• Tidak ada hasil yang ditemukan

T SEJ 12011364 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T SEJ 12011364 Chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

SMAN 1 Padalarang adalah salah satu SMA negeri di wilayah Kabupaten

Bandung Barat yang telah menerapkan pembelajaran dengan menggunakan

pendekatan kontekstual, termasuk pada mata pelajaran sejarah. Berdasarkan

observasi awal yang dilakukan pada awal bulan Januari 2015 yang dilakukan oleh

peneliti diketahui bahwa guru sejarah di kelas X IIS telah menerapkan

pembelajaran kontekstual. Fakta ini membuat peneliti ingin mengetahui lebih

lanjut bagaimana pemahaman, perencanaan, pelaksanaan, dan kendala dalam

menerapkan pembelajaran sejarah dengan menggunakan pendekatan kontekstual.

Disaat sebagian guru masih nyaman dengan menggunakan metode

konvensional/tradisional, mengapa guru di SMAN 1 Padalarang justru lebih

tertarik mengembangkan pembelajaran kontekstual?

Permasalahannya, pembelajaran sejarah saat ini menghadapi banyak

persoalan. Persoalan itu mencakup lemahnya penggunaan teori, miskinnya

imajinasi, acuan buku teks dan kurikulum yang state oriented (berorientasi pada

kurikulum yang dibuat oleh pemerintah), serta kecenderungan untuk tidak

memperhatikan fenomena globalisasi (Subakti, 2010: 2). Suatu realita yang terjadi

akhir-akhir ini selain paradigma pembelajaran sejarah yang dianggap sebagian

siswa membosankan, dikarenakan banyak hal, salah satunya adalah kekurangan

guru dalam kemahiran menyampaikan materi yang selalu bersifat konvensional.

Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh Wineburg (2006: 342) bahwa:

“banyak faktor yang dapat menjelaskan tentang pelajaran sejarah yang dianggap

membosankan. Beberapa faktor memusatkan perhatian pada guru yang merasa

harus mengajarkan kurikulum yang telah ditetapkan dengan mengorbankan isi

yang paling penting bagi murid”.

Pernyataan Wineburg diatas, diperjelas dengan penjelasan dari Subakti

(2)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2

Dalam proses pembelajaran sejarah, masih banyak guru

menggunakan pardigma konvensional, yaiu paradigma „guru

menjelaskan – murid mendengarkan‟. Metode pembelajaran sejarah semacam ini telah menjadikan pelajaran sejarah membosankan. Ia kemudian tidak memberikan sentuhan emosional karena siswa merasa tidak terlibat aktif di dalam proses pembelajarannya. Sementara

paradigma „siswa aktif mengkonstruksi makna - guru membantu‟ merupakan dua paradigma dalam proses belajar-mengajar sejarah yang sangat berbeda satu sama lain. Paradigma ini dianggap sulit diterapkan dan membingungkan guru serta siswa. Di samping itu, metode pembelajaran yang kaku, akan berakibat buruk untuk jangka waktu yang panjang dan berpotensi memunculkan generasi yang

mengalami “amnesia (lupa atau melupakan) sejarah” bangsa sendiri.

Pernyataan diatas, dilengkapi oleh Aman (2012:227) dalam Jurnal

Penelitian dan Evaluasi Pendidikan yang menjelaskan bahwa:

Selama ini, pembelajaran sejarah di sekolah kurang begitu diminati oleh peserta didik. Pelajaran sejarah dianggap sebagai pelajaran yang mem-bosankan karena seolah-olah cenderung “hafalan”. Bahkan kebanyakan siswa menganggap bahwa pelajaran sejarah tidak membawa manfaat karena kajiannya adalah masa lampau. Tidak memiliki sumbangan yang berarti bagi dinamika dan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, pelajaran sejarah hanya dianggap sebagai pelajaran pelengkap, apalagi mata pelajaran ini tidak di ujikan secara nasional.

Anggapan pembelajaran sejarah yang membosankan ini tidak lepas dari

kecakapan guru dalam menyampaikan materi. Seperti yang diterangkan oleh

Faridah (2012:2) bahwa:

Guru merupakan kunci dan sekaligus ujung tombak pencapaian misi pembaharuan pendidikan, mereka berada di titik sentral untuk mengatur, mengarahkan dan menciptakan suasana kegiatan belajar mengajar yang untuk mencapai tujuan dan misi pendidikan nasional yang dimaksud. Oleh karena itu, secara tidak langsung guru dituntut untuk lebih profesional, inovatif, perspektif, dan proaktif dalam melaksanakan tugas pembelajaran.

Masalah lainnya adalah kemudahan siswa dalam mendapatkan informasi

(3)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3

yang membuat siswa lebih memilih mencari informasi melalui teknologi

dibandingkan dengan membaca buku. Salah satu dampak dari krisis ini bagi dunia

pendidikan adalah dipertanyakannya kontribusi praktisi pendidikan (guru,

sekolah, pemerintah yang diwakili oleh dinas pendidikan) untuk melakukan

recovery krisis tersebut termasuk peran pembelajaran sejarah dalam

memperkenalkan pembelajaran sejarah yang imajinatif dan menyenangkan.

Kemudian untutan akan kebutuhan orientasi yang baru dalam bidang

pendidikan sudah sangat nyata dalam berbagai bidang studi, baik itu dalam bidang

studi ilmu pengetahuan alam, begitu pula pada ilmu-ilmu sosial. Peserta didik,

guru, praktisi pendidikan, orang tua siswa, dan masyarakat, harus dapat merespon

setiap perubahan yang terjadi dengan mencoba mengubah paradigma lama mereka

tentang pendidikan. Guna mengatasi dan menjawab perubahan-perubahan yang

terjadi sekarang ini, maka alternatif pembelajaran yang ditawarkan adalah dengan

digunakannya paradigma pembelajaran kontekstual yang berakar dari paham

konstruktivisme.

“Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang

(4)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4

dijadikan sebagian daripada pegangan kuat mereka, barulah kerangka baru tentang sesuatu bentuk ilmu pengetahuan dapat dibina (Subakti, 2010: 6-7)”

Pentingnya perubahan paradigma dalam bidang pendidikan sekarang ini

adalah pada peserta didik sebagai individu yang memiliki potensi untuk belajar

dan berkembang secara mandiri. Maka, tugas dan peran pendidik bergeser dari

pemberi informasi menjadi pendorong siswa belajar agar siswa dapat mengolah

sendiri pengetahuannya melalui berbagai aktifitas akademik baik didalam maupun

diluar sekolah. Berkaitan dengan hal tersebut, maka perlu dirancang sebuah

pembelajaran yang dapat membisakan siswa untuk dapat merekonstruksi

pengetahuannya, dan hal tersebut dapat diupayakan dengan mengembangkan

materi pembelajaran yang ada didalam buku teks dengan menggunakan

pendekatan pembelajaran kontekstual. Hal tersebut senada dengan yang

disampaikan oleh Faridah seperti berikut ini:

Sumber daya manusia yang semakin maju, maka dunia pendidikan sangat menuntut untuk menciptakan lingkungan belajar yang alamiah sesuai dengan pola pikir siswa. Belajar akan lebih bermakna jika anak

“mengalami” sendiri apa yang dipelajarinya, bukan hanya sekedar mengetahuinya saja. Oleh karena itu, melalui pembelajaran kontekstual diharapkan target penguasaan materi akan lebih berhasil dan siswa dapat semaksimal mungkin untuk mengembangkan kompetensinya. Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan dalam kehidupan jangka panjang (Faridah, 2012: 3).

Maka, berdasarkan pemahaman akan pengertian, nilai, fungsi dan tujuan

sejarah serta kondisi pendidikan sejarah di lapangan yang telah dipaparkan

sebelumnya, maka diperlukan pengkajian dan latihan penguasaan materi-materi

pembelajaran kontekstual bagi para guru sejarah. Materi pembelajaran yang

(5)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5

menumbuhkan kesadaran sejarah peserta didik dan sekaligus merasakan manfaat

belajar sejarah. Oleh karena itu materi pembelajaran yang dikembangkan

diarahkan untuk menumbuhkan motivasi, minat, kreatifitas melalui partisipasi

aktif yang pada akhirnya mendorong tumbuhnya kemampuan yang bersifat

inovatif dari para peserta didik. Maka, untuk menjawab permasalahan tersebut

diperlukan adanya kerjasama dalam hal ini mengembangkan materi di dalam buku

teks ke dalam proses pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

kontekstual sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan. Karena,

pembelajaran dengan buku teks pelajaran merupakan dua hal yang saling

melengkapi (Suryaman, 2006).

Subakti (2010:3) dalam tulisannya mengatakan bahwa “Agar pembelajaran

sejarah berhasil baik, metode yang dipergunakan harus bisa mengkostruk “ingatan

historis”. Alhasil, siswa menjadikan sejarah hanya sebagai fakta-fakta hapalan tanpa adanya ketertarikan dan minat untuk memaknainya, juga mampu menggali

lebih jauh lagi. Ingatan historis semata tidak akan bertahan lama. Supaya ingatan

historis semata tidak akan bertahan lama, perlu disertai “ingatan emosional”.

Ingatan jenis ini adalah ingatan yang terbentuk dengan melibatkan emosi hingga

bisa menumbuhkan kesadaran dalam diri siswa untuk menggali lebih jauh dan

memaknai berbagai peristiwa sejarah. Proses pembelajaran kemudian tak hanya

berhenti pada penghafalan saja, siswa bisa aktif dalam komunikasi dua arah

dengan guru untuk mengutarakan pendapatnya mengenai obyek sejarah yang

tengah dipelajari karena sedari awal ia telah merasa menjadi bagian dari proses

pembelajaran yang penuh dengan makna. Agar “ingatan emosional” muncul dan

bertahan lama, maka paradigma pembelajaran sejarah harus diubah.

Perubahan pembelajaran dari tradisional ke kontekstual menjadi sangat

penting dalam upaya untuk mengubah paradigma pembelajaran (Subakti,

2010:22) karena:

1 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberikan kesempatan kepada

siswa untuk mengungkapkan gagasan secara eksplisit dengan menggunakan

(6)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

6

siswa memberikan penjelasan tentang gagasannya. Demikian juga dalam

pelajaran sejarah, siswa diharapkan mampu untuk mengungkapkan ide,

pemikiran, argumentasi yang logis, ilmiah.

2 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi pengalaman yang

berhubungan dengan gagasan yang telah dimiliki siswa atau rancangan

kegiatan disesuaikan dengan gagasan awal siswa agar siswa memperluas

pengetahuan mereka tentang fenomena dan memiliki kesempatan untuk

merangkai fenomena, sehingga siswa terdorong untuk membedakan dan

memadukan gagasan tentang fenomena yang menantang siswa. Terlebih pada

era globalisasi sekarang ini, banyak fenomena yang menantang siswa untuk

lebih mampu menganalisis dan menghubungkan dengan berbagai fakta

sejarah.

3 Pembelajaran konstruktivisme memberi siswa kesempatan untuk berpikir

tentang pengalamannya. Ini dapat mendorong siswa berpikir kreatif,

imajinatif, mendorong refleksi tentang model dan teori, mengenalkan

gagasan-gagasan pada saat yang tepat.

4 Pembelajaran berdasarkan konstruktivisme memberi kesempatan kepada siswa

untuk mencoba gagasan baru agar siswa terdorong untuk memperoleh

kepercayaan diri dengan menggunakan berbagai konteks, baik yang telah

dikenal maupun yang baru dan akhirnya memotivasi siswa untuk

menggunakan berbagai strategi belajar.

5 Pembelajaran konstruktivisme mendorong siswa untuk memikirkan perubahan

gagasan merka setelah menyadari kemajuan mereka serta memberi

kesempatan siswa untuk mengidentifikasi perubahan gagasan mereka.

6 Pembelajaran konstruktivisme memberikan lingkungan belajar yang kondusif

yang mendukung siswa mengungkapkan gagasan, saling menyimak, dan

menghindari kesan selalu ada satu jawaban yang benar.

Dari hasil observasi awal pula diketahui bahwa SMAN 1 Padalarang

(7)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7

khususnya pada mata pelajaran sejarah. Sebelumnya, penelti telah melakukan

observasi ke lima sekolah yang ada di wilayah Padalarang seperti SMAN 2

Padalarang, SMK 4 Padalarang, SMK Krida Utama, SMK Darma Pertiwi dan

SMK KP Padalarang. Namun, hasilnya menunkukan bahwa hanya SMAN 1

Padalarang yang sudah cukup baik mengembangkan pembelajaran dengan

pendekatan kontekstual.

Pada kaitannya dengan pembelaran kontekstual, SMAN 1 Padalarang

mencoba mengembangkan pembelajaran berbasis pengalaman siswa (kontekstual)

dalam upaya mewujudkan suasana dan rasa menyenangkan siswa selama belajar

sejarah yang dampaknya dapat merangsang siswa membangun pengetahuan dalam

benaknya sendiri. Dari hasil observasi awal, diperoleh beberapa temuan bahwa

dengan mengembangkan pembelajaran kontekstual dapat meningkatkan rasa

tertarik siswa terhadap pembelajaran. Proses pembelajaran menjadi hidup, peserta

didik menjadi lebih senang karena penyampaian materi yang dianggap baru,

karena disamping belajar, mereka juga dapat membandingkan fenomena sejarah

yang ada dibuku dengan pengalaman hidup orang lain, lingkungan maupun yang

dijalani oleh siswa itu sendiri sehari-hari.

Latak sekolah yang berdekatan dengan situs sejarah Gua Pawon dan sentra

pembuatan cobek sangat membantu guru dalam mengembangkan strategi

pembelajaran. Siswa dapat diajak melakukan wisata sejarah ke daerah-daerah

yang telah disebutkan. Selain itu, sentra pembuatan cobek di wilayah Gunung

Bentang pun dapat menjadi tempat siswa melakukan tugas peneltian dalam

kaitannya dengan materi prasejarah khususnya jaman batu. Sebagaimana yang

diungkapkan oleh Komalasari (2010:27) bahwa pengembangan materi

pembelajaran merupan salah satu komponen penting dalam pembelajaran.

Pembelajaran kontekstual menghendaki matri pembelajaran tidak semata-mata

dikembangkan dari buku teks, tetapi materi dikembangkan dari konteks

lingkungan kehidupan siswa sehari-hari, baik lingkungan fisik, kehidupan sosial,

budaya, ekonomi, maupun psikologis, dan keterpaduan antara materi

(8)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

8

Hal ini menunjukan bahwa didalam pembelajaran kontekstual, siswa

menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan penerapan

praktis dalam konteks dunia nyata. Siswa menginternalisasi konsep melalui

penemuan, penguatan, dan keterhubungan. Pembelajaran kontekstual

menghendaki kerja dalam subuah tim, baik di kelas, laboratotium, maupun tempat

kerja. Pembelajaran kontekstual menuntut guru mendesain lingkungan belajar

yang merupakan gabungan beberapa bentuk pengalaman untuk mencapai hasil

yang dinginkan (Komalasari, 2010:6).

Prinsip dasar dalam pendekatan kontekstual adalah belajar berbasis

masalah, belajar berbasis konteks, belajar berbasis perbedaan, belajar berbasis

individu, belajar berbasis kelompok, dan belajar berbasis penilaian otentik

(Komalasari, 2010:13). Pembelajaran kontekstual bisa dimulai dengan satu

masalah nyata yang disimulasikan. Kemudian, masalah nyata ini dapat

dipecahkan oleh siswa. Dalam tahap inilah siswa melalui keterampilan berpikir

kritis dan melalui suatu pendekatan sistemik untuk menemukan peta masalah.

Masalah nyata itu haruslah bermakna bagi siswa, yang dapat diperoleh dari

lingkungan keluarga, pengalaman di sekolah, dan masyarakat.

Pentingnya pembelajaran kontekstual serta pengembangannya dalam

pembelajaran di kelas X SMA Negeri 1 Padalarang menjadi dasar ketertarikan

penulis untuk mengambil rumusan masalah mengenai penerapan pembelajaran

sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, terdapat beberapa

permasalahan yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini. Adapun secara

umum rumusan masalah dalam penelitian ini ialah: penerapan pembelajaran

sejarah dengan menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual di SMAN 1

(9)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

9

Berdasarkan rumusan masalah utama dalam penelitian ini, maka recara

rinci penulis merumuskan permasalahan yang akan dibahas dalam bentuk

pertanyaan penelitain sebagai berikut:

1. Bagaimana pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di

SMAN 1 Padalarang?

2. Bagaimana perencanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1

Padalarang?

3. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah kontekstual di SMAN 1

Padalarang?

4. Bagaimana hasil penerapan pembelajaran sejarah kontekstual di

SMAN 1 Padalarang?

5. Bagaimana guru mensiasati kendala yang terjadi dalam penerapan

pembelajaran sejarah secara kontekstual di SMAN 1 Padalarang?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dalam tulisan yang berjudul “Penerapan Pembelajaran

Sejarah Kontekstual di SMA Negeri 1 Padalarang Kabupaten Bandung Barat” ini

adalah memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan pembelajaran sejarah

kontekstual yang dilaksanakan oleh guru. Selain itu, juga diharapkan guru dan

siswa mempunyai kemampuan merekonstruksi materi kontekstual dalam buku

teks. Adapun yang menjadi tujuan lain dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Memaparkan pemahaman siswa terhadap pembelajaran kontekstual di

SMAN 1 Padalarang

2. Menggambarkan perencanaan pembelajaran secara kontekstual di

SMA 1 Padalarang.

3. Memaparkan pelaksanaan pembelajaran sejarah secara kontekstual di

SMAN 1 Padalarang.

4. Menguraikan hasil-hasil penerapan pembelajaran sejarah di SMAN 1

(10)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

10

5. Menguraikan kendala dan solusi pembelajaran sejarah secara

kontekstual di SMA 1 Padalarang.

D. Manfaat Penelitian

Apabila melihat penelitian ini secara umum, tujuannya adalah untuk

menghasilkan sebuah produk pembelajaran sejarah yang lebih komprehensif

(historical comprehension) yang menyangkut kajian kontekstual (contextual

learning). Sedangkan secara khusus, penelitian yang lakukan bermanfaat untuk

pihak-pihak seperti:

1. Bagi Sekolah

a. Penelitian ini dapat bermanfaat untuk menemukan efektifitas

pembelajaran sejarah yang memanfaatkan pendekatan konstruktivistik

sebagai sumber pembelajaran sejarah secara konvensional, serta dapat

menghasilkan format baru pembelajaran dengan menggunakan pola

pendekatan contextual learning terhadap materi-materi kontekstual

sebagai sumber pembelajaran sejarah.

b. Penelitian ini juga bermanfaat bagi pengembangan pembelajaran

sejarah untuk mengetahui pentingnya pembelajaran kontekstual.

Dengan memahami keterhubungan antara pembelajaran sejarah dengan

pengalaman yang dialami oleh siswa maka pembelajaran sejarah tidak

akan dianggap sebagian besar siswa sebagai pembelajaran yang

membosankan lagi. Kesadaran akan pentingnya mengenalkan siswa

tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, akan

mengajarkan mereka untuk mengenal sejarahnya.

2. Bagi Guru

a. Diharapkan agar guru dapat lebih menggali rasa tertarik (interest)

siswa terhadap mata pelajaran sejarah. Karena guru kadang hanya

berfikir “bagaimana caranya siswa mencapai nilai yang bagus?”,

(11)

Siti Jubaedah, 2015

PENERAPAN PEMBELAJARAN SEJARAH KONTEKSTUALBERBASIS BUKU TEKS DI SMAN 1 PADALARANGKABUPATEN BANDUNG BARAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

11

dengan baik?”. Bagi guru sejarah juga bermanfaat untuk mengukur seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai dan menghasilkan

perubahan, baik yang menyangkut strategi pembelajaran maupun

dalam pengembangan materi pembelajaran sejarah.

b. Diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu alasan untuk

mengembangkan pembelajaran kontekstual yang semakin dekat

dengan kehidupan siswa sehingga dapat menjadi solusi untuk merubah

pembelajaran yang bersifat student centre.

c. Menambah wawasan pengetahuan dan kemampuan guru dalam

mengembangkan pembelajaran terutama dengan penerapan

pembelajaran sejarah untuk meningkatkan rasa tertarik siswa terhadap

pelajaran sejarah.

3. Bagi Siswa

a. Mengembangkan kemampuan siswa untuk menganalisis materi sejarah

yang didapat di sekolah kemudian mengaitkannya dengan kehidupan

nyata sehingga siswa dapat berfikir kronologis guna mencari solusi

dari setiap permasalahan yang dihadapinya.

b. Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi siswa karena

Referensi

Dokumen terkait

Keputusan Laventhol menerima tawaran tersebut sangat terlihat dari strategi marketing yang sangat aggresif, dengan cara seperti yang banyak digunakan perusahaan pada

Tes yang digunakan adalah tes formatif yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada setiap

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis

Upaya meningkatkan pariwisata di Desa Wisata Bobung yang mengalami penurunan kondisi tersebut juga terlihat pada komponen- komponen wisata (baik dari segi atraksi,

[r]

Rangkaian pengawatan rele arus lebih gangguan fasa dan rele hubung tanah Pada kondisi normal dengan beban seimbang IR, IS, IT adalah sama besar, sehingga pada kawat netral

Bertolak dari kenyataan perkembangan PKL di lapangan sebagaimana telah dikemukakan di bagian depan serta dalam mendukung upaya Pemkot Surakarta dalam penataan, pembinaan

Pegadaian syariah adalah aktivitas pinjam – meminjam uang dengan adanya penyerahan barang bergerak milik peminjam uang atau orang yang berutang