• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat untuk analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sirup.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat untuk analisis parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sirup."

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

1

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI

MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP

Erfan Sriman Famarani Gulo, Abdul Rohman, Florentinus Dika Octa Riswanto

Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

INTISARI

Kebutuhan akan obat dengan zat aktif multikomponen semakin meningkat dalam kalangan masyarakat, sehingga membutuhkan peningkatan pengawasan mutu produk obat dalam menjamin keamanan dan khasiat yang dihasilkan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk penjaminan mutu produk obat, seperti metode spektrofotometri. Akan tetapi, metode spektrofotometri tidak dapat digunakan dalam analisis senyawa multikomponen, mengingat keterbatasan metode tersebut dalam mengatasi overlapping spektra senyawa. Oleh karena itu, diperlukan suatu modifikasi metode, yakni dengan mengkombinasikan kemometrika dan spektrofotometri, sehingga masalah overlapping tersebut dapat teratasi.

Metode spektrofotometri yang dikombinasikan dengan kemometrika kalibrasi multivariat partial least square (PLS) digunakan dalam analisis sediaan farmasi sampel sirup dengan komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat. Evaluasi metode didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2), root mean square error of calibration (RMSEC), dan root mean square error of calibration validation (RMSECV).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis sediaan farmasi sampel sirup dengan komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat menggunakan metode kombinasi spektrofotometri dan kemometrika belum berhasil dilakukan. Untuk model kalibrasi, diperoleh nilai R2 PCT 0,994, GG 0,999 dan CTM 0,999. Nilai RMSEC PCT 0,289, GG 0,099 dan CTM 0,078. Untuk model validasi, diperoleh nilai R2 PCT 0,999, GG 0,999 dan CTM 0,998. Nilai RMSECV PCT 0,116, GG 0,084 dan CTM 0,219.

(2)

ABSTRACT

The need of a drug with active ingredient multicomponent increasing in the community, thus requiring an increase in the quality control of medicinal products in ensuring the safety and efficacy of the resulting. Various methods have been developed for quality assurance of drug products, such as spectrophotometric method. However, the spectrophotometric method can not be used in the analysis of multicomponent compound, given the limitations of the method to resolve overlapping spectra of compounds. Therefore, we need a modification of the method, by combining chemometrics and spectrophotometry, so that the overlapping issue can be resolved.

Spectrophotometric method combined with chemometrics multivariate calibration partial least square (PLS) was used in the analysis of pharmaceutical syrup samples with the composition of paracetamol, guaifenesin and chlorpheniramine maleate. Evaluation methods are based on the coefficient of determination (R2), root mean square error of calibration (RMSEC), and root mean square error of calibration validation (RMSECV).

The results showed that the analysis of pharmaceutical syrup samples with the composition of paracetamol, guaifenesin and chlorpheniramine maleate using a combination of spectrophotometric and chemometrics method was unsuccessful. For the calibration models, the value of R2 PCT 0,994, GG 0,999 and CTM 0,999. Value RMSEC PCT 0,289, GG 0,099 and CTM 0,078. For the model of validation, the value of R2 PCT 0,999, GG 0,999 and CTM 0,998. Value RMSECV PCT 0,116, GG 0,084 and CTM 0,219.

(3)

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN

KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Erfan Sriman Famarani Gulo

NIM : 118114147

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

APLIKASI SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KALIBRASI MULTIVARIAT UNTUK ANALISIS PARASETAMOL, GUAIFENESIN DAN

KLORFENIRAMIN MALEAT DALAM SIRUP SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Erfan Sriman Famarani Gulo

NIM : 118114147

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)

ii

(6)
(7)
(8)
(9)

vi

HALAMAN PERSEMBAHAN

“If you can run away and return, if you can fall asleep and wake up, if you're

broken, you should be able to put yourself back together” –

Noragami.

“No matter what anyone says...what you're about to

do...is right!” – Yato”

“Y ay a a y a

. B ’

- Lailah

Gifty Akita, Pearls of Wisdom : Great Mind.

Karya kecil yang kupersembahkan kepada :

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Ayah dan Bunda yang tercinta, Fangato Gulö dan Afasari Dachi

Saudara-Saudariku yang kusayangi, Kakak Erni, Fandi dan Sri

(10)

vii PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya

sehingga skripsi ini yang berjudul “Aplikasi Spektrofotometri UV dan Kalibrasi Multivariat Untuk Senyawa Parasetamol, Guaifenesin dan Klorfeniramin Maleat” dapat penulis selesaikan dengan baik.

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh

gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) pada Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

Dalam proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini, banyak

pihak-pihak yang telah meluangkan waktu dan memberikan kontribusi yang besar, baik

dalam materi, dukungan, kritik dan saran kepada penulis. Untuk itu, dalam

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dekan Fakultas Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

2. Bapak Prof. Dr. Abdul Rohman, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang

dengan penuh kesabaran memberikan bimbingan dan pengarahan, ilmu,

dukungan serta waktu dan tenaga dalam memecahkan setiap masalah selama

proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini.

3. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing

pendamping yang dengan penuh kesabaran memberikan dukungan, semangat,

(11)

viii

4. Dosen penguji yang akan memberikan pengarahan, kritik dan saran kepada

penulis dalam menyelasikan naskah skripsi ini.

5. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membantu penulis selama proses perkuliahan.

6. Ibu Agustina Setiawati, M.Sc., Apt., selaku Kepala Laboratorium Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma, yang telah memberikan izin untuk

menggunakan fasilitas laboratorium untuk melaksanakan penelitian.

7. Balai besar POM di Yogyakarta yang telah memberikan informasi dan bantuan

mencari sumber bahan baku kerja dalam proses penelitian ini.

8. P.T. Combiphar Indonesia, yang telah memberikan baku parasetamol yang

sangat bermanfaat selama proses penelitian ini.

9. P.T. Konimex yang telah memberikan baku guaifenesin dan klorfeniramin maleat

yang sangat bermanfaat selama proses penelitian ini.

10. Seluruh dosen dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang

telah mendidik dan membantu penulis selama proses perkuliahan.

11. Mas Bimo, Mas Kethul, dan Mas Ottok selaku Laboran, Karyawan Laboratorium

Kimia Analisis Instrumental, dan Pengelola Gudang Laboratorium yang

membantu penulis selama proses penelitian.

12. Ayah, Bunda, saudara-saudariku tercinta yang selalu mendoakan, memberikan

dukungan, kesabaran, semangat, harapan kepada penulis selama proses

(12)

ix

13. Keponakanku yang kusayangi, Eca, Faiz dan Jeslyn atas doanya, yang selalu

menghibur dan mendukung penulis dalam menyelesaikan naskah skripsi ini.

14. Ade, Arif dan Jalaq sebagai sahabat dan rekan kerja yang telah memberikan

dukungan, kritik dan saran, meluangkan waktu dalam membantu penulis selama

proses penelitian dan penyusunan naskah skripsi ini.

15. Devina dan Sophia selaku rekan kerja yang telah berjuang bersama, memberikan

dukungan, kritik dan saran dalam proses penelitian skripsi ini.

16. Mbak Yola, Teguh, Yonas dan Tomi sebagai sahabat yang telah memberikan

solusi dan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

17. Teman-teman FST B 2011 dan seluruh teman-teman angkatan 2011 atas

kekompakkan dan kebersamaan yang luar biasa.

18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang turut

membantu dalam penyelesaian naskah skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata kesempurnaan.

Oleh karena itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan. Penulis berharap, semoga

skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat menjadi acuan dalam

pengembangan ilmu kefarmasian.

Yogyakarta, Mei 2016

(13)

x DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENULIS ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

INTISARI ... xix

ABSTRACT ... xx

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Penelitian ... 3

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 5

BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA... 6

(14)

xi

B. Parasetamol, Guaifenesin, Klorfeniramin maleat ... 7

1. Parasetamol ... 7

2. Guaifenesin ... 8

3. Klorfeniramin maleat ... 9

C. Spektrofotometri UV-Vis ... 9

D. Analisis Multikomponen Secara Spektrofotometri UV ... 12

E. Kemometrika ... 14

F. Validasi Metode Analisis ... 16

1. Presisi ... 16

2. Akurasi ... 17

3. Selektivitas ... 18

G. Landasan Teori ... 18

H. Hipotesis ... 20

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 21

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 21

B. Variabel Penelitian ... 21

1. Variabel Bebas ... 21

2. Variabel Tergantung ... 21

3. Variabel Pengacau ... 21

C. Defenisi Operasional ... 22

D. Bahan Penelitian ... 22

(15)

xii

F. Tata Cara Penelitian ... 23

1. Scanning spektra standar ... 23

2. Pemilihan Interval dan Panjang Gelombang ... 23

3. Penyiapan Larutan set Kalibrasi ... 24

4. Pembuatan Standar Adisi CTM ... 25

5. Analisis Sampel ... 25

6. Analisis Statistik ... 26

7. Analisis Data Sampel ... 28

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 30

A. Analisis Senyawa Multikomponen ... 30

B. Validasi Model Kalibrasi Multivariat Partial Least Square (PLS) ... 37

C. Penetapan Kadar Sediaan Farmasi ... 43

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 48

A. Kesimpulan ... 48

B. Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 50

LAMPIRAN ... 53

(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria penerimaan nilai RSD ... 17

Tabel II. Nilai % recovery ... 18

Tabel III. Komposisi campuran sintetik parasetamol (PCT), guaifenesin (GG)

dan klorfeniramin maleat (CTM) untuk model kalibrasi ... 24

Tabel IV. Nilai sebenarnya dan terhitung hasil kalibrasi PLS dari calibration set

yang mengandung parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan

klorfeniramin maleat (CTM) tanpa validasi silang (cross validation)

pada λ 220-310 nm ... 34

Tabel V. Nilai sebenarnya dan terhitung hasil kalibrasi PLS dari calibration set

yang mengandung parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan

klorfeniramin maleat (CTM) validasi silang (cross validation) pada λ

220-310 nm ... 38

Tabel VI. Hasil persamaan, R2, RMSECV dan PRESS yang diperoleh dari

hubungan antara nilai sebenarnya dan nilai terhitung validasi silang

(cross validation) pada λ 220-310 nm ... 39

Tabel VII. Hasil penetapan kadar prediksi parasetamol (PCT) dalam sediaan

farmasi sirup menggunakan metode spektrofotometri UV-PLS ... 45

Tabel VIII. Hasil penetapan kadar prediksi guaifenesin (GG) dalam sediaan

(17)

xiv

Tabel IX. Hasil penetapan kadar prediksi klorfeniramin maleat (CTM) dalam

sediaan farmasi sirup menggunakan metode spektrofotometri UV-PLS

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur parasetamol ... 7

Gambar 2. Struktur guaifenesin ... 8

Gambar 3. Struktur klorfeniramin maleat ... 9

Gambar 4. Instrumentasi spektrofotometri UV doublebeam ... 11

Gambar 5. Overlay spektra UV parasetamol (PCT), guaifenesin (GG), klorfeniramin maleat (CTM) dan spektra UV campuran ketiga senyawa yang diukur pada λ 220-400 nm ... 30

Gambar 6. Overlay spektra UV sampel sediaan farmasi (sirup) dan spektra UV campuran baku parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) yang diukur pada λ 220-310 nm ... 32

Gambar 7. Overlay spektra UV campuran baku parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) yang diukur pada λ 220-310 nm ... 33

Gambar 8. Kurva hubungan nilai sebenarnya dengan nilai terhitung pada model kalibrasi multivariat PLS parasetamol ... 36

Gambar 9. Kurva hubungan nilai sebenarnya dengan nilai terhitung pada model kalibrasi multivariat PLS guaifenesin ... 36

Gambar 10. Kurva hubungan nilai sebenarnya dengan nilai terhitung pada model kalibrasi multivariat PLS klorfeniramin maleat ... 37

(19)

xvi

Gambar 12. Data dan parameter hasil validasi silang guaifenesin (GG) dengan

teknik leave-one-out ... 41

Gambar 13. Data dan parameter hasil validasi silang klorfeniramin maleat (CTM)

dengan teknik leave-one-out ... 41

Gambar 14. Kurva hubungan antara nilai parasetamol sebenarnya dan nilai

terhitung hasil validasi silang leave one-out ... 42

Gambar 15. Kurva hubungan antara nilai guaifenesin sebenarnya dan nilai

terhitung hasil validasi silang leave one-out ... 42

Gambar 16. Kurva hubungan antara nilai klorfeniramin maleat sebenarnya dan

nilai terhitung hasil validasi silang leave one-out ... 43

Gambar 17. Overlay spektra 6 sampel sediaan farmasi yang diukur pada panjang

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Sertifikat analisis baku parasetamol ... 54

Lampiran 2. Sertifikat analisis baku guaifenesin ... 55

Lampiran 3. Sertifikat analisis baku klorfeniramin maleat ... 56

Lampiran 4. Data Penimbangan Standar Adisi Klorfeniramin maleat ... 57

Lampiran 5. Data pengukuran spektrofotometer UV 20 campuran sintetik untuk model PLS pada panjang gelombang 220 – 310 nm yang diukur dengan interval pengukuran 2 nm ... 58

Lampiran 6. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square (PLS) parasetamol dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik tanpa validasi internal ... 62

Lampiran 7. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square (PLS) guaifenesin dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik tanpa validasi internal ... 63

Lampiran 8. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square (PLS) klorfeniramin maleat dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik tanpa validasi internal ... 64

(21)

xviii

Lampiran 10. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square (PLS)

guaifenesin dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik validasi

internal ... 66

Lampiran 11. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square (PLS) klorfeniramin maleat dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik validasi internal ... 67

Lampiran 12. Data nilai koefisien dari model PLS parasetamol ... 68

Lampiran 13. Data nilai koefisien dari model PLS guaifenesin ... 69

Lampiran 14. Data nilai koefisien dari model PLS klorfeniramin maleat ... 70

Lampiran 15. Data pengukuran spektrofotometri UV enam replikasi sampel pada panjang gelombang 220 – 310 nm yang diukur dengan interval pengukuran 2 nm ... 71

Lampiran 16. Perhitungan kadar parasetamol pada sampel sirup menggunakan hasil koefisien validasi silang ... 73

Lampiran 17. Perhitungan kadar guaifenesin pada sampel sirup menggunakan hasil koefisien validasi silang ... 75

(22)

xix INTISARI

Kebutuhan akan obat dengan zat aktif multikomponen semakin meningkat dalam kalangan masyarakat, sehingga membutuhkan peningkatan pengawasan mutu produk obat dalam menjamin keamanan dan khasiat yang dihasilkan. Berbagai metode telah dikembangkan untuk penjaminan mutu produk obat, seperti metode spektrofotometri. Akan tetapi, metode spektrofotometri tidak dapat digunakan dalam analisis senyawa multikomponen, mengingat keterbatasan metode tersebut dalam mengatasi overlapping spektra senyawa. Oleh karena itu, diperlukan suatu modifikasi metode, yakni dengan mengkombinasikan kemometrika dan spektrofotometri, sehingga masalah overlapping tersebut dapat teratasi.

Metode spektrofotometri yang dikombinasikan dengan kemometrika kalibrasi multivariat partial least square (PLS) digunakan dalam analisis sediaan farmasi sampel sirup dengan komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat. Evaluasi metode didasarkan pada nilai koefisien determinasi (R2), root mean square error of calibration (RMSEC), dan root mean square error of calibration validation (RMSECV).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa analisis sediaan farmasi sampel sirup dengan komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat menggunakan metode kombinasi spektrofotometri dan kemometrika belum berhasil dilakukan. Untuk model kalibrasi, diperoleh nilai R2 PCT 0,994, GG 0,999 dan CTM 0,999. Nilai RMSEC PCT 0,289, GG 0,099 dan CTM 0,078. Untuk model validasi, diperoleh nilai R2 PCT 0,999, GG 0,999 dan CTM 0,998. Nilai RMSECV PCT 0,116, GG 0,084 dan CTM 0,219.

(23)

xx ABSTRACT

The need of a drug with active ingredient multicomponent increasing in the community, thus requiring an increase in the quality control of medicinal products in ensuring the safety and efficacy of the resulting. Various methods have been developed for quality assurance of drug products, such as spectrophotometric method. However, the spectrophotometric method can not be used in the analysis of multicomponent compound, given the limitations of the method to resolve overlapping spectra of compounds. Therefore, we need a modification of the method, by combining chemometrics and spectrophotometry, so that the overlapping issue can be resolved.

Spectrophotometric method combined with chemometrics multivariate calibration partial least square (PLS) was used in the analysis of pharmaceutical syrup samples with the composition of paracetamol, guaifenesin and chlorpheniramine maleate. Evaluation methods are based on the coefficient of determination (R2), root mean square error of calibration (RMSEC), and root mean square error of calibration validation (RMSECV).

The results showed that the analysis of pharmaceutical syrup samples with the composition of paracetamol, guaifenesin and chlorpheniramine maleate using a combination of spectrophotometric and chemometrics method was unsuccessful. For the calibration models, the value of R2 PCT 0,994, GG 0,999 and CTM 0,999. Value RMSEC PCT 0,289, GG 0,099 and CTM 0,078. For the model of validation, the value of R2 PCT 0,999, GG 0,999 and CTM 0,998. Value RMSECV PCT 0,116, GG 0,084 and CTM 0,219.

(24)

1 BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Dewasa ini, obat merupakan suatu kebutuhan dalam kehidupan sehari-hari.

Obat dalam arti luas adalah zat kimia yang dalam takaran tertentu dan dengan

penggunaan yang tepat dapat dimanfaatkan untuk mencegah penyakit,

menyembuhkan penyakit atau memelihara kesehatan. Hal tersebut selaras dengan

kecenderungan masyarakat untuk mengobati dirinya sendiri (self medication)

sebelum mendapat pertolongan tenaga medis, khususnya pada penyakit yang

tergolong ringan seperti pilek, batuk, deman, dan sebagainya (Shankar et al., 2002).

Seiring dengan berkembangnya dunia industri farmasi yang memproduksi

obat-obat influenza dalam berbagai merek dagang, yang mana setiap komposisi dalam

proses produksi produk sediaan farmasi yang kurang lebih sama. Peningkatan

produksi sediaan farmasi ini perlu diimbangi dengan peningkatan dalam hal

pengawasan mutu, sehingga setiap produk yang beredar tersebut dapat

dipertanggungjawabkan keamanan dan khasiatnya. Adapun hal yang berkaitan

langsung dengan kedua hal tersebut adalah kandungan bahan aktif dalam sediaan

obat. Kombinasi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat sering digunakan

sebagai zat aktif untuk meringankan gejala batuk dan pilek, penyakit yang hampir

(25)

Dalam dunia industri farmasi, proses penjaminan mutu yang cepat dan

handal mutlak diperlukan. Oleh karena itu, kebutuhan suatu metode analisis yang

cepat dan memenuhi persyaratan kesahihan suatu metode yang dapat menunjang hal

tersebut sangat tinggi. Spektrofotometer UV merupakan salah satu metode yang

sederhana, cepat dan lazim digunakan dalam laboratorium industri farmasi untuk

analisis suatu sediaan obat. Hanya saja, spektrofotometri UV biasanya digunakan

dalam analisis sediaan obat dengan zat aktif tunggal. Penggunaan instrumen

spektrofotometer UV dalam analisis sediaan obat multikomponen sangat sulit

dilakukan, mengingat permasalahan spektra yang tumpang-tindih antar komponen.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, diperlukan pengolahan data secara statistik

yakni menggunakan metode kalibrasi multivariat “kemometrika”. Kombinasi metode

spektrofotometri UV dengan kalibrasi multivariat dapat digunakan dalam

menganalisis senyawa multikomponen yang memiliki spektra UV overlapping

(Danzer et al, 2004).

Metode kemometrika yang paling sering dikombinasikan dengan

spektrofotometri UV adalah metode kalibrasi multivariat partial least square (PLS).

Kalibrasi multivariat PLS merupakan metode yang menggunakan suatu kombinasi

linier dari variabel prediktor daripada menggunakan variabel biasa. Pemilihan metode

kalibrasi multivariat partial least square (PLS) didasarkan pada kelebihan metode ini

yang mampu memprediksi dengan cara yang lebih baik ketika terdapat spektra yang

tumpang tindih satu sama lain (Sohrabi et al., 2009). Kombinasi kedua metode ini

(26)

guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sediaan sirup farmasi, sehingga metode

ini diharapkan dapat diaplikasikan secara rutin oleh pihak-pihak yang

berkepentingan.

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas,

maka dapat diuraikan beberapa rumusan masalah sebagai berikut:

a. Apakah metode spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan teknik

kemometrika kalibrasi multivariat PLS untuk analisis sediaan sampel sirup

dengan komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat merupakan

metode yang valid?

b. Apakah kombinasi metode spektroskopi UV dengan teknik kalibrasi multivariat

PLS tanpa proses pemisahan dapat digunakan untuk menetapkan kadar

parasetamol, guaifenesin, dan klorfeniramin maleat dalam sirup?

2. Keaslian Penelitian

Hasil penelusuran publikasi-publikasi ilmiah menunjukkan bahwa analisis

campuran parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara simultan dalam

sediaan sampel sirup secara spektrofotometri UV-Vis yang dikombinasikan dengan

kemometrika kalibrasi multivariat belum pernah dilaporkan. Beberapa penelitian

yang telah berhasil menetapkan kadar senyawa multikomponen dengan metode

(27)

a. Kombinasi spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat untuk analisis

parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam sediaan tablet secara

simultan tanpa tahap pemisahan oleh Yani Ardiyanti (2014).

b. Penetapan kadar parasetamol, ibuprofen, dan kafein secara simultan dengan

kombinasi spektrofotometri UV dan pendekatan kalibrasi multivariat oleh

Khosayand et al., (2008).

3. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini:

a. Manfaat Metodologis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah tentang

penggunaan metode spektroskopi UV yang dikombinasikan dengan

teknik kalibrasi multivariat dalam analisis kadar parasetamol,

guaifenesin dan klorfeniramin maleat sediaan sampel sirup.

b. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi ilmiah

mengenai validasi metode penetapan kadar sampel sirup dengan

komposisi parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat dalam

sediaan farmasi secara spektrofotometri UV–Vis.

c. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menetapkan

kadar campuran parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat

(28)

B. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan

spektrofotometri UV untuk analisis campuran parasetamol, guaifenesin dan

klorfeniramin maleat dalam sediaan sampel sirup secara langsung tanpa melakukan

pemisahan terlebih dahulu. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui validitas metode spektrofotometri UV yang dikombinasikan

dengan teknik kalibrasi multivariat PLS untuk analisis campuran

parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara simultan

dalam sediaan sirup.

2. Menetapkan kadar sediaan sampel sirup parasetamol, guaifenesin dan

klorfeniramin maleat dengan metode spektrofotometri UV yang

(29)

6 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sirup

Sirup adalah larutan oral yang merupakan sediaan cair yang dibuat untuk

pemberian oral, mengandung sukrosa (tidak kurang dari 64,0 % dan tidak lebih dari

66,0 %) atau gula lain kadar tinggi dengan atau tanpa bahan pengaroma, atau pewarna

yang larut dalam air atau campuran kosolven-air (Anonim, 1979; Anonim, 1995).

Sirup yang mengandung bahan pemberi rasa tapi tidak mengandung zat-zat

obat (bahan aktif) dinamakan pembawa. Sirup dimaksudkan pembawa yang

memberikan rasa enak pada zat obat yang ditambahkan kemudian, baik dalam

peracikan resep atau dalam pembuatan formula standar. Sedangkan sirup obat adalah

sirup yang mengandung bahan terapeutik atau bahan obat (Ansel, 1989).

Kandungan sakarosa dalam sirup terletak antara 50 sampai 65 %, akan tetapi

umumnya terletak antara 60 sampai 65 %. Dalam larutan gula yang jenuh (kira-kira

66%) tidak memungkinkan pembentukan jamur karena dengan larutan berkonsentrasi

tinggi, air yang penting untuk perkembangan jamur ditarik melalui osmosis. Atas

dasar ini sediaan dengan sukrosa berkonsentrasi tinggi dinilai lebih baik. Meskipun

demikian harus diperhatikan, bahwa dengan meningkatnya kandungan gula dari sirup

(30)

B. Parasetamol, Guaifenesin, Klorfeniramin maleat

Parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat sering dijumpai dalam

sediaan farmasi untuk mengatasi batuk dan pilek. Kebanyakan batuk dan pilek

disebabkan oleh infeksi virus pada saluran pernafasan bagian atas (ISPA). Penyakit

ini sebenarnya dapat sembuh dengan sendirinya, namun masyarakat memilih untuk

mengkonsumsi obat-obatan untuk mengurangi gejala yang timbul. Obat-obatan ini

dapat diperoleh tanpa menggunakan resep dokter (Over the Counter/OTC)

(Blenkinsoop et al., 2009).

Obat batuk dan pilek merupakan salah satu segmen terbesar obat OTC.

Dengan adanya peningkatan kebutuhan obat batuk dan pilek, maka mendorong

kompetisi perusahaan-perusahaan farmasi untuk memproduksi obat-obatan tersebut.

Dengan demikian diperlukan pula metode analisis yang cepat, handal dan sederhana

untuk menganalisis obat-obat batuk dan pilek multikomponen tersebut (Sawant dan

Borkar, 2012).

1. Parasetamol

Parasetamol (PCT) (Gambar 1) dengan rumus kimia C8H9NO2 (BM 151,2)

berbentuk kristal atau serbuk berkristal, sedikit larut dalam air dingin, lebih larut

dalam air panas; larut dalam etanol, metanol, dimetilformamid, etilen diklorid, aseton,

dan etil asetat; sangat sedikit larut dalam kloroform; sedikit larut dalam eter; praktis

tidak larut dalam petroleum eter, pentane, dan benzen. Spektrum UV parasetamol

(31)

dengan nilai �11% = 688, pada larutan alkali 257 nm (�11% = 715) (Moffat et al.,

2004).

Gambar 1. Struktur Parasetamol 2. Guaifenesin

Guaifenesin (GG) (Gambar 2) dengan rumus kimia C10H14O4 (BM 198,2)

berbentuk kristal putih atau sedikit kristal abu-abu atau agregrat yang berbentuk

kristal. Kelarutan guaifenesin adalah 1 g dalam 33 mL air, 1 g dalam 11 mL etanol, 1

g dalam 11 mL kloroform, 1 g dalam 100 mL eter, larut dalam gliserol dan propilen

glikol, sebagian larut dalam benzen, praktis tidak larut dalam petroleum eter.

Spektrum UV guaifenesin pada larutan asam mempunyai panjang gelombang

maksimal di sekitar 273 nm dengan nilai �11% = 125 (Moffat et al., 2004).

(32)

3. Klorfeniramin Maleat

Klorfeniramin maleat (CTM) (Gambar 3) dengan rumus kimia C16H19CIN2,

C4H4O4 (BM 390,9) berbentuk serbuk kristal putih, larut 1 mg/mL dalam 300 mL

ethanol, 1 mg/mL dalam 240 mL Kloroform, 1 mg/mL dalam 160 mL air, 1 mg/mL

dalam 130 mL metanol, sukar larut dalam benzen dan eter. Klorfeniramin maleat

memiliki absorbansi pada panjang gelombang 265 nm dalam pelarut asam dengan

nilai �11% = 302, dan pada panjang gelombang 262 nm pada pelarut basa dengan nilai

�11% = 205 (Moffat et al., 2004).

Gambar 3. Struktur Klorfeniramin Maleat

C. Spektrofotometri UV-Vis

Spektrofotometri ultraviolet-visibel (UV-Vis) adalah salah satu teknik

analisis fisika-kimia yang mengamati tentang interaksi atom atau molekul dengan

radiasi elektromagnetik pada daerah panjang gelombang 190-380 nm (UV) atau

380-780 nm (Vis) (Mulja dan Suharman, 1995).

Spektrofotometri UV adalah pengukuran suatu interaksi antara radiasi

(33)

gelombang (λ) 190-380 nm (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI,

1995).

Prinsip kerja spektrofotometri UV-Vis berdasarkan interaksi antara radiasi

elektromagnetik dengan atom, ion, atau molekul. Serapan atom menyebabkan

peralihan atau transisi elektronik, yaitu peningkatan energi elektron dari keadaan

dasar (ground state) ke satu atau lebih tingkat energi yang lebih tinggi atau tereksitasi

(excited state). Transisi terjadi jika energi yang dihasilkan oleh radiasi sama dengan

energi yang diperlukan untuk melakukan transisi (Watson, 2003).

Pada umumnya prinsip kerja spektrofotometri adalah berdasarkan atas

interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan materi. Materi dapat berupa atom, ion

atau molekul, sedangkan radiasi elektromagnetik merupakan salah satu jenis energi

yang ditransmisikan dalam ruang kecepatan tinggi (Khopkar, 1990). Interaksi radiasi

elektromagnetik dengan bahan yaitu bila cahaya jatuh pada senyawa maka sebagian

dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai struktur dari molekul. Setiap

senyawa mempunyai tingkatan tenaga yang spesifik.

Semua molekul dapat menyerap radiasi elektromagnetik di daerah UV-Vis

karena memiliki elektron sekutu maupun menyendiri, yang dapat dieksitasikan ke

tingkat energi yang lebih tinggi. Sementara panjang gelombang yang menunjukkan

terjadinya serapan tergantung pada kuat lemahnya ikatan elektron dalam molekul

(34)

Spektrofotometer double beam (Gambar 4) merupakan pengembangan dari

spektrofotometer single beam karena keterbatasan yang dimiliki oleh

spektrofotometer single beam.

Gambar 4. Instrumentasi spektrofotometri UV double beam

Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk oleh

potongan cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar pertama melewati

larutan blanko dan sinar kedua melewati sampel. Dengan dilakukannya sistem ini

maka spektrofotometer double beam dapat mengkoreksi perubahan respon absorbansi

akibat perbedaan intensitas cahaya, fluktuasi pada kelistrikan instrumen dan

absorbansi blanko (Haven et al., 1994).

Penyerapan (absorpsi) sinar UV dan sinar tampak umumnya dihasilkan oleh

eksitasi elektron-elektron ikatan, sehingga panjang gelombang pita yang menyerap

dapat dihubungkan dengan ikatan yang ada dalam suatu molekul. Dalam

spektrofotometer UV-Vis, suatu radiasi dikenakan pada larutan (sampel) dan

intensitas sinar radiasi yang diteruskan diukur besarnya. Radiasi yang diserap oleh

(35)

yang diserap. Serapan terjadi jika radiasi/foton yang mengenai sampel memiliki

energi yang sama dengan energi yang diperlukan untuk perubahan tenaga. Kekuatan

radiasi dapat mengalami penurunan dengan adanya penghamburan dan pemantulan

cahaya (Rohman, 2012).

Kesalahan dalam pengukuran menggunakan spektrofotometer dapat

ditimbulkan oleh beberapa hal, antara lain: adanya bekas jari yang menempel pada

dinding kuvet, adanya gelembung gas atau partikel yang tidak larut yang berada

dalam jalan optis, stabilitas sampel serta konsentrasi analit. Untuk meminimalkan

kesalahan tersebut salah satunya dengan cara mengendalikan konsentrasi analit

sehingga didapatkan nilai serapan antara 0,2-0,8. Persentase kesalahan analisis yang

dihasilkan pada pembacaan serapan 0,2-0,8 yang masih dapat diterima yaitu sebesar

0,5-1 % (Mulja dan Suharman, 1995).

D. Analisis Multikomponen Secara Spektrofotometri UV

Spektrofotometri UV-Vis merupakan salah satu metode pengukuran

berdasarkan pada interaksi radiasi elektromagnetik dengan sampel di daerah panjang

gelombang 200-800 nm. Berbagai publikasi telah melaporkan analisis parasetamol,

guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara spektrofotometri UV-Vis, dalam

campuran dengan obat lain, terutama dihubungkan dengan perkembangan perangkat

lunak kemometrika (Khosayand, 2008).

Khosayand et al. (2008) telah berhasil menetapkan kandungan parasetamol,

(36)

menggunakan spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan kemometrika

kalibrasi multivariat PLS dan principal component-artificial neural network.

Yani Ardiyanti (2014) telah berhasil melakukan analisis penetapan

kandungan parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat secara simultan

dengan menggunakan metode kombinasi antara spektrofotometri UV dan

kemometrika kalibrasi multivariat PLS dalam sediaan tablet. Hasil uji yang

didapatkan untuk parasetamol 639,38 mg/tab ± 0,82, guaifenesin 102,61 mg/tab ±

1,45 dan klorfeniramin maleat 1,98 mg/tab ± 2,64.

Penggunaan kalibrasi multivariat-spektrofotometri UV telah dilaporkan

untuk analisis parasetamol, difenhidramin serta fenilpropanolamin, yang mana

parasetamol adalah komponen dalam jumlah banyak, sementara dua lainnya dalam

jumlah sedikit. Analisis campuran ini dapat dilakukan tanpa pemisahan terlebih

dahulu dengan kalibrasi multivariat PLS terhadap spektra campuran ketiganya.

Meskipun rasio molaritas parasetamol dengan lainnya adalah 38 : 1 (dengan

difenhidramin) dan 25 : 1 (dengan fenilpropanolamin), akan tetapi keduanya dapat

dianalisis dengan akurasi dan presisi yang baik tanpa adanya gangguan dari bahan

tambahan tablet (Goicoechea dan Olivieri, 1999). Peneliti ini juga melaporkan bahwa

penggunaan CLS kurang memuaskan karena rendahnya nilai absorbansi

(37)

E. Kemometrika

Menurut International Chemometrics Society, kemometrika adalah ilmu

pengetahuan yang menghubungkan pengukuran yang dibuat pada suatu proses atau

sistem kimiawi melalui penggunaan ilmu matematika dan metode statistik. Dari sini

dapat diketahui bahwa ilmu matematika dan statistika mendukung pemahaman

kemometrika. Kemometrika dikenalkan ke dalam spektroskopi untuk meningkatkan

kualitas data yang diperoleh. Meskipun pada awal penggunaannya hanya untuk

mengolah data spektra, akan tetapi saat ini kemometrika memungkinkan untuk

memperlakukan sejumlah besar informasi yang berasal dari konsentrasi komponen

sampel dalam jangka waktu yang cepat (Rohman, 2014).

Metode kemometrika telah dikenalkan dan digunakan secara luas dalam

bidang analisis obat seperti kalibrasi multivariat dan analisis pengelompokkan seperti

principle component analysis dan discriminant analysis (Massart and Buydens,

1988). Kalibrasi multivariat merupakan teknik yang paling sering digunakan terutama

untuk analisis multi-komponen (Miller and Miller, 2010).

Diantara jenis kalibrasi multivariat, teknik kalibrasi classical least squares

(CLS), stepwise multiple linear regression (SMLR), principle component regression

(PCR) dan partial least squares (PLS) merupakan jenis yang paling sering

digunakan. Kalibrasi PCR merupakan analisis faktor yang mana hanya spektra yang

tidak memberi ko-linieritas yang digunakan dalam kalibrasi. PCR mengaplikasikan

teknik multivariat analisis komponen utama atau principal component analysis (Che

(38)

dengan algoritma kuadrat terkecil yang menghubungkan antara dua matriks, data

spectra pada matriks X dan nilai referens pada matriks Y. PLS sering digunakan

dalam spektroskopi untuk mengekstrak informasi spektra yang mengandung

puncak-puncak yang tumpang suh, adanya pengganggu, serta adanya derau (noise) dari

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data (Syahariza et al., 2005).

Teknik kalibrasi PCR dan PLS dilakukan dalam 3 tahap yaitu : (1) kalibrasi;

(2) validasi; dan (3) analisis sampel yang tidak diketahui (Osborne et al., 1997).

Secara umum, kalibrasi multivariat mempunyai tahap kalibrasi yang diikuti validasi

(dengan validasi sampel secara terpisah atau dengan validasi silang tengan teknik

leave one out) dan tahap prediksi (sampel baru). Jika hasil tahap kalibrasi dan validasi

yang digunakan memenuhi kriteria (korelasi yang tinggi, kesalahan yang kecil) maka

model yang dikembangkan selanjutnya digunakan untuk mengestimasi konsentrasi

campuran dari sampel yang belum diketahui konsentrasinya.

Kalibrasi PLS dievaluasi dengan menggunakan root mean square error of

calibration (RMSEC) dan koefisien determinasi (R2). Selanjutnya model PLS

diujisilangkan menggunakan teknik “leave one out”. Dalam teknik ini, salah satu

sampel kalibrasi dikeluarkan dari model PLS dan sisa sampel yang ada digunakan

untuk pemodelan dengan PLS. Sampel yang dihilangkan selanjutnya dihitung dengan

model PLS baru yang dikembangkan. Prosedur tersebut dilakukan berulang kali,

menghilangkan satu demi satu sampel kalibrasi hingga didapatkan harga R2 yang

(39)

F. Validasi Metode Analisis

Danzer et al. (2004) menuliskan bahwa kalibrasi di dalam analisis kimia

mengacu pada hubungan antara jumlah atau kadar sampel x = fs (Q) dan fungsi

terukur y = f(z) yang bisa berupa spektrum, kromatogram atau yang lain. Kehandalan

analisis multikomponen harus divalidasi sesuai dengan kriteria yang umum yaitu

selektivitas, akurasi dan presisi, selanjutnya dapat dihitung nilai kritis multivariat dan

batas deteksi. Dalam kalibrasi multivariat, harus dihindari kolinieritas variabel yang

disebabkan oleh konsentrasi sampel kalibrasi.

1. Presisi

Ketidakpastian kalibrasi dan prediksi kadar yang tidak diketahui dihitung

dengan root mean standard error of calibration (RMSEC) dan root mean square

error of cross validation (RMSECV) dengan persamaan dibawah ini :

RMSEC = ŝ = ( �

mengukur presisi kalibrasi multivariat adalah nilai predictive residual error sum

of squares (PRESS), yang dihitung dengan persamaan berikut :

� � = 2 = =1 2 = =1( � − 〱 )2 (3)

(40)

Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan simpangan baku relatif

atau koefisien variasi 2% atau kurang untuk kadar analit 100%. Kriteria tersebut

sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang diperiksa, jumlah

sampel, dan kondisi laboratorium seperti pada Tabel I.

Tabel I. Kriteria penerimaan nilai RSD (Horwitz cit. Gonzales, Herrador, and Asuero, 2010).

Analit % Fraksi analit Konsentrasi

analit Nilai RSD (%)

Ada tidaknya suatu kesalahan sistematik dapat diketahui dari fungsi

recovery. Kadar yang diprediksi model (ĉ) dibandingkan dengan kadar actual

sampel validasi (c) dengan persamaan regresi sebagai berikut :

ĉ=α + βc (4)

Koefisien regresi ideal adalah jika nilai α = 0 dan β = 1 (Danzer et al., 2004).

Akurasi dinyatakan sebagai persen kembali analit yang ditambahkan, nilai

kecermatan dapat dinyatakan dengan persen perolehan kembali (% recovery).

(41)

Tabel II. Nilai % recovery sebagai fungsi dari nilai konsentrasi analit dalam matriks sampel (Wood, 1998)

Analit pada matrix sampel (%) Recovery yang diterima (%)

100 98 – 102

Secara umum, selektivitas sistem multikomponen dapat ditetapkan secara

kualitatif dan kuantitatif. Dalam kalibrasi multivariat, selektivitas biasanya

dihitung dengan condition number. Namun condition number tidak

memperhitungkan kadar masing-masing komponen dan hanya memberikan

batasan besarnya kesalahan yang diperbolehkan (Danzer et al., 2004).

G. Landasan Teori

Kombinasi senyawa obat parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat

sering digunakan sebagai zat aktif untuk meringankan gejala batuk dan pilek,

penyakit yang hampir seluruh orang pernah mengalaminya. Indikasi obat tersebut

adalah sebagai analgesik, antipiretik, ekspektoran dan antihistamin (Hardman et al.,

1996).

Ketiga zat aktif tersebut mempunyai sifat kelarutan yang mirip. Parasetamol

(42)

dalam natrium hidroksida 1 N, mudah larut dalam etanol. Klorfeniramin maleat

sangat mudah larut dalam air, mudah larut dalam etanol, agak sukar larut dalam

kloroform. Parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat masing-masing dapat

ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometri UV-Vis. Spektrum UV

parasetamol dalam larutan asam memiliki serapan maksimum di sekitar 245 nm dan

serapan maksimum dalam larutan basa pada 257 nm. Spektrum UV guaifenesin

dalam larutan asam memiliki serapan maksimum di sekitar 273 nm. Spektrum UV

klorfeniramin maleat dalam larutan asam memiliki serapan maksimum pada 265 nm,

dan serapan maksimum dalam larutan basa pada 262 nm. Serapan maksimum ketiga

zat aktif tersebut berada dalam range panjang gelombang yang berdekatan, yang

menyebabkan spektrum serapan ketiga senyawa tersebut tumpang tindih. Untuk itu,

metode analisis spektrofotometri UV-Vis yang dikombinasikan dengan kemometrika

kalibrasi multivariat dapat digunakan sebagai metode analisis untuk ketiga senyawa

yang tumpang tindih tersebut.

Proses penetapan kadar secara simultan dari dua atau lebih kombinasi

senyawa obat multikomponen yang mengkombinasikan metode analisis

spektrofotometri UV dengan kemometrika kalibrasi multivariat dikategorikan

berhasil apabila nilai koefisien determinasi (R2) hubungan antara kadar sebenarnya

dengan kadar terprediksi >0,99, dan RMSECV (root mean square error of cross

(43)

H. Hipotesis

1. Spektrofotometri ultraviolet yang dikombinasikan dengan teknik kalibrasi

multivariat dapat digunakan untuk analisis campuran parasetamol, guaifenesin

dan klorfeniramin maleat dalam sediaan sampel sirup.

2. Spektrofotometri ultraviolet yang dikombinasikan dengan teknik kalibrasi

multivariat dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar parasetamol, guaifenesin

(44)

21 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian noneksperimental dengan rancangan

penelitian deskriptif. Jenis penelitian noneksperimental karena subyek penelitian

tidak diberi perlakuan. Rancangan penelitian bersifat deskriptif karena peneliti hanya

mendeskripsikan keadaan yang ada.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas penelitian ini adalah variasi konsentrasi larutan campuran

senyawa parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat.

2. Variabel Tergantung

Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah konsentrasi sampel larutan

parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat.

3. Variabel Pengacau

Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah kemurnian standar

analisis parasetamol, guaifenesin, dan klorfeniramin maleat yang digunakan, kualitas

(45)

C. Defenisi Operasional

1. R2 atau R-sq merupakan koefisien determinasi yang menggambarkan

kemampuan nilai konsentrasi sebenarnya dalam menjelaskan hubungan terhadap

nilai terhitung.

2. RMSE (root mean square of error) merupakan standar deviasi dari sebuah

pemodelan yang menjelaskan seberapa mungkin suatu model kalibrasi

melakukan kesalahan saat memprediksikan sampel.

3. PRESS (predicted error sum of square) merupakan nilai kesalahan yang

dilakukan saat prediksi sampel oleh model kalibrasi dalam proses

cross-validation dengan teknik leave-one-out.

D. Bahan Penelitian

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah standar kerja

parasetamol yang diperoleh dari PT. Combiphar Indonesia, baku guaifenesin dan

klorfeniramin maleat yang diperoleh dari PT. Konimex dengan Certificate of Analysis

(sebagaimana dalam lampiran 1-3), akuades, metanol teknis, sediaan sirup dengan

merk paten produksi perusahaan farmasi Indonesia dibeli dari apotek di Yogyakarta.

Komposisi zat aktif dalam sampel sediaan farmasi sirup terdiri atas parasetamol,

guaifenesin dan klorfeniramin maleat, dan kertas saring.

E. Alat Penelitian

Spektrofotometer UV-Vis (Shimadzu) tipe UV-1800 dengan kuvet kwarsa

merk Hellma, alat sonikasi, timbangan analitik (Ohauss) tipe PAJ1003 dengan

(46)

skala 20-200 µL dan 100-1000 µL merk Socorex®, pipet volum dengan ukuran 1

mL, 2 mL, 3 mL, 4 mL, 5 mL, serta gelas-gelas yang lazim digunakan dalam

laboratorium analisis kimia yang terdapat di laboratorium di Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma.

F. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini merupakan proses penetapan kadar parasetamol, guaifenesin

dan klorfeniramin maleat dalam sediaan sampel sirup dengan metode kombinasi

spektrofotometri UV-kalibrasi multivariat tanpa tahap pemisahan. Analisis secara

spektrofotometri UV-kalibrasi multivariat dilakukan dengan cara:

1. Scanning spektra standar

Scanning standar dilakukan dengan membuat standar parasetamol,

guaifenesin dan klorfeniramin maleat dengan konsentrasi 5 µg/mL dan dilakukan

scanning spketra pada panjang gelombang 220-400 nm.

2. Pemilihan interval dan panjang gelombang pengukuran untuk set kalibrasi

a. Dilakukan pengamatan spektra dari hasil pengukuran campuran standar

parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat. Kemudian dipilih rentang

panjang gelombang saat campuran senyawa mulai memberikan serapan sampai

campuran memberikan serapan mendekati nilai 0.

b. Rentang panjang gelombang yang dipilih adalah 220-310 nm. Interval

pengukuran yang dipilih adalah 2 nm agar diperoleh data pengamatan dalam

(47)

3. Penyiapan larutan set kalibrasi

a. Standar parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat masing-masing

ditimbang seksama 50 mg, dimasukkan dalam labu takar 100 mL, dilarutkan

dengan pelarut akuades, disonikasi selama 15 menit, dan ditambahkan dengan

pelarut sampai batas tanda.

b. Dibuat 20 larutan model kalibrasi dengan cara setiap larutan standar intermediet

dipipet sejumlah tertentu, dimasukkan dalam labu takar 10 mL dan diencerkan

dengan pelarut akuades hingga diperoleh kadar sesuai Tabel III untuk set

kalibrasi.

(48)

4. Pembuatan Standar Adisi CTM

a. Ditimbang seksama 50 mg baku CTM, dimasukkan dalam labu takar 50 mL dan

dilarutkan dengan sebagian pelarut akuades, diultrasonikasi selama 15 menit,

kemudian ditambahkan dengan pelarut akuades sampai batas tanda.

b. Dari larutan (a) tersebut, dipipet sebanyak 5 mL, dimasukkan dalam labu takar

50 mL, kemudian di tambahkan dengan pelarut sampai batas tanda.

5. Analisis Sampel

a. Sediaan sampel sirup dipipet 5 mL, yang setara dengan 120 mg PCT, 25 mg GG

dan 1 mg CTM, dimasukan ke dalam labu takar 50 mL, lalu dilarutkan dalam

sebagian pelarut akuades, diultrasonikasi selama 15 menit, kemudian

ditambahkan akuades sampai batas tanda.

b. Dari larutan (5a) tersebut, sejumlah 5 mL larutan diambil dan dimasukkan ke

dalam labu takar 25 mL, kemudian diencerkan dengan pelarut akuades sampai

batas tanda.

c. Dari larutan (5b) tersebut, sejumlah 1 mL larutan diambil, lalu dimasukkan ke

dalam labu takar 10 mL, dan ditambahkan dengan pelarut akuades sampai batas

tanda.

d. Dilakukan scanning dari larutan tersebut pada panjang gelombang 220-310 nm

dengan interval pengukuran sebesar 2 nm.

e. Dilakukan penetapan kadar PCT, GG dan CTM sebanyak 6 kali replikasi, dimana

5 replikasi (replikasi 2 sampai replikasi 6) dilakukan adisi dengan menggunakan

(49)

mL, 4 mL dan 5 mL. Kadar dihitung dengan metode kalibrasi multivariat partial

least square (PLS).

6. Analisis Statistik Kalibrasi Multivariat PLS a. Model Kalibrasi Multivariat PLS

1. Data konsentrasi dan absorbansi kelompok larutan kalibrasi yang disajikan

dalam kertas kerja perangkat lunak Microsoft Excel dipindahkan ke dalam

kertas kerja Minitab® 16 (trial).

2. Pengolahan data statistik partial least square (PLS) dipilih dengan

menggunakan pilihan Stat pada panel kerja Minitab 16, kemudian dipilih

regression partial least square.

3. Setelah muncul jendela baru dari program Minitab® 16, dilakukan

pembuatan model PLS parasetamol dengan cara: kolom response diisi

dengan pilihan variabel konsentrasi PCT dan kolom model dipilih variabel

absorbansi pada panjang gelombang 220-310 nm. Untuk pembuatan model

PLS guaifenesin dibuat dengan cara: kolom response diisi dengan pilihan

variabel konsentrasi GG dan kolom model dipilih variabel absorbansi pada

panjang gelombang 220-310 nm. Untuk pembuatan model PLS klorfeniramin

maleat dibuat dengan cara: kolom response diisi dengan pilihan variabel

konsentrasi CTM dan kolom model dipilih variabel absorbansi pada panjang

gelombang 220-310 nm.

4. Diperoleh nilai terhitung dan nilai sebenarnya dari model kalibrasi

(50)

tersebut kemudian dipindahkan ke dalam kertas kerja perangkat lunak

Microsoft Excel.

5. R2 didapat dari hubungan korelasi atau kedekatan nilai antara nilai

sebenarnya (sumbu X) dengan nilai terhitung (sumbu Y).

6. RMSEC dapat dihitung menggunakan rumus ( − )

2

−1 yang mana x adalah

nilai sebenarnya (actual), y adalah nilai terhitung (calculated), dan n adalah

banyaknya data konsentrasi yang dirandomisasi, yaitu 20.

b. Cross Validation Leave-one-out

1. Data dipindahkan dari kertas kerja perangkat lunak Microsoft Excel ke dalam

kertas kerja Minitab® 16.

2. Dipilih model kalibrasi PLS dengan menekan pilihan stat pada panel kerja,

kemudian dipilih regression partial least square.

3. Proses validasi model kalibrasi dilakukan dengan memasukkan variabel

konsentrasi PCT ke dalam response dan variabel absorbansi ke dalam kolom

model. Kemudian tekan tombol option yang selanjutnya ditentukan tambahan

proses leave-one-one. Perlakuan sama diberlakukan untuk proses validasi GG

dan CTM.

4. Diperoleh nilai sebenarnya dan nilai terhitung, serta nilai PRESS dari tahap

validasi internal dan selanjutnya dipindahkan ke dalam kertas kerja perangkat

(51)

5. Akurasi dan presisi model kalibrasi ditinjau dari nilai R2 dan nilai RMSECV

dengan membuat hubungan linier antara nilai sebenarnya dan nilai terhitung.

Diperoleh persamaan regresi linier y = bx+a hubungan antara nilai

sebenarnya dan terhitung yang nantinya akan digunakan untuk memperoleh

nilai RMSECV.

7. Analisis data sampel

a. Akurasi dan presisi model kalibrasi multivariat parasetamol, guaifenesin dan

klorfeniramin maleat dinyatakan secara statistik dengan nilai R2, RMSEC,

RMSECV, RMSEP dan PRESS.

b. Konsentrasi sampel dihitung dengan memasukkan koefisien dari masing-masing

model untuk senyawa parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat sesuai

dengan rumus:

�= 11+ 22+⋯+ � + �

Keterangan :

X = Konsentrasi terhitung sampel (µg/mL)

ts = Koefisien dari model kalibrasi

� = Absorbansi dari masing-masing pengukuran sampel

� = Koreksi kesalahan yang mungkin terjadi pada model kalibrasi

PLS

c. Kadar sampel dihitung dengan menggunakan rumus : Faktor Pengenceran x

(52)

d. Akurasi proses penetapan kadar ditetapkan dengan persen perolehan kembali

dengan rentang yang dapat diterima menurut Wood (1998) adalah sebesar

90-107%.

e. Presisi proses penetapan kadar ditetapkan dengan nilai RSD dengan nilai

maksimal yang masih dapat diterima menurut Gonzales dan Herrador (2007)

adalah sebesar 8%.

Analisis kalibrasi multivariat dilakukan dengan menggunakan perangkat

lunak Minitab® 16. Kertas kerja perangkat lunak Excel 2007 digunakan untuk

menentukan konsentrasi secara random masing–masing zat aktif dan untuk

(53)

30 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis PCT, GG, dan CTM secara spektrofotometri UV dengan kombinasi kalibrasi multivariat partial least square (PLS)

Analisis senyawa multikomponen ini diawali dengan mengukur absorbansi

masing-masing larutan baku parasetamol, guaifenesin dan klorfeniramin maleat.

Proses tersebut dilakukan untuk mengetahui overlapping spektra antara komponen

yang satu dengan komponen yang lainnya. Overlapping spektra UV parasetamol,

guaifenesin dan klorfeniramin maleat ditunjukkan pada Gambar 5.

Gambar 5. Overlay spektra UV parasetamol (PCT), guaifenesin (GG), klorfeniramin maleat (CTM) dan spektra UV campuran ketiga senyawa yang diukur pada λ 220-400 nm.

Spektra UV Campuran PCT, GG dan CTM

PCT

(54)

Overlapping yang terjadi merupakan salah satu kendala dalam analisis

senyawa multikomponen yang menggunakan metode spektrofotometri UV. Dengan

berkembangnya teknologi kemometrika, permasalahan overlapping yang terjadi

dalam proses analisis sediaan multikomponen yang menggunakan metode

spektrofotometri UV dapat diatasi. Oleh karena itu, metode kemometrika yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kalibrasi multivariat partial least

square (PLS). Pemilihan metode kalibrasi multivariat partial least square (PLS)

didasarkan pada kelebihan metode ini yang mampu memprediksi dengan cara yang

lebih baik ketika terdapat spektra yang tumpang tindih satu sama lain (Sohrabi et al.,

2009).

Tahap selanjutnya dalam analisis ini adalah melakukan pengecekkan profil

spektra UV sampel dengan spektra UV campuran sintetik baku, yang mana hasil yang

diharapkan dari pembandingan antara kedua spektra UV tersebut adalah adanya profil

spektra UV yang mirip. Tujuan dilakukannya pengecekkan ini adalah untuk melihat

apakah terdapat eksipien atau bahan tambahan yang turut memberikan serapan dalam

kisaran panjang gelombang tersebut. Hasil yang diperoleh ditunjukkan pada Gambar

6, yang mana terlihat bahwa spektrum UV campuran sintetik baku dengan spektrum

UV sampel sediaan farmasi memiliki kemiripan, dimana parameter kemiripan

ditentukan secara visual. Akan tetapi, dari profil spektrum tersebut, mengindikasikan

ketidakstabilan pengukuran. Sebab, dilihat dari absorbansi yang dihasilkan,

khususnya pada CTM dan GG, absorbansi yang dihasilkan rendah, sehingga hasil

(55)

itu, dapat simpulkan bahwa hasil yang diperoleh kurang memuaskan karena adanya

pengaruh dari noise mengingat rendahnya absorbansi yang dihasilkan.

Gambar 6. Overlay spektrum UV sampel sediaan farmasi (sirup) dan spektrum UV campuran baku parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) yang diukur pada λ 220-310 nm.

Setelah konfirmasi spektrum UV campuran dan spektrum UV sampel

dilakukan, tahap selanjutnya adalah dengan membuat pemodelan kalibrasi, yakni

dengan menggunakan 20 set larutan kalibrasi yang dihasilkan dari proses randomisasi

yang dapat dilihat pada Tabel I. Sebanyak 20 set larutan kalibrasi tersebut diukur

menggunakan spektrofotometer UV pada panjang gelombang 220-310 nm dengan

interval 2 nm untuk memperoleh data absorbansi dari 20 campuran sintetik tersebut.

Gambar 7 menunjukkan overlay spektra dari 20 campuran sintetik baku untuk model

kalibrasi.

Spektra sampel sediaan farmasi (sirup)

(56)

Gambar 7. Overlay spektra UV campuran baku parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) yang diukur pada λ 220-310 nm.

Pemilihan panjang gelombang pada PLS bertujuan agar data yang dihasilkan

lebih informatif dan kinerja model yang lebih optimum (El Gindy,2006). Setelah

dilakukan optimasi panjang gelombang, akhirnya dipilih panjang gelombang 220-310

nm untuk dianalisis. Data absorbansi yang diperoleh kemudian diolah dengan

menggunakan perangkat lunak Minitab® 16.0 dan menghasilkan model kalibrasi

(57)

Tabel IV. Nilai konsentrasi sebenarnya (Actual Response) vs Konsentrasi terhitung (Calculated Response) dari calibration set yang mengandung parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) tanpa validasi silang (cross validation) pada λ 220-310 nm.

No Camp.

Konsentrasi (µg/ml)

PCT GG CTM

Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung

1 5,0 4,9004 3,0 2,9609 9,0 9,0121

Nilai sebenarnya merupakan nilai konsentrasi yang dibuat berdasarkan hasil

randomisasi menggunakan Microsoft Excel 2007, sedangkan nilai terhitung

(58)

menggunakan model PLS tanpa validasi silang (cross validation). Nilai sebenarnya

dan nilai terhitung kemudian dikorelasikan, untuk menentukan nilai R2 dan nilai

RMSEC. Diperoleh persamaan y = 0,994x + 0,042 untuk PCT, y = 0,999x + 0,004

untuk GG dan y = 0,999x + 0,002 untuk CTM. Nilai R2 yang diperoleh adalah 0,994

untuk PCT, 0,999 untuk GG dan 0,999 untuk CTM. Sedangkan nilai RMSEC (Root

Mean Square Error of Calibration) yang diperoleh adalah 0,289 untuk PCT, 0,099

untuk GG dan 0,078 untuk CTM.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model kalibrasi tersebut

memiliki korelasi antara nilai aktual dengan nilai prediksi yang baik, yang mana

ketiga komponen tersebut memiliki nilai RMSEC yang mendekati 0 dan R2 yang

mendekati 1. Parameter R2 mempunyai nilai antara 0-1, yang mana nilai R2

mendekati 1 menunjukkan bahwa kemampuan memprediksi semakin baik karena

semua variasi variabel respon (absorbansi) dapat diterangkan oleh variabel prediktor

sehingga nilai terprediksi mendekati nilai aktual (Minitab Statistical Glossary, 2010).

RMSEC menunjukkan selisih nilai terhitung dengan nilai sebenarnya sehingga jika

nilai RMSEC-nya semakin kecil maka model kalibrasi tersebut dapat dikatakan

semakin baik karena faktor kesalahannya yang semakin kecil (Pindyck and

Rubinfeld, 1998). Dari data yang diperoleh pada Tabel IV tersebut, kurva hubungan

antara nilai sebenarnya (actual response) dengan nilai terhitung (calculated response)

(59)

Actual Response terhitung (calculated response) parasetamol (PCT) dengan metode spektrofotometri UV-PLS pada λ 220-310 nm.

(60)

A ctual Response terhitung (calculated response) klorfeniramin maleat (CTM) dengan metode spektrofotometri UV-PLS pada λ 220-310 nm.

B. Validasi model kalibrasi multivariat partial least square (PLS)

Proses pemodelan dengan menggunakan kalibrasi multivariat PLS dalam

memprediksi suatu data perlu divalidasi, agar hasil yang diperoleh dapat

dipertanggungjawabkan, dan dapat mengatasi kelemahan dari kalibrasi multivariat

PLS itu sendiri. Salah satu kelemahan dari model kalibrasi multivariat PLS adalah

terjadinya over-fitting. Untuk mengatasi terjadinya over-fitting selama pemodelan,

dengan melakukan proses validasi internal, yang mana validasi internal merupakan

metode validasi silang (cross validation) yang menggunakan teknik leave-one-out.

Dalam teknik ini, salah satu sampel kalibrasi dikeluarkan dari model PLS dan sisa

sampel yang ada digunakan untuk pemodelan dengan PLS untuk menghitung nilai

terprediksi sampel kalibrasi yang dikeluarkan. Sampel yang dihilangkan selanjutnya

(61)

berulang kali, menghilangkan satu demi satu sampel kalibrasi hingga didapatkan

harga R2 yang sesuai dengan yang diinginkan (Rohman and Che Man, 2011). Hasil

dari proses validasi silang menggunakan teknik leave-one-out dengan data nilai

sebenarnya dan nilai terhitung dapat dilihat pada Tabel V.

Tabel V. Nilai sebenarnya vs nilai terhitung hasil kalibrasi PLS yang mengandung parasetamol (PCT), guaifenesin (GG) dan klorfeniramin maleat (CTM) validasi silang (cross validation) pada λ 220-310 nm.

No Camp.

Konsentrasi (µg/ml)

PCT GG CTM

Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung 1 4,5508 4,4121 2,8147 2,7861 9,0241 9,0225

(62)

mean square error of cross validation). Nilai PRESS (predicted error sum of square)

adalah nilai yang menunjukkan kesalahan prediksi saat proses pemodelan, dan

merupakan bagian dari validasi untuk model kalibrasi multivariat PLS. Nilai R2 dan

RMSECV dapat ditentukan dengan mengkorelasikan nilai sebenarnya dan nilai

terhitung. Selama validasi internal, diperoleh persamaan y = 0,997x + 0,017 untuk

PCT, y = 0,996x + 0,036 untuk GG dan y = 1,006x – 0,044 untuk CTM. Nilai R2

yang diperoleh adalah 0,999 untuk PCT, 0,999 untuk GG dan 0,998 untuk CTM.

Sedangkan nilai RMSECV yang diperoleh untuk PCT, GG dan CTM masing-masing

sebesar 0,116, 0,084 dan 0,219. Nilai PRESS merupakan salah satu indikator

kebaikan model yang menggambarkan kemampuan prediksi. Semakin rendah nilai

PRESS maka kemampuan model untuk memprediksi semakin baik (Rohman and Che

Man, 2011). Hasil korelasi nilai sebenarnya dan nilai terhitung untuk validasi silang

menggunakan teknik leave-one-out dapat dilihat pada Tabel VI.

Tabel VI. Hasil persamaan, R2, RMSECV dan PRESS yang diperoleh dari hubungan antara nilai sebenarnya dan nilai terhitung validasi silang (cross validation) pada λ 220-310 nm.

PCT GG CTM

Persamaan y = 0,997x + 0,017 y = 0,996x + 0,036 y = 1,006x – 0,044

R2 0,999 0,999 0,998

RMSECV 0,116 0,084 0,219

PRESS 4,815 1,764 1,996

Dari hasil yang diperoleh pada Tabel VI, dapat disimpulkan bahwa

kemampuan model kalibrasi multivariat PLS untuk memprediksi semakin baik, sebab

nilai koefisien determinasi (R2) yang dihasilkan mendekati nilai 1, nilai RMSECV

(63)

model multivariat PLS, maka model ini nantinya dapat digunakan untuk tahap

selanjutnya yakni pada proses penetapan kadar sampel. Data dan parameter hasil

validasi silang leave one-out PCT, GG dan CTM dapat dilihat pada Gambar 11, 12

dan 13, serta kurva hubungan antara nilai sebenarnya dan nilai terhitung validasi

silang dengan teknik leave-one-out sebagaimana pada Gambar 14, 15 dan 16.

PLS Regression: PCT versus WL220.0, WL222.0, WL224.0, WL226.0, WL228.0, ...

Number of components selected by cross-validation: 3 Number of observations left out per group: 1

Gambar

Tabel I. Kriteria penerimaan nilai RSD  ..........................................................
Tabel IX. Hasil penetapan kadar prediksi klorfeniramin maleat (CTM) dalam
Gambar 14. Kurva hubungan antara nilai parasetamol sebenarnya dan nilai
Gambar 1. Struktur Parasetamol
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kalibrasi multivariat yang dikombinasikan dengan spektnun ultraviolet telah dikembangkan untuk penentuan simultan kadar kafein, vitamin B1, B2, dan B6 dalam contoh

Metode analisis yang tervalidasi dapat diaplikasikan dalam sediaan sirup dan kadar rata-rata CTM dan GG pada ketigamerksirup memenuhi persyaratan kadar yang

Pemanfaatan Spektrofotometri Derivatif Untuk Penetapan Kadar Campuran Pseudoefedrin Hidroklorida dan Tripolidin Hidroklorida dalam Sediaan Tablet.. Fakultas Farmasi

Penetapan kadar amoksisilin dan kalium klavulanat dalam sediaan sirup kering dilakukan dengan metode spektrofotometri derivatif dengan zero crossing,.. menggunakan pelarut

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Ibuprofen dalam Sediaan Tablet Secara Spektrofotometri Derivatif dengan zero crossing.. Medan: Fakultas Farmasi

Optimasi spektroskopi FTIR dengan digabungkan dengan metode kemometrika tertentu seperti kalibrasi multivariat ( Partial Least Square , PLS) dapat digunakan untuk analisis

Penetapan Kadar Campuran Parasetamol dan Kofein dalam Sediaan Tablet yang Beredar dengan Metoda Spektrofotometri UV Multikomponen.. Padang: Fakultas Farmasi

Spektroskopi Fourier Transform Infra Merah (FTIR) yang digabung dengan kemometrika analisis diskriminan serta analisis multivariat Partial Least Square (PLS) dan Principal