• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN PERBANKAN DI INDONESIA (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERTUMBUHAN PERBANKAN DI INDONESIA (1)"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Profil Perkembangan Perbankan 2006-2010

Tugas mata kuliah

EkonomiMoneter

Oleh :

Mukhamad Makmur

PRODY EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomiansuatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupan masyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektor perbankan. Hal tersebut dikarenakan sektor perbankan mengemban fungsi utama sebagai perantara keuangan antara unit-unit ekonomi yang surplus dana, denganunit-unit ekonomi yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatunegara, maka akan membutuhkan pula peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya.

1.2 Rumusan Masalah

A) Mengetahuiperkembangkan bank diindonesia B) Mengetahuisumber modal bank

C) Mengetahuiperanan bank

D) MengetahuiBagaimana Suku Bunga SBI mempengaruhi tingkat pertumbuhan bankumum

1.3 Tujuan Penulisan

Dalam makalah ini, penyusun bertujuan untuk mengetahui perandanfungsi bank dalampertumbuhanekonominasional, danuntukmengetahuisumber modal bank

danuntukmengetahui modal bank dikelolah.

(3)

1.4 Sistematika Pembahasan

BAB I Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan

1.4 Sistematika Pembahasan

BAB II Pembahasan 2.1 PeranPerbankan 2.2 Modal Bank

2.3 Sumber sumber permodalan Bank 2.4 Konsep Perhitungan Biaya Sumber Dana 2.5 perkembanganperbankan 2006-2010 2.6 PertumbuhanPerbangkansyariah

BAB III Penutup

3.1 Kesimpulan

(4)

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Peran Perbankan

Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yangkelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar aruspembayaran, serta mencari keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Sesuai dengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf Bank merupakan lembaga yang menghubungkan antara pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana, dan memperlancar arus pembayaran, serta mencari keuntungan dari usaha yang dijalankannya. Sesuaidengan pengertian bank yaitu badan usaha yang menghimpun dana darimasyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakatdalam bentuk kredit dan atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf.

Keberadaan sektor perbankan sebagai subsistem dalam perekonomiansuatu negara memiliki peranan cukup penting, bahkan dalam kehidupanmasyarakat modern sehari-hari sebagian besar melibatkan jasa dari sektorperbankan.

(5)

2.2Modal Bank

Bank sebagai unit usaha bisnis membutuhkan modal. Modal bank adalah aspek terpenting bagi suatu unit bisnis bank, salah satunya sangat dipengaruhi oleh kondisi kecukupan modalnya. Kebanyakan masyarakat mengatakan bahwa fungsi utama modal bank adalah melindungi para penyimpan uang dari kerugian yang timbul, modal bank adalah manifestasi dari keinginan para pemegang saham untuk berperan dalam bisnis perbankan

Menurut Johnson dan johnson. Modal bank mempunyai tiga fungsi yaitu

1. Modal memberikan perlindungan terhadap kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan produsen

2. Sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum kredit

3. Modal menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relatif dalam menghasilkan keuntungan.

Selain fungsi diatas fungsi modal adalah

1. Untuk melindungi para deposan dengan menagkal semua kerugian usaha perbankan sebagai akibat salah satu atau kombinasi resiko perbankan

2. Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat berkenaan dengan kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban yang telah jatuh tempo dan memberikan keyakinan mengenai kelanjutan operasi bank meskipun terjadi kerugian. 3. Untuk membiayai kebutuhan aktiva tetap seperti gedung, peralatan dan

sebagainya.

4. Untuk memenuhi regulasi permodalan yang sehat menurut otoritas moneter.

(6)

2.3Sumber sumber permodalan Bank

Pengertian sumber dana bank adalah usaha bank dalam menghimpun dana dari masyarakat perolehan ini tergantung pada bank itu sendiri, apakah dari simpanan masyarakat atau dari lembaga lainnya. Pemilihan sumber dana akan menentukan besar kecilnya biaya yang ditanggung.oleh karena itu pemiliha sumber dana harus dilakukan secara tepat.

Secara garis besar sumber dana bank dapat di peroleh dari: a) Dari bank itu sendiri

b) Dari masyarakat luas c) Dan dari lembaga lainnya

1. Jenis Sumber Dana

a) Dana yang bersumber dari bank itu sendiri

Perolehan dana dari sumber bank itu sendiri (modal sendiri) maksudnya adalah dana yang diperoleh dari dana bank salah satu jenis dana yang bersumber dari bank itu sendiri adalah modal setor dari para pemegang saham. Dana sendiri adalah dana yang berasal dari para pemegang saham bank atau pemilik saham.

Adapun pencarian dana yang bersumber dari bank itu sendiri terdiri dari:

 Setoran modal dari pemegang saham yaitu merupakan modal dari para pemegang saham lama atau pemgang saham yang baru. Dana yang disetor secara efektif oleh para pemegang saham pada waktu bank berdiri. Pada umumnya modal setoran pertama dari pemilik bank sebagian digunakan untuk sarana perkantoran, pengadaan peralatan kantor dan promosi untuk menarik minat masyarakat.

(7)

 Laba bank yang belum di bagi, merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham.

Semakin besar modal yang dimiliki oleh suatu bank, berarti kepercayaan masyarakat bertambah baik dan bank tersebut akan diakui oleh bank-bank lain baik di dalam maupun di luar negeri sebagai bank yang posisinya kuat.

b) Dana yang bersumber dari masyarakat luas

Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika mampu membiayai operasinya dari sumber dana ini. Adapun Dana masyarakat adalah dana-dana yang berasal dari masyarakat, baik perorangan maupun badan usaha, yang diperoleh dari bank dengan menggunakan berbagai instrumen produk simpanan yang dimiliki oleh bank

Untuk memperoleh dana dari masyarakat luas bank dapat menggunakan tiga macam jenis simpanan (rekening). Masing-masing jenis simpanan memiliki keunggulan tersendiri, sehingga bank harus pandai dalam menyiasati pemilihan sumber dana. Sumber dana yang dimaksud adalah:

 Simpanan giro

 Simpanan tabungan

 Simpanan deposito.

c) Dana yang bersumber dari lembaga lain

Dalam praktiknya sumber dana ini merupakan tambahan jika bank mengalami kesulitan dalam pencarian sumber dana sendiri dan masyarakat. Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Perolehan dana dari sumber ini antara lain dapat diperoleh dari:

(8)

 Pinjaman antar bank (Call Money). Biasanya pinjaman ini di berikan kepada bank-bank yang mengalami kalah kliring di dalam lembaga kliring dan tidak mampu untuk membayar kekalahannya. Pinjaman ini bersifat jangka pendek dengan bunga yang relative tinggi jika dibandingkan dengan pinjaman lainnya.

 Pinjaman dari bank-bank luar negeri. Merupakan pinjaman yang diperoleh oleh perbankan dari pihak luar negeri.

 Surat berharga pasar uang (SBPU). Dalam hal ini pihak perbankan menerbitkan SPBU kemudian diperjual belikan kepada pihak yang berminat, baik perusahaan keuangan maupun nonkeuangan. SPBU diterbitkan dan ditawarkan dengan tingkat suku bunga sehingga masyarakat tertarik untuk membelinya.

2.4 Konsep Perhitungan Biaya Sumber Dana

Sebagai sebuah lembaga intermediasi keuangan, mekanisme dasar bank syariah adalah menerima deposito dari pemilik modal (depositor) pada sisi liability-nya (kewajiban) untuk kemudian menawarkan pembiayaan kepada investor pada sisi asetnya, dengan pola atau skema pembiayaan yang sesuai dengan syariat Islam. Pada sisi kewajiban, terdapat dua kategori utama, yaitu interest-free current and saving accounts dan investment accounts yang berdasarkan pada prinsip PLS (Profit and Loss Sharing) antara pihak bank dengan pihak depositor. Sedangkan pada sisi aset, yang termasuk didalamnya adalah segala bentuk pola pembiayaan yang bebas riba dan sesuai standar syariah, seperti mudarabah, musyarakah, istisna, salam, dan lain-.

Untuk mendapatkan modal bank dapat diperoleh melalui berbagai sumber. Modal bank menurut George H Hempel membagi modal bank dalam tiga bentuk yaitu:pinjaman subordinasi, saham preferen, dan saham biasa. Beberapa jenis pinjaman subordinasi dan saham preferen dapat dikonversikan menjadi saham biasa,dan saham biasa dapat dikembangkan baik secara eksternal maupun internal.

Pinjama subordinasi terdiri dari semua bentuk kewajiban berbunga yang dibayar kembali dalam jumlah yang pasti(fixed)dalam jangka tertentu. Bentuk pinjaman subordinasi bervariasi dari capital notes sasmpai debenture.

(9)

Maka sumber yang paling tepat adalah modal equitas (equity capital). Modal ekuitas merupakan penyangga untuk menyerap kerugian dan kecukupan penyangga itu adalah kritikal bagi solvabilitas bank. Oleh karena itu bila kerugian bank melebihi net worth maka likuidasi harus terjadi. Bila modal itu disediakan untuk memberikan proteksi terhadap kepentingan para deposan, maka pinjaman subordinasi dan debentures juga berfungsi seperti equity capital. Bila kerugian melebihi modal ekuitas maka bank harus dilikuidasi, tetapi dana yang dipasok oleh pemberi modal pinjaman dan pemilik debentures harus menjadi penyangga untuk melindungi kepentingan para deposan. Jadi modal pinjaman tidak secara langsung melindungi kegagalan atau kerugian bank.

2.5perkembanganperbankan 2006-2010

Krisis moneter yang dimulai dengan merosotnya nilai rupiah terhadapdollar Amerika Serikat yang telah menghancurkan sendi-sendi ekonomi termasukperbankan. Krisis moneter yang terus menerus mengakibatkan krisis kepercayaan,akibatnya banyak bank yang dilanda penyakit yang sama, sehingga banyak bankyang lumpuh karena dihantam kredit macet atau rush (Nasser dan Aryati, 2000).Sejak krisis moneter pada awal tahun 1997 dan berlanjut efeknya beberapatahun belakangan ini, berdampak besar pada sendi-sendi sektor perbankan.

Faktanya tercermin dari jumlah bank yang mengalami penurunan cukupsignifikan, dimana sejak 14 Desember 1992 sampai dengan 5 Februari 2001berdasarkan Keputusan Pemerintah terdapat 20 bank yang dilikuidasi, 31 banklainnya sejak 29 juli 1999 sampai dengan 17 Maret 2003 dilakukan merger ataukonsolidasi, 10 bank dibekukan operasinya (BBO), 41 bank dibekukan kegiatanusahanya (BBKU) dan 27 bankdiikut sertakan dalam program rekapitalisasi.Bank umum yang saat ini masih menjalankanusahanya, terakhir sejak 2010tercatat sebanyak 121 bank.

Berikut ini menggambarkan perkembangan jumlah bank diIndonesia khususnya dalam 5 tahun terakhir yaitu dari tahun 2006 sampai tahun2010 sebagai berikut :

Posisi Perkembangan Jumlah Bank Tahun 2006-2010

Jumlah Bank Umum

BUSN

(10)

Tahun Persero BUSN

Terjadinya krisis keuangan global menjelang akhir tahun 2008 mempunyaidampak terhadap industri perbankan di Indonesia. Menurunnya kapasitaspermintaan dan produksi di sektor riil berpotensi kuat terhadap kualitas aktivaperbankan, sehingga perbankan harus lebih berhati-hati dalam penyalurankreditnya. Gejolak keuangan dan penurunan permintaan akibat krisis keuangandan penurunan permintaan akibat krisis keuangan menyebabkan terdepresiasinya nilai rupiah, tekanan inflasi yang cukup kuat dan meningkatnya suku bunga juga berdampak pada penyaluran kredit perbankan di Indonesia

Bank umum (Commercial Bank) memiliki peran yang sangat pentingdalam menggerakan roda perekonomian nasional, karena lebih dari 95% DanaPihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang meliputi Bank Umum (CommercialBank), Bank Syariah (Sharia Bank), dan Bank Perkreditan Rakyat (Rural Bank)berada di Bank Umum (Statistik Perbankan Indonesia yang diolah). DPK ini yang selanjutnya digunakan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi melaluipenyaluran kredit.

(11)

Tahun Posisi simpanan dana pihak ketiga yang dihimpun Bank Umum

2009 1.638.454 83,99 312.258 16,01 1 1.950.712

2010 1.990.518 85,11 348.306 14,89 2.338.824

*Sumber : Bank Indonesia (Rp. Miliar)

Jumlah simpanan dana pihak ketiga tahun 2009 sebesar Rp 1.950.712miliar naik 19,89% menjadi Rp 2.388.824 miliar pada tahun 2010. Dari jumlahsimpanan tersebut, komposisi terbesar rata-rata dalam bentuk rupiah sedangkansisanya simpanan dalam mata uang asing.Menurut Dahlan Siamat (2005) salah satu terkonsentrasinya usaha bankdalam penyaluran kredit adalah sifat usaha bank sebagai lembaga intermediasiantara unit surplus dengan unit defisit, dan sumber utama dana bank berasal darimasyarakat sehingga secara moral mereka harus menyalurkan kembali kepadamasyarakat dalam bentuk kredit.

Meskipun penyaluran kredit memegang peranan penting bagi pertumbuhanekonomi negara, namun kredit yang disalurkan oleh perbankan belum optimal. Halini dapat terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR Bank Umum periode 2006-2010 yang masih berkisar pada angka 61,56% - 75,21% (statistic PerbankanIndonesia), masih berada di bawah harapan Bank Indonesia. Berdasar ketentuanBank Indonesia, angka LDR seharusnya berada disekitar 85%-110% LDR sendiri merupakan indikator dalam pengukuran fungsi intermadiasiperbankan di Indonesia. Sesuai Surat Edaran Bank Indonesia No. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004, rasio LDR dihitung dari pembagian kredit yang diberikan kepada pihak ketiga (tidak termasuk antar bank) dengan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang mencakup giro, tabungan, dan deosito (tidak termasuk antar bank).Semakin tinggi LDR menunjukkan semakin besar pula DPK yang dipergunakan untuk penyaluran kredit, yang berarti bank telah mampu menjalankan fungsiintermediasinya dengan baik. Disis lain LDR yang terlampau tinggi dapatmenimbulkan risiko likuiditas bagi bank.

(12)

Bank Umum Konvensional (BUK) dan Bank Umum Syariah (BUS) yang beroperasi di Indonesia jumlahnya semakin banyak dengan berbagai bentuk produk dan pelayanan yang diberikan dapat menimbulkan permasalahan di masyarakat. Permasalahan yang paling penting adalah bagaimana kualitas kinerja dan kesehatan dari BUK dan BUS yang ada. Kesehatan atau kondisi keuangan dan non keuangan bank merupakan kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, masyarakat pengguna jasa bank maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawas bank. Kondisi tersebut dapat digunakan oleh pihak-pihak terkait tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian, kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko. Salah satu aspek penting dalam pengukuran kinerja perbankan adalah efisiensi, yang dapat ditingkatkan melalui penurunan biaya (reducing cost) dalam proses produksi ataupun dengan meningkatkan keuntungan. Tingkat efisiensi yang dicapai merupakan cermin dari kualitas kinerja yang baik.

Penilaian efisiensi bank menjadi sangat penting dengan kondisi seperti ini, karena efisiensi merupakan gambaran kinerja suatu bank sekaligus menjadi faktor yang harus diperhatikan bank untuk bertindak rasional dalam meminimumkan tingkat risiko yang dihadapi dalam menghadapi kegiatan operasinya. Analisis mengenai efisiensi menjadi sangat penting karena penghimpunan dan peyaluran pembiayaan yang ekspansif tanpa memperhatikan faktor efisiensi akan berpengaruh terhadap profitabilitas bank yang bersangkutan (Muharam dan Pusvitasari, 2007). Apalagi jika tidak hanya satu bank saja yang dianalisis efisiensinya, akan tetapi juga diperbandingkan dengan nilai efisiensi bank-banklain.

Hasil perbandingan ini sangat berguna dan bisa dijadikan acuan untuk pihak-pihak terkait. Bagi pemilik bank, bisa memperbaiki kinerja banknya dengan mencontoh kinerja bank lain yang mencapai tingkat efisiensi lebih baik, sedangkan bagi masyarakat, sebagai pengguna jasa bank bisa mendapatkan pandangan untuk memilih bank mana yang akan dituju. Astiyah dan Husman (2006) menjelaskan bahwa efisiensi bank bukan hanya sebagai indikator penting dalam perbankan, tetapi juga sarana penting untuk lebih meningkatkan efektivitas kebijakan moneter. Perbankan yang efisien diperkirakan dapat memperlancar proses transmisi kebijakan moneter, sehingga kebijakan moneter dapat lebih efektif mencapai sasaran.

(13)

dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan input

yang ada atau dengan cara mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output

tertentu.

Kegiatan operasional perbankan Indonesia yang semakin efisien baik simpanan maupun pembiayaannya, berarti bank akan mampu memberikan tingkat pengembalian yang lebih bersaing sehingga nasabah akan semakin diuntungkan. Selain itu, jika bank mampu efisien maka akan semakin menambah nilai dari bank tersebut dan akan meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut, yang mana dengan kepercayaan tersebut bank akan dapat berkembang melalui tingkat keuntungan yang semakin meningkat.

Indikator efisiensi dapat dilihat dengan memperhatikan besarnya rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) dan rasio Non Performing Financing (NPF). Kinerja perbankan dapat dikatakan efisien apabila rasio BOPO dan NPF mengalami penurunan. Selain itu efisiensi juga dapat dilihat dengan memperhatikan pertumbuhan tingkat indikator kinerja bank seperti jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva. Semakin besar jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva menunjukan semakin baik dan produktif bank dalam kegiatan operasinya.

Data rasio keuangan dan indikator kinerja berupa jumlah simpanan, pembiayaan, dan total aktiva perbankan nasional dapat dilihat pada tabel:

Perkembangan Kinerja Perbankan di Indonesia

(Bank Umum Konvensional dan Bank Umum Syariah) Tahun 2006-2010 (dalam Triliun Rupiah)

Indikator Kinerja Periode

2006 2007 2008 2009 2010

Simpanan 1.287 1.511 1.753 1.973 2.339

BiayaOperasional 184,826 184,617 232,170 258,311 302,549 Biaya Operasional

Lain

53,122 63,472 76,496 82,886 95,410

Penyaluran kredit 792,297 1.002 1.307 1.438 1.766

Total Aset 1.694 1.987 2.311 2.534 3.009

NPF 6,07% 4,07% 3,20% 3,31% 2,56%

(14)

Pertumbuhan indikator kinerja perbankan di Indonesia secara keseluruhan selama periode 2006-2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan dapat dilihat dari tabel Diantaranya adalah jumlah simpanan yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 1.287 triliun meningkat setiap periodenya sampai pada periode 2010 menjadi sebesar 1.511 triliun. Kenaikan jumlah simpanan pada akhirnya juga meningkatkan jumlah penyaluran kredit/pembiayaan yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 792,297 triliun meningkat setiap periodenya sampai dengan periode 2010 menjadi sebesar 1.766 triliun. Begitu juga dengan jumlah total aset yang pada periode 2006 berjumlah sebesar 1.694 triliun terus meningkat menjadi sebesar 3.009 triliun pada periode 2010.

Data rasio keuangan pada tabel 1.2 menyebutkan bahwa terjadi penurunan jumlah rasio NPF secara berturut-turut pada periode 2006-2008 dari sebesar 6,07% pada periode 2006, 4,07% pada periode 2007, dan 3,20% pada periode 2008. Hal ini menandakan kinerja perbankan nasional yang semakin baik dalam mengelola risiko penyaluran kredit/pembiayaan macet, meskipun pada akhirnya jumlahnya meningkat sedikit pada periode 2009 sebesar 3,31% yang menunjukan kenaikan angka penyaluran kredit/pembiayaan bermasalah dalam perbankan nasional. Namun, pada periode 2010, rasio NPF kembali mengalami penurunan yang signifikan.

Perbankan nasional memperlihatkan bahwa rasio BOPO pada periode 2006-2009 mengalami fluktuasi, yaitu pada periode 2006 sebesar 86,98% menurun menjadi 84,05% pada periode 2007, dan kemudian meningkat pada periode 2008 menjadi 88,59% lalu menurun kembali menjadi 86,63% pada periode 2009, dan setelah itu menurun lagi menjadi 86,04% pada periode 2010. Rasio BOPO digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasionalnya (Dendawijaya, 2000). Meningkatnya nilai rasio BOPO menunjukkan bahwa semakin tinggi biaya operasional yang ditanggung oleh bank sehingga mengakibatkan operasional bank semakin tidak efisien.

(15)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

(16)

kredit. Kemudian hasil estimasi regresimenunjukkan kemampuan prediksi 4 variabel bebas terhadap pertumbuhan kreditsebesar 16,7% sedangkan sisanya 83,3% dipengaruhi oleh faktor lain diluarvariable penelitian ini yang belum dimasukkan dalam analisis ini.

Nilai efisiensi Bank Umum Konvensional (BUK) di Indonesia lebih rendah dibanding Bank Umum Syariah (BUS) selama periode tahun 2006-2010. Hal ini bisa dilihat pada besarnya rata-rata BOPO BUK selama 5 tahun yang berada di atas BOPO BUS, yaitu 86,71% dan 81,88%. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis nilai efisiensi masing-masing BUK dan BUS, menganalisis pengaruh variabel input (jumlah simpanan, jumlah aset dan jumlah biaya tenaga kerja) dan variabel output (total kredit/pembiayaan dan laba operasional) terhadap nilai efisiensi BUK dan BUS, dan menganalisis perbedaan nilai efisiensi BUK dan BUS selama periode 2006-2010.

DaftarPustaka

Data PetumbuhanBankIndonesia 2006-2010

Drs.Muchdarsyah Sinungan, Manajemen Dana Bank,Jakarta:PT Bumi Aksara.1999

(17)

Lintang Rahmadhani, Analisis Pengaruh Car, PertumbuhanDpk, Pertumbuhan Simpanan DariBank Lain Dan Suku Bunga SbiTerhadap Pertumbuhan Kredit, Dalam Jurnal:Perbankansyariah, 2011

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mengetahui CPUE ikan demersal dalam penelitian ini menggunakan hasil produksi dan trip standar selama 5 tahun, untuk data produksi alat tangkap arad di

Dilihat dari hasil analisa terhadap equivalent stress dan total deformasi pada blok motor bakar satu silinder dengan daya 1 hp dengan pembebanan 0.123 N, jadi pada

Dalam pengukuran variabel Keahlian audit hanya menggunakan indikator memiliki pengetahuan secara detail atas laporan keuangan, memiliki kemampuan kemampuan melalukan

Makalah ini terbatas pada beberapa ukuran bangunan yang dibuat dengan satuan tradisional yang sejenis seperti satuan depa saja atau alengkat saja sehingga untuk mengecek

Karena salah satu komponen inti dari Windows Server Hyper-V itu adalah virtual machine atau dengan kata lain Hyper-V sama dengan Virtual mesinnya Microsoft untuk server dan

Untuk itu, dalam rangka efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan kemasyarakatan sekaligus melaksanakan Peraturan Pemerintah

Oleh karena itu, ruang semadi yang berada di ruang belakang dalam kelenteng merupakan pusat kegiatan sembahyang dan merupakan bagian ruang yang terpenting, sedangkan ruang depan –

Selama Agustus 2014, terjadi inflasi sebesar 0,14 persen yang dipengaruhi oleh beberapa kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan meliputi kelompok pendidikan, rekreasi,