• Tidak ada hasil yang ditemukan

T PSN 1201062 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T PSN 1201062 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Berdasarkan paparan Majid (2014, hlm. 51-53), dampak globalisasi bersifat

multidimensional. Dampak ini juga terasa dalam bidang pendidikan pada semua

jenjang dan jenis pendidikan. Secara spesifik, globalisasi mendorong terjadinya

perubahan peran institusi pembelajaran tradisional tidak dapat dipertahankan lagi

dan perlu diubah menjadi institusi pencipta pengetahuan. Sementara itu,

perencanaan yang dibuat secara acak (by accident) harus diubah menjadi

perencanaan strategis (by design). Ditinjau dari sudut tantangan, pendekatan

komparatif harus diubah menjadi pendekatan kompetitif.

Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai

suatu rancangan pendidikan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil

pendidikan. Ada tiga sifat penting pendidikan yang harus diperhatikan pada waktu

akan mengembangkan kurikulum. Pertama, pendidikan mengandung nilai dan

memberikan pertimbangan nilai. Hal ini diartikan bahwa pendidikan diarahkan

pada pengembangan pribadi anak agar sesuai dengan nilai-nilai yang ada dan

diharapkan masyarakat. Proses pendidikannya harus bersifat membina dan

mengembangkan nilai. Kedua, pendidikan diarahkan pada kehidupan dalam

masyarakat. Hal ini diartikan bahwa pendidikan menyiapkan anak untuk

kehidupan dalam masyarakat. Anak perlu mengenal dan memahami apa yang ada

dalam masyarakat, memiliki kecakapan-kecakapan untuk dapat berpartisipasi

dalam masyarakat. Ketiga, pelaksanaan pendidikan dipengaruhi dan didukung

oleh lingkungan masyarakat tempat pendidikan itu berlangsung.

Pengembangan kurikulum yang inovatif seyogianya mengikuti alur proses

inovatif yang bercirikan interaktif atau non-linear, iteratif atau berulang secara

spiral/helix yang juga dikenal sebagai feed-back loops, penyaringan dan

(2)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

jangka panjang vs jangka pendek, efektifitas vs efisiensi dan kekenduran vs

kecepatan.

Salah satu bentuk pengembangan kurikulum yang akhir-akhir ini

memperoleh perhatian secara sungguh-sungguh adalah pengintegrasian kurikulum

yang hasilnya disebut sebagai kurikulum terpadu (integrated curriculum).

Kurikulum terpadu pada dasarnya mengintegrasikan sejumlah disiplin (mata

pelajaran) melalui keterkaitan di antara tujuan, isi, keterampilan, dan sikap.

Menurut mereka, berbeda dari kurikulum yang berpusat pada disiplin ilmu

(subject-centered curriculum), tujuan utama kurikulum terpadu adalah

memadukan sejumlah elemen kurikulum dan pembelajaran di antara berbagai

disiplin.

Tumbuh kembangnya minat dan kebutuhan atas kurikulum terpadu dipicu

oleh sejumlah hal berikut:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan

pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuan pengetahuan

itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya, apa yang

sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah tertinggal

jauh oleh perkembangan yang terjadi

2. Merancang dan melaksanakan pembelajaran di sekolah dibentengi oleh satuan

waktu yang disebut menit. Karena waktunya sudah habis, kegiatan belajar yang

sedang berlangsung terpaksa harus diputus dan segera berpindah pada

pelajaran yang baru. Para siswa belajar dengan terpenggal-penggal dan

terputus-putus tanpa memedulikan ketuntasan dan keutuhan.

3. Kegiatan pembelajaran yang dialami anak menjadi membosankan dan tidak

berguna, ketika mereka tidak mengerti mempelajari Matematika, Sejarah, IPS,

IPA, dan sebagainfya. Pembelajaran hanya dilakukan demi pelajaran itu

sendiri, atau sekadar menghadapi tes dan ujian.

(3)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Implementasi kurikulum pada hakikatnya dapat dipahami dan akan terlihat

jelas dan nyata dalam proses belajar itu sendiri sehingga secara langsung dapat

pula dikatakan proses belajar mengajar yang sedang dijalani itulah yang menjadi

implementasi kurikulum. Pada tahap pelaksanaan pembelajaran di SD Negeri 25

Tanjung Enim Sumatera Selatan, peneliti memadukan sejumlah topik dari mata

pelajaran yang berbeda, tetapi esensinya sama dalam sebuah topik tertentu.

Pelaksanaannya yaitu menentukan tema terlebih dahulu, mengintegrasikan tema

tersebut dengan kurikulum 2013, lalu mendesain rencana pembelajaran termasuk

pengorganisasian sumber belajar, bahan ajar, media belajar, dan kegiatan di luar

sekolah atau ekstrakulikuler di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.

Pemilihan tema ini dapat datang dari staf pengajar yaitu guru kelas atau guru

bidang studi dan siswa. Biasanya guru yang memilih tema dasarnya dan dengan

musyawarah siswa memilih unit tema. Pemilihan tema dasar yang dilakukan oleh

guru dengan mengaju pada tema dan materi-materi pada pokok bahasan pada

setiap mata pelajaran yang terdapat pada kurikulum. Tema dapat juga dipilih

berdasarkan pertimbangan lain, yaitu tema yang dipilih merupakan consensus

antar siswa, misal dari buku-buku bacaan, pengalaman, minat, isu-isu, yang

sedang beredar di masyarakat dengan mengingat ketersediaan sarana dan sumber

belajar yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Tema dapat muncul dari

siswa, kemudian guru yang mengorganisir atau guru melontarkan tema dasar,

kemudian siswa mengembangkan unit temanya. Curah pendapat pada

pembelajaran juga bermanfaat untuk memunculkan tema dasar kemudian

dikembangkan menjadi unit tema. Setelah tema dasar dan unit tema dipilih maka

akan terbentuk jaring-jaring.

Pada pembelajaran ini, peneliti menggunakan angklung untuk memberikan

pengalaman kepada siswa yang lebih kongkret, memotivasi, serta mempertinggi

daya serap dan daya ingat siswa dalam belajar. Media yang akan digunakan

penulis yaitu angklung. Angklung merupakan salah satu kekayaan budaya

(4)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

milik dunia. Atas rintisan Daeng Soetigna, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan RI melalui SK. Mendikbud No. 082/1968 pada 23 Agustus 1968

menetapkan angklung sebagai media pendidikan. Keputusan menteri ini

dikeluarkan atas dasar pemikiran bahwa terkandung sifat-sifat baik dalam

permainan angklung seperti kerjasama, disiplin, keterampilan, tanggung jawab,

dan olah rasa musikalitas. Namun sayangnya keberadaan angklung dalam dunia

pendidikan formal di Indonesia belumlah optimal.

Studi lapangan terkait proses pembelajaran angklung di sekolah dilaporkan

oleh Karlina (2009), Yuyus dan Oom (2010), serta Widyarahman (2011)

menjelaskan bahwa pembelajaran angklung di tingkat sekolah dasar dilaksanakan

dalam bentuk kegiatan ekstrakurikuler. Menurut Milyartini dan Sukmayadi (2013,

hlm. 3) menjelaskan bahwa proses belajar yang dikembangkan cenderung pada

upaya memainkan lagu atau karya yang sudah ada dengan penekanan pada

keterampilan motorik dan pengetahuan musik. Potensi angklung sebagai media

pendidikan belum digunakan secara optimal. Sebaliknya, studi terkait

pemanfaatan angklung dalam pendidikan luar biasa dan inklusi yang dilakukan

oleh Nurhaeni (2011), Belgis (2011), dan Anjelia (2012) menunjukkan bahwa

penggunaan angklung sebagai media pembelajaran mampu membantu siswa

tunagrahita ringan, dan siswa autis dalam mengembangkan kemampuan interaksi

sosial.

Menurut penulis, konsep matematika yang dapat dikenalkan angklung yaitu

mengenal konsep pecahan senilai dan melakukan hitung pecahan menggunakan

angklung tersebut. Siswa juga dapat mengidentifikasi nilai not dalam bentuk

angka melalui permainan angklung dibunyikan. Pada mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan, penulis memanfaatkan angklung dengan memainkan lagu

Garuda Pancasila. Kemudian siswa disuruh mengingat pancasila sebagai dasar

negara Indonesia yang pada akhirnya akan dijelaskan tentang hak dan kewajiban

sebagai warga negara Indonesia dalam lingkungan sehari-hari, di rumah, maupun

(5)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung dengan lagu daerah Jawa Barat yang kemudian akan diartikan kembali

ke bahasa Sumatera Selatan. Dengan demikian, siswa bisa mengenal berbagai

bahasa di Indonesia. Begitu pula pada mata pelajaran Seni Budaya, siswa tidak

hanya bisa mempelajari musiknya saja, tetapi siswa juga bisa mempelajari gerak

dan tari pada permainan angklung. Hal ini bisa mengajarkan siswa bagaimana

cara mengagumi ciri khas keindahan karya seni dan karya berbagai daerah sebagai

anugrah Tuhan.

Dalam penelitian ini, penulis memilih angklung sebagai media kreasi untuk

pengait mata pelajaran sekolah dasar dalam pengajaran tematik terpadu. Peneliti

memilih beberapa mata pelajaran yang sangat cocok untuk dikaitkan melalui

media angklung. Diantaranya adalah mata pelajaran Seni Budaya, Bahasa

Indonesia, Pendidikan Kewarganegaraan, dan Matematika. Melalui angklung atau

media abstrak atau konkret yang disediakan oleh peneliti, maka murid secara tidak

langsung dapat mengungkapkan pendapat dan berdiskusi tentang media atau

instrument angklung yang berasal dari daerah luar Sumatera Selatan. Selain itu

melalui media seni tersebut, murid bisa berkomunikasi serta memanfaatkan media

tersebut sebgai alat transformasi budaya (Bahasa Indonesia). Keanekaragaman

budaya tersebut juga mengajarkan peserta untuk bisa saling menghargai,

berprilaku, bekerja sama sesuai dengan tema yang telah dipilih peneliti yaitu

Indahnya Kebersamaan (PKN).

Pada pembelajaran ini, peneliti menjembatani setiap mata pelajaran melalui

lagu „Boneka Abdi sebagai penghubung mata pelajaran yang telah dipilih peneliti.

Selain dapat memainkan angklung dengan teknik yang benar, peneliti juga

mengajarkan peserta didi tentang unsur-unsur musikal yang ada pada lagu yang

dimainkan (Seni Budaya). Peserta didik juga dapat menghitung unsur musik yang

ada dalam lagu, dapat berpikir kritis dengan mendeskripsikan lagu tersebut dan

menginterpretasikan fenomena yang ada pada lagu „Boneka Abdi” (Matematika).

Pengajaran ini tidak hanya berpacu dengan kurikulum atau petunjuk yang sudah

(6)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

angklung yang merupakan alat musik yang berasal dari daerah diluar sumatera.

Penulis juga akan membahas tentang bagaimana respon atau pandangan guru-guru

atau pihak sekolah mengenai model pembelajaran tematik terpadu, apakah hasil

belajar dengan model ini bisa bertahan lama? Dan apakah angklung memiliki

pengaruh besar terhadap pembelajaran tematik terpadu tersebut?

Berdasarkan latar belakang pemikiran di tas, maka langkah yang ditempuh

untuk mencapai tujuan tersebut dengan melakukan penelitian melalui metode

kuantitatif dengan judul “Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran

Tematik Terpadu Kleas IV di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Dari

hasul penelitian yang penulis dapat menemukan adanya kontribusi antara

penerapan pembelajarn tematik terpadu dengan pendidikan, kurikulum serta

pemerhati pendidikan.

B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi

beberapa masalah yang ditemui yaitu:

1. kurikulum sekolah selalu ketinggalan dengan pertumbuhkembangan

pengetahuan yang sangat pesat dalam berbagai bidang. Kemajuadjn

pengetahuan itu tidak serta merta dapat diadopsi dalam kurikulum. Akibatnya,

apa yang sedang dan telah dipelajari siswa kerap basi dan usang karena telah

tertinggal jauh oleh perkembangan yang terjadi.

2. Kegiatan pembelajaran di sekolah seringkali membosankan karena mata

pelajaran masih terpisah dan dibentengi dengan batasan waktu sehingga siswa

belajar dengan terpenggal-penggal dan terputus-putus tanpa memedulikan

ketuntasan dan keutuhan.

3. Siswa Kelas IV SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan belum memliki

banyak pengalaman belajar dengan menggunakan media dan di sekolah belum

(7)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendengarkan uraian guru tanpa adanya pembelajaran pengamatan dan praktek

langsung.

C.RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, yang menjadi fokus penelitian ini

adalah bagaimana penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di

SD Negeri 25 dengan menggunakan angklung dengan pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana desain konsep pembelajaran tematik terpadu dengan menggunakan

angklung untuk siswa kelas 4 di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera

Selatan?

2. Bagaimana langkah-langkah pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4

di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan?

3. Apa implikasi penerapan pembelajaran tematik terpadu untuk siswa kelas 4 di

SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan dengan menggunakan

angklung?

D.TUJUAN PENELITIAN

Secara umum, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas desain

konsep penerapan angklung sebagai media pembelajaran tematik terpadu untuk

siswa kelas IV di SDN 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan. Sehingga dapat

menemukan metodologi pembelajaran seni secara inovatif, kreatif, efektif, dan

efisien.

Secara operasional, penelitian ini bertujuan untuk menguji coba desain konsep,

menerapkan langkah-langkah pembelajaran serta implikasinya terhadap

pembelajarn tematik terpadu di SD Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan.

(8)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Manfaat dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi atau

masukan kepada guru mata pelajaran seni budaya, institusi pendidikan, dan

masyarakat. Adapun manfaat tersebut adalah sebagai berikut:

1. Manfaat bagi peneliti

Hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan pengetahuan dalam

menerapkan pembelajaran tematik terpadu menggunakan angklung.

2. Guru Bidang Studi

Bagi guru mata pelajaran, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu

model pembelajaran di sekolah yaitu Pembelajaran Tematik Terpadu, sehingga

dapat menerapkan model pembelajaran ini dalam setiap mata pelajaran yang

dikembangkan di SD Negeri 25 khususnya untuk siswa kelas IV.

3. Bagi Siswa

Siswa akan mendapatkan pembelajaran temtaik terpadu yang lebih bermakna

dan berkualitas.

4. Manfaat bagi institusi SDN 25 Tanjung Enim

Bagi institusi pendidikan, hasil penelitian ini dapat dijadikan rujukan dan

bahan masukan dalam rangka perbaikan penyelenggaraan kurikulum sekolah di

SD Negeri 25 Tanjung Enim.

5. Manfaat bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pengetahuan bagi masyarakat

berupa informasi mengenai penerapan Pembelajaran Tematik Terpadu

menggunakan media di SD Negeri 25 Tanjung Enim, yang diharapkan juga

dapat mengenalkan dan membantu proses pembelajaran tematik terpadu di

(9)

Fensy Sella, 2014

Penerapan Angklung Sebagai Media Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas Iv Di Sd Negeri 25 Tanjung Enim Sumatera Selatan

Referensi

Dokumen terkait

oleh CFRP dapat bertambah kekuatan tekannya terhadap beban yang harus Gambar 1.3 Tegangan-Regangan Beton Oleh CFRP.. Dengan demikian dapat diketahui seberapa besar

Sugiyono (2011:162) mengemukakan kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan

Effektifitas Implementasi Kebijakan Akselerasi Penuntasan Wajar 9 tahun Bagi Anak Keluarga Miskin ( Studi Evaluasi Kinerja Kebijakan di Kabupaten Cianjur ), Bandung, UPI

Selanjutnya, dalam pandangan bahwa hubungan antarumat beragama dan konflik yang ditimbulkannya itu merupakan tanda dalam sastra, maka unsur dimensi sosial

tercermin di dalam karya sastra baik sastra tertulis maupun tradisi lisan dan dalam upacara tradisi; juga dalam bahasa, dan pada sikap hidup sebagian

“Antena Kupu-Kupu sebagai Sensor Ultra High Frequency (UHF) untuk Mendeteksi Partial Discharge pada Gas Insulation Substation ”.. Jurnal Nasional

makanan cepat saji juga menjadi bagian dari gaya hidup. Menurut data dari PT Fast Food Indonesia Tbk sebagai pemegang hak. waralaba tunggal untuk salah satu merek restauran

OMC pada Nokia mempunyai suatu sistem manajemen jaringan yang disebut NMS/2000, yang terdiri dari kumpulan-kumpulan âtoolsâ untuk pengoperasian dan pemeliharaan jaringan GSM.