• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Siswa Kelas IV SDN Jetak 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD) Siswa Kelas IV SDN Jetak 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang S"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

6

2.1.1 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Menurut Sapriya (2011:7) IPS merupakan salah satu mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran sejarah, geografi, dan ekonomi, serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Mata pelajaran ilmu sosial yang lainnya yaitu antropologi, sosiologi dan psikologi sosial. Hal ini sejalan dengan pendapat Wardani Naniek Sulistya (2012:4) bahwa IPS adalah ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep plihan dari cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, antropologi budaya, psikologi sosial, ilmu politik, yang diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan didaktik untuk dijadikan suatu program pengajaran pada tingkat sekolah.

Pembelajaran IPS di SD dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan masyarakat yang dinamis (Akbar dan Sriwiyana, 2010:78) Dalam hal ini perlu adanya rancangan pembelajaran IPS yang inovatif yang melatih siswa menganalisis berdasarkan kondisi untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi IPS yang diajarkan yang nantinya akan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Pembelajaran IPS bukan hanya bertujuan untuk memahami materi-materi IPS yang dipelajari namun lebih dari itu, pembelajaran IPS bertujuan supaya siswa mampu menerapkan pembelajaran IPS dalam kehidupan bermasyarakat. Seperti Gunawan (2013:52) mengemukakan tujuan pembelajaran IPS di SD, antara lain sebagai berikut:

1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosialnya yang berguna dalam kehidupan di masyarakat.

2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.

(2)

4. Membekali siswa sikap mental yang positif dan keterampilan dalam memanfaatkan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan.

5. Membekali siswa kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan IPS sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi.

Berdasarkan pengertian pembelajaran IPS yang dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa IPS adalah salah satu mata pelajaran integrasi dari mata pelajaran Sejarah, Geografi, dan Ekonomi serta mata pelajaran ilmu sosial lainnya. Pembelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan analisis siswa yang nantinya dapat diterapkan dalam kehidupan masyarakat kelak. 2.1.1.1 Kompetensi dan Ruang Lingkup Pembelajaran IPS

Kompetensi adalah kemampuan yang dimiliki peserta didik yang terdiri dari pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Setiap kompetensi yang dicapai peserta didik memiliki ruang lingkup materi yang sesuai dengan kompetensi yang dicapai. Ruang lingkup materi digunakan untuk mengetahui materi yang akan dipelajari untuk siswa khususnya siswa sekolah dasar (SD).

(3)

Tabel 2.1

Kompetensi dan Ruang Lingkup Materi IPS Tingkat Pendidikan Dasar

Tingkat Kompete nsi

Kompetensi Ruang Lingkup Materi

Tingkat

- Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan jati diri bangsa Indonesia. - Mengenal konsep ruang, waktu, dan aktifitas manusia dalam kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi.

- Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

- Wilayah geografis tempat tinggal bangsa Indonesia.

- Konektivitas dan interaksi sosial kehidupan bangsa di wilayah negara Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

-Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dalam waktu sejak masa praaksara hingga masa Islam.

Sistem sosial dan budaya

- Kehidupan manusia dan kelembagaan sosial, ekonomi, pendidikan, dan budaya masyarakat dan bangsa Indonesia.

Perilaku ekonomi dan kesejahteraan Indonesia yang bertanggung jawab.

- Kehidupan ekonomi masyarakat. - Menceritakan keberadaan

kelembagaan sosial, budaya, ekonomi dan politik dalam masyarakat.

- Menunjukkan perilaku sosial dan budaya yang mencerminkan jati diri dirinya sebagai warganegara Indonesia.

- Menjaga kelestarian lingkungan hidup secara bijaksana dan bertanggung jawab.

- Meneladani tindakan heroik pemimpin bangsa, dalam kehidupan sosial dan budaya bangsa Indonesia.

- Menceritakan hasil eksplorasi mengenai kehidupan bangsa Indonesia.

Manusia, tempat, dan lingkungan

-Konektivitas antar ruang dan penanggulangan permasalahan lingkungan hidup secara bijaksana dalam kehidupan bangsa Indonesia.

Waktu, keberlanjutan, dan perubahan

-Perkembangan kehidupan bangsa Indonesia dari masa penjajahan, masa pergerakan kemerdekaan sampai awal Reformasi dalam menegakkan dan membangun kehidupan berbangsa dan bernegara

Sistem sosial dan budaya.

-Norma, lembaga, dan politik dalam kehidupan sosial dan budaya bangsa Indonesia.

Perilaku ekonomi dan kesejahteraan.

-Kehidupan perekonomian masyarakat dan negaraIndonesia sebagai perwujudan rasa nasionalisme.

Sumber: Permendikbud Nomor 21 tahun 2016 tentang Standar Isi, halaman 150:152.

(4)

Dasar (KD). Menurut Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 pasal 2, KI merupakan tingkat kemampuan untuk mencapai standar kompetensi lulusan yang harus dimiliki seorang peserta didik pada setiap tingkat kelas. KI mencakup sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. KD merupakan kemampuan dan materi pembelajaran minimal yang harus dicapai peserta didik untuk suatu mata pelajaran pada masing-masing satuan pendidikan yang mengacu pada KI. Secara rinci KI dan KD mata pelajaran IPS kelas IV disajikan dalam tabel 2.2 berikut:

Tabel 2.2

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pembelajaran IPS Kelas IV

KOMPETENSI INTI 3

(PENGETAHUAN)

KOMPETENSI INTI 4

(KETERAMPILAN) 3. Memahami pengetahuan faktual

dengan cara mengamati dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.

4. Menyajikan pengetahuan faktual dalam bahasa yang jelas, sistematis dan logis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak mulia.

KOMPETENSI DASAR KOMPETENSI DASAR

3.1 Mengidentifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi.

4.1 Menyajikan hasil identifikasi karakteristik ruang dan pemanfaatan sumber daya alam untuk kesejahteraan masyarakat dari tingkat kota/kabupaten sampai tingkat provinsi.

3.2 Mengidentifikasi keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang.

4.2 Menyajikan hasil identifikasi mengenai keragaman sosial, ekonomi, budaya, etnis, dan agama di provinsi setempat sebagai identitas bangsa Indonesia; serta hubungannya dengan karakteristik ruang. 3.3 Mengidentifikasi kegiatan ekonomi

dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi.

4.3 Menyajikan hasil identifikasi kegiatan ekonomi dan hubungannya dengan berbagai bidang pekerjaan, serta kehidupan sosial dan budaya di lingkungan sekitar sampai provinsi

3.4 Mengidentifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat,serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini.

4.4 Menyajikan hasil identifikasi kerajaan Hindu dan/atau Buddha dan/atau Islam di lingkungan daerah setempat, serta pengaruhnya pada kehidupan masyarakat masa kini.

Sumber: Permendikbud Nomor 24 tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan

(5)

2.1.2 Pendekatan Inkuiri

Proses pembelajaran perlu dirancang untuk melatih siswa bukan hanya sekedar pada tahap mengetahui dan memahami saja tetapi perlu melatih siswa pada tahap analisis misalnya untuk menganalisis informasi sampai pada tahap evaluasi atau menilai sesuatu. Sehingga proses pembelajaran menekankan pada proses berpikir kritis. Bloom dalam Suprijono, (2013:6) mengemukakan tentang domain kognitif mencakup knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), application (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan), dan evaluation (menilai). Domain kognitif yang dikemukakan Bloom perlu ada dalam

kegiatan pembelajaran, hal ini dapat untuk melatih siswa untuk berpikir kritis. Untuk mendukung hal tersebut, pendekatan Inkuiri sebagai salah satu pendekatan yang dapat digunakan untuk melatih siswa dalam berpikir kritis.

Pendekatan Inkuiri menurut Hamruni (2012:88) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir secara kritis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan. Pendekatan ini melatih siswa untuk belajar mencari dan menemukan sendiri hal-hal atau masalah. Menurut Ngalimun (2014:33) pendekatan Inkuiri adalah pendekatan pembelajaran yang membutuhkan siswa menemukan sesuatu dan mengetahui bagaimana cara memecahkan masalah dalam suatu penelitian ilmiah. Dalam menemukan sesuatu perlu ada cara tertentu, salah satu caranya adalah melakukan observasi dalam penelitian yang dilakukan. Hal ini sejalan pendapatnya Putra (2013:87) bahwa pendekatan Inkuiri adalah proses untuk mendapatkan infomasi melalui observasi dalam penelitian atau eksperimen untuk memecahkan suatu masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis. Proses untuk mendapatkan informasi adalah untuk menemukan sesuatu. Dengan demikian maka dapat didefinisikan bahwa pendekatan Inkuiri adalah pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah melalui observasi dalam penelitian.

(6)

1. Orientasi (penjelasan)

Guru menyampaikan topik-topik dan tujuan pembelajaran yang dicapai siswa. Selain itu, menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan.

2. Merumuskan masalah

Siswa dengan bimbingan guru merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya. 3. Mengajukan hipotesis

Siswa membuat jawaban sementara yang akan diuji kebenarannya. 4. Mengumpulkan data

Siswa mencari informasi yang dibutuhkan untuk menguji jawaban sementara yang dibuat.

5. Menguji hipotesis

Siswa menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data yang diperoleh.

6. Merumuskan kesimpulan

Siswa membuat kesimpulan dari temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Keenam langkah-langkah pendekatan Inkuiri yang dikemukakan oleh Hamruni (2012:95), langkah pendekatan Inkuiri yang pertama , orientasi merupakan langkah awal selalu dan pasti untuk dilakukan guru sebagai awal dari pembelajaran yang akan dilakukan dan pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) langkah orientasi pada pendekatan Inkuiri termasuk kegiatan pendahuluan yang ada di langkah-langkah pembelajaran di RPP. Pendapat selanjutnya yaitu menurut Sardiman (2014:224), mengemukakan langkah-langkah pendekatan Inkuiri sebagai berikut:

1. Merumuskan masalah

Siswa merumuskan masalah dengan bimbingan guru 2. Mengamati, atau melakukan observasi

Siswa melakukan observasi berkaitan dengan materi yang dibahas untuk menemukan jawaban dari suatu masalah.

(7)

4. Mengkomunikasikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain.

Pendapat selanjutnya tentang langkah-langkah PI menurut Abdul Majid (2014:175) adalah:

1. Orientasi

Guru membina suasana pembelajaran yang responsif, mengkondisikan siswa supaya siap melaksanakan pembelajaran dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan suatu masalah.

2. Merumuskan masalah

Guru membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki . 3. Merumuskan hipotesis

Siswa merumuskan hipotesis/jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji.

4. Mengumpulkan informasi

Siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang dirumuskan.

5. Menguji hipotesis

Siswa menganalisis dan menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan informasi yang diperoleh.

6. Merumuskan kesimpulan

Siswa menyimpulkan hasil temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Berdasarkan langkah-langkah pendekatan inkuiri yang dikemukakan dapat disimpulkan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri terdiri dari:

1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran

2. Merumuskan masalah (siswa merumuskan masalah yang akan dicari jawabannya). 3. Mengajukan hipotesis (siswa membuat jawaban sementara dari permasalahan yang

(8)

4. Mengumpulkan informasi (siswa mengumpulkan informasi yang dibutuhkan melalui observasi untuk menemukan jawaban dari suatu masalah).

5. Menganalisis informasi (siswa menganalisis informasi yang diperoleh berdasarkan hasil observasi).

6. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan.

7. Penyajian hasil karya (siswa menyajikan hasil temuan di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain).

2.1.3 Model Pembelajaran Student Team Achievement Division (STAD)

Pembelajaran IPS di sekolah dapat didesain dengan pembelajaran langsung atau pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok menekankan pada pembelajaran kooperatif. Menurut Syahputra (2015:7), pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan siswa dibentuk kedalam kelompok belajar yang terdiri dari empat sampai lima anggota dengan tingkat kemampuan dan jenis kelamin yang berbeda untuk bekerjasama menyelesaikan tugas pembelajaran. contoh pembelajaran kooperatif antara lain, model pembelajaran student team achievement division (STAD), teams games tournament (TGT), think pair share (TPS), number head together (NHT), dan masih banyak tipe pembelajaran kooperatif lainnya. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPS adalah model pembelajaran STAD.

(9)

mengelompokkan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen, terdiri dari laki-laki dan perempuan, memiliki tingkat kemampuan tinggi, sedang, dan rendah untuk saling membantu satu sama lain dalam memahami bahan pelajaran melalui diskusi.

Beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat didefinisikan bahwa model pembelajaran STAD adalah pembelajaran dalam kelompok belajar yang heterogen yang melibatkan tanggung jawab dan kerjasama siswa untuk memahami materi pembelajaran melalui diskusi dan tanya jawab dengan anggota kelompoknya.

Pelaksanaan model pembelajaran STAD, ada beberapa langkah yang harus diikuti, seperti Suprijono (2013:133) telah menyusun langkah-langkah pelaksanaan model pembelajaran STAD sebagai berikut:

1. Siswa membentuk kelompok beranggota 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, suku)

2. Siswa mendengarkan penjelasan materi yang disampaikan guru.

3. Siswa mengerjakan tugas secara berkelompok. Anggota kelompok yang sudah mengerti tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Secara individu, siswa menjawab kuis yang diberikan guru. 5. Evaluasi

6. Kesimpulan.

Langkah-langkah model pembelajaran STAD yang dikemukakan Fathurrohman Muhammad (2015:74) adalah:

1. Siswa mendengarkan materi pembelajaran atau permasalahan yang disampaikan guru.

2. Siswa membentuk kelompok yang terdiri dari empat sampai lima siswa dengan kemampuan yang berbeda.

3. Siswa berdiskusi materi yang dipelajari. Dalam kegiatan diskusi ini, siswa saling membantu untuk memahami materi yang dipelajari bersama.

4. Siswa mengerjakan tes/kuis secara individual.

(10)

Mendasari langkah-langkah model pembelajaran STAD, keistimewaan terletak di membantu pemahaman antar siswa. Pendapat sama tentang langkah-langkah model pembelajaran STAD dikemukakan oleh Tukiran Taniredja,dkk (2011:64) adalah: 1. Siswa dibagi menjadi kelompok beranggota empat orang yang beragam

kemampuan, jenis kelamin, dan sukunya. 2. Siswa mendengarkan penjelasan guru.

3. Siswa dalam kelompok memastikan bahwa semua anggota kelompok menguasai pelajaran.

4. Siswa menjalani kuis individu. Nilai dari kuis siswa secara individu dijumlah untuk mendapatkan nilai kelompok.

5. Kelompok yang mencapai kriteria tertentu bisa mendapat sertifikat atau hadiah lainnya.

Berdasarkan langkah-langkah yang dikemukakan oleh para ahli, dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran STAD adalah sebagai berikut:

1. Membentuk kelompok @ 4 siswa.

2. Menyimak penjelasan materi yang disampaikan guru.

3. Belajar bersama untuk saling membantu menguasai pelajaran yang dipelajari. Jika ada siswa yang belum mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti tentang materi yang dipelajari dapat menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

4. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok. 5. Tes

6. Kesimpulan.

2.1.4 Penerapan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD

(11)

Sehingga proses belajar mengajar itu menjadi sederhana, menarik, dan tidak rumit. Hal tersebut seperti yang dikemukakan oleh Relmasira (2016) “These teachers bring an excitement into their classroom, providing motivation for the students and

challenge [challenging] the students to do something. This perspective was often

encapsulated in the term pump adrenaline. This involves making students want to

practise continuously and trying again and by adding variations in teaching. The

teaching and learning process is like beautiful music, it is simple and interesting, not complicated”. Variasi dalam pembelajaran yang dikemukakan Relmasira (2016) tersebut, salah satunya dapat dilakukan dengan menerapkan pendekatan dan model pembelajaran, dalam hal ini yaitu penerapan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD. Melalui langkah-langkah dalam pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD siswa tertantang untuk melakukan sesuatu dalam mencari dan menemukan sendiri informasi yang diperlukan serta belajar menyampaikan hasil karya yang dibuat.

Pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD adalah pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis untuk mencari dan menemukan sendiri pemecahan masalah melalui observasi kelompok dan memiliki tanggung jawab untuk saling bekerjasama dalam memahami materi yang dipelajari.

Berdasarkan definisi yang dikemukakan, langkah-langkah pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran STAD adalah:

1. Menyimak penjelasan tujuan pembelajaran. 2. Membentuk kelompok @ 4 siswa

3. Menyimak penjelasan materi. 4. Merumuskan masalah.

5. Belajar bersama untuk memecahkan permasalahan. Jika ada siswa yang belum mengerti, anggota kelompok yang sudah mengerti dapat menjelaskan pada anggota lain sampai semua anggota dalam kelompok itu mengerti.

6. Mengajukan hipotesis (membuat jawaban sementara dari permasalahan yang dikaji).

(12)

8. Menganalisis informasi yang diperoleh.

9. Menarik kesimpulan berdasarkan hasil temuan yang diperoleh di lapangan. 10. Menyajikan hasil karya di depan guru, teman sekelas, atau audien yang lain. 11. Menerima sertifikat atau hadiah berdasarkan perolehan nilai kelompok. 12. Tes.

2.1.5 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah perolehan skor yang dicapai oleh siswa ketika mengikuti maupun setelah mengikuti kegiatan belajar yang menunjukkan gambaran penguasaan sikap, pengetahuan, dan ketrampilan dari hasil instrument yang digunakan sebagai alat pengukur keberhasilan (Djamarah dan Zain, 2010:53). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik afektif, kognitif, maupun psikomotorik yang dicapai atau dikuasai peserta didik setelah mengikuti proses belajar mangajar (Kunandar, 2014:62). Hasil belajar harus diidentifikasikan melalui informasi pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes maupun non tes. Penguasaan materi yang dimaksud adalah derajat pencapaian kompetensi hasil belajar yang mendasarkan pada kompetensi dasar seperti yang dikehendaki dalam standar proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotor (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:54). Horward Kingsley dalam Sudjana (2011:22), membagi tiga macam hasil belajar, yakni (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita. Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

(13)

data yang bisa memberikan gambaran perkembangan belajar siswa (Kunandar 2014:35). Marie Baehr dan Steven dalam Warsono & Hariyanto (2013:265) menyatakan bahwa fungsi penilaian adalah memandu menuju kepada perbaikan pembelajaran baik penilai (yang memberikan umpan balik) dan siswa (yang dinilai). Menurut Hill dan Ruptic dalam Warsono & Hariyanto (2013) penilaian adalah suatu proses untuk mengumpulkan bukti-bukti dan mendokumentasikan pembelajaran dan pertumbuhan siswa. Penialaian dapat membantu para guru dalam merancang pengajaran untuk memenuhi kebutuhan siswa. Proses penilaian meliputi pengumpulan bukti-bukti tentang pencapaian belajar peserta didik. Bukti tersebut diperoleh dari hasil pengukuran dengan menggunakan tes, kuis, tugas kelompok, angket dan pengamatan (Wardani Naniek Sulistya dkk, 2012:49). Evaluasi merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria ini dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan dan bersifat mutlak seperti KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) atau batas keberhasilan yang disebut dengan Penilaian Acuan Patokan atau Penilaian Acuan Kriteria (PAP/PAK) dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan bersifat relatif yang disebut dengan Penilaian Acuan Norma atau Penilaian Acuan Relatif (PAN/PAR).

Banyak teknik yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi keberhasilan proses pembelajaran maupun hasil belajar siswa. Teknik Penilaian dibedakan menjadi 2 yaitu tes dan non-tes (Wardani Naniek Sulistya, 2012:144). 1. Teknik tes

Tes adalah prosedur pengukuran yang sengaja dirancang secara sistematis untuk mengukur indikator atau kompetensi tertentu. Berdasarkan cara mengerjakannya, tes dapat dibedakan menjadi 3, yaitu:

a. Tes tertulis

Tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis.

(14)

Tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor.

c. Tes perbuatan

Tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya.

2. Teknik non-tes

Teknik non-tes berisi pertanyaan-pertanyaan yang tidak memliki jawaban benar atau salah. Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor. Ada beberapa macam teknik non tes yaitu:

a. Observasi

Observasi terkait dengan kegiatan evaluasi proses dan hasil belajar yang dapat dilakukan secara formal yaitu observasi dengan menggunakan instrumen yang telah dirancang untuk mengamati unjuk kerja dan kemajuan belajar siswa, maupun observasi informal yang dapat dilakukan oleh pendidik tanpa menggunakan instrumen.

b. Wawancara

Wawancara adalah cara untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan secara mendalam yang didapat secara lisan dan spontan, tentang wawasan, pandangan atau aspek kepribadian siswa.

c. Angket

Suatu teknik yang dipergunakan untuk memperoleh informasi yang berupa data deskriptif. Teknik ini biasanya berupa angket sikap.

(15)

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Cahyo (2013) tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri Dengan Metode Mind Mapping Dan Model Think Pair Share Siswa Kelas V SD. Temuan yang diperoleh

dari penelitian yaitu penggunaan pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya mata pelajaran IPS. Dalam penelitian yang dilakukan dikatakan bahwa hasil belajar siswa pada siklus I, skor tertinggi adalah 95,45 dan skor terendah 78,8, dari 27 siswa, yang tuntas KKM 90 sebanyak 19 siswa (70%). Hasil belajar siswa pada siklus II, skor tertinggi adalah 96,80 dan skor terendah 85,50, siswa yang tuntas KKM 90 sebanyak 24 siswa (89%). Hasil belajar siswa pada siklus III, skor tertinggi adalah 97,90 dan skor terendah 90,60, dari 27 siswa semuanya tuntas KKM 90. Hasil belajar siswa terus mengalami peningkatan dari siklus I, II, dan III.

Hasil penelitian oleh Rekta (2013) tentang Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPS Siswa Melalui Model Pembelajaran Think Pair Share Menggunakan Pendekatan Inkuiri Kelas 5 SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian yaitu pendekatan Inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS. Pada siklus I skor tentinggi yang dicapai siswa adalah 93 dan skor terendah siswa adalah 79 dari 28 siswa, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 12 siswa (43%). Pada siklus II, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 95, dan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 81, siswa yang mencapai KKM 90 sebanyak 26 siswa (93%). Pada siklus III, skor tertinggi yang diperoleh siswa adalah 96, dan skor terendah yang diperoleh siswa adalah 93, dari 28 siswa, semuanya tuntas KKM 90.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sugiati (2012) tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Siswa Kelas IV SD. Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe STAD mampu meningkatkan hasil belajar siswa. Siklus I, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 16 siswa (67%), pada siklus II mengalami peningkatan, dari 24 siswa yang tuntas KKM 70 sebanyak 22 siswa (92%).

(16)

Temuan yang diperoleh dari penelitian ini adalah penerapan pendekatan Inkuiri dapat membuat hasil belajar siswa meningkat. Pada siklus I skor tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 96,5 dan skor terendah yang diperoleh sebesar 81,5. Pada siklus II skor tertinggi yang diperoleh siswa sebesar 96 dan skor terendah yang diperoleh siswa sebesar 88. Dari 30 siswa, siswa yang tuntas KKM 90 sebanyak 20 siswa (90%).

2.3 Kerangka Pikir

Pembelajaran IPS yang dilakukan di SDN Jetak 03, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang belum dilakukan dengan maksimal. Pembelajaran dikatakan belum maksimal karena ketika proses pembelajaran, guru lebih aktif daripada siswa. Dalam pembelajaran khususnya mata pelajaran IPS, guru menggunakan pendekatan tradisional. Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan tradisional ini dapat membuat siswa bosan dan berdampak pada hasil belajar siswa. Jika siswa kurang aktif menemukan sendiri dalam proses pembelajaran maka siswa akan lebih sulit untuk memahami suatu materi. Kurangnya pemahaman siswa dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, sehingga hasil belajar siswa kurang dari KKM yang ditentukan yaitu sebesar 75. Perlu adanya upaya perbaikan untuk meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS.

Upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar adalah dengan menggunakan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran student team achievement

division (STAD). Melalui langkah-langkah pendekatan Inkuiri dan model

pembelajaran STAD siswa lebih aktif menemukan sendiri dan saling bekerjasama dalam memahami suatu materi. Siswa akan lebih mudah paham jika siswa sendiri yang menemukan dan belajar dengan teman sebayanya. Melalui pemahaman tersebut hasil belajar siswa akan meningkat.

(17)

Gambar 2.1

Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran

Student Team Achievement Division (STAD) Siswa Kelas IV

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : penerapan pendekatan Inkuiri dan model pembelajaran Student Team Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas IV SDN Jetak 03 Kecamatan Getasan Kabupaten Semarang semester I tahun pelajaran 2017/2018.

Hasil belajar meningkat 1. Membentuk kelompok @ 4

siswa

2. Menyimak penjelasan materi 3. Merumuskan masalah

4. Belajar bersama untuk memecahkan masalah

5. Mengajukan hipotesis 6. Mengumpulkan informasi 7. Menganalisis informasi 8. Menarik kesimpulan 9. Menyajikan hasil karya 10. Mengerjakan tes

Pendekatan Inkuiri dan Model STAD

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa melalui proses berpikir kritis

2. Siswa terlatih merumuskan permasalahan yang akan dibahas

3. Siswa dapat belajar bersama untuk saling membantu dalam memecahkan masalah 4. Terlatih untuk berpikir mencari kemungkinan

jawaban

5. Terlatih untuk mencari dan menganalisis informasi 6. Menemukan hal yang baru dalam proses

pembelajaran

7. Belajar menyimpulkan dari berbagai informasi yang didapat

8. Mampu berkomunikasi dengan jelas

Gambar

Tabel 2.1
Tabel 2.2 Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar
Gambar 2.1 Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Pendekatan Inkuiri dan Model Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Sikap merek adalah evaluasi konsumen secara menyeluruh terhadap merek dan memebentuk dasar yang digunakan konsumen dalam keputusan dan perilakunya. Jika dianalogikan dengan

Dari sejumlah definisi dapat disimpulkan GT adalah sebuah metodologi penelitian kualitatif yang menekankan penemuan teori dari data observasi empirik di

Dokumen ini adalah f ormulir Resmi VerVal NUPTK periode 2013, untuk inf o lebih lanjut kunjungi http://padamu.kemdikbud.go.id.. FORMULIR

kemajuan belajar siswa, penilaian kelas juga dapat digunakan untuk melihat seberapa jauh proses belajar mengajar telah berhasil. Apabila sebagian besar atau

Tingkat kesamaan komposisi serangga kanopi pohon apel di Poncokusumo dan Bumiaji yang dikoleksi dengan perangkap bejana warna kuning dan biru pada musim berbunga dan

 Proses production (produksi) multimedia diilustrasikan secara sekuensial dan benar mulai content creation sampai dengan build beta version..  Proses produksi

Pengeplotan ini adalah untuk memvisualisasikan hasil pengolahan data, yanag pertama yaitu nilai anomali TEC di setiap stasiun pengamatan, dan yang kedua adalah posisi

Diagram kontrol MEWMA digunakan untuk mendeteksi pergeseran rata-rata proses. Penerapan diagram kontrol ini dilakukan dengan pembobot 0<λ<1 dan H sebagai batas