PENGEMBANGAN ONLINE LESSON PLAN MATEMATIKA
BERBASIS COMPUTER ASSISTED INSTRUCTIONAL
MUKHLIS HIDAYAT
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Pengembangan Online Lesson Plan Matematika berbasis Computer Assisted Instructional adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis ini.
Bogor, Januari 2012
Mukhlis Hidayat
ABSTRACT
MUKHLIS HIDAYAT. The Development of Mathematics Online Lesson Plan based on Computer Assisted Instructional. Under direction of SRI NURDIATI and YANI NURHADRYANI.
Lesson plan is a plan that describes procedures and organization of learning, in order to achieve a basic competency standards set out in content, and described in syllabus. Lesson plan of mathematics is one object of many learning materials applied in schools. System development lesson plan in mathematics is necessary to maximally support the needs of teachers and realization of a dynamic learning environment. The purpose of this research is to develop a prototype system of online mathematics lesson plan based on computer assisted instructional. The benefit of having such lesson plan is that it can ease teacher performance as a tool in manufacturing lesson plan effectively. Research method applied to develop system prototype was structural approach. The developed system offered several features which are teacher competency tests, lesson plans, tutorials, and a discussion forum for users. Prototype of the system has been tested offline, where all designed functions on navigation menu could run well. The developed system presents more optimal and effective lesson plans because it supports the use of teacher’s tacit and explicit knowledge, variations and flexibilities in creating lesson plans, and adjustable attributes. Furthermore, the system is also able to supply information on teaching feasibility and provides a variable lesson plan reports.
Key words: online lesson plan, mathematic, Computer Assisted Instructional, structural approach
RINGKASAN
MUKHLIS HIDAYAT. Pengembangan Online Lesson Plan Matematika berbasis
Computer Assisted Instructional. Dibimbing oleh Sri Nurdiati dan Yani Nurhadryani.
Pendidikan merupakan proses yang bersifat terencana dan sistematik, oleh karena itu perencanaan dan pengelolaannya perlu disusun secara lengkap, dengan pengertian dapat dipahami dan dilakukan oleh orang lain serta tidak menimbulkan perbedaan persepsi. Perubahan paradigma pendidikan dari pendekatan tradisional (konvensional) menuju pendekatan sistem sangat dibutuhkan, terutama pada proses penyusunan lesson plan matematika. Hal ini didasarkan pada dokumen portofolio sertifikasi guru dengan ditemukannya ketidakseragaman format dan isi lesson plan yang dibuat. Kurangnya inovasi dalam strategi pengajaran akibat dari terbatasnya penguasaan guru. Salah satu cara yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan membangun suatu Online Lesson Plan (OLP) untuk mata pelajaran matematika.
Tujuan dari penelitian ini yaitu mengembangkan OLP Matematika berbasis
Computer Assisted Instructional (CAI). Penggunaan OLP matematika dapat
mempermudah kinerja guru karena OLP sebagai alat bantu bagi guru dalam pembuatan lesson plan secara efektif. Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada beberapa bagian di antaranya: (1) Pembuatan OLP diujicoba pada mata pelajaran matematika SMA dengan aspek pembelajaran aljabar, (2) komponen lesson plan untuk kegiatan pembelajaran menitikberatkan pada model pembelajaran kooperatif dalam matematika, (3) integrasi CAI dalam sistem OLP menggunakan dua model penyajian yaitu tutorial dan drill and practice.
Lesson plan adalah suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lesson plan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, melalui lesson plan yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Lesson plan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, dan mata pelajaran. Komponen
lesson plan yang baik mencakup di antaranya: (1) mata pelajaran, (2) kelas/semester,
(3) jumlah pertemuan, (4) alokasi waktu, (5) standar kompetensi, (6) kompetensi dasar, (7) indikator, (8) tujuan pembelajaran, (9) materi ajar, (10) kegiatan pembelajaran terdiri atas model, metode, pendekatan dan teknik pembelajaran, (11) langkah-langkah pembelajaran, (12) alat dan bahan pembelajaran, (13) penilaian atau evaluasi pembelajaran, dan (14) pengesahan.
Pembuatan lesson plan oleh guru sangat terkait dengan tingkat kompetensi yang dimilikinya. Kompetensi guru merupakan tingkat kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru merupakan salah satu aspek penilaian terhadap kinerja guru, sehingga dapat terampil dan profesional dalam bekerja. Klasifikasi keterampilan
tersebut dapat berupa keterampilan membuat lesson plan, melaksanakan dan menilai pembelajaran.
Pada sistem OLP matematika, integrasi metode yang digunakan adalah CAI. CAI atau Pengajaran Berbantuan Komputer (PBK) didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi komputasi multimedia yang diterapkan pada bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya (virtual school) dengan serangkaian kegiatan pendidikan dan pembelajaran menggunakan media komputer. Model CAI dalam OLP digunakan hanya pada dua model, yaitu model drill and practice dan model tutorial. Model drill
and practice merupakan suatu model dalam pembelajaran dengan cara melatih
pengguna terhadap bahan atau materi yang pernah diperoleh sebelumnya. Model ini menanamkan kebiasaan tertentu dalam bentuk latihan. Latihan yang dimaksud adalah asesmen dan evaluasi. Dengan latihan terus menerus, maka akan tertanam dan kemudian akan menjadi kebiasaan, sehingga menambah kecepatan, ketepatan, kesempurnaan dalam melakukan penyusunan lesson plan matematika. Model drill
and practice dalam sistem OLP bertujuan memberikan pengalaman belajar yang
konkret dan menguji performance pengguna dalam OLP.
Model lain dalam CAI yaitu model tutorial yang bertujuan memberikan bantuan bimbingan kepada pengguna ketika asesmen tidak mampu mencapai hasil maksimal. Tutorial dalam sistem OLP dianggap sebagai pola belajar mandiri untuk mendalami materi sesuai kebutuhan dalam penyusunan lesson plan matematika. Komputer sebagai tutor berorientasi pada upaya membangun perilaku pengguna melalui penggunaan komputer. Bahan tutorial yang disajikan dalam sistem ini dibuat menggunakan software flip powerpoint 2.0.
Pengembangan sistem OLP matematika menggunakan pendekatan struktural. Pengembangan sistem ini mengadopsi metode System Development Life Cycle (SDLC) yang termodifikasi. Klasifikasi SDLC termodifikasi terdiri atas: (1) studi pustaka dan kelayakan, (2) pengumpulan data, (3) analisis, (4) desain, (5) implementasi, dan (6) pengujian.
Sistem yang dikembangkan pada OLP matematika mempunyai beberapa
features seperti asesmen pemahaman guru, tutorial lesson plan, evaluasi pemahaman
guru, create lesson plan, forum diskusi, dan report lesson plan. Implementasi terhadap prototipe sistem OLP, telah diuji dan memberikan hasil bahwa semua fungsi (pada menu navigasi) dapat berjalan dengan baik. Sistem ini juga dapat memberikan suatu informasi terhadap kelayakan guru dalam mengajar (teaching feasibility) dan mekanisme hasil laporan pembuatan lesson plan lebih bersifat dinamis.
Kata kunci: online lesson plan, matematika, pendekatan struktural, computer assisted
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
PENGEMBANGAN ONLINE LESSON PLAN MATEMATIKA
BERBASIS COMPUTER ASSISTED INSTRUCTIONAL
MUKHLIS HIDAYAT
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada
Program Studi Ilmu Komputer
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2012
Judul Tesis : Pengembangan Online Lesson Plan Matematika Berbasis
Computer Assisted Instructional
Nama : Mukhlis Hidayat
NRP : G651090061
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc. Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., M.T.
Ketua Anggota
Diketahui
Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana
Ilmu Komputer
Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom. Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya, sehingga tesis ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Tesis ini mengkaji tentang Pengembangan Online Lesson Plan Matematika berbasis
Computer Assisted Instructional.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Ibu Dr. Ir. Sri Nurdiati, M.Sc., dan Dr. Yani Nurhadryani, S.Si., MT., selaku komisi pembimbing yang telah berkenan memberikan arahan, bimbingan dan nasehat selama persiapan penyusunan konsep penelitian, pelaksanaan penelitian hingga penyusunan tesis.
2. Bapak Firman Ardiansyah, S.Kom., M.Si., atas kesediaannya sebagai penguji luar komisi pada ujian sidang tesis, yang telah memberikan banyak masukan dan saran dalam penyempurnaan tesis ini.
3. Ibu Dr. Rahmah Johar, M.Pd., sebagai dosen tetap pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Unsyiah, Banda Aceh, atas sharing dan akuisisi pengetahuan serta informasi tentang pembelajaran dalam matematika.
4. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M. Si., M.Kom., sebagai ketua Program Studi Magister Ilmu Komputer dan segenap pimpinan serta staf akademik dan staf administrasi pada Departemen Ilmu Komputer FMIPA IPB.
5. Teman-teman seperjuangan yang telah memberikan waktu luangnya untuk diskusi dan motivasi dalam penyelesaian tesis, terutama kepada Deba Supriyanto, M.Si., Rico Andrian, Favorison R Lumbanraja, M.Si., Kamaluddin Mahfudz, Kafi Hedonis, Abdul Tahir, M.Si., rekan-rekan S2 ILKOM angkatan 10 (2008), angkatan 11 (2009), angkatan 12 (2010) dan angkatan 13 (2011), rekan-rekan FORKUB dan IKAMAPA, rekan S2 Matematika IPB (2009), serta rekan-rekan lain yang tidak dapat penulis sebutkan disini.
6. Istri tercinta Gusti Rahmayani, S.Pd., dan anakku tersayang Listi Putri Hidayat (3 tahun), serta orang tua, mertua dan adik-adik atas dukungan doa, dorongan semangat dan kasih sayang yang tiada henti.
Semoga tesis ini bermanfaat dan dapat menjadi sumber informasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan.
Bogor, Januari 2012 Mukhlis Hidayat
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di kota Meulaboh kabupaten Aceh Barat Provinsi Aceh, pada tanggal 31 Agustus 1982 dari ayah (Alm) Nabhani dan ibu Taufidah. Penulis merupakan anak sulung dari tiga bersaudara. Pada tahun 2007, menikah dengan Gusti Rahmayani, S.Pd., dan telah dikaruniai seorang putri bernama Listi Putri Hidayat (3 tahun).
Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 24 Meulaboh pada tahun 1994, pendidikan sekolah menengah pertama diselesaikan di MTsN 1 Meulaboh pada tahun 1997 dan sekolah menengah atas diselesaikan di SMUN 3 Meulaboh pada tahun 2000. Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Pendidikan Matematika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Syiah Kuala (UNSYIAH) melalui Undangan Seleksi Masuk Universitas (USMU) yang diselesaikannya pada tahun 2004 dengan gelar Sarjana Pendidikan Matematika (S.Pd).
Tahun 2005, bekerja sebagai staf pengajar matematika pada Sekolah Tinggi Agama Islam (STAIN) Malikussaleh, Lhokseumawe. Pada Tahun 2006 hingga saat ini, penulis diterima sebagai staf pengajar tetap pada Program Studi Pendidikan Matematika FKIP UNSYIAH, Banda Aceh. Mata kuliah yang diampu oleh penulis adalah Geometri Bidang dan Ruang, Program Linier dan Aplikasi Komputer.
Sejak tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Sekolah Pascasarjana Program Magister Ilmu Komputer Institut Pertanian Bogor, yang dibiayai dengan sponsor Beasiswa Pendidikan Pascasarjana (BPPS) oleh Kementerian Pendidikan Nasional dan Bantuan Biaya Nanggroe Aceh Darussalam (BBNAD) oleh Pemerintah Provinsi melalui UNSYIAH serta Bantuan Biaya Penelitian tesis oleh SUPERSEMAR.
Penulis juga aktif dalam mempublikasikan karya ilmiah di antaranya pembelajaran dengan menggunakan program sketchpad berbasis CAI untuk meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap konsep geometri bidang (2008), pengintegrasian pengetahuan kebencanaan ke dalam KTSP di SD se-kota Banda Aceh (2009), dan representasi pengetahuan pada penyusunan lesson plan matematika menggunakan pendekatan soft computing (2010).
Judul penelitian yang dipertahankan dalam sidang tesis yang merupakan tugas akhir guna memperoleh gelar Magister Ilmu Komputer adalah “Pengembangan
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ... xxi
DAFTAR GAMBAR ... xxiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxv 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 5
2 TINJAUAN PUSTAKA... 7
2.1 Keterkaitan Penelitian Terdahulu ... 7
2.2 Atmosfer Sistem Pendidikan Indonesia ... 8
2.3 Keberadaan Lesson Plan dalam Sistem Pendidikan Indonesia ... 9
2.4 Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) ... 12
2.4.1 Lesson Plan terhadap Kompetensi Guru ... 14
2.4.2 Model Pembelajaran dalam Lesson Plan ... 17
2.4.3 Metode Pembelajaran dalam Lesson Plan ... 19
2.4.4 Lesson Plan Matematika ... 21
2.5 Computer Assisted Instructional ... 24
2.5.1 Pengembangan CAI ... 24
2.5.2 Konsep Dasar CAI ... 25
2.5.3 Peran CAI ... 26
2.6 Model Pengembangan Sistem ... 27
2.6.1 Pendekatan Struktural ... 31
2.6.3 Data Flow Diagram (DFD) ... 32
2.6.4 Entity Relational Diagram (ERD) ... 33
2.6.5 Database ... 33
2.6.6 Pengujian ... 34
3 METODOLOGI PENELITIAN ... 37
3.1 Kerangka Pemikiran ... 37
3.2 Kerangka Penelitian ... 38
3.2.1 Studi Pustaka dan Kelayakan ... 39
3.2.2 Pengumpulan Data ... 39
3.2.3 Analisis dan Desain Sistem OLP ... 40
3.3 Alat Pendukung Penelitian ... 43
3.4 Waktu dan Tempat Penelitian ... 44
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1 Studi Pustaka dan Kelayakan ... 45
4.1.1 Identifikasi Masalah ... 45
4.1.2 Aspek Organisasi ... 46
4.1.3 Aspek Teknologi ... 47
4.1.4 Aspek Ekonomis ... 48
4.1.5 Aspek Kebutuhan Pengguna ... 48
4.1.6 Batasan Pengguna ... 49
4.2 Pengumpulan Data ... 49
4.3 Analisis ... 52
4.3.1 Analisis Architecture Vision ... 52
4.3.2 Analisis Kebutuhan Pengguna ... 53
4.3.3 Analisis kebutuhan data ... 54
4.3.4 Online Lesson Plan ... 65
4.3.5 Model Computer Assisted Instructional ... 65
4.3.6 Bagan Alir (Flowchart) OLP ... 66
4.4.1 Diagram Konteks ... 68
4.4.2 Data Flow Diagram (DFD) ... 69
4.4.3 Entity Relation Diagram (ERD) ... 72
4.4.4 Desain Kamus Data ... 74
4.4.5 Desain Antarmuka Pengguna (User Interface Design) ... 74
4.4.6 Desain Fungsional Sistem ... 76
4.4.7 Desain Masukan ... 78
4.4.8 Desain Arsitektur Global OLP ... 79
4.5 Implementasi ... 80
4.5.1 Implementasi database... 80
4.5.2 Implementasi Sistem ... 81
4.6 Pengujian ... 88
5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 91
5.1 Kesimpulan ... 91
5.2 Saran ... 92
DAFTAR PUSTAKA ... 93
DAFTAR TABEL
Halaman
1 Standar global kompetensi guru menurut Danielson (1996)... 16
2 Mekanisme kerja pada kerangka penelitian ... 42
3 Perbandingan karakteristik model-model pembelajaran kooperatif ... 58
4 Daftar fungsional OLP ... 76
5 Halaman Masukan pada OLP... 78
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1 Keterlibatan stakeholders dalam sistem pendidikan. ... 2
2 Arsitektur model konseptual pengelolaan pendidikan sekolah. ... 11
3 Hirarki lesson plan. ... 13
4 Format baku lesson plan. ... 14
5 Model pembelajaran matematika sebagai salah satu komponen lesson plan. ... 18
6 Hirarki model pembelajaran. ... 20
7 Kedudukan model pembelajaran matematika di sekolah (Rohayati 2008)... 20
8 Materi matematika di SMA sebagai salah satu komponen lesson plan. ... 23
9 Perbedaan pilihan SDLC (Satzinger et al. 2007). ... 28
10 Pendekatan SDLC dengan metode spiral (Satzinger et al. 2007)... 29
11 Pendekatan SDLC dengan metode waterfall (Satzinger et al. 2007). ... 29
12 Diagram alir kerangka penelitian. ... 38
13 Skema penentuan Strategi Belajar Mengajar (SBM). ... 51
14 Skema penentuan materi pembelajaran. ... 51
15 Skema kebutuhan pengguna pada OLP. ... 54
16 Klasifikasi aspek aljabar matematika di SMA. ... 56
17 Proses penyusunan lesson plan. ... 62
18 Bentuk relasi fungsi dua himpunan. ... 63
19 Bagan alir (flowchart) OLP. ... 67
20 Diagram konteks OLP. ... 69
21 DFD level 1 pada OLP. ... 70
22 DFD level 2 permutakhiran (update) data. ... 71
23 ERD pada OLP. ... 73
24 Rancangan antarmuka sistem. ... 75
25 Arsitektur global OLP. ... 80
26 Tampilan halaman register dan login OLP. ... 81
28 Tampilan Menu halaman login atau register. ... 83
29 Tampilan halaman informasi asesmen. ... 84
30 Tampilan halaman soal uji kompetensi awal (asesmen). ... 84
31 Tampilan halaman tutorial. ... 85
32 Halaman tutorial dengan topik lesson plan. ... 86
33 Tampilan halaman informasi create lesson plan. ... 87
34 Tampilan halaman create lesson plan by owner. ... 87
35 Tampilan hasil cetak dalam format pdf. ... 88
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1 Data materi pembelajaran matematika SMA ... 101
2 Data model pembelajaran matematika ... 107
3 Data kuesioner pakar atau praktisi pendidikan ... 109
4 Data hasil penilaian lesson plan berdasarkan uji instrumen dan wawancara pakar121 5 Data metode pembelajaran matematika ... 125
6 Data pendekatan pembelajaran matematika ... 127
7 Aturan logika pada sistem OLP matematika ... 131
8 Kamus data sistem OLP matematika ... 137
9 Implementasi database OLP matematika ... 141
10 Sistem navigasi pada OLP matematika ... 145
11 Pengujian sistem OLP matematika ... 147
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan teknologi, telekomunikasi, media, dan informatika (TELEMATIKA) yang semakin cepat, telah berdampak nyata pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengguna dalam mencari atau bertukar informasi. Seiring dengan penggunaan TELEMATIKA yang berkembang dengan perjalanan waktu, berbagai aplikasi telah atau sedang dikembangkan untuk memudahkan manusia dalam memecahkan berbagai permasalahan (problem solving) di segala bidang. Persaingan yang terjadi di era globalisasi, menumbuhkan kompetisi antar bangsa, sehingga menuntut adanya pengembangan kualitas sumber daya manusia. Fenomena globalisasi ini ditandai oleh kekuatan konvergensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang semestinya menjadi faktor mendasar untuk ditransformasikan ke lembaga pendidikan.
Pentingnya lembaga pendidikan membangun teknologi dan sistem informasi, mendukung untuk terwujudnya lingkungan pembelajaran yang dinamis, dengan cara memanfaatkan TIK dalam meningkatkan kualitas pembelajaran, administrasi, serta interaksi dan kolaborasi antara guru, siswa, orang tua, dan masyarakat (Mukhtar & Iskandar 2010). Sejumlah pakar teknologi berperan mengembangkan sistem yang mampu mengatur, mengumpulkan, menyimpan, memanipulasi, menganalisis dan mengintegrasikan serta menampilkan berbagai informasi (data). Trend teknologi informasi dalam pengajaran dan pendidikan terkini banyak bermunculan sebagai suatu wahana komputer pendidikan seperti e-academic, e-learning, e-authoring and
learning, e-finance, e-business, e-management, e-goverment dan e-commerce.
Dunia pendidikan sebagai wadah tempat menimba ilmu pengetahuan dan teknologi dituntut untuk peka dan penyesuaian (adaptif) dengan perkembangan teknologi. Salah satu kebutuhan guru terhadap teknologi informasi di berbagai jenjang pendidikan yaitu dengan adanya sistem pendukung bagi guru dalam penyusunan lesson plan atau rencana pelaksanaan pembelajaran. Ketersediaan sistem
Online Lesson Plan (OLP) dapat membantu kinerja guru sehingga peningkatan
kompetensi guru diharapkan dapat terwujud.
Kebutuhan akan sistem, muncul seiring dengan adanya tuntutan penguasaan materi pembelajaran maupun ilmu pedagogik (As‟ari 2006), guna peningkatan kompetensi guru (Unsyiah 2007). Upaya kebutuhan ini terus ditingkatkan melalui serangkaian kegiatan pendampingan dan pelatihan yang diberikan untuk guru oleh
stakeholder pendidikan (akademisi atau pakar). Namun, hal ini masih belum merata
diperoleh guru terutama menyangkut penyusunan lesson plan. Pemantauan dan evaluasi terhadap guru oleh institusi pendidikan juga masih terbatas dan kurang terbuka. Untuk itu keterlibatan stakeholder pendidikan sangat diperlukan agar dapat memberikan kontribusi yang memadai dalam meningkatkan kinerja profesionalitas guru (Gambar 1).
Stakeholders
Praktisi Pendidikan (Guru)
Institusi Pendidikan Daerah (Dinas Pendidikan/MPD) Akademisi Pendidikan (LPTK/FKIP) Institusi Pendidikan Pusat (LPMP) Komite Sekolah/ Masyarakat Kepala Sekolah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP)
Gambar 1 Keterlibatan stakeholders dalam sistem pendidikan.
Lesson plan adalah suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus (Rusman 2010). Lesson
plan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah, melalui lesson plan yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan
siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Lesson plan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, dan mata pelajaran.
Penyusunan lesson plan mata pelajaran terutama matematika di SMA menimbulkan banyak kendala baik pada proses maupun mekanismenya. Dalam hal ini stakeholder pendidikan kurang berperan dalam memberikan penyelesaian terhadap masalah tersebut.
Berdasarkan penelusuran penulis dari hasil dokumen portofolio sertifikasi guru (Unsyiah 2009) dan wawancara dengan sejumlah guru di Aceh pada awal tahun 2011, diperoleh beberapa fakta terkait penyusunan lesson plan matematika di antaranya:
a. Banyak guru yang belum mengetahui komponen penting dalam penyusunan
lesson plan matematika,
b. Tingkat penguasaan guru matematika terhadap aspek pembelajaran matematika dan strategi pembelajaran masih rendah (Hidayat 2004),
c. Sosialiasi terkait cara-cara atau metode pembuatan lesson plan yang baik belum dilaksanakan secara optimal,
d. Ketidakteraturan dalam pembuatan lesson plan baik secara operasional dan sistematis,
e. Evaluasi hasil pembuatan lesson plan tidak dilaksanakan secara maksimal, f. Kurangnya kedisiplinan waktu menyerahkan laporan lesson plan dalam setiap
pertemuan,
g. Kemudahan mendapatkan lesson plan matematika yang dikomersilkan oleh beberapa provider.
h. Penyusunan lesson plan matematika masih dibuat secara manual dengan informasi yang terbatas.
Sejauh ini sistem OLP matematika belum pernah dikembangkan di Indonesia dan ini menjadi perhatian utama penulis untuk membangun sistem tersebut. Berdasarkan penelusuran penulis di berbagai website universitas terkemuka, terdapat beberapa peneliti yang di antaranya telah merancang sistem penyusunan lesson plan untuk guru seperti yang dilakukan di Nanyang Technological University (Singapore), Massachusetts Institute of Technology (Amerika Serikat) dan University of Missouri (Columbia). Seperti halnya penelitian tentang studi kemunculan praktek guru dalam pengembangan lesson plan berbasis internet (Battle & Hawkins 1996), sistem lesson
plan berbasis web untuk spesifikasi pendidikan di Missouri (Wang & Lin 2002),
rancangan dan evaluasi sistem penyusunan lesson plan berbasis web (Wang & Wedman 2003), dan sistem online lesson plan menggunakan model pembelajaran 5E (He & Wang 2008).
Dengan adanya penelitian pendukung dari beberapa jurnal dan informasi permasalahan lokal, maka penulis sangat tertarik untuk mendalami dan merencanakan dalam merancang serta mengembangkan sistem OLP matematika berbasis computer
assisted instructional (CAI). Sistem pengajaran berbantuan komputer (CAI)
merupakan suatu bentuk pemanfaatan komputer sebagai alat bantu pembelajaran terutama dalam pembuatan lesson plan matematika. Oleh karena proses pembelajaran yang dilakukan secara mandiri menggunakan komputer. Hal ini didasarkan dan didukung kuat dari teori-teori pembelajaran terdahulu yang terus berkembang pesat seperti teori behavioristik, teori kognitif dan teori konstruktivis (Sudjana 1991).
Di Indonesia, perkembangan CAI secara kuantitas maupun kualitas masih belum banyak mendapat perhatian (Surdjono & Utomo 1997). Dengan semakin meningkatnya jumlah kepemilikan komputer di beberapa lembaga pendidikan (untuk kota-kota besar) serta tuntutan kebutuhan, maka diperlukan pengembangan program pembelajaran secara interaktif baik online maupun offline. Kecenderungan inilah yang menjadi pemicu semangat dan motivasi bagi guru dalam membuat lesson plan matematika secara efektif dan efisien. Integrasi model CAI sangat bervariasi karena metode penyajian komputer berperan seperti pengajar dengan menerapkan beberapa model di dalamnya seperti tutorial, drill and practice, simulasi dan problem solving (Yahya & Humairo, 2010).
1.2 Perumusan Masalah
Masalah penelitian yang telah dikemukakan pada latar belakang belum dirumuskan secara spesifik atau belum operasional. Agar masalah tersebut dapat dipecahkan secara tepat seperti yang dikehendaki, maka perlu disajikan secara operasional sehingga menggambarkan pula pendekatan sistem yang akan digunakan. Penelitian ini difokuskan pada pengembangan sistem OLP matematika berbasis CAI.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Bagaimana mengembangkan OLP matematika berbasis CAI?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mengembangkan OLP matematika berbasis CAI.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah :
a. OLP matematika diharapkan mampu menjadi suatu alternatif model penyusunan
lesson plan yang efektif.
b. OLP matematika merupakan pilot project untuk dapat dikembangkan pada bidang studi dan jenjang pendidikan lainnya.
c. OLP matematika dapat membantu kinerja guru dan sebagai tools dalam memberikan kemudahan penyusunan lesson plan matematika.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Pengembangan online lesson plan matematika berbasis CAI memiliki batasan atau ruang lingkup yang harus dilakukan dengan cakupan sebagai berikut :
a. Penyusunan lesson plan diujicoba pada mata pelajaran matematika untuk tingkat SMA.
b. Komponen penyusunan lesson plan lebih menitikberatkan pada beberapa model pembelajaran kooperatif dalam matematika.
c. Aspek pembelajaran matematika yang dipilih adalah aljabar.
d. Metode pembelajaran yang diterapkan dalam CAI disajikan menggunakan 2 model penyajian yaitu tutorial dan drill and practice (Yahya & Humairo, 2010).
II TINJAUAN PUSTAKA
Penelitian dalam pengembangan Online Lesson Plan (OLP) matematika berbasis Computer Assisted Instructional (CAI) didasari pada beberapa konsep yang saling berkaitan, serta temuan hasil penelitian terdahulu yang melandasi penelitian ini. Uraian tersebut akan dijelaskan dalam bab ini.
2.1 Keterkaitan Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti lain terhadap sistem informasi penyusunan lesson plan menunjukkan adanya perbedaan dan keterbatasan area penelitian. Hal ini memungkinkan untuk dikembangkan sesuai kebutuhan wilayah setempat serta penggunaan teknik komputasi tertentu. Penelitian tersebut di antaranya:
a. Battle dan Hawkins (1996), melakukan penelitian dengan topik a study of
emerging teacher practices in internet-based lesson plan development. Topik ini
menjelaskan tentang dua aspek dari project pengembangan lesson plan berbasis internet yaitu Science On-Line (SOL) dan earth and space science for the
clasroom. Dari hasil penelitian ini diperoleh 5 implikasi yakni relevansi
pengembangan lesson plan pada internet, pengaruh langsung, penyesuaian materi internet bagi setiap guru, metodologi handal untuk partisipasi peneliti, dan konektivitas di dalam kelas.
b. Wang dan Lin (2002), melakukan penelitian tentang Missouri-specific web-based
lesson planning system. Topik ini menjelaskan bahwa pendekatan tradisional
penyusunan lesson plan berbasis kertas sangatlah rumit dan akibatnya merugikan efektifitas dan efisiensi guru. Hasil penelitian ini meningkatkan kualitas guru dengan dua upaya penting yakni pada fase awal dapat mengembangkan, menerapkan dan menguji fungsi pilot project dari sistem dan fase akhir mendukung komunikasi melalui web dalam model lesson plan.
c. Wang dan Wedman (2003) dengan penelitian designing and evaluating a
Lin (2002). Hasil studi memberikan informasi penilaian sistem terhadap guru, sistem dapat menyimpan waktu, manfaat supervisi, komunikasi dengan orang tua dan administrasi sekolah serta perhatian dan kemungkinan sistem untuk ditingkatkan.
d. He dan Wang (2008) dengan topik penelitian an online lesson planning system
using the 5e instructional model. Tujuan penelitian ini berbagi pengalaman
praktis dalam merancang sistem lesson plan yang berpusat pada siswa sehingga memberdayakan fakultas untuk mengembangkan, mencari, beradaptasi dan berbagi lesson plan dalam sistem tanpa inefisiensi dan inkonsitensi dalam menyiapkan lesson plan. 5E yang dimaksud yaitu engage, explore, explain,
elaborate, dan evaluate.
2.2 Atmosfer Sistem Pendidikan Indonesia
Kehidupan di abad 21 menghendaki dilakukannya perubahan pendidikan yang bersifat mendasar. Bentuk perubahan-perubahan tersebut adalah: (i) perubahan dari pandangan kehidupan masyarakat lokal ke masyarakat dunia (global), (ii) perubahan dari kohesi sosial menjadi partisipasi demokratis (utamanya dalam pendidikan dan praktek berkewarganegaraan), dan (iii) perubahan dari pertumbuhan ekonomi ke perkembangan kemanusiaan. UNESCO (1998) menjelaskan bahwa untuk melaksanakan empat perubahan besar di pendidikan tersebut, dipakai dua basis landasan berupa: a). empat pilar pendidikan: (i) learning to know, (ii) learning to do yang bermakna pada penguasaan kompetensi dari pada penguasaan ketrampilan menurut klasifikasi ISCE (International Standard Classification of Education) dan ISCO (International Standard Classification of Occupation), dematerialisasi pekerjaan dan kemampuan berperan untuk menanggapi bangkitnya sektor layanan jasa, dan bekerja di kegiatan ekonomi informal, (iii) learning to live together (with
others), dan (iv) learning to be, serta b). belajar sepanjang hayat (learning throughout life).
Perubahan mendasar pendidikan di Indonesia yang berlangsung saat ini, akan meletakkan kedudukan pendidikan sebagai: (i) lembaga pembelajaran formal dan sumber pengetahuan, (ii) pelaku, sarana dan wahana interaksi antara pendidikan
formal dengan perubahan pasaran kerja, (iii) lembaga pendidikan formal sebagai tempat pengembangan budaya dan pembelajaran terbuka untuk masyarakat, dan (iv) pelaku, sarana dan wahana kerjasama internasional (Balitbang 2003).
Namun demikian, sistem pendidikan nasional kita sekarang ini masih mengedepankan pada pencapaian berbasis nilai bukan pada keterampilan (karakter) dan kompetensi. Sistem pendidikan yang baik didukung oleh beberapa unsur yang baik pula, antara lain : (1) organisasi yang sehat; (2) pengelolaan yang transparan dan akuntabel; (3) ketersediaan lesson plan dalam bentuk dokumen kurikulum yang jelas dan sesuai kebutuhan pasar kerja; (4) kemampuan dan ketrampilan sumberdaya manusia di bidang akademik dan non akademik yang handal dan profesional; (5) ketersediaan sarana-prasarana dan fasilitas belajar yang memadai, serta lingkungan akademik yang kondusif (Ahmadi 1997). Dengan didukung kelima unsur tersebut, maka pendidikan akan dapat mengembangkan iklim akademik yang sehat, serta mengarah pada ketercapaian masyarakat akademik yang professional.
Dalam upaya mendukung sistem pendidikan nasional tersebut, penulis berupaya membangun satu teknologi komputer pendidikan dengan mengedepankan azas manfaat bagi kelangsungan pendidikan di Indonesia. Upaya ini dibutuhkan banyak tenaga dan ide agar teknologi dan sistem informasi penyusunan lesson plan matematika dapat terwujud.
2.3 Keberadaan Lesson Plan dalam Sistem Pendidikan Indonesia
Kurikulum merupakan salah satu komponen penting dalam proses pembelajaran, karena kurikulum digunakan sebagai acuan dalam penyelenggaraan pendidikan dan sebagai salah satu indikator mutu pendidikan. Perubahan kurikulum di Indonesia dari waktu ke waktu senantiasa mengalami revisi yang bertujuan untuk mewujudkan kurikulum yang ideal dan optimal dengan tuntutan dan kebutuhan masyarakat serta memberikan guideline atau acuan bagi penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan.
Dalam menunjang kesinambungan pendidikan yang berkualitas, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan kurikulum operasional yang dibuat sebagai pedoman dan acuan yang diciptakan bagi peran praktisi pendidikan terutama
guru agar lebih profesional dalam pendidikan dan pengajaran. Hal ini mengacu pada landasan dan acuan penyusunan dan pengembangan KTSP dengan berprinsip pada Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS), Peraturan Pemerintah (PP) nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP), PP nomor 22 tahun 2006 tentang Standar Isi (SI) dan PP nomor 23 tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Untuk menciptakan guru yang profesional, mereka dituntut memiliki kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (Permendiknas nomor 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru).
Peningkatan profesionalitas guru harus didukung oleh stakeholders seperti kepala sekolah dan pengawas/penilik sekolah (praktisi pendidikan), akademisi pendidikan (LPTK/FKIP di PTN/PTS), instansi pendidikan (Dinas Pendidikan, LPMP, MPD) dan masyarakat umum (komite sekolah) serta pemerintah. Pihak yang terlibat sebagai stakeholders mempunyai peran dan tangung jawab masing-masing, sehingga keterikatan satu sama lain saling berelasi dan berinteraksi dalam meningkatkan mutu pendidikan Indonesia.
Pada pengelolaan pendidikan sekolah, stakeholder berperan dan bertanggungjawab untuk menghasilkan pendidikan yang berkualitas dan berkesinambungan, sehingga mekanisme yang dilakukan sesuai dengan kontribusi yang diberikan seperti aspek pendanaan, prasarana dan sarana, pengelolaan dan standardisasi, serta perawatan. Aspek ini penulis namakan dengan aspek 4P, dimana keluaran dari aspek ini terciptanya pendidikan dengan dua objek utama yaitu proses (berkenaan dengan efektifitas dan efisiensi) dan produk (berkenaan dengan kualitas dan kuantitas). Apabila kontribusi ini didukung dan diberikan dengan maksimal, maka akan berdampak positif terutama meningkatnya profesionalitas guru. Seluruh rangkaian dari peran stakeholder pendidikan dalam pengelolaan pendidikan, digambarkan penulis sebagai arsitektur model konseptual pengelolaan pendidikan sekolah (Gambar 2).
Kom ite S ek olah (O ra ng T ua /M asya ra ka t) Akademisi Pendidikan (LPTK/FKIP) Perangkat Sekolah (Kepsek, Guru, Siswa, Staf Adm.)
Org anis asi K egur uan (PG RI/I SPI/ KOBA R-G B) In st it us i P em er in ta h (D in as P en di di ka n/ D ep ag ) In sti tu si P en did ik an (LP M P/ M PD )
Pengelolaan & Standarisasi
Sa ra n a & P ra sa ra n a Pendanaan P e ra w at an
PENDIDIKAN
Proses (Efektif & Efisien)Produk (kualitas & Kuantitas)
Gambar 2 Arsitektur model konseptual pengelolaan pendidikan sekolah. Perubahan dalam pola pendidikan dan pengajaran harus diawali dari guru sebagai agent of change. Perubahan yang dimaksud adalah kinerja guru dalam mempersiapkan proses pembelajaran yang bersifat integratif menggunakan teknologi informasi dan tidak kaku dengan mengikuti aturan normatif yang bersifat konvensional. Penekanan dalam hal ini lebih terfokus yaitu pada proses penyusunan
lesson plan matematika di sekolah. Lesson plan merupakan suatu arah dan tujuan
(landasan) guru dalam mengajar sesuai dengan undang-undang (PP nomor 19 tahun 2005 tentang SNP, Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses).
Selama ini, hasil uji kompetensi guru secara nasional tidak terungkap secara detail di media, hanya saja data kompetensi siswa yang dipublikasikan secara nasional. Sejumlah daerah di beberapa provinsi banyak mengungkap kelemahan dari kompetensi guru yang secara update dapat diperoleh di dinas pendidikan setempat. Berdasarkan paparan tersebut, maka sangat dibutuhkan suatu sistem yang membantu guru terutama dalam penyusunan lesson plan matematika, sehingga akan bermanfaat untuk meningkatkan peran dan kinerja guru dalam pembelajaran.
2.4 Lesson Plan (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)
Berdasarkan PP 19 Tahun 2005 Pasal 20 dinyatakan bahwa: ”Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, metode pengajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar”.
Sesuai dengan Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses dijelaskan bahwa lesson plan dijabarkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun lesson plan secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.
Lesson plan adalah suatu rencana yang menggambarkan prosedur dan
pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu KD yang ditetapkan dalam standar isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup lesson plan paling luas mencakup satu KD yang terdiri atas satu indikator atau beberapa indikator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
Lesson plan merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di
sekolah. Melalui lesson plan yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Lesson plan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata pelajaran.
Perlunya lesson plan dimaksudkan untuk mencapai perbaikan pembelajaran yang dilakukan dengan asumsi sebagai berikut (Uno 2008):
a) untuk memperbaiki kualitas pembelajaran perlu diawali dengan lesson plan yang diwujudkan dengan adanya desain pembelajaran,
b) untuk merancang suatu pembelajaran perlu menggunakan pendekatan sistem (konvensional atau komputerisasi),
d) lesson plan harus mengacu pada tujuan dan diarahkan dengan kemudahan belajar e) lesson plan melibatkan variabel pembelajaran yakni variabel kondisi, variabel
metode dan variabel hasil pembelajaran.
Lesson plan disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan dalam satu kali
pertemuan atau lebih (Gambar 3). Guru merancang penggalan lesson plan untuk setiap pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan. Komponen lesson plan terdiri atas tujuan pembelajaran, materi ajar, metode dan model pembelajaran, sumber belajar, dan penilaian hasil belajar. Beberapa kriteria ini masih dibuat secara tradisional (manual letter) dengan mengisi format baku yang telah ditentukan oleh sebuah institusi. Oleh karenanya, perlu dirancang dalam bentuk sistem komputasi untuk mengoptimalkan kinerja seorang pengajar dalam menyusun
lesson plan.
Standar Kompetensi & Kompetensi Dasar
Silabus
Lesson Plan
Gambar 3 Hirarki lesson plan.
Pendekatan sistem yang sangat dipengaruhi pada penyusunan lesson plan yakni dengan sistem perancangan berbasis lingkungan pendidikan, dimana diperlukan suatu aplikasi pendidikan (educational application) dalam format elektronik melalui CD ROM atau internet untuk menunjang kebutuhan pengajar secara optimal. Pembuatan aplikasi penyusunan lesson plan secara elektronik memberikan kesempatan yang luas kepada pengajar dalam meningkatkan inovasi dan kreatifitas pembelajaran (Mai and Neo, 1998).
Ketentuan format (template) baku penyusunan lesson plan matematika telah dicantumkan dalam berbagai penjelasan KTSP. Namun format baku terkadang tidak bersifat umum, karena setiap guru hanya berpegang pada Buku Pegangan Guru (BPG) dari setiap penerbit buku ajar matematika. Berikut ini format baku lesson plan matematika yang penulis ambil dalam penjelasan KTSP (Gambar 4).
Gambar 4 Format baku lesson plan. 2.4.1 Lesson Plan terhadap Kompetensi Guru
Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan. Oleh karena itu, guru perlu dikembangkan
sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi yang meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Kompetensi guru merupakan tingkat kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban dan tanggungjawab dalam proses pembelajaran. Kompetensi guru merupakan salah satu aspek penilaian terhadap kinerja guru, sehingga dapat terampil dan profesional dalam bekerja. Klasifikasi keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan membuat lesson plan, melaksanakan dan menilai pembelajaran.
Pembuatan lesson plan oleh guru, tidak hanya sekedar merencanakan aktivitas pembelajaran saja. Namun lesson plan harus dapat mengakomodir secara lengkap dan sistematis pembelajaran, di antaranya baik interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi untuk berpartisipasi aktif, kreatif, mandiri dan berkesinambungan. Dengan demikian, pembuatan lesson plan sangat erat kaitannya dengan tingkat kompetensi guru.
Kompetensi merupakan gambaran hakikat kualitatif dari perilaku seseorang. Menurut Lefrancois (1995) kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu, yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Apabila individu sukses mempelajari cara melakukan satu pekerjaaan yang kompleks dari sebelumnya, maka pada diri individu tersebut pasti sudah terjadi perubahan kompetensi. Jadi secara lengkap kompetensi diartikan sebagai satu kesatuan yang utuh yang menggambarkan potensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dinilai, yang terkait dengan profesi tertentu berkenaan dengan bagian-bagian yang dapat diaktualisasikan dan diujudkan dalam bentuk tindakan atau kinerja untuk menjalankan profesi tertentu (Yuhetty & Miarso 2008).
Menurut Danielson (1996), standar kompetensi guru ditentukan dalam tiga fase yang merupakan suatu kontinum dalam praktek pembelajaran. Secara lengkap ketiga fase tersebut dikemukakan dalam Tabel 1. Fase tersebut bukan merupakan sesuatu yang dinamik dan bukan merupakan suatu bentuk penjenjangan atau lama waktu bertugas. Misalnya seorang guru yang baru bertugas, mampu menunjukkan kompetensinya dalam bebarapa indikator dalam setiap fase. Berdasarkan hal itu guru tersebut dapat menentukan sendiri kompetensi apa yang belum dikuasai, baik pada fase pertama, kedua maupun ketiga, dan kemudian berusaha untuk dapat melaksanakan kompetensi dengan berbagai cara yang dimungkinkan.
Kerangka standar kompetensi guru di berbagai negara telah diatur sesuai dengan ketentuan dan kebutuhan negara tersebut, sehingga akhirnya lisensi yang dikeluarkan berhak untuk diberikan kepada guru dan dievaluasi setiap waktunya (Danielson 1996). Berikut ini gambaran kerangka standar kompetensi guru secara global berdasarkan konsultasi komprehensif dengan berbagai pihak termasuk guru, organisasi profesi, lembaga pendidikan tinggi dan para pemangku kepentingan lain. Tabel 1 Standar global kompetensi guru menurut Danielson (1996)
Fase Standar Kompetensi Guru
Fase pertama
1. Melibatkan siswa dalam pengalaman belajar yang bertujuan dan bermakna,
2. Memonitor, menilai, merekam dan melaporkan hasil belajar siswa, 3. Melakukan refleksi kritis dari pengalaman profesionalnya agar
dapat meningkatkan efektivitas profesi,
4. Berpartisi dalam kebijakan kurikulum dan program kerjasama, 5. Membangun kemitraan dengan siswa, sejawat, orangtua, dan pihak
lain yang membantu.
Fase kedua
1. Memperhatikan gaya belajar dan kebutuhan siswa yang beragam dengan menerapkan berbagai bentuk strategi pembelajaran,
2. Menerapkan sistem penilaian dan pelaporan yang komprehensif mengenai pencapaian hasil belajar siswa,
3. Membantu berkembangnya masyarakat belajar,
4. Memberikan dukungan dalam kebijakan kurikulum dan program kerjasama,
5. Membantu belajar siswa melalui kemitraan dan kerjasama dengan dengan warga sekolah.
Fase ketiga 1. Menggunakan strategi dan teknik pembelajaran sesuai kebutuhan individual siswa maupun kelompok secara responsif dan inklusif,
Fase Standar Kompetensi Guru
2. Menggunakan strategi penilaian dan pelaporan dengan konsisten secara responsif dan inklusif,
3. Melibatkan diri dalam berbagai kegiatan belajar profesional yang mendukung berkembangnya masyarakat belajar,
4. Menunjukkan kepemimpinan dalam berbagai proses pengembangan sekolah termasuk perencanaan dan kebijakan kurikulum,
5. Membangun kerjasama dalam lingkungan komunitas sekolah.
2.4.2 Model Pembelajaran dalam Lesson Plan
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi langsung seperti kegiatan tatap muka, maupun interaksi tidak langsung seperti menggunakan berbagai media. Berdasarkan hasil penelitian para ahli mengungkapkan bahwa proses interaksi antara guru dengan siswa dikaitkan dalam pembelajaran merupakan suatu model pembelajaran. Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk lesson plan dalam jangka panjang, merancang dan membimbing pembelajaran di dalam kelas (Rusman 2010).
Model pembelajaran matematika didefinisikan sebagai suatu bentuk pola aktifitas yang merupakan dasar pijakan guru mengorganisir kegiatan belajar mengajar (KBM) matematika. Model juga dikatakan sebagai konsep dasar pengembangan KBM karena model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang menuntun guru menetapkan prosedur dan langkah-langkah pembelajaran yang sistematis, petunjuk mengorganisir KBM, meramu komponen-komponen pembelajaran yang dapat mengantarkan aktifitas siswa aktif terlibat secara optimal. Model merupakan cara-cara mengoperasikan suatu kegiatan pembelajaran. Dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar dikenal beberapa macam model pembelajaran yang menjadi salah satu komponen dalam lesson plan. Model-model pembelajaran dalam matematika dapat dilihat pada Gambar 5.
Model-model Pembelajaran Matematika SMA
44. Discovery Model 45. Spiral Model
46. Theorem Proving Model 47. Problem Solving Model 48. Laboratory Model
43. Group Processes Model
20. Computer Augmented Model
36. APOS Model 37. RME Model
38. Quantum Learning Model 39. Role Playing Model 40. Problem Posing Model 41. Open Ended Model 42. Cycle Learning Model
27. Reciprocal Learning Model 26. SAVI Model
31. Team Assisted Individualy Model 30. Think Talk Write (TTW) Model
33. CORE Model 32. IMPROVE Model 28. Mind Mapping Model
29. Two Stay Two Stray (TS-TS) Model 1. STAD Model
2. Jigsaw Model
3. Group Investigation Model 4. TGT Model
5. TPS Model 6. NHT Model 7. CIRC Model 8. Take and Give Model 9. Example non Example Model 10. Picture and Picture Model 11. CRH Model
12. Talking Stick Model 13. Snowball Throwing Model 14. Partner Switch Model 15. Word Square Model
21. CTL Model
Cooperative Learning Model
22. PBI Model
23. Model Pembelajaran Tematik 16. Drills Model
a. CAI Model b. ICAI Model
Computer base Instructional Model c. CAL Model
d. CAPA Model e. ITS Model
17. Tutorial Model
18. Simulation Model 19. Instructional games Model
24. Direct Instruction Model 25. Conceptual Change Model
34. Time Token Model 35. Scramble Model
49. Van Hiele Model
50. Student Facilitator and Explaining Model
Gambar 5 Model pembelajaran matematika sebagai salah satu komponen lesson plan.
2.4.3 Metode Pembelajaran dalam Lesson Plan
Inti dari lesson plan adalah menetapkan strategi pembelajaran yang optimal untuk mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama lesson plan adalah pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel pembelajaran. Pemilihan strategi seperti metode pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan. Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari setelah perancangan pembelajaran mempunyai informasi.
Metode mengajar adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar yang dipergunakan oleh seorang guru atau instruktur. Salah satu usaha yang tidak pernah guru tinggalkan adalah bagaimana memahami kedudukan metode sebagai salah satu komponen yang ikut ambil bagian bagi keberhasilan kegiatan belajar mengajar. Kedudukan metode pembelajaran dalam lesson plan diantaranya (Rohayati 2008):
a. Metode sebagai alat motivasi ekstrinsik b. Metode sebagai strategi pengajaran
c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan
Dalam memilih metode pembelajaran, syarat-syarat utama yang harus diperhatikan diantaranya:
a. Metode mengajar yang digunakan harus dapat membangkitkan motivasi, minat atau gairah belajar peserta didik.
b. Metode yang dipergunakan harus dapat menjamin perkembangan kegiatan kepribadian anak didik.
c. Metode mengajar digunakan harus dapat memberikan kesempatan untuk mewujudkan hasil karya.
d. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat merangsang keinginan anak didik untuk belajar lebih lanjut, melakukan eksplorasi dan inovasi.
e. Metode mengajar yang dipergunakan harus dapat menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan sikap utama dalam kehidupan sehari-hari (Ahmadi 1997).
Model pembelajaran mencakup: strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran Ini dapat dilihat berdasarkan hirarki model pembelajaran (Gambar 6) dan kedudukan model pembelajaran (Gambar 7). Keseluruhan bagian ini merupakan cakupan dalam metodologi mengajar. Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri atas pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan pengajaran tercapai.
Pendekatan Pembelajaran (student or teacher centered)
Strategi Pembelajaran
(exposition-discovery learning or
group-individual learning)
Metode Pembelajaran (ceramah, diskusi, simulasi, dsb)
Teknik dan Taktik Pembelajaran (spesifik, individual, unik)
Model Pembelajaran
Model Pembelajaran
Gambar 6 Hirarki model pembelajaran.
Teknik Metode
Pendekatan Strategi
Model
2.4.4 Lesson Plan Matematika
Materi ajar matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, dan mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin serta pengembangan daya pikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dewasa ini dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskret. Untuk menguasai dan mencipta teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang standar kualifikasi akademik dan kompetensi guru, pada bagian lampiran disebutkan bahwa kompetensi guru mata pelajaran matematika pada sekolah menengah adalah:
Menggunakan bilangan, hubungan di antara bilangan, berbagai sistem bilangan dan teori bilangan.
Menggunakan pengukuran dan penaksiran. Menggunakan logika matematika.
Menggunakan konsep-konsep geometri.
Menggunakan konsep-konsep statistika dan peluang. Menggunakan pola dan fungsi.
Menggunakan konsep-konsep aljabar.
Menggunakan konsep-konsep kalkulus dan geometri analitik. Menggunakan konsep dan proses matematika diskrit.
Menggunakan trigonometri. Menggunakan vektor dan matriks.
Menjelaskan sejarah dan filsafat matematika.
Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, piranti lunak komputer, model matematika, dan model statistika.
Matematika merupakan sarana komunikasi sains tentang pola-pola yang berguna untuk melatih cara berfikir logis, kritis, kreatif dan inovatif. Oleh karena itu, hampir semua negara menempatkan Matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang penting bagi pencapaian kemajuan negara bersangkutan. Di samping itu, mata
pelajaran Matematika membekali peserta didik kemampuan bekerjasama. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup dengan solusi tunggal, masalah terbuka dengan solusi tidak tunggal, dan masalah dengan berbagai cara penyelesaian. Untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah perlu dikembangkan keterampilan memahami masalah, membuat model matematika, menyelesaikan masalah, dan menafsirkan solusinya.
Dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem). Dengan mengajukan masalah kontekstual, peserta didik secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep matematika. Untuk meningkatkan keefektifan pembelajaran, sekolah diharapkan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi seperti komputer, alat peraga, atau media lainnya. Selain itu, perlu ada pembahasan mengenai bagaimana matematika diterapkan dalam teknologi informasi sebagai perluasan pengetahuan peserta didik. Dalam mengelola suatu kegiatan belajar-mengajar, berbagai materi ajar matematika di sekolah khususnya tingkat menengah disajikan pada Gambar 8.
Materi Ajar Matematika (MAM) SMA
Kalkulus Logika
Aljabar &
Aritmatika Geometri Trigonometri
Statistik & Peluang
Pangkat, Akar dan Logaritma (I/1) Fungsi, Fungsi Kuadrat, Persamaan
& Pertidaksamaan Kuadrat (I/1) Persamaan Linear & Pertidaksamaan Satu
Variabel (I/1)
Pernyataan Majemuk & Pernyataan Berkuantor (I/2)
Konsep Limit Fungsi & Turunan Fungsi (II/2)
Konsep Integral (III/1)
Kedudukan, Jarak, Besar Sudut dalam Ruang Dimensi Tiga
(I/2)
Perbandingan, Fungsi, Persamaan & Identitas
Trigonometri (I/1) Rumus Trigonometri &
Penggunaannya (II/1)
Aturan Statistika, kaidah Pencacahan,
Sifat2 Peluang (II/1)
Persamaan Lingkaran & Garis Singgung (II/1) Aturan Suku Banyak
(II/2) Komposisi dua Fungsi & Invers suatu Fungsi
(II/2) Masalah Program
Linear (III/1) Konsep Matriks, Vektor & Transformasi
(III/1) Konsep Barisan dan
Deret (III/2) Fungsi Eksponen &
Logaritma (III/2)
Gambar 8 Materi matematika di SMA sebagai salah satu komponen lesson plan.
2.5 Computer Assisted Instructional 2.5.1 Pengembangan CAI
Computer Assisted Instructional (CAI) sebagai suatu teknologi terapan
dengan kecerdasan buatan untuk bidang pendidikan. Pada beberapa dekade terakhir penetrasi komputer pada dasarnya mempengaruhi arsitektur dari pembelajaran cerdas melalui sebuah sistem. Hal ini dimodifikasi untuk menandai sistem perangkat lunak yang canggih dengan berbagai atribut. CAI dalam upaya menciptakan pengajar komputerisasi yang membentuk teknik pengajaran yang sesuai untuk pola pembelajaran guru/siswa (individual maupun klasikal) merupakan generasi lanjutan
Intelligent Computer Aided Instruction (ICAI) (Prentzas et al. 2002) dan telah banyak
diimplementasikan serta di kembangkan melalui web (Turban et al 2005).
CAI atau pengajaran berbantuan komputer (PBK) didefinisikan sebagai sebuah bentuk teknologi komputasi multimedia yang diterapkan pada bidang pendidikan dalam bentuk sekolah maya (virtual school) dan serangkaian kegiatan pendidikan dan pembelajaran menggunakan media komputer. Beberapa nama lain CAI seperti web based learning, online learning, computer-based training/learning,
distance learning, dan e-learning. Di sisi lain, CAI disebut sebagai courseware yang
merupakan perangkat lunak komputer yang dirancang untuk menciptakan lingkungan pengajaran yang bertujuan untuk mempermudah proses belajar (Jonassen 1988). Sistem CAI yang terkenal di Amerika Serikat diantaranya adalah PLATO yang dikembangkan pada tahun 1960 di Universitas Illinois dan TICCIT (Time-shared
Interactive Computer Controlled Information Television) tahun 1971 oleh perusahaan
MITRE (Budiarjo 1991).
Pada perkembangannya, CAI tampaknya lebih banyak digunakan di dunia bisnis. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Lewis (2002) diketahui bahwa sekitar 42% dari 671 perusahaan di dunia telah menerapkan program pembelajaran elektronik dan sekitar 12% lainnya berada pada tahap persiapan/perencanaan. Di samping itu, Lewis (2002) mengatakan sekitar 90% kampus perguruan tinggi nasional di Amerika mengandalkan berbagai bentuk pembelajaran elektronik, baik untuk mengajarkan para mahasiswanya maupun untuk kepentingan komunikasi
antara sesama dosen. Kemajuan yang demikian ini sangat ditentukan oleh sikap positif masyarakat pada umumnya, dan khususnya perguruan tinggi (akademisi), peserta didik (siswa), dan tenaga kependidikan (guru) terhadap penggunaan teknologi komputer dan internet. Sikap positif masyarakat yang telah berkembang terhadap teknologi komputer dan internet tampak dari semakin banyaknya jumlah pengguna dan penyedia jasa internet.
Penelitian ekperimen lainnya tentang CAI telah dilakukan untuk mengevaluasi efektifitas berbagai program CAI. Berbagai hasil penelitian cenderung menyimpulkan bahwa belajar dengan menggunakan CAI akan lebih meningkatkan prestasi belajar dibanding dengan model pengajaran lainnya (Hwang 1989; Chuang 1991; Nejad 1992). Dan jika dibandingkan dengan pendekatan pengajaran tradisional, CAI relatif lebih efektif dan efisien (Bright 1983) karena pengguna akan belajar lebih cepat dalam menguasai materi pelajaran dan mengingat lebih banyak dari apa yang telah dipelajari. Kulik et al. (1990) dalam studi meta-analisisnya terhadap pengkajian efektifitas CAI selama 25 tahun mengungkapkan bahwa terdapat nilai positif dan manfaat yang besar dari penggunaan dengan model CAI bagi peserta didik. Begitu juga yang dilakukan oleh Surjono (1994, 1999) dalam pemanfaatan program CAI pada bidang elektronika.
2.5.2 Konsep Dasar CAI
Komputer di bidang pendidikan pada dasarnya dibedakan menjadi dua hal, yakni pengajaran tentang komputer dan pengajaran dengan komputer. Pengajaran tentang komputer merupakan pengajaran terbatas (local learning) meliputi software,
hardware, dataware, netware, courseware dan brainware, sedangkan pengajaran
dengan komputer merupakan alat pembelajaran dengan ruang lingkup yang sangat luas (global learning) seperti CAI dan ITS.
Umumnya istilah CAI terfokus pada software pendidikan yang dapat diakses melalui komputer dimana pengguna dapat berinteraksi dengannya. Sistem komputer menyajikan serangkaian program pengajaran kepada pengguna baik berupa informasi maupun latihan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep dasar CAI terhadap
materi pembelajaran yang disajikan melalui berbagai metode di antaranya: drill and
practice, tutorial, simulasi, permainan, dan problem solving (Heinich et al 1993).
Agar metode yang diberikan mencapai hasil maksimal, maka selanjutnya diberikan beberapa aspek penguatan seperti: umpan balik, percabangan, penilaian, monitoring kemajuan, petunjuk, dan tampilan (Simonson & Thompson 1994). Dalam aktivitasnya, CAI harus meliputi beberapa tahapan, di antaranya (Gagne et al. 1981): informasi (materi pelajaran) harus diberikan atau ketrampilan (skill) diberikan model, (2) anak didik harus diarahkan, (3) anak didik diberi latihan-latihan, dan (4) pencapaian belajar anak didik harus dinilai.
2.5.3 Peran CAI
Umumnya komputer digunakan sebagai alat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan. Dalam hal ini, CAI memiliki peran yang lebih luas yang diklasifikasikan dalam bidang pendidikan sebagai pengajar (tutor), alat (tool), dan pelajar (tutee) (Taylor, 1990). Pemahaman tentang peran komputer dalam pendidikan dapat dijelaskan berikut:
a. Komputer sebagai pengajar.
Hal ini dimaksudkan bahwa peran komputer secara umum digunakan dalam menyampaikan program pendidikan dan pembelajaran (lesson plan) secara online ataupun offline. Penyampaian bersifat tutorial dimana tingkat perkembangan interaksi antara pengguna dengan sistem dapat dikondisikan dengan pengaturan yang optimal.
b. Komputer sebagai alat.
Komputer berperan membantu pengguna untuk menyelesaikan pekerjaan atau tugas dalam setiap kegiatan pembelajaran, dengan tingkat akurasi kinerja secara cepat, efektif dan efisien. Komputer sebagai alat didukung oleh komponen
database dan pengolahan data yang maksimum. Saat ini komputer yang
digunakan sebagai alat aplikasi administratif di antaranya sistem penyusunan
lesson plan, sistem modul pakar, sistem modul evaluasi dan sistem informasi
c. Komputer sebagai pengajar.
Peran ini bertujuan untuk mengedalikan komputer dalam setiap menerima instruksi atau perintah dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sangat didukung dengan fasilitas bahasa pemograman yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi.
2.6 Model Pengembangan Sistem
Penggunaan sistem bagi perusahaan memiliki peranan yang penting antara lain menunjang kegiatan bisnis operasional, menunjang manajemen dalam pengambilan keputusan, dan menunjang keunggulan strategi kompetitif organisasi (O‟Brien & Marakas 2009). Karakteristik utama penggunaan sistem didukung oleh suatu model pengembangan sistem dimana model merupakan representasi atau abstraksi sederhana dari realitas. Model ini digunakan dalam rangka mengembangkan deskripsi yang lebih presisi terhadap aktivitas-aktivitas dalam siklus hidup sistem.
Model pengembangan sistem yang efektif menyediakan petunjuk pengembangan sistem berkualitas yang efisien. Model pengembangan ini menangkap dan memberikan praktek-praktek terbaik dari yang telah ada. Konsekuensinya, model pengembangan tersebut mereduksi resiko dan meningkatkan kemampuan untuk memprediksi proyek pengembangan sehingga mampu untuk berevolusi (Hariyanto 2004).
Terdapat beragam model pengembangan sistem yang telah banyak diusulkan oleh beberapa pakar dan ada di antaranya sangat banyak digunakan. Menurut Sommerville (2006) ada empat model pengembangan sistem seperti: model pengembangan waterfall, prototyping (evolusioner), formal dan perakitan komponen-komponen guna ulang (reusable components). Di sisi lain Pressman (2001) memberikan tujuh model pengembangan sistem yakni: linear sequential model,
prototyping model, rapid application development model, evolutionary software process model, components based development, formal method model, dan 4th generation technique paradigm.