• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Administrasi Nusantara Mahasiswa (JAN Maha) Volume 3 No Juli 2021

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Administrasi Nusantara Mahasiswa (JAN Maha) Volume 3 No Juli 2021"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS REGULASI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN DALAM MENDUKUNG PENYEDIAAN PERUMAHAN

BAGI MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH DI KOTA SUNGAI PENUH

WAWAN SATRIA, S.AP¹.,

NANIK MANDASARI, S.IP,. M.SI².DRS. H. AMIR HASAN, M.M³ STIA Nusantara Sakti Sungai Penuh

Email :

[email protected]

nanikmandasari @gmail.com [email protected]

ABSTRACT

The Effectiveness of Building Permit Regulations in Supporting the Provision of Housing for Low-Income Communities in Sungai Penuh City. By Wawan Satria NPM. 1610078201205. Every resident has the basic right to live as a basic need, including for Low-Income Communities (Law No.1, 2011). The low income community refers to people who have limitations in owning or buying a house (Government Regulation No.27 of 2012 concerning environmental permits). The formulation of the research problem, namely, the Effectiveness of Building Construction Permit Regulations in Supporting the Provision of Housing for Low-Income Communities in Sungai Penuh City The objective of the study is to determine the effectiveness of building construction permit regulations in supporting the provision of housing for low-income communities in Sungai Penuh City. This research uses a qualitative approach where data is obtained through field interview guidelines to 10 informants referring to 5 research indicators, namely 1. Program success 2. Target success 3. Satisfaction with the program 4. Level of input and output 5. Achievement of overall objectives. The data obtained in the field were analyzed based on the classification of the informants' answers which were described in the results and discussion of the research which was then carried out by the interpreter of the researcher. It is known that the effectiveness of building construction permit regulations in supporting the provision of housing for low-income communities in Sungai Penuh City has not been implemented optimally in accordance with established regulations. For this reason, the authors suggest that the Effectiveness of Building Construction Permit Regulations in Support of Providing Housing for Low-Income Communities in Sungai Penuh City. can be increased so that and more leverage in supporting the provision of housing for low-income communities in Sungai Penuh City.

Keywords: Effectiveness, Regulation, Provision ABSTRAK

Efektifitas Regulasi Izin Mendirikan Bangunan Dalam Mendukung Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Sungai Penuh oleh Wawan Satria NPM. 1610078201205. Setiap penduduk memiliki hak asasi untuk bertempat tinggal sebagai kebutuhan dasar tak terkecuali bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah (UU No. 1,

(2)

2011). Masyarakat berpenghasilan rendah yang dimaksud adalah masyarakat yang memiliki keterbatasan dalam memiliki maupun membeli rumah (Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang izin lingkungan). Rumusan masalah penelitian yaitu, Efektifitas Regulasi Izin Mendirikan Bangunan Dalam Mendukung Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Sungai Penuh Tujuan penelitian yaitu, Untuk mengetahui Efektifitas Regulasi Izin Mendirikan Bangunan Dalam Mendukung Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Sungai Penuh. Penelitiaan ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana data diperoleh melalui pedoman wawancara dilapangan kepada 10 orang informan yang mengacu kepada 5 indikator penelitian yaitu 1. Keberhasilan program 2. Keberhasilan sasaran 3. Kepuasan terhadap program 4. Tingkat Input dan out put 5. Pencapaian tujuan menyeluruh. Data yang diperoleh dilapangan dianalisis berdasarkan pengklasifikasian jawaban informan yang diuraikan dalam hasil dan pembahasan penelitian yang kemudian dilakukan interpretatif peneliti. Diketahui bahwa Efektifitas Regulasi Izin Mendirikan Bangunan Dalam Mendukung Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Sungai Penuh belum dilaksanakan dengan maksimal sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan. Untuk itu penulis menyarankan agar Efektifitas Regulasi Izin Mendirikan Bangunan Dalam Mendukung Penyediaan Perumahan Bagi Masyarakat Berpenghasilan Rendah di Kota Sungai Penuh. dapat ditingkatkan agar dan lebih maksimal dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh.

(3)

I. PENDAHULUAN

Sektor perumahan dan permukiman di Indonesia masih memiliki banyak permasalahan dan tantangan yang perlu dihadapi. Salah satu indikator yang sangat menonjol adalah terkait dengan angka backlog. Backlog perumahan Indonesia cenderung meningkat dari 4,3 juta unit pada tahun 2000 menjadi 7,4 juta unit pada tahun 2009.5 Sedangkan di sisi lain, luas permukiman kumuh di Indonesia yang pada tahun 2004 mencapai 54.000 ha, meningkat menjadi 57.800 ha pada akhir tahun 2009.5 Hal ini menunjukkan masih banyaknya MBR yang belum memiliki rumah maupun MBR yang masih tinggal di rumah atau permukiman yang tidak layak huni. Secara tidak langsung, permasalahan tersebut membuktikan bahwa regulasi di bidang perumahan yang telah ada sebelumnya belum efektif dalam mengatur dan memberi pedoman bagi stakeholder perumahan (pemerintah, swasta, masyarakat) terkait pengembangan dan pembangunan perumahan dan permukiman di Indonesia.

Begitu juga halnya di Kota Sungai penuh yang mengalami perkembangan baik disektor ekonomi dan pertambahan jumlah penduduk sangat pesan dengan tingkat peertumbuhan yang cukup tinggi. Sehingga tidak terpenuhinya penyediaan rumah bagi masyarakat yang memiliki penghasilan rendah. Kalaupun ada pembangunan perumahan untuk masyarakat hanya terbatas pada golongan masyarakat menegah kesatas yang diprakarsai oleh pihak swasta yang tentunya memiliki harga beli yang sagat tinggi, dimana situasi ini sangat tidak terjangkau oleh masyarakat berpenghasilan rendah, dan hanya mampu untuk mengontrak dengan situasi rumah yang sangat jauh dari rumah layak huni karena keterbatasan biaya dalam memiliki rumah sendiri.

Situasi dan kondisi yang terjadi saat ini adalah kurang tersedianya perumahan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah. Perumahan yang disediakan oleh pengembang dan pemerintah hanya mampu dijangkau oleh masyarakat golongan menengah keatas. Untuk itu pemerintah khususnya pemerintah kota Sungai Penuh menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang ada di beberapa lokasi di kota Sungai Penuh seperti perumahan rakyat yang berlokasi di Talang Lindung. Hanya saja pembangunan rumah tersebut tidak berada dipusat kota ataupun di lokasi sekitar mata pencaharian masyarakat sehingga tidak menstimulus masyarakat untuk memilikinya.

Dari pengamatan awal peneliti ditemukan fenomena seperti:

1. Kurang berhasilnya program pengadaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah karena kekuarangmampuan operasional dalam melaksanakan program-program dalam mengadaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

2. Kurangnya melakukan pendekatan kepada masyarakat tentang pengadaan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah sehingga kurang tepat asasaran.

3. Pemerintah belum maksimal memperhatikan kebutuhan masyarakat akan perumahan layak huni dengan melakukan pembangunan yang berkualitas sehingga terkesan asala-asalan sehingga masyarakat kurang berkeinginan untuk memiliki rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh.”

(4)

1.1. Perumusan Masalah

Bertitik tolak dari uraian latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah adalah, “Bagaimanakah efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh?” 1.2. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah, untuk mengetahui efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh.

1.3. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitiannya yaitu, 1.3.1. Manfaat Akademis

Sebagai sarana untuk melatih diri agar dapat berfikir logis dan kritis serta dapat menuangkan pikiran dan ide-ide yang disertai dengan argumaen mengenai efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh, dan dapat memberikan referensi bagi peneliti yang ingin melakukan penelitian berikutnya.

1.4.2. Manfaat Praktis

Dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pihak penerintahan khususnya Kota Sungai Penuh melalui tulisan yang peneliti tulis nantinya agar efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh dapat lebih baik dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah

1.5.3. Kerangka Pemikiran

Dalam penelitian ini menelaah tentang efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh. Dimana kerangka penelitian efektifitas diambil menurut pendapat Campbell (2009:121) indikator efektivitas secara umum dan yang paling menonjol adalah :

1. Keberhasilan program yaitu, kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Keberhasilan sasaran yaitu, mengukur sejauh mana suatu program berhasil merealisasikan sasaran yang hendak dicapai. Pendekatan sasaran dalam pengukuran efektivitas dimulai dengan identifikasi sasaran organisasi dan mengukur tingkatan keberhasilan organisasi dalam mencapai sasaran etrsebut.

3. Kepuasan terhadap program yaitu, kemampuan untuk melaksanakan aktifitas-aktifitas suatu lembaga secara fisik dan non fisik untuk mencapai tujuan serta meraih keberhasilan maksimal.

4. Tingkat input dan output yaitu tingkat penerimaan masukan terhadap terlaksananya suatu tujuan dan tingkat hasil yang dicapai sesuai sasaran yang diharapkan.

(5)

II. METODELOGI PENELITIAN 1.6. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan prosedur yang akan dilakukan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Untuk itu peneliti menggunakan metode dalam penelitian ini dalah sbb.

1.6.1. Pendekatan Penelitian

Dalam Penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif menurut Lexy J.Moleong (2009 : 21) yaitu meneliti suatu objek penelitian dengan mengkaji secara keseluruhan dan mendalam bukan melihat hubungan dua variabel atau lebih. Dimana hasil penelitian akan diolah berdasarkan interpretatif peneliti dan diuraikan dalam bentuk deskriptif.

I.6.2. Informan Penelitian Dan Teknik Penentuan Informan

Mengacu pada tujuan penulisan ini yakni untuk mengatahui efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh. Peneliti menggunakan informan kunci dan biasa berdasarkan tingkat kejenuhan yang akan diperoleh dalam penelitian nantinya yang akan diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara untuk memperoleh data dilapangan.

Metode penarikan informan adalah merupakan teknik pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian. Sugiyono, (2007:91). Dalam penelitian kualitatif proses sampling yang terpenting adalah bagaimana menentukan informan kunci atau situasi sosial tertentu yang sarat informasi sesuai dengan fokus penelitian. Bugin, (2003:53). Pemilihan informan kunci diperolah secara purposife sampling yaitu sampel yang diambil secara sengaja yaitu kepala Dinas PUPR. Pegawai dan masyarakat sebagai informan biasa dilakukan dengan cara accidental sampling yaitu sampel yang ditemukan secara kebetulan di lokasi penelitian dan akan berhenti apabila jawaban dari informan sudah menemukan titik jenuh oleh peneliti yaitu di kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahaan Rakyat Kota Sungai Penuh.

Dalam menentukan informan yang akan dipakai dalam suatu penelitian, ada lima kriteria untuk pemilihan informan yaitu :

1. Subjek yang telah cukup lama dan intensif menyatu dengan kegiatan atau aktifitas yang menjadi informasi;

2. Subjek yang masih terlibat secara penuh/aktif pada lingkungan atau kegiatan yang menjadi perhatian peneliti;

3. Subjek yang mempunyai cukup banyak waktu atau kesempatan untuk diwawancarai; 4. Subjek yang dalam memberikan informasi tidak cenderung diolah atau dipersiapkan

terlebih dahulu;

5. Subjek sebelumnya tergolong masih “asing” dengan penelitian, sehingga peneliti merasa tertantang untuk belajar sebanyak mungkin dari subjek yang berfungsi sebagai “guru baru’ bagi peneliti.

Mengacu pada pendapat ahli diatas dalam penelitian ini penulis mengambil informan dengan kriteria, yaitu : kepala kantor, pegawai PUPR Kota Sungai Penuh serta masyarakat (stakeholder), dengan alasan karena dalam penelitian ini berkaitan dengan penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah yang pengurusannya dilakukan di kantor PUPR.

(6)

Tabel 1.1 Informan Penelitian

NO NAMA JABATAN KET

1 Drs. Yusran Sekretaris Informan kunci

2 Ade Satria, SE Kasi Perencanaan & Pengaturan Tata Ruang

Informan biasa 3 Dewi Erlita, SE. M.M Kasubag Umum &

Kepegawaian

Informan biasa 4 Oky Zamora, ST Fungsional Umum Informan biasa

5 Dodi Masyarakat Informan biasa

6 Efendi Masyarakat Informan biasa

7 Fetrina Masyarakat Informan biasa

8 Azwinar Masyarakat Informan biasa

9 Abu Dzar Masyarakat Informan biasa

10 Mahmudin Masyarakat Informan biasa

11 Zuryati Masyarakat Informan biasa

Jumlah 7 Orang

Sumber : Kantor PUPR Kota Sungai Penuh 2020 1.8.3. Data Yang Akan Diambil

Untuk keperluan penelitian ini, adapun data yang penulis ambil adalah:

1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil penelitian langsung ke lapangan atau ke tempat penelitian melalui wawancara agar data yang didapatkan tepat dan benar melalui

kantor PUPR Kota Sungai Penuh. 2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen, arsip-arsip dan sumber lainnya

yang berkaitan dengan penelitian ini, yang dapat menunjang penelitian dengan melihat relefansinya dengan permasalahan pelitian.

1.8.4. Teknik dan Alat Pengumpulan Data 1.8.4.1. Teknik Pengumpulan Data

Dalam pengumpulan data penulus menggunakan pengumpulan data dengan menggunakan tehnik seperti :

1.Penelitian Perpustakaan (Library Research)

Penelitian ini untuk mendapatkan data sekunder yaitu data yang diperoleh dilapangan melalui literatur-literatur ataupun referensi-referensi, untuk mencari landasan teori yang berhubungan dengan masalah yang dibahas, serta buku-buku yang menunjang proposal penelitian ini.

2. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian ini merupakan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara turun langsung ke objek yang di teliti untuk mendapatkan data primer dengan cara:

(7)

Menurut Sugiyono, (2007:222), wawancara adalah teknik pengumpulan data yang melakukan percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. Danim, (2002:130). Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak tersrtuktur, adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan.

2. Observasi (observation)

Observasi yang dilakukan yaitu dengan cara pengamatan tidak berperan serta, dimana pengamat hanya melakukan satu fungsi, yaitu mengadakan pengamatan lansung terhadap objek yang diteliti Lexy J. Meleong, (2009 :186). Sedangkan menurut Moh. Nazir. (2005:68), observasi yaitu cara pengumpulan data menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut.

1.8.4.2. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Pedoman wawancara

2. Pena /Pensil 3. Buku

4. Tape recorder 5. Hp

I.8.5. Unit Analisis

Yang menjadi unit analisis dalam penelitian ini adalah kepala kantor, pegawai dan masyarakat yang berhubungan langsung dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh.

1.8.6. Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dilapangan dan diolah dengan menggunakan interpretatif peneliti untuk mengolah data mentah yang relevan yang diperoleh dilapangan kemudian hasil penelitian diuraikan dalam bentuk kalimat bukan angka-angka atau data statistik.

Menurut Miles dalam Emzir (2010 : 129) Analisa data ada tiga cara yaitu :

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang mempertajam, memilih ,memokuskan, membuang, dan menyusun data dalam suatu cara dimana kesimpulan akhir dapat diverifikasi. Data kualitatif dapat direduksi dan ditransformasikan dalam banyak cara yaitu melalui seleksi halus, melalui rangkuman atau parafrase.

b. Model data (data display)

Langkah kedua dari kegiatan analisis data merupakan model data. Model (display) dalam kehidupan sehari-hari berbeda-beda dari pengukuran bensin, surat kabar , sampai layar computer. Melihat sebuah tanyangan membantu kita memahami apa yang terjadi dan melakukan sesuatau-analisis lanjutan atau tindakan didasarkan pada pemahaman tersebut.

Bentuk yang paling sering dimodel data kualitatif selama ini adalah teks naratif. Manusia tidak terlalu kuat sebagai pemproses dari sejumlah besar informasi, tendensi kognitif merupakan mereduksi inforrmasi yang komplek kedalam berbagai gestalt yang dipilih atau konfigurasi-konfigurasi yang mudah dipahami. Model tersebut mencangkup berbagai jenis matrik, grafik, jaringan kerja, dan bagan.

(8)

Merancang kolom dan baris dari suatu matrik untuk data kualitatif dan menentukan data yang mana, dalam bentuk yang mana, harus dimasukan kedalam sel yang mana merupakan aktivitas analisis.

c. Penarikan kesimpulan/Verifikasi

Langkah ketiga dari aktivitas analisis merupakan penarikan dan berifikasi kesimpulan. Kesimpulan akhir tergantung pada ukuran korpus dari catatan lapangan, penyimpangan, dan metode-metode perbaikan yang digunakan tuntutan dari penyandang dan tetapi kesimpulan bahkan ketika seorang menyatakan telah memproses secara induktif.

Untuk menjaga validitas data maka dilakukan triangulasi baik terhadap data, sumber maupun metode.

a. Triangulasi sumber, dilakukan dengan cara :

1. Pengecekan data dan membandingkan fakta dengan sumber lain, sumber tersebut berupa informan yang berbeda.

2. Membandingkan data dengan memasukkan kategori informan yang berbeda. b. Triangulasi data, dilakukan dengan cara :

Meminta umpan balik dari informan, umpan balik tersebut berguna untuk memperbaiki kualitas data dan kesimpulan yang ditarik dari data tersebut. c. Triangulasi metode, dilakukan dengan cara :

Menggunakan beberapa metode yaitu dengan wawancara mendalam dan observasi dengan menelaah data sekunder.

1.8.7. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Kantor Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh, dengan alasan berdasarkan pengamatan awal peneliti diindikasikan bahwa belum efektifnya penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah dimana dalam hal ini yang berwenang dalam menyelenggarakan penyediaan tersebut adalah Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN Keberhasilan program

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah efektifitas keberhasilan program regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masayarakat berpenghasilan rendah ? Jawaban dari informan yaitu:

“Pada prinsipnya efektifitas IMB dalam mewujudkan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum berhasil dalam melaksanaan program-program yang telah ditetapkan sebelumnya.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“Mengenai keberhasilan program regulasi IMB belum menunjukkan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja secara efektif.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi IMB belum melaksanakan sesuai ketentuan dan kurang berhasil dalam melaksanakan program penyediaan rumah bagi masyarakat yang bepenghasilan rendah.”

(9)

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas keberhasilan program regulasi dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh.

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah keberhasilan program regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“regulasi izin mendirikan bangunan dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara programnya belum berhasil, karena masih babnyak masyrakat yang tidak memahami dan tidak mengetahui tentang program pemerintah tersebut”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“keberhasilan program pemerintah dalam regulasi izin mendirikan bangunan belum berhasil karena masih banyak masyarakat yang enggan untuk melakukan pengurusannya.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa regulasi izin mendirikan bangunan secara keberhasiolan program belum berhasil dan belum maksimal dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah karena regulasi izin mendirikan bangunan tidak dipahami oleh masyarakat dan masyarakat enggan untuk melakukan pengurusan karena menyita waktu, biaya serta pengurusan yang dianggap merepotkan, karena bagi masysarakat yang penting mereka punya rumah dan punya surat sah kepemilikan yang tidak dapat digannggu gugat.

Keberhasilan sasaran

Wawancara dengan informan tentang, bagaimankah efektifitas keberhasilan sasaran regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah ? Jawaban dari informan yaitu:

“secara efektifitas IMB dalam mewujudkan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum tepat sasaran dikarena masih banyak masyarakat yang belum memahami dan enggan untuk memanfaatkan program pemerintah dikarena lokasi dan dana yang masih belum terjangkau oleh masyaraakat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“Mengenai keberhasilan sasaran regulasi IMB belum menunjukkan kemampuan operasional dalam melaksanakan program-program kerja secara efektif, karena masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang tidak memperoleh rumah yang di sediakan oleh pemerintah.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi IMB sudah melaksanakan sesuai ketentuan tetapi kenyataannya masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah tidak memiliki rumah yang disediakan oleh pemerintah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

(10)

“regulasi IMB secara keberhasilan sasaran belum efektif dalam pelaksanaannya karena tidak banyak membantu masyarakat yang berpenghasilan rendah di karenakan kurangnya pemberitahuan kepada masyarakat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Dodi pukul 14.15 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas keberhasilan sasaran regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh, dikarenakan keengganan masyarakat untuk melakukan pengurusan dan memiliki rumah tersebut karena masyarakat beranggapan butuh waktu dan biaya dalam mengurusannya serta lokasi pembangunan yang kurang tepat.

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa keberhasilan sasaran regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh, dikarenakan keengganan masyarakat untuk melakukan pengurusan dan memiliki rumah tersebut karena masyarakat beranggapan butuh waktu dan biaya dalam mengurusannya serta lokasi pembangunan yang kurang tepat. Bagi masyarakat yanbg utama adalah memiliki surat sah kepemilikan rumah.

3.3.3. Kepuasan terhadap program

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam mewujudkan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum dapat dikatakan efektif karena masih banyak masyarakat yang tidak merasakan keberadaan program PUPR tentang penyediaan rumah bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“secara efektifitas program pemerintah tentang penyediaan rumah bagi masyarakat khususnya di kota Sungai Penuh belum menentuh masyarakat luas, dapat dikatakan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum ada kepuasan terhadap program pemerintah ini.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi IMB dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum memberikan efektifitas pada kepuasan terhadap program karena belum menjangkau semua masyarakat yang berpenghasilan rendah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

“Efektifitas regulasi IMB secara kepuasan terhadap program belum tercapai karena tidak adanya sosialisasi kepada masyarakat yang membuat masyarakat untuk tertarik melakukan izin mendirikan bangunan mereka.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Zuryati pukul 13.10 Wib hari Selasa tanggal 6 Oktober 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan tidak adanya memahaman dari masyarakat tentang

(11)

program pemerintah melalui PUPR ini serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Dapat disimpulkan masyarakat belum merasakan kepuasan terhadap program pemerintah melalui PUPR dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“Kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam mewujudkan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum maksimal karena masih banyak masyarakat yang yang berpenghasilan rendah belum mengetahui program PUPR ini.” (Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“tentang penyediaan rumah bagi masyarakat khususnya di kota Sungai Penuh belum maksimal karena masyarakat berpenghasilan rendah belum ada kepuasan terhadap program pemerintah ini.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa kepuasan terhadap program regulasi izin mendirikan bangunan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana secara maksimal dikarenakan tidak adanya memahaman dari masyarakat tentang program pemerintah melalui PUPR ini serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat.

3.3.4. Tingkat Input dan Output

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah efektifitas tingkat input dan out put regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“efektifitas tingkat Input dan output regulasi IMB dalam mewujudkan penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum dapat dikatakan efektif karena masih banyak masyarakat membutuhkan rumah sedangkan pembangunannya tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“secara efektifitas program pemerintah tentang penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghaslan rendah belum memenuhi semua masyarakat dikarena pembangunan yang ada tidak sesuai dengan masyarakat yang membutuhkan rumah .”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi IMB dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum memberikan efektifitas input dan output dimana pembangunan rumah tidak mencukupi semua masyarakat yang berpenghasilan rendah. Sehingga dalam hal ini masyarakat tidak ambil pusing karena kemungkinan bagi mereka sangat kecil untuk memperoleh rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas tingkat input dan uotput regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan pembangunan rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk memiliki rumah sehingga masyarakat berpenghasilan rendah enggan untuk berusaha memperolehnya karena merupakan hal yang tidak mudah bagi

(12)

mereka untuk memilikinya karena rendahnya penghasilan sementara program pemerintah tidak mencukupi jumlah masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tidak memiliki rumah.

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah tingkat input dan output regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“tingkat Input dan output regulasi izi mendirikan bangunan belum maksimal karena masih banyak masyarakat membutuhkan rumah sedangkan pembangunannya tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“tentang penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghaslan rendah belum maksimal karena belum memenuhi semua masyarakat terutama masyarakat berpenghasilan rendah dikarenakan pembangunan yang ada tidak sesuai dengan masyarakat yang membutuhkan rumah .”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi izin mendirikan bangunan dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum maksimal karena kemungkinan bagi mereka sangat kecil untuk memperoleh rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

“regulasi izin mendirikan bangunan dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah kurang maksimal karena, secara umum masyarakat belum merasakan adanya program ini apakah secara input ataupun output.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Dodi pukul 14.15 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa tingkat input dan uotput regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana secsra maksimal karenas masih banyak masyarakat yang tidak memahami dan mengetahui program yang disediakan oleh dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat. Pencapaian Tujuan Menyeluruh

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah efektifitas pencapaian tujuan menyeluruh pada regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“efektifitas pencapaian tujuan menyeluruh belum terlaksana karena masih banyak masyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki rumah tidak tersentuh oleh program ini dikarenakan keterbatasan kemampuan pemerintah Kota Sungai Penuh dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“secara efektifitas program pemerintah tentang penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghaslan rendah belum mencapai tujuan secara menyeluruh karena memang kemampuan pemerintah untuk melakukan secara skala besar belum mampu tetapi pemerintah terus melakukan secara bertahap .”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi IMB dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum efektif karena belum mencapai tujuan scara menyeluruh, hal ini dikarenakan

(13)

belum pemerintah belum dapat melaksanakan program ini secara menyeluruh, pemerintah akan terus berupaya secara bertahap.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

“pencapaian tujuan pemerintah dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana secara menyeluruh dikarenakan belum adanya kemampuan pemerintah untuk melakukan secara global tetapi terus diupayakan agar masyarakat dapat memiliki rumah.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Dodi pukul 14.15 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa efektifitas pencapaian tujuan menyeluruh dalam regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan pemerintah belum memiliki kesanggupan untuk melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara global dikarena keterbatasan anggaran untuk itu pemerintah terus berupaya agar dapat melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara bertahap.

Wawancara dengan informan tentang, bagaimanakah pencapaian tujuan menyeluruh regulasi IMB dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah? Jawaban dari informan yaitu:

“pencapaian tujuan menyeluruh belum terlaksana dengan maksimal karena masih banyak mmasyarakat berpenghasilan rendah yang belum memiliki rumah dikarenakan tidak memahami program ini.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Ade Satria pukul 10.30 Wib hari Selasa tanggal 25 Agustus 2020)

“penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghaslan rendah belum maksimal karena belum mencapai tujuan secara menyeluruh.”

(Hasil wawancara dengan Ibu Dewi Erlita pukul 11.15 Wib hari Kamis tanggal 27 Agustus 2020)

“Regulasi izin endirikan bangunan dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum maksimal karena belum masyarakat kurang memahami melaksanakan program ini.”

(Hasil wawancara dengan Bapak Oky Zamora pukul 10.30 Wib hari Senin tanggal 31 Agustus 2020)

Dari jawaban informan dapat diinterpretasikan bahwa pencapaian tujuan menyeluruh dalam regulasi izin mendirikan bangunan dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana secara maksimal dikarenakan pemerintah belum memiliki kesanggupan untuk melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara global dikarena keterbatasan anggaran untuk itu pemerintah terus berupaya agar dapat melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara bertahap. Masyarakat tidak memahami dan tidak mengetahui manfaat yang mereka perileh dengan melakukanpengurusan izin mendirikan bangunan, apalagi pengurusannya berbelit butuh waktu, biaya dan persyaratan lainnya, karena bagi masyarakat memiliki surat sah kepemilikan rumah yang mereka tempati itu sudah cukup tidak akan ada berani menggugat mereka.

Pembahasan

Dari uraian temuan penelitian yang memaparkan hasil wawancara dari informan kemudian dilakukan pembahasan berdasarkan teori dari efektifitas regulasi izin mendirikan

(14)

bangunan dalam mendukung penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota sungai penuh yaitu, keberhasilan program, keberhasilan sasaran, kepuasan terhadap program, tingkat input dan output dan pencapaian tujuan menyeluruh.

3.4.1. Keberhasilan Program

Efektifitas keberhasilan program regulasi dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh. dimana masyarakat juga belum memahami tetang efektifitas dari regulasi izin mendirikan bangunan dari dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat

Secara teori keberhasilan program dalam efektifitas izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Sungai Penuh, merupakan hal yang wajib karena regulasi IMB dalam meyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah baru dapat dikatakan berhasil apabila telah memperoleh keberhasilan program. Sedangkan dalam penelitian ini keberhasilan program belum terlaksana dengan maksimal, karena regulasi izin mendirikan bangunan belum dapat memenuhi penyediaan kebutuhan perumahan masyakarat berpenghasilan rendah.

3.4.2. Keberhasilan Sasaran

Efektifitas keberhasilan sasaran regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh, dikarenakan keengganan masyarakat untuk melakukan pengurusan dan memiliki rumah tersebut karena masyarakat beranggapan butuh waktu dan biaya dalam mengurusannya serta lokasi pembangunan yang kurang tepat. Masyarakat juga merasa cukup hanya memiliki surat sah kepemilikan rumah.

Secara teori efektifitas regulasi IMB dalam mendukung penyediaan perumahaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat penting tidak akan berhasil suatu program regulasi IMB peyediaan rumaah jika tidak didukung oleh keberhasilan sasaran sementara PUPR Kota Sungai Penuh belum dapat melaksanakan program ini secara maksimal, karena masih banyak masyarakat yang tidak memahami dan megetahui adanya program menyediaan rumah tersebut dan masih banyak masyarakat yang belum merasakan adanya program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

3.4.3. Kepuasan Terhadap Program

Efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan tidak adanya memahaman dari masyarakat tentang program pemerintah melalui PUPR ini serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Dapat disimpulkan masyarakat belum merasakan kepuasan terhadap program pemerintah melalui PUPR dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Masyarakat juga belum memahami dan enggan untuk melakukan pengurusan karena alasan belum membutuhkan surat tersebut

Secara teori efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam mendukung penyediaan perumahaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah harus terpenuhi karena program tersebut tidak akan maksimal apabila tidak adanya kepuasan terhadap program baik dilihat dari masyarakat ataupun pemerintah yang dipercayai untuk melaksanakan program tersebut.

3.4.4. Tingkat Input dan Out put

Efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan tidak adanya memahaman dari masyarakat tentang program pemerintah melalui PUPR ini serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Dapat disimpulkan masyarakat belum merasakan kepuasan

(15)

terhadap program pemerintah melalui PUPR dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Masysrakat juga merasa tidak memahami program dari dinas pekerjaan umum dan perumahan rakyat

Secara teori efektifitas input dan out put pada regulasi IMB dalam mendukung penyediaan perumahaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah sangat dibutuhkan karena kebutuhan akan rumah lebih banyak dibandingkan dengan ketersediaan rumah untuk masyarakat berpenghasilan rendah, dan program ini akan berhasil bila input dengan out put seimbang.

3.4.5. Pencapaian Tujuan Meyeluruh

Efektifitas tingkat input dan uotput regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan pembangunan rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk memiliki rumah sehingga masyarakat berpenghasilan rendah enggan untuk berusaha memperolehnya karena merupakan hal yang tidak mudah bagi mereka untuk memilikinya karena rendahnya penghasilan sementara program pemerintah tidak mencukupi jumlah masyarakat yang berpenghasilan rendah yang tidak memiliki rumah.

Secara teori efektifitas pencapaian jutuan menyeluruh sangat penting dalam melakukan regulasi IMB secara efktif karena regulasi IMB dalam mendukung penyediaan perumahaan bagi masyarakat berpenghasilan rendah perlu adanya pencapaian tujuan yang menyeluruh agar regulasi IMB dalam penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah efektif.

IV. KESIMPULAN

Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan yaitu, berdasarkan lima indikator penelitian yang diujikan tentang efektifitas regulai IMB dalam mendukung penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah di kota Sungai Penuh yaitu:

1. Keberhasilan program regulasi dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai dengan ketetapan yang telah ditentukan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kota Sungai Penuh, dikarenakan program tersebut belum dapat dirasakan oleh masyarakat banyak khususnya masyarakat yang berpenghasilan rendah yang ingin memiliki rumah, dimana pemerintah dalam hal ini lebih memperhatikan kebutuhan masyarakat berpenghasilan rendah akan rumah agar dapat terpenuhi secara maksimal

2. Efektifitas regulasi IMB dalam mendukung penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum mencapai keberhasilan sasaran dikarenakan menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana sesuai harapan masyarakat sehingga timbul keengganan masyarakat untuk melakukan pengurusan dan memiliki rumah tersebut karena masyarakat beranggapan butuh waktu dan biaya dalam mengurusannya serta lokasi pembangunan yang kurang tepat. 3. Efektifitas kepuasan terhadap program regulasi IMB dalam menyediakan perumahan

bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan tidak adanya memahaman dari masyarakat tentang program pemerintah melalui PUPR ini serta kurangnya sosialisasi kepada masyarakat. Masyarakat belum merasakan kepuasan terhadap program pemerintah melalui PUPR dalam menyediakan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah

4. Efektifitas tingkat input dan uotput regulasi IMB dalam menyediakan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan pembangunan rumah yang tersedia tidak sesuai dengan kebutuhan masyarakat untuk memiliki

(16)

rumah sehingga masyarakat berpenghasilan rendah kurang berminat untuk memperolehnya karena merupakan hal yang susah bagi mereka untuk memilikinya. 5. Efektifitas pencapaian tujuan menyeluruh dalam regulasi IMB dalam menyediakan

perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah belum terlaksana dikarenakan pemerintah belum memiliki kesanggupan untuk melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara global dikarena keterbatasan anggaran untuk itu pemerintah terus berupaya agar dapat melakukan program penyediaan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah secara bertahap.

V. UCAPAN TERIMAKASIH

Terimakasih Yth, Nanik Mandasari, S.IP,. M.SI selaku pembimbing utama dalam penulisan skipsi ini telah banyak memberikan bimbingan dan kemudahan kepada penulis selama penulisan skripsi dan megikuti perkuliahan pada Program Studi Administrasi Negara STIA-NUSA Sungai Penuh. Yth, Bapak DRS. H. Amir Hasan, M.M selaku pembimbing pendamping dalam penulisan skripsi ini yang telah banyak memberikan informasi,bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Bapak Ibu para dosen Program Administrasi Negara STIA-NUSA Sungai Penuh yang telah mendidik dan membimbing penulis selama megikuti perkuliahan.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Atmi Pertiwi. 21 Januari 2014. TEMPO.CO, Metro. Februari, Layanan IMB DKI Pakai Sistem Online

Campbell. 2009. Organization Behavior-Structure-Process, 9th Edition, Erwin homewood, Boston.

Effendy. 2013. Pengaruh Kompetensi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Kantor Pelayanan Pajak Metro. Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah, Lampung.

Gibson. 2008, Organisasi, Perilaku, Struktur dan Proses Edisi Ke-5, Erlangga Jakarta.

Indra Bastian. 2018. Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta, Salemba Empat

Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2008. Edisi kedua. Balai Pustaka. Jakarta

Koenjtaraningrat. 2009. Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia. Erlangga. Jakarta

Kurniawan. 2011. Pembangunan Masyarakat. Tinjauan Aspek: Sosiologi, Ekonomi, dan

Perencanaan. Yogyakarta: Liberty.

Lexy J. Moleong. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Erlangga. Jakarta

(17)

Moh Nazir.2005. Metode Penelitian . Ghalia Indonesia. Jakarta

Neno Setyoadi. 2018. Efektifitas regulasi izin mendirikan bangunan dalam mendukung penyediaan perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah di Kota Medan dan Makasar Jurnal Ilmiah

Richard dan M. Steers.2014. Efektifitas Organisasi (Kaidah Perilaku). Erlangga. Jakarta Sugiyono. 2007. Metodologi Penelitian. Jakarta : Penerbit Rineka

The Liang Gie. 2001. Asas-azas Manajemen. Mandar Jaya. Bandung

Tangkilisan, Hesel Nogi. 2005. Manajemen SDM Birokrasi Publik: Strategi Keunggulan Pelayanan Publik. YPAPI. Yogyakarta.

Perpu Menteri PUPR Nomor 10/PRT/M/2019 tentang MBR Peraturan Pemerintah No.27 tahun 2012 tentang izin lingkungan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Perumahan masyarakat. Peraturan Pemerintah Nomor 36 tahun 2005 tentang Penataan Ruang.

Gambar

Tabel 1.1  Informan Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini telah dikembangkan suatu proses pembuatan bahan dasar zirkonia daTi konsentrat zirkon teknis menggunakan metoda pelelehan kostik yang diikuti

Kelor termasuk jenis tumbuhan dengan habitus pohon yang banyak dibudidaya oleh masyarakat untuk dikonsumsi sebagai sayur, selain itu masyarakat juga memanfaatkannya

sosial generasi berikutnya di Indonesia masih terkendali, dengan peningkatan dalam belanja bantuan sosial dari 0,5 persen dari PDB (2010) menjadi sekitar 1 persen dari PDB, jauh

Fasilitas ini memungkinkan para pengguna internet untuk melakukan pengiriman (upload) atau menyalin (download) sebuah file antara komputer lokal dengan komputer lain yang

Dengan diterapkan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 1999 tentang larangan menggunakan bangunan atau tempat untuk melakukan perbuatan asusila serta pemikatan untuk

Jika kita hanya mempelajari observasi x saja, atau observasi y saja maka pertanyaan-pertanyaan, seperti di atas tidak akan dapat dijawab. Langkah pertama yang penting dalam

berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b dan huruf c, perlu dibentuk suatu wadah koordinasi pelaksanaan pembangunan sektor sanitasi

Dan mengingat masalah bisnis yang telah menyebabkan halangan besar dalam persa- habatan, yang sebab-sebabnya ada banyak dan yang telah saya uraikan dengan panjang lebar dalam