• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Pasar Fisik Crude Palm Oil di Indonesia, Malaysia dan Pasar Berjangka di Rotterdam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Integrasi Pasar Fisik Crude Palm Oil di Indonesia, Malaysia dan Pasar Berjangka di Rotterdam"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

1

INTEGRASI PASAR FISIK

CRUDE PALM OIL

DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA

DI ROTTERDAM

DIAN HAFIZAH

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

2

SURAT

PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa segala pernyataan dalam tesis saya yang berjudul :

INTEGRASI PASAR FISIK CRUDE PALM OIL DI INDONESIA,

MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA DI ROTTERDAM

merupakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan Komisi Pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan sumbernya. Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya.

Bogor, Agustus 2009

Dian Hafizah

H353070041

(3)

3

ABSTRACT

DIAN HAFIZAH. Integration of Crude Palm Oil s Spot Market in Indonesia, Malaysia and Forward Market in Rotterdam (DEDI BUDIMAN HAKIM as Chairman and RATNA WINANDI as Member of The Advisory Committee).

Currently, Rotterdam commodity market specifically for crude palm oil (CPO) is used for price reference when estimating its price movement. In contrast, despite the fact that Indonesia and Malaysia are mayor CPO exporters, CPO traders refers to spot market in determining their price. As a result, they face difficulties when price fluctuates sharply. Therefore, research on price or market integration for CPO will be useful to minimize the effect of price fluctuation. The objectives of research are: (1) to analyse price cointegration of CPO market, and (2) to formulate the policy implication of CPO price formation in Indonesia. Impulse response function and variance decomposition based on the vector error-correction model are analysed. The research showed that there is co-integration between three of market and Rotterdam as refferences. Indonesia act as price taker, this is because Indonesian goverment has no bargaining power to determine price of domestic market and international market.

(4)

4

RINGKASAN

DIAN HAFIZAH. Integrasi Pasar Fisik Crude Palm Oil di Indonesia, Malaysia dan Pasar Berjangka di Rotterdam. Dibimbing oleh DEDI BUDIMAN HAKIM dan RATNA WINANDI.

Indonesia sebagai salah satu penghasil Crude Palm Oil (CPO) terbesar di dunia seharusnya memiliki kemampuan untuk mengontrol pergerakan CPO baik dalam hal jumlah ataupun harganya. Kenyataannya seperti pada produk pertanian lain, Indonesia belum mampu mengatasi berflutuasinya harga CPO dari waktu ke waktu. Akibat fluktuasi harga baik di pasar dunia maupun lokal ini maka akan menimbulkan resiko yaitu bila dilaksanakan langsung dengan penyerahan fisik (spot) maka akan terdapat resiko kerusakan fisik dan resiko penurunan nilai. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya fluktuasi harga tersebut adalah dengan strategi pasar berjangka komoditi. Pasar berjangka ini memiliki manfaat sebagai lindung nilai (hedging) dan sebagai investasi. Praktek pemasaran pada pasar berjangka sudah banyak dilakukan terutama untuk produk-produk ekspor. Rotterdam yang merupakan pasar bagi CPO dunia sudah lazim menggunakan cara ini dalam proses transaksinya. Dari fakta yang ada maka timbul pertanyaan penelitian yaitu: bagaimana pergerakan harga di masing-masing pasar dan hubungan integrasi antar pasar dan bagaimana implikasinya terhadap kebijakan perdagangan CPO di Indonesia.

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk menganalisis kointegrasi antar variabel harga di masing-masing pasar CPO dan merumuskan implikasi kebijakan perdagangan CPO di Indonesia. Tujuan penelitian akan dijawab dengan metode ekonometrika yang dilengkapi dengan analisa deskriptif. Kerangka teoritis disusun berdasarkan teori yang ada dan penelitian terdahulu yang terkait. Model ekonometrika adalah Vector Error Correction Model (VECM). Setelah terbentuk model dilanjutkan dengan aplikasi model yaitu Impulse

ResponseFunction dan Forecast Error Decompotition Variance.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka didapatkan hasil bahwa dalam tingkat level terdapat tiga variabel yang stasioner yaitu Malaysia, Rotterdam dan Nilai Tukar Indonesia sedangkan tiga variabel lainnya tidak stasioner sehingga perlu dilakukan uji stasioner pada tingkat first difference

dimana pada tingkat ini seluruh variabel sudah stasioner. Berdasarkan analisis kointegrasi maka didapatkan hasil terdapat satu kointegrasi artinya adalah terdapat hubungan atau keseimbangan dalam jangka penjang antarvariabel. Estimasi VECM dilakukan karena dalam jangka pendek terdapat ketidakseimbangan diantara variabel sehingga perlu dilakukan penyesuaian. Hasilnya adalah dalam jangka pendek Harga CPO Rotterdam dipengaruhi oleh Malaysia dan nilai tukarnya serta dirinya sendiri. Harga CPO Malaysia dipengaruhi oleh dirinya sendiri, nilai tukarnya, harga CPO Rotterdam dan Indonesia, nilai tukarnya dan harga minyak kedelai. Adapun Indonesia dalam jangka pendek dipengaruhi oleh harga CPO Rotterdam dan Malaysia serta nilai tukar Indonesia dan Malaysia.

(5)

5

Rotterdam merupakan pasar referensi atau pasar acuan bagi pasar spot Indonesia dan pasar spot Malaysia, artinya perubahan yang terjadi pada pasar Rotterdam akan menyebabkan pembentukan harga di pasar spot Indonesia dan Malaysia, (3) pembentukan harga di Indonesia selain dipengaruhi oleh pasar Rotterdam juga dipengaruhi oleh pasar spot Malaysia dengan sifat hubungan satu arah. Artinya Malaysia berpengaruh terhadap pembentukan harga di Indonesia namun Indonesia tidak berpengaruh dalam pembentukan harga di Malaysia, dan (4) untuk memperbaiki posisi tawar Indonesia maka salah satu strategi yang dapat dilakukan membangun bursa berjangka di Indonesia dan mengembangkan industri hilir dari minyak kelapa sawit. Saran yang direkomendasikan pada penelitian ini, untuk pelaksanaan kebijakan yang dilakukan pemerintah adalah perlu adanya konsolidasi produksi agar lebih mengefektifkan bursa berjangka dan meminimalkan biaya di bursa. Selain itu konsolidasi produksi juga penting untuk menjamin ketersediaan produk CPO untuk diperdagangkan di lantai bursa.

(6)

6

@ Hak Cipta Milik IPB, tahun 2009 Hak cipta dilindungi undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumber.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya

(7)

7

INTEGRASI PASAR FISIK

CRUDE PALM OIL

DI INDONESIA, MALAYSIA DAN PASAR BERJANGKA

DI ROTTERDAM

DIAN HAFIZAH

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)

8

Judul Tesis : Integrasi Pasar Fisik Crude Palm Oil di Indonesia, Malaysia dan Pasar Berjangka di Rotterdam Nama Mahasiswa : Dian Hafizah

Nomor Pokok : H353070041

Mayor : Ilmu Ekonomi Pertanian

Menyetujui,

1. Komisi Pembimbing

Dr.Ir.Dedi Budiman Hakim, M.Ec. Dr.Ir.Ratna Winandi, M.S.

Ketua Anggota

Mengetahui,

2. Koordinator Mayor 3. Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Ekonomi Pertanian

Prof.Dr.Ir.Bonar M. Sinaga, M.A. Prof.Dr.Ir.Khairil A.Notodiputro, M.S.

(9)

9

(10)

10

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya. Shalawat dan salam senantiasa terlimpah pada Rasulullah Muhammad SAW.

Tesis dengan judul Integrasi Pasar Fisik Crude Palm Oil di Indonesia, Malaysia dan Pasar Berjangka di Rotterdam , merupakan salah satu prasyarat untuk menyelesaikan studi pascasarjana pada Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Tesis ini disusun dengan harapan memberikan informasi dan gambaran mengenai integrasi antarpasar CPO.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ketua Komisi Pembimbing Bapak Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec. dan Ibu Dr. Ir. Ratna Winandi, M.S., selaku anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu dan mengarahkan penulis dengan memberikan saran dan sumbangan pemikiran yang sangat membantu selama penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Dr. Harianto, M.S. selaku penguji luar komisi pembimbing yang telah memberikan kritik dan saran untuk perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Bonar M. Sinaga, M.A. selaku Ketua Mayor dan seluruh staf pengajar yang telah memberikan bimbingan dan proses pembelajaran selama penulis kuliah di Mayor Ilmu Ekonomi Pertanian.

(11)

11

3. Saudara-saudaraku yang kukasihi (Desriani S.Si. M.Si., dr. Rinal Effendi, Ade Sukma, S.Pt., dan Bagus Dermawan) atas dukungannya kepada penulis. 4. Teman-teman EPN angkatan 2007 (Pak Adi, Mba Asri, Mba Desi, Bang

Roni, Wanti, Mba Wiwiek, Mas Ambar, Feri, Fitri, Pak Narta, Pak Suryadi, Pak Zulkifli, Mba Ries, Roger dan Joseph).

5. Seluruh Staf Program Studi EPN (Mba Rubi, Mba Yani, Mba Aam, Bu Kokom, Pak Husein) yang selalu sabar dan penuh pengertian.

6. Teman teman serumah (Uni Tuti dan Wiwit) yang selalu bersedia meluangkan waktunya untuk mendengarkan seluruh masalah.

7. Pihak-pihak lain yang namanya tidak bisa penulis sebutkan satu persatu namun telah banyak turut memberikan sumbang saran dan bantuan serta doa selama penulis kuliah di IPB.

Secara khusus dan penuh rasa cinta dan hormat penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada Papa dr. H. Zulkifli Djamilah, Sp.P.D. dan Mama Dra. Hj. Darmawati yang selalu mendoakan keberhasilan penulis.

Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan guna perbaikan tesis ini dimasa mendatang. Semoga tesis ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2009

(12)

12

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, Sumatera Utara pada tanggal 13 Desember 1983, sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan dr. H. Zulkifli Djamilah, Sp.P.D. dan Dra. Hj. Darmawati. Tahun 1994 penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 11 Batusangkar, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat. Penulis melanjutkan studi di SMPN 1 Batusangkar dan menyelesaikan studi pada tahun 1997, kemudian melanjutkan ke SMAN 1 Batusangkar dan lulus pada tahun 2000. Pada tahun 2000 penulis diterima sebagai mahasiswa pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Andalas, Padang Sumatera Barat dan meraih gelar Sarjana Pertanian pada tahun 2005.

(13)

13

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 10

1.4. Ruang Lingkup Penelitian ... 10

1.5. Keterbatasan Penelitian ... 11

II. TINJAUANPUSTAKA ... 12

2.1. Konsep Integrasi Pasar ... 12

2.2. Konsep Persaingan Sempurna ... 18

2.3. Konsep Pasar Berjangka ... 20

2.4. Model Analisis dengan Pendekatan Vector Autoregression ... 31

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 37

III. METODE PENELITIAN ... 45

3.1. Kerangka Pemikiran ... 45

3.2. Jenis dan Sumber Data ... 47

3.3. Metode Analisis Data ... 48

3.2.1. Uji Stasionaritas ... 48

3.2.2. Uji Kointegrasi ... 51

3.2.3. Impulse Response Function ... 53

3.2.4. Forecast Error Variance Decomposition ... 54

(14)

14

IV. GAMBARAN UMUM PERKEMBANGAN MINYAK SAWIT

INDONESIA DAN DUNIA ... 57

4.1. Sejarah Pengembangan Kelapa Sawit di Indonesia ... 57

4.2. Permintaan Crude Palm Oil ... 59

4.3. Produksi Crude Palm Oil ... 61

4.4 Kondisi Pasar Crude Palm Oil ... 63

4.4.1. Indonesia ... 63

4.4.2. Malaysia ... 66

4.4.3. Rotterdam ... 68

4.5. Kebijakan Perdagangan Crude Palm Oil ... 69

4.6. Harga Crude Palm Oil Indonesia ... 76

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 79

5.1. Integrasi Pasar Crude Palm Oil ... 79

5.2. Analisis Data Deret Waktu ... 80

5.2.1. Uji Stasionaritas ... 81

5.2.2. Tingkat Selang Optimal ... 85

5.2.3. Pengujian Stabilitas Vector Autoregression ... 86

5.2.4. Analisis Kointegrasi ... 87

5.2.5. Vector Error Correction Model ... 89

5.2.6. Impulse response ... 93

5.2.7. Forecast Error Variance Decomposition ... 98

VI. IMPLIKASI KEBIJAKAN ... 101

6.1. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Rotterdam ... 101

6.2. Hubungan Harga Crude Palm Oil Indonesia dan Malaysia ... 102

6.3. Hubungan Harga Crude Palm Oil Malaysia dan Rotterdam ... 103

6.4. Implikasi Kebijakan Pembentukan Harga Crude Palm Oil Indonesia ... 103

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 109

(15)

15

7.2. Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111

(16)

16

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Luas Areal Pertanaman Kelapa Sawit di Indonesia ... 59

2. Perkembangan Produksi Crude Palm Oil Indonesia dan Dunia Periode Tahun 2000-2007 dan Proyeksi 2008 ... 62

3. Perkembangan Ekspor Crude Palm Oil Indonesia Tahun 2000-2006 ... 64

4. Ekspor Crude Palm Oil Indonesia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2003-2007 ... 65

5. Ekspor Crude Palm Oil Malaysia Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2003-2007 ... 67

6. Jumlah Impor Crude Palm Oil Rotterdam Berdasarkan Negara Asal ... 68

7. Ekspor Crude Palm Oil Rotterdam Berdasarkan Negara Tujuan Tahun 2003-2007 ... 69

8. Perkembangan Perubahan Pajak Ekspor dan Harga Patokan Ekspor untuk Tahun 2007-2008 ... 73

9. Hasil Pengujian Akar Unit Tingkat Level ... 82

10. Hasil Pengujian Akar Unit Tingkat First Difference ... 83

11. Panjang Selang Optimum Berdasarkan Beberapa Kriteria ... 85

12. Nilai Adj R2 Variabel Rotterdam, Malaysia, Indonesia dan Minyak Kedelai Pada kandidat Selang Optimal ... 86

13. VAR Stability Condition Check ... 87

(17)

17

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Harga Bulanan Crude Palm Oil di Pasar Spot Indonesia,

Malaysia dan di Pasar Forward Rotterdam ... 9

2. Model Keseimbangan Spasial Dua Kawasan ... 14

3. Model Perdagangan Pasar A dan Pasar B ... 17

4. Model Pendekatan Integrasi Pasar Crude Palm Oil ... 47

5. Pergerakan Harga Crude Palm Oil Indonesia Januari 2000-November 2008 ... 76

6. Pertumbuhan Harga Crude Palm Oil Indonesia Januari 2000 November 2008 ... 77

7. Grafik Impulse Response dari Nilai Logaritma Harga Crude Palm Oil Rotterdam terhadap Variabel Lain ... 94

8. Grafik Impulse Response dari Nilai Logaritma Harga Malaysia terhadap Variabel Lain ... 95

9. Grafik Impulse Response dari Nilai Logaritma Harga Crude Palm Oil Rotterdam terhadap Variabel Lain ... 96

(18)

18

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Summary Johansen Test ... 115

2. Johansen Test ... 116

3. Analisis VECM ... 117

4. Analisis Impulse Response... 119

(19)

19

I. PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Crude Palm Oil (CPO) memiliki beragam produk yang dapat

dikembangkan. Produk turunan dari CPO biasanya digunakan untuk produk pangan antara lain digunakan untuk pembuatan margarin, bahan pengganti lemak coklat pada es krim dan juga untuk pembuatan minyak goreng. CPO pada industri oleokimia digunakan sebagai bahan baku bagi produk farmasi, kosmetika, plastik, minyak pelumas, lilin dan sabun. Seiring dengan meningkatnya harga minyak bumi dunia, CPO juga dijadikan sebagai alternatif bahan bakar.

Keunggulan yang dimiliki oleh CPO antara lain memiliki sifat antioksidan dan bebas lemak jenuh. CPO kaya akan vitamin A dan E yang dapat mengurangi resiko penyakit jantung dan kanker. Produktifitas minyak dari tanaman kelapa sawit tinggi setelah kedelai bila dibandingkan dari minyak nabati lainnya sehingga dapat diproduksi dengan biaya yang relatif lebih rendah (Buana, 2004).

(20)

20

2005 konsumsi minyak goreng Indonesia 6 juta ton dan 83.3 persen dari jumlah tersebut untuk penggunaan minyak goreng sawit. Tahun 2008 total konsumsi CPO untuk keperluan pembuatan minyak goreng dalam negeri setara dengan 24.9 persen dari produksi CPO nasional.

Permintaan baik di dalam negeri maupun luar negeri itu merupakan peluang bagi Indonesia dalam melakukan pengembangan untuk peningkatan produksi CPO ke depannya. Sebagai salah satu penghasil CPO terbesar di dunia, Indonesia seharusnya memiliki kemampuan untuk mengontrol pergerakan CPO baik dalam hal jumlah ataupun harganya. Kenyataannya Indonesia belum mampu mengatasi berflutuasinya harga CPO dari waktu ke waktu. Adapun fluktuasi harga terjadi akibat berbagai faktor seperti cuaca, kondisi ekonomi dan politik suatu negara, distribusi, faktor permintaan dan penawaran. Liberalisasi dan globalisasi juga membuat harga akan lebih fluktuatif sehingga informasi harga yang cepat dan akurat merupakan suatu keharusan dan hal ini belum dapat diakses sepenuhnya oleh pelaku pasar di Indonesia (Syafii, 2002).

(21)

21

nilai. Resiko kerusakan produk antara lain adanya bencana alam atau kegagalan panen. Resiko penurunan nilai contohnya turunnya kualitas karena proses penyimpanan atau transportasi dan karena adanya perubahan harga yang tiba-tiba.

Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi terjadinya fluktuasi harga tersebut adalah sistem pasar berjangka komoditi. Transaksi yang terjadi pada pasar berjangka akan memberikan kejelasan berapa volume yang harus dihasilkan oleh produsen sehingga memberikan gambaran jumlah faktor produksi yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah produk yang diinginkan pasar. Pengetahuan produsen tentang kepastian jumlah produk yang harus dihasilkan akan membantu untuk meminimalkan resiko rendahnya harga karena kelebihan penawaran.

Pelaku pasar di Rotterdam yang merupakan pasar bagi CPO dunia sudah lazim menggunakan pasar berjangka untuk memperjualbelikan komoditinya. Di Indonesia sebenarnya sudah terdapat wadah untuk melakukan praktek forward

dengan dibentuknya Pasar Berjangka Komoditi dengan diterbitkannya Undang-Undang nomor 32 tahun 1997 sebagai landasan hukum untuk perdagangan berjangka komoditi tetapi bursa berjangka ini tidak memperdagangkan CPO. Satu-satunya pelaksanaan transaksi CPO di Indonesia dilakukan dengan penyerahan barang langsung (fisik) atau disebut juga dengan transaksi secara spot.

(22)

22

penelitian ini dalam menganalisis proses pembentukan harga CPO juga mempertimbangkan pengaruh dari harga domestik Malaysia yang merupakan pesaing Indonesia baik dalam hal produksi maupun pangsa ekspor. Selain itu penelitian ini mempertimbangkan harga komoditi lain yang mempengaruhi harga CPO yaitu harga minyak kedelai serta melibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar karena perbedaan mata uang antara transaksi yang dilakukan di Indonesia dan di Rotterdam.

1.2. Rumusan Masalah

Kelapa sawit memiliki peranan penting dalam perekonomian negara. Tahun 2007 perkebunan kelapa sawit mampu menyerap tenaga kerja langsung sebesar 3.3 juta kepala keluarga dan pengembangan kelapa sawit juga mendorong pengembangan wilayah. Perkebunan kelapa sawit memiliki makna strategis bagi perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan petani dimana kebun seluas 10 000 hektar dapat menyerap tenaga kerja sekitar 3 000 orang. Sementara untuk investasi yang sama pembangunan pabrik pengolah (produk turunan) membutuhkan tenaga kerja sebanyak 140 orang (Buana, 2004).

(23)

23

akibat harga yang berfluktuasi antara lain berhentinya produksi akibat tidak tersedianya bahan baku atau harga bahan baku yang terlalu tinggi. Stok yang berlebihan akan menyebabkan kerugian dari segi biaya gudang dan adanya resiko kerusakan dan penurunan kualitas barang. Potensi kerugian yang ditimbulkan oleh fluktuasi harga itu membutuhkan suatu penanganan khusus agar dapat diminimalisir. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dalam bentuk ketersediaan informasi yang mampu memprediksi mengenai penawaran dan permintaan di masa yang akan datang yang dapat diakses tanpa hambatan, sehingga harga komoditi dimasa yang akan datang dapat diramalkan dan pelaku kegiatan agribisnis dapat merencanakan pengembangan usahanya ke depan. Selain itu resiko fluktuasi harga dapat dialihkan pada pihak-pihak yang memang bersedia dan mengambil keuntungan dari harga yang terjadi dalam hal ini ditanggung oleh spekulan.

Berdasarkan kepentingan negara Indonesia sendiri, manajemen harga komoditi pertanian untuk mengendalikan dan mengatasi fluktuasi harga juga harus mendapatkan perhatian yang serius oleh negara. Hal ini penting untuk dilakukan karena akan sangat berpengaruh pada perekonomian. Pada negara berkembang CPO adalah salah satu penyumbang devisa terbanyak sehingga dengan adanya fluktuasi harga akan mempengaruhi penerimaan fiskal, pengeluaran dan pada akhirnya akan mempengaruhi ekonomi.

(24)

24

manfaat sebagai lindung nilai (hedging) dan sebagai investasi. Informasi-informasi mengenai historis harga dan Informasi-informasi lainnya disajikan secara transparan dan dapat diakses oleh siapa saja sehingga pelaku pasar dapat memprediksikan harga di masa yang akan datang dengan akurat. Melalui bursa berjangka pelaku pasar dapat terhindarkan dari asymmetry information (Syafii, 2002).

Sekarang ini terdapat dua cara yang umum dilakukan dalam pemasaran CPO antara lain dengan pelaksanaan secara spot biasa dilakukan untuk transaksi lokal (domestik) baik itu di Indonesia dan Malaysia serta pelaksanaan transaksi secara forward. Adapun transaksi yang dilakukan di Rotterdam secara umum banyak dilakukan dengan transaksi secara forward. Pelaksanaan pemasaran CPO dengan cara spot di Indonesia (lokal), Malaysia dan forward di Rotterdam (internasional) ini apabila dilihat sepintas sepertinya berdiri sendiri-sendiri, namun apabila dilihat lebih lanjut antara ketiganya memiliki keterkaitan dalam penentuan harga pada masing-masing pasar.

Secara empiris harga yang terbentuk di pasar forward Rotterdam dan yang terbentuk di Malaysia digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi penjual dan pembeli CPO untuk memberikan penawaran harga di pasar spot

Indonesia. Berdasarkan informasi tersebut barulah kemudian harga di pasar Indonesia terbentuk. Begitu pula sebaliknya pembentukan harga di pasar forward

(25)

25

pasar spot. Pembentukan harga di pasar forward terjadi karena adanya informasi terkini mengenai jumlah pasokan dan permintaan di saat ini (spot) untuk kemudian diprediksikan di saat yang akan datang (forward). Pembentukan harga di pasar spot juga tergantung pada informasi tentang permintaan yang telah terbentuk pada sistem forward. Apabila pada saat ini permintaan yang dilakukan sebelumnya (saat forward) meningkat maka harga saat ini (spot) juga akan meningkat.

Pelaksanaan mekanisme hedging pada pasar berjangka adalah para pelaku selalu melakukan dua transaksi sekaligus. Pelaksanaannya dapat dilakukan pada pasar pertama menggunakan transaksi spot dan menjual produk di pasar kedua dengan menggunakan transaksi forward atau sebaliknya. Imbas dari pengambilan keputusan dengan cara ini adalah kerugian yang mungkin timbul akibat fluktuasi harga di pasar spot akan tertutupi dengan keuntungan akibat harga yang lebih stabil di transaksi forward dan sebaliknya.

Menurut Buana (2004), dalam menetapkan harga CPO ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan harga. Dari sisi penawaran faktor yang berpengaruh yaitu: (1) produksi CPO yang ditawarkan dimana faktor ini dipengaruhi lagi oleh luas areal tanam, penggunaan peralatan tanam (planting

(26)

26

Harga CPO dilihat dari sisi permintaan dipengaruhi oleh dua kelompok yaitu untuk keperluan minyak makan (oleopangan) dan nonpangan (oleokimia). Permintaan untuk pangan ditentukan oleh populasi dan konsumsi per kapita. Semakin banyak populasi penduduk maka akan makin banyak permintaan CPO untuk kebutuhan pangan. Konsumsi per kapita ditentukan oleh daya beli, makin makmur suatu negara makin tinggi konsumsi per kapitanya. Lebih lanjut Buana menunjukkan bahwa maksimum konsumsi per kapita berbeda dari satu etnik ke etnik lainnya dengan rasio minyak nabati-minyak hewani yang berbeda pula. Masalah kesehatan juga merangsang pengurangan konsumsi lemak hewani dan menggantikannya dengan minyak nabati.

Permintaan untuk nonpangan dipengaruhi oleh isu lingkungan, energi dan teknologi. Jepang misalnya, dalam waktu dekat akan mengharuskan penggunaan energi yang terbarui. Salah satu sumber yang potensial adalah biodiesel yang dapat berasal dari minyak sawit maupun minyak nabati lainnya. Apabila hal tersebut diberlakukan, maka permintaan minyak sawit diperkirakan akan meningkat tajam yang akan membentuk keseimbangan harga yang baru.

Trend harga CPO dari masing-masing pasar di spot Indonesia, Malaysia dan

forward Rotterdam dapat dilihat pada Gambar 1 yang memperlihatkan pergerakan

(27)

27

Sumber: Badan Pengawas Perdagangan Pasar Berjangka (Bappepti), Tahun 2000 2008 (diolah)

Gambar 1. Harga Bulanan CPO di Pasar Spot Indonesia, Malaysia dan di Pasar Forward Rotterdam

Kenaikan yang meningkat drastis di awal 2006 terjadi karena mengikuti pergerakan kenaikan harga minyak bumi dunia yang disebabkan karena negara-negara penghasil minyak bumi membatasi produksi minyak mereka sedangkan permintaan dunia naik karena negara-negara di utara menghadapi musim dingin. Akibat minyak bumi yang meningkat maka orang mulai mencari alternatif untuk menggantikan fungsinya antara lain dengan menjadikan CPO sebagai sumber dari

biofuel sehingga harga CPO menjadi meningkat. Selain itu dalam pengolahannya

(28)

28

sehingga seiring dengan kenaikan minyak bumi maka biaya untuk memproduksi CPO juga meningkat.

Peningkatan harga CPO mencapai puncaknya pada awal 2008 yang kemudian diikuti dengan penurunan harga CPO secara tajam. Hal ini merupakan imbas dari krisis di Amerika yang kemudian merambat menjadi krisis global sehingga perekonomian dunia menjadi lesu. Tak terkecuali untuk komoditi CPO baik internasional (Rotterdam dan Malaysia) maupun di dalam negeri.

Berdasarkan penjelasan akan pergerakan harga yang terjadi di ketiga pasar CPO tersebut maka timbul pertanyaan penelitian yaitu :

1. Bagaimana pergerakan harga CPO di masing-masing pasar spot Indonesia, Malaysia dan pasar forward Rotterdam serta hubungan integrasi antarpasar? 2. Bagaimana implikasinya terhadap kebijakan CPO di Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk:

1. Menganalisis integrasi pasar di Indonesia, Malaysia dan Kota Rotterdam. 2. Merumuskan implikasi kebijakan Pembentukan Harga CPO di Indonesia.

1.4. Ruang Lingkup Penelitian

(29)

29

1.5. Keterbatasan Penelitian

1. Data harga CPO domestik adalah harga CPO di pasar spot Medan dan didapatkan dari data yang dikumpulkan oleh Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) begitu pula dengan data harga CPO di Rotterdam adalah merupakan harga yang terbentuk di pasar forward yang dikumpulkan oleh Bappepti.

2. Harga CPO domestik Malaysia diasumsikan adalah harga yang terbentuk melalui transaksi spot. Data harga domestik Malaysia ini didapatkan dari

International Financial Statistics yang dikeluarkan oleh IMF.

(30)

30

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Integrasi Pasar

Konsep teori dari integrasi pasar adalah hukum satu harga untuk seluruh pasar, dimana diasumsikan apabila tidak ada biaya transaksi, komoditi yang sama pada pasar yang berbeda akan memiliki harga yang sama pula. Lebih lanjut dijelaskan, jika suatu barang diperdagangkan pada dua harga yang berbeda orang-orang akan memilih untuk membeli pada pasar yang menjual barang dengan harga terendah dan produsen akan mencoba menjual barang pada pasar yang menjual barang dengan harga tertinggi. Akibatnya seiring dengan naiknya permintaan harga akan naik namun pada pasar yang sebelumnya memiliki harga yang tinggi seiring dengan naiknya penawaran harga akan turun sehingga tindakan ini membuat harga antarpasar menjadi sama (Nicholson, 2000).

Integrasi pasar dapat juga dipahami dari dua aspek yaitu integrasi vertikal dan integrasi horizontal. Konsep yang pertama dipahami sebagai integrasi industri yang mencerminkan sifat dari agribisnis. Integrasi pasar vertikal menunjukkan perubahan harga di suatu pasar akan direfleksikan pada perubahan harga di pasar lain secara vertikal dalam produk yang sama. Integrasi vertikal adalah keterkaitan hubungan antara suatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran (Suparmin, 2005 dalam Irawan dan Rosmayanti, 2007).

(31)

31

lainnya. Dalam suatu sistem pasar terpadu yang efisien akan terlihat adanya korelasi yang tinggi sepanjang waktu dari beberapa pasar (Heytens, 1986).

Konsep yang kedua adalah integrasi yang didalamnya termasuk integrasi pasar spasial, integrasi pasar temporal, integrasi harga silang dan integrasi silang bentuk produk. Integrasi pasar silang mencerminkan efek perubahan harga di satu tingkat pemasaran terhadap harga pada tingkat di atasnya misalnya perubahan harga di tingkat petani akan mempengaruhi harga di tingkat pedagang. Integrasi dikatakan terjadi apabila terdapat kondisi harga di tingkat selanjutnya sama dengan harga ditingkat sekarang ditambah dengan biaya pemasaran. Integrasi pasar temporal mencerminkan pengaruh dari perubahan harga di waktu sekarang terhadap harga di waktu yang akan datang. Integrasi silang bentuk produk mencerminkan pengaruh perubahan harga pada satu produk terhadap harga produk turunannya.

Integrasi pasar spasial merupakan tingkat keterkaitan hubungan antara pasar regional dan pasar regional lainnya. Integrasi pasar spasial mencerminkan efek dari perubahan harga pada satu pasar terhadap pasar lainnya dimana hal ini diasumsikan pada integrasi sempurna dengan dua daerah yang berbeda. Dua pasar dikatakan terintegrasi apabila perubahan harga pada satu pasar akan mempengaruhi harga pasar lainnya dengan arah yang sama dan tingkat yang sama pula.

(32)

32

a b c d

DA

DB SA

SB

P1 P1

P2 Harga

Jumlah

a. Pasar A: Surplus b. Pasar B: Defisit ES

ED

Jumlah Harga

dan kelebihan permintaan (excess demand) pada dua wilayah yang melakukan perdagangan. Harga yang terbentuk pada masing-masing pasar dan jumlah komoditi yang diperdagangkan dapat diduga melalui model keseimbangan parsial (Tomek dan Robinson, 1990).

[image:32.611.135.526.285.512.2]

Prinsip yang digunakan untuk mengembangkan model perdagangan antar daerah digambarkan dengan bantuan diagram yang menunjukkan fungsi penawaran dan permintaan dari masing-masing pasar seperti yang terlihat pada Gambar 2.

Sumber: Tomek dan Robinson, 1990

Gambar 2. Model Keseimbangan Spasial Dua Kawasan

Analisis pasar dibagi dalam dua kategori antara lain pasar yang memiliki potensi surplus dan pasar yang berpotensi defisit. Misalkan pada pasar A adalah pasar yang berpotensi surplus dan pasar B adalah pasar yang berpotensi defisit, dari Gambar 2 dapat dilihat bahwa pasar A tidak ada perdagangan maka harga

0

(33)

33

yang terbentuk adalah P1 di Pasar A dan P2 di pasar B dimana P1<P2. Kelebihan cadangan konsumsi di pasar A akan mendorong pelaku pasar di pasar tersebut untuk menjual kelebihan cadangannya ke pasar lain sedangkan pelaku di pasar B akan mendatangkan komoditi dari pasar lain untuk memenuhi permintaan pada pasar B.

Model keseimbangan spasial ini digunakan untuk menjelaskan hubungan harga akibat perdagangan yang terjadi antara dua pasar. Kelebihan penawaran adalah selisih antara jumlah yang ditawarkan dengan jumlah yang diminta pada suatu tingkat harga pada waktu tertentu, yang akan meningkat dengan semakin tingginya harga dan akan bernilai nol pada saat terjadi keseimbangan pasar A (P1). Kelebihan permintaan adalah selisih antara jumlah yang diminta dengan jumlah yang ditawarkan pada suatu tingkat harga dan waktu tertentu, akan meningkat dengan semakin rendahnya harga dan waktu tertentu, dan akan bernilai nol pada saat keseimbangan pasar B (P2).

(34)

34

Ada beberapa alasan kenapa suatu kawasan atau negara tidak terbuka untuk dimasuki oleh pelaku pasar dari kawasan lain, salah satunya karena pemerintah negara tersebut menciptakan pembatas atau hambatan dalam perdagangan, sehingga pelaku pasar tidak dapat keluar masuk pasar dengan bebas. Hambatan perdagangan yang umum diterapkan oleh pemerintah suatu negara dalam bentuk hambatan tarif maupun nontarif. Hambatan tarif adalah dalam bentuk pajak, sedangkan hambatan nontarif misalnya dalam bentuk ketentuan ketentuan yang harus dipenuhi oleh pelaku pasar. Hambatan yang diterapkan itu akan meningkatkan biaya transfer sehingga perdagangan akan terus berlangsung sampai biaya transfer sama dengan selisih harga atau bahkan melebihi. Jika hal ini terjadi maka pelaku pasar tidak akan memperoleh keuntungan melakukan perdagangan antarpasar. Akibatnya transfer kelebihan permintaan maupun kelebihan penawaran tidak akan terjadi dan harga akan bergerak secara individu pada masing-masing pasar.

Asumsi kedua yang harus dipenuhi adalah tidak terdapat biaya transaksi yang terjadi di masing-masing pasar. Informasi dapat diakses oleh seluruh pelaku pasar dengan baik sehingga dapat digunakan seluruhnya untuk memprediksikan harga di masa depan. Perubahan harga yang terjadi di salah satu pasar (Pasar A dan Pasar B) akan ditransmisikan dengan sempurna dalam waktu yang singkat.

(35)

35

PB1 PEB2

PE

PEA2 PA1

PB1-PA1

TC x

y

Excess Supply di pasar 1 (ESA)

Excess Demand di pasar 2 (EDB)

QE2 QE1 nilai ( ' 1) ( 2 1')

1 P P P

P atau dengan kata lain adalah persentase perubahan

harga di Pasar A akan sama dengan persentase perubahan harga di Pasar B.

[image:35.611.145.485.147.429.2]

Sumber: Tomek dan Robinson, 1990

Gambar 3. Model Perdagangan Pasar A dan Pasar B

Kurva excess supply dan excess demand dapat berubah searah dengan perubahan kekuatan penawaran dan permintaan pada masing-masing pasar. Berdasarkan Gambar 3 jika tidak ada biaya transfer antarpasar (A dan B) maka total unit komoditi yang akan ditransfer dari pasar A ke pasar B sebesar OQE1 dengan tingkat harga yang sama antara keduanya yaitu sebesar OPE. Volume perdagangan antarkedua pasar akan semakin menurun dengan adanya biaya transfer. Jika biaya transfer lebih besar dari PB1 PA1 maka tidak akan ada perdagangan antara keduanya. Pada kasus ini permintaan dan penawaran akan

Harga (P) Transfer Biaya (TC)

(36)

36

sama antarkedua daerah sedangkan perbedaan harga akan semakin kecil dibandingkan biaya transfer.

Efek perubahan biaya transfer yang terjadi antardua pasar (A dan B) dapat dijelaskan dengan membangun garis volume perdagangan (xy). Pada garis ini dapat dilihat apabila biaya transfer yang terjadi sebesar nol maka perdagangan akan maksimum dan sebaliknya bila biaya transfernya adalah sebesar PB1 PA1 maka tidak akan terjadi perdagangan. Perdagangan yang terjadi akan menyebabkan harga komoditi di pasar A akan naik menjadi OPEB2 dan di pasar B akan turun menjadi OPEA2. Keterangan tersebut menjelaskan bahwa perubahan harga di suatu pasar akibat perubahan kekuatan pasar akan menyebabkan perubahan harga di pasar lain yang melakukan perdagangan dengan pasar tersebut. Hal ini menunjukkan adanya integrasi pasar antara kedua daerah yang melakukan perdagangan.

Integrasi pasar vertikal digunakan untuk melihat tingkat keeratan hubungan antarsuatu lembaga pemasaran dengan lembaga pemasaran lainnya dalam suatu rantai pemasaran. Integrasi pasar vertikal dipengaruhi oleh penyebaran informasi harga yang merata ke seluruh lembaga pemasaran (produsen grosir retail-konsumen). Apabila informasi tersebut tidak tersebar secara sempurna sampai ke konsumen maka harga yang terbentuk di pasar tidak menunjukkan adanya integrasi pasar vertikal yang baik.

2.2. Konsep Persaingan Sempurna

(37)

37

ekonomi menurut Dahl dan Hammond (1977) adalah ruang atau dimensi tempat bekerjanya penawaran dan permintaan dengan kekuatannya masing-masing, sehingga mampu menentukan dan mengubah harga. Sebuah konsep pasar yang ideal didefinisikan sebagai suatu pasar dimana kompetisi yang terjadi mencerminkan pasar persaingan sempurna. Adapun ciri dari pasar persaingan sempurna adalah komoditas yang diperjualbelikan adalah sama dengan jumlah pembeli dan penjual yang sangat banyak, indikasi dari barang yang sama ini adalah semua pelaku pasar bertindak sebagai penerima harga, tidak ada satu pihak pun yang mampu merubah harga keseimbangan yang terjadi. Harga terbentuk sepenuhnya karena proses tarik menarik antara kurva permintaan dan penawaran. Seluruh pelaku pasar bebas untuk berusaha dan pihak satu tidak dapat mempengaruhi keputusan pelaku lainnya.

Ciri penting lainnya dari pasar persaingan sempurna adalah masing-masing pihak yang terlibat dalam pasar memiliki pengetahuan yang sempurna mengenai harga. Akibatnya harga yang berlaku di pasar tidak bisa dipengaruhi oleh salah satu pihak saja dan pelaku pasar adalah price taker. Akibat banyaknya pelaku pasar maka hambatan pasar tidak ada dan pembeli maupun penjual dapat dengan mudah untuk keluar masuk pasar.

(38)

38

keseimbangan karena adanya biaya transaksi. Biaya ini dikeluarkan oleh pelaku pasar untuk mendapatkan informasi contohnya, produsen akibat tidak mengetahui seberapa besar permintaan terhadap produk yang akan dihasilkan maka mereka harus mengeluarkan biaya untuk pemeliharaan dan penyesuaian stok (Nicholson, 2000).

Pada pasar berjangka informasi antara lain tentang harga dan volume dapat diakses sepenuhnya oleh para pelaku pasar sehingga masing-masing dapat mengambil keputusan berdasarkan informasi yang tepat. Membaiknya arus informasi yang berhubungan dengan harga, produksi, konsumsi, volume perdagangan dan juga perkiraan (ekspektasi) pasar, membuat pasar berjangka lebih transparan dan bersaing (competitive). Semakin banyak informasi tentang pasar diketahui orang, akan membuat mereka semakin mampu mengantisipasi pembentukan harga di pasar.

Menurut suatu hasil studi yang dilakukan oleh Bappebti tentang pasar berjangka ternyata bahwa pendapatan yang diperoleh mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan untuk lindung nilai lebih stabil dibandingkan dengan mereka yang tidak menggunakannya. Bagi para penggunanya, pasar berjangka memberi kesempatan untuk menstabilkan pendapatan mereka.

2.3. Konsep Pasar Berjangka

(39)

39

pasar sentral sedangkan penjualan dengan menggunakan kontrak berjangka melibatkan pembelian dan penjualan kontrak yang terstandarisasi untuk pengiriman komoditi di masa yang akan datang (Tomek dan Robinson, 1972).

Pelaksanaan pasar berjangka adalah dengan menandatangani kontrak yang menentukan harga, kualitas, kuantitas dan waktu penyerahan. Pengiriman barang berdasarkan pada waktu yang spesifik dengan ukuran yang jelas dan pada harga tertentu dimana dalam kontrak disebutkan pula grade yang spesifik dan lokasi penyerahan. Patut diingat bahwa tidak ada pasar sekunder untuk kontrak pada perdagangan berjangka dimana kontrak diciptakan di pasar berjangka yang disebut bursa. Sebagai pasar yang terorganisasi, transaksi di bursa hanya dilakukan anggota bursa yang terdiri dari pialang berjangka dan pedagang berjangka. Para pengguna bursa yang bukan anggota bursa tetapi ingin memanfaatkan bursa untuk tujuan lindung nilai (hedging) atau spekulasi harus menyalurkan keinginannya tersebut melalui anggota bursa yang berstatus pialang berjangka.

(40)

40

tunai. Harga cenderung stabil karena harga yang dimasa akan datang sudah ditetapkan pada saat sekarang. Fungsi yang ketiga adalah bursa berjangka sebagai lindung nilai pada operasional dan marjin. Contohnya pabrik pengolahan tepung dapat membeli gandum di pasar tunai dan kemudian menjual tepungnya dengan menggunakan pasar berjangka, sehingga diharapkan biaya penyimpanan tepung akan mampu ditutupi oleh penjualan tepung.

Fungsi yang keempat adalah sebagai tempat pembentukan harga dimana harga yang terjadi di pasar berjangka (forward) merefleksikan konsensus antara sejumlah besar pembeli dan penjual yang memiliki kesempatan yang sama untuk melakukan penjualan dan pembelian di pasar. Harga tersebut tidak hanya merefleksikan keadaan pasokan dan permintaan yang sebenarnya dari komoditi yang bersangkutan namun juga perkiraan pasokan dan permintaan untuk masa yang akan datang. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, pengolahan dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi.

Setiap pelaku pasar berjangka harus selalu siap dengan informasi yang akurat mengenai harga di pasar spot. Prinsipnya adalah pembentukan harga terjadi akibat adanya kebutuhan barang untuk penyimpanan dan untuk hedging

(41)

41

spekulator perubahan sedikit harga tapi dilakukan dalam jumlah yang besar akan ikut mempengaruhi pembentukan harga yang baru.

Antara pasar berjangka dan pasar spot terdapat hubungan satu sama lainnya. Harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan dijadikan sebagai pedoman untuk menentukan harga pada pasar spot pada waktu yang sama, sehingga ada kemungkinan harga pada pasar berjangka saat jatuh tempo akan sama dengan harga spot pada waktu yang sama. Adapun perbedaan harga yang terjadi antara pasar berjangka dengan harga spot pada waktu yang sama disebut dengan basis.

Mekanisme dalam perdagangan berjangka, seorang nasabah tidak perlu menyetor uang sebesar nilai kontrak yang diperjualbelikan, tetapi hanya dalam sejumlah persentase kecil berkisar 3-5 persen dari nilai kontrak. Sejumlah uang ini disebut dengan marjin. Setiap saat nasabah dapat melepas atau menjual kontraknya sebelum kontrak jatuh tempo, namun harus diingat bahwa transaksi jual beli yang terjadi adalah suatu bisnis yang tidak hanya senilai marjin yang disetorkan, tetapi sesungguhnya sebesar nilai kontrak tersebut, dengan demikian, bila terjadi kenaikan harga komoditi yang menjadi subyek suatu kontrak di pasar yang amat besar maka marjin yang disetorkan bisa berlipat atau hilang dalam waktu singkat.

(42)

42

ini menyediakan penerimaan yang pasti di masa yang akan datang sehingga pengguna dapat merencanakan aliran dana. Pada kebijakan lain pemerintah menerapkan pendekatan stabilisasi dalam mengatasi gejolak harga. Pemerintah berusaha mempengaruhi harga di pasar dengan cara mengalirkan dana ke produsen sehingga harga dapat seimbang saat harga rendah. Konsepnya adalah terjadi transfer resiko dari produsen ke pemerintah. Kelemahan dari cara ini adalah dibutuhkan dana yang besar untuk dapat dilaksanakan dan tindakan ini tidak membangun pasar menjadi lebih baik karena semuanya tergantung pada pemerintah. Penerapan market based instrument lebih kearah harga pasar daripada harga yang ditetapkan oleh pemerintah sehingga harga dapat bergerak secara wajar dan komoditi turunan akan memperbaiki pembiayaan. Pasar berjangka komoditi juga memiliki mekanisme pembentukan harga yang lebih efisien karena dalam pasar ini menerapkan instrumen pembiayaan berdasarkan strategi harga di depan yang melibatkan penetapan harga, batasan harga bagi produk yang akan dikirimkan dimasa depan.

Kemudian dijelaskan keuntungan lain dari diterapkannya market based

(43)

43

Fakta yang menunjukkan selalu bergejolaknya harga-harga untuk masa mendatang secara sederhana merefleksikan berubahnya konsensus di antara peserta pasar karena diterimanya informasi terkini mengenai situasi pasokan/permintaan komoditi yang diperdagangkan oleh mereka. Harga di pasar berjangka akan selalu berubah menyesuaikan diri dengan perubahan informasi pasar yang terjadi. Hal ini penting bagi perencanaan produksi, prosesing dan pemasaran komoditi, sehingga membantu mengurangi biaya-biaya operasional yang pada akhirnya memberikan manfaat bagi ekonomi. Adanya pasar berjangka juga dapat membantu terintegrasinya pasar-pasar lokal ke dalam pasar nasional atau bahkan internasional. Makna terintegrasinya pasar nasional adalah harga di berbagai tingkat pemasaran yang berbeda akan bergerak mendekati pasar-pasar nasional dan internasional. Hal ini akan menjamin lebih realistisnya harga komoditi. Yang, Bessler dan Leatham (2001) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa harga pada pasar berjangka adalah refleksi dari estimasi harga di spot

periode kedepannya.

Termasuk dalam transaksi spot antara lain adalah serah terima barang saat transaksi berlangsung dan langsung dibayar tunai pada saat itu juga, atau dapat juga serah terima barang saat transaksi dan dibayar kemudian sesuai kesepakatan atau dengan melakukan ijon yaitu membayar sekarang saat komoditi masih diproses. Contoh dari pasar spot yang ada di dalam negeri adalah pasar spot CPO di Medan.

(44)

44

dimana dengan harga yang bergerak harga beli bisa lebih besar, sama atau lebih kecil dibandingkan dengan harga jual (spekulatif). Lebih jauh dijelaskan bahwa walaupun berjangka transaksi ini pada akhirnya bermaksud melakukan serah terima barang secara fisik. Pelaksanaan dengan cara ini dilakukan untuk mengurangi resiko produsen dari biaya antara lain membayar denda barang di dalam kapal yang sudah berlabuh atau pembayaran sewa gudang, saat pembeli mangkir. Contoh pasar berjangka (forward) adalah di pasar forward di Rotterdam. Di pasar forward ini harga CPO dunia terbentuk dimana transaksinya berasal dari produsen dan konsumen CPO termasuk Indonesia yang merupakan negara produsen.

(45)

45

Terdapat beberapa tipe kontrak forward yaitu: (1) kontrak harga tetap (fixed price pontract) dimana dalam kontrak ini digunakan harga yang tetap (flat

price) produsen berjanji untuk mengirim pada saat yang ditentukan dan dibayar saat pengiriman, dengan cara ini ada kemungkinan produsen kehilangan kesempatan potensial apabila harga naik, (2) kontrak harga yang ditetapkan (price

to be fixed contracts) dimana dengan tipe ini pelaku pasar memiliki kemampuan

untuk menetapkan harga pada saat yang paling menguntungkan, (3) harga yang tertunda atau harga ditetapkan nanti dengan tipe ini terjadi transfer resiko penyimpanan ke pembeli, (4) kontrak untuk menunda pembayaran (deffered

payment contract) biasanya untuk menghindari pajak, (5) kontrak harga minimum,

dan (6) kontrak harga forward dengan referensi (reference price forward contract). Pelaksanaan forward contract dalam manajemen resiko harga oleh pelaku pasar terbagi dalam dua posisi. Posisi pertama disebut sebagai posisi short apabila pelaku harga yang bertindak sebagai produsen atau pedagang membeli komoditas pada pasar fisik sekarang untuk dijual pada pasar yang akan datang dengan tingkat harga yang telah disepakati. Apabila pedagang atau produsen membeli komoditas untuk waktu pengiriman yang akan datang maka posisinya dalam bursa berjangka dalam posisi long.

Adapun definisi dari future contract adalah untuk menjelaskan forward

(46)

46

bukan untuk meningkatkan pendapatan produsen namun sebagai media untuk meminimalkan resiko karena pergerakan harga.

Definisi dari option adalah perdagangan komoditi dimasa datang dengan

range harga dimana penjual mendapatkan semacam asuransi berupa penerimaan harga penjualan minimum dan bagi pembeli akan membayar dengan harga tertinggi. Option dapat digunakan untuk menyediakan perlindungan cadangan sementara di sisi lain pelaku pasar berusaha mendapatkan keuntungan potensial. Adapun SWAP dikembangkan sebagai instrumen manajemen resiko jangka panjang. Sebuah komoditi kontrak SWAP diobligasi dalam dua perusahaan untuk menyikapi harga yang mengambang dengan harga tetap (atau kebalikannya) untuk ukuran tertentu komoditi pada interval waktu tertentu. Artinya suatu perjanjian SWAP antara dua perusahaan (hedger dan penyedia hedge) dimana hedger

(pengguna komoditi atau produsen) setuju untuk membayar harga yang tetap dan menerima harga yang mengambang untuk volume tertentu dari komoditi untuk periode tertentu.

Berdasarkan UU No. 32/1997, tentang perdagangan berjangka komoditi, disebutkan beberapa institusi yang terlibat dalam aktivitas Perdagangan Berjangka, yakni: (1) pengguna/pemakai, yaitu dunia usaha dan masyarakat umum yang terdiri lagi atas kelompok hedger dan kelompok investor/spekulator yang memanfaatkan pergerakan harga komoditi yang terjadi di pasar berjangka untuk mencari keuntungan, (2) penyelenggara, yang terdiri dari Bursa Berjangka Jakarta dan Kliring Berjangka Indonesia, dan (3) pelaku dan penunjang.

(47)

47

fluktuasi harga. Mereka yang menggunakan pasar berjangka untuk tujuan ini disebut dengan hedger yaitu pihak-pihak yang ingin mengurangi resiko flutuasi harga. Selain hedger maka ada pelaku yang disebut spekulator yaitu mereka yang ingin mencari keuntungan dari adanya fluktuasi harga dimana mereka membeli kontrak berjangka pada saat harga rendah dan menjualnya pada saat harga naik.

Terdapat beberapa definisi yang sering dihubungkan dengan spekulator pada pasar berjangka. Pertama adalah spreaders yaitu pihak yang berperan dalam transaksi dengan melihat perbedaan harga. Fungsi dari spreaders adalah untuk melihat perbedaan harga di kedua pasar dan berdasarkan selisih harga di kedua pasar tersebut dia akan membeli di pasar yang harganya rendah untuk dijual kembali di pasar yang harganya tinggi sehingga dengan aktivitasnya tersebut kedua pasar akan mengalami penyesuaian dan harga menjadi relatif sama. Kedua adalah scalpers adalah spekulan yang fungsinya melakukan spekulasi pada transaksi harian. Akibat adanya scalpers maka akan terjadi kesinambungan transaksi karena seorang scalpers akan mengumpulkan informasi-informasi yang dapat mempengaruhi keseimbangan harga pada hari itu baik formal maupun informal (Hakim, 2009).

(48)

48

bertindak sebagai penyelenggara pada pasar berjangka adalah lembaga kliring. Tugas lembaga kliring adalah untuk mencatat posisi setiap anggota pasar saat transaksi berakhir. Kliring Berjangka Indonesia melakukan kegiatan administrasi pelaporan, pemantauan dan pemeriksaan terhadap anggotanya untuk memastikan aktivitas perdagangan berjangka komoditi dijalankan sebagaimana peraturannya.

Tugas lembaga kliring lainnya adalah memungut marjin, dimana definisi dari marjin adalah sejumlah dana yang harus dipertahankan seorang nasabah kepada broker anggota kliring dari suatu bursa atau oleh broker kepada lembaga kliring untuk menjamin broker atau lembaga kliring yang bersangkutan terhadap kerugian yang mungkin terjadi.

Pelaku dan penunjang dalam pasar berjangka terdiri dari unsur pelaku adalah Pialang Berjangka dan Perdagangan Berjangka. Pialang Berjangka adalah badan hukum yang boleh menerima amanat (order) dari nasabah. Pialang Berjangka harus memiliki izin usaha dari Bappebti, menjadi anggota Bursa Berjangka Jakarta dan dapat pula menjadi anggota Kliring Berjangka Indonesia. Pialang Berjangka dalam melaksanakan kegiatannya wajib menunjuk wakil Pialang Berjangka sebagai tenaga ahli yang telah lulus ujian profesi yang diselenggarakan oleh pihak Bappebti.

(49)

49

bertugas sebagai penyelenggara kegiatan menghimpun dana dari masyarakat, perbankan, tenaga ahli akutansi, hukum, pergudangan, serta lembaga penguji mutu.

Pengawas, yakni Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi adalah pembina, pengatur dan pengawasan sehari-hari seluruh kegiatan perdagangan berjangka komoditi di Indonesia. Bappebti mewujudkan kegiatan perdagangan berjangka komoditi agar teratur, wajar, efisien dan efektif, serta menumbuhkan suasana persaingan yang sehat. Untuk itulah Bappebti juga bertindak sebagai pelindung kepentingan semua pihak dalam perdagangan berjangka komoditi sehingga terwujud perdagangan berjangka komoditi yang berfungsi sebagai pengelola resiko dan pembentukan harga.

2.4. Model Analisis dengan Pendekatan Vector Autoregression

Untuk menyelesaikan permasalahan pada data time series salah satu alat analisis yang dapat digunakan adalah menggunakan Vector Autoregression (VAR) dimana jenis pendekatan ini biasanya digunakan untuk meramalkan perubahan dari error term (inovasi) suatu sistem time series. VAR dibentuk dengan menyusun sistem persamaan dimana semua variabel diperlakukan endogenous

(variabel dependen).

(50)

50

panjangnya selang optimal ini bisa menggunakan beberapa kriteria antara lain

Akaike Information Criteria (AIC), Schwartz Information Criteria (SIC), Hannah-Quin Criteria (HQ), Likehood Ratio (LR), maupun Final Prediction Error (FPE). Panjang selang yang optimal terjadi jika nilai-nilai kriteria yang telah disebutkan mempunyai nilai absolut paling kecil dan pada beberapa kriteria panjang selang optimal terjadi jika nilai adjusted R2 adalah paling tinggi.

Thomas (1997) menjelaskan bahwa kelebihan dari metode ini dapat digunakan untuk data dari berbagai waktu, hasil yang diperoleh tidak spurious

(palsu), dapat menentukan besar integrasi, arah transformasi harga, pasar yang menjadi pemimpin atau pengikut harga maupun pasar yang terisolasi. Struktural VAR tidak hanya menghasilkan rekomendasi berdasarkan keluaran modelnya dalam merespon adanya suatu shock tetapi juga sesuai dengan model teoritik dan dapat melihat respon jangka panjang berdasarkan data historisnya. Selain itu model VAR adalah model linier sehingga model VAR mudah diestimasi dengan menggunakan model OLS.

(51)

51

bebas harus bersifat stasioner artinya data time series yang dipakai tidak memiliki

trend. Apabila dilakukan analisis pada data yang tidak stasioner akan

menghasilkan hasil regresi yang palsu dan akan menyebabkan nilai standard error

menjadi kecil dan t besar (sebaran t tidak valid). Syarat lain yang harus dipenuhi adalah semua sisaan bersifat white noise yaitu memiliki rataan nol, ragam konstan dan diantara variabel tidak bebas tidak ada korelasi.

Lebih lanjut dijelaskan dalam VAR tidak perlu membedakan variabel yang menjadi eksogen maupun yang menjadi endogen. Semua variabel baik endogen maupun eksogen yang dipercaya saling berhubungan seharusnya dimasukkan dalam model dan untuk melihat hubungan antara variabel di dalam VAR kita membutuhkan sejumlah selang variabel yang ada. Selang variabel ini dibutuhkan untuk menangkap efek dari variabel tersebut terhadap variabel lain dalam model.

Kemudian Widarjono menjelaskan bahwa proses pembentukan model VAR langkah pertamanya adalah dengan melakukan uji stasionaritas data. Uji ini adalah untuk melihat apakah pergerakan data yang akan diuji memiliki trend atau tidak. Uji kestasioneran data dapat menggunakan uji Augmented Dickey Fuller (ADF). Uji ADF terdiri dari perhitungan regresi yang dirumuskan sebagai berikut :

t m

i t t

t t Y Y

Y

1 1 1

2 1

dimana:

Yt = Selisih variabel harga t = Trend waktu

, , , 2

1 = Koefisien

(52)

52

t = Galat persamaan

Jika data adalah stasioner pada level maka disebut dengan model VAR biasa (unrestricted VAR), VAR in level atau model nonstruktural disebut begitu karena tidak memerlukan keberadaan hubungan secara teoritis antarvariabel, dan sebaliknya jika data tidak stasioner pada tingkat level tetapi stasioner pada proses differensi data, maka harus diuji apakah data mempunyai hubungan dalam jangka panjang atau tidak dengan melakukan uji kointegrasi. Rumus umum dari uji kointegrasi ini adalah sebagai berikut :

t t p t p t

t AY AY BX

Y 1 1 ...

dimana:

Yt = k vektor dari variabel nonstasioner I(1) Xt = d vektor dari variabel determinastik

t = vektor dari inovasi.

Suatu persamaan dikatakan terkointegrasi apabila antarvariabel memiliki hubungan jangka panjang. Mengenai hal ini Widarjono menjelaskan sesuai dengan yang dimaksudkan oleh Engle dan Granger bahwa walaupun suatu data

(53)

53

akan bersifat stasioner, sehingga dapat diperoleh sistem persamaan jangka panjang yang stabil (Enders, 1995).

Suatu deret waktu dikatakan terintegrasi pada selang ke-d atau I(d) jika data tesebut bersifat stasioner setelah pendiferensian sebanyak d kali. Variabel-variabel tidak stasioner yang terintegrasi pada tingkat yang sama dapat membentuk kombinasi linier yang bersifar stasioner. Komponen dari vektor Yt dikatakan

terkointegrasi jika ada vektor = ( 1, 2,..., n) sehingga kombinasi linier Yt

bersifat stasioner, dengan syarat ada unsur matrikas bernilai tidak sama dengan

nol. Vektor dinamakan vektor kointegrasi. Rank kointegrasi (r) dari vektor

adalah banyaknya vektor kointegrasi yang saling bebas. Nilai (r) dapat diketahui melalui uji Johansen. Hipotesisnya adalah:

H0 = rank r H1 = rank>r

(54)

54

jangka panjang akan dikoreksi secara bertahap melalui penyesuaian parsial jangka pendek. Apabila data stasioner pada proses differensi namun variabel tidak terkointegrasi disebut dengan model VAR dengan data diferensi (VAR in

difference). Persamaan VAR dapat ditulis sebagai berikut:

1 1 1 p i t t i t i t

t Y Y BX

Y dimana: p i i I A 1 p i j j i A 1

Teorema Granger menerangkan bahwa jika koefisien matriks telah mengurangi pangkat r<k kemudian terdapat matriks k x r masing-masing dan dengan pangkat r sehingga = dan Yt adalah I(0). r adalah jumlah hubungan kointegrasi (pangkat kointegrasi) dan tiap kolom dari adalah vektor kointegrasi. Metode Johansen adalah untuk menduga matriks dari suatu unrestriksi VAR (VAR yang tidak dibatasi) dan untuk menguji apakah kita bisa menolak batasan yang diimplikasikan dengan pengurangan pangkat dari .

VAR digunakan sebagai sebuah sistem peramalan dari variabel time series

(55)

55

tiga kemungkinan hasil identifikasi model yaitu: (1) tidak teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi kurang dari jumlah parameter yang diestimasi, (2) tepat teridentifikasi terjadi jika jumlah informasi sama dengan jumlah parameter yang diestimasi, dan (3) over identifikasi terjadi jika informasi melebihi jumlah parameter yang diestimasi.

2.5. Tinjauan Penelitian Terdahulu

(56)

56

Anwar (2005), juga melakukan kajian tentang Integrasi untuk pengambilan kebijakan pengembangan ekspor dan pemasaran karet alam khususnya pasar domestik. Hal ini adalah pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya oleh Simatupang dan Situmorang (1988) yang membahas tentang integrasi pasar dan mekanisme rambatan harga karet Jakarta dan Singapura.

Kajian tentang integrasi pasar merupakan langkah yang tepat untuk menjawab hal itu. Penelitian integrasi pasar digunakan untuk menegtahui efisiensi suatu pasar dan untuk melihat apakah pasar tesebut bersifat persaingan sempurna ataukah parsial monopoli/oligopoli. Menurut Sitorus (2004), integrasi atau keterpaduan pasar dapat terjadi jika terdapat informasi pasar yang memadai dan informasi ini disalurkan dengan cepat dari satu pasar ke pasar yang lain, dengan demikian perubahan harga yang terjadi pada suatu pasar dapat dengan segera tertangkap oleh pasar lain dengan ukuran perubahan yang sama.

Senada dengan Sitorus, Adiyoga, et al. (2006), menjelaskan bahwa pasar akan memeragakan fungsinya secara efisien jika memanfaatkan semua informasi yang tersedia. Dengan kata lain jika pasar menggunakan harga yang lalu (past

price) secara tepat dalam penentuan harga pada saat ini (current price determination) sistem pemasaran yang berlaku dapat dikategorikan efisien. Informasi harga dalam sistem tersebut dan kemungkinan substitusi produk antarpasar selalu berpengaruh terhadap prilaku penjual dan pembeli. Transmisi dan pemanfaatan informasi diantara berbagai pasar dapat mengakibatkan harga dari komoditas tertentu bergerak secara bersamaan di berbagai pasar tersebut.

(57)

57

Lebih lanjut dijelaskan bahwa jika pasar tidak terintegrasi maka kondisi pasar persaingan sempurna tidak terpenuhi antarpasar yang tersegmentasi. Pasar yang tersegmentasi berarti memiliki kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi harga masing-masing misalnya harga suatu komoditi sekarang (Xt) hanya dipengaruhi oleh harga komoditi pada periode sebelumnya (Xt-1) (Irawan dan Rosmayanti, 2007).

Mendukung pendapat Irawan dan Rosmayanti, penelitian yang dilakukan Anwar (2005), menerangkan konsekuensi jika tidak terbentuk pasar persaingan sempurna dan malahan terbentuk pasar tidak sempurna baik itu dalam kondisi monopoli, monopsoni, oligopoli atau oligopsoni. Kesimpulan yang diturunkan dari asumsi persaingan sempurna tidak dapat digunakan untuk menetapkan suatu kebijakan. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk menganalisis integrasi pasar yaitu pendekatan dengan metode korelasi antara harga yang bergerak secara bersamaan pada pasar yang diuji (Autoregressive Distributed Lag), metode regresi sederhana, dan metode kointegrasi dengan pendekatan

Vector Autoregression (VAR). Kesemua metode tersebut digunakan untuk

(58)

58

Analisis dengan menggunakan Model Index of Market Conection (IMC) dengan pendekatan Autoregressive Distributed Lag, contohnya seperti yang dilakukan oleh Sitorus (2005), untuk komoditi tuna. Analisis ini dilakukan dengan menggunakan persamaan yang diturunkan dan dimodifikasi dari model Ravallion (1986). Model keterpaduan pasar dengan IMC dapat digunakan untuk mengukur bagaimana harga di pasar lokal dapat dipengaruhi harga referensi (acuan) dengan mempertimbangkan harga pada waktu (t) tertentu dan harga pada waktu sebelumnya (t-1). Dengan menggunakan parameter hasil estimasi model maka dapat dihitung IMC. Secara umum persamaan Ravallion menunjukkan bagaimana harga di pasar lain (lokal) dengan mempertimbangkan pengaruh pada waktu tertentu (t) dengan harga pada waktu sebelumnya (t-1) pada rentang waktu tertentu bertujuan untuk melihat fluktuasi harga yang terjadi. Interpretasi dari nilai IMC yang didapatkan dapat menjelaskan apakah dua pasar terintegrasi atau tidak dimana kedua tingkat pasar terpadu secara sempurna jika nilai IMC sama dengan nol dan masih cukup kuat jika IMC<1 dan jika IMC>1 berarti integrasi lemah dan bila IMC nilainya tidak hingga maka hal tersebut mengindikasikan bahwa dua tingkatan pasar tersebut sama sekali tidak berhubungan.

(59)

59

harga antarpasar namun tidak dapat menentukan besarnya pengaruh dan saling mempengaruhi antarpasar yang diuji. Kelemahan lain dari model ini adalah memberikan kesimpulan yang keliru, karena pergerakan harga dapat terjadi sebagai akibat pasar memiliki kesamaan faktor yang mempengaruhi harga. Sehingga harga di kedua pasar menunjukkan korelasi yang tinggi walaupun tidak terintegrasi.

Alat analisis lain yang dapat digunakan dalam kajian tentang integrasi pasar adalah dengan menggunakan uji kointegrasi yang bisa membuktikan adanya keterkaitan harga pada jangka pendek dan jangka panjang antarpasar dalam suatu kawasan. Kelemahan metode ini yaitu tidak adanya prosedur yang sistematis untuk mengestimasi vektor kointegrasi berganda secara terpisah, selain itu tahapan estimasi dalam model ini melalui dua tahap dimana apabila terjadi pendugaan yang salah pada tahap pertama akan berlanjut ke tahap kedua. Lebih jauh Widarjono (2007), menjelaskan bahwa hasil estimasi VAR seringkali tidak memuaskan dilihat dari uji t. Selang variabel endogen di dalam sistem VAR kemungkinan tidak nyata secara statistik. Selain itu secara individual koefisien di dalam model VAR sulit diinterpretasikan. Berdasarkan kelebihan dan kelemahan yang terdapat pada VAR maka model VAR digunakan untuk analisis dinamis data

(60)

60

Granger. Tahap pertama ditempuh dengan melakukan pengujian apakah data harga

Gambar

Gambar 2.
Gambar 3. Model Perdagangan Pasar A dan Pasar B
Gambar 4 .  Model Pendekatan Integrasi Pasar CPO
Tabel 1.  Luas Areal Pertanaman Kelapa Sawit di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Ultra Jaya Milk Industri melakukan pengawasan mutu pada produk susu UHT (Ultra High Temperature) sehingga dapat mengahasilkan susu yang bermutu baik.. BAB II

Melaksanakan pemberitahuan putusan Pengadilan Negeri Lahat, Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung ke tempat tujuan alam at Memberikan relaas pemberitahuan kepada Panitera

sedang dihadapi. Suatu masalah dikatakan sebagai problem solving apabila masalah itu pemecahannya berhubungan dengan masalah-masalah lain, saling mengait. Masalah itu

Untuk permasalahan yang terdapat pada penyusunan Anggaran Produksi solusi yang diusulkan oleh penulis adalah adanya sistem yang menyediakan penyusunan anggaran produksi

Dalam keadaan tidak seimbang, dimana gaya yang berfungsi menahan/melawan lebih kecil dibandingkan dengan gaya-gaya yang mendorong ke bawah, maka akan terjadi suatu

 Mempunyai sifat yang dimiliki oleh populasi: Apabila populasi dicirikan oleh warna, dimensi, dan kekerasan bahan maka sampelnya juga harus dicirikan oleh hal yang sama. 

Preferensi bila dilihat dari Axis saja, prioritas yang perlu ditekankan untuk ke depannya yaitu tarif sms yang selama ini bisa dikatakan masih belum murah, kualitas sinyal,

meningkatkan produktivitas petani khususnya dalam meningkatkan produksi beras maka diperlukan tidak hanya dari peningkatan produktivitas melalui pengelolaan