara fisik, sosial dan psikologis 2. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan

sebaik-baiknya, seefektif mungkin

3. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya

4. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai

5. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja dan partisipasi kerja

6. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja

7. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja.

 Penyebab terjadinya kecelakaan kerja: 1. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja 2. Pengaturan udara

3. Pengaturan penerangan 4. Pemakaian peralatan kerja

5. Kondisi fisik dan mental pegawai

 Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan cara program triple E, yaitu: 1. Teknik (Engineering)

2. Pendidikan (education) 3. Pelaksanaan (enforcement)

 Faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja yang sehat, yaitu: 1. Penerangan

2. Suhu Udara 3. Bising

(11)

Daftar Pustaka

Djatmiko, Riswan Dwi. 2016. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Deepublish.

Lubis, Iswadi. 2015. “Lingkungan Kerja yang Kondusif dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya”. Jurnal Lingkungan Kerja (Online) Volume 3, No. 1.

Tersedia:http://e-journal.perpustakaanstainpsp.net/index.php/Al-masharif/article/download/39/pdf_2

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Nurzaman, Kadar. 2014. Manajemen Personalia. Jawa Barat: CV Pustaka Setia.

Republik Indonesia. 1992. Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan .

(12)

Sedarmayanti. 2009. Dasar-dasar Pengetahuan tentang Manajemen Perkantoran

Suatu Pengantar. Bandung: CV Mandar Maju.

Sucipto, Cecep Dani. 2014. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Referensi

Dokumen terkait

Jabodetabekjur sebagai satu wilayah administrasi baru, maka perlu ditetapkan dalam UU tersendiri karena perlu mengubah 11 undang-undang tentang pembentukan daerah: 3

Hasil temuan penelitian ini dengan de- mikian secara empiris menguatkan ha- sil penelitian yang dilakukan oleh Gil dan rekan-rekan (2007), yang menya- takan bahwa

Dibandingkan dengan kecap yang dibuat dengan cara hidrolisis, kecap yang berasal dari proses fermentasi biasanya memiliki cita rasa dan aroma yang lebih baik.. Hal ini

Sebaliknya berapapun tingkat perhatian mahasiswa, baik tinggi, sedang maupun rendah, mahasiswa yang menerima pembelajaran Fisika melalui inkuiri terbimbing dengan

Prosedur Tetap (Protap) dibuat secara umum berdasarkan aspek teknis, dengan maksud sebagai panduan bagi pengguna dan pemelihara alat di sarana pelayanan kesehatan pada

Ketinggian gelombang dengan penambahan freeboard 2.1 Dari data diatas dapat diketahui ketinggian gelombang yang melebihi batas keamanan gelombang 1,5 meter masih

(2011) menunjukan bahwa aktivitas antioksidan daun jambu biji ekstrak etanol yang terbaik cenderung ditunjukan fraksi hasil ekstraksi maserasi dibandingkan hasil ekstraksi

Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Fadriansyah (2015) yang mengemukakan bahwa pemberian mulsa organik seperti jerami padi merupakan alternatif yang tepat