• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis parasetamol, kafein, dan propifenazon dengan metode spektrofotometri UV dan kemometrika tanpa tahap pemisahan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis parasetamol, kafein, dan propifenazon dengan metode spektrofotometri UV dan kemometrika tanpa tahap pemisahan."

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON

Metode analisis obat untuk penetapan kadar adalah spektofotometri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat PLS. Metode ini mampu menetapkan kadar senyawa multikomponen yang mempunyai masalah

overlapping pada spektra UV.

Metode spektrofotomeri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat partial least square (PLS) digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sediaan farmasi tanpa adanya tahap pemisahan.Tiga model campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein akan dioptimasi untuk analisis menggunakan spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat PLS. Model kalibrasi akan dibuat dengan membuat 20 campuran sintetik dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 220-313 nm dengan interval 3 nm. Kemudian dievaluasi berdasarkan koefisien determinasi (R2), kesalahan pemodelan kalibrasi root mean square error of calibration (RMSEC) dan kesalahan pemodelan kalibrasi pada validasi root mean square error of

calibration validation (RMSECV).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat PLS dapat digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sediaan farmasi tanpa adanya tahap pemisahan. Nilai koefisien determinasi untuk hubungan antara konsentrasi sebenarnya dengan konsentrasi terprediksi tanpa validasi silang leave one out pada parasetamol, propifenazon, dan kafein adalah 0,9994 ; 0,9878; 0,9919 dengan nilai RMSEC 0,027; 0,082; 0,043 dan nilai koefisien determinasi dengan validasi silang leave one out 0,997; 0,983; 0,982 dengan nilai RMSECV 0,062; 0,095; 0,982. Nilai presentase kedekatan kadar terhitung dengan kadar dalam etiket untuk parasetamol, propifenazon, dan kafein adalah 90,70%; 90,49%; 103,38%.

(2)

ANALYSIS PARACETAMOL, CAFFEINE, AND combined with multivariate calibration PLS. This method can to assay for analysis multicomponent drug have a problem of overlapping in spektra UV.

The method UV spectrophotometric couple with multivariate calibration partial least square (PLS) has been developed for quantitative analysis of multicomponent drugs without separations step. Three mixture model paracetamol, propifenazone, and caffeine will be optimized for analysis using UV spectrophotometric and PLS multivariate calibration. The calibration model is prepared by developing a series 20 mixture of synthetic and measured absorbance at a wavelength of 220-313 nm with an interval of 3 nm. The evaluation of calibration model will be relied on coefficient of determination (R2), root mean

square error of calibration (RMSEC) and root mean square error of calibration validation (RMSECV).

The results showed that UV spectrophotometry combined with multivariate calibration PLS can be used for quantitative analysis of multicomponent drugs without separations step. The coefficient of determination for the relationship between the actual consentration with predicted concentration without the leave-one-out cross validation on paracetamol, propifenazone, and caffeine is 0.9994; 0.9878; 0.9919 with RMSEC value 0.027; 0.082; 0.043 and the coefficient of determination with a leave-one-out cross validation 0.997; 0.983; 0.982 for RMSECV value 0.062; 0.095; 0.982. Percentage recovery for paracetamol, propifenazone, and caffeine is 90,70%; 90,49%; 103,38%.

(3)

ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA TANPA

TAHAP PEMISAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Arief Dzulfianto

NIM : 118114157

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)

i

ANALISIS PARASETAMOL, KAFEIN, DAN PROPIFENAZON DENGAN METODE SPEKTROFOTOMETRI UV DAN KEMOMETRIKA TANPA

TAHAP PEMISAHAN

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Arief Dzulfianto

NIM : 118114157

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(5)

ii

(6)
(7)

iv

Halaman Persembahan

Everybody is a genius. But if you judge a fish by its

ability to climb a tree it will live its whole life believing

that it is stupid

-

Albert Einstein –

TERUNTUK

Allah SWT yang Maha Pemberi Petunjuk dan Pemberi

Kemudahan di segala Hal

Keluarga yang selalu memberikan dukungan dan doa

(8)

v

(9)
(10)

vii

PRAKATA

Puji Syukur dan terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

rahmat dan karunia– NYA sehingga Skripsi dengan judul “Analisis Parasetamol,

Kafein, dan Propifenazon dengan Metode Spektrofotometri UV dan Kemometrika

tanpa Tahap Pemisahan“ ini dapat diselesaikan dengan baik.

Selama menulis Skripsi ini, penulis menyadari bahwa ada begitu banyak

pihak yang telah berkontribusi besar dalam proses pengerjaan Skripsi ini. Oleh

karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt., selaku dekan Universitas Sanata

Dharma

2. Prof. Dr. Abdul Rohman, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing utama yang

dengan penuh kesabaran memberikan masukan, ilmu, perhatian, dan support

yang telah diberikan dari awal penelitian hingga selesainya Skripsi ini.

3. Bapak Florentinus Dika Octa Riswanto, M.Sc., selaku dosen pembimbing

pedamping yang juga memberikan semangat, bimbingan, kritik dan saran

kepada penulis agar Skripsi ini selesa dengan baik.

4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang

memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam proses pengerjaan

skripsi ini dan selama menjalankan studi di Fakultas Farmasi Universitas

(11)

viii

5. Dosen penguji yang akan memberikan kritik dan saran yang akan membuat

penulisan naskah ini menjadi lebih baik.

6. PT. Konimex yang telah bersedia memberikan bahan baku standart

parasetamol, kafein, dan propifenazon untuk dianalisis dalam pembuatan

skripsi ini.

7. Mas Bimo dan Pak Kethul selaku staff Laboratorium Kimia Analisis

Instrumental yang telah memberikan banyak kemudahan kepada penulis

dalam proses penelitian ini.

8. Bapak, Ibu, Mas Shodiq, Mbak Citra, Hanif untuk segala doa, dukungan,

motivasi dan perhatian kepada penulis selama pembuatan skripsi ini.

9. Kakak Ipar yang selalu menyediakan makanan agar penulis tidak kelaparan

saat pembuatan naskah skripsi ini.

10.Ade, Jalaq, Erfan, Opphi, Devina selaku rekan sekelompok skripsi yang sudah

berjuang bersama dan membantu dalam proses penelitian skripsi ini.

11.Teman–teman FST B 2011 yang selalu memberikan semangat dalam

pembuatan skripsi.

12.Arinda Sulistyawati, Ade Savitri atas kebersamaan yang selalu memberikan

support, mengajak travelling agar penulis tidak stress dalam pengerjaan proses

skripsi ini.

13.Ary, Alva, Alip, Dajal, Ampau, Alpin, Tepe, Eka, Emre sebagai sahabat yang

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis dalam proses

(12)

ix

14.BIGFAM yang selalu memberikan support kepada penulis dalam pembuatan

skripsi.

15.Seluruh Crew Unik Merchandise yang memberikan semangat dalam

pembuatan skripsi.

16.Seluruh teman, baik di Universitas Sanata Dharma maupun di luar yang selalu

memberikan semangat dan dukungan dalam pembuatan skripsi.

17.Semua pihak yang membantu penulis selama proses penelitian hingga

selesainya skripsi, yang tidak dapat penulis sebutkan satu – persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih memiliki banyak

kekuangan dan ketidak sempurnaan, maka itu penulis mengharapkan kritik dan

saran dari semua pihak.

Akhir kata, semoga penilitian skripsi yang penulis lakukan dapat

bermanfaat bagi perkembangan di dunia kefarmasian.

Yogyakarta, 10 Desember 2015

(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ii

HALAMAN PENGESAHAN iii

HALAMAN PERSEMBAHAN iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI vi

PRAKATA vii

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xiii

DAFTAR GAMBAR xv

DAFTAR LAMPIRAN xviii

DAFTAR SINGKATAN xx

INTISARI xxi

ABSTRACT xxii

BAB I PENGANTAR 1

A. Lalar Belakang 1

1. Perumusan masalah 3

2. Keaslian Penelitian 3

3. Manfaat penelitian 4

B. Tujuan Penelitian 4

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA 6

(14)

xi

1. Parasetamol 6

2. Kafein 7

3. Propifenazon 8

B. Spektrofotometri UV/VIS 8

C. Analisis Multikompeen secara Spektrofotometri UV 10

1. Kemungkinan pertama 11

2. Kemungkinan kedua 11

3. Kemungkinan ketiga 12

D. Kemometrika 13

E. Validasi Metode Analisis Kalibrasi Multivariat 15

1. Presisi 16

2. Akurasi 18

3. Selektivitas 19

F. Landasan Teori 19

G. Hipotesis 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 22

A.Jenis dan Rancangan Penelitian 22

B.Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 22

1. Variabel 22

2. Definisi Operasional 22

C.Bahan Penelitian 23

D.Alat Penelitian 23

(15)

xii

1. Scanning spektra standar 24

2. Pemilihan interval pengukuran dan panjang gelombang pengukuran

untuk set kalibrasi 24

3. Penyiapan larutan set kalibrasi dan set validasi eksternal 24

4. Uji keseragaman bobot tablet 26

5. Analisis sampel 27

6. Analisis statistik kalibrasi multivariat (PLS) 27

a. Model kalibrasi multivariat PLS 27

b. Cross validation leave one-out 28

7. Analisis data sampel 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 32

A. Analisis parasetamol, propifenazon, kafein secara simultan menggunakan

metode spektrofotometri UV 32

B. Optimasi kalibrasi multivariat menggunakan partial least square (PLS)

34

C. Validasi model kalibrasi multivariat PLS 38

1. Validasi silang (cross validation) 39

2. Validasi eksternal 45

D. Penetapan kadar sampel sediaan farmasi 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 50

A. Kesimpulan 50

B. Saran 51

(16)

xiii

LAMPIRAN 55

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Kriteria penerimaan nilai RSD 18

Tabel II. Nilai % recovery 19

Tabel III. Komposisi campuran sintetik parasetamol, propifenazon, dan

kafein untuk model kalibrasi 25

Tabel IV. Komposisi campuran sintetik paracetamol Parasetamol, Kafein,

Propifenazon untuk validasi eksternal 26

Tabel V. Nilai konsentrasi sebenarnya (actual response) vs konsentrasi

terhitung (calculated response) menggunakan spektrofotometri

UV-PLS pada panjang gelombang 220-313 nm 34

Tabel VI. Hasil persamaan , R2, dan RMSEC yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya (actual value) vs nilai terhitung

(calculated value) dengan metode spektrofotometri UV-PLS pada

panjang gelombang 220-313 nm 37

Tabel VII. Nilai sebenarnya dan nilai terhitung hasil kalibrasi pls dari sampel

yang dilakukan validasi silang (cross validation) yang

mengandung parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), dan

(18)

xv

Tabel VIII. Evaluasi nilai sebenarnya dan terhitung hasil kalibrasi PLS dari

10 larutan set validasi yang mengandung parasetamol (PCT),

propifenazon (PROPI), dan kafein (KAF). 44

Tabel IX. Rekapitulasi evaluasi parameter validasi metode spektrofotometri

UV- PLS 45

Tabel X. Hasil penetapan kadar prediksi parasetamol dalam sediaan

farmasi tablet menggunakan metode spektrofotometri UV-PLS

49

Tabel XI. Hasil penetapan kadar prediksi propifenazon dalam sediaan

farmasi tablet menggunakan metode spektrofotometri UV-PLS

49

Tabel XII. Hasil penetapan kadar prediksi kafein dalam sediaan farmasi

(19)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Struktur kimia paracetamol 6

Gambar 2. Struktur kimia kafein 7

Gambar 3. Struktur kimia propifenazon 8

Gambar 4. Instrumentasi spektrofotometri UV double beam 10

Gambar 5. Spektrum absorbsi tidak saling tumpang tindih 11

Gambar 6. Spektrum absorpsi tumpang tindih satu arah 12

Gambar 7. Spektrum absorpsi tumpang tindih dua arah 12

Gambar 8. Spektra Uv parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), kafein

(KAF), dan spektra Uv campuran PCT, PROPI, dan KAF yang

diukur pada panjang gelombang 220-400 nm 32

Gambar 9. Spektra Uv sampel sediaan farmasi (tablet) dan spektra Uv

campuran baku parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), kafein

(KAF) yang diukur pada panjang gelombang 200-400 nm. 33

Gambar 10. Kurva hubungan antara kadar parasetamol sebenarnya (actual

response) vs kadar terhitung (calculated response) parasetamol

dengan metode spektrofotometri UV – PLS pada panjang

(20)

xvii

Gambar 11. Kurva hubungan antara kadar propifenazon sebenarnya (actual

response) vs kadar terhitung (calculated response) propifenazon

dengan metode spektrofotometri UV – PLS pada panjang

gelombang 220 -313 nm 36

Gambar 12. Kurva hubungan antara kadar kafein sebenarnya (actual response)

vs kadar terhitung (calculated response) kafein dengan metode

spektrofotometri UV – PLS pada panjang gelombang 220 -313

nm. 36

Gambar 13. Data dan parameter hasil validasi silang parasetamol dengan

teknik leave one- out 40

Gambar 14. Data dan parameter hasil validasi silang propifenazon dengan

teknik leave one-out 40

Gambar 15. Data dan parameter hasil validasi silang kafein dengan teknik

leave one-out 41

Gambar 16. Kurva hubungan antara kadar parasetamol sebenarnya (actual

response) vs kadar terhitung (calculated respons) hasil validasi

silang leave one-out dengan metode spektrofotometri UV-PLS

pada panjang gelombang 220-313 nm 42

Gambar 17. Kurva hubungan antara kadar propifenazon sebenarnya (actual

(21)

xviii

silang leave one-out dengan metode spektrofotometri UV-PLS

pada panjang gelombang 220-313 nm 42

Gambar 18. Kurva hubungan antara kadar kafein sebenarnya (actual response)

vs kadar terhitung (calculated respons) hasil validasi silang leave

one-out dengan metode spektrofotometri UV-PLS pada panjang

gelombang 220-313 nm 43

Gambar 19. Overlay spektra 6 sampel sediaan farmasi dalam pelarut

(22)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Keseragaman Bobot 56

Lampiran 2. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) parasetamol dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik

tanpa validasi silang leave one-out 57

Lampiran 3. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) propifenazon dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik

tanpa validasi silang leave one-out 58

Lampiran 4. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) kafein dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik tanpa

validasi silang leave one-out 59

Lampiran 5. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) parasetamol dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik

dengan validasi silang leave one-out. 60

Lampiran 6. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) propifenazon dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik

dengan validasi silang leave one-out 61

Lampiran 7. Output Minitab hasil kalibrasi multivariat partial least square

(PLS) kafein dari sampel kalibrasi 20 campuran sintetik

(23)

xx

Lampiran 8. Data pengukuran absorbansi kurva baku dengan

spektrofotometri UV pada panjang gelombang 220-313 nm

64

Lampiran 9. Data pengukuran absorbansi sampel dengan spektrofotometri

UV pada panjang gelombang 220-313 nm 66

Lampiran 10. Perhitungan kadar parasetamol pada sampel tablet

menggunakan hasil koefisien validasi silang 68

Lampiran 11. Perhitungan kadar propifenazon pada sampel tablet

menggunakan hasil koefisien validasi silang 70

Lampiran 12. Perhitungan kadar kafein pada sampel tablet menggunakan

hasil koefisien validasi silang 72

Lampiran 13. Sertifikat analisis baku kafein 74

Lampiran 14. Sertifikat analisis baku propifenazon 75

(24)

xxi

DAFTAR SINGKATAN

PCT : parasetamol

PROPI : propifenazon

KAF : kafein

UV : ultraviolet

VIS : visible

R2 : koefisien determinasi

RMSEC : root mean square error of calibration

RMSECV : root mean square error of cross validation

RMSEP : root mean square error of prediction

PRESS : predicted residual sum of squares

(25)

xxii

INTISARI

Metode analisis obat untuk penetapan kadar adalah spektofotometri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat PLS. Metode ini mampu menetapkan kadar senyawa multikomponen yang mempunyai masalah

overlapping pada spektra UV.

Metode spektrofotomeri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat partial least square (PLS) digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sediaan farmasi tanpa adanya tahap pemisahan.Tiga model campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein akan dioptimasi untuk analisis menggunakan spektrofotometri UV dan kalibrasi multivariat PLS. Model kalibrasi akan dibuat dengan membuat 20 campuran sintetik dan diukur absorbansinya pada panjang gelombang 220-313 nm dengan interval 3 nm. Kemudian dievaluasi berdasarkan koefisien determinasi (R2), kesalahan pemodelan kalibrasi root mean square error of calibration (RMSEC) dan kesalahan pemodelan kalibrasi pada validasi root mean square error of

calibration validation (RMSECV).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat PLS dapat digunakan untuk analisis senyawa multikomponen dalam sediaan farmasi tanpa adanya tahap pemisahan. Nilai koefisien determinasi untuk hubungan antara konsentrasi sebenarnya dengan konsentrasi terprediksi tanpa validasi silang leave one out pada parasetamol, propifenazon, dan kafein adalah 0,9994 ; 0,9878; 0,9919 dengan nilai RMSEC 0,027; 0,082; 0,043 dan nilai koefisien determinasi dengan validasi silang leave one out 0,997; 0,983; 0,982 dengan nilai RMSECV 0,062; 0,095; 0,982. Nilai presentase kedekatan kadar terhitung dengan kadar dalam etiket untuk parasetamol, propifenazon, dan kafein adalah 90,70%; 90,49%; 103,38%.

(26)

xxiii

ABSTRACT

The method analysis of drug for assay is a UV spectrophotometry combined with multivariate calibration PLS. This method can to assay for analysis multicomponent drug have a problem of overlapping in spektra UV.

The method UV spectrophotometric couple with multivariate calibration partial least square (PLS) has been developed for quantitative analysis of multicomponent drugs without separations step. Three mixture model paracetamol, propifenazone, and caffeine will be optimized for analysis using UV spectrophotometric and PLS multivariate calibration. The calibration model is prepared by developing a series 20 mixture of synthetic and measured absorbance at a wavelength of 220-313 nm with an interval of 3 nm. The evaluation of calibration model will be relied on coefficient of determination (R2), root mean

square error of calibration (RMSEC) and root mean square error of calibration validation (RMSECV).

The results showed that UV spectrophotometry combined with multivariate calibration PLS can be used for quantitative analysis of multicomponent drugs without separations step. The coefficient of determination for the relationship between the actual consentration with predicted concentration without the leave-one-out cross validation on paracetamol, propifenazone, and caffeine is 0.9994; 0.9878; 0.9919 with RMSEC value 0.027; 0.082; 0.043 and the coefficient of determination with a leave-one-out cross validation 0.997; 0.983; 0.982 for RMSECV value 0.062; 0.095; 0.982. Percentage recovery for paracetamol, propifenazone, and caffeine is 90,70%; 90,49%; 103,38%.

(27)

1

BAB I PENGANTAR

A. Latar Belakang

Salah satu obat yang digunakan luas di masyarakat adalah obat

sakit kepala, dan sakit gigi seperti campuran parasetamol, kafein, dan

propifenazon. Saat ini banyak obat sakit kepala dan sakit gigi beredar di

masyarakat luas, campuran parasetamol, kafein, dan propifenazon banyak

tersedia dalam bentuk sediaan tablet dengan berbagai merek dagang (Tan &

Rahardja, 2007).

Dalam ilmu farmasi, pemeriksaan mutu obat mutlak diperlukan

agar obat dapat sampai pada targetnya dengan kadar yang tepat. Adanya

pengembangan metode spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan

kalibrasi multivariat dapat menganalisis senyawa multikomponen yang

memiliki spektra UV overlapping (Danzer et al, 2004).

Spektrofotometri UV-VIS biasanya hanya digunakan untuk

menganalisis satu senyawa saja. Saat ini dengan berkembangnya perangkat

lunak yang semakin modern dan teknologi semakin canggih, perangkat

lunak komputer terutama analisis multivariat, spektrofotometri UV-VIS

digunakan untuk menganalisis campuran beberapa senyawa obat secara

simultan dengan menggabungkan spektrofotometri UV-VIS dengan

(28)

sederhana untuk analisis suatu analit dalam campuran seperti parasetamol,

propifenazon, dan kafein.

Dilihat dari senyawa yang akan dianalisis, parasetamol pada larutan

asam mempunyai panjang gelombang maksimal di sekitar 245 nm dengan

nilai = 688a, pada larutan alkali 257 nm = 715b, kafein dalam

air asam mempunyai λmaks 273nm dan mempunyai nilai sebesar

504a, kafein tidak mempunyai λmaks pada air basa, dan propifenazon dalam

air asam λmaks 240nm mempunyai nilai sebesar 400a; dalam air basa

λmaks 245 , 265nm mempunyai nilai sebesar 385b (Moffat, et al.,

2011). Hal ini bisa dilihat bahwa ketiga senyawa ini akan saling tumpang

tindih atau overlapping, maka perlu adanya pendekatan metode kalibrasi

multivariat “kemometrika” untuk analisis parasetamol, kafein, dan

propifenazon.

Penelitian yang telah berhasil dalam penetapan kadar menggunakan

metode spekrofotmetri UV-VIS yang digabungkan dengan metode kalibrasi

multivariat kemometrik adalah untuk analisis kombinasi obat untuk pereda

rasa nyeri adalah penetapan kadar parasetamol, guaifenesin, dan

klorfeniramin maleat secara simultan (Ardiyanti, 2014).

Penggunaan metode spektrofotometri UV-VIS dengan pendekatan

metode kalibrasi multivariat kemometrika untuk analisis kombinasi

parasetamol, kafein, dan propifenazon dalam sediaan farmasi (tablet) akan

(29)

1. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah diuraikan di atas, maka

permasalahan yang muncul adalah :

a. Bagaimana kondisi optimum metode spektrofotometri UV yang

dikombinasikan dengan teknik kalibrasi multivariat PLS untuk

analisis sediaan tablet parasetamol, kafein, dan propifenazon?

b. Bagaimana validasi spektrofotometri UV yang dikombinasikan

dengan kalibrasi multivariat untuk analisis campuran parasetamol,

kafein, dan propifenazon?

c. Bagaimana aplikasi spektrofotometri UV yang dikombinasikan

dengan kalibrasi multivariat untuk penetapan kadar parasetamol,

propifenazon, dan kafein dalam sediaan farmasi tanpa tahap

pemisahan ?

2. Keaslian Penelitian

Yang sudah pernah dilaporkan untuk analisis senyawa

multikomponen dengan spektrofotometri UV yang dikombinasikan kalibrasi

multivariat secar simultan adalah :

a. Kombinasi spektrofotometri UV dan kalibrasi multvariat untuk

analisis parasetamol, guaifenesin, dan klorfeniramin maleat secara

simultan (Ardiyanti, 2014).

b. Analisis sulfametoksazol dan trimetropim secara spektrofotometri

UV dan trimetropim secara simultan tanpa tahap pemisahan

(30)

Hasil penelusuran publikasi – publikasi ilmiah menunjukkan bahwa

analisis campuran parasetamol, kafein, dan propifenazon secara simultan

dalam sediaan farmasi secara spektrofotometri UV–Vis yang

dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat belum pernah dilaporkan.

3. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Metodelogis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

alternatif metode analisis untuk menetapkan kadar Parasetamol,

kafein, dan propifenazon dalam sediaan farmasi yang memenuhi

persyaratan validitas yang baik.

b. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan

tambahan informasi ilmiah mengenai validasi metode penetapan

kadar Parasetamol, kafein, dan propifenazon dalam sediaan farmasi

secara spektrofotometri UV–Vis.

c. Manfaat praktis. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk

menetapkan kadar campuran parasetamol, propifenazon, dan kafein

dalam sediaan farmasi yang banyak beredar di pasaran.

B. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui optimasi metode spektrofotometri UV yang

dikombinasikan dengan teknik kalibrasi multivariat PLS untuk

(31)

2. Mengetahui validasi spektrofotometri UV yang dikombinasikan

dengan kalibrasi multivariat untuk analisis campuran parasetamol,

propifenazon, dan kafein tanpa tahap pemisahan.

3. Mengetahui aplikasi spektrofotometri UV yang dikombinasikan

dengan kalibrasi multivariat untuk penetapan kadar campuran

(32)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kombinasi Obat Pereda Nyeri

Parasetamol dan Propifenazon merupakan obat yang secara luas

digunakan dalam penanganan rasa nyeri (analgetika) dan demam

(antipiretika). Kafein sering dikombinasikan dengan Parasetamol dan

Propifenazon untuk memperkuat efek analgetiknya melalui mekanisme

vasokonstriktif guna untuk mengobati nyeri kepala. Karena terjadi efek

potensiasi, maka dosis masing–masing komponennya diturunkan sehingga

efek samping dapat dikurangi (Tan & Rahardja, 2007).

1. Parasetamol

Struktur parasetamol dapat dilihat pada Gambar 1 memiliki rumus

kimia C8H9NO2 (BM. 151,2) berbentuk kristal atau serbuk berkristal, larut dalam air 1 g dalam 70 mL (Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan

Makanan RI, 1979); larut dalam etanol, metanol, dimetilformamid, etilen

diklorid, aseton, dan etil asetat; sangat sedikit larut dalam kloroform; sedikit

larut dalam eter; praktis tidak larut dalam petroleum eter, pentana, dan

(33)

Gambar 1. Struktur kimia parasetamol

Spektrum UV parasetamol pada larutan asam mempunyai panjang

gelombang maksimal di sekitar 245 nm dengan nilai = 688a, pada

larutan alkali 257 nm = 715b (Moffat, et al., 2004).

2. Kafein

Struktur Kafein dapat dilihat pada Gambar 2 memiliki rumus kimia

C8H10N4O2(BM. 194,2) berbentuk kristal putih atau serbuk kristal putih.

Gambar 2. Struktur kimia kafein

Titik didih pada 238ºC. Ketika dikristalisasi dari air, kafein

mengandung 1 molekul air dari hasil kristalisasi, tapi bebas dari air ketika

dikristalisasi menggunakan etanol, kloroform atau eter. Larut pada pirol,

pada tetrahidrofuran yang mengandung ± 4% air; larut pada etil asetat; larut

1 g dalam 46 mL air, 1 g dalam 5,5 mL air pada suhu 80ºC, 1 g dalam 1,5

(34)

suhu 60ºC, 1g dalam 50 mL aseton, 1 g dalam 5,5 mL kloroform, 1 g dalam

530 mL eter, 1 g dalam 100 mL benzen, 1 g dalam 22 mL benzen mendidih,

sedikit larut dalam petroleum eter. Kelarutan dalam air dapat ditingkatkan

menggunakan benzoat , sinamat, sitrat atau salisilat. pKa kafein 10,4 (40º).

Dalam air asam mempunyai λmaks 273 nm dengan nilai sebesar 504a.

Tidak memiliki λmaks pada air basa (Moffat, et al., 2011).

3. Propifenazon

Struktur propifenazon dapat dilihat pada Gambar 3 memiliki rumus

kimia (C14H18N2O) berbentuk bubuk kristal berwarna putih.

Gambar 3. Struktur kimia propifenazon

Titik didih 103ºC, Larut dalam air 1 g / 400 mL ; sangat larut dalam

etanol dan kloroform; larut dalam eter. Dalam air asam λmaks 240 nm

mempunyai nilai sebesar 400a ; dalam air basa λmaks 245 nm , 265

nm mempunyai nilai sebesar 385b (Moffat, et al., 2011) B. Spektrofotometri UV/VIS

Serapan radiasi digunakan dalam analisis spektrofotometri UV-VIS

dan inframerah. Spektrofotometri UV adalah anggota teknis analisis

(35)

dekat (190-380 nm) dengan memakai instrumen spektrofotometer (Mulja

dan Suharman,1995).

Prinsip kerja spektrofotometri berdasarkan atas interaksi antara

radiasi elektromagnetik dengan materi (atom, ion, atau molekul). Interaksi

yang menyebabkan adanya perpindahan energi dari sinar radiasi ke materi

disebut absorbsi (Pecsok et al, 1976). Bila cahaya jatuh pada senyawa, maka

sebagian dari cahaya diserap oleh molekul-molekul sesuai dengan strukur

dari molekul. Setiap senyawa mempunyai tingkatan energi yang spesifik

(Mulja dan Suharman,1995).

Sinar UV memberikan energi yang cukup untuk terjadinya transisi

elektronik. Keadaan paling rendah disebut keadaan dasar (ground state).

Transisi–transisi elektronik akan meningkatkan energi molekular dari

keadaan dasar ke satu atau lebih tingkat energi tereksitasi. Jika molekul

dikenai radiasi elektromagnetik maka molekul tersebut akan menyerap

radiasi elektromagnetik yang energinya sesuai dan terjadi eksitasi ke tingkat

energi yang lebih tinggi disebut orbital elektron anti ikatan (Gandjar dan

Rohman, 2007).

Spektrofotometer double beam merupakan alat pengembangan dari

spektrofotometer single beam karena keterbatasan yang dimiliki oleh

spektrofotometer single beam. Spektrofotometer double beam dapat dilihat

(36)

Gambar 4. Instrumentasi spektrofotometri UV double beam

Spektrofotometer double beam memiliki dua sinar yang dibentuk

oleh potongan cermin yang digunakan untuk memecah sinar. Sinar pertama

melewati larutan blanko dan sinar kedua melewati sampel, dengan

dilakukannya sistem ini maka spektrofotometer double beam dapat

mengkoreksi perubahan respon absorbansi akibat perbedaan intensitas

cahaya, fluktuasi pada kelistrikan instrumen dan absorbansi blanko (Haven,

Tetrault, and Schenken, 1994).

C. Analisis Multikomponen secara Spektrofotometri UV Apabila dua atau lebih komponen mempunyai absorbansi pada

panjang gelombang yang sama dan keduanya tidak saling bergantung satu

sama lain maka pengukuran spektrofotometri memberikan harga

penjumlahan absorbansi dari setiap komponen (Swarbick, 1997). Prinsip

tersebut dapat digunakan dalam analisis multikomponen dengan cara

mencari absorbansi atau beda absorbansi tiap – tiap komponen yang akan

(37)

dihitung masing–masing kadar campuran tersebut secara serentak atau salah

satu komponen dalam campurannya dengan komponen yang lainya (Mulja

dan Suharman, 1995).

Menurut Day and Underwood (2002), ada tiga kemungkinan profil

spektrum absorpsi yang dihasilkan dari dua komponen campuran yaitu:

1.

Kemungkinan pertama

Spektra tanpa tumpang tindih atau sekurangnya dimungkinkan

untuk menemukan suatu panjang gelombang yang mana x menyerap dan y

tidak, serta panjang gelombang serupa untuk mengukur y. Konstituen x dan

y diukur masing – masing pada panjang gelombang λ1 dan λ2 seperti dilihat

pada Gambar 5 :

Gambar 5. Spektrum absorpsi pada panjang gelombang masing – masing komponen tidak saling tumpang tindih (Day dan Underwood, 2002)

2. Kemungkinan kedua

Spektra tumpang tindih satu arah, y tidak menganggu pengukuran x

pada λ1, tetapi x menyerap cukup banyak bersama–sama y pada λ2.

Konsentrasi x ditetapkan dan absorbansi larutan pada λ1. Absorbansi yang

(38)

pada λ2. Absorbansi ini dikurangkan dari absorbansi terukur larutan pada λ2

sehingga akan diperoleh absorbansi yang disebabkan oleh y, konsentrasi y

dapat diukur dengan cara yang lazim, seperti dilihat pada Gambar 6 :

Gambar 6. Spektrum absorpsi tumpang tindih satu arah (Day dan Underwood, 2002)

3. Kemungkinan ketiga

spektra tumpang tindih dua arah. Bila tidak ditemukan panjang

gelombang yang mana x atau y menyerap secara eksklusif, maka perlu

memecahkan dua persamaan serempak dengan dua derivative. Analisis

kuantitatif jenis ini dapat dilakukan dengan aplikasi metode panjang

gelombang berganda atau derivative, seperti dilihat pada Gambar 7 :

(39)

D. Kemometrika

Menurut International Chemometrics Society (Kumpulan ahli

kemometrika internasional), kemometrika adalah ilmu pengetahuan yang

menghubungkan pengukuran yang dibuat pada suatu proses atau sistem

kimiawi melalui penggunaan ilmu matematika dan statistika. Dari sini dapat

diketahui bahwa ilmu matematika dan statistika mendukung pemahaman

kemometrika. Kemometrika dikenalkan ke dalam spektroskopi untuk

meningkatkan kualitas data yang diperoleh. Meskipun, pada awal

penggunaannya hanya untuk mengolah data spektra, akan tetapi saat ini

kemometrika memungkinkan untuk memperlakukan sejumlah besar

informasi yang berasal dari konsentrasi komponen sampel dalam jangka

waktu yang cepat (Rohman, 2014).

Metode–metode analisis farmasi seperti spektroskopi mampu

memberikan sejumlah data beberapa komponen secara simultan dalam satu

kali pembacaan sampel. Situasi semacam ini, yang mana beberapa variabel

(parameter) diukur untuk tiap sampel akan menghasilkan data multivariat.

Diantara jenis kalibrasi multivariat, teknik kalibrasi classical least squares

(CLS), stepwise multiple linear regression (SMLR), principle component

regression (PCR), dan partial least square (PLS) merupakan jenis yang

paling sering digunakan (Rohman, 2012).

Kalibrasi classical least squares (CLS) didasarkan pada hukum

Beer yang mana absorbansi pada setiap panjang gelombang proporsional

(40)

(PCR) dan partial least squares (PLS) termasuk jenis Inverse Least square

(ILS) (Rohman, 2012).

PLS mampu memprediksi secara lebih baik daripada PCR ketika

ada baseline linier yang acak dan atau spektra komponen utama yang

tumpang tindih (Sohrabi et al., 2009). Dalam PLS, variabel yang

menunjukkan korelasi tinggi dengan variabel respon lebih dipilih karena

lebih efektif untuk mempredisi. Kombinasi linier variabel prediktor dipilih

dari yang memiliki korelasi tinggi dengan variabel respon dan dapat

menjelaskan variasi dalam variabel prediktor (Miller dan Miller, 2010).

Kalibrasi PCR Merupakan analisis faktor yang mana hanya spektra

yang tidak memberi ko-linieritas yang digunakan dalam kalibrasi. PCR

mengaplikasikan teknik multivariat analisis komponen utama atau principal

component analysist (Che Man et al., 2010). Sementara itu, kalibrasi PLS

merupakan jenis regresi yang dihitung dengan algoritma kuadrat terkecil

yang menghubungkan antara dua matriks, data spektra pada matriks X dan

nilai referens pada matriks Y. PLS sering digunakan dalam spektroskopi

untuk mengekstrak informasi dari spektra yang mengandung puncak-puncak

yang tumpang suh, adanya pengganggu, serta adanya derau (noise) dari

instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data (Syahariza et al.,

2005).

Kalibrasi PCR dan PLS dilakukan dalam 3 tahap yaitu : (1)

kalibrasi; (2) validasi; dan (3) analisis sampel yang tidak diketahui (Osborne

(41)

yang diikuti validasi (dengan validasi sampel secara terpisah atau dengan

validasi silang tengan teknik leave one out) dan tahap prediksi (sampel

baru). Jika hasil tahap kalibrasi dan validasi yang digunakan memenuhi

kriteria (korelasi yang tinggi, kesalahan yang kecil) maka model yang

dikembangkan selanjutnya digunakan untuk mengestimasi konsentrasi

campuran dari sampel yang belum diketahui konsentrasinya

Kalibrasi PLS merupakan kalibrasi terbalik (inverse calibration)

dimana sumbu x (absorbansi) dan sumbu y (konsentrasi) dengan

menggunakan validitas yaitu root mean square error of calibration

(RMSEC), root mean square error of prediction (RMSEP) dan koefisien

determinasi (R2). Selanjutnya model PLS diujisilangkan menggunakan teknik “leave one out”. Dalam teknik ini, salah satu sampel kalibrasi

dikeluarkan dari model PLS dan sisa sampel yang ada digunakan untuk

pemodelan dengan PLS. Sampel yang dihilangkan selanjutnya dihitung

dengan model PLS baru yang dikembangkan. Prosedur tersebut dilakukan

berulang kali, menghilangkan satu demi satu sampel kalibrasi hingga

didapatkan harga R2 mendekati 1 (Rohman and Cheman, 2011). Menurut El Gindy (2006), pemilihan panjang gelombang pada PLS diperlukan supaya

kinerja model dapat optimum meskipun metode ini secara komputerisasi

dapat menghitung seluruh spektrum.

E. Validasi Metode Analisis Kalibrasi Multivariat

Validasi metode analisis merupakan suatu prosedur yang

(42)

asas memberikan hasil seperti yang diharapkan dengan kecermatan dan

ketelitian yang memadai. Persoalan analisis era modern ini yaitu sangat

kecilnya kadar senyawa yang dianalisis dan kompleksnya matrik sampel

yang dianalisis (Mulja dan Suharman,1995).

Validasi metode analisis merupakan suatu persyaratan dasar untuk

menjamin kualitas dan kehandalan hasil dari semua aplikasi metode analisis

(Ermer dan Miler, 2005).

1. Presisi

Presisi suatu metode analisis adalah derajat kesesuaian antara hasil

pengukuran ketika metode tersebut diaplikasikan secara berulang-ulang

pada sampel yang homogen. Presisi biasanya ditunjukkan dengan standar

deviasi atau koefisien variasi dari sebuah seri pengukuran (Anonim,2005).

Presisi dalam USP dibagi menjadi tiga macam yaitu :

a. Repeatability adalah derajat keterulangan metode analisis jika

analisis dilakukan di laboratorium yang sama pada hari yang sama

dengan alat yang sama pula.

b. Intermediate precision adalah derajat keterulangan metode analisis

jika analisis dilakukan pada laboratorium yang sama dengan hari

yang berbeda, analisis yang berbeda dan atau alat yang berbeda.

c. Reproducibility adalah derajat keterulangan metode analisis jika

analisis dilakukan pada laboratorium yang berbeda (Anonim,

(43)

Presisi suatu prosedur analisis menunjukkan kedekatan nilai

(derajat penyebaran) antara serangkaian pengukuran yang dilakukan dari

proses multiple sampling dari sekumpulan sampel homogen dengan kondisi

yang telah ditentukan.

Presisi seringkali diekspresikan dengan simpangan baku (SD) atau

simpangan baku relatif (RSD) dari serangkaian data. Perhitungan RSD

menggunakan rumus :

X

x 100% (1)

Keterangan : SD = simbangan baku serangkaian data

X = Rata – rata data

(Gandjar dan Rohman, 2007)

Ketidakpastian kalibrasi dan prediksi kadar yang tidak diketahui

dihitung dengan standard error of calibration (SEC) dan standard error of

prediction (SEP). Parameter lain untuk mengukur presisi kalibrasi

multivariat adalah nilai predictive residual error sum of squares (PRESS).

PRESS dihitung seperti menghitung SEP dengan menggunakan sampel

validasi (Danzer et al., 2004).

Kriteria presisi diberikan jika metode memberikan simpangan baku

relatif atau koefisien variasi 2% atau kurang untuk kadar analit 100%.

Kriteria tersebut sangat fleksibel tergantung pada konsentrasi analit yang

(44)

Tabel I. Kriteria penerimaan nilai RSD

Analit % Fraksi analit Konsentrasi

analit Nilai RSD (%)

(Horwitz cit. Gonzales, Herrador, and Asuero, 2010).

2. Akurasi

Akurasi suatu metode analisis merupakan kedekatan hasil

pengukuran yang diperoleh dengan metode tersebut dengan nilai yang

sebenarnya. Akurasi suatu metode analisis sebaiknya disajikan dalam

rentang (Anonim, 2005).

%Recovery =

x 100% (2)

Akurasi dinyatakan sebagai persen kembali analit yang

ditambahkan dan nilai kecermatan dapat dinyatakan dengan persen

perolehan kembali (% recovery). Batasan nilai akurasi dapat dilihat pada

(45)

Tabel II. Nilai % recovery (Wood, 1998)

Analit pada matrix sampel (%) Recovery yang diterima (%)

100 98 – 102

>10 98 – 102

>1 97 – 103

>0,1 95 – 105

0,01 90 – 107

0,001 90 – 107

0,0001 (1 ppm) 80 – 110

100 ppb 80 – 110

10 ppb 60 – 115

1 ppb 40 – 120

Ada tidaknya suatu kesalahan sistematik dapat diketahui dari fungsi

recovery. Dalam kalibrasi multivariat kadar yang diprediksi model (Ĉ)

dikorelasikan dengan kadar aktual sampel validasi (c) dengan persamaan

regresi sebagai berikut :

Ĉ =

Koefisien regresi ideal jika nilai = 0 dan = 1 (Danzer, et al, 2004).

3. Selektivitas

Secara umum, selektivitas sistem multikomponen dapat ditetapkan

secara kualitatif dan kuantitatif. Dalam kalibrasi multivariat, selektivitas

biasanya dihitung dengan condition number. Namun condition number tidak

memperhitungkan kadar masing masing komponen dan hanya memberikan

(46)

F. Landasan Teori

Dalam sediaan obat sering digunakan campuran zat aktif untuk

memperoleh efek teraupetik yang lebih baik. Salah satunya adalah campuran

Parasetamol, Kafein, Propifenazon (Tan & Rahardja, 2007).

Penelitian ini merupakan analisis senyawa multikomponen

sehingga untuk mengatasi overlapping spektra UV yang dihasilkan maka

digunakan kombinasi kalibrasi multivariat untuk pengolahan data dan

validasi metode dilakukan dengan paramater akurasi dan presisi (Danzer et

al, 2004).

Sifat kelarutan dari ketiga zat aktif tersebut mirip. Parasetamol larut

larut dalam air 1 g/ 70 mL. Kafein larut dalam air 1 g/46 mL. Propifenazon

larut dalam air 1 g/400 mL. Parasetamol, Kafein, Propifenazon masing–

masing dapat ditetapkan kadarnya menggunakan spektrofotometri UV- VIS.

Parasetamol memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada 245 nm

dan serapan maksimum dalam larutan basa pada 257 nm, kafein memiliki

serapan maksimum dalam larutan asam pada 273 nm, propifenazon

memiliki serapan maksimum dalam larutan asam pada 240 nm (Moffat, et

al., 2004). Dengan adanya serapan maksimum pada panjang gelombang

yang berdekatan tersebut menyebabkan spektrum serapan ketiga senyawa

tumpang tindih. Metode spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan

kemometrika dapat digunakan sebagai alat analisis untuk ketiga senyawa

(47)

Keberhasilan analisis menggunakan spektrofotometri UV yang

dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat dilihat dari koefisien

determinasi (R2) >0,99 , RMSEP (root mean square error of prediction) dan RMSECV (root mean square error of cross validation) yang kecil

(El-Gindy et al., 2006).

G. Hipotesis

1. Spektrofotometri UV yang dikombinasikan dengan kalibrasi multivariat

PLS memiliki kemampuan prediksi yang optimal untk senyawa

parasetamol, kafein, dan propifenazon.

2. Spektrofotometri UV-VIS yang dikombinasikan dengan kalibrasi

multivariat PLS merupakan metode yang valid untuk senyawa

parasetamol, kafein, dan propifenazon.

3. Spektrofotometri UV-VIS yang dikombinasikan dengan kalibrasi

multivariat dapat diaplikasikan untuk penetapan kadar senyawa

campuran parasetamol, kafein, propifenazon dalam sediaan tablet oral

(48)

22

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini termasuk penelitian noneksperimental dengan

rancangan penelitian deskriptif.

B. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel

a. Variabel Bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

Konsentrasi larutan campuran model kalibrasi.

b. Variabel Tergantung. Variabel tergantung dari penelitian ini adalah

Konsentrasi sampel sediaan farmasi.

c. Variabel Pengacau. Variabel pengacau dari penelitian ini adalah

pengukuran data absorbansi yang tidak informatif. Dikendalikan

dengan pemusatan pengukuran pada panjang tertentu.

2. Definisi Operasional

a. R-sq atau R2 merupakan koefisien determinasi yang menggambarkan kemampuan nilai konsentrasi dalam menjelaskan hubungan terhadap

nilai terhitung..

b. RMSE (root mean square of error) merupakan stadar deviasi dari

sebuah pemodelan yang menjelaskan seberapa mungkinsuatu model

(49)

c. PRESS (predicted error sum of square) merupakan nilai kesalahan

yang dilakukan saat prediksi sampel oleh model kalibrasi dalam

proses cross validation leave-one-out.

d. Set kalibrasi merupakan 20 larutan kalibrasi yang didapat dari

randomisasi menggunakan ms.excel 2010 untuk pembuatan model

kalibrasi multivariat PLS untuk senyawa

e. Set validasi merupakan 10 larutan kalibrasi yang didapat dari

randomisasi menggunakan ms.excel 2010 untuk pembuatan model

kalibrasi multivariat PLS untuk senyawa

C. Bahan Penelitian

Bahan–bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah baku

parasetamol (PT. Combiphar), baku kafein (PT. Konimex), dan baku propifenazon

(PT. Konimex), akuabides, kertas saring dan sediaan tablet yang mempunyai

komposisi zat aktif parasetamol 250 mg, propifenazon 150 mg, dan kafein 50 mg.

D. Alat Penelitian

Spektrofotometer UV-VIS (Shimadzu) tipe UV 1800 dengan kuvet

kwarsa 1 cm merk Hellma, mikropipet 200 µL dan 1000 µL merk Socorex,

degasser Retsch UR-275, neraca merk Ohaus PAJ1003 dengan kepekaan 0,1 mg

(maksimal 120 g, minimal 0,001 g), serta alat-alat gelas yang lazim digunakan

dalam laboratorium analisis kimia yang terdapat di laboratorium instrumen

(50)

E. Tata Cara Penelitian

Penelitian ini menetapkan kadar parasetamol, propifenazon, kafein dalam

sediaan tablet kombinasi secara spektrofotometri UV yang dihubungkan dengan

kalibrasi multivariat tanpa tahap pemisahan.

Analisis secara spektrofotometri UV-kalibrasi multivariat dilakukan

dengan cara :

1. Scanning spektra standar

Scanning standar dilakukan dengan membuat standar parasetamol dan

kafein dengan konsentrasi 5 µg/mL dan dilakukan scanning spketra pada panjang

gelombang 220-400 nm.

2. Pemilihan interval pengukuran dan panjang gelombang pengukuran untuk

set kalibrasi

a. Dilakukan pengamatan spektra dari hasil pengukuran campuran

standar parasetamol, propifenazon, dan kafein. Dipilih rentang

panjang gelombang saat campuran senyawa mulai memberikan

serapan sampai campuran memberikan serapan mendekati nilai 0

b. Rentang panjang gelombang yang dipilih adalah 220-310 nm. Interval

pengukuran yang dipilih adalah 3 nm agar diperoleh data pengamatan

dalam jumlah yang cukup untuk dapat menggambarkan hubungan

variabel.

3. Penyiapan larutan set kalibrasi dan set validasi eksternal

a. Standar parasetamol, propifenazon, kafein masing–masing ditimbang

(51)

dilarutkan dengan pelarut akuabides, diultrasonifikasi selama 10

menit, dan ditambahkan dengan pelarut sampai batas tanda.

b. Pembuatan 20 larutan set kalibrasi dan 10 set validasi , dilakukan

dengan cara: setiap larutan antara dipipet sejumlah tertentu,

dimasukkan dalam labu takar 10 mL dan diencerkan dengan pelarut

akuabides hingga diperoleh kadar sesuai Tabel III untuk set kalibrasi

dan Tabel IV untuk set validasi eksternal.

(52)

Tabel IV. Komposisi campuran sintetik paracetamol Parasetamol,

Sejumlah 20 sediaan tablet, dihitung bobot rata-rata tiap tablet. Sediaan

tablet memenuhi syarat apabila ditimbang satu per satu, tidak ada lebih dari 2

tablet yang menyimpang dari bobot rata-rata lebih besar dari 5% dan tidak ada

satu tablet pun yang bobotnya menyimpang dari bobot rata-rata lebih dari 10%

(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan, 1995).

5. Analisis Sampel

a. Ditimbang 20 sampel tablet secara seksama, dicatat bobot setiap tablet,

dilakukan pengujian keseragaman bobot tablet, digerus sampai homogen.

b. Ditimbang seksama dengan jumlah tertentu yang setara dengan 25 mg

parasetamol, 15 mg propifenazon, dan 5 mg kafein dilarutkan dalam labu

takar 100 mL, dilarutkan dalam sebagian pelarut akuabides,

diultrasonikasi selama 15 menit, dan diencerkan dengan pelarut sampai

(53)

c. Dari larutan yang telah disaring, dipipet sebanyak 5,0 mL dan

dimasukkan dalam labu takar 50 mL, kemudian ditambahkan pelarut

sampai batas tanda.

d. Dari larutan (c) tersebut dipipet lagi sebanyak 2,0 mL dan dimasukkan

dalam labu takar 10 mL, kemudian ditambahkan pelarut sampai batas

tanda.

e. Dilakukan scanning dari larutan tersebut pada panjang gelombang

220-310 nm dengan interval absorbansi 3 nm.

f. Dilakukan penetapan kadar parasetamol, propifenazon, dan kafein

sebanyak 6 kali. Kadar dihitung dengan metode kalibrasi multivariat

partial least square (PLS).

6. Analisis statistik kalibrasi multivariat (PLS)

a. Model Kalibrasi Multivariat PLS

1) Data konsentrasi dan absorbansi kelompok larutan kalibrasi yang

disajikan dalam kertas kerja perangkat lunak Microsoft Excel

dipindahkan ke dalam kertas kerja Minitab® 16 (trial) dengan fungsi

copy-paste.

2) Pengolahan data statistik partial least square (PLS) dipilih dengan

menggunakan pilihan Stat pada panel kerja Minitab 16, kemudian

dipilih regression partial least square.

3) Setelah muncul jendela baru dari program Minitab 16, dilakukan

pembuatan model PLS parasetamol dengan cara; kolom response

(54)

dipilih variabel absorbansi pada panjang gelombang 220-310 nm.

Untuk pembuatan model PLS kafein dibuat dengan cara; kolom

response diisi dengan pilihan variabel konsentrasi CAF dan kolom

model dipilih variabel absorbansi pada panjang gelombang 220-310

nm.

4) Diperoleh nilai terhitung dan nilai sebenaryna dari model kalibrasi

multivariat PLS parasetamol dan kafein, nilai tersebut kemudian

dipindahkan ke dalam kertas kerja perangkat lunak Microsoft Excel

dengan fungsi copy-paste.

5) R2 didapat dari hubungan korelasi atau kedekatan nilai antara nilai sebenarnya (sumbu X) dengan nilai terhitung (sumbu Y).

6) RMSEC dapat dihitung menggunakan rumus √∑

dimana x

adalah nilai sebenarnya (actual), y adalah nilai terhitung

(calculated), dan n adalah banyak nya data konsentrasi yang

dirandomisasi yaitu 20.

b. Cross Validation Leave-one-out

1) Data dipindahkan dari kertas kerja perangkat lunak Microsoft Excel

dengan menggunakan fungsi copy-paste ke dalam kertas kerja

Minitab 16.

2) Dipilih model kalibrasi PLS dengan menekan pilihan stat pada

panel kerja, kemudian dipilih regression partial least square.

3) Proses validasi model kalibrasi dilakukan dengan, dimasukan

(55)

absorbansi ke dalam kolom model. Kemudian tekan tombol option

yang selanjutnya ditentukan tambahan proses leave-one-one.

Perlakuan sama diberlakukan untuk proses validasi CAF.

4) Diperoleh nilai sebenarnya dan nilai terhitung, serta nilai PRESS

dari tahap validasi internal dan selanjutnya dipindahkan ke dalam

kertas kerja perangkan lunak Microsoft Excel dengan fungsi

copy-paste.

5) Akurasi dan presisi model kalibrasi ditinjau dari nilai R2 dan nilai RMSECV dengan membuat hubungan linier antara nilai sebenarnya

dan nilai terhitung. Diperoleh persamaan linear y=bx+a hubungan

antara nilai sebenarnya dan terhitung yang nantinya akan digunakan

untuk memperoleh nilai RMSECV.

7. Anasilis data Sampel

a. Akurasi dan presisi model kalibrasi multivariat parasetamol dan kafein

dinyatakan secara statistik dengan nilai R2, RMSEC, RMSECV, RMSEP dan PRESS.

b. Konsentrasi sampel dihitung dengan koefisien dari masing-masing model

untuk senyawa parasetamol dan kafein sesuai dengan rumus :

Keterangan :

X = Konsentrasi terhitung sampel (µg/mL)

ts = koefisien dari model kalibrasi

(56)

= koreksi kesalahan yang mungkin erjadi pada model kalibras

PLS

c. Kadar sampel dihitung dengan menggunakan rumus :

̅ )

Keterangan :

Ct = konsentrasi sampel terprediksi oleh model (µg/mL)

Fp = Faktor Pengenceran

̅ = Berat rata-rata penimbangan keseluruhan sampel tablet (mg (tab)) X = Berat penimbangan sampel (mg)

d. Akurasi dari proses penetapan kadar ditetapkan dengan persen perolehan

kembali dengan rentang yang dapat diterima menurut Wood (1998)

adalah sebesar 90-107%

e. Presisi dari proses penetapan kadar ditetapkan dengan nilai RSD dengan

nilai maksimal yang masih dapat diterima menurut Gonzales dan

Herrador (2007) adalah sebesar 11,3%.

Analisis kalibrasi multivariat dilakukan dengan menggunakan

perangkat lunak Minitab® 16 (trial). Kertas kerja perangkat lunak Excel 2010 digunakan untuk menentukan konsentrasi secara random masing–masing zat

aktif dan untuk menghubungkan antara konsentrasi sebenarnya dan

(57)

32

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Analisis parasetamol, propifenazon, kafein secara simultan menggunakan metode spektrofotometri UV

Spektra UV parasetamol, propifenazon, kafein dengan konsentrasi

masing-masing 5 ppm dapat dilihat pada Gambar 8 dari gambar ini nampak

bahwa ketiga senyawa mempunyai spektra yang overlapping. Dengan

bekembangnya teknologi, saat ini tersedia suatu perangkat kalibrasi

multivariat yang dapat mengatasi masalah spektra yang overlapping seperti

ini.

Gambar 8. Spektra UV parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), kafein (KAF), dan spektra UV campuran PCT, PROPI, dan KAF yang diukur pada panjang

gelombang 220-400 nm

PCT

PROP

(58)

Untuk suksesnya analisis ketiga senyawa ini (PCT, PROPI, dan

KAF) dengan bantuan kalibrasi multivariat kemometrika, maka spektra UV

sampel yang akan di analisis harus mempunyai spektra UV yang mirip

dengan spektra UV baku, karena jika spektra baku campuran ketiga

senyawa obat dengan sampel sediaan farmasi yang akan dianalisis tidak

mirip, maka perlu diperhatikan adanya bahan tambahan dalam sampel yang

membuat spektra tidak mirip dengan baku. Dari Gambar 9 nampak bahwa

sediaan farmasi (tablet) dan campuran baku ketiga senyawa (PCT, PROPI,

dan KAF) mempunyai pola spektra yang mirip.

Gambar 9. Spektra UV sampel sediaan farmasi (tablet) dan spektra UV campuran baku parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), kafein (KAF)

yang diukur pada panjang gelombang 200-400 nm

Spektra campuran baku (PCT, PROPI, dan KAF)

(59)

B. Optimasi kalibrasi multivariat menggunakan partial least

square (PLS)

Partial least square (PLS) digunakan untuk melakukan pengolahan

data karena mampu menghasilkan model kalibrasi dengan kemampuan

prediksi yang baik untuk jumlah data yang banyak. Data absorbansi dari 20

set kalibrasi disiapkan sebagai model kalibrasi diukur pada panjang

gelombang 220-313 nm dengan interval panjang gelombang 3 nm. Pada

partial least square (PLS) dilakukan pemilihan panjang gelombang, hal ini

bertujuan untuk memperoleh kinerja model yang optimum meskipun pada

metode partial least square (PLS) secara komputerisasi dapat mencakup

seluruh spektrum (El Gindy, 2006).

Kebaikan suatu model kalibrasi dapat dilihat dari nilai koefisien

determinasi (R2) dan nilai RMSEC (root mean square error of calibration). Hasil dari analisis varian untuk senyawa parasetamol, propifenazon, dan

kafein adalah nilai p = 0,000 menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara kedua variabel dalam hal ini konsetrasi dan absorbansi.

Selisih antara nilai sebenarnya dan nilai terhitung yang dihasilkan sangat

kecil yang menunjukkan pengukuran yang dilakukan oleh model kalibrasi

baik, kemudian diproses menggunakan Microsoft Excel untuk menentukan

nilai R2 dan nilai RMSEC.

Sebagaimana dalam analisis instrumental pada umumnya, maka

tahapan pertama yang dilakukan adalah menyiapkan model kalibrasi dengan

(60)

dengan komposisi konsentrasi obatnya sebagaimana dalam Tabel V yang

merupakan hasil pengolahan data yang diperoleh dari pembuatan model

kalibrasi parasetamol, propifenazon, dan kafein. Konsentrasi sebenarnya

adalah konsentrasi yang dibuat berdasarkan bilangan acak pada tahap

pembuatan set kalibrasi, sedangkan konsntrasi terhitung merupakan

konsentrasi yang diprediksikan oleh model kalibrasi PLS.

Tabel V. Nilai konsentrasi sebenarnya (actual response) vs konsentrasi terhitung (calculated response) menggunakan spektrofotometri UV-PLS tanpa

cross validation pada panjang gelombang 220-313 nm

N o

Konsentrasi (µg/mL)

PCT PROPI KAF

Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung

1 5,8 5,77066 3,5 3,51837 1,5 1,47959

Sampel kalibrasi ini selanjutnya dimodelkan dengan menggunakan

(61)

pada panjang gelombang 313 nm. Pemilihan panjang gelombang

220-313 nm bertujuan untuk mengurangi sebagian data yang mungkin bersifat

tidak informatif dan untuk mendapatkan model kalibrasi dengan

kemampuan prediksi yang optimum. Adapun kurva hubungan antara nilai

kadar terprediksi dan nilai aktual parasetamol, propifenazon, kafein dalam

set kalibrasi dapat dilihat pada Gambar 10, 11, 12. berikut :

Gambar 10. Kurva hubungan antara kadar parasetamol sebenarnya (actual

value) vs kadar terhitung (calculated value) parasetamol dengan metode

spektrofotometri UV-PLS pada panjang gelombang 220 -313 nm

5,0

Gambar 11. Kurva hubungan antara kadar propifenazon sebenarnya (actual

value) vs kadar terhitung (calculated value) propifenazon dengan metode

spektrofotometri UV-PLS pada panjang gelombang 220 -313 nm

(62)

2,00

Gambar 12. Kurva hubungan antara kadar kafein sebenarnya (actual value) vs kadar terhitung (calculated value) kafein dengan metode spektrofotometri

UV-PLS pada panjang gelombang 220 -313 nm

Tabel VI. Hasil persamaan , R2, dan RMSEC yang didapat dari hubungan antara nilai kadar sebenarnya (actual value) vs nilai terhitung (calculated

value) dengan metode spektrofotometri UV-PLS tanpa cross validation pada

panjang gelombang 220-313 nm

PCT PROPI KAF

Persamaan y = 0,9994x + 0,0034 y = 0,9878x + 0,0426 y = 0,9919x + 0,0101

R2 0,9994 0,9878 0,9919

RMSEC 0,027445698 0,082897315 0,043408954

Dari Tabel VI yang merupakan hasil konsentrasi sebenarnya dan

konsentrasi terhitung kemudian diproses menggunakan perangkat lunak

ms.excel 2010 untuk menentukan nilai R2 dan nilai RMSEC.

RMSEC menunjukkan selisih kadar prediksi dengan kadar aktual

sehingga jika nilai RMSEC nya semakin kecil maka model – model tersebut

dapat dikatakan semakin baik karena faktor kesalahannya semakin kecil

(63)

Hasil persamaan , R2, dan RMSEC dapat dilihat pada Tabel VI. Nilai RMSEC (root mean square error of calibration) yang diperoleh

adalah 0,027 untuk PCT, 0,082 untuk PROPI, dan 0,043 untuk KAF. Nilai

RMSEC yang diperoleh sangat baik karena mendekati 0.

C. Validasi model kalibrasi multvariat PLS

Kemampuan prediksi dari model kalibrasi multivariat divalidasi

degan dua proses yaitu validasi internal dan validasi eksternal. Validasi

internal (cross validation) bertujuan untuk menangani masalah overfitting

yang seringkali terjadi dalam proses pembuatan model, sedangkan validasi

eksternal bertujuan untuk mengetahui kemampuan prediksi dari keseluruhan

model kalibrasi multivariat PLS dengan menetapkan konsentrasi larutan

yang telah diketahui.

1. Validasi Silang (cross validation)

Model kalibrasi ketiga senyawa obat (PCT, PROPI, dan KAF) yang

dihasilkan mampu memberikan prediksi yang baik dengan nilai koefisien

determinasi (R2) parasetamol 0,9994, propifenazon 0,9878, kafein 0,9919. Selanjutnya model kalibrasi ini dilakukan validasi silang (cross validation)

dengan menggunakan teknik leave-one out. Dalam teknik ini, salah satu

sampel kalibrasi (misal sampel nomor 1) dikeluarkan, lalu sampel ini

dimodelkan dengan sampel yang tersisa. Selanjutnya dihitung nilai

terprediksi sampel 1 dari model kalibrasi sampel yang tersisa. Hal ini

(64)

dimodelkan dengan sampel kalibrasi yang tersisa. Hasilnya dapat dilihat

pada Tabel VII. hubungan antara nilai sebenarnya suatu analit dengan nilai

terprediksi yang sudah divalidasi (cross validation) menggunakan teknik

leave-one out dengan metode PLS pada panjang gelombang 220-313 nm.

Tabel VII. Nilai sebenarnya dan nilai terhitung hasil kalibrasi pls dari sampel yang dilakukan validasi silang (cross validation) yang mengandung

parasetamol (PCT), propifenazon (PROPI), dan kafein (KAF)

Nomor Campuran

Konsentrasi (µg/mL)

PCT PROPI KAF

Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung Sebenarnya Terhitung

1 5,75522 5,69975 3,65866 3,68038 1,38956 1,37482

Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinasi

(65)

rendah (mendekati nol) maka kemampuan model untuk memprediksi

semakin baik.

Data dan parameter hasil validasi silang leave one-out parasetamol,

propifenazon, dan kafein dapat dilihat pada Gambar 13, 14, 15 :

PLS Regression: PCT versus 253; 256; 259; 262; 271; 274; 277; 280; ...

Cross-validation Leave-one-out Components to evaluate Set

Number of components evaluated 10 Number of components selected 9

Analysis of Variance for PCT

Source DF SS MS F P

Regression 9 25,2606 2,80673 1657,48 0,000 Residual Error 10 0,0169 0,00169

Total 19 25,2775

Model Selection and Validation for PCT

Components X Variance Error R-Sq PRESS R-Sq (pred) 1 0,92489 20,1053 0,204618 23,5800 0,067156 2 0,98766 7,2132 0,714641 9,8431 0,610599 10 0,0151 0,999404 0,1919 0,992410

Gambar

Tabel I.   Kriteria penerimaan nilai RSD
Tabel IX. Rekapitulasi evaluasi parameter validasi metode spektrofotometri
Gambar 12.  Kurva hubungan antara kadar kafein sebenarnya (actual response)
Gambar 19.  Overlay spektra 6 sampel sediaan farmasi dalam pelarut
+7

Referensi

Dokumen terkait

hletode PLS (Partial Least Square), vang tennasuk ke dalam pemodelan 'lunak' (sop modelling), digunakan untuk mengatasi masalah kolinearitas dalam model kalibrasi ganda..

Kalibrasi multivariat yang dikombinasikan dengan spektnun ultraviolet telah dikembangkan untuk penentuan simultan kadar kafein, vitamin B1, B2, dan B6 dalam contoh

Spektroskopi Fourier Transform Infra Merah (FTIR) yang digabung dengan kemometrika analisis diskriminan serta analisis multivariat Partial Least Square (PLS) dan Principal

IDENTIFIKASI SENYAWA OBAT PIROKSIKAM DALAM SEDIAAN PADAT OBAT TRADISIONAL DENGAN METODE.. KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS (KLT) DAN

Pengertian panjang gelombang zero crossing adalah panjang gelombang dimana jika pada analisis multikomponen spektrum derivatifnya digabungkan, maka satu analit memberikan

Metode spektrofotometri ultraviolet (UV) digunakan untuk menganalisis senyawa tunggal, dengan adanya modifikasi metode spektrofotometri ultraviolet ini maka dapat

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa metode penetapan kadar campuran parasetamol dan ibuprofen dengan spektrofotometri UV dengan panjang gelombang berganda memiliki akurasi

Spektroskopi Fourier Transform Infra Merah (FTIR) yang digabung dengan kemometrika analisis diskriminan serta analisis multivariat Partial Least Square (PLS) dan Principal