• Tidak ada hasil yang ditemukan

TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TROMBOSITOPENIA SEBAGAI FAKTOR PROGNOSTIK PADA

PENDERITA YANG DIRAWAT DIPERAWATAN INTENSIF

THROMBOCYTOPENIA AS PROGNOSTIC MARKER IN PATIENTS

ADMITTED IN PICU

Andi Rismawaty Darma, Idham Jaya Ganda, Dasril Daud

Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar

Alamat Korespondensi :

Andi Rismawaty Darma

Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin

Makassar, 90245 HP : 085340089072

(2)

Abstrak

Trombositopenia merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada anak sakit berat dan kelainan laboratorium yang umum ditemukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi trombositopenia sebagai faktor prognostik pada pasien yang dirawat di perawatan intensif. Desain penelitian ini adalah kohort prospektif. Data berasal dari anak yang dirawat di PICU RSUP di Wahidin Sudirohusodo dari bulan september 2011 - Desember 2011. Subyek diikuti sampai terjadi

outcome. Penelitian ini didapatkan 50 penderita, 33 membaik dan 17 meninggal. Awal masuk perawatan jumlah penderita trombositopenia berat dengan perdarahan gastrointestinal terdapat 9 (47,4%) anak dan trombositopenia tidak berat terdapat 7 (22,6%) anak. Hubungan jumlah trombosit saat awal masuk perawatan dengan perdarahan gastrointestinal menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna dengan p =0,68 (p>0,05). Hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dan 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal menunjukkan perbedaan bermakna dengan p= 0,04,OR 5,6 (95% CI 1,1661-19,336) dan 0,001 (p <0,05),OR 9,8 ( 95% CI 2,340-41,194). Jumlah penderita trombositopenia tidak berat yang membaik adalah 23 ( 74,2%) anak dan yang meninggal 8 (26,7 %) anak. Jumlah penderita trombositopenia berat yang membaik adalah 10 (52,6 %) anak dan yang meninggal 8 (26,7%) anak . Saat awal masuk perawatan,didapatkan hubungan jumlah trombosit saat masuk perawatan dengan outcome secara statistik tidak menunjukkan perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,118 (p >0,05). Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan outcome pada pasien dengan jumlah trombosit ≤50000/mm3 dan >50000/mm3. Jumlah trombosit ≤50000/mm3 merupakan faktor prognostik terjadinya perdarahan gastrointestinal pada saat setelah 24 dan 48 jam perawatan.

Kata kunci. Trombositopenia, Outcome, anak

Abstract

Thrombocytopenia is one symptom that is often found in children who suffered severe pain and common laboratory abnormalities were found. This study aimed to evaluate thrombocytopenia as a prognostic factor in patients treated in intensive care.The study design was a prospective cohort. The study was determined thrombocytopenia as prognostic factor in patients treated in intensive care.The data comes from children admitted to PICU Dr dr Wahidin Sudirohusodo from september 2011- December 2011. Subjects were followed until the outcome occurs. From this study, results 50 patients, 33 patients improved and 17 patients died. At the initial time on hospital, the number of patients with severe thrombocytopenia that gastrointestinal bleeding was 9 (47.4%) children. The number of patients who experienced no severe thrombocytopenia that gastrointestinal bleeding was 7 (22.6%), was found relationship between platelet count early on in treatment with gastrointestinal bleeding showed no statistically difference with p = 0.68 (p> 0.05 ). The relationship of platelet counts after 24 hours and 48 hours with gastrointestinal bleeding showed significant differences with their respective p= 0.04, OR 5.6 (95% CI 1.1661 -19.336) and 0.001 (p <0.05) , OR 9.8 (95% CI 2.340- 41.194). Number of patients with no severe thrombocytopenia who improved was 23 (74.2%), died was 8 (26.7%) children, number of patients with severe thrombocytopenia who improved was 10 (52.6%) and died was 8 (26.7%). The beginning of treatment, obtained relationship of platelet count at admission with outcome showed no significant difference with p = 0.118 (p> 0,05).Based on the results of the study concluded that there was no difference in outcome in patients with platelet count ≤ 50000/mm3 and > 50000/mm3. Platelet count ≤ 50000/mm3 is a prognostic factor in the occurrence of gastrointestinal bleeding after 24 and 48 hours of treatment.

(3)

PENDAHULUAN

Trombositopenia merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada anak sakit berat dan kelainan laboratorium yang umum ditemukan, insidennya dilaporkan bervariasi 13-58%. Pada anak sakit berat yang dirawat di perawatan intensif umumnya terjadi trombositopenia yang dihubungkan dengan sepsis, Disseminated intravasculer coagulation (DIC), transfusi darah masif dan kemoterapi yang menyebabkan kegagalan organ yang berakibat fatal. Trombosit berperan dalam proses koagulasi yang berakhir dengan pembentukan platelate plug. Jika jumlah trombosit rendah maka proses koagulasi akan terganggu sehingga terjadi perdarahan. Oleh karena itu penting untuk mengetahui jumlah trombosit sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di perawatan intensif untuk mencegah lebih dini akibat yang lebih fatal yang diakibatkan dari keadaan trombositopenia. (Agrawal dkk, 2008; Drew dkk, 2000; Arceci dkk,2006).

Perdarahan saluran cerna pada anak merupakan keadaan yang menakutkan bagi orang tua. Sebanyak 10 sampai 15% kasus dirujuk ke ahli gastroenterologi setiap tahunnya. El Mouzan melaporkan insiden perdarahan saluran cerna sebanyak 5% pada anak umur 5 sampai 18 tahun, dengan perbandingan laki-laki dan perempuan sebesar 7 : 1 (El Mouzan dkk, 2004).

Trombositopenia adalah jumlah trombosit <150.000/mm3 (normal 150.000/mm3- 400.000/mm3). Penelitian Agrawal dkk (2008) didapatkan bahwa pasien dengan jumlah trombosit kurang dari 100.000 memiliki insiden untuk mengalami perdarahan lebih tinggi, dirawat di PICU lebih lama dan memiliki angka kematian yang tinggi. Pada penelitian Strauss dkk, penurunan trombosit ≥30% berkorelasi dengan angka kematian di ICU. Pengukuran serial trombosit sangat penting untuk mengevaluasi kondisi pasien. Penurunan trombosit memerlukan perhatian khusus, terutama pada pasien-pasien dengan tanda-tanda kegagalan organ. Keuntungan dari menggunakan trombosit sebagai prediktor outcome karena sifatnya yang dinamis, diambil secara harian jika dibandingkan dengan skor mortalitas yang menggunakan parameter dalam kurun waktu 24 jam pertama setelah masuk atau saat masuk rumah sakit serta memerlukan biaya yang

(4)

besar, seperti skor Paediatric Risk of Mortality (PRISM), Paediatric Index of Mortality (PIM) dan Paediatric Logistic Organ Dysfunction (PELOD) sehingga perlu dilakukan penelitian untuk melihat nilai trombosit pada penderita yang dirawat di perawatan intensif terhadap outcome. Sepengetahuan peneliti, penelitian ini belum pernah dilakukan di Makassar, sehingga dengan penelitian ini diharapkan meningkatkan perkembangan ilmu untuk aplikasi klinis yang berhubungan dengan outcome pada penderita yang dirawat di perawatan intensif (Agrawal dkk, 2008; Landaw dkk, 2010; Strauss dkk, 2002).

BAHAN DAN METODE

Lokasi dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di instalasi perawatan intensif anak atau PICU Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK-UNHAS/RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar merupakan suatu penelitian kohort prospektif untuk menentukan trombositopenia sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di perawatan intensif terhadap outcome ( perdarahan gastrointestinal, sembuh atau meninggal). Pada awal pengamatan dilakukan pemeriksaan trombosit terhadap pasien yang dirawat di perawatan intensif kemudian diikuti sampai terjadi outcome.

Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah penderita yang dirawat yang berumur 1 bulan sampai 15 tahun. Cara pengambilan subjek adalah Consecutive Sampling yaitu subjek penelitian diperoleh berdasarkan urutan masuknya di rumah sakit. Subyek penelitian adalah Umur 1 bulan sampai dengan 15 tahun yangmemenuhi kriteria mendapat transfusi PRC atau trombosit, dan bersedia menjadi subyek penelitian (mendapat izin dari orang tua) dan menandatangani persetujuan informed consent. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan trombosit secara periodik hingga 48 jam dan mrnghasilkan Outcome ( perdarahan gastrointestinal, membaik atau meninggal).

(5)

Semua sampel yang memenuhi kriteria penelitian dilakukan pencatatan umur, jenis kelamin, status gizi, tanda vital (suhu, nadi, tekanan darah, pernapasan, kesadaran) dan gejala klinis. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah awal untuk pemeriksaan trombosit. Dan diulangi periodik hingga 48 jam selama dirawat di perawatan intensif anak sampai dicapai outcome yaitu perdarahan gastrointestinal,anak membaik atau meninggal. Analisis dilakukan dengan menggunakan Uji X2 (Chi square) untuk hubungan frekuensi kejadian perdarahan gastrointestinal, membaik atau meninggal. Uji student t untuk hubungan umur dengan outcome membaik atau meninggal. Selanjutnya menghitung crude odds ratio dengan convidence interval 95 % untuk menentukan besarnya peluang untuk membaik dan meninggal pada penderita dengan trombositopenia yang dirawat di perawatan intensif anak.

HASIL

(6)

Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel penelitian. Selama pengamatan didapatkan 50 penderita yang dirawat di perawatan intensif anak terdapat 33 orang yang membaik dan 17 orang yang meninggal. Dari kelompok ini, terdapat 19 orang (38%) laki-laki dan 14 orang (28%) perempuan yang membaik. Terdapat 7 orang (14%) laki-laki dan 10 orang (20%) perempuan meninggal.

Tabel 2 memperlihatkan hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal. Frekuensi kejadian perdarahan gastrointestinal pada kategori penyakit infeksi 25,8% dibandingkan penyakit non infeksi 42,1%. Analisis statistik menunjukkan tidak terdapat perbedaan bermakna dalam hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal dengan nilai p = 0,230 (p > 0,05).

Tabel 3 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dengan perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada pasien dengan jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan >50000/mm3 dengan nilai p = 0,04 (p < 0,05), OR: 5,6 (95% CI 1,1661-19,336). Tabel 4 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit setelah 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistik menunjukkan ada perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada pasien dengan jumlah trombosit ≤50000/mm3 dan >50000/mm3 dengan nilai p = 0,001(p < 0,05), OR: 9,8 (95% CI 2,340-41).

Tabel 5 memperlihatkan hubungan jumlah trombosit awal dengan membaik dan meninggal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak. Analisis statistic menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada kejadian membaik dan meninggal pada pasien dengan jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan >50000/mm3 dengan nilai p = 0,118 (p > 0,05), sehingga jumlah trombosit pada saat awal masuk perawatan intensif tidak dapat dijadikan faktor prognostik (membaik/meninggal).

PEMBAHASAN

Penelitian ini menggunakan desain kohort prospektif untuk menentukan trombositopenia sebagai faktor prognostik pada penderita yang dirawat di

(7)

perawatan intensif yang dilakasanakan pada bulan September sampai Desember 2011, telah diperoleh 50 sampel yang diikuti perjalanan penyakitnya. Dari 50 penderita berdasarkan jumlah trombosit pada awal masuk perawatan intensif, didapatkan 19 penderita yang memiliki jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan 31 penderita yang memiliki jumlah trombosit > 50000/mm3. Pada pemeriksaan setelah 24 jam didapatkan 27 penderita yang memiliki jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan 23 penderita yang memiliki jumlah trombosit > 50000/mm3,sedang pada pemeriksaan setelah 48 jam didapatkan 29 penderita yang memiliki jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan 21 penderita yang memiliki jumlah trombosit >50000/mm3. Analisis dilakukan terhadap efek dari faktor umur, jenis kelamin, status gizi, penyakit infeksi dan non infeksi serta jumlah trombosit.

Berdasarkan umur penderita pada penelitian ini, secara statistik tidak ada perbedaan bermakna dengan nilai p = 0,411 pada penderita yang meninggal. Begitupula yang dilaporkan oleh Strauss, dkk (2002) tidak ada hubungan antara umur dengan kejadian meninggal. Hubungan jenis kelamin dengan outcome penderita yang dirawat di perawatan intensif anak tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,159 untuk kejadian perdarahan gastrointestinal dan nilai p = 0,272 untuk kejadian meninggal, yang berarti jenis kelamin bukan merupakan faktor prognostik. Secara keseluruhan tidak ada perbedaan antara jenis kelamin. Namun kematian lebih banyak pada jenis kelamin perempuan. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh Arceci, dkk (2006) bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dengan outcome meninggal. Hal serupa pada hasil yang diperoleh Agrawal, dkk (2008) tidak ada perbedaan bermakna antara laki-laki dan perempuan dengan outcome meninggal. Demikian juga dilaporkan Collins, dkk (2001) tidak berbeda bermakna jenis kelamin dengan kejadian meninggal.

Pada penelitian ini, antara kelompok penyakit infeksi dan non infeksi tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap outcome, dengan nilai p = 0,230 (p > 0,05) untuk penderita yang mengalami perdarahan gastrointestinal dan nilai p = 0,369 (p > 0,05) untuk penderita yang meninggal. Tidak adanya perbedaan outcome antara penyakit infeksi dan non infeksi, mungkin disebabkan karena pada penyakit infeksi maupun non infeksi, mekanisme yang terjadi melalui jalur inflamasi yang

(8)

pada akhirnya akan mengaktifkan sistim koagulasi. Akibatnya, terjadi konsumsi besar-besaran sistim koagulasi sehingga terjadi trombositopenia. Hal serupa pada hasil yang diperoleh Nguyen dkk (2006) tidak ada perbedaan bermakna antara tipe penyakit dengan outcome meninggal.

Hubungan jenis kelamin dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,608 (p > 0,05) walaupun jumlah penderita trombositopenia berat lebih banyak ditemukan pada perempuan dibandingkan penderita laki-laki. Dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Dalam hal ini sama dengan penelitian Suter, dkk (2002) bahwa tidak ada perbedaan bermakna antara jenis kelamin dengan kejadian trombositopenia .

Hubungan status gizi dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,309 (p > 0,05), sehingga status gizi bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Dalam hal ini tidak didapatkan pada kepustakaan penjelasan hubungan status gizi dengan kejadian trombositopenia. Hubungan penyakit infeksi dan non infeksi dengan kejadian trombositopenia berat dan tidak berat tidak berbeda bermakna dengan nilai p = 0,895 (p > 0,05), yang mana trombositopenia berat lebih banyak pada penyakit infeksi dibandingkan dengan penyakit non infeksi, dapat disimpulkan tipe penyakit bukan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian trombositopenia. Hal ini serupa dengan laporan oleh Nachman dkk (2008) bahwa tipe penyakit tidak memiliki hubungan signifikan dengan kejadian trombositopenia.

Hasil yang didapatkan pada pemeriksaan jumlah trombosit setelah 24 jam memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna kejadian perdarahan gastrointestinal pada penderita yang memiliki jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan > 50000/mm3 dengan nilai p = 0,04 (p < 0,05), OR: 5,6 (CI 95% 1,1661-19,336). Ini berarti jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 setelah 24 jam memiliki kemungkinan untuk kejadian perdarahan gastrointestinal sebesar 5,6 kali dibandingkan dengan jumlah trombosit > 50000/mm3. Sedangkan pada pemeriksaan jumlah trombosit setelah 48 jam memperlihatkan terdapat perbedaan bermakna kejadian perdarahan

(9)

gastrointestinal pada penderita yang memiliki jumlah trombosit ≤50000/mm3 dan > 50000/mm3 dengan nilai p = 0,001 (p < 0,05),OR: 9,8 (CI 95% 2,340-41,194). Ini berarti jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 setelah 48 jam memiliki kemungkinan untuk kejadian perdarahan gastrointestinal sebesar 9,8 kali dibandingkan dengan jumlah trombosit > 50000/mm3. Pada penelitian ini kadar trombosit ≤ 50000/mm3 berpotensi terjadi perdarahan gastrointestinal setelah 24 jam dan 48 jam perawatan PICU. Hal ini terjadi kemungkinan disebabkan oleh karena trombositopenia yang terjadi, diikuti dengan gangguan fungsi trombosit, serta adanya kerusakan endotel pembuluh darah. Ketiganya menyebabkan iskemi gastroduodenal dan kerusakan pada mukosa usus yang pada akhirnya terjadi perdarahan gastrointestinal. Disamping hal tersebut, ternyata terjadi peningkatan jumlah pasien yang mengalami trombositopenia ≤ 50000/mm3. Hal ini serupa dengan yang dilaporkan oleh Agrawal dkk (2008), tetapi insiden trombositopenia pada penelitian tersebut, terjadinya perdarahan setelah 3-4 hari perawatan dan lamanya perawatan di PICU memiliki insiden yang lebih tinggi terhadap keparahan penyakit. Hal yang sama dilaporkan oleh Tabeefar dkk (2012), terjadinya perdarahan setelah 3-4 hari perawatan dan lamanya perawatan di ICU. Secara statistik, tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara jumlah trombosit awal terhadap outcome membaik atau meninggal dengan nilai p = 0,118, sehingga trombosit awal tidak dapat dijadikan sebagai faktor prognostik. Demikian pula dilaporkan oleh Suter, dkk (2002) bahwa kejadian mortalitas tidak ditemukan terkait dengan jumlah trombosit saat masuk ICU.

Peneliti menyadari terdapat keterbatasan pada penelitian ini, diantaranya tidak diperhitungkan derajat beratnya penyakit, tidak dirinci satu persatu penyakit infeksi dan non infeksi yang diteliti, dan umur yang tidak distratifikasi. Kekuatan penelitian ini adalah dari segi desain penelitiannya yang menggunakan kohort prospektif, sehingga efek dari faktor-faktor prognostik dapat diikuti secara simultan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kami menyimpulkan bahwa tidak ada perbedaan outcome pada pasien dengan jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 dan > 50000/mm3 dan jumlah trombosit ≤

(10)

50000/mm3 merupakan faktor prognostik terjadinya perdarahan gastrointestinal pada saat setelah 24 dan 48 jam perawatan PICU. Disarankan sangat penting untuk mengetahui jumlah trombosit pada penderita yang dirawat di perawatan intensif juga dianjurkan dilakukan pemeriksaan jumlah trombosit secara berkala yang menjalani perawatan intensif pada saat 24 jam dan 48 jam perawatan, yang mana penderita dengan jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 akan mempunyai risiko terjadinya perdarahan gastrointestinal, apabila didapatkan penderita dengan jumlah trombosit ≤ 50000/mm3 perlu dilakukan pemantauan ketat dan penanganan yang intensif dan sangat perlu dilakukan penelitian lanjut dengan turut melibatkan faktor-faktor lain yang juga berhubungan dengan outcome penderita misalnya parameter laboratorium Absolute neutrofil Count (ANC).

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arceci RJ, Hann IM, Smith OP. (2006). Platelet Function Disoders, Pediatric Hematology. Third Edition.

Agrawal S, Sachdev A, Gupta D dan Chugh K. (2008). Platelet Counts and Outcome in The Pediatric Intensive Care. Indian Journal of Critical Care Medicine.Vol: 12l: 102-108.

Collins D, Worthley L. I. G.(2001). Acute Gastrointestinal Bleeding: Part I. Critical Care and Resuscitation. Department of Critical Care Medicine, Flinders Medical Centre, Adelaide, South Australia: 105-116

Drews RE and Weiberger SE. (2000). Thrombocytopenic Disorder in Critically Ill Patients. Crit Care Med. Vol 162,augustus : 347-351.

El Mouzan and Abdullah AM. (2004). Peptic Ulcer Disease in Children and Adolescent of Tropical pediatr: 328-30.

Landaw SA and George JM. (2010). Approach to the adult patient with thrombocytopenia. http://www.uptodate.com/patients/content.

Nachman RL, Rafii S (2008) Platelets, Petechiae, and Preservation of the Vascular Wall, Review Article, on The New England Journal of Medicine, www.nejm.org, Massachusetts.

Nguyen TC and Carcillo JA. (2006). Thrombocytopenia associated multiple organ failure. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/Biomed.

Strauss R, Landaw SA, George JM.(2002). Thrombocytopenia in patients in the medical intensive care unit: bleeding prevalence, transfusion requirements and outcome. Departement of Medicine I, University of Erlangen-Nuremberg, Erlangen, Germany. Crit.Care Med : 1917-18.

Suter P, Levi M, Vincent JL. (2002). Time course of platelet counts in critically ill patients. Departement of Intensive Care, Erasma Hospital,Free University of Brussels, Belgium. Crit Care Med.

Tabeefar H,et al.( 2012). Effects of Pantoprazole on Systemic and Gastric Pro- and Anti- inflammatory Cytokines in Critically Ill Patients. Iranian Journal of Pharmaceutical Research .11 (4): 1051-1058.

(12)

Tabel 1. Karakteristik Sampel penelitian No. Variabel Membaik

N(%)=33 (66) Meninggal N(%)=17 (34) Total N(%)=50 (100) 1. Jenis kelamin Laki-laki Perempuan 19 (38) 14 (28) 7 (14) 10 (20) 26 (52) 24 (48) 2. Status Gizi Gizi Baik Gizi Kurang Gizi Buruk 9 (60) 12 (17,6) 12 (66,7) 6 (40) 5 (29,4) 6 (33,3) 15 (30) 17 (34) 18 (36) 3. Tipe Penyakit Infeksi Non Infeksi 19 (61,3) 14 (73,7) 12 (38,7) 5 (26,3) 31 (62) 19 (38)

Tabel 2. Hubungan penyakit infeksi dan non infeksi terhadap outcome perdarahan gastrointestinal pada penderita yang dirawat di perawatan intensif anak No . Tipe penyakit Perdarahan gastrointestinal Total Ada Tidak 1. Infeksi 8 (25,8%) 23 (74,2%) 31(100%) 2. Non Infeksi 8 (42,1%) 11 (57,9%) 19 (100%) Total 16 (32,0%) 34 (68,0%) 50 (100%) Chi square X2 = 1,438 df = 1 p = 0,230 (p > 0,05)

(13)

Tabel 3. Hubungan jumlah trombosit awal dengan perdarahan gastrointestinal No. Jumlah trombosit Perdarahan gastrointestinal Total OR 95% CI Ada Tidak 1. ≤50000 9(47,4%) 10(52,6%) 19(100%) 3,086 0,899- 10,587 2. >50000 7 (22,6%) 24(77,4%) 31(100%) Total 16(32,0%) 34(68,0%) 50(100%) Chi square = 3,326 df = 1 p = 0,68 (p > 0,05)

Tabel 4. Hubungan jumlah trombosit setelah 24 jam dengan perdarahan gastrointestinal No Jumlah trombosit Perdarahan gastrointestinal Total OR 95% CI Ada Tidak 1. ≤50000 18(66,7%) 6 (33,3%) 27(100%) 5,6 1,1661- 19,336 2. >50000 6 (26,1%) 17(73,9%) 23 (100%) Total 24(48,0%) 26 (52,4%) 50 (100%) Chi square X2 = 8,194 df = 1 p = 0,04 (p < 0,05)

Tabel 5. Hubungan jumlah trombosit setelah 48 jam dengan perdarahan gastrointestinal No Jumlah trombosit Perdarahan gastrointestinal Total OR 95% CI Ada Tidak 1. ≤ 50000 18(62,1%) 11 (37,9%) 29(100%) 9,818 2,340- 41,194 2. >50000 3 (14,3%) 18 (85,7%) 21 (100%) Total 21 (42,0%) 29 (58,0%) 50 (100%) Chi square X2 = 11,416 df = 1 p = 0,001 (p < 0,05)

Gambar

Tabel 1. Karakteristik Sampel penelitian             No.            Variabel   Membaik
Tabel  4.  Hubungan  jumlah  trombosit  setelah  24  jam  dengan  perdarahan  gastrointestinal   No    Jumlah          trombosit  Perdarahan  gastrointestinal  Total     OR               95% CI  Ada   Tidak    1

Referensi

Dokumen terkait

2.7 Dampak Positif Gunungapi Terhadap Kehidupan dan Lingkungan Sudah dijelaskan bahwa gunungapi membentuk suatu kerucut raksasa yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim

Konteks ujaran di atas adalah ketika Lou mendapatkan nomor telepon Tristan. Ia ingin sekali meneleponnya, namun ia tidak memiliki keberanian untuk menelepon dan

Kesimpulan dari penelitian ini adalah : Angka kejadian diare akut pada anak balita di Rumah Sakit Al-Islam Kota Bandung periode 1 Januari – 31 Desember 2014 adalah

Walaupun demikian, dapat disimpulkan bahwa telah dijumpai hubungan antara hiperbilirubinemia neonatal pada bayi sehat dengan peningkatan kegagalan aspek motorik halus dan aspek

kontrak produksi serta lembaga perbankan milik daerah seperti BPD Kaltim yang memberikan kredit perikanan sejahtera bagi masyarakat. Selain keramba, Kalimantan Timur

Indikator yang digunakan untuk mengetahui tekanan adalah industri bukan merupakan pasar yang penting bagi pemasok, oleh karena tidak sesuai maka bernilai 0.. Gambar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kualitas pelayanan yang diberikan oleh para pegawai Kecamatan Krian terhadap masyarakat dalam pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)

KOMPUTER 3 Dian Ade