• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH Pegadaian Syariah Diajukan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH Pegadaian Syariah Diajukan untuk"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

Pegadaian Syari’ah

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Syari’ah

Dosen : Agus Barkah

Disusun Oleh :

Adnan Subhanudin

Dani Maryono

Novi Hardiyanti

Ekonomi Syariah 3

Sekolah Tinggi Agama Islam Darul Arqom

(STAIDA)

Muhammadiyah Garut

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan syukur kehadirat Allah SWT., karena atas Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “pegadaian Syari’ah”. Dan tugas ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Falak.

Dalam penulisan makalah ini, kami semaksimal mungkin berusaha untuk memberikan yang terbaik agar para pembaca dapat memahami isi dari makalah ini. Tapi tidak menutup kemungkinan bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan banyak materi yang belum lengkap. Oleh karena itu, kami membuka diri bagi semua pihak yang akan mengajukan komentar, kritik dan saran demi memperbaiki penulisan makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak lepas dari dukungan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu, kami mengucapkan banyak terimakasih dan rasa syukur yang sedalam-dalamnya kepada pihak terkait. Khususnya kami sampaikan kepada :

1. Allah SWT.

2. Bapak Agus Barkah 3. Vina Novia.

4. Keluarga

5. Kawan-kawan seperjuangan kelas Ekonomi Syariah semester 3

Akhir kata, semoga penulisan makalah ini besar manfaatnya bagi kami dan bagi para pembaca.

Garut, September 2014

Penyusun

DAFTAR ISI

BAB I... 3

(3)

Landasan Pemikiran...3

Rumusan masalah...3

BAB II... 4

Pengertian pegadaian syari’ah...4

Fungsi dan tujuan lembaga pegadaian syari’ah...5

Fungsi Pegadaian syari’ah...5

Tujuan pegadaian syari’ah...6

Mekasisme pegadaian syari’ah...6

Pegadaian dalam pandangan prinsip-prinsip ekonomi syari’ah...6

Rukun Gadai syari’ah,...7

Syarat – syarat dalam pegadaian syari’ah...7

Ketentuan gadai barang...8

Persamaan dan perbedaan antara pegadaian konvensional dan pegadaian syari’ah...8

BAB III... 9

Kesimpulan... 9

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

Landasan Pemikiran

Seiring kegiatan ekonomi yang meningkat Kebutuhan akan pendanaan pun ikut meningkat, peningkatan tersebut dipengaruhi sebagian besar oleh kegiatan pinjam – meminjam uang yang terus – menerus.. dilakukan oleh perseorangan, badan hokum, lembaga, perseorangan kepada perseorangan, atau bahkan perseorangan meminjam uang kepada lembaga. Tidak dapat dipungkiri bahwa angka kemiskinan di Indonesia memang masih terhitung luar biasa.Maka dari itu perlu usaha yang ekstra agar kebutuhan masyarakat bias terpenuhi.

Dalam memenuhi kebutuhannya masyarakat cenderung menggunakan jalan yang relative lebih cepat atau biasa disebut jalan pintas, jalan pintas yang dilalui pun dianggap dipilihnya dengan tergesa – gesa tanpa menimbang dampak dari apa yang ia perbuat. Masyarakat lebih memilih meminjam uang kepada rentenir yamg pasti memberikan dana tanggungan tambahan berupa bunga yang dikalkulasikan dengan berbagai macam perhitungan.

Adapula yang tidaklangsung renternir, tapi tetap saja memiliki imbas atau dampak yang tidak jauh berbeda, yaitu adnya dana tanggungan tambahan yang harus dibayar atas utang yang ia peroleh. Tidak pernah meningkat kesejahteraan masyarakat apabila prektek riba ini masih tetap berjalan. Karena bukan pemenuhan kebutuhan yang di dapat masyarakat ,elainkan semakin banyaknya kebutuhan yang harus dibayar karna bertambah dari bunga utang dari peminjam.

Kurangnya kesadaran masyarakat terhadap fasilitas yang telah disediakan oleh pemerintah yang bias saling menguntungkan. Apa lagi dengan adanya lembaga – lembaga syari’ah yang menyediakan produk pelayanan tanpa adanya penambahan beban atau tanggungan kepada masyarakat yang meminjam. Diantaranya adalah pegadaian berbasis syari’ah.

Rumusan masalah.

Rumusan masalah yang kami kemukakan adalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian, fungsi dan tujuan pegadaian syari’ah?

2. Bagaimana mekanisme pegadaian syari’ah?

(5)
(6)

BAB II

Pengertian pegadaian syari’ah

Sebelum kita mendalami tentang pegadaian syari’ah ada baiknya jika dijelaskan terlebih dahulu masing-masing istilah.

Secra bahasa pegadaian tebentuk dari kata dasar gadai, dalam kamus besar bahasa Indonesia gadai diartikan sebagai pinjam meminjam uang dengan menerahkan barang dan dengan batas waktu yang ditentukan (bila telah sampai pada waktunya barang tidak ditebus, barang tersebut menjadi hak orang yang memberikan pinjaman). Pegadaian merupakan aktivitas pinjam-meminjam uang dengan menyerahkan barang milik pribadi sebagai jaminan apabila pada jangka waktu yang ditentukan tidak bias dikembalikan atau dibayar, barnag yang dijadikan jaminan tersebut menjadi hak orang atau perusahaan yang meminjamkan uang.

Sedangkan menurut susilo (1999) pegadaian adalah suatu hak yang diperoleh seseorang yang mempunyai piutang atas suatu barang yang bergerak barang yang bergerak tersebut diserahkan kepada orang yang berpiutang oleh orang yang mempunyai utang atau orang lain atas naa orang yang mempunyai utang. Seorang yang berutang tersebut memberian kekuasaan kepada orang yang berpiutang untuk menggunakan barang bergerak yang telah diserahkan untuk melunasi kewajibannya pada saat jatuh tempo.

Dalam perspektif islam gadai disebut rahn, yaitu perjanjian untuk menahan suatu sebagai jamian atau tanggungan utang. Kata rahn secara etimologi berarti “tetap, berlangsung, dan menahan”. Maka dari segi bahasa rahn bias diartikan sebagai menahan sesuatu dengan tetap. Ar Rahn adalah menahan salah satu harta milik sipeminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima.

Sedangkan yang dimaksud dengan syari’ah menurut kamus besar bahas Indonesia (1984) hokum agama yang diamalkan menjadi perbuatan-perbuatan.

Secara etimologis akar kata syari’ah berasal dari kata bahasa arab yang secara harfiahnya berarti jalan yang ditempuh atau garis yang mestinya dilalui atau “jalan menuju sumber air” dan, dalam pengertian teknis kata ini berarti system hokum atau perilaku yang sesuai dengan tuntunan al qur’an dan hadits.

Secra terminology, syari’ah adalah peraturan-peraturan yang mengandung bentuk hokum yang telah digariskan oleh Allah.

(7)

yang meminjam kepada orang atau perusahaan yang memberikan piutang sebagai jaminan apabila utang tersebut tidak bias dibayar setelah jatuh tempo, barang tersebut menjadi hak orang atau perusahaan yang memberikan piutang, dengan tidak meninggalkan prinsip-prisip syari’ah didalam melakukan kegiatan pegadaian. Dan mengenai barang yang dijadikan jaminan bias digunakan oleh orang atau perusahaan yang meberi piutang apabila adanaya kesepakan atau pemberian hak dari orang yang berutang tersebut, dan orang yang memberikan piutang jika menggunakan barang jaminan maka,diwajibkan meberikan jaminan keutuhan dan keselamatan barang jaminan selama tempo yang ditentukan tersebut berakhir.

Adapun landasan konsep pegadaian syari’ah mengacu pada syari’ah yang bersumber dari al-Qur’an adalah Q.S Al-Baqarah : 283 yang artinya “jika kamu dalam perjalanan (dan bermu’amalah tidak secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh penulis, maka hendaklah ada barang yang tanggungan yang dipegang(oleh orang berpiutang). Akan tetapi, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercaya itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan persaksian, maka sesungguhnya ia adalah yang berdosa hatinya, dan Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Fungsi dan tujuan lembaga pegadaian syari’ah

Fungsi Pegadaian syari’ah

Bagi nasabah

Tersedianya dana dengan prosedur relative lebih sederhana dan dalam waktu yang lebih cepat dibandingkan dengan pembiayaan/kredit perbankan. Disamping itu nasabah juga mendapatkan penafsiran nilai suatu barang bergerak professional. Mendapatkan fasilitas penitipan barang yang aman dan dapat dipercaya.

Bagi perusahaan pegadaian;

Penghasilan bersumber dari sewa modal yang dibayarkan oleh peminjam dana.

Penghasilan bersumber dari ongkos yang dibayarkan oleh nasabah memperoleh jasa tertentu. Bagi bank syari’ah yang mengeluarkan produk gadai syari’ah dapat mendapat keuntungan dari pembiayaan biaya administrasi dan biaya sewa tempat penyimpanan emas.

(8)

Berdasarkan PP No. 10 Tahun 1990, laba yang diperoleh digunakan untuk:

Dana pembangunan semesta (55%)

Cadangan umum (20%)

Cadangan tujuan (5%)

Dana social (20%)

Tujuan pegadaian syari’ah

1. Turut melaksanakan dan menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan nasional pada umumnya melalui penyaluran uang pembiayaan/pinjaman atas dasar hokum gadai,

2. Pencegahan praktik ijon, pegadaian gelap, dan pinjaman tidak wajar lainnya,

3. Pemanfaatan gadai bebas bunga pada gadai syari’ah memiliki efek jaringan pengaman social karena masyarakat yang yang butuh dana mendesak tidak lagi dijerat pinjaman/pembiayaan bebas bunga.

4. Membantu orang-orang yang membutuhkan pijaman dengan syariah mudah.

Mekasisme pegadaian syari’ah

(9)

Pegadaian dalam pandangan prinsip-prinsip

ekonomi syari’ah.

Perlu diketahui bahwa di dalam islam gadai menggadai barang diperbolehkan karena mengandung unsur mu’ammalah (tolong menolong didalamnya, saling membantu, saling mengerti, dll).

Maka dari itu agar kegiatan mu’ammalah tersebut terus berlangsung baik, dalam arti kata tidak melunturkan keagamaannya, maka pegadaian syari’ah menerapkan prinsip-prinsip syari’ah. Maka dari itu, agar bias mencapai tujuan yang telah canangkan sebelumnya, pegadaian haruslah memiliki ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan dalam melaksanakan kegiatan pegadaian. Diantaranya terdiri dari :

Rukun Gadai syari’ah

,

proses kegiatan harus memenuhi rukun berikut ini :

a. Ar Rahn (yang menggadaikan atau orang yang berutang)

Orang yang telah dewasa, berakal, bias dipercaya, dan memiliki barang yang akan digadaikan.

b. Al-Murtahin (yang menerima gadai)

Orang bank, atau lembaga yang dipercaya oleh rahin untuk mendapatkan modal dengan jaminan barang (gadai)

c. Al-Marhunl Rahn (barang yang digadaikan)

Barang yang digunakan rahin untuk dijadikan jaminan untuk mendapatkan uang (pinjaman).

d. Al-Marhun bih (utang)

Sejumlah dana yang diberikan murtahin kepada rahn atas dasar penafsiran/taksiran nilai barang yang digadaikan (marhun)

e. Sighat, ijab, dan qobul

Kesepakatan antara rahin dan murtahin dalam melakukan kegiatan pegadaian.

Syarat – syarat dalam pegadaian syari’ah

(10)

1. Pihak-pihak yang melakukan perjanjian harus mengikuti syarat-syarat berikut kemampuan, yaitu berakal sehat. Kemampuan juga berarti kelayakan seseorang untuk melakukan transaksi kepemilikan.

2. Sighat tidak boleh terikat oleh syarat tertentu. Dan rahn mempunyai sisi pelepasan barang dan pemberian utang eoerti halnya akad jual beli, maka tidak boleh diikat dengan syart tertentu atau suatu masa tertentu.

3. Harus merupakan hak yang wajib diberikan/diserahkan kepada pemiliknya. Memungkunkan pemanfaatan, bila seseuatu menjadi utang tidak bias dimanfaatkan, maka tidak sah.

4. Harus dapat dikuantifikasi atau dapat di hitung jumlahnya. Jika tidak dapat diukur atau di kuantifikasi jumlahnya, maka tidak sah.

5. Imam maliki berpendapat bahwa gadai dapat dilakukan/dilaksanakan pada semua macam harga pada semua macam jual beli, kecuali pada jual beli mata uang (sharf) dan pokok modal pada saham. Yang berkaitan dengan tanggungan. Demikina itu karena sharf diisyaratkan tunai ( yakni kedua belah pihak saling menerima). Tidak boleh terjadi akad padanya.

Secara umum barang gadai harus memiliki beberapa syarat, diantaranya adalah, berupa harta yang bernilai, harus dapat diperjualbelikan, barang harus bias dimanfaatkan secara syari’ah, harus diketahui keadaan fisiknya apabila sebaliknya maka tidak sah.

Ketentuan gadai barang

dipinjam dan semua diserahkan kepada orang lain sebagai jaminan. Sebab, gadai bermaksud sebagai penutup uang.

Jadi, jelaslah bahwa pgadaian syari’ah menjungjung tinggi nilai-nilai ajaran islam dalam implementasi kegiatannya.

Persamaan dan perbedaan antara pegadaian

konvensional dan pegadaian syari’ah.

(11)

Hak gadai atas nama orang atas dasar tolong-menolong tanpa mencari keuntungan secara bathil, sedangkan gadai memiliki kesadaran tentang arti pentingnya syari’at dalam kehidupan bermuammalah. Tidak dapat dipungkiri bahwasanya berkembangnya lembaga-lembaga syari’ah akan memberikan efek yang baik bagi meminjamkan uang atau memberikan piutang sebagai jaminan selama waktu atau tempo yang telah ditentukan dan disepakati oleh kedua belah pihak. Jika pada waktu yang telah ditentukan tersebut pinjaman atau utang tidak dapat dibayar oleh orang yang meminjam uang kepada lembaga pegadaian, maka barang yang dijadikan jaminan itu bias dijual atau dilelang.

(12)

merugikan para nasabah, karena memberikan tanggungan atau tambahan utang bagi masyarakat yang melakukan gadai.

Mudah-mudahan dengan semakin berkembangnya lembaga-lembaga syari’ah bias mengantarkan kita pada cia – cita yang luhur yaitu mewujudkan masyarakat islam yang sebenar – benarnya.

Daftar pustaka

Al – Qur’an terjemah.

Aziz, Abdul, 2010. Manajemen Investasi Syari’ah, Alfabeta, Bandung.

Rahayu, Sri, 2011. pelaksanaan dan Prospek Pegadaian Syari’ah, PDF

http://dhatin.wordpress.com/2009/06/22/sistem-moneter-dan-fiskal-islam-%e2%809cperan-uang-dalam-kebijakan-moneter%e2%80%9d-2/

(diaksese tanggal 28 september 2014)

http://www.google.com/url?

q=http://ahby007.blogspot.com/2012/09/pegadaian-syariah_4.html&sa=U&ei=m8EoVM2XIM6HuATlhICoDg&ved=0CCYQFjA E&usg=AFQjCNFolrYAhjB0whSbZGIi6MK16INksQ ( diakses tanggal 28 september 2014)

http://www.google.com/url?

q=http://nerynhaulfa.wordpress.com/2013/05/09/makalah-pegadaian-

syariah-vs-pegadaian-konvensional/&sa=U&ei=m8EoVM2XIM6HuATlhICoDg&ved=0CCIQFjAC &usg=AFQjCNFhmfEi5pKwZORCEngoUq2fzq37og ( diakses tanggal 28 september 2014)

http://www.google.com/url?

q=http://pegadaianislam.blogspot.com/2012/05/pegadaian-dalam-islam.html&sa=U&ei=m8EoVM2XIM6HuATlhICoDg&ved=0CCAQFjAB&u sg=AFQjCNFRXBTaRyv_TfRonymZBBWYkk_M6Q ( diakses tanggal 28 september 2014)

http://www.google.com/url?

Referensi

Dokumen terkait

pegadaian mendapatkan sewa atau jasa penyimpanan barang bergerak milik nasabah yang telah disepakati melalui akad. Pinjaman dengan menggadaikan marhun sebagai jaminan

Sama dengan Pegadaian Syariah, jika pada saat jatuh tempo barang gadai ditebus oleh nasabah, maka Pegadaian akan melakukan pelelangan akan barang gadai

Kemudian barang komoditi yang dibeli yaitu berupa emas logam mulia dijadikan jaminan (marhun) untuk pelunasan sisa hutang nasabah kepada pihak Pegadaian Syariah. Setelah semua

Pegadaian menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerd) pada bab XX tentang gadai pasal 1150, yakni: “suatu hak yang diperoleh kreditur atas suatu barang bergerak, yang

Seperti halnya Pegadaian konvensional , Pegadaian Syariah juga menyalurkan uang pinjaman dengan jaminan barang bergerak.Prosedur untuk memperoleh kredit gadai syariah

Sedangkan Perlindungan hukum yang diberikan oleh Pegadaian Syariah terhadap barang gadai nasabah atau Rahin yang dikembalikan dalam keadaan cacat atau rusak, dalam

Barang- barang berharga yang digadaikan akan diukur dan dihitung agar mendapatkan jumlah uang pinjaman sesuai dengan barang yang dijaminkan.Kasmir, 2012 Perusahaan pegadaian merupakan

Pengertian Gadai Gadai adalah 7suatu hak yajg diperoleh seseorang yang berpiutang atas suatu barang yang bergerak, yang diserahkan oleh seseorang yang berutang atau oleh seseorang yang