• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTRODUKSI KEARIFAN LOKAL pdf 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "INTRODUKSI KEARIFAN LOKAL pdf 1"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

INTRODUKSI KEARIFAN LOKAL “TOR

-

TOR” SEBAGAI

IKON BUDAYA SUMUT DI KANCAH NASIONAL HINGGA

INTERNASIONAL

OLEH :

ESTER SURDINA SIMANGUNSONG FAJAR ANUGRAH TUMANGGOR

TONGAM NADEAK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

INTRODUKSI KEARIFAN LOKAL “TOR-TOR” SEBAGAI IKON BUDAYA SUMUT DI KANCAH NASIONAL HINGGA INTERNASIONAL

Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat sebaga pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari diadakan sesuai dengan kebudayaan setempat dalam konteks yang berbeda-beda. Tari diadakan untuk upacara-upacara yang berkaitan dengan adat dan kepercayaan, namun ada juga yang melaksanakannya sebagai hiburan atau rekreasi. Sistem sosial dan lingkungan alam mempengaruhi bentuk dan fungsi tari pada suatu komunitas suku dan budaya, tidak terkecuali dengan masyarakat Batak Toba. Tari dalam kehidupan masyarakat Batak Toba berhubungan erat dengan upacara adat, upacara ritual, maupun untuk hiburan1.Tari dalam kehidupan masyarakat Batak Toba disebut tor-tor, sedangkan penari biasa disebut dengan

Panortor. Tor-tor memiliki prinsip semangat kebersamaan, rasa persaudaraan, atau solidaritas untuk kepentingan bersama.

Dalam kehidupan masyarakat tradisional Batak Toba, tor-tor mempunyai peranan penting dalam aktivtas kehidupan mereka yang berkaitan dengan kehidupan spiritual mereka dan juga untuk hubungan sosial kemasyarakatannya.

Tor-tor dilakukan dalam berbagai kegiatan ritual maupun upacara keagamaan dan juga dapat dipertunjukkan dalam konteks adat. Tor-tor ditarikan sesuai dengan kedudukan masing-masing warga masyarakat di dalam kehidupan adat masyarakat

1Dalam Diskusi Tari Tradisi yang diselenggarakan oleh Dewan Kesenian Jakarta pada Desember

(3)

Batak Toba yang disebut sebagai sistem kekerabatan. Sistem ini disebut dengan

Dalihan Na Tolu. Dalihan Na Tolu terdiri dari Hula-hula (pihak pemberi istri),

Boru (pihak keluarga istri), Dongan Sabutuha (kerabat semarga).

Adat Batak Toba yang dimaksud ialah rangkaian atau tatanan norma-norma sosial dan religius yang mengatur kehidupan sosial, hubungan manusia dengan leluhurnya, hubungan vertikal kepada Sang Pencipta, serta pelaksanaan upacara-upacara ritual keagamaan (Purba, 2003: 1). Tor-tor adalah “seni tari dengan

menggerakkan seluruh badan dengan dituntun irama gondang sabangunan (musik tradisional masyarakat Batak Toba), dengan pusat gerakan pada tangan dan jari, kaki dan telapak kaki/punggung dan bahu (Malau, 2000: 215). Setiap gerakan pada

tor-tor Batak yang berekspresi disebut urdot. Mangurdot berarti menggerakkan badan dan anggota tubuh secara ekspresif. Urdot ini dilakukan sesuai dengan iringan gondang. Gondang dan tor-tor adalah perpaduan bunyi dan gerak tubuh yang sedang dibawakan. (Lumbantobing, 1968: 120).

Manortor biasanya dilakukan oleh muda-mudi. Tor-tor yang dilakukan oleh muda-mudi adalah bentuk penyampaian hasrat hati kepada lawan jenisnya, dan pada dulunya tarian ini dilakukan pada malam bulan purnama. Artinya, aktivitas

manortor ini dilakukan sebagai sarana penyampaian isi batin, baik kepada roh-roh leluhur maupun kepada orang-orang yang dihormati maupun yang disayangi (sesama manusia) yang ditunjukkan dalam bentuk tarian. Setelah panjalo gondang

(orang yang meminta gondang dimainkan yang sekaligus juga berperan sebagai pemimpin kelompok penari) menyerukan untuk manjalo gondang (meminta

gondang) dimainkan, dimulailah gerakan mangurdot seiring dengan bunyi ritme dari gong (ogung) dan gendang (taganing). Dalam hitungan 2 x 8 atau 3 x 8 dengan dimulainya bunyi suara sarune (alat tiup berlidang ganda) maka panortor mulai membuka tangan dan melakukan gerak tor-tor sesuai yang diminta. Urdot selalu dimulai dengan kaki kanan dalam hitungan untuk memulainya. Kaki kanan itu melambangkan keberhasilan dari sesuatu hal yang kita kerjakan. Dalam bahasa Batak biasa disebut dengan parlangka siamun.

(4)

Tarian atau gerak adalah bahasa tubuh yang menggambarkan identitas bangsa atau daerah. Dalam tarian atau gerak tergambar cita rasa, daya cipta dan karsa dari sekelompok orang. Tor-tor menggambarkan pengalaman hidup orang Batak dalam kehidupan keseharian, gembira atau senang, bermenung, berdoa, menyembah, menangis, bahkan keinginan dan cita-cita maupun harapan tergambar dalam tor-tor. Tor-tor adalah tarian seremonial yang secara fisik merupakan tarian namun makna yang lebih dari gerakan-gerakannya menunjukkan tor-tor adalah sebuah media komunikasi, karena melalui media gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan upacara (Purba, 2004:64).

Percepatan arus globalisasi yang semakin kencang yang telah mengintegrasikan dunia dalam sebuah desa dunia (Marshall McLuhan, 1964) memiliki dampak terhadap kebudayaan di suatu negara, termasuk juga tor-tor yang merupakan salah satu kebudaayaan di Indonesia. Arus globalisasi yang semakin deras secara tidak langsung menepikan nilai-nilai yang terkandung dalam kebudayaan tor-tor. Pemanfaatan teknologi yang sigap dan tepat oleh suatu bagian dalam desa dunia akan berhasil mendominasi desa dunia lainnya. Misalnya K-Pop

(dari Korea) yang booming dalam beberapa tahun terakhir telah berhasil menarik perhatian dunia dan secara tidak langsung mengkooptasi (mencekoki) budaya murni Indonesia termasuk tor-tor. Dalam hal ini, tor-tor terpinggirkan karena dianggap tidak menyenangkan dan disajikan dalam suatu konsep yang tidak dinamis dengan perkembangan zaman (masih terlalu tradisional).

Di sisi lain, kurangnya perhatian pemerintah Indonesia termasuk pemerintahan daerah setempat dalam pengembangan dan pelestarian tor-tor

menjadi tantangan tersendiri bagi kebudayaan ini. Hal ini dapat dilihat dalam beberapa tahun terakhir isu tor-tor yang di klaim adalah kebudayaan asli Malaysia memberikan sinyalmen negatif terhadap eksistensi kebudayaan bangsa Indonesia. Bukan kali ini saja budaya kita di klaim oleh negara tetangga itu. Masalah tari Pendet, Kecak dan bahkan lagu rasa Sayang-Sayange, juga diklaim sebagai kebudayaan mereka.

(5)

mempengaruhi kebudayaan bangsa kita perlahan tapi pasti tidak hanya menghegemoni kebudayaan bangsa, tetapi juga menjadi sebuah ancaman yang harus dihadapi dengan sigap, tanggap, dan berkelanjutan. Demikian juga dengan peran pemerintah pusat dan terkhusus pemerintahan daerah yang belum optimal dalam mempublikasikan identitas kebangsaan seperti tor-tor ini, juga menjadi salah satu faktor minimnya antusias pemuda sebagai generasi penerus kebudayaan tor-tor tersebut.

Padahal, tor-tor mengajarkan banyak hal akan pentingnya edukasi dan entropi wawasan kebangsaan. Mengapa hal ini kami tekankan? Karena saat ini negara Indonesia sedang mengalami degradasi persatuan akibat beragam macam hal yang bisa memecah belah bangsa. Melalui tor-tor, kita diberikan edukasi akan pentingnya jiwa gotong-royong, kolektifitas dan adanya rasa senasib-sepenanggungan dalam bingkai kebhinekaan.

Oleh karena itu, kehadiran sebuah inovasi dalam introduksi kebudayaan tor-tor di kancah nasional hingga internasional sangat diperlukan untuk meminimalisasi pudar atau bahkan punahnya budaya tor-tor itu sendiri. Pemanfaatan teknologi yang tepat dan terpadu dapat memperkenalkan tor-tor

secara global. Misalnya, pemanfaatan media sosial Facebook menjadi salah satu alternatif dalam pengenalan budaya tor-tor di kancah nasional dan global. Yang mana, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengguna Facebook terbesar di dunia (dengan jumlah 82 juta pengguna), yang dapat menggencarkan publikasi

tor-tor di kancah nasional hingga internasional. Kampanye tor-tor dapat dilakukan dengan mengunggah video tor-tor ini melalui Facebook.

(6)

Pemerintah perlu menguatkan eksistensi peran mereka dalam merawat budaya serta memberdayakan masyarakat sesuai dengan amanat Undang-undang Dasar Tahun 1945 pasal 32 ayat 1 yang mengamanatkan bahwa: ”negara memajukan kebudayaan nasional Indonesia ditengah peradaban dunia dengan menjamin kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan

nilai-nilai kebudayaannya”.

Dalam beberapa kesempatan, pada acara penting dalam pemerintahan, kita dapat melihat penampilan tari tor-tor dijadikan sebagai kegiatan pembuka acara. Hal ini merupakan suatu kegiatan yang positif dalam pengembangan tor-tor. Namun, kegiatan ini jarang sekali dilakukan di ranah pemerintahan kita, padahal ini bisa menjadi salah satu alternatif pengenalan tor-tor kepada khalayak umum. Kedepannya diharapkan semakin banyak pemerintah yang peduli terhadap hal ini. Satu hal yang ditekankan disini adalah peranan para stakeholder pemerintahan dalam mencantumkan penampilan tor-tor dalam agenda acara yang akan mereka persiapkan .

Selain itu, inovasi lain yang dapat dilakukan adalah diadakannya berbagai

event perlombaan tari tor-tor setiap tahunnya. Walhasil, menimbulkan motivasi dan ketertarikan masyarakat untuk belajar tor-tor dan mempersiapkan diri untuk perlombaan tersebut karena dilakukan secara rutin dan tidak menutup kemungkinan akan muncul sanggar-sanggar tari tor-tor bukan hanya pada masyarakat Batak, namun juga menjangkau masyarakat luas. Sehingga yang mempelajarinya pun akan semakin luas dan semakin beragam. Dan dapat diperkirakan ke depannya, tor-tor

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku :

Dibia, Wayan I Widaryanto, FX Suanda. 2006. Tari Komunal. Lembaga Pendidikan Seni Nusantara (LPSN). Jakarta.

DJ. Gultom Raja Marpodang. 1987. Dalihan Na Tolu. Medan.

Greetz, Hildred. 1986. Aneka Budaya dan Komunitas di Indonesia. Terjemahan

Irwansyah, Harahap. 1990. “Analisis Komparatif Bentuk (Penggarapan) dan Teknik Permainan dari sebuah Gondang yang disajikan oleh Tujuh Partaganing.” Skripsi S-1. Universitas Sumatera Utara.

Lumbantobing, M. Andar. 1996. Makna Wibawa Jabatan dalam Gereja Batak. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.

McLuhan, Marshall. 1997. Understanding Media: Extension of A Man. London: The MIT Press.

Sinaga, Sannur. 2012. “Tortor Dalam Pesta Horja Pada Kehidupan Masyarakat Batak Toba: Suatu Kajian Struktur Dan Makna.” Skripsi S-2. Universitas Sumatera Utara.

Zainuddin A. Rahman. Jakarta: Yayasan Ilmu-ilmu Sosial dan FIS-UI.

Sumber Internet :

Eko Huda S. 2012. Giliran Tari Tor-tor Batak Diklaim Malaysia. Diakses dari http://m.news.viva.co.id/news/read/326095-giliran-tari-tor-tor-batak-diklaim-malaysia, pada tanggal 08 November 2016 pukul 17:31.

(8)

BIODATA PENULIS

Nama lengkap : Fajar Anugrah Tumanggor Tempat, tanggal lahir :Bagan Batu, 11 Juni 1996

NIM :140906051

Jurusan : Ilmu Politik

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Nomor HP : 082277031394

email : anugr4hf@gmail.com

Nama lengkap : Ester Surdina Simangunsong Tempat, tanggal lahir : Kampung Baru, 30 Oktober 1996

NIM : 140903108

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Nomor HP : 085218664457

email : estersurdina@gmail.com

Nama lengkap : Tongam Nadeak

Tempat, tanggal lahir : Sidikalang, 05 Juli 1995

NIM : 140903074

Jurusan : Ilmu Administrasi Negara

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Universitas Sumatera Utara

Nomor HP : 082165125432

Referensi

Dokumen terkait

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2017.. Judul Skripsi : Kearifan Lokal Marsiadapari Dalam Aktivitas Etnik Batak Toba Di Desa Gempolan Siku Kabupaten Serdang Bedagai

Dalam kehidupan masyarakat suku Batak Toba dikota Tegal dalihan na tolu berperan.. sebagai bentuk penyelesaian masalah-masalah yang berkaitan

Dengan adanya adat yang mengatur dalam kehidupan masyarakat etnis Batak Toba, sehingga didaerah rantau mereka harus bisa menciptakan keteraturan hidup didaerah

Fungsi Hasapi Fungsi Hasapi dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba dapat dilihat dari bagaimana alat musik tersebut mampu untuk memenuhi kebutuhan manusia dalam bentuk kearifan

Karena terbukti mampu menyelesaikan berbagai hal yang melingkupi kehidupan masyarakat dan memungkinkan mereka mengatasi alam, bencana, konflik antaranggota komunitas secara

Selain keindahan, hiasan yang ada pada rumah tradisional Batak Toba juga memiliki nilai yang sangat penting dalam menentukan jati diri penghuni ruma. Oleh karena itu, selain

Elit lokal, yaitu para elit yang memerintah di tingkat daerah seperti kepala daerah memegang peranan penting dalam komunikasi politik karena dia adalah pemimpin masyarakat di

Dalam masyarakat muslim tradisional pedesaan, kiai memegang peranan yang amat penting dalam kehidupan masyarakat. Kiai, bagi masyarakat Islam tradisional di pedesaan