• Tidak ada hasil yang ditemukan

s mb 0703983 chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "s mb 0703983 chapter1"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Tingkat pertumbuhan ekonomi Indonesia yang cukup tinggi serta kebutuhan

masyarakat yang semakin meningkat akan pelayanan kesehatan yang baik, sudah

saatnya untuk diupayakan mempercepat pengembangan program asuransi

kesehatan. Hal ini untuk dapat mengantisipasi kecenderungan peningkatan biaya

pelayanan kesehatan agar tetap dapat terjangkau oleh sebagian besar masyarakat.

Pengalaman berbagai Negara menunjukkan bahwa peranan pemerintah

sangat besar dalam perkembangan program asuransi kesehatan di suatu Negara.

Selain Amerika Serikat sebagian besar Negara memperkenalkan konsep Asuransi

Kesehatan Sosial secara bertahap bagi berbagai kelompok masyarakat. Korea

Selatan (misalnya) melalui Dekrit Presiden (1976) yang secara bertahap

mewajibkan perusahaan dengan tenaga kerja 500, kemudian 250, kemudian 100,

kemudian 25 dan akhirnya seluruh penduduk ikut dalam program asuransi

kesehatan (sosial) Sulastomo (2007 : 216).

Salah satu aspek kesehatan yang akan banyak berpengaruh dalam

pengembangan pelayanan kesehatan adalah sistem penyelenggaraan jaminan

pelayanan kesehatan yang hendak diterapkan disuatu Negara. Di Negara-negara

sosialis, Negara memikul beban hampir seluruh aspek biaya kesehatan,

pemberantasan penyakit menular, kesehatan lingkungan, perawatan rumah sakit

dan lain-lain. Dibanyak Negara lain pemerintah memikul sebagian biaya

(2)

untuk memikul sebagian biaya perawatan kesehatan sehari-hari karyawannya.

Perbedaan ini ditentukan oleh sistem ekonomi yang dikembangkan oleh

masing-masing Negara. Di Negara-negara maju lainnya mereka mengembangkan sistem

yang dikenal dengan sistem asuransi kesehatan.

Pemerintah/perusahaan-perusahaan swasta dan perorangan menanggung beban dalam persentase tertentu

dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan (Sulastomo, 2007:241).

Undang-undang Pokok Kesehatan RI (2009) mengatakan bahwa kesehatan

merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus

diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. Dalam pengertian ini

dijelaskan bahwa kesehatan adalah salah satu aspek yang paling menentukan

kesejahteraan masyarakat. Selain itu pada tahun 1968, Pemerintah RI dengan S.K.

Presiden No. 230/1968 telah memutuskan sistem jaminan pelayanan kesehatan

pegawai negeri/pensiun berdasar asuransi. Dalam surat keputusan sebelumnya

(S.K. 122/1960), pegawai negeri diwajibkan untuk memberikan iuran perawatan

kesehatan sebesar 5 % gaji pokok. Hal ini menujukkan bahwa pegawai negeri ikut

memikul biaya kesehatan disamping biaya-biaya yang dikeluarkan oleh

pemerintah. Atas dasar ini pemerintah telah membentuk Badan penyelenggaraan

Dana pemeliharaan kesehatan pegawai Negeri/pensiun dan keluarganya.

Seiring berjalannya waktu, badan penyelenggara dana pemeliharaan

kesehatan di Indonesia berubah-ubah status dari Badan penyelenggara Dana

Pemeliharaan Kesehatan (BPDPK) menjadi Perusahaan Umun Husada Bhakti

(PHB). Seperti dalam sejarah PT.ASKES (persero) di website resminya dijelaskan

mengapa PHB ini berubah menjadi perseroan terbatas

(3)

Perum Husada Bhakti pun belum cukup fleksibel untuk dapat melakukan

pengembangan sistem pelayanan dan pembiayaannya, karena semakin

berkembangnya teknologi kedokteran, makin luasnya penyebaran fasilitas

kesehatan dan tingginya inflasi alat dan bahan untuk kesehatan yang jauh

melebihi inflasi bahan lainnya. Kesemuanya itu tidak sejalan dengan pendanaan

yang relatif terbatas, maka melalui Peraturan Pemerintah nomor 6 tahun 1992

dibentuklah PT (Persero) Asuransi Kesehatan Indonesia atau PT.ASKES (persero)

untuk menyelenggarakan program jaminan pemeliharaan kesehatan dan asuransi

kesehatan yang mencakup peserta wajib yang bersifat sosial, dan peserta sukarela

yang bersifat komersial. Sampai sekarang PT.ASKES (persero) telah mampu

bertahan dan lolos dari gangguan krisis moneter yang menimpa Indonesia sejak

tahun 1997 dan kini semakin berani mengembangkan dirinya berdasarkan

pengalamannya selama ini dengan melakukan pengembangan produknya untuk

menjangkau peserta komersial dari Badan-badan usaha swasta.

Tabel 1.1

Jumlah Kepesertaan PT.ASKES (Persero)

No Tahun PNS PP Sipil PP ABRI VET & PKRI TOTAL

1. 2007 9.344.098 3.553.556 1.263.657 558.833 14.720.144

2. 2008 9.463.912 3.114.308 1.147.261 432.192 14.157.673

3. 2009 10.989.780 3.380.824 1.209.847 754.200 16.334.651

4. 2010 9.299.167 1.921.837 1.481.501 1.015.102 13.717.607

(4)

Melihat jumlah peserta yang sangat banyak jumlahnya tersebut maka

PT.ASKES (persero) harus sudah menata perusahaan sehingga dapat bersaing

dengan perusahaan-perusahaan yang lain. PT.ASKES (Persero) Kantor Cabang

Tasikmalaya terus berusaha memberikan pelayanan yang terbaik melalui motto

perusahaan Ramah, Tanggap, dan Informatif (RTI), didukung oleh Sumber daya

manusia yang terlatih, pelaksanaan ISO 9001-2000 sejak tahun 1998 dan

Informasi Teknologi (IT) yang baik. Semenjak diberlakukan ISO 9001-2001 PT.

Askes (Persero) Kantor Cabang Tasikmalaya senantiasa meningkatkan pelayanan

salah satunya dengan melaksanakan evaluasi kepuasan pelanggan melalui survey

pihak ke tiga yang dilakukan pihak LPPM (lembaga pendidikan dan

pengembangan manajemen) Cikini, Jakarta Pusat. Survey tersebut dapat dilihat

pada tabel 1.2

Tabel 1.2

Tingkat kepuasan peserta askes terhadap pelayanan secara keseluruhan.

No Tahun Tingkat kepuasan

1 2008 83 %

2 2009 85 %

3 2010 82 %

Sumber : Laporan Tahunan PT.ASKES (persero) 2010

Secara keseluruhan jika dilihat dari tabel 1.2 PT.ASKES memang sudah

cukup baik dalam melaksanakan pelayanannya. Namun demikian dari hasil survey

pendahuluan selama peneliti menyebarkan angket survey pendahuluan di

PT.ASKES (Persero) Kantor Cabang Tasikmalaya pada bulan Nopember 2010

dari 20 responden yang diberikan angket masih ada 30 % yang mengatakan tidak

(5)

identitas di kartu dan lain-lain. Dengan demikian PT.Askes (Persero) harus

mendapat kepercayaan dari masyarakat agar dapat bertahan. Kepercayaan

tersebut diperoleh jika masyarakat menganggap perusahaan memiliki citra yang

baik, anggapan ini berkaitan dengan persepsi masyarakat terhadap perusahaan,

sebagaimana yang dikemukakan oleh Sutojo (2004 : 8) bahwa citra perusahan

yang baik akan mendukung keberhasilan suatu perusahaan diantaranya untuk

memasarkan produk-produknya dan meningkatkan jumlah konsumennya.

Citra perusahaan dipandang sebagai salah satu faktor penting yang dapat

mempengaruhi efektifitas pemasaran. Oleh karena itu sangat layak jika citra

dipandang sebagai salah satu aset terpenting yang dimiliki oleh perusahaan atau

organisasi. Setiap perusahaan memiliki citra yang disadari atau tidak telah

melekat pada perusahaan tersebut. Tidak sedikit barang atau jasa yang dihasilkan

perusahaan begitu kuat citranya di benak konsumennya.

Dowling (2002 : 4) mengemukakan bahwa citra dapat dikatakan sebagai

persepsi masyarakat yang dimiliki perusahaan dan dari adanya pengalaman,

kepercayaan, perasaan dan pengetahuan masyarakat itu sendiri terhadap

perusahaan, sehingga aspek fasilitas yang dimiliki perusahaan dan layanan yang

disampaikan karyawan kepada konsumen dapat mempengaruhi persepsi peserta

terhadap citra perusahaan itu sendiri. Citra perusahaan tidak bisa direkayasa

artinya citra tidak datang dengan sendirinya melainkan dibentuk oleh masyarakat

dari upaya komunikasi dan keterbukaan perusahaan dalam usaha membangun

citra positif yang diharapkan. Upaya membangun citra tidak bisa dilakukan pada

(6)

semua persepsi atas obyek yang dibentuk oleh konsumen dengan cara memproses

informasi dari berbagai sumber sepanjang waktu.

Gambar 1.1

Indeks Penilaian Reputasi Perusahaan Sebagai

Good Corporate Governance (perusahaan publik terpercaya)

Sumber : Laporan Tahunan PT.ASKES 2011 dan BPKP 2011

Penilaian citra PT.Askes (persero) berdasarkan GCG (good corporate

governance) Nilai GCG Askes masih bergerak secara fluktuatif dari tahun ke

tahun, masih ada ketidakstabilan pada citra perusahaan di PT.ASKES (persero).

Seperti yang tertera pada grafik nilai GCG dari 5 tahun terakhir yang di dapatkan

oleh PT.Askes (persero) dapat disimpulkan bahwa hal ini adalah masalah bagi

PT.ASKES yang harus diselesaikan untuk menstabilkan citranya.

Penulis tidak hanya mendapatkan data sekunder yang berasal dari data

perusahaan, akan tetapi data primer juga. Data primer ini didapatkan dari hasil

(7)

cabang Tasikmalaya untuk mendapatkan data survey pendahuluan tentang citra

PT.ASKES (persero). Dibawah ini adalah data hasil dari survey pendahuluan yang

didapatkan dari penyebaran kuesioner yang telah diisi oleh para peserta askes

yang datang ke customer service.

Gambar 1.2

Citra PT.ASKES (persero) Berdasarkan Survey Pra Penelitian Sumber : Pra Penelitian November 2011

CPR PT.ASKES masih belum maksimal dalam pembentukan citranya masih

ada 3% peserta askes yang memiliki anggapan bahwa citra dari perusahaan ini

masih dikatakan sangat buruk. Sebenarnya banyak yang memiliki anggapan baik

dan sangat baik sekitar 44% beranggapan citranya baik dan 14% sangat baik tapi

itu juga masih belum optimal karena masih ada 39% yang memiliki anggapan

citra perusahaan PT.Askes (persero) buruk. Dari data survey pendahuluan tersebut

dapat dilihat ini adalah satu masalah yang dimiliki PT.Askes.

Corporate Public Relations bukan hanya sekedar kegiatan ekonomi untuk

menciptakan profit demi kelangsungan bisnisnya, melainkan sebuah tujuan jangka

(8)

maupun konsumen untuk menciptakan sebuah citra yang baik bagi perusahaan di

waktu yang akan datang (Wibisono 2007:78). CPR juga tidak hanya membentuk

hubungan eksternal saja melainkan membentuk hubungan yang baik dengan

publik internal juga seperti stakeholders, karyawan, dan lain-lain.

Corporate Public Relations di PT. Askes (Persero) dikenal dengan nama

kemitraan yang bertujuan memuaskan publik internal dan eksternal serta

bertanggung jawab terhadap pencegahan dan pemecahan krisis yang dapat

menghancurkan perusahaan. Pelaksanaan CPR dapat berjalan dengan baik jika

ditunjang oleh program-program kerja tepat sasaran. Sebaik apapun pihak

perusahaan berusaha untuk menciptakan citra yang baik kepada konsumennya,

jika tidak didukung oleh keramahan, kepedulian karyawan perusahaan terhadap

para konsumen maka tidak akan mengubah persepsi mereka terhadap perusahaan

tersebut. Sebaliknya apa bila konsumen telah mempunyai kesan yang positif

terhadap perusahaan maka akan memberikan itikad baik, rasa simpati, pengakuan,

penerimaan dan dukungan kepada pihak perusahaan sehingga dapat meningkatkan

citra perusahaan itu sendiri.

Berdasarkan uraian permasalahan tersebut maka perlu dilakukan penelitian

tentang Corporate Public Relations serta pengaruhnya terhadap Citra Perusahaan

survei terhadap persepsi peserta PT.ASKES (Persero) Kantor Cabang

(9)

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah

1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas, penulis

mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi PT.Askes (Persero) adalah

ketidakstabilan citra perusahaan yang dipersepsikan oleh masyarakat. Hal ini

ditunjukan dengan pergerakan yang fluktuatif pada indeks good corporate

governance, beberapa tingkat ketidakpuasan, dan survey pra penelitian yang

masih memiliki persepsi negatif pada perusahaan dari masyrakat.

Corporate Public Relations PT.Askes (persero) dilakukan untuk

meningkatkan citra perusahaannya. Kegiatan utama dari CPR ini adalah sangat

sensitif yaitu menjaga kepuasan stakeholders termasuk pemegang saham dan

pemerintah. CPR juga memiliki tugas yang lebih berat lagi yaitu bertanggung

jawab terhadap pencegahan dan pemecahan krisis yang dapat mematikan

perusahaan.

Oleh karena itu penelitian ini berusaha mengkaji Corporate Public

Relations PT.Askes (persero) dengan tujuan untuk meningkatkan citra

perusahaan.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang disampaikan dalam latar belakang penelitian dan

identifikasi masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

a. Bagaimana gambaran CPR pada PT.ASKES (Persero) Kantor cabang

(10)

b. Bagaimana gambaran Citra PT.ASKES (Persero) Kantor Cabang

Tasikmalaya menurut peserta Askes.

c. Seberapa besar pengaruh CPR terhadap citra PT.ASKES (Persero) Kantor

Cabang Tasikmalaya.

1.3 Tujuan Penelitian

a. Untuk memperoleh gambaran CPR pada PT.ASKES (Persero) Kantor

Cabang Tasikmalaya.

b. Untuk memperoleh gambaran citra PT.ASKES (Persero) Kantor cabang

Tasikmalaya.

c. Untuk memperoleh temuan besarnya pengaruh CPR terhadap citra

PT.ASKES (Persero) Kantor Cabang Tasikmalaya.

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

pengembangan ilmu manajemen khususnya manajemen pemasaran

mengenai corporate public relations dan citra perusahaan pada industri

jasa asuransi serta bermanfaat untuk memberikan gambaran dan

pengetahuan yang lebih luas kepada peneliti-peneliti berikutnya dan

kepada masyarakat umum yang membutuhkannya.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan

dalam program peningkatan kinerja jasa asuransi khususnya PT.Askes

(Persero) melalui CPR seperti dalam hal awareness, knowledge, interest,

(11)

peningkatan citra Askes. Sumbangan informasi tersebut berguna bagi

kebijakan PT.Askes (Persero) dalam menyusun program kerja corporate

Gambar

Tabel 1.1 Jumlah Kepesertaan PT.ASKES (Persero)
Tabel 1.2 Tingkat kepuasan peserta askes terhadap pelayanan secara keseluruhan.
Gambar 1.1 Indeks Penilaian Reputasi Perusahaan Sebagai
Gambar 1.2 Citra PT.ASKES (persero) Berdasarkan Survey Pra Penelitian

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

[2] Adapun dasar pemikiran pembentukan undang-undang ini adalah sebagai berikut yakni pertama, Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta dengan segala isinya;

Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah penggunaan bahasa baku dan tidak baku pada reklame di toko-toko fotokopi sekitar kampus STKIP PGRI

Jawaban tersebut diperoleh dari hasil 5 butir pernyataan yang dibuat sesuai pada indikator Pass Strategy yang memnjukkan pengaruh yang kuat dan signifikan dalam

Terapi hormonal diberikan pada kanker payudara stadium IV. Prinsip terapi ini berdasarkan adanya reseptor hormon yang menjadi target dari agen terapi kanker. Ketika

Dari uraian diatas, maka penulis tertarik melakukan penelitian ini yang berjudul “PENGARUH PAJAK, EXCHANGE RATE, PROFITABILITAS, LEVERAGE, TUNNELING INCENTIVE DAN

Ibrahim Baramang Kantor Kemenag Kab./Kota Kolaka Sulawesi Tenggara

Seputar 3 kali saksi melihat PBP; ( 1 diantaranya di dekat toilet, dua berdiri di bar Premium) apakah berdiri atau berjalan-jalan di tempat tersebut. Tri mengatakan, melihat

Pemerolehan data sekunder diperoleh dari kepustakaan atau buku-buku yang berkaitan dengan keberadaan cendana bukan semata-mata menyangkut sengketa masyarakat dan