• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Keefektifan Model Inquiry Learning dengan Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA Materi Perubahan Lingkungan Kelas IV Gugus Kartika Bawen Kabupaten Semarang Sem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Perbedaan Keefektifan Model Inquiry Learning dengan Discovery Learning dalam Pembelajaran IPA Materi Perubahan Lingkungan Kelas IV Gugus Kartika Bawen Kabupaten Semarang Sem"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional (Sisdiknas) telah dinyatakan bahwa pembelajaran

adalah proses interaksi peserta didik dan sumber belajar pada suatu

lingkungan belajar. Dengan demikian dapat diartikan bahwa dalam

pembelajaran terdapat interaksi yang bermanfaat bagi peserta didik. Belajar

adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai

akibat pengalaman (Gagne 1984).

Dalam KTSP, salah satu program pengajarannya adalah mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Fungsinya adalah untuk

mengembangkan ketrampilan siswa dalam memecahkan masalah, berpikir

ilmiah, membuat keputusan, dan meningkatkan kesadaran siswa untuk

menghargai alam semesta.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu

tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau

prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk

mempelajari diri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut

untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya

menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan

kompetensi agar menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah.

Di tingkat SD/MI diharapkan pembelajaran IPA ada penekanan

pembelajaran salingtemas (sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat)

yang diarahkan pada pengalaman belajar untuk merancang dan membuat

suatu karya melalui penerapan konsep IPA dan konpetensi bekerja ilmiah

(2)

dan bukan hanya berfokus pada pembelajaran yang beracuan pada buku

paket semata.

Guru dalam dunia pendidikan memiliki peran yang sangat penting

dalam mensukseskan program pembelajaran yang dilaksanakan. Peran guru

di dalam pembelajaran antara lain: a) Guru yang menentukan dan membuat

perencanaan pembelajaran secara seksama dalam meningkatkan kesempatan

belajar bagi siswa, b) Melakukan strategi pembelajaran yang kreatif dan

inovatif sehingga siswa senantiasa antusias dalam proses pembelajaran, c)

Mengoptimalkan sarana prasarana yang ada di lingkungan, dan d)

Mengelola proses belajar mengajar yang menciptakan interaksi aktif antara

guru dengan siswa, dan siswa dengan siswa, sehingga diharapkan dapat

mengoptimalkan pencapaian tujuan pendidikan atau pembelajaran. Usman

(1990) menyatakan bahwa proses belajar dan mengajar adalah suatu proses

yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar

hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk

mencapai tujuan tertentu.

Di dalam pencapaian pembelajaran guru dituntut untuk dapat

mengembangkan potensi peserta didik dengan memperhatikan materi apa

yang terkandung pada mata pelajaran yang akan diajarkannya dan model

apa yang akan digunakan dalam pembelajaran. Berbagai strategi

pembelajaran, baik itu pendekatan, metode, model, media, dan sumber

belajar dalam pembelajaran perlu dirancang untuk menghasilkan

pembelajaran yang lebih bermakna. Oleh karena itu seorang guru dituntut

untuk menciptakan strategi pembelajaran yang kreatif dan inovatif bagi

siswanya.

Data yang diperoleh dari SDN Lemahireng 01 serta SDIT Permata

Bunda yang berada pada Gugus Kartika pada saat pra penelitian kegiatan

pembelajaran pada mata pelajaran IPA sebagian besar materi disampaikan

dengan menggunakan metode ceramah dan tanya jawab pada saat

pembelajaran berlangsung, sehingga siswa kurang antusias dalam

(3)

yang diperoleh sebagian besar siswa belum mencapai KKM. Hal ini terlihat

di SDN Lemahireng 01 kelas IVA KKM mata pelajaran IPA ≥ 65 yaitu

sebanyak 12 siswa atau 40% yang baru memenuhi KKM sedangkan 18

siswa atau 60% belum mencapai KKM yang telah ditentukan dari jumlah

keseluruhan 30 siswa kelas IVA di SDN Lemahireng 01, dan kelas IVB

dengan KKM mata pelajaran IPA ≥ 65 yaitu sebanyak 10 siswa atau 33,33%

yang baru memenuhi KKM sedangkan 20 siswa atau 66,67% belum

mencapai KKM yang telah ditentukan dari jumlah keseluruhan 30 siswa

kelas IVB di SDN Lemahireng 01. Sedangkan di SDIT Permata Bunda

kelas IVA dengan KKM mata pelajaran IPA ≥ 65 yaitu sebanyak 10 siswa

atau 35,71% yang sudah memenuhi KKM, sedangkan 18 siswa atau 64,29%

belum mencapai KKM yang sudah di tentukan dari jumlah keseluruhan 28

siswa kelas IVA di SDIT Permata Bunda dan kelas IVB dengan KKM mata

pelajaran IPA ≥ 65 yaitu sebanyak 11 siswa atau 39,28% yang baru

memenuhi KKM sedangkan 17 siswa atau 60,71% belum mencapai KKM

yang telah ditentukan dari jumlah keseluruhan 28 siswa kelas IVB di SDIT

Permata Bunda.. Selain itu pada saat kegiatan pembelajaran, guru hanya

terfokus pada buku pegangan guru tanpa memperhatikan faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan belajar mengajar. Pada proses pembelajaran siswa

kurang mendapatkan pengalaman dari segi pengetahuan, sikap, ilmu

maupun ketrampilan, sehingga tumbuh kurang minatnya siswa dalam

kegiatan pembelajaran. Hal itu dikarenakan kurang kreatifitasnya variasi

model maupun model pembelajaran yang digunakan oleh guru, dalam artian

guru selalu monoton dalam melaksanakan pembelajaran sehari-hari.

Oleh karena itu perlu adanya suatu inovasi yang diharapkan dapat

meningkatkan hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan kelas IV

SDN inti Lemahireng 01 dan SDIT Permata Bunda Gugus Kartika

Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang semester II tahun ajaran

2014/2015. Dalam penelitian ini inovasi yang digunakan adalah Model

Pembelajaran Inquiry Learning. Model pembelajaran Inquiry Learning

(4)

secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban

dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Sehingga dengan

menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning ini diharapkan siswa

dapat dilatih untuk berpikir secara kritis dan analitis dalam menghadapi

suatu permasalah pada mata pelajaran IPA.

Selain model Inquiry Learning, peneliti juga menggunakan model

Discovery Learning sebagai model pembanding dalam penelitian ini.

Hamalik (2011: 131-132) menyatakan bahwa: model Discovery Learning

adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa dimana kelompok-kelompok

siswa dibawa kedalam satu persoalan atau mencari jawaban terhadap

pertanyaan-pertanyaan didalam suatu prosedur dan struktur kelompok yang

dijelaskan secara jelas.

Sebagai strategi belajar, Discovery Learning mempunyai prinsip yang

sama dengan Inquiry Learning dan problem solving. Tidak ada perbedaan

yang prinsipil pada ketiga istilah ini, pada Discovery Learning lebih

menekankan pada ditemukannya konsep atau prinsip sebelumnya tidak

diketahui. Perbedaannya dengan model Inquiry Learning adalah pada model

Discovery Learning masalah yang diperhadapkan kepada siswa semacam

masalah yang direkayasa guru.

Dalam mengaplikasikan model Discovery Learning guru berperan

sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk

belajar secara aktif, sebagai mana pendapat guru harus dapat membimbing

dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan.

Biasanya siswa sangat menyenangi kegiatan pembelajaran dengan

metode yang berbeda, maka dengan model Discovery Learning dan Inquiry

Learning siswa merasa antusias dan sangat aktif dalam mengikuti

pembelajaran yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti perbedaan

keefektifan model Inquiry Learning dengan model Discovery Learning

dalam pembelajaran IPA materi Perubahan Lingkungan pada siswa kelas IV

(5)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan fakta-fakta di lapangan dapat disimpulkan

masalah-masalah sebagai berikut:

1. Pada kegiatan belajar mengajar guru hanya terfokus pada buku pegangan

guru tanpa memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi kegiatan

belajar mengajar.

2. Pada proses pembelajaran, siswa kurang mendapatkan pengalaman dari

segi pengetahuan, sikap, ilmu maupun ketrampilan yang maksimal dari

pembelajaran yang berlangsung.

3. Kurang kreativitasnya variasi model pembelajaran yang digunakan dalam

menyampaikan materi pembelajaran, sehingga tumbuh kurang minatnya

siswa dalam kegiatan pembelajaran.

4. Penilaian yang dilakukan guru juga tidak maksimal atau valid terutama

dalam penilaian sikap, biasanya guru hanya memantau dalam hal ingatan

saja dalam melakukan penilaian sikap.

5. Guru belum pernah melakukan pembelajaran menggunakan model Inquiry

Learning dan Discovery Learning.

6. Hasil belajar siswa tidak maksimal. Hanya 66,67% dari 30 siswa kelas

IVA SDN Lemahireng 01, 58,07% dari 31 siswa kelas IVB SDN

Lemahireng 01, 68,96% dari 29 siswa kelas IVA SDIT Permata Bunda dan

75% dari 28 siswa kelas IVB SDIT Permata Bunda yang mencapai KKM yaitu ≥ 65.

1.3. Batasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan agar lebih efektif, efesien, dan

terarah. Adapun yang membatasi dalam penelitian ini peneliti hanya

meneliti perbedaan keefektifan model pembelajaran Inquiry Learning

dengan Discovery Learning terhadap hasil belajar IPA materi Perubahan

(6)

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka disusun rumusan

masalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan keefektifan hasil belajar

IPA materi Perubahan Lingkungan dalam pembelajaran menggunakan

model Inquiry Learning dan Discovery Learning pada siswa kelas IV Gugus

Kartika Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Semester II tahun

2014/2015?

1.5. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada perbedaan

keefektifan hasil belajar IPA materi Perubahan Lingkungan dalam

pembelajaran menggunakan model Inquiry Learning dan Discovery

Learning pada siswa kelas IV Gugus Kartika Kecamatan Bawen Kabupaten

Semarang Semester II tahun 2014/2015.

1.6. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan di atas manfaat yang diharapkan dari penulisan ini

adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam

pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya yang berhubungan

langsung dengan pelajaran IPA di Sekolah Dasar dengan menggunakan

model pembelajaran Inquiry Learning dan Discovery Learning.

b. Manfaat Praktis

1. Bagi siswa

Meningkatkan hasil belajar siswa setelah menggunakan model

pembelajaran Inquiry Learning dan Discovery Learning

2. Bagi guru

Memberikan informasi untuk menyelenggarakan pembelajaran aktif

(7)

menggunakan model pembelajaran Inquiry Learning dan Discovery

Learning

3. Bagi sekolah

Menambah kepercayaan masyarakat karena adanya kreatifitas guru

yang dapat diterapkan dalam mata pelajaran IPA dan mata pelajaran

lainnya yang nantinya akan menunjang mutu pendidikan

4. Bagi peneliti

Wahana latihan pengembangan ilmu pengetahuan melalui kegiatan

Referensi

Dokumen terkait

Mengubah masyarakat secara revolusioner (perubahan secara cepat) harus berakhir dengan kemenangan kaum proletar. Sehingga pada gilirannya pemerintahan negara harus

”Analisis Pengaruh Earning Per Share, Price Earning Rasio, Return on Investment, Debt to Equity Rasio dan Net profit Margin dalam Menetapkan Harga Saham

selaku dosen wali yang selalu mengarahkan dan membantu selama proses studi dan juga selaku dosen pembimbing yang sangat berperan besar atas selesainya penulisan

Secara Umum, modul dan spesifikasi yang dibutuhkan oleh Rumah Sakit sudah tersedia dalam Aplikasi kami, dimana kami telah memiliki produk SIMRS Terintegrasi yang dirancang

Dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menguji apakah peristiwa pengumuman kenaikan dan penurunan harga BBM mempunyai informasi sehingga akanmempengaruhi reaksi

Seseorang tidak boleh berniat dengan kegiatannya menuntut ilmu, untuk memenuhi beberapa tujuan dunia, seperti kepemimpinan, memperoleh kedudukan dan kekayaan,

Kecamatan Puding Besar mempunyai visi yaitu “ Menjadikan Kecamatan Puding Besar sebagai pelayanan terdepan dalam pencapaian Bangka Bermartabat yang berbasis

Berdasarkan hasil analisis hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa model praktikum berbasis ketidakpastian yang sesuai untuk mahasiswa adalah model praktikum yang