PEDOMAN
OPERASIONAL DAN PEMELIHARAAN
PERALATAN KESEHATAN
(THE TECHINICAL SOP AND SMP OF MEDICAL EQUIPMENT)
(sebagai Panduan menyusun Protap Pengoperasian dan Protap Pemeliharaan
Peralatan Kesehatan)
QUALITY LABORATORY SERVICES AND USE OF MEDICAL DEVICES
WHO. INO. BCT. 001.7
DEPARTEMEN KESEHATAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL R.I DIREKTORAT JENDERAL PELAYANAN MEDIK
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR DIREKTUR SARANA DAN PERALATAN MEDIK i KATA SAMBUTAN DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK ii BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Tujuan dan Sasaran 2
1.2.1 Tujuan Umum 2
1.2.2 Tujuan Khusus 2
1.2.3 Sasaran 2
1.3 Pengertian 3
BAB II MANAJEMEN PERALATAN
2.1 Pengoperasian Peralatan Kesehatan 5
2.1.1 Persiapan Pengoperasian 5
2.1.2 Pelaksanaan Pengoperasian dan Pemeliharaan 5
2.1.3 Penyimpanan Peralatan 5
2.1.4 Pemantauan Operasional Peralatan 6
2.2 Pemeliharaan Peralatan 6
2.2.1. Kriteria Pemeliharaan 7
2.2.1.1 Pemeliharaan Terencana 7 2.2.1.1.1. Pemeliharaan Preventif 8 2.2.1.1.2. Pemeliharaan Korektif 8 2.2.1.2 Pemeliharaan Tidak Terencana 9
2.2.2 Aspek Pemeliharaan 9
2.2.2.1 Sumber Daya Manusia 9
2.2.2.2 Fasilitas Kerja 9
2.2.2.3 Dokumen Pemeliharaan 10
2.2.2.4 Pelaksanaan Pemeliharaan 13 2.2.2.5 Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang 14 BAB III PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN DAN
PROSEDUR TETAP PEMELIHARAAN
3.1. Prosedur Tetap Pengoperasian Peralatan 15 3.2 Prosedur Tetap Pemeliharaan Peralatan 17
3.3 Prosedur Tetap Pelayanan 18
BAB IV PENUTUP 19
Lampiran:
1. Prosedur Tetap Pengoperasian Peralatan Medik, Kelompok I (INO-DHS-001)
2. Prosedur Tetap Pengoperasian Peralatan Medik, Kelompok II (INO-BCT-001.7)
3. Prosedur Tetap Pemeliharaan Preventif Peralatan Medik, Kelompok I (INO-DHS-001)
4. Prosedur Tetap Pemeliharaan Preventif Peralatan Medik, Kelompok II (INO- BCT-001.7)
5. Nilai Ambang Batas Arus Bocor
6. Formulir 1 s/d formulir 10 DAFTAR PUSTAKA
KATA PENGANTAR
DIREKTUR SARANA DAN PERALATAN MEDIK
Berdasarkan Surat Keputusan Direktur Sarana dan Peralatan Medik No.HK.00.07.6.6.125
tanggal 3 April 2000, tentang Pembentukan Tim Penyusunan Prosedur Tetap Pengoperasian dan
Prosedur Tetap Peralatan Medik ( A Set Up the Tehnical Standard Operating Procedure (SOP)
and Standard Maintenance Prosedure (SMP) of Medical Equipment ) INO.BCT.001.7 Bantuan
WHO 2000/2001, maka disusunlah Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan
Kesehatan.
Pedoman ini berintikan Prosedur Tetap (Protap) Pengoperasian dan Prosedur Tetap
(Protap) Pemeliharaan Peralatan Kesehatan, disusun dalam rangka pembinaan operasional dan
pemeliharaan peralatan kesehatan Direktur Sarana dan Peralatan Medik. Prosedur Tetap (Protap)
dibuat secara umum berdasarkan aspek teknis, dengan maksud sebagai panduan bagi pengguna
dan pemelihara alat di sarana pelayanan kesehatan pada umumnya atau rumah sakit pada
khususnya Protap Pengoperasian dan Protap Pemeliharaan untuk setiap jenis alat, merk dan type
tertentu yang dimilikinya.
Dengan diterbitkannya pedoman ini semoga pelaksanaan pengoperasian dan
pemeliharaan peralatan kesehatan secara teknis dapat meningkat, sehingga kualitas dan masa
guna peralatan juga meningkat, yang pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan kepada masyarakat.
Kepada semua anggota tim penyusun dan berbagai pihak yang telah membantu, kami
mengucapkan terima kasih atas peran serta dalam menyusun pedoman operasional dan
pemeliharaan peralatan kesehatan ini.
Semoga pedoman ini bermanfaat bagi kita semua.
Jakarta, Februari 2001
DIREKTUR SARANA DAN PERALATAN MEDIK
i
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam
penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Oleh karenanya untuk meningkatkan
pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung oleh peralatan yang selalu dalam
kondisi siap dan laik pakai serta berfungsi dengan baik. Peralatan akan berfungsi dengan baik
apabila dioperasikan dengan benar sesuai dengan kemampuannya serta dipelihara sesuai
prosedur teknis secara berkala dan berkesinambungan.
Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ini, diharapkan dapat
dipergunakan sebagai acuan bagi pengguna dan pemelihara alat di sarana pelayanan kesehatan
dan rumah sakit pada khususnya, sehingga pelaksanaan operasional dan pemeliharaan peralatan
kesehatan dapat terlaksana dengan baik.
Kepada semua anggota tim penyusun dan berbagai pihak yang turut membantu, kami
mengucapkan terima kasih atas peran serta dan segala upaya yang dilakukan dalam penyusunan
Pedoman Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan ini. Semoga pedoman ini
bermanfaat untuk menunjang pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
Jakarta, Februari 2001
DIREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK
ii
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tersedianya fasilitas sarana kesehatan yang aman, akurat dan handal sangat diperlukan untuk mendukung pelayanan medik prima kepada masyarakat agar visi Departemen Kesehatan, yaitu Indonesia Sehat 2010 dapat terwujud. Fasilitas tersebut meliputi sarana gedung, prasarana dan peralatan kesehatan.
Peralatan kesehatan merupakan salah satu faktor yang memegang peranan penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat. Pelayanan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan peralatan yang selalu dalam kondisi siap dan laik pakai serta dapat difungsikan dengan baik.
Operasionalisasi peralatan kesehatan harus didukung dan memenuhi berbagai aspek,yaitu:
Alat dalam keadaan laik pakai berfungsi dengan baik dan aman digunakan.
Aksesori alat lengkap dan baik.
Ruangan pelayanan memenuhi syarat untuk menunjang pengoperasian alat.
Prasarana listrik, air, gas dan lain – lain memadai.
Sumber daya manusia (SDM) siap.
Bahan operasional tersedia.
Prosedur tetap pelayanan tersedia, dipahami dan dilaksanakan.
Prosedur tetap pengoperasian tersedia, dipahami dan dilaksanakan.
Untuk menjamin operasionalisasi peralatan kesehatan maka aspek – aspek tersebut diatas perlu diupayakan keberadaannya. Dalam kenyataannya di rumah sakit masih ada peralatan kesehatan yang difungsikan dalam kondisi tidak laik pakai, selain itu prosedur tetap pengoperasian dan prosedur tetap pemeliharaan alat belum tersedia. Agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi siap dan laik pakai maka kegiatan pemeliharaannya mutak dilaksanakan secara berkesinambungan, sehingga perlu disusun prosedur pemeliharaan yang baku. Dalam rangka menyusun program pemeliharaan perlu dilakukan inventarisasi peralatan kesehatan untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menunjang terlaksananya sistem pemeliharaan yang berkesinambungan.
Pelaksanaan program pemeliharaan peralatan kesehatan yang berkesinambungan perlu didukung dengan tersediaanya berbagai aspek, yaitu:
Sumber dya manusia, teknisi terlatih
Peralatan kerja, lengkap
Dokumen teknis penyerta, lengkap
Suku cadang sesuai kebutuhan alat
Mekanisme kerja tersedia, dipahami dan dilaksanakan
Bahan pemeliharaan, sesuai kebutuhan alat
Material bantu sesuai kebutuhan alat
Operasionalisasi peralatan dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, memerlukan prosedur yang baku mengenai pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan. Prosedur yang baku tersebut adalah “Prosedur Tetap Pengoperasian” (Protap Pengoperasian) dan “Prosedur Tetap Pemeliharaan” (Protap Pemeliharaan) Peralatan Kesehatan.
Protap Pengoperasian alat disusun secara umum untuk setiap jenis alat berdasarkan aspek teknik dengan maksud sebagai panduan bagi pengguna alat/RSU dalam menyusun Protap Pengoperasian untuk jenis, merk dan type alat tertentu yang dimiliki dengan tetap memperhatikan operation manual yang bersangkutan.
Protap Pemeliharaan alat disusun secara umum untuk setiap jenis alat berdasarkan aspek teknis dengan maksud sebagai panduan bagi para pemelihara alat dalam menyusun Protap Pemeliharaan untuk jenis, merk dan type alat tertentu yang dimiliki dengan tetap memperhatikan service manual alat yang bersangkutan.
Pedoman ini diharapkan pula dapat dijadikan panduan dalam manajemen pemeliharaan peralatan termasuk penyediaan bahan.
1.2 Tujuan dan Sasaran 1.2.1 Tujuan Umum
Tercapainya kondisi operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan dengan baik. 1.2.2 Tujuan Khusus
Tersusunnya Protap Pengoperasian dan Protap Pemeliharaan Alat.
Terlaksananya operasional dan pemeliharaan peralatan kesehatan sesuai dengan prosedur.
Tercapainya kondisi peralatan kesehatan yang selalu dalam keadaan laik pakai/dinyatakan dapat difungsikan dengan baik.
1.2.3 Sasaran
Peralatan kesehatan yang dipergunakan dalam pelayanan kesehatan
Pengguna peralatan kesehatan
Pemelihara peralatan kesehatan
Pemasok peralatan kesehatan
Peralatan kesehatan yang terdapat pada buku ini, terbatas pada jenis alat yang layak untuk diberi binaan oleh Pembina tingkat pusat. Sedangkan peralatan yang lebih sederhana teknologinya, pembinaan dilakukan oleh jajaran Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial tingkat Propinsi/Kab/Kodya/RS setempat.
1.3 Pengertian
Bahan operasional (consumable for operation of the equipment) adalah bahan habis pakai yang diperlukan untuk operasional alat (contoh: kertas, perekam, reagen, jelly).
Bahan pemeliharaan (consumable parts for maintenance) adalah komponen yag mempunyai usia pakai tertentu digunakan untuk keperluan pemeliharaan (Contoh: filter, oli, vaselin, belt).
Material bantu (supporting material for maintenance) adalah bahan yang diperlukan untuk membantu kegiatan pemeliharaan (contoh: contact cleaner, timah solder, isolasi).
Operating manual adalah buku yang berisi petunjuk mengenai pengoperasian alat sesuai dengan prosedur yang benar.
Service manual adalah buku yang berisi petunjuk cara pemeliharaan alat sesuai dengan prosedur yang benar.
Wiring/schematic diagram adalah gambar hubungan listrik atau perkabelan antara masing – masing komponen/bagian suatu alat.
Suku cadang adalah komponen atau bagian alat yang usia pakainya tidak dapat diprediksi, digunakan untuk keperluan perbaikan (contoh: sekring/fuse, transistor, tabung, tombol relay, trafo).
Recommended spare part (suku cadang) adalah komponen yang oleh pabrik diperkirakan akan mengalami kerusakan pada kurun waktu tertentu.
Pengukuran adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui “besaran fisi” dari suatu peralatan.
Penyetelan adalah suatu kegiatan pengaturan pada komponen atau bagian dari alat untuk mencapai nilai tertentu (tanpa merubah nilai output).
Laik pakai adalah suatu kondisi alat kesehatan yang telah memenuhi persyaratan, fisik baik, norma keselamatan kerja, keandalan keluaran dan memiliki ijin operasional yang dikeluarkan oleh instansi berwenang.
Ijin operasional adalah persetujuan untuk mengoperasikan suatu alat, dikeluarkan oleh instansi yang berwenang.
Uji fungsi adalah pengujian alat secara keseluruhan, melalui uji bagian – bagian alat dengan kemampuan maksimum (secara teknis saat itu) tanpa beban sebenarnya, sehingga dapat diketahui apakah secara keseluruhan suatu alat dapat dioperasikan dengan baik sesuai fungsinya.
Uji kinerja atau performance test, adalah pengujian alat untuk mengetahui kemampuan keluaran sesuai dengan kondisi pemakaian.
Sertifikat kalibrasi adalah tanda dan atau keterangan bahwa suatu alat telah memenuhi criteria kalibrasi.
Dokumen teknis penyerta adalah dokumen teknis yang diperlukan untuk pemeliharaan alat, terdiri dari: brosure, installation manual,installation report, operating manual, service manual, prosedur tetap pengoperasian dan prosedur tetap pemeliharaan untuk setiap unit alat.
Prasarana adalah fasilitas rumah sakit berbentuk fisik terdiri dari alat dan jaringan/instalasi. Toolset adalah seperangkat peralatan kerja yang dipergunakan untuk keperluan pemeliharaan alat
– alat rumah sakit. Toolset terdiri dari: - Toolset electronic - Toolset electric - Toolset mechanic - Toolset gas
Running maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan sementara, mesin masih dalam kondisi digunakan.
Shut down maintenance adalah pemeliharaan yang dilakukan bila mesin tersebut sengaja dihentikan.
Emergency maintenance atau pemeliharaan darurat adalah jenis pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap kerusakan yang belum diperkirakan sebelumnya.
SDM terlatih dan siap: SDM terlatih dalam bidang alat tertentu dan siap melaksanakan tugas mengoperasikan atau memelihara alat dimaksud pada saat itu.
Teknisi rujukan adalah teknisi dari suatu rumah sakit yang mempunyai kemampuan teknis lebih dari rumah sakit diwilayah sekitarnya dan mampu memberikan layanan teknis kepada rumah sakit yang memerlukan.
Surat penugasan adalah surat perintah kerja yang dikeluarkan oleh Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana RS kepada teknisi, untuk melakukan pemeliharaan preventif/korektif. Laporan kerja adalah laporan teknisi pelaksana pemeliharaan preventif/korektif yang berisi
kegiatan yang dilaksanakan dan hasil yang dicapai, untuk setiap kegiatan berdasarkan surat penugasan pemeliharaan peralatan. Laporan kerja ditanda tangani oleh User yang menyaksikan dan diketahui oleh Kepala IPSRS.
Critical areas adalah daerah dimana pasien yang dilayani oleh alat, kondisinya kritis (ICU, ICCU, Km Bedah, Recovery room).
General areas adalah daerah dimana peruntukan dipergunakan kegiatan pelayanan umum (OPD, URM, Lab. Radiologi).
Non patient areas adalah daerah yang bukan merupakan pelayanan pasien (CSSD, Laundry, Kitchen).
Tahanan kabel pembumian alat adalah nilai tahanan impedansi pembumian alat, yang menghubungkan chasis alat dengan terminal pembumian.
Power conductor to chasis impedance adalah nilai impedance kabel catu daya dari kotak kontak sampai ke chasis.
BAB II
MANAJEMEN PERALATAN 2.1 Pengoperasian Peralatan Kesehatan
Beberapa tahapan kegiatan yang perlu diperhatikan dan dilakukan dalam operasionalisasi peralatan kesehatan yaitu tahapan persiapan, pelaksanaan pengoperasian dalam pelayanan dan penyimpanan peralatan apabila telah selesai digunakan.
2.1.1. Persiapan Pengoperasian
Berbagai aspek yang harus dipenuhi dan disiapkan agar peralatan siap dioperasikan adalah: peralatan harus dikondisikan dalam keadaan laik pakai lengkap dengan aksesori yang diperlukan, terpelihara dengan baik, sertifikat kalibrasi yang masih berlaku, ijin operasional yang masih berlaku bagi peralatan yang memerlukan ijin. Prasarana yang diperlukan oleh masing – masing alat (missal listrik, air, gas, uap) tersedia dengan kapasitas dan kualitas yang memenuhi kebutuhan. Bahan operasional tersedia dan cukup sesuai dengan kebutuhan pelayanan. Kemudian SDM siap, baik dokter, operator maupun paramedik dan lain - lain, sesuai dengan tindakan pelayanan yang dilaksanakan.
2.1.2.Pelaksanaan Pengoperasian dalam Pelayanan
Pelaksanaan pengoperasian peralatan dalam pelayanan medik kepada pasien, secara teknis agar mengikuti urutan yang baku untuk setiap alat, mulai alat dihidupkan sampai alat dimatikan setelah selesai melakukan suatu kegiatan pelayanan medik. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa tombol atau saklar mana saja yang dioperasikan (ON) lebih dulu dan tombol atau saklar mana yang dioperasikan kemudian secara berurutan sampai pengoperasian alat sesuai pelayanan medik selesai. Demikian halnya pada waktu mematikan alat, maka tombol/saklar yang terakhir dioperasikan (ON) harus lebih awal dimatikan (OFF) dan seterusnya secara berurutan, sehingga tombol yang pertama dihidupkan adalah merupakan yang terakhir (OFF) pada waktu mematikan alat.
2.1.3.Penyimpanan Peralatan
Setelah peralatan selesai dipergunakan untuk pelayanan medik kepada pasien, maka peralatan agar disimpan dalam kondisi yang baik. Selesai dioperasikan setiap aksesori alat harus dilepaskan, kemudian alat dan aksesorinya dibersihkan sebagai kegiatan perawatan yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan peralatan. Pada waktu disimpan (dalam keadaan tidak operasional), setiap alat agar ditutup dengan penutup debu, agar terhindar dari debu sehingga peralatan terlihat selalu dalam keadaan bersih. Peralatan yang mobile sebaiknya diletakkan di bagian ruangan tertentu yang terhindar dari jalan keluar masuk personil. Sedangkan peralatan yang bersifat portable beserta aksesorinya sebaiknya diletakkan dalam lemari atau rak.
2.1.4.Pemantauan Operasional Peralatan
Pemantaun operasional peralatan dimaksudkan untuk mengetahui kondisi alat untuk melaksanakan pelayanan dan seberapa jauh beban kerj setiap alat yang operasional. Dalam pemantaun didatakan kondisi alat dan beban kerjanya selama satu bulan atau periode tertentu. Pemantauan dilakukan oleh teknisi secara periodic pada selang waktu pemeliharaan preventif untuk setiap alat. Operator atau pengguna alat mendatakan/mencatat beban kerja setiap alat yang operasional. Apabila kondisi alat tidak memungkinkan untuk difungsikan, segera lakukan tindakan perawatan/pemeliharaan.
PEMELIHARAAN
PEMELIHARAAN TERENCANA PEMELIHARAAN TIDAK TERENCANA PEMELIHARAAN PREVENTIF PEMELIHARAAN KOREKTIF PEMELIHARAAN DARURAT Pemeliharaan Waktu Operasional (Running Maintenance) Pemeliharaan Waktu Tidak Operasional (Shut Down Maintenance)Perbaikan Terhadap kerusakan Alat yang terencana
Overhaul
Perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga (bersifat Korektif)
Inspection:
Lihat, rasakan, dengarkan, tanpa/dengan alat ukur
Pelumasan, Penyetelan
Pembersihan, Pelumasan, Penyetelan, Penggantian, Bahan Pemeliharaan
Pemeliharaan peralatan kesehatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar peralatan kesehatan selalu dalam kondisi laik pakai, dapat difungsikan dengan baik dan menjamin usia pakai lebih lama. Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan terdapat berbagai kriteria dan aspek – aspek yang berkaitan dengan pemeliharaan.
2.2.1 Kriteria pemeliharaan
Dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan terdapat dua kriteria pemeliharaan, yaitu: 2.2.1.1. Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang dilaksanakan terhadap alat sesuai dengan jadual yang telah disusun. Jadual pemeliharaan disusun dengan memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi petugas sesuai dengan bidangnya dan pembiayaan yang tersedia. Pemeliharaan terencana meliputi pemeliharaan preventif/pencegahan dan pemeliharaan korektif (perbaikan).
2.2.1.1.1. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan alat yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan kegiatan penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan pemeliharaan yang dilaksanakan oleh teknisi secara berkala. Pemeliharaan preventif bertujuan guna memperkecil kemungkinan terjadinya kerusakan. Untuk jenis alat tertentu pemeliharaan preventif dapat dilakukan pada saat alat sedang jalan/operasional/running maintenance, melalui pemeriksaan dengan melihat, merasakan, mendengarkan bekerjanya alat, baik tanpa maupun dengan menggunakan alat ukur. Pada waktu running maintenance dilakukan juga pelumasan dan penyetalan bagian – bagian alat tertentu yang memerlukan.
Pemeliharaan preventif dengan running maintenance biasanya tidak dilakukan untuk peralatan kesehatan. Pemeliharaan preventif untuk peralatan kesehatan pada umumnya dilakukan pada waktu alat tidak oeprasional/shut down maintenance, yaitu alat dalam keadaaan dimatikan lalu dipelihara. Dalam hal ini kegiatan pemeliharaan dapat berupa pembersihan, pelumasan, pengecekan fungsi komponen, penyetelan, penggantian bahan pemeliharaan, pengukuran keluaran dan keselamatan.
2.2.1.1.2. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat perbaikan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dengan atau tanpa pengganti suku cadang. Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan kondisi peralatan yang rusak ke kondisi siap operasional dan laik pakai dapat difungsikan dengan baik.
Tahap akhir dari pemeliharaan korektif adalah kalibrasi teknis yaitu pengukuran kuantitatif keluaran dan pengukuran aspek keselamatan. Sedangkan kalibrasi yang bersifat teknis dan legalitas penggunaan alat harus dilakukan oleh Institusi Penguji yang berwenang. Perbaikan korektif dilakukan terhadap peralatan yang mengalami kerusakan dan dilakukan secara terencana.
Overhaul adalah bagian dari pemeliharaan korektif, yaitu kegiatan perbaikan terhadap peralatan dengan mengganti bagian – bagian utama alat, bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan kemampuan alat yang sudah menurun karena usia dan penggunaan.
2.2.1.2. Pemeliharaan Tidak Terencana
Pemeliharaan tidak terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang bersifat darurat berupa perbaikan terhadap kerusakan alat yang mendadak/tidak terduga dan harus segera dilaksanakan mengingat alat sangat dibutuhkan dalam pelayanan. Untuk dapat melaksanakan pemeliharaan tidak terencana, perlu adanya tenaga yang selalu siap (stand by) dan fasilitas pendukungnya. Frekuensi pemeliharaan tidak terencana dapat ditekan serendah mungkin dengan cara meningkatkan kegiatan pemeliharaan terencana.
2.2.2 Aspek Pemeliharaan
Agar pemeliharaan peralatan kesehatan dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, maka unit kerja pemeliharaan peralatan rumah sakit, perlu dilengkapi dengan aspek – aspek pemeliharaan yang berkaitan dan memadai meliputi, sumber daya manusia yaitu teknis, fasilitas dan peralatan kerja, dokumen pemeliharaan, suku cadang dan bahan pemeliharaan. Aspek – aspek pemeliharaan ini pada umumnya memerlukan pembiayaan.
2.2.2.1. Sumber Daya Manusia
Sumber Daya Manusia (teknisi) merupakan unsur yang penting dalam pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan. Kualifikasi teknis disesuaikan dengan jenis dan teknologi peralatan kesehatan yang ditangani, sedangkan
jumlahnya berdasarkan kepada jumlah setiap jenis alat. Semuanya ini merupakan beban kerja yang harus ditangani oleh teknisi.
2.2.2.2. Fasilitas Kerja
Fasilitas kerja pemeliharaan guna menunjang terlaksananya pemeliharaan peralatan kesehatan meliputi:
Ruangan tempat bekerja, terdiri dari workshop/bengkel, gudang dan ruang administrasi.
Peralatan kerja terdiri dari toolset elektrik, toolset elektronik, toolset mekanik, toolset gas dan berbagai macam alat ukur.
2.2.2.3. Dokumen Pemeliharaan
Dokumen pemeliharaan sangat penting dalam mencapai keberhasilan pelaksanaan pemeliharaan. Dokumen pemeliharaan terdiri dari dokumen teknis dan data atau laporan hasil pemeliharaan.
Dokumen teknis peralatan yaitu dokumen yang menyertai peralatan pada waktu pengadaannya, pada umumnya meliputi: brosure, installation manual, installation report, operating manual, service manual yang mencakup schematic diagram, part list, recommended parts. Prosedur Tetap Pengoperasian, Prosedur Tetap Pemeliharaan dan Sertifikat Kalibrasi juga merupakan dokumen teknis. Guna memudahkan penaganan pemeliharaannya, maka setiap alat agar dilengkapi dengan dokumen teknis yang bersangkutan.
Data atau hasil pemeliharaan yaitu dokumen yang berisi data yang berhubungan dengan kegiatan pemeliharaan peralatan; pada umumnya merupakan kumpulan atau kronologis hasil pemeliharaan setiap alat; meliputi:
1) Inventarisasi Peralatan
Inventarisasi peralatan ini berisi data yang berkaitan dengan aspek teknis setiap type/model alat untuk nama dan merk alat yang sama, mencakup nama alat, merk, model/type, nama perusahaan yang mengageninya, apakah mempunyai operating manual dan service manual; kalau tidak memilikinya maka perlu diusahakan kepada agen atau instansi lainnya agar dapat dipenuhi, berapa jumlahnya alat yang type/modelnya sama.
Total peralatan yang tertuang dalam lembar inventarisasi ini akan menjadi beban kerja pemeliharaan. Dari data ini akan dapat diprediksi kebutuhan aspek pemeliharaan secara keseluruhan, sehingga pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan dengan baik.
Inventarisasi peralatan guna kepentingan pemeliharaan alat dilakukan oleh pengelola pemeliharaan dan ditinjau secara periodic, paling tidak setahun sekali dan setiap ada perubahan atau penambahan peralatan baru.
Contoh Inventarisasi Peralatan lihat formulir 1. 2) Kartu Pemeliharaan Alat
Kartu pemeliharaan adalah kartu yang dipasang/digantungkan pada setiap alat, dengan maksud agar memudahkan kepada setiap petugas terkait untuk mengetahui data mengenai suatu alat dan penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini berlaku untuk setiap alat memuat data masing – masing alat yang berkaitan erat dengan aspek pemeliharaan, yaitu:
Data statis, meliputi: - Nama Rumah Sakit
- Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan - Nama alat sesuai fungsinya
- Merk alat, Type/Model
- Nomor seri - Tahun pengadaan - Nilai pengadaan - Nomor inventaris
Data tersebut diatas dibuat pada saat alat mulai dimasukkan pada daftar inventarisasi di rumah sakit.
Data dinamis, meliputi:
- Tanggal kegiatan pemeliharaan dilakukan
- Uraian kegiatan, hasil dan nama teknisi pelaksana - Keterangan lainnya yang dianggap perlu
Data ini dituliskan pada kartu pemeliharaan oleh teknisi, yang menjelaskan secara garis besar uraian kegiatan setiap melakukan pemeliharaan alat yang bersangkutan.
Contoh Kartu Pemeliharaan Alat lihat formulir 2. 3) Catatan Pemeliharaan Alat
Catatan pemeliharaan alat berupa lambaran kartu yang disimpan pada urusan administrasi teknis peralatan di unit kerja pemeliharaan/IPSRS, dengan maksud agar memudahkan petugas administrasi teknis untuk mengetahui data alat dan penanganan apa saja yang telah dilakukan pada alat tersebut. Kartu ini memuat data masing – masing alat yang berkaitan erat dengan kegiatan pemeliharaan dan lebih luas dari kartu pemeliharaan alat, yaitu:
Data statis, meliputi: - Nama Rumah Sakit
- Nama instalasi pelayanan tempat alat tersebut digunakan - Nomor Inventaris
- Merk alat, Type/Model - Nomor seri - Sumber pengadaan - Tahun pengadaan/pemasangan - Supplier/Agen - Periode pemeliharaan
Data tersebut di atas dibuat pada saat alat mulai diinventarisasikan di rumah sakit
Data dinamis, meliputi:
- Keluhan yang berupa gejala dan kondisi yang terjadi sebelum dilakukan pemeliharaan
- Uraian kegiatan dan hasilnya, untuk setiap kegiatan pemeliharaan yang dilakukan pada alat yang bersangkutan
- Pelaksana, nama teknisi dan nama perusahaan pihak ke III yang melakukan pemeliharaan
- Tanggal dimulai dan tanggal selesainya pemeliharaan. - Biaya yang dikeluarkan/dibutuhkan
- Keterangan penjelasan yang mendukung kegiatan pemeliharaan. Data dinamis ini diisi/ditulis oleh petugas administrasi teknis berdasarkan laporan dari teknisi yang melaksanakan pemeliharaan.
Contoh Catatan Pemeliharaan Alat lihat formulir 3. 4) Daftar Keagenan Peralatan
Keberadaan perusahaan yang mengenai suatu alat sangat diperlukan dalam rangka pemeliharaan peralatan kesehatan. Agen peralatan bertanggung jawab terhadap penyediaan suku cadang peralatan yang diageninya, sebagai realisasi dari jaminan purna jual terhadap peralatan yang dijualnya.
Untuk peralatan tertentu yang tidak mampu dilaksanakan oleh teknisi RS, secara teknis dan ekonomis pemeliharaannya lebih baik dilaksanakan langsung oleh perusahaan yang mengageninya, sejauh dapat diproses sesuai dengan prosedur dan ketentuan yang berlaku.
Daftar keagenan peralatan dapat memudahkan untuk mengetahui nama perusahaan dan alamatnya yang mengageni peralatan tertentu, sehingga apabila alat mengalami suatu masalah, agen yang bersangkutan dapat dengan mudah dimintakan bantuannya.
Contoh Daftar Keagenan lihat formulir 4. 5) Laporan dan Evaluasi
Setiap kegiatan pemeliharaan peralatan kesehatan dari mulai perencanaan, pelaksanaan dan hasilnya harus dicatat atau didatakan kemudian dilaporkan oleh dan kepada pejabat pemberi tugas sesuai dengan penugasannya. Kemudian secara berkala, laporan kegiatan dievaluasi sebagai dasar pertimbangan perencanaan pemeliharaan periode selanjutnya.
Contoh formulir yang berkaitan dengan kegiatan dan pelaporan meliputi: - Surat Penugasan Pemeliharaan Peralatan (formulir 5)
- Bon Peminjaman Peralatan Kerja (formulir 6)
- Bon Permintaan Barang (formulir 7)
- Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan (Preventif) (formulir 8) - Laporan Kerja Pemeliharaan Peralatan (Korektif) (formulir 9) - Laporan Hasil Pemantauan Operasional Peralatan (formulir 10) 2.2.2.4. Pelaksana Pemeliharaan
Berdasarkan berbagai aspek yang meliputi volume pekerjaan, kemampuan teknisi, tingkat teknologi peralatan, fasilitas kerja dan prosedur pembiayaan, maka pelaksanaan pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit dapat dilakukan oleh teknisi rumah sakit setempat dengan rujukan atau oleh Pihak III.
1) Dilaksanakan oleh Teknisi Rumah Sakit
Pada dasarnya pemeliharaan peralatan kesehatan di rumah sakit harus dapat dilaksanakan oleh teknisi setempat sejauh memungkinkan ditinjau dari segala aspek, khususnya aspek pemeliharaan.
2) Dilaksanakan oleh Teknisi Rujukan
Apabila teknisi RS tidak mampu melaksanakan pemeliharaan suatu alat disebabkan oleh beberapa hal, missal kemampuan teknisi kurang atau peralatan kerja tidak lengkap, maka pemeliharaan dapat dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari rumah sakit yang lebih mampu.
3) Dilaksanakan oleh Pihak III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku cadang atau keahlian khusus dan biaya besar, maka pelaksanaannya diserahkan kepada Pihak III; pada umumnya dilakukan oleh perusahaan yang mengageninya alat tersebut, melalui proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
2.2.2.5. Bahan Pemeliharaan dan Suku Cadang
Pemeliharaan peralatan dapat dilaksanakan apabila aspek pemeliharaan yang mendukung tersedia. Bahan pemeliharaan setiap jenis alat sangat diperlukan untuk
terselenggaranya pemeliharaan preventif peralatan. Demikian juga suku cadang diperlukan apabila melakukan pemeliharaan korektif.
Agar pemeliharaan peralatan dapat terlaksana dengan baik sesuai jadual, maka penyediaan kebutuhan bahan pemeliharaan dan suku cadang perlu mendapat perhatian yang seksama, melalui suatu perencanaan yang matang, baik aspek teknis maupun pembiayaannya.
BAB III
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN DAN PEMELIHARAAN PERALATAN KEESEHATAN
Pemanfaatan peralatan kesehatan diharapkan optimal, efektif dan efisien. Untuk itu pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan sebaiknya dilaksanakan berdasarkan suatu prosedur yang baku. Prosedur pengoperasian peralatan kesehatan yang sudah baku disebut “Protap Pengoperasian” dan prosedur pemeliharaan peralatan kesehatan yang sudah baku “Protap Pengoperasian”.
Selain protap pengoperasian dan protap pemeliharaan alat, pada pelaksanaan pelayanan harus pula memperhatikan protap pelayanan.
Protap pengoperasian dan pemeliharaan alat disyahkan oleh Direktur Rumah Sakit/Pimpinan Sarana Pelayanan Kesehatan yang bersangkutan.
3.1. Prosedur Tetap Pengoperasian Peralatan
Yang dimaksud dengan Prosedur Tetap (Protap) Pengoperasian Peralatan Kesehatan disini adalah prasyaratan dan urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan, sehingga suatu alat dapat difungsikan dengan baik dan menghasilkan keluaran sesuai dengan fungsinya. Urutan kerja dimaksud meliputi persiapan, pemanasan, pelaksanaan dan pengemasan.
Protap pengoperasian alat disusun oleh pengguna alat/user bekerja sama dengan teknisi dengan memperhatikan/mengacu pada:
- Petunjuk penyusunan protap pengoperasian alat pada buku ini.
- Operating manual untuk setiap jenis merk/type alat, tata cara penyusunan protap pengoperasian alat dipelajari pada saat pelatihan/training operator pada pengadaan peralatan.
Protap Pengoperasian Peralatan sebagaimana tercantum pada lampiran 1, meliputi urutan sebagai berikut:
1) Prasyarat
Prasyarat yaitu kondisi yang harus dipenuhi dalam pengoperasian suatu alat, meliputi aspek – aspek: kondisi ruangan tempat pelayanan, tersedianya prasarana, alat yang bersangkutan dalam keadaan baik dan laik pakai, aksesori lengkap, tersedianya bahan operasional (film, kertas rekam, pasta dll) dan kesiapan sumber daya manusia (dokter, paramedik, operator).
Selain hal tersebut harus tersedianya prosedur tetap pengoperasian untuk jenis, merk dan type alat.
Penyediaan catu daya listrik yang diperlukan untuk pengoperasian dan pengamanan terhadap arus bocor harus memperhatikan spesifikasi teknis alat.
Air bersih harus memenuhi persyaratan, dalam hal kualitas, debit dan tekanan, selain memenuhi criteria laik pakai, alat dan aksesorinya harus bersih dan steril, khususnya peralatan yang dipergunakan pada R. Bedah, ICU, ICCU, Recovery Room yang mempunyai persyaratan khusus dalam hal pensucihamaan.
2) Persiapan
Persiapan yaitu langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum alat dioperasikan, dengan mempersiapkan aksesori maupun bahan operasional agar alat siap dioperasikan. Persiapan dilakukan sebelum alat dihubungkan dengan catu daya.
3) Pemanasan
Pemanasan yaitu langkah – langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat, sebelum dipergunakan untuk tindakan pelayanan.
Kegiatan pemanasan meliputi:
Menghubungkan alat dengan catu daya
Memberikan waktu yang cukup agar komponen alat yang perlu aliran listrik/pemanasan terpenuhi
Melakukan pengecekan fungsi tombol, selector, indicator, alarm, sistem pergerakan dan pengereman.
Dengan kegiatan pemanasan ini dapat dipastikan bahwa alat siap untuk dioperasikan. 4) Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu langkah – langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat selama melakukan pelayanan kesehatan, agar dicapai hasil yang optimal. Tata cara pengoperasian dan penggunaan alat harus memperhatikan “Prosedur Tetap Pengoperasian” yang harus tersedia pada setiap unit pelayanan dan dipahami dengan baik oleh pengguna alat.
5) Pengemasan/Penyimpanan
Pengemasan/Penyimpanan yaitu langkah – langkah yang harus dilakukan terhadap suatu alat beserta aksesori setelah selesai melakukan pelayanan kesehatan agar alat selalu siap untuk dipergunakan. Alat dan aksesorinya disimpan dalam keadaan bersih.
Pengguna alat/operator diwajibkan untuk mencatat beban kerja alat setiap hari pemakaian. 3.2. Prosedur Tetap Pemeliharaan Peralatan
Prosedur Tetap (Protap) pemeliharaan adalah persyaratan dan urutan kerja yang harus dipenuhi dan dilakukan agar pemeliharaan suatu alat dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, sehingga alat tersebut selalu dalam keadaan siap dan laik pakai serta dapat mencapai usia teknis. Urutan kerja dimaksud meliputi persiapan, pelaksanaan, pencatatan, pengemasan dan pelaporan.
Protap Pemeliharaan alat disusun oleh teknisi dengan memperhatikan/mengacu pada: - Petunjuk penyusunan Protap Pemeliharaan peralatan pada buku ini
Tata cara penyusunan Protap Pemeliharaan alat dipelajari pada saat pelatihan/training teknisi, pada pengadaan peralatan.
Aspek keselamatan, khususnya pengamanan terhadap arus bocor harus diketahui oleh setiap teknisi yang mengelola peralatan/melakukan pemeliharaan peralatan. Nilai ambang batas arus bocor dikeluarkan oleh beberapa Badan Internasional antara lain:
- National Electrical Code – NEC - NFPA 76 BT
- AAMI
- IEC.601 – 1 – 1
Meliputi: Critical Area, General Area, Non Patient Area, Ground Wire Impedance dan Power Conductor to Chasis Impedance.
Dengan mengetahui nilai ambang batas arus bocor, teknisi dapat mengambil langkah pengamanan bila arus bocor pada suatu alat kesehatan melebihi ambang batas.
(Perhatikan nilai ambang batas arus bocor pada lampiran 3).
Protap Pemeliharaan Preventif Peralatan sebagaimana tercantum pada lampiran 2, meliputi urutan sebagai berikut:
1) Pendahuluan, yaitu uraian mengenai fungsi alat. 2) Prasyarat.
Prasyarat yaitu suatu kondisi yang harus dipenuhi dalam pemeliharaan peralatan kesehatan. Prasyarat dimaksud meliputi aspek – aspek sumber daya manusia, peralatan kerja, dokumen teknis, bahan pemeliharaan, bahan operasional dan material bantu serta mekanisme kerja yang jelas.
Khusus mengenai peralatan kerja, seandainya tidak tersedia peralatan kerja secara keseluruhan, teknisi dapat melaksanakan sebagian kegiatan teknis sesuai dengan tersedianya peralatan kerja. 3) Persiapan
Persiapan yaitu langkah – langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan pemeliharaan, agar pemeliharaan dapat dilaksanakan dengan sebaik – baiknya, meliputi: Persiapan perintah kerja, Formulir laporan kerja, Dokumen teknis, Peralatan kerja, Bahan pemeliharaan, Bahan operasional, Material bantu. Beritahukan kepada user, rencana pelaksanaan dan jadual pemeliharaan.
4) Pelaksanaan
Pelaksanaan yaitu langkah – langkah teknis yang dilakukan oleh teknisi terhadap suatu alat agar bagian – bagian alat dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Kegiatan akhir dari pemeliharaan alat adalah uji kinerja alat. Bila tidak tersedia alat ukur untuk melakukan pengukuran keluaran, setidaknya dilakukan pengecekan fungsi alat.
5) Pencatatan
Pencatatan yaitu pengisian kartu Laporan Kerja pemeliharaan agar dapat diketahui kronologis kegiatan pemeliharaan yang telah dilaksanakan terhadap suatu alat. Laporan kerja ditanda tangani oleh user.
6) Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyerta
Pengemasan alat kerja dan dokumen teknis penyerta yaitu langkah – langkah pengecekan dan perapihan peralatan kerja serta dokumen teknis penyerta setelah selesai melaksanakan pemeliharaan, agar alat kerja dan dokumen teknis penyerta jumlahnya sesuai dengan daftar alat/bon peminjaman peralatan kerja dan siap untuk dipergunakan pada pemeliharaan selanjutnya.
7) Pelaporan
Melaporkan hasil pelaksanaan pekerjaan kepada pemberi tugas. 3.3. Prosedur Tetap Pelayanan
Setiap kegiatan pelayanan pada unit kerja harus mengikuti Protap Pelayanan yang telah ditetapkan oleh unit kerja yang bersangkutan.
Protap Pelayanan meliputi: - Jenis Pelayanan
- SDM yang melaksanakan kegiatan - Tata cara pelayanan
Protap Pelayanan harus disosialisasikan dan diketahui oleh semua pihak/petugas yang terkait untuk dilaksanakan.
BAB IV PENUTUP
Prosedur Operasional dan Pemeliharaan Peralatan Kesehatan disusun secara umum sebagai panduan dalam melaksanakan pengoperasian dan pemeliharaan peralatan kesehatan di sarana pelayanan kesehatan pada umumnya di rumah sakit pada khususnya.
Prosedur Tetap Pengoperasian Peralatan disusun secara umum hanya berdasarkan aspek teknis untuk setiap jenis alat, dimaksudkan sebagai panduan bagi pemakai alat dalam menyusun Prosedur Tetap Pengoperasian untuk setiap jenis, merk dan type alat tertentu yang berada dimasing – masing sarana pelayanan kesehatan yang mencakup aspek pelayanan medic.
Prosedur Tetap Pemeliharaan Peralatan disusun secara umum untuk setiap jenis alat, dimaksudkan sebagai panduan bagi para petugas atau teknisi pemeliharaan peralatan dalam menyusun Prosedur Tetap Pemeliharaan Alat untuk setiap jenis, merk, type alat tertentu yang berada di masing – masing sarana pelayanan kesehatan dengan tetap mempertimbangkan operating manual dan service manual alat yang bersangkutan.
Tanggapan dan saran perbaikan dari para pembaca, pengguna alat dan teknisi, menjadi bahan pertimbangan guna penyempurnaan dikemudian hari.
THE TEHNICAL STANDARD OPERATING PROCEDURE (SOP) OF MEDICAL EQUIPMENT
Kelompok I (INO – DHS – 001) 1. Protap Pengoperasian Anaesthesi Appratus (manual)
2. Protap Pengoperasian Baby Resuscitator 3. Protap Pengoperasian Baby Scale 4. Protap Pengoperasian Blood Bank
5. Protap Pengoperasian Cardiotocograph (CTG) 6. Protap Pengoperasian Centrifuge
7. Protap Pengoperasian Doppler 8. Protap Pengoperasian Dry Sterilizer
9. Protap Pengoperasian Electro Surgery Unit (ESU) 10. Protap Pengoperasian Electrocardiograph (ECG) 11. Protap Pengoperasian Hydrotubator
12. Protap Pengoperasian Incubator Perawatan 13. Protap Pengoperasian Infant Warmer 14. Protap Pengoperasian Infusion Pump 15. Protap Pengoperasian Laparascope 16. Protap Pengoperasian Neonatal Monitor
17. Protap Pengoperasian Obgyn Examination Table
18. Protap Pengoperasian Operating Lamp Ceiling Mounted 19. Protap Pengoperasian Spectrophotometer
20. Protap Pengoperasian Steam Sterilizer (dengan vacuum pump) 21. Protap Pengoperasian Suction Pump (dengan pelumas)
22. Protap Pengoperasian Suction Pump Membran (tanpa pelumas) 23. Protap Pengoperasian Ultra Violet Lamp
24. Protap Pengoperasian Ultrasonograph (USG) 25. Protap Pengoperasian Vacuum Extractor (electric) 26. Protap Pengoperasian Ventilator
27. Protap Pengoperasian Pengoperasian X-Ray Unit
1.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN ANAESTHES APPRATUS (manual)1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat laik pakai
1.3. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.4. Bahan operasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan gas medis yang diperlukan (O2, N2O) dan bahan – bahan anaesthesi 2.4. Periksa supply gas dan cek tekanan gas (antara 3 sampai dengan 6 BAR) 2.5. Siapkan durasobe/soda lime yang masih baru (warna putih)
2.6. Periksa kebocoran gas pada slang (tubing) 3. PEMANASAN
3.1. Lakukan pengetesan sistem safety
3.2. Cek semua hubungan supply O2 dan N2O 3.3. Cek pressure gauge.
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Hubungkan slang-slang, face mask dan atau bagian-bagian lain pada pasien sesuai keperluan. 4.3. Lakukan tindakan.
5. PENGEMASAN / PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan posisi regulator penatur supply gas (rotatometer) ke posisi minimum. 5.2. Putuskan supply gas dengan cara mengunci ke posisi OFF dari tabung atau sumbernya. 5.3. Lepaskan Aksesoris dan bersihkan alat.
5.4. Pasang penutup debu.
5.5. Kembalikan alat ke tempat semula.
5.6. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien.
2.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN BABY RESUSCITATOR1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan operasional tersedia
2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan tindakan
2.2. Periksa bagian – bagian alat meliputi ambubag, facemask, air way tubing, endotracheal tube, humidifier, heater
2.3. Hubungkan masing – masing bagian alat 2.4. Hubungkan dengan supplay oksigen 2.5. Hubungkan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Buka kran oksigen kemudian cek aliran oksigen pada flow meter 3.4. Tutup kran setelah pemanasan selesai
3.5. Lakukan pemanasan secukupnya 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan 4.2. Pasang facemask pada pasien 4.3. Lakukan tindakan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN 5.1. Tutup kran aliran oksigen 5.2. Lepaskan facemask dari pasien
5.3. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.5. Lepaskan hubungan alat dengan supply oksigen 5.6. Lepaskan bagian – bagian alat
5.7. Bersihkan bagian – bagian alat
5.8. Tempatkan bagian alat pada tempatnya 5.9. Simpan pada tempatnya
5.10. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien/bulan
3.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN BABY SCALE1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat laik pakai 1.3. Meja kerja datar/rata 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pelayanan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Pasang alas bayi
2.4. Cek jarum penunjuk pada angka 0 (nol) 3. PELAKSANAAN
3.1. Lakukan tindakan penimbangan 4. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
4.1. Bersihkan dan rapikan alat 4.2. Pasang penutup debu 4.3. Simpan alat pada tempatnya
4.4. Catat beban kerja alat jumlah pasien.bulan
4.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN BLOOD BANK1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. lengkapi alat dengan rak – rak sesuai kebutuhan 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Cek tegangan masuk dengan memperhatikan lampu indicator
3.5. Lakukan pemanasan sampai temperature chamber mencapai suhu pendingin (2 - 4) 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Masukkan kantong darah kedalam chamber 4.3. Tutup pintu dengan baik
4.4. Perhatikan temperature pada thermometer dan temperature recorder 5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Keluarkan kantong – kantong darah dan bersihkan 5.2. Bersihkan chamber dan bagian – bagian lainnya 5.3. Catat beban kerja alat dalam jam
5.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN CARDIOTOCOGRAPH (CTG) 1. PRASYARAT1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan operasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan/tindakan 2.2. Siapkan jelly
2.3. Lepaskan penutup debu 2.4. Hubungkan probe pada alat
2.5. Cek kertas perekam, ganti bila perlu
2.6. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Lakukan pemanasan secukupnya
3.5. Lakukan test kecepatan kertas printer 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan 4.2. Masukkan data/identitas pasien
4.3. Jelaskaan fungsi alat bantu deteksi gerakan janin kepada pasien dan jelaskan cara penggunaannya
4.4. Oleskan jelly secukupnya pada permukaan objek 4.5. Tempatkan probe pada permukaan objek
4.6. Atur regulator sound level sesuai keperluan 4.7. Lakukan tindakan pemeriksaan
4.8. Lakukan perekaman dan keluarkan kertas hasil rekaman 5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan posisi regulator sound level ke posisi minimum/nol 5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.3. Lepaskan probe dari alat
5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya 5.5. Bersihkan probe dan letakkan pada tempatnya 5.6. Pasang penutup debu
5.7. Simpan alat pada tempatnya
5.8. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
6.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN CENTRIFUGE1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan aksesoris 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Cek sistem pengereman
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Buka tutup centrifuge dan masukkan pipet/tabung preparat dalam keadaan seimbang 4.3. Tutup centrifuge sampai terkunci dengan baik
4.4. Atur kecepatan putaran dan pewaktu (timer)
4.5. Setelah waktu pemutaran tercapai dan centrifuge berhenti berputar, buka tutupnya dan keluarkan preparat
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan posisi speed regulator ke posisi minimum
5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.3. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.4. Bersihkan alat 5.5. Pasang penutup debu
5.6. Kembalikan alat pada tempatnya
5.7. Catat beban kerja alat dalam jam/bulan atau sampel/bulan
7.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN DOPPLER1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan opeerasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan/tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan aksesoris
2.4. Siapkan bahan operasional 2.5. Periksa kondisi probe
2.6. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya (kecuali yang memakai baterai) 3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Cek lampu indicator dan baterai
3.4. Lakukan pemanasan secukupnya 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.3. Tempatkan probe pada posisi objek
4.4. Atur volume/sound level regulator sesuai keperluan 4.5. Lakukan tindakan pemeriksaan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAAN
5.1. Kembalikan posisi volume/sound level regulator ke posisi minimum/nol 5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.3. Lepaskan hubungan alat dari catu daya (kecuali yang memakai baterai) 5.4. Bersihkan probe
5.5. Letakkan probe pada tempatnya 5.6. Pasang penutup debu
5.7. Simpan alat pada tempatnya
5.8. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
8.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN DRY STERILIZER1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
2. PERSIAPAN
2.1. Lepaskan penutup debu
2.2. Siapkan bahan (instrument, glass ware) yang akan di sterilkan 2.3. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian
3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Lakukan pemanasan secukupnya
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Masukkan bahan yang akan disterilkan ke dalam chamber 4.3. Tutup sterilizer dan kunci
4.4. Atur temperature selector sesuai dengan yang dikehendaki 4.5. Tutup ventilasi udara
4.7. Setelah proses strelisasi selesai, matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF, perhatikan temperature sampai menunjuk angka nol
4.8. Keluarkan bahan yang disterilkan, periksa hasil sterilisasi dan simpan bahan di ruang steril khusus
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Lepaskan hubungan alat dengan catu daya 5.2. Tutup pintu chamber
5.3. Bersihkan alat
5.4. Catat beban kerja alat dalam jumlah pemakaian
9.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN ELECTRO SURGERY UNIT (ESU)1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan opeerasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan perawatan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan aksesoris dan pasang sesuai keperluan
2.4. Siapkan kabel – kabel elektroda (active, netral dan foot switch) 2.5. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian
3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Lakukan pemanasan secukupnya
3.4. Cek fungsi – fungsi selector pemilih cutting, coagulating, bipolar 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Pasang electrode (loop electrode, knife electrode, ball electrode, bipolar electrode) sesuai keperluan pelayanan
4.4. Atur intensitas output sesuai keperluan 4.5. Lakukan tindakan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Atur kembali selector ke posisi minimum
5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.3. Lepaskan kabel elektroda (active, neutral, foot switch) dari alat
5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.5. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian 5.6. Bersihkan alat
5.7. Pasang penutup debu
5.8. Kembalikan alat ke tempat semula
5.9. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
10.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN ELECTROCARDIOGRAPH (ECG)1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan opeerasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruang pemeriksaan/tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan patient cable, strap electrode, chest electrode, kertas perekam dan jelly/pasta 2.4. Pasang patient cable, kertas rekam pada alat
2.5. Hubungkan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Cek baterai untuk alat yang menggunakan catu daya DC
3.3. Hidupkan alat dengan menekan/ memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.4. Lakukan pemanasan secukupnya
3.5. Atur selector pada posisi STD, lakukan kalibrasi dengan menekan tombol kalibrasi berulang – ulang dan atur switch RUN paper speed pada posisi RUN, kemudian amati bentuk pulsa pada kertas rekam (bentuk pulsa segi empat II/square wave)
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Oleskan jelly pada pasien secukupnya
4.3. Pasang strap electrode, chest electrode pada patient cable 4.4. Pasang strap electrode, chest electrode pada pasien 4.5. Masukkan data pasien
4.7. Lakukan pemeriksaan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN 5.1. Atur kembali selector ke posisi STD
5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.3. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.4. Lepaskan hubungan alat dari terminal pembumian 5.5. Lepaskan strap electrode, chest electrode dari pasien 5.6. Lepaskan strap electrode, chest electrode dari patient cable 5.7. Bersihkan patient cable, strap electrode, chest electrode
5.8. Simpan patient cable, strap electrode dan chest electrode pada tempatnya 5.9. Pasang penutup debu
5.10. Kembalikan alat dan aksesoris ke tempat semula 5.11. Catat beban kerja alat jumlah pasien/bulan
11.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN HYDROTUBATOR1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan opeerasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruang pemeriksaan/tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan syringe, adaptor pendeteksi tekanan, selang silicon, kateter dan bagian – bagian lain yang berhubungan dengan pasien
2.4. Siapkan dan pasang kertas perekaman (recording paper) 2.5. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian
3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Lakukan pemanasan secukupnya
3.4. Hubungkan adaptor pendeteksi tekanan dengan konektor pada alat 3.5. Cek sistem alarm dan sistem automatiknya
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Siapkan drug solution masukkan ke dalam syringe dan hilangkan gelembung – gelembung udara sampai habis serta tempatkan syringe pada tempatnya
4.3. Atur regulator tekanan
4.4. Hubungkan syringe adaptor pendeteksi tekanan dan balon keteter dengan selang silicon 4.5. Lakukan tindaka hydrotubasi
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan posisi regulator tekanan ke posisi OFF
5.2. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
5.3. Lepaskan aksesoris dari alat dan bersihkan sisa – sisa larutan asam kontras medium yang telah dipakai
5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya 5.5. Pasang penutup debu
5.6. Simpan alat pada tempatnya
5.7. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
12.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN ICUBATOR PERAWATAN1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan opeerasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Lepaskan penutup debu
2.2. Tempatkan alat pada ruang perawatan 2.3. Pasang aksesoris dengan baik dan benar
2.4. Periksa pengatur posisi kasur, sungkup pengontrol, volume air, tabung oksigen termasuk flow meter dan kondisi filter, skin sensor temperatur
2.5. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
3.3. Atur dan cek temperature selector, humidity, oksigen, fan, alarm untuk mengetahui fungsi alat 3.4. Lakukan pemanasan secukupnya
4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Atur temperature selector sesuai keperluan 4.3. Atur aliran oksigen sesuai keperluan 4.4. Pasang skin sensor temperature, bila ada 4.5. Lakukan pelayanan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Tutup regulator oksigen pada tabung oksigen
5.2. Kembalikan posisi regulator oksigen dan temperature selector ke posisi OFF/minimum 5.3. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF
5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya 5.5. Bersihkan alat
5.7. Simpan alat pada tempatnya
5.8. Catat beban kerja alat jumlah pasien/bulan
13.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN INFANT WARMER1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan perawatan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Cek fungsi thermometer
3.4. Lakukan pemanasan secukupnya 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan 4.2. Atur waktu pemanasan 4.3. Lakukan tindakan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.2. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.3. Pasang penutup debu 5.4. Simpan alat pada tempatnya
14.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN INFUSION PUMP1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan tindakan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Pasang cairan infuse dan hubungkan ke alat 2.4. Pasang infusion set
3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan light source dengan catu daya
3.2. Hidupkan light source dengan menekan/memutar tombol On/OFF ke posisi ON 3.3. Atur intensitas cahaya/light source
3.4. Lakukan pemanasan secukupnya 4. PELAKSANAA
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Alirkan cairan infuse je infusion set sampai tidak ada gelembung udara 4.3. Tentukan jumlah tetesan permenit
4.4. Set alarm pada posisi ON 4.5. Lakukan tindakan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF pada posisi OFF 5.2. Lepaskan hubungan light source dari catu daya
5.3. Lepaskan infusion bag & lepaskan slang – slang infus 5.4. Pasang penutup debu
5.5. Simpan alat pada tempatnya
5.6. Catat beban kerja alat dalam jam
15.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN LAPARASCOPE1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan
2.2. Siapkan aksesoris alat, meliputi light source, fiberscope, laparoscopy set, laparatomy set dalam keadaan steril
2.3. Siapakan oksigen set termasuk regulatornya 2.4. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan light source dengan catu daya
3.2. Hidupkan light source dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Atur intensitas cahaya/light source
3.4. Lakukan pemanasan secukupnya 4. PELAKSANAA
4.1. Perhatikan protap pelayanan 4.2. Pasang fibreoptic pada light source 4.3. Pasang trough cut pada pasien
4.4. Masukkan laparascope pada trough cut 4.5. Pasang fibreoptic pada laparascope 4.6. Lakukan tindakan
4.7. Lepaskan fibreoptic dari laparascope 4.8. Keluarkan laparascope dari trough cut 4.9. Lepaskan trough cut dari pasien 4.10. Lepaskan fibreoptic dari light source 5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan pengaturan intensitas cahaya light source pada posisi minimum 5.2. Matikan light source dengan menekan/memutar tombol ON/OFF pada posisi OFF 5.3. Lepaskan hubungan light source dari catu daya
5.4. Bersihkan seluruh aksesoris alat dengan antiseptic yang tidak korosif 5.5. Siapkan seluruh aksesoris alat untuk di steril
5.6. Simpan light source pada tempatnya
5.7. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
16.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN NEONATAL MONITOR1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan operasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan jelly
2.4. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian
2.5. Pasang kertas pencatat (recording paper), dan kabel pasien 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Cek tegangan masuk, perhatikan lampu indicator
3.4. Cek standar 1 mV dan perhatikan gambar tampilan pada monitor bentuk pulsa segi empat II/squart wave
3.5. Cek picture speed untuk pulsa – pulsa ECG & respires (25 mm/sec & 50 mm/sec) 3.6. Cek filter ECG & respirasi
3.7. Cek Non Ivasive Bood Pressure (NIPB) dari posisi nol s/d tekanan maksimum ± 300 mmHg dan cek Invasive Blood Pressure IBP
3.8. Cek temperature (pasang temperature sensor pada alat dan biarkan sensor mengukur temperature ruangan), perhatikan hasilnya & cek sistem alarm
3.9. Cek gas 02 saturasi, indicator – indicator, contras gambar, brightness & colour 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Hubungkan kabel pasien pada pasien & sensor temperature 4.3. Atur rentang nilai respirasi
4.4. Lakukan pelayanan diagnose 4.5. Lakukan perekaman bila diperlukan
5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Kembalikan posisi regulator ke posisi minimum
5.2. Lepaskan kabel pasien dan sensor temperature dari pasien 5.3. Atur sistem mekanik ke posisi aman
5.4. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.5. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.6. Lepaskan kabel pasien dari alat dan simpan pada tempatnya 5.7. Bersihkan alat dan aksesoris
5.8. Pasang penutup debu
5.9. Kembalikan alat ke tempat semula
17.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN OBGYN EXAMINATION TABLE1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat laik pakai
1.3. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Lepaskan penutup debu
2.2. Siapkan alat pada posisi tindakan
2.3. Tekan rem agar meja dalam keadaan terkunci (untuk meja yang mempunyai roda) 2.4. Siapkan aksesoris
3. PELAKSANAAN
3.1. Perhatikan protap pelayanan 3.2. Atur posisi meja sesuai keperluan 3.3. Pasang aksesoris sesuai keperluan 3.4. Lakukan tindakan
4. PENGEMASAN/PENYIMPANAN 4.1. Lepaskan aksesoris
4.2. Bersihkan aksesoris dan mejanya 4.3. Pasang penutup debu
4.4. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
18.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN OBGYN EXAMINATION TABLE1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap 1.2. Alat laik pakai
1.3. Aksesoris alat lengkap dan baik 2. PERSIAPAN
2.1. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON
2.2. Cek regulator intensitas cahaya dari posisi minimum sampai dengan posisi maksimum 2.3. Cek pengatur focus penyinaran
3. PELAKSANAAN
3.2. Atur posisi lampu sesuai yang dikehendaki 3.3. Atur intensitas cahaya sesuai keperluan 3.4. Atur focus penyinaran
3.5. Lakukan tindakan
4. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
4.1. Kembalikan pengatur intensitas penyinaran pada posisi minimum
4.2. Matikan lampu dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 4.3. Bersihkan alat
4.4. Kembalikan posisi lampu ke posisi parkir 4.5. Catat beban kerja alat dalam jumlah pasien
19.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN SPECTROPHOTOMETER1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan operasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Tempatkan alat pada ruangan pemeriksaan 2.2. Lepaskan penutup debu
2.3. Siapkan aksesoris
2.4. Siapkan bahan operasional
2.5. Periksa hubungan alat ke terminal pembumian 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya
3.2. Hidupkan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi ON 3.3. Lakukan pemanasan secukupnya
3.4. Lakukan kalibrasi transmittance 100% dan absorbance 0% pada kuvet blank 3.5. Lakukan kalibrasi absorbance 100% dan transmittance 0% pada kuvet block 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan 4.2. Lakukan tindakan pemeriksaan 5. PENGEMASAN/PENYIMPANAN
5.1. Keluarkan kurvet dari alat, buang sampel dan bersihkan 5.2. Kembalikan posisi regulator ke posisi minimum
5.3. Matikan alat dengan menekan/memutar tombol ON/OFF ke posisi OFF 5.4. Lepaskan hubungan alat dari catu daya
5.5. Pasang penutup debu
5.6. Kembalikan alat pada tempatnya
5.7. Catat beban kerja alat dalam jam/sampel/bulan
20.
PROSEDUR TETAP PENGOPERASIAN STEAM STERILIZER (dengan Vcuum Pump)1. PRASYARAT
1.1. SDM terlatih dan siap
1.2. Catu daya sesuai dengan kebutuhan alat
1.3. Kotak kontak dilengkapi dengan hubungan pembumian 1.4. Alat laik pakai
1.5. Aksesoris alat lengkap dan baik 1.6. Bahan operasional tersedia 2. PERSIAPAN
2.1. Lepaskan penutup debu
2.2. Isi air pada penampungan sampai batas cukup (perhatikan gelas penduga) 2.3. Siapkan bahan – bahan yang akan disterilkan dan masukkan ke dalam tromol 3. PEMANASAN
3.1. Hubungkan alat dengan catu daya 4. PELAKSANAAN
4.1. Perhatikan protap pelayanan
4.2. Masukkan bahan yang akan disterilkan ke dalam chamber 4.3. Tutup sterilizer dan kunci