• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

10 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

1. Penelitian Yuyun Novia Rengganis (2017), yang berjudul “Prokrastinasi Akademik (Penundaan Akademik) Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 308 mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Negeri Surabaya terdapat tiga tingakat perilaku prokrastinasi akademik yaitu 62 mahasiswa (20%) pada katogeri tinggi, 200 mahasiswa (65%) pada katagori sedang dan 46 mahasiswa (15%) pada katagori rendah.

2. Penelitian Dr. M. Edi Kurnanto, M.Pd (2015), yang berjudul “Prokrastinasi Akademik Mahasiswa yang sedang Menyusun Skripsi pada Jurusan Pendidikan Agama Islam FTIK IAIN Pontianak Semester Genap Tahun Akademik 2014/2015”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa prokrastinasi akademik yang dilakukan oleh mahasiswa PAI FTIK IAIN Pontianak tahun akademik 2014/2015 memilki prosentase 71,88% dengan kategori yang sangat tinggi sebesar 8,75%.

3. Penelitian Hana Hanifah Fauziah (2015), yang berjudul “Faktor-Faktor yang mempengaruhi Prokrasrinasi Akademik Mahasiswa Fakultas Psikologi UIN Sunan Gunung Djati Bandung”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa ada tiga faktor yang

(2)

menyebabkan prokrastinasi yaitu fisik, psikis, dan lingkungan dengan nilai korelasi untuk analisis konfirmasi sebesar 0,50 untuk aspek fisik, 0,55 untuk aspek psikis dan 0,92 korelasi hasil aspek lingkungan. 4. Penelitian Miftahul Jannah (2014), yang berjudul “Prokrastinasi

Akademik (Perilaku Penundaan Akademik) Mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan dari 307 mahasiswa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya tingkat prilaku prokrastinasi akademik terdapat 50 (16%) mahasiswa pada kategori rendah, 167 mahasiswa (55%) pada kategori sedang, dan 90 mahasiswa (29%) pada kategori tinggi.

Keempat penelitian diatas menunjukkan bahwa penelitian yang dilakukan peneliti saat ini berbeda dari penelitian-penelitian sebelumnya, yang mana penelitian ini berfokus pada besaran bentuk dari dua faktor penyebab prokrastinasi akademik yang banyak dilakukan peserta didik khususnya mahasiswa.

B. Pengertian Prokrastinasi Akademik dan Ruang Lingkupnya 1. Pengertian Prokrastinasi Akademik

Prokrastinasi merupakan sebuah istilah yang telah ada sejak zaman Mesir kuno. Pada masa itu bangsa Mesir kuno mempunyai dua pengertian mengenai prokastinasi. Pengertian pertama memiliki makna positif, yang mana prokrastinasi memiliki maksud sebagai suatu kebiasaan yang

(3)

bermanfaat untuk menghindari kerja yang tidak penting. Pengertian kedua merupakan kebalikan dari yang pertama yang mana pengertian ini memiliki makna negatif, yakni mengarah pada kebiasaan yang berbahaya akibat kemalasan dalam menyelesaikan suatu tugas yang penting dalam kehidupan. (Kurnanto, 2015: 8)

Menurut pengertian bahasa, istilah prokrastinasi berasal diambil dari dua kata dalam Bahasa Latin yaitu pro yang berarti bergerak maju, dan crastinus yang berarti keputusan hari esok. Dengan demikian, prokrastinasi berarti menangguhkan atau menunda sampai hari berikutnya. (Kurnanto, 2015: 8)

Solomon dan Rothblum berpendapat bahwa prokrastinasi merupakan suatu kecenderungan untuk menunda dalam memulai maupun menyelesaikan tugas secara menyeluruh untuk melakukan aktivitas lain yang tidak berguna, yang berakibat terhambatnya kinerja yang baik, tidak pernah menyelesaikan tugas tepat pada waktunya, serta sering terlambat dalam menghadiri pertemuan- pertemuan. (Indah dan Shofiah, 2012, 8: 30)

Pernyataan yang disampaikan oleh Solomon dan Rothblum sebelumnya menjelaskan bahwa suatu penundaan dapat dikatakan prokrastinasi ketika penundaan tersebut dilakukan pada tugas yang penting, dilakukan berulang-ulang dengan sengaja, menimbulkan perasaan tidak nyaman, dan secara subyektif dirasakan oleh seorang prokrastinator. (Fauziah, 2015, 2: 125)

(4)

Menurut Vestervelt dalam buku Nasrul Huda menyatakan, bahwa prokrastinasi tidak hanya meliputi komponen prilaku, tetapi prokrastinasi juga meliputi komponen efektif dan kognitif. Vestervelt menyatakan prokrastinasi yang terkait dengan komponen kognitif adalah suatu kekurang sesuaian kronis antara intensi, prioritas, atau tujuan terkait dengan pengerjaan tugas-tugas yang diberikan. Selain itu, Vestervelt juga menegaskan bahwa prilaku penundaan tidak dapat dikatakan prokrastinasi ketika seseorang salah melihat jadwal atau tidak menyadari telah menunda pekerjaan. Nasrul Huda menambahkan bahwa faktor yang membedakan prokrastinasi dan prilaku penundaan biasa adalah apabila yang melakukan penundaan merasakan afeksi negatif seperti merasa tidak nyaman dan tertekan, dan ketika individu tidak merasakannya maka tidak dapat dikatakan prokrastinasi. (Kurnanto, 2015: 9)

Mengacu dari pengertian bahasa dan pendapat para ahli, prokrastinasi merupakan sifat menunda-nunda yang dilakukan atas keinginan diri sendiri untuk menghindari mengejakan tugas yang utama dan dilakukan secara terus-menerus walaupun menimbulkan perasaan yang tidak nyaman. Akibatnya penyelesaian tugas sering terhambat dan tidak selesai tepat waktu.

Prokrastinasi dapat terjadi dimana pun, kapan pun dan pada siapa pun, termasuk pada orang-orang yang sedang menempuh pendidikan. Banyak penelitian yang dilakukan dan menyatakan bahwa

(5)

prokrastinasi merupakan masalah umum dalam dunia pendidikan. Pada dunia pendidikan prokrastinasi dapat disebut dengan prokrastiasi akademik yakni merupakan prokrastinasi situasional yang memiliki hubungan dengan tugas akademik. Prokrastinasi akademik adalah jenis penundaan yang dilakukan pada jenis tugas formal yang berhubungan dengan tugas akademik, misalnya tugas sekolah atau tugas kursus. (Wattimena, 2015: 2)

2. Aspek-Aspek Prokrastinasi Akademik

Menurut Tuckman yang merupakan salah seorang ahli dalam pengembangan alat ukur prokrastinasi, menyatakan dalam pembahasannya mengenai prilaku prokrastinasi yang terdiri dari tiga aspek, yakni:

a. Mengambarkan diri sendiri secara umum terhadap kecenderungan untuk menunda atau berhenti mengerjakan sesuatu. Contoh, ketika seseorang memiliki deadline, maka akan menunggu sampai batas terakhir.

b. Kecenderungan mengalami kesulitan dalam mengerjakan hal yang tidak disukai, dan jika mungkin menghindar atau mengelak hal yang tidak disukai tersebut. Contoh, lebih memilih mengerjakan yang diperintahkan ayah membeli rokok di warung, dari pada mengerjakan perintah ibu untuk membersihkan rumah.

c. Kecenderungan untuk menyalahkan orang lain atas keadaan buruk yang dialami. Contoh, menyalahkan orang yang memberi deadline. (Wattimena, 2015: 4)

(6)

3. Faktor-Faktor Penyebab Prokrastinasi Akademik

Faktor-faktor yang menjadi penyebab seseorang melakukan prokrastinasi akademik dikategorikan menjadi dua macam, yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berarti faktor-faktor yang terdapat dan terjadi dalam diri individu sehingga mempengaruhi terjadinya prokrastinasi. Faktor internal tersebut meliputi kondisi fisik dan kondisi psikologis dari individu itu sendiri. Contoh motivasi diri, seseorang yang memiliki motivasi yang rendah dalam dirinya cenderung melakukan prokrastinasi dibandingkan dengan seseorang yang memiliki motivasi tinggi. Beberapa hasil dari penelitian mejelaskan aspek lain yang turut mempengaruhi seseorang yaitu rendahnya kontrol diri. (Kurnanto, 2015: 12)

Hal ini juga ditunjukkan pada hasil penelitian yang dilakukan Hana Hanifah yang menjelaskan bahwa ada enam hal yang termasuk dalam faktor internal. Pertama adalah mahasiswa yang tidak mengerti dengan tugas yang diberikan karna kurangnya intruksi dari dosen, kedua mahasiswa kurang menguasai materi atau mata kuliah yang telah diberikan. Ketiga yaitu rasa malas karena kurangnya motivasi untuk memulai mengerjakan tugas, hal ini juga menjadi pemicu utama mahasiswa melakukan kegiatan lain yang lebih menarik. Keempat pengaturan waktu yang kurang tepat, yang mana mahasiswa tidak dapat membagi waktu kuliah dan kegiatan di luar perkuliahan. Kelima adalah kurangnya minat mahasiswa terhadap mata kuliah tertentu, hal

(7)

ini dapat berkaitan dengan cara dosen dalam mengajar atau mahasiswa yang salah mengambil jurusan. Keenam berhubungan dengan mood, yang mana mahasiswa tidak akan memulai mengerjakan tugasnnya sampai mendapat mood yang baik. (Fauziah, 2015, 2: 128-129)

Faktor ekternal ialah faktor-faktor yang berada di luar dan sekitar individu. Menurut hasil penelitian Hana Hanifah, ada beberapa hal yang menggambarkan prokrastinasi. Pertama adalah tingkat kesulitan tugas, lebih tepatnya adalah tugas yang memiliki referensi yang susah. Kedua kurang atau tidak adanya fasilitas untuk mengerjakan tugas, cohtohnya tidak memiliki laptop atau laptop rusak, tidak ada jaringan internet, tidak memiliki kuota, dan tidak memiliki modem. Ketiga kurangnya refrensi, yang mana tugas yang diberikan memiliki sumber yang sulit dicari dan juga terbatas. Keempat batas waktu yang lama, karena waktu yang diberikan sangat lama membuat mahasiswa terlalu santai dalam mengerjakan tugas akhir. Kelima kegiatan diluar kampus, seperti adanya kesibukan di organisasi, pekerjaan, acara dan lainnya. Terakhir tugas yang menumpuk, memiliki tugas yang banyak seperti tugas individu atau tugas kelompok, membingungkan mahasiswa mengenai tugas mana yang harus dikerjakan terlebih dahulu. (Fauziah, 2015, 2: 129)

4. Bentuk-Bentuk Prokrastinasi Akademik

Menjabarkan dari faktor internal dan dan faktor ekternal, ada beberapa bentuk yang dapat dijabarkan disetiap faktornya. Seperti

(8)

faktor internal atau sebab yang terjadi ada pada diri sendiri, dapat terlihat beberapa bentuk penyebabnya diantara lain Psikologis manajemen waktu dan motivasi diri.

Pendapat yang lebih rinci lagi terkait penyebab prokrastiasi akademik dijabarkan oleh Bernard, yang menjelaskan bahwa setidaknya ada sepuluh faktor penyebab prokrastinasi akademik: a. Kecemasan (Anxiety)

Kecemasan berlebihan yang dirasakan oleh seseorang ketika berinteraksi terhadap tugas-tugas, yang diharapkan dapat diselesaikan dengan cepat justru menyebabkan seseorang cenderung menunda tugas tersebut.

b. Pencelaan terhadap Diri Sendiri (Self Depreciation)

Pencelaan terhadap diri sendiri dapat dikatakan menempatkan diri sendiri pada peringkat terendah, selalu menyalahkan diri sendiri ketika terjadi sebuah kesalahan, dan adanya rasa tidak percaya diri untuk mendapatkan masa depan.

c. Rendahnya Toleransi terhadap Ketidaknyamanan (Low Discomfort Tolerance)

Adanya kesulitan yang ditemukan ketika mengerjakan tugas, membuat seseorang kesusahan dalam menoleransi rasa frustasi dan cemas, sehingga mengalihkan diri sendiri pada tugas-tugas yang mampu mengurangi rasa ketidaknyamanan diri.

(9)

d. Pencari Kesenangan (Pleasure Seeking)

Seseorang yang memiliki rasa tinggi dalam mencari kesenangan cenderung tidak ingin melespakan situasi yang membuat nyaman tersebut, sehingga memiliki hasrat untuk bersenang-senang dan meninggalkan tugas-tugas.

e. Tidak Teraturnya Waktu (Time Disorganization)

Mengatur waktu diperlukan agar dapat memperkirakan dengan baik banyaknya waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan tugas tersebut. Ketika seseorang lemah dalam pengaturan waktu menyebabkan kebingungan dalam mengerjakan tugas mana yang lebih penting, karena melihat semua tugas itu penting.

f. Tidak Teraturnya Lingkungan (Environmental Disorganisation) Faktor yang ini dapat disebabkan kesalahan diri sendiri atau orang lain. Tidak teraturnya tempat sekitar bisa dalam bentuk interupsi dari orang lain, kurang privasi, kertas bertebaran, kurangnya alat yang dibutuhkan dalam penyelesaian tugas sehingga hilanglah kosentrasi dalam menyelesaikan pekerjaan.

g. Pendekatan yang Lemah terhadap Tugas (Poor Task Approach) Ketika seseorang tidak tahu harus darimana memulai dalam mengerjakan suatu tugas, membuat orang tersebut cenderung tertahan dengan ketidaktahuan dalam mengawali tugasnya.

h. Kurang Pernyataan yang Tegas (Lack of Assertion)

Tidak dapat menolak terhadap permintaan yang ditujukkan kepadanya membuat seseorang tersebut menerima segala tugas

(10)

yang diberiakan sehingga tugas semakin banyak. Hal ini juga berlaku ketika seseorang mengajak berpergian dan tidak dapat menolak ajakan tersebut, menyebabkan seseorang meninggalkan tugas-tugas yang telah dijadwal akan dikerjakan tepat waktu. i. Permusuhan terhadap Orang Lain (Hostility with others)

Kemarahan yang terus menerus bisa menimbulkan dendam dan sikapbermusuhan sehingga bisa menuju sikap menolak atau menentang apapun yangdikatakan oleh orang tersebut.

j. Stress dan Kelelahan (Stress and fatigue)

Stres adalah hasil dari sejumlah intensitas tuntutan negatif dalam hidup yang digabungkan dengan gaya hidup dan kemampuan mengatasi masalah pada diri sendiri. Semakin banyak tuntutan dan semakin lemah sikap seseorang dalam memecahkan masalah, dan gaya hidup yang kurang baik, semakin tinggi stress seseorang. (Kurnanto, 2015: 14-15)

Bebera papaparan diatas dapat disebut sebagai penjabaran dari faktor eksternal dan internal prokrastinasi akademik, yakni antara lain kecemasan, pencelaan terhadap diri sendiri, rendahnya toleransi terhadap ketidaknyamanan, pencari kesenangan, tidak teraturnya waktu, tidak teraturnya lingkungan, pendekatan yang lemah terhadap tugas, kurangnya pernyataan yang tegas, permusuhan dengan orang lain, dan stress dan kelelahan.

(11)

C. Pandangan Islam mengenai Prokrastinasi Akademik

Kalimat pepatah yang berbunyi “time is money” memiliki makna berupa ajaran bagi manusia untuk memanfaatkan waktu dengan baik. Waktu akan terus berjalan tanpa berhenti dan tidak ada yang dapat menghentikan waktu kecuali Allah SWT. Islam mengajarkan kepada umatnya bersegera dalam mengerjakan tugas dan menyelesaikannya tepat waktu.

Penyelesaian tugas di waktu yang tepat, memberikan manfaat yang berharga. Ketika seseorang telah menyelesaikan tugas tepat waktu maka dapat mengambil dan mengerjakan tugas lainnya, sehingga dalam waktu yang singkat mampu menyelesaikan banyak pekerjaan.

Pada kasus mahasiswa tingkat akhir, menyelesaikan skripsi tepat waktu memberikan banyak peluang terhadap mahasiswa tersebut. Mahasiswa bisa melanjutkan studi atau dapat mencari pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya lebih cepat tanpa ada beban tambahan. Memang ada beberapa kesulitan yang akan dihadapi selama mengerjakannya, tetapi kesulitan tersebut seharusnya jangan sampai menghentikan mahasiswa dalam memenuhi kewajibannya.

Sebagai mahasiswa yang mempelajari agama pasti mengerti bahwa selalu ada kesulitan yang akan dihadapi dalam mengerjakan tugas. Akan tetapi mahasiswa seharusnya mengetahui kalau ada kemudahan yang juga ikut serta dalam kesulitan tersebut. Seperti yang telah tertulis dalam al-Qur’an surah al-Isyirah ayat 5-8 Allah SWT berfirman:

(12)

ىَلَا َوَ. َبَصَناَفَ َتَغ َرَفَاَذَإَفَ.ا َرَسَي َرَسَعَلاََعَمََنَإَ.ا َرَسَي َرَسَعَلاََعَمََنَإَف َ َ َ َ ََ َ َ ََ ََ َ َ َ َََ َ َ ََََ َ َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ ََََ َ َ َ َ َ َ َََ َ َ َ َ َ َ َ َ:َحرشنلإا(َ. َبَغ َرَفََكََبَر ََََ َ َ ََ ََََ َ َ َ ََ َ َ َ 5 -8 )

Artinya: Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap. (Al-Insyirah: 5-8)

Pengertian singkat dari ayat di atas menjelaskan, bahwa kesulitan selalu ada kemudahan, bahkan kalimat tersebut muncul dua kali dalam satu surah. Dan itu menandakan bahwa Allah SWT selalu memberikan kemudahan disetiap kesulitan yang ditanggung umatNya. Ayat selanjutnya Allah SWT juga memerintahkan kepada umatNya untuk tidak berhenti bekerja ketika satu urusan telah terselesaikan, umat manusia harus tetap bekerja keras untuk urusan yang lain. Pada ayat terakhir dijelaskan bahwa segala usaha yang dilakukan tetap kepada Allah SWT berharap untuk hasil yang terbaik, dan apabila belum berhasil maka lakukanlah usaha yang lain untuk mencapai hasil yang diinginkan. (Ash-Shiddieqy, 2000: 4632-4633)

Penertian singkat di atas dapat di pahami lebih rinci pada buku Tafsir al Azhar Dokter Hamka yang menjelaskan, bahwa ayat kelima dari surah Al-Insyirah adalah Sunnatullah. Pada saat itu Rasulullah merasakan beban yang dipikul begitu berat sampai merasa hendak patah tulang. Tetapi, disamping berat yang dipikul oleh Rasulullah, nama beliau juga dimuliakan oleh Allah SWT. Demikianlah Sunnatullah yang dimaksud, yaitu kesulitan selalu beriringan dengan kemudahan. Sesuatu yang sulit saja tidak ada, dan yang mudah saja juga tidak ada. Setiap kesususahan berisi kesenangan, dan disetiap kesenangan ada kesulitan, inilah yang dinamakan perjuangan dalam kehidupan. (Hamka, 1988: 193)

(13)

Kalimat tersebut bahkan diulang pada ayat berikutnya yang mana bertujuan untuk mempertegas dan memantapkan fikiran umat manusia bahwa disetiap kesulitan selalu ada kemudahan. Hal ini pasti dan akan terus terjadi, yang mana kesulitan selalu disertakan dengan kemudahan. Bahaya yang mengancam bukan saja menjadi hambatan tetapi juga menjadi sebab akal berjalan, karena fikiran berusaha mencari jalan keluar. Oleh sebab itu, segala kesulitan dan marabahaya yang selalu menjadi hambatan seseorang dalam menyelesaikan segala hal, dapat menjadikan seseorang tersebut lebih cerdas dan pandai dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi. (Hamka, 1988: 194)

Pada penjelasan ini, bisa disimpulkan bahwa kesulitan yang dihadapi dalam suatu urusan bukan menjadi penghalang seseorang untuk meninggalkan urusan tersebut. Begitupun yang dihadapi mahasiswa, adanya kesulitan dalam menyelesaikan skripsi bukan berarti mebenarkan mahasiswa melakukan prokrasrinasi akademik atau penundaan akademik. Seharusnya ketika ada kesulitan dalam penyelesaiannya mahasiswa harus bekerja lebih keras sehingga kesulitan yang dihadapi akan menjadi lebih mudah.

Selain itu hal yang jangan sampai tertinggal dan terlupakan adalah berdoa serta bertawakkal pada Allah SWT atas hasil dari usaha yang telah dilakukan. Bertawakkal berarti berserah diri, menyerehkan segala keputusan kepada Allah SWT atas segala usaha yang dilakukan, manusia dapat merencanakan segalanya, akan tetapi Allah SWT yang akan menentukan keputusan akhirnya.

(14)

D. Tugas Akhir

Sistem kelulusan di jenjang pendidikan perguruan tinggi memiliki perbedaan dengan sistem kelulusan pada jenjang lembaga pendidikan formal lainnya. Pada jenjang pendidikan seperti Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP, MI sederajat), dan Sekolah Menengah Atas (SMA, MA sederajat), mengadakan sistem ujian nasional (UN) sebagai jalan kelulusan yang harus di tempuh setiap peserta didik.

Pada jenjang perguruan tinggi atau Universitas, mahasiswa yang berada di tingkat akhir diharuskan untuk menyusun karya ilmiah yang disebut tugas akhir. Tugas akhir yang disusun berdasarkan atas hasil penelitian yang dilakukan mahasiswa dan wajib memiliki ciri-ciri seperti: 1. Harus terdapat permasalahan

2. Memiliki judul yang dipilih sendiri oleh mahasiswa atau ketentuan dosen pembimbing

3. Penelitian harus didasari pada pengamatan lapangan (data primer) atau analisis data sekunder

4. Adanya ketertiban metodologi

5. Mengungkapkan adanya kenyataan baru atau kenyataan khusus 6. Mendapat bimbingan secara berkala dan teratur oleh dosen pembimbing 7. Cermat dalam tata penulisan ilmiah

8. Adanya abstrak

(15)

10. Dipertahankan dalam ujian lisan di depan tim dosen penguji.

(https://www.academia.edu/8430365/BAB_I_TUGAS_AKHIR_PEN

GERTIAN_DAN_TUJUANNYA, akses 3oktober 2019)

Penyusunan tugas akhir diharapkan mampu membuat mahasiswa merangkum dan dapat mengaplikasikan semua pengalaman pendidikan yang didapatkan. Hal ini bertujuan agar mahasiswa dapat berbuat secara sistematis, logis, kritis dan kreatif berdasarkan data dan informasi yang akurat untuk dituangkan dalam sebuah karya ilmiah.

(https://www.academia.edu/8430365/BAB_I_TUGAS_AKHIR_PENGER

TIAN_DAN_TUJUANNYA, akses 3 oktober 2019)

Banyaknya persyaratan dalam membuat karya ilmiah pada tugas akhirmenjadikan mahasiswa harus memiliki level yang berbeda dari siswa-siswa biasa. Selesainya tugas akhir bukan saja sebagai tanda berakhirnya studi mahasiswa, akan tetapi mahasiswa juga mendapatkan gelar sesuai dengan jurusan yang ditempuh. Hal ini juga menjadi alasan mengapa karya ilmiah yang dibuat harus melalui proses penelitian yang tidak sebentar serta harus dipertanggungjawabkan dalam sebuah ujian lisan.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tentang pemerintahan desa, dari 1945 sampai 2005 memberikan posisi eksistensi Desa Pakraman, mengalami pasang surut, hal

Sistem distribusi ini berguna untuk menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar ( Bulk Power Source ) sampai ke konsumen. Jadi fungsi distribusi

Program dan kegiatan –kegiatan yang diperlukan untuk memperkuat organisasi profesi dan instansi pembina Pejabat Fungsional PBJP dalam melaksanakan profesionalisasi pengadaan

Kami juga akan memberikan dukungan dan pantauan kepada yang bersangkutan dalam mengikuti dan memenuhi tugas-tugas selama pelaksanaan diklat online. Demikian

Hasil penelitian Sriwahyuni 2010 dalam pemisahan senyawa steroid dari ekstrak etil asetat pada tanaman anting-anting menggunakan pereaksi LB menghasilkan noda dengan warna

Basis data adalah kumpulan file-file yang mempunyai kaitan antara satu file lain dengan file lain sehingga membentuk suatu bangunan data untuk menginformasikan

Iwuk Sri Lestari dkk... Iwuk Sri

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa struktur proposisi yang banyak digunakan dalam Rancag Si Pitung adalah struktur predikasi inti, dengan predikator