• Tidak ada hasil yang ditemukan

Panduan Teknis Transisi KTSP ke Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Panduan Teknis Transisi KTSP ke Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar"

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Pada tahun 2013 Implementasi Kurikulum 2013, sesuai Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013, dilaksanakan secara bertahap. Implementasi tersebut dilaksanakan pada 295 Kabupaten/Kota dengan sasaran sekolah 2.598 sekolah dasar. Pada tahun 2014 implementasi Kurikulum 2013 dilaksanakan di semua sekolah dasar. Untuk mendukung keberhasilan pelaksanaan Kurikulum 2013 ini, Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, melaksanakan program pendampingan bagi guru di sekolah dasar agar memiliki pemahaman, sikap, dan keterampilan yang sejalan dengan Kurikulum 2013. Dalam pelaksanaannya, keberhasilan program pendampingan perlu didukung oleh ketersediaan panduan yang secara teknis mampu membimbing dan mengarahkan guru melaksanakan praktik pembelajaran sesuai dengan Kurikulum 2013 tersebut. Panduan teknis yang disusun adalah :

1. Kurikulum 2013 Sekolah Dasar

2. Panduan Teknis Memahami Buku Guru dan Buku Siswa Sekolah Dasar 3. Panduan Teknis Penyusunan RPP di Sekolah Dasar.

4. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian di Sekolah Dasar. 5. Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Rapor di Sekolah Dasar.

6. Panduan Teknis Pembelajaran Remedial dan Pengayaan di Sekolah Dasar 7. Panduan Praktis Orang Tua dalam Mendampingi Peserta Didik.

8. Panduan Teknis Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah Dasar. 9. Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar

10. Panduan Teknis Transisi KTSP ke Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar

Panduan tersebut disusun sebagai acuan bagi guru, kepala sekolah, pengawas, para pembina pada Dinas Pendidikan, orang tua, serta masyarakat dalam melaksanakan, membina, dan memfasilitasi pelaksanaan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. Sesuai engan dinamika yang ada, upaya perbaikan p

anduan ini perlu terus dilakukan. Oleh

karena itu saran dari berbagai pihak sangat diharapkan.

Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan naskah ini kami sampaikan terima kasih. Semoga Panduan Teknis ini bermanfaat dalam menyukseskan pelaksanaan Kurikulum 2013.

a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Direktur Pembinaan SD

(4)
(5)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ...1

A. Latar Belakang ...1

B. Tujuan ...2

BAB IIPERBEDAAN KTSP 2006 DENGAN KURIKULUM 2013DI SEKOLAH DASAR ..3

A. Perbedaan Ensensial KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013 ...3

B. Perbedaan untuk Semua Mata Pelajaran ...6

C. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Kurikulum 2013 ... 13

BAB III TRANSISI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2006 KE KURIKULUM 2013 ... 15

A. Paradigma yang Harus Dimiliki Guru ... 15

B. Tuntutan Profesionalisme Guru dalam Kurikulum 2013 ... 16

C. Pola Pelatihan dan Pendampingan Guru ... 18

D. Penyediaan Buku Siswa dan Buku Guru ... 19

E. Penyediaan Buku Panduan Implementasi Kurikulum 2013... 19

F. Bentuk Transisi Implementasi Kurikulum 2013 ... 19

G. Pengelolaan Pembelajaran ... 21

H. Pelaksanaan Pembelajaran ... 22

BAB IV PENUTUP ... 31

(6)
(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Mulai tahun pelajaran 2013/2014, pemerintah telah memberlakukan kurikulum baru yang disebut dengan Kurikulum 2013. Implementasi kurikulum tersebut diatur dalam Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013. Keberhasilan implementasi Kurikulum 2013 SD ditentukan oleh pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan di SD, baik kepala sekolah, pengawas sekolah, dinas pendidikan, dan terutama guru. Oleh karena itu, para pemangku kepentingan harus memiliki pemahaman, kesadaran, kemampuan, kreativitas, kesabaran, dan keuletan dalam mengelolaan pendidikan sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing. Dalam pelaksanaan, faktor kondisi geografis, jumlah sekolah dasar, jumlah guru Indonesia yang sangat besar merupakan tantangan tersendiri dalam sosialisasi, pelatihan, dan pendampingan kurikulum 2013.

(8)

B.

Tujuan

Panduan ini bertujuan agar kepala sekolah, guru, pengawas sekolah, orang tua, dan pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan implementasi Kurikulum 2013 dapat:

1. Memahami latar belakang pengembangan kurikulum 2013.

2. Mengetahui perbedaan kurikulum lama dengan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

3. Mengubah mindset atau pola pikir berkenaan dengan implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

(9)

BAB II

PERBEDAAN KTSP 2006 DENGAN KURIKULUM 2013

DI SEKOLAH DASAR

A.

Perbedaan Ensensial KTSP 2006 dengan Kurikulum 2013

Pemberlakukan kurikulum 2013 sudah barang tentu sebagai sarana untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Butir (1),dinyatakan bahwa “Pendidikan adalah usaha

sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajardan proses pembelajaranagar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan

yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara”. Deskripsi pada Pasal 1 Butir

(1) secara eksplisit sudah nampak dalam kurikulum 2013, yakni pada Kompetensi Inti Satu (KI 1) yang berkaitan dengan sikap spiritual, Kompetensi Inti Dua (KI 2) berkaiatan sengan sikap sosial, Kompetensi Inti Tiga (KI 3) tentang pengetahuan, dan Kompetensi Inti Empat (KI 4) berdimensi keterampilan.

Kurikulum yang berakar pada budaya lokal dan bangsa memiliki arti bahwa kurikulum harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar dari budaya setempat dan nasional tentang berbagai nilai yang penting. Kurikulum juga harus memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpartisipasi dalam mengembangkan nilai-nilai budaya setempat dan nasional, sehingga dapat menjadi nilai budaya yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari, dikembangkan, dan dijaga kelestariannya.

Beberapa perbedaan esensial antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Perbedaan Esensial KTSP dengan Kurikulum 2013

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Keterangan

(10)

KTSP 2006 Kurikulum 2013 Keterangan Untuk SMA, ada penjurusan

sejak kelas XI

Tidak ada penjurusan di SMA. Ada mata pelajaran wajib, peminatan, antar minat, dan pendalaman minat

SMA/SMK

SMA dan SMK tanpa kesamaan kompetensi

SMA dan SMK memiliki mata pelajaran wajib yang sama terkait dasar–dasar pengetahuan, keterampilan dan sikap

SMA/SMK

Penjurusan di SMK sangat detil (sampai kehlian)

Penjurusan di SMK tidak terlalu detil (sampai bidang studi), didalamnya terdapat pengelompokkan peminatan dan

pendalaman

SMA/SMK

Perbedaan yang menonjol dalam kurikulum 2013 khususnya pada jenjang sekolah dasar adalah pendekatan tematik integratif. Pada KTSP 2006 pembelajaran tematik hanya diterapkan pada kelas I sampai dengan kelas III, sedangkan kelas IV sampai dengan kelas VI masih menggunakan pendekatan mata pelajaran. Kurikulum 2013 pada dasarnya upaya penyederhanaan dengan menggunakan pendekatan tematik integratif. Hal ini karena kurikulum 2013 disiapkan untuk mencetak generasi yang siap di dalam menghadapi masa depan. Kurikulum 2013 disusun untuk mengantisipasi perkembangan masa depan yang penuh tantangan dan memerlukan penyelesaian masalah secara integratif yang tidak terkotak-kotak dalam disiplin ilmu tertentu. Titik beratnya, bertujuan untuk mendorong peserta didik, mampu lebih baik dalam mengamati, menanya, mencoba, menalar, menyaji, bahkan sampai dengan mencipta sesuai dengan perkembangan kognitif dan psikologisnya.

Adapun obyek yang menjadi pembelajaran dalam penataan dan penyempurnaan kurikulum 2013 menekankan pada fenomena alam, sosial, seni, dan budaya sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Kuasa, baik yang ada di lingkungan sekitarnya maupun di tingkat nasional. Melalui pendekatan itu diharapkan peserta didik memiliki kompetensi sikap religius dan sosial, pengetahuan, serta keterampilan jauh lebih baik. Peserta didik akan lebih kreatif, inovatif, dan produktif, sehingga ke depan mereka bisa sukses dalam menghadapi berbagai persoalan dan tantangan di zamannya. Dalam pendekatan tematik integratif ini dapat dilakukan dan dikembangkan baik daerah perkotaan maupun pedesaan, karena memberikan peluang yang besar untuk memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Hal ini sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan jenjang Sekolah Dasar, yakni:

(11)

2. Dimensi pengetahuaan: memiliki pengetahuan faktual dan konseptual berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dan budaya dalam wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait fenomena dan kejadian di lingkungan rumah, sekolah, dan tempat bermain.

3. Dimensi keterampilan: memiliki kemampuan pikir dan tindak yang produktif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sesuai dengan yang ditugaskan kepadanya (Permendikbud No. 54 tahun 2013).

Pembelajaran tematik integratif merupakan pendekatan pembelajaran yang mengintegrasikan berbagai kompetensi dari berbagai mata pelajaran ke dalam berbagai tema. Pengintegrasian tersebut dilakukan dalam dua hal, yaitu integrasi sikap, keterampilan, pengetahuan dalam pembelajaran, dengan integrasi berbagai konsep dasar yang berkaitan. Tema merajut makna berbagai konsep dasar sehingga peserta didik tidak belajar konsep dasar secara parsial tetapi holistik (menyeluruh). Dengan demikian pembelajaran memberikan makna yang utuh kepada peserta didik seperti tercermin pada berbagai tema yang tersedia. Dalam pembelajaran tematik integratif, tema yang dipilih berkenaan dengan alam dan kehidupan manusia.

Pendekatan tematik integratif akan memberikan makna yang substansial terhadap mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Seni-Budaya dan Prakarya, serta Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Di sinilah Kompetensi Dasar dari Ilmu Pengetahuan Alam dan Ilmu Pengetahuan Sosial yang diorganisasikan ke mata pelajaran lain memiliki peran penting sebagai pengikat dan pengembang Kompetensi Dasar mata pelajaran lainnya. Dari sudut pandang psikologis, peserta didik belum mampu berpikir abstrak untuk memahami konten mata pelajaran yang terpisah kecuali kelas IV, V, dan VI sudah mulai mampu berpikir abstrak. Dalam pembelajaran tematik integratif, materi ajar tidak disampaikan berdasarkan mata pelajaran tertentu, melainkan dalam bentuk tema-tema yang mengintegrasikan seluruh mata pelajaran. Dalam praktiknya, pembelaajran tematik integratif ini sudah diterapkan di banyak sekolah dan menunjukkan hasil yang baik.

(12)

B.

Perbedaan untuk Semua Mata Pelajaran

Selain perbedaan esensial antara Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Kurikulum 2013, ada perbedaan yang berlaku untuk semua mata pelajaran, seperti terlihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran

No Kurikulum Lama Kurikulum Baru

1 Materi disusun untuk memberikan pengetahuan kepada siswa

Penialain otentik pada aspek kompetensi sikap, pengetauan, dan keterampilan berdasarkan portopolio

(13)

pembelajaran menggunakan pendekatan penilaian otentik (authentic assesment) yang menilai kesiapan siswa, proses, dan hasil belajar secara utuh (Permen No.65 Tahun 2013).

Hal lain yang sangat penting dalam kaitannya dengan seluruh mata pelajaran yakni tentang penilaian. Penilaian dalam Kurikulum 2013 memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Belajar Tuntas

Asumsi yang digunakan dalam belajar tuntas adalah peserta didik dapat mencapai kompetensi yang ditentukan, asalkan mendapat bantuan yang tepat dan diberi waktu sesuai dengan yang dibutuhkan. Peserta didik yang belajar lambat perlu diberi waktu lebih lama untuk materi yang sama, dibandingkan peserta didik pada umumnya. Untuk kompetensi pada kategori pengetahuan dan keterampilan (KI-3 dan KI-4), peserta didik tidak diperkenankan mengerjakan pekerjaan atau kompetensi berikutnya, sebelum mampu menyelesaikan pekerjaan dengan prosedur yang benar dan hasil yang baik.

2. Otentik

Memandang penilaian dan pembelajaran adalah merupakan dua hal yang saling berkaitan. Penilaian otentik harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan dunia sekolah. Menggunakan berbagai cara dan kriteria holistik (kompetensi utuh merefleksikan pengetahuan, keterampilan, dan sikap). Penilaian otentik tidak hanya mengukur apa yang diketahui oleh peserta didik, tetapi lebih menekankan mengukur apa yang dapat dilakukan oleh peserta didik.

Berikut contoh-contoh tugas otentik: a. Pemecahan masalah matematika b. Melaksanakan percobaan

c. Bercerita d. Menulis laporan e. Berpidato f. Membaca puisi

g. Membuat peta perjalanan 3. Berkesinambungan

(14)

adalah untuk mendapatkan gambaran yang utuh mengenai perkembangan hasil belajar peserta didik, memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil terus menerus dalam bentuk penilaian roses,dan berbagai jenis ulangan secara berkelanjutan (ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester). 4. Menggunakan teknik penilaian yang bervariasi

Teknik penilaian yang dipilih dapat berupa tertulis, lisan, produk, portofolio,unjuk kerja, projek, pengamatan, dan penilaian diri.

5. Berdasarkan acuan kriteria

Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing. Penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Kemampuan peserta didik tidak dibandingkan terhadap kelompoknya, tetapi dibandingkan terhadap kriteria yang ditetapkan, misalnya Ketuntasan Belajar Minimal (KKM), yang ditetapkan oleh satuan pendidikan masing-masing dengan mempertimbangkan karakteristik kompetensi dasar yang akan dicapai, daya dukung (sarana dan guru), dan karakteristik peserta didik. KKM diperlukan agar guru mengetahui kompetensi yang sudah dan belum dikuasai secara tuntas. Guru mengetahui sedini mungkin kesulitan peserta didik, sehingga pencapaian kompetensi yang kurang optimal dapat segera diperbaiki. Bila kesulitan dapat terdeteksi sedini mungkin, peserta didik tidak sempat merasa frustasi, kehilangan motivasi, dan sebaliknya peserta didik merasa mendapat perhatian yang optimal dan bantuan yang berharga dalam proses pembelajarannya. Namun ketuntasan belajar minimal tidak perlu dicantumkan dalam buku rapor, hanya menjadi catatan guru.

Penilaian pendidikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasiuntuk mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik mencakup penilaian otentik, penilaian diri, penilaian berbasis portofolio, ulangan, ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester yang diuraikan sebagai berikut.

(15)

b. Penilaian diri merupakan penilaian yang dilakukan sendiri oleh peserta didik secara reflektif untuk membandingkan posisi relatifnya dengan kriteria yang telah ditetapkan. c. Penilaian berbasis portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan untuk menilai keseluruhan entitas proses belajar peserta didik termasuk penugasan perseorangan dan/atau kelompok di dalam dan/atau di luar kelas dalam kurun waktu tertentu.

d. Ulangan merupakan proses yang dilakukan untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik secara berkelanjutan dalam proses pembelajaran, untuk memantau kemajuan dan perbaikan hasil belajar peserta didik.

e. Ulangan harian merupakan kegiatan yang dilakukan secara periodik untukmenilai kompetensi peserta didik setelah menyelesaikan satu sub-tema. Ulangan harian terintegrasi dengan proses pembelajaran lebih untuk mengukuraspek pengetahuan, dalam bentuk tes tulis, tes lisan, dan penugasan.

f. Ulangan tengah semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik setelah melaksanakan 8-9 minggu kegiatan pembelajaran.

g. Ulangan akhir semester merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pendidik untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik di akhir semester.

Selain penilaian di atas, ada beberapa jenis penilaian antara lain:

a. Ujian Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh satuan pendidikan untuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

b.Ujian Mutu Tingkat Kompetensi yang selanjutnya disebut UMTK merupakan kegiatan pengukuran yang dilakukan oleh pemerintahuntuk mengetahui pencapaian tingkat kompetensi. Cakupan UMTK meliputi sejumlah Kompetensi Dasar yang merepresentasikan Kompetensi Inti pada tingkat kompetensi tersebut.

(16)

1. Sikap

a. Contoh muatan KI-1 (sikap spiritual) antara lain:

1)

Ketaatan beribadah

2)

Berperilaku syukur

3)

Berdoa sebelum dan sesudah melakukan kegiatan

4)

Toleransi dalam beribadah

b. Contoh muatan KI-2 (sikap sosial) antara lain:

1)

Jujur

2)

Disiplin

3)

Tanggung jawab

4)

Santun

5)

Peduli

6)

Percaya diri

7)

Bisa ditambahkan lagi sikap-sikap yang lain sesuai kompetensi dalam pembelajaran, misal : kerja sama, ketelitian, ketekunan, dan lain-lain.

Penilaian apek sikap dilakukan melalui observasi, penilaian diri, penilaian antarteman, dan jurnal.

a. Observasi

Merupakan teknik penilaian yang dilakukan secara berkesinambungan dengan menggunakan indera, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan menggunakan format observasi yang berisi sejumlah indikator perilaku yang diamati. Hal ini dilakukan saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran.

b. Penilaian Diri

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk mengemukakan kelebihan dan kekurangan dirinya dalam konteks pencapaian kompetensi. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian diri.

c. Penilaian Antarteman

Merupakan teknik penilaian dengan cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan sikap dan perilaku keseharian peserta didik.Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian antarpeserta didik.

d. Jurnal Catatan Guru

(17)

sikap dan perilaku. Jurnal bisa dikatakan sebagai catatan yang berkesinambungan dari hasil observasi.

2. Pengetahuan

Aspek Pengetahuan dapat dinilai dengan cara berikut: a.Tes tulis

Tes tulis adalah tes yang soal dan jawabannya tertulis berupa pilihan ganda, isian, benar-salah, menjodohkan, dan uraian.

b. Tes Lisan

Tes lisan berupa pertanyaan- pertanyaan yang diberikan guru secara ucap(oral) sehingga peserta didik merespon pertanyaan tersebut secara ucapjuga, sehingga menimbulkan keberanian. Jawaban dapat berupa kata, frase,kalimat maupun faragraf yang diucapkan.

c. Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang dilakukan oleh pendidik yang dapat berupa pekerjaan rumah baik secara individu ataupun kelompok sesuai dengan karakteristik tugasnya.

3. Keterampilan

Aspek keterampilan dapat dinilai dengan cara berikut. a. Kinerja atau Performance

Kinerja atau Performance adalah suatu penilaian yang meminta siswa untuk melakukan suatu tugas pada situasi yang sesungguhnya yang mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Misalnya tugas memainkan alat musik, menggunakan mikroskop, menyanyi, bermain peran, menari.

b. Projek

(18)

peserta didik. Misalnya, membuat laporan pemanfaatan energi dalam kehidupan, membuat laporan hasil pengamatan pertumbuhan tanaman.

c. Portofolio

Penilaian dengan memanfaatkan Portofolio merupakan penilaian melalui sekumpulan karya peserta didik yang tersusun secara sistematis dan terorganisasi yang dilakukan selama kurun waktu tertentu. Portofolio digunakan oleh guru dan peserta didik untuk memantau secara terus menerus perkembangan pengetahuan dan keterampilan peserta didik dalam bidang tertentu. Dengan demikian penilaian portofolio memberikan gambaran secara menyeluruh tentang proses & pencapaian hasil belajar peserta didik.

Portofolio merupakan bagian terpadu dari pembelajaran sehingga guru mengetahui sedini mungkin kekuatan dan kelemahan peserta didik dalam menguasai kompetensi pada suatu tema. Misalnya, kompetensi pada tema “selalu berhemat

energi”. Contoh, kompetensi membuat laporan hasil percobaan. Kemampuan

membuat laporan hasil percobaan tentu tidak seketika dikuasai peserta didik, tetapi membutuhkan proses panjang, dimulai dari penulisan draf, perbaikan draf, sampai laporan akhir yang siap disajikan. Selama proses ini diperlukan bimbingan guru melalui catatan-catatan tentang karya peserta didik sebagai masukan perbaikan lebih lanjut.

Kumpulan karya anak sejak draf sampai laporan akhir berserta catatan-catatan sebagai masukan guru inilah, yang menjadi potofolio. Di samping memuat karya-karya anak beserta catatan guru, terkait kompetensi membuat laporan hasil percobaan tersebut di atas, portofolio juga bisa memuat catatan hasil penilaian diri dan teman sejawat tentang kompetensi yang sama serta sikap dan perilaku sehari hari peserta didik yang bersangkutan. Agar penilaian portofolio berjalan efektif guru beserta peserta didik perlu menentuan hal-hal yang harus dilakukan dalam menggunakan portofolio sebagai berikut.

1)

masing-masing peserta didik memiliki porto folio sendiri yang didalamnya memuat hasil belajar siswa setiap muatan pelajaran atau setiap kompetensi.

2)

menentukan hasil kerja apa yang perlu dikumpulan/disimpan.

3)

sewaktu-waktu peserta didik diharuskan membaca catatan guru yang berisi komentar, masukkan, dan tindakan lebih lanjut yang harus dilakukan peserta didik dalam rangka memperbaiki hasil kerja dan sikapnya.

(19)

5)

catatan guru dan perbaikan hasil kerja yang dilakukan peserta didikperlu diberi tanggal, sehingga perkembangan kemajuan belajar peserta didik dapat terlihat.

C.

Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi dalam Kurikulum 2013

Hal yang penting lagi dalam kegiatan pembelajaran di kelas-kelas SD, selain penerapan berbagai pendekatan, model, dan metode pembelajaran tersebut, guru harus melatihkan kepada peserta didik berupa kemampuan atau ketrampilan berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking (HOT), dengan tujuan meningkatkan kemampuan siswa berpikir dan bernalar untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang lebih rumit dan atau memecahkan suatu kasus atau masalah. Hal ini perlu dilatihkan sejak usia sekolah dasar agar pada saat memasuki jenjang pendidikan berikutnya dan di masa depan mereka tidak asing dan tidak takut jika dihadapkan pada pertanyaan atau permasalahan yang lebih rumit. Kemampuan berpikir tingkat tinggi juga melatih menyampaikan gagasan secara argumentatif, logis, dan percaya diri, baik secara tertulis, lisan, dan tindakan.

(20)
(21)

BAB III

TRANSISI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN 2006

KE KURIKULUM 2013

A.

Paradigma yang Harus Dimiliki Guru

Setidaknya terdapat tiga paradigma yang dimiliki guru untuk mengimplementasikan Kurikulum 2013, yakni:

1. Growth Mindset, yakni setiap guru harus menyadari betul tugas dan fungsinya sebagai katalisator dalam mengembangkan potensi peserta didik untuk sukses, dan tumbuh secara mandiri melalui bimbingannya.

2. Action Mindset, dukungan penuh terhadap setiap peserta didik dalam mencapai cita-citanya dengan penuh semangat dan komitmen dalam mengajar.

3. Objective Mindset, guru memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan peserta didik dan menjadi pribadi yang menyenangkan dalam mendisiplinkan peserta didik.

Mindset guru harus diubah menjadi lebih baik, karena guru dilihat oleh seluruh

peserta didik, kemampuan untuk ingin senantiasa mengembangkan kemampuan dirinya bersama para peserta didik, menjadikan dirinya mampu untuk beradaptasi dengan jenis kurikulum apapun yang dikembangkan.

Peran guru sebagai pelajar sangat bermanfaat bagi dirinya, terlebih bagi peserta didik. Ketika mengajar, guru banyak mendapat masukan, baik dari bahan-bahan mata pelajaran yang diajarkan maupun dari topik-topik yang berhubungan dengan itu. Sebagai pelajar, seorang guru jangan sampai mudah merasa puas. Salah satu faktor terpenting dalam mengajar ialah perasaan belum puas akan kecakapan dan pengetahuan yang sudah dimiliki secara terus-menerus. Seorang guru harus mempunyai keinginan untuk berusaha mencapai kemahiran yang lebih tinggi lagi. Dengan begitu, untuk meningkatkan profesionalitas guru, dia harus terus-menerus belajar.

(22)

Dengan demikian, anak didik secara otomatis juga akan lebih berkembang karena masukan yang didapatkan bukanlah barang lama, tetapi yang baru dan segar. Agar pengajaran menjadi sangat dinamis, seorang guru yang berkembang hendaknya selalu mencari saran-saran untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kegairahan yang sedang dirasakannya. Cara yang terbaik untuk guru tersebut ialah dengan selalu belajar lagi dan menggabungkan pelajaran yang baru itu dengan pengetahuan lama yang telah ia ajarkan. Dengan demikian materi yang diajarkan akan selalu mengikuti perkembangan.

Ada beberapa cara yang dapat menolong dan menunjang peran guru sebagai pelajar. Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan penelitian tentang mata pelajaran yang sedang diajarkan. Penelitian ini dapat dilakukan pada saat melakukan persiapan pelajaran. Dalam persiapan itu, ia dapat mengumpulkan data dari buku-buku teks penunjang pedoman pengajaran. Penelitian juga dapat dilakukan dari buku-buku di luar buku penunjang. Dari penelitian terhadap sumber-sumber di luar pelajaran yang diajarkannya itu, ia dapat melihat hubungan antara mata pelajarannya dengan pengetahuan lain sehingga ia perlu mencari dan meneliti pengetahuan yang lain itu, ini tentunya akan sangat menunjang kemajuan profesinya.

Oleh karena itu sudah waktunya peserta didik diberikan ruang berkreasi dan tidak lagi dibebani oleh tumpukan mata pelajaran yang sebenarnya belum tentu sesuai dengan minat dan bakat mereka.

B.

Tuntutan Profesionalisme Guru dalam Kurikulum 2013

(23)

kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berahklak mulia. Sementara kompetensi profesioanal diartikan sebagai kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing peserta didik memnuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Kompetensi sosial adalah kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar.

Jika kompetensi pedagogik dijabarkan ke dalam sub komptensi yang lebih terperinci, paling tidak memiliki: (1) kemampuan mengidentifikasi potensi umum peserta didik yang perlu dikembangkan, (2) kemampuan melakukan inferensi mengenai karakteristik potensi peserta didik, (3) komitmen terhadap hak dan kewajiban peserta didik, (4) mampu memanfaatkan lingkungan peserta didik dalam pembelajaran, (5) kemampuan mengklasifikasi cara dan belajar peserta didik, (6) kemampuan bersikap dan berperilaku empati terhadap peserta didik, (7) kemampuan membimbing pengembangan karir peserta didik.

Kompetensi pedagogik menjadi sangat penting dalam rangka mengembangkan peserta didik agar dapat berkembang dengan maksimal sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Aktualisasi kompetensi pedagogik secara sederhana adalah, pertama, mengajarkan penekanan keterampilan berpikir. Sejak usia prasekolah anak seharusnya dilatih oleh guru untuk berpikir tidak hanya secara linier tapi juga secara lateral. Dengan demikian belajar melalui hafalan (rote learning) yang banyak mendasari cara belajar anak-anak dapat dihindari. Untuk mencapai keterampilan berpikir harus menjadi bagian yang integral dari setiap kegiatan belajar. Di beberapa negara, seperti Singapura, Thinking Program telah diimplementasikan mulai dari sekolah dasar, seperti yang dikatakan Menteri Pendidikan Singapura We need ‘thingking schools’ and a ‘learning

nation’ (Tesoro, 1997). Berbagai metode mengajar yang melatih anak berpikir secara

kritis, kreatif dan sistematis perlu dipakai oleh guru dalam kegiatan belajar di kelas. Metode-metode ini dapat dipakai secara bersamaan dan terintegrasi dengan materi yang disampaikan, misalnya metode penemuan, inkuiri, pemecahan masalah, dan tanya jawab. Dalam hal ini guru yang menjadi ujung tombak dalam proses pembelajaran harus dilatih untuk menggunakan metode-metode tersebut.

(24)

mampu menilai kinerjanya sendiri sebagai guru, (3) mampu bekerja mandiri dan bekerjasama dengan orang lain, (4) mampu mencari sumber-sumber baru dalam bidang studinya, (5) memiliki komitmen terhadap profesi dan tugas profesional, (6) mampu meningkatkan diri dalam kinerja profesi, (7) mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan guru-guru yang lain, dan (8) memamtuhi peraturan perundangan yang berlaku.

Kompetensi profesional (penguasaan akademik), jika dideskripsikan ke dalam sub kompetensi yang lebih kecil, terdiri dari (1) menguasai substansi keilmuan bidang studi, (2) mengkaitkan substansi keilmuan bidang studi pendidikan dengan materi kurikulum di sekolah secara kontekstual, (3) menguasai kerangka dasar, struktur, dan materi kurikulum di sekolah. Penguasaan profesional ini menjadi bagian yang tak terpisahkan karena pada dasarnya seorang guru adalah sebagai pengajar. Artinya guru mengajarkan ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Untuk mengajarkan ilmu pengetahuan diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap substansi bidang studi yang ditekuni.

Kompetensi sosial, terdiri dari (1) mampu berkomunikasi dengan baik dan benar dengan lingkungan, sejawat dan atasan, (2) mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan di lingkungan sekitar, (3) mampu berperilaku yang baik di tengah masyarakat dengan memperhatikan budaya, tradisi, kebiasaan, adat istiadat yang dijunjung tinggi masyarakat setempat, (4) menampilkan sikap peduli, saling memahami, menghargai, dan menolong di antara sesama manusia dan warga bangsa, (5) menunjukan sikap toleransi di tengah masyarakt Indonesia yang majemuk/plural.

C.

Pola Pelatihan dan Pendampingan Guru

Pelatihan guru dilakukan lebih banyak menggunakan berbagai metode yaitu simulasi, praktik, dan analisis. Saat pelatihan guru juga diberikan buku pegangan untuk mengajar di kelas. Pelatihan guru telah dilakukan tidak hanya mengedepankan teoritik saja akan tetapi sampai dengan praktiknya. Khusus di Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar telah dikembangkan berbagai Panduan Teknis Implementasi kurikulum 2013.

(25)

D.

Penyediaan Buku Siswa dan Buku Guru

Pada prinsipnya pemerintah tidak akan membebani guru, orang tua, dan siswa, karena itu buku pegangan guru maupun buku siswa akan disediakan oleh pemerintah. Buku pegangan guru berisi tentang berbagai panduan pelaksanaan pembelajaran di kelas yang disesuikan dengan buku pegangan siswa.

E.

Penyediaan Buku Panduan Implementasi Kurikulum 2013

Buku panduan implementasikan kurikulum 2013 yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, berupa panduan teknis yang meliputi:

1. Panduan Teknis Pengembangan Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. 2. Panduan Teknis Memahami Buku Guru dan Buku Siswa di Sekolah Dasar. 3. Panduan Teknis Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). 4. Panduan Teknis Pembelajaran dan Penilaian di Sekolah Dasar.

5. Panduan Teknis Penilaian dan Pengisian Raport di Sekolah Dasar.

6. Panduan Teknis Pembelajaran Remedial dan Pengayaan di Sekolah Dasar. 7. Panduan Praktis Orang dalam Mendampingi Peserta Didik.

8. Panduan Teknis Pengembangan Muatan Lokal di Sekolah Dasar. 9. Panduan Teknis Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah Dasar.

10. Panduan Teknis Transisi KTSP 2006 ke Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar. 11. Buku Saku Kurikulum 2013.

F.

Bentuk Transisi Implementasi Kurikulum 2013

Pelaksanaan Kurikulum 2013 yang dilaksanakan secara bertahap menuntut berbagai penyesuaian, baik dari dimensi pengelolaan maupun pembelajaran dan penilaian. Untuk memberikan gambaran, pada tabel berikut disajikan matrik Implementasi kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Tabel 3.1. Tahapan Implementasi Kurikulum 2013 SD

KELAS TAHUN

2013 2014 2015

Kelas I

Kelas II -

Kelas III - -

Kelas IV

Kelas V -

Kelas VI - -

(26)

II, IV, dan V. Pada tahun pelajaran 2014/2015, siswa kelas II dan V yang sebelumnya menggunakan kurikulum lama, akan melakukan penyesuaian dengan kurikulum 2013. Oleh karena itu, diperlukan rambu-rambu bagi guru dan pemangku kepentingan, untuk dapat melakukan transisi pembelajaran sesuai dengan tuntutan pada Kurikulum 2013.

Transisi kurikulum lama ke kurikulum 2013, mencakup berbagai aspek baik dalam pengelolaan, kegiatan pembelajaran maupun penilaian. pada matrik berikut, disajikan bentuk transisi yang dilakukan.

Tabel 3.2. Matriks Bentuk Transisi KTSP 2006 ke Kurikulum 2013

Komponen Transisi Kelas

I II III IV V VI A. Pengelolaan

1. Pengembangan Muatan Lokal

2. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

3. Pendampingan peserta didik oleh orang tua

4. Jadwal Pembelajaran

B. Pembelajaran

1. Penggunaan Buku Guru dan Buku Siswa

2. Pendekatan Tematik Terpadu

3. Pembelajaran Saintifik

4. Pembelajaran Discovery/Inquiry

5. Pembelajaran Berbasis Proyek

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

C. Penilaian

1. Penilaian otentik

2. Pembelajaran remedial dan pengayaan

(27)

Keterangan :

: Digunakan sesuai Kurikulum 2013

: Digunakan dengan penyesuaian

: Digunakan sesuai KTSP 2006

Warna merah pada matriks di atas menunjukkan bahwa komponen pelaksanaan kurikulum, secara khusus menggunakan Kurikulum 2006, dan sulit jika dilakukan penyesuaian dengan kurikulum 2013. Warna kuning menunjukkan komponen pelaksanaan Kurikulum 2006, tetapi dapat dilakukan berbagai penyesuaian dengan Kurikulum 2013. Sementara itu, warna hijau menunjukkan komponen pelaksanaan Kurikulum 2013 pada semua jenjang kelas sekolah dasar.

Khusus bagi siswa kelas IV, yang memiliki pengalaman belajar sejak kelas I sampai III dengan Kurikulum 2006, perlu mendapat perhatian khusus, terutama dalam aktivitas belajarnya. Hal ini mengingat, penggunaan pembelajaran tematik terpadu, pembelajaran berbasis aktivitas, penilaian otentik, pembelajaran remedial dan pengayaan, serta aktivitas anak bersama orang tua, yang merupakan karakteristik pembelajaran pada Kurikulum 2013, dikhawatirkan tidak didukung oleh pemahaman dan kesiapan mental pada siswa, serta orang tua siswa. Oleh karenanya, guru dapat memperkenakan aktivitas pembelajaran tersebut secara bertahap kepada peserta didik serta orang tua peserta didik, baik dalam kegiatan pembelajaran bersama siswa maupun melalui berbagai pertemuan dengan orang tua siswa.

G.

Pengelolaan Pembelajaran

Pengelolaan pembelajaran merupakan salah satu komponen transisi yang penting untuk dipahami dan dilakukan. Dalam hal ini, kepala sekolah, guru, orang tua, serta pihak lain yang terlibat, setidaknya harus memiliki pemahaman akan pentingnya perubahan, sebagai bagian dari transisi kurikulum lama ke Kurikulum 2013. Beberapa jenis transisi yang harus dilakukan, antara lain:

1. Pengembangan Muatan Lokal

(28)

dan VI sama dengan struktur kurikulum KTSP 2006, yaitu terintegrasi secara tematik di kelas III dan 2 jam pelajaran di kelas VI. Jenis muatan lokal yang diambil, baik di kelas I, II, III, IV, V, dan VI, sesuai dengan karakteristik sekolah dan daerah. Pengembangan muatan lokal dalam kurikulum 2013, secara lengkap disajikan pada Buku Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar. 2. Pelaksanaan Kegiatan Ekstrakurikuler

Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler, baik di Kelas I, II, IV, dan V maupun di kelas III dan VI dapat dilaksanakan dengan jenis dan pola yang sama. Artinya, kegiatan ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan, dapat dijadikan ekstrakurikuler wajib untuk semua peserta didik sesuai dengan tuntutan Kurikulum 2013. Panduan Pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler secara lengkap disajikan pada Buku Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

3. Pendampingan peserta didik oleh orang tua

Kerjasama atau interakasi orang tua dalam mendampingi aktivitas belajar peserta didik, sesungguhnya dapat dilakukan untuk semua jenjang peserta didik. Berbeda dengan siswa kelas I, II, IV, dan V, dimana kerjasama orang tua telah dirancang secara khusus dalam buku siswa, maka untuk siswa kelas III dan VI, kerjasama orang tua dapat dirancang oleh guru kelas atau sekolah. Kerjasama orang tua dalam mendampingi aktivitas pembelajaran peserta didik di rumah, harus sesuai dengan prinsip-prinsip pendidikan sesuai yang tertuang dalam panduan teknis pendampingan orang tua terhadap peserta didik yang telah dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

4. Jadwal Pembelajaran

Penyusunan jadwal pembelajaran bagi siswa kelas I, II, IV, dan V disusun dengan pendekatan tematik terpadu. Sementara itu, untuk kelas III disusun dengan pendekatan tematik, dan kelas VI disusun dengan pendekatan mata pelajaran.

H. Pelaksanaan Pembelajaran

(29)

menuju konteks dunia nyata, dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan, dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru, dari alat tunggal menuju alat multimedia, dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif, dapat diterapkan pada seluruh kelas di SD. Khusus guru yang bertugas di kelas I, II, IV, dan V, harus menggunakan pendekatan pembelajaran yang dituntut pada Kurikulum 2013. Sementara itu, guru yang bertugas bertugas di kelas III dan VI pada prinsipnya dapat juga menerapkan pendekatan pembelajaran sejenis, sekalipun kelengkapan buku guru dan siswa belum seperti yang dimiliki kelas I, II, IV, dan V.

Beberapa transisi pelaksanaan pembelajaran yang perlu diperhatikan adalah: 1. Penggunaan buku guru dan siswa

Bagi guru yang bertugas di kelas I, II, IV, dan V pelaksanaan pembelajaran harus mengacu pada buku guru dan buku siswa yang disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Guru berperan untuk memperkaya materi dan kegiatan yang ada dalam buku guru dan siswa, dengan berbagai aktivitas pembelajaran yang mampu meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Sementara itu, bagi guru kelas III dan VI dapat menggunakan buku yang sesuai dengan SKL, SK, dan KD yang tertuang dalam Kurikulum 2006. Dalam pengembangannya, guru kelas III dan VI dapat mengembangkan pembelajaran berbasis aktivitas, seperti yang tertuang dalam buku kelas I, II, IV, dan V. Harapannya, bagi siswa kelas III dan kelas VI pada kelas atau jenjang berikutnya sudah lebih terbiasa dengan pembelajaran yang berbasis aktivitas.

2. Pendekatan Tematik Terpadu

Pendekatan tematik terpadu, secara spesifik dilakukan di kelas I, II, IV, dan VI, sedangkan kelas III masih menggunakan pendekatan tematik, dan kelas VI menggunakan pendekatan mata pelajaran. Dalam pelaksanaannya, keterpaduan pembelajaran yang dilaksanakan di kelas I, II, IV, dan VI, pada prinsipnya dapat diadopsi dalam pembelajaran di kelas III dan VI sesuai dengan tuntutan kompetensi yang dipersyaratkan.

3. Pembelajaran Saintifik

(30)

semua kelas sekolah dasar. Artinya, sekalipun di kelas III dan VI belum menerapkan Kurikulum 2013, dalam aktivitas pembelajarannya dapat menggunakan pembelajaran saintifik. Model Pembelajaran Saintifik secara lengkap disajikan pada Buku Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar

4. Pembelajaran Discovery/Inquiry

Seperti halnya, pembelajaran saintifik, pembelajaran berbasis penemuan atau discovery juga dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran di semua kelas

sekolah dasar. Berbeda dengan guru di kelas I, II, IV, dan V yang telah distimulasi melalui buku guru dan siswa, guru yang bertugas di kelas III dan VI perlu merancang sendiri aktivitas pembelajarannya, sesuai dengan materi yang terdapat pada standar isi kurikulum 2006. Model Pembelajaran Discovery/Inquiry secara lengkap disajikan pada Buku Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

5. Pembelajaran Berbasis Proyek

Pembelajaran berbasis proyek, prinsipnya dapat digunakan oleh semua jenjang kelas sekolah dasar, baik yang sudah mengimplementasikan kurikulum 2013 maupun yang belum. Guru yang bertugas di kelas III dan VI, dapat merancang pembelajaran berbasis proyek berdasarkan materi yang ada dalam Kurikulum 2006. Model Pembelajaran Berbasis Proyek, secara lengkap disajikan pada Buku Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(31)

C.

Penilaian dan Tindak Lanjut

1.

Penilaian Otentik di Sekolah Dasar

Komponen penilaian merupakan salah satu elemen perubahan yang

sangat mendasar pada Kurikulum 2013, terutama di Sekolah Dasar. Dalam

hal ini, kegiatan penilaian menggunakan

authentic assesment (penilaian

otentik). Dengan penilaian seperti ini, seluruh aktivitas siswa dapat

direkam dengan baik, untuk dianalisis dan disimpulkan. Penilaian otentik

ini harus digunakan oleh semua guru baik yang bertugas di kelas I, II, IV,

dan V maupun di kelas III dan VI. Panduan teknis pelaksanaan penilaian

di SD disajikan dalam Buku Panduan Teknis yang dikembangkan

Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

2.

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan

Kegiatan

pembelajaran

remedial

dan

pengayaan

sesungguhnya

marupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kegiatan penialaian itu

sendiri. Oleh karena itu, pelaksanaan pembelajaran remedial dan

pengayaan dapat dilaksanakan di semua kelas di Sekolah Dasar. Teknis

pelaksanaan pembelajaran Remedial, secara lengkap disajikan pada Buku

Panduan Teknis yang dikembangkan Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar.

3.

Buku Laporan Hasil Pencapaian Kompetensi Peserta Didik

(32)

dan akan mendapatkan buku laporan hasil pencapaian kompetensi peserta

didik sesuai Kurikulum 2013 pada kelas IV dan V.

Contoh : Program Transisi Kurikulum Lama ke Kurikulum 2013

4.

Tabel 4.3. Program Transisi Kurikulum Lama ke Kurikulum 2013

No

Kelas

Program

1

I

Pada awal tahun pelajaran diberikan materi tambahan

melalui kegiatan masa orientasi sekolah (MOS),

ekstrakurikuler terkait dengan karakteristik Kurikulum

2013

2

II

Pada awal tahun pelajaran diberikan materi tambahan

melalui kegiatan masa orientasi sekolah (MOS),

ekstrakurikuler terkait dengan karakteristik Kurikulum

2013

3

III

Guru harus menyesuaikan KTSP dengan karakeristik

Kurikulum 2013, baik materi maupun metodenya.

Misalnya : diskusi/kerja kelompok, Project Based

Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning

5.

Siswa mulai dilatih belajar di luar kelas,

pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasikan, mengkomunikasikan)

4

IV

Pada awal tahun pelajaran diberikan materi tambahan

melalui kegiatan masa orientasi sekolah (MOS),

ekstrakurikuler terkait dengan karakteristik Kurikulum

2013

5

V

Pada awal tahun pelajaran diberikan materi tambahan

melalui kegiatan masa orientasi sekolah (MOS),

ekstrakurikuler terkait dengan karakteristik Kurikulum

2013

(33)

Learning, Problem Based Learning, Discovery Learning

Siswa mulai dilatih belajar di luar kelas, pendekatan

saintifik (mengamati, menanya, mencoba,

mengasosiasikan, mengkomunikasikan)

Contoh : Materi Transisi Kurikulum Lama ke Kurikulum 2013 (kelas

IV)

Tabel 4.4. Materi Transisi Kurikulum Lama ke Kurikulum 2013

(34)
(35)

Interaksi manusia

dengan lingkungan

social, sekolah,

dan alam

Pengalaman

bekerjasama

dengan teman

Tempat wisata di

daerah

Kelembagaan

budaya dan

peranannya

Gizi seimbang

(36)
(37)

BAB IV

PENUTUP

Buku Panduan Teknis Transisi dari Kurikulum Lama ke Kurikulum 2013 ini merupakan bahan rujukan bagi Kepala Sekolah, Guru, dan pihak-pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, agar memiliki pemahaman yang sejalan dengan kebijakan implementasi Kuriklum 2013. Melalui buku panduan teknis ini, sekalipun Kurikulum 2013 diimplementasikan secara bertahap dan terbatas, pemangku kepentingan dan tentu saja peserta didik, tidak akan mengalami kendala berarti dalam penerapannya. Program kegiatan transisi implementasi kurikulum 2013 sekolah dasar ini, diharapkan dapat mengurangi kesenjangan bagi guru dan siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran yang mengacu pada kurikulum 2013 sekolah dasar.

Sekalipun Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, terlah berupaya optimal untuk memfasilitasi implementasi Kurikulum 2013, akan tetapi semuanya akan berpulang pada kesungguhan, sikap, dan keterampilan kepala sekolah, guru, pengawas sekolah, serta Dinas Pendidikan terkait dalam mengimplementasikannya. Dalam hal ini, perubahan mindset kepala sekolah, guru, pengawas sekolah, orang tua, serta pihak terkait, terkait

(38)
(39)

DAFTAR PUSTAKA

Atsnan, M.F., Gazali, R. Y. 2013. Penerapan Pendekatan Scientific Dalam Pembelajaran Matematika SMP Kelas VII Materi Bilangan (Pecahan).Makalah dipresentasikan

dalam Seminar Nasional Matematika dan Pendidikan Matematika dengan tema ”

Penguatan Peran Matematika dan Pendidikan Matematika untuk Indonesia yang Lebih Baik" pada tanggal 9 November 2013 di Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY.

Kemdikbud. 2013. Pendekatan Scientific (Ilmiah) dalam Pembelajaran. Jakarta: Pusbangprodik.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 01 Tahun 2012 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tentang Standar Kompetensi Lulusan.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 tentang Standar Proses.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 tentang Standar Penilaian.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 67 Kurikulum Sekoah Dasar.

Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013.

Tesoro, J.M., dan Oorjitham, S. 1997. The Mind Game. Asiaweek, July 25, 1997.

(40)
(41)
(42)
(43)
(44)

Gambar

Tabel 2.1. Perbedaan Esensial KTSP dengan Kurikulum 2013
Tabel 2.2. Perubahan untuk Semua Mata Pelajaran
Tabel 3.1. Tahapan Implementasi Kurikulum 2013 SD
Tabel 3.2. Matriks Bentuk Transisi KTSP 2006 ke Kurikulum 2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut Harahap (2004:10) dalam Supadmi (2010:14) “bahwa self assessment membawa misi dan konsekuensi perubahan sikap (kesadaran) warga masyarakat untuk membayar pajak

Pagu Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) tahun 2019 di Provinsi Riau mencapai Rp26,97 triliun, lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya Rp21,65 triliun. Jumlah ini berada di

Perancangan rencana kerja tidak terlepas dari blok diagram yang merupakan suatu pernyataan gambar yang ringkas, dari gabungan sebab dan akibat antara masukkan dan keluaran

Sehubungan dengan telah dilaksanakannya tahapan evaluasi administrasi sampai kualifikasi yang dilakukan oleh pokja konstruksi I

• Pendekatan untuk melaksanakan program anti korupsi dibedakan menjadi 2 (dua) yakni (Haarhuis : 2005), pendekatan dari bawah. (bottom-up) dan pendekatan dari

PANITIA PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH DINAS BINA MARGA KOTA MEDAN.. TAHUN

Setelah dilakukan perbaikan dengan metode dynamic programming maka dapat diperoleh menjadi 7 rute mempunyai jarak tempuh dapat diperoleh 334,66km dengan biaya operasional Rp

Pengaruh Pendekatan Bermain Terhadap Motivasi Siswa Dalam Aktivitas Pembelajaran Renang Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..