Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
SMAN 1 Padalarang adalah salah satu SMA negeri di wilayah Kabupaten
Bandung Barat yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan kontekstual, termasuk pada mata pelajaran sejarah. Berdasarkan
observasi awal yang dilakukan pada awal bulan Januari 2015 yang dilakukan oleh
peneliti diketahui bahwa guru sejarah di kelas X IIS telah menerapkan
pembelajaran kontekstual. Fakta ini membuat peneliti ingin mengetahui lebih
lanjut bagaimana pemahaman, perencanaan, pelaksanaan, dan kendala dalam
menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.
Disaat sebagian guru masih nyaman dengan menggunakan metode
konvensional/tradisional, mengapa guru di SMAN 1 Padalarang justru lebih
tertarik mengembangkan pembelajaran kontekstual?
Permasalahannya, pembelajaran sejarah saat ini menghadapi banyak
persoalan. Persoalan itu mencakup lemahnya penggunaan teori, miskinnya
imajinasi, acuan buku teks dan kurikulum yang state oriented (berorientasi pada
kurikulum yang dibuat oleh pemerintah), serta kecenderungan untuk tidak
memperhatikan fenomena globalisasi (Subakti, 2010: 2). Suatu realita yang terjadi
akhir-akhir ini selain paradigma pembelajaran sejarah yang dianggap sebagian
siswa membosankan, dikarenakan banyak hal, salah satunya adalah kekurangan
guru dalam kemahiran menyampaikan materi yang selalu bersifat konvensional.
Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Wineburg (2006: 342) bahwa:
“banyak faktor yang dapat menjelaskan tentang pelajaran sejarah yang dianggap
membosankan. Beberapa faktor memusatkan perhatian pada guru yang merasa
harus mengajarkan kurikulum yang telah ditetapkan dengan mengorbankan isi
yang paling penting bagi murid”.
Pernyataan Wineburg diatas, diperjelas dengan penjelasan dari Subakti
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru
menggunakan pardigma konvensional, yaiu paradigma „guru
menjelaskan – murid mendengarkan‟. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya. Sementara
paradigma „siswa aktif mengkonstruksi makna - guru membantu‟ merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar sejarah yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma ini dianggap sulit diterapkan dan membingungkan guru serta siswa. Di samping itu, metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang
mengalami “amnesia (lupa atau melupakan) sejarah” bangsa sendiri.
Pernyataan diatas, dilengkapi oleh Aman (2012:227) dalam Jurnal
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan yang menjelaskan bahwa:
Selama ini, pembelajaran sejarah di sekolah kurang begitu diminati oleh peserta didik. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang mem-bosankan karena seolah-olah cenderung “hafalan”. Bahkan kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lampau. Tidak memiliki sumbangan yang berarti bagi dinamika dan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pelajaran sejarah hanya dianggap sebagai pelajaran pelengkap, apalagi mata pelajaran ini tidak di ujikan secara nasional.
Anggapan pembelajaran sejarah yang membosankan ini tidak lepas dari
kecakapan guru dalam menyampaikan materi. Seperti yang diterangkan oleh
Faridah (2012:2) bahwa:
Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.
Masalah lainnya adalah kemudahan siswa dalam mendapatkan informasi
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
yang membuat siswa lebih memilih mencari informasi melalui teknologi
dibandingkan dengan membaca buku. Salah satu dampak dari krisis ini bagi dunia
pendidikan adalah dipertanyakannya kontribusi praktisi pendidikan (guru,
sekolah, pemerintah yang diwakili oleh dinas pendidikan) untuk melakukan
recovery krisis tersebut termasuk peran pembelajaran sejarah dalam
memperkenalkan pembelajaran sejarah yang imajinatif dan menyenangkan.
Kemudian untutan akan kebutuhan orientasi yang baru dalam bidang
pendidikan sudah sangat nyata dalam berbagai bidang studi, baik itu dalam bidang
studi ilmu pengetahuan alam, begitu pula pada ilmu-ilmu sosial. Peserta didik,
guru, praktisi pendidikan, orang tua siswa, dan masyarakat, harus dapat merespon
setiap perubahan yang terjadi dengan mencoba mengubah paradigma lama mereka
tentang pendidikan. Guna mengatasi dan menjawab perubahan-perubahan yang
terjadi sekarang ini, maka alternatif pembelajaran yang ditawarkan adalah dengan
digunakannya paradigma pembelajaran kontekstual yang berakar dari paham
konstruktivisme.
“Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina (Subakti, 2010: 6-7)”
Pentingnya perubahan paradigma dalam bidang pendidikan sekarang ini
adalah pada peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk belajar
dan berkembang secara mandiri. Maka, tugas dan peran pendidik bergeser dari
pemberi informasi menjadi pendorong siswa belajar agar siswa dapat mengolah
sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas akademik baik didalam maupun
diluar sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang sebuah
pembelajaran yang dapat membisakan siswa untuk dapat merekonstruksi
pengetahuannya, dan hal tersebut dapat diupayakan dengan mengembangkan
materi pembelajaran yang ada didalam buku teks dengan menggunakan
pendekatan pembelajaran kontekstual. Hal tersebut senada dengan yang
disampaikan oleh Faridah seperti berikut ini:
Sumber daya manusia yang semakin maju, maka dunia pendidikan sangat menuntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang alamiah sesuai dengan pola pikir siswa. Belajar akan lebih bermakna jika anak
“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya saja. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan target penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensinya. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Faridah, 2012: 3).
Maka, berdasarkan pemahaman akan pengertian, nilai, fungsi dan tujuan
sejarah serta kondisi pendidikan sejarah di lapangan yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka diperlukan pengkajian dan latihan penguasaan materi-materi
pembelajaran kontekstual bagi para guru sejarah. Materi pembelajaran yang
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik dan sekaligus merasakan manfaat
belajar sejarah. Oleh karena itu materi pembelajaran yang dikembangkan
diarahkan untuk menumbuhkan motivasi, minat, kreatifitas melalui partisipasi
aktif yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kemampuan yang bersifat
inovatif dari para peserta didik. Maka, untuk menjawab permasalahan tersebut
diperlukan adanya kerjasama dalam hal ini mengembangkan materi di dalam buku
teks ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran
kontekstual sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan. Karena,
pembelajaran dengan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang saling
melengkapi (Suryaman, 2006).
Subakti (2010:3) dalam tulisannya mengatakan bahwa “Agar pembelajaran
sejarah berhasil baik, metode yang dipergunakan harus bisa mengkostruk “ingatan
historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hapalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk memaknainya, juga mampu menggali
lebih jauh lagi. Ingatan historis semata tidak akan bertahan lama. Supaya ingatan
historis semata tidak akan bertahan lama, perlu disertai “ingatan emosional”.
Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi hingga
bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh dan
memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak hanya
berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah
dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang
tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses
pembelajaran yang penuh dengan makna. Agar “ingatan emosional” muncul dan
bertahan lama, maka paradigma pembelajaran sejarah harus diubah.
Perubahan pembelajaran dari tradisional ke kontekstual menjadi sangat
penting dalam upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran (Subakti,
2010:22) karena:
1 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Demikian juga dalam
pelajaran sejarah, siswa diharapkan mampu untuk mengungkapkan ide,
pemikiran, argumentasi yang logis, ilmiah.
2 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang
berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan
kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas
pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk
merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan
memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Terlebih pada
era globalisasi sekarang ini, banyak fenomena yang menantang siswa untuk
lebih mampu menganalisis dan menghubungkan dengan berbagai fakta
sejarah.
3 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir
tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,
imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan
gagasan-gagasan pada saat yang tepat.
4 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa
untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh
kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah
dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk
menggunakan berbagai strategi belajar.
5 Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan
gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi
kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.
6 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif
yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan
menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.
Dari hasil observasi awal pula diketahui bahwa SMAN 1 Padalarang
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
khususnya pada mata pelajaran sejarah. Sebelumnya, penelti telah melakukan
observasi ke lima sekolah yang ada di wilayah Padalarang seperti SMAN 2
Padalarang, SMK 4 Padalarang, SMK Krida Utama, SMK Darma Pertiwi dan
SMK KP Padalarang. Namun, hasilnya menunkukan bahwa hanya SMAN 1
Padalarang yang sudah cukup baik mengembangkan pembelajaran dengan
pendekatan kontekstual.
Pada kaitannya dengan pembelaran kontekstual, SMAN 1 Padalarang
mencoba mengembangkan pembelajaran berbasis pengalaman siswa (kontekstual)
dalam upaya mewujudkan suasana dan rasa menyenangkan siswa selama belajar
sejarah yang dampaknya dapat merangsang siswa membangun pengetahuan dalam
benaknya sendiri. Dari hasil observasi awal, diperoleh beberapa temuan bahwa
dengan mengembangkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan rasa
tertarik siswa terhadap pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi hidup, peserta
didik menjadi lebih senang karena penyampaian materi yang dianggap baru,
karena disamping belajar, mereka juga dapat membandingkan fenomena sejarah
yang ada dibuku dengan pengalaman hidup orang lain, lingkungan maupun yang
dijalani oleh siswa itu sendiri sehari-hari.
Latak sekolah yang berdekatan dengan situs sejarah Gua Pawon dan sentra
pembuatan cobek sangat membantu guru dalam mengembangkan strategi
pembelajaran. Siswa dapat diajak melakukan wisata sejarah ke daerah-daerah
yang telah disebutkan. Selain itu, sentra pembuatan cobek di wilayah Gunung
Bentang pun dapat menjadi tempat siswa melakukan tugas peneltian dalam
kaitannya dengan materi prasejarah khususnya jaman batu. Sebagaimana yang
diungkapkan oleh Komalasari (2010:27) bahwa pengembangan materi
pembelajaran merupan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.
Pembelajaran kontekstual menghendaki matri pembelajaran tidak semata-mata
dikembangkan dari buku teks, tetapi materi dikembangkan dari konteks
lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial,
budaya, ekonomi, maupun psikologis, dan keterpaduan antara materi
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Hal ini menunjukan bahwa didalam pembelajaran kontekstual, siswa
menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan
praktis dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui
penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual
menghendaki kerja dalam subuah tim, baik di kelas, laboratotium, maupun tempat
kerja. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar
yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil
yang dinginkan (Komalasari, 2010:6).
Prinsip dasar dalam pendekatan kontekstual adalah belajar berbasis
masalah, belajar berbasis konteks, belajar berbasis perbedaan, belajar berbasis
individu, belajar berbasis kelompok, dan belajar berbasis penilaian otentik
(Komalasari, 2010:13). Pembelajaran kontekstual bisa dimulai dengan satu
masalah nyata yang disimulasikan. Kemudian, masalah nyata ini dapat
dipecahkan oleh siswa. Dalam tahap inilah siswa melalui keterampilan berpikir
kritis dan melalui suatu pendekatan sistemik untuk menemukan peta masalah.
Masalah nyata itu haruslah bermakna bagi siswa, yang dapat diperoleh dari
lingkungan keluarga, pengalaman di sekolah, dan masyarakat.
Pentingnya pembelajaran kontekstual serta pengembangannya dalam
pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 Padalarang menjadi dasar ketertarikan
penulis untuk mengambil rumusan masalah mengenai penerapan pembelajaran
sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa
permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun secara
umum rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: penerapan pembelajaran
sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual di SMAN 1
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Berdasarkan rumusan masalah utama dalam penelitian ini, maka recara
rinci penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam bentuk
pertanyaan penelitain sebagai berikut:
1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di
SMAN 1 Padalarang?
2. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1
Padalarang?
3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1
Padalarang?
4. Bagaimana hasil penerapan pembelajaran sejarah kontekstual di
SMAN 1 Padalarang?
5. Bagaimana guru mensiasati kendala yang terjadi dalam penerapan
pembelajaran sejarah secara kontekstual di SMAN 1 Padalarang?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam tulisan yang berjudul “Penerapan Pembelajaran
Sejarah Kontekstual di SMA Negeri 1 Padalarang Kabupaten Bandung Barat” ini
adalah memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan pembelajaran sejarah
kontekstual yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu, juga diharapkan guru dan
siswa mempunyai kemampuan merekonstruksi materi kontekstual dalam buku
teks. Adapun yang menjadi tujuan lain dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Memaparkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di
SMAN 1 Padalarang
2. Menggambarkan perencanaan pembelajaran secara kontekstual di
SMA 1 Padalarang.
3. Memaparkan pelaksanaan pembelajaran sejarah secara kontekstual di
SMAN 1 Padalarang.
4. Menguraikan hasil-hasil penerapan pembelajaran sejarah di SMAN 1
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
5. Menguraikan kendala dan solusi pembelajaran sejarah secara
kontekstual di SMA 1 Padalarang.
D. Manfaat Penelitian
Apabila melihat penelitian ini secara umum, tujuannya adalah untuk
menghasilkan sebuah produk pembelajaran sejarah yang lebih komprehensif
(historical comprehension) yang menyangkut kajian kontekstual (contextual
learning). Sedangkan secara khusus, penelitian yang lakukan bermanfaat untuk
pihak-pihak seperti:
1. Bagi Sekolah
a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menemukan efektifitas
pembelajaran sejarah yang memanfaatkan pendekatan konstruktivistik
sebagai sumber pembelajaran sejarah secara konvensional, serta dapat
menghasilkan format baru pembelajaran dengan menggunakan pola
pendekatan contextual learning terhadap materi-materi kontekstual
sebagai sumber pembelajaran sejarah.
b. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran
sejarah untuk mengetahui pentingnya pembelajaran kontekstual.
Dengan memahami keterhubungan antara pembelajaran sejarah dengan
pengalaman yang dialami oleh siswa maka pembelajaran sejarah tidak
akan dianggap sebagian besar siswa sebagai pembelajaran yang
membosankan lagi. Kesadaran akan pentingnya mengenalkan siswa
tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, akan
mengajarkan mereka untuk mengenal sejarahnya.
2. Bagi Guru
a. Diharapkan agar guru dapat lebih menggali rasa tertarik (interest)
siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Karena guru kadang hanya
berfikir “bagaimana caranya siswa mencapai nilai yang bagus?”,
Siti Jubaedah, 2015
PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
dengan baik?”. Bagi guru sejarah juga bermanfaat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai dan menghasilkan
perubahan, baik yang menyangkut strategi pembelajaran maupun
dalam pengembangan materi pembelajaran sejarah.
b. Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alasan untuk
mengembangkan pembelajaran kontekstual yang semakin dekat
dengan kehidupan siswa sehingga dapat menjadi solusi untuk merubah
pembelajaran yang bersifat student centre.
c. Menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam
mengembangkan pembelajaran terutama dengan penerapan
pembelajaran sejarah untuk meningkatkan rasa tertarik siswa terhadap
pelajaran sejarah.
3. Bagi Siswa
a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis materi sejarah
yang didapat di sekolah kemudian mengaitkannya dengan kehidupan
nyata sehingga siswa dapat berfikir kronologis guna mencari solusi
dari setiap permasalahan yang dihadapinya.
b. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa karena