• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. a. Sejarah Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB IV

ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Data Penelitian

a. Sejarah Umum KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

Kantor Pelayanan Pajak Jakarta Tanah Abang Satu secara resmi berdiri berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/ 2001, tanggal 23 Juli 2001 tentang Reorganisasi Direktorat Jenderal Pajak. KPP Pratama Tanah Abang Satu di pecah berdasarkan Keputusan Menteri di atas, menjadi KPP Jakarta Tanah Abang Satu dan KPP Jakarta Tanah Abang Dua. Pemecahan ini dilakukan bertujuan untuk dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada wajib pajak serta penggalian potensi dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara dari sistem perpajakan.

Dalam rangka pelaksanaan “Good Governance”, “Clean

Governance” dan “Pelayanan Prima” kepada masyarakat, khususnya

wajib pajak. Direktorat Jenderal Pajak terus berupaya meningkatkan pelayanan dengan berbagai cara, sistem dan mekanisme yang ada, dengan pemanfaatan teknologi informasi terkini dan refungsionalisasi organisasi dan Sumber Daya Manusia. Hal ini merupakan bagian dari reformasi perpajakan (tax reform) yang masih terus dilaksanakan. Aplikasinya melalui modernisasi administrasi perpajakan sebagai penggerak roda organisasi yang dikenal dengan sebutan “Sistim

(2)

Administrasi Moderen”. Moderenisasi dilakukan menyangkut institusi / lembaga, teknologi informasi, sistim informasi, sarana dan prasarana, maupun sumber daya manusia. Sebagai Implementasinya, dibentuk Kantor Pelayanan Pajak Wajib Pajak Besar (Large Taxpayers Office, LTO), Kantor Pelayanan Pajak Madya (Medium Taxpayers Office, MTO), dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama (Small Taxpayers Office, STO).

Dengan dasar itulah maka KPP Jakarta Tanah Abang Satu pun pada tanggal 30 juni 2005 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 254/KMK.0172004 tanggal 24 Mei 2004 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, Kantor Pelayanan Pajak Madya, dan Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jakarta I, berubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Perubahan nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu ini juga merubah sistem dan struktur organisasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.

Perubahan Kebijakan Direktorat Jenderal Pajak Tahun 2001 sampai dengan 2010 untuk mewujudkan visi dan misi Direktorat Jenderal pajak adalah dengan melaksanakan reformasi perpajakan komprehensif yang salah satu programnya adalah Moderenisasi Administrasi Perpajakan yang berusaha memberdayakan spirit pelayanan yang lebih baik kepada wajib pajak yang berorientasi kepada

(3)

kepuasan wajib pajak (customer’s satisfaction). Hal ini berkaitan erat dengan perubahan paradigma lama yaitu sebagai institusi yang berorientasi pada upaya mengumpulkan penerimaan pajak sebanyak mungkin menjasi institusi yang melayani para wajib pajak sebaik mungkin, sehingga mereka rela membayar pajak sebagaimana mestinya. Sebagai perwujudan KPP moderen 2002, Direktorat Jenderal Pajak telah mengawalinya dengan peresmian KPP WP Besar / LTO pada Kanwil Direktorat Jenderal Pajak Jakarta Khusus sebagai prototype kantor moderen pertama, kemudian pembentukan KPP Madya / MTO di Kanwil Jakarta I pada tahun 2004 dan diikuti pembentukan KPP Madya / MTO lainnya di beberapa Kanwil tertentu pada tahun 2006, diharapkan pada tahun 2008 seluruh KPP di Indonesia sudah menjadi KPP Pratama / STO.

Kunci dari keberhasilan moderenisasi sistem administrasi perpajakan yang terpenting adalah sumber daya manusia yang mampu memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakannya. Tujuan dari moderenisasi perpajakan selain untuk mencapai tingkat kepatuhan pembayaran pajak yang tinggi, juga mencapai tingkat kepercayaan terhadap administrasi perpajakan yang tinggi. Indikator pengukuran tingkat kepuasan wajib pajak nantinya akan dilakukan oleh pihak independent dengan standar IKM (Indeks Kepuasan Masyarakat) untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan kantor pajak dalam memberikan pelayanan prima kepada wajib pajak.

(4)

b. Gambaran Wilayah Kerja

Secara administrasi, wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu adalah Kelurahan Karet Tengsin Kecamatan Tanah Abang Jakarta Pusat, dengan batas-batas geografis adalah sebagai berikut: a. Batas Utara : Kelurahan Kebun Melati

b. Batas Selatan : Kelurahan Karet Kuningan c. Batas Barat : Kelurahan Bendungan Hilir d. Batas Timur : Kelurahan Setiabudi

Adapun data jumlah luas wilayah dan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel sbb:

Tabel 4.1

JUMLAH PENDUDUK

No Kelurahan Luas(Ha) Jumlah

Penduduk KK

1 Karet Tengsin 153.43 16.049 3.885

Sumber: KPP Pratama Tanah Abang Satu

Dari sisi luas penggunaan lahan, wilayah kelurahan karet tengsin dapat dikategorikan menjadi 3 zone, dimana zona pemukiman mempunyai proporsi terbesar (45%). Dari sisi potensi fiskal terdapat pada zona perkantoran, apartemen, dan hotel (40%) yang terletak di sepanjang jalan Sudirman dan Jalan Mas Mansyur, yang juga merupakan Central Bussines Distric (CBD) untuk wilayah Kelurahan

(5)

Karet Tengsin. Sedangkan 15% sisanya merupakan fasilitas umum dan TPU Karet Bivak. Gambaran tersebut dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Proporsi Penggunaan Lahan di Wilayah kerja KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.

Tabel 4.2

PROPORSI PENGGUNAAN LAHAN KPP PRATAMA TANAH ABANG SATU

Penggunaan lahan Karet

Tengsin

Perumahan 45%

Perkantoran, apartemen, dan hotel 40% TPU Karet Bivak dan fasilitas umum 15% Sumber: KPP Pratama Tanah Abang Satu

c. Potensi Perpajakan

Pada dasarnya potensi perpajakan di wilayah Karet Tengsin terletak di kawasan Central Bussines Distric (CBD) yang merupakan domisili sebagaian besar Wajib Pajak potensial. Kawasan CBD tersebut terletak di sepanjang Jalan Sudirman dan Jalan Mas Mansyur yang meliputi gedung perkantoran, apartemen, dan hotel dengan rincian sebagai berikut:

1) Gedung perkantoran: BNI (Wisma BNI, BNI 46, Kota BNI), Arthaloka, Wisma Kyoei Prince, Prince Centre, Toyota Astra, Nugra Santana, Mid Plaza, Menara DaVinci, Wisma Dharmala, Wisma Dinners, Standard Chartered, dan Menara Batavia. 2) Hotel dan apartemen: Hotel Shangri-la, Hotel Sahid, Hotel Le

(6)

Apartemen DaVinci, Apartemen Sahid, dan Apartemen Batavia.

d. Wajib Pajak

Wajib Pajak dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu: 1) Orang Pribadi

Wajib Pajak Orang Pribadi pada KPP Prtama Jakarta Tanah Abang Satu merupakan penduduk yang berdomisili pada Kelurahan Karet Tengsin. Jumlah Wajib Pajak Orang Pribadi yang terdaftar sampai saat ini sebanyak 7436.

2) Badan

Wajib Pajak Badan pada KPP Prtama Jakareta Tanah Abang Satu sebagian besar menempati kawasan perkantoran sepanjang Jalan Jenderal Sudirman mulai dari sungai Krukut sampai Dukuh Atas, dan sepanjang Jalan KH. Mas Mansyur mulai dari Karet Bivak sampai Jalan Jenderal Sudirman. Jumlah Wajib Pajak Badan yang terdaftar sampai saat ini sebanyak 5043.

3) Bendaharawan

Wajib Pajak Bendaharawan pada KPP Prtama Jakareta Tanah Abang Satu merupakan Bendaharawan dari satuan kerja Pemerintahan yang ada di Kelurahan Karet Tengsin. Saat ini terdaftar sebanyak 21 Wajib Pajak Bendaharawan dan yang efektif 21 Bendaharawan.

(7)

Secara lengkap jumlah dan jenis wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama Tanah Abang Satu adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3

JUMLAH DAN JENIS WAJIB PAJAK

Jenis 2011 2010 2009 2008 2007

Bendahara 21 21 21 20 18 OP 7.436 7.436 6.323 4.453 1.843 Badan 5.043 4.597 4.181 3.391 3.005 Jumlah 12.500 12.054 10.525 7.864 4.866 Sumber: KPP Pratama Tanah Abang Satu

1. Tinjauan secara struktur organisasi.

Sama halnya dengan KPP Pratama lainnya, KPP Pratama Tanah Abang Satu terdiri dari:

a. Sub bagian Umum, bertugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI), bertugas antara lain melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data; penyajian informasi perpajakan; pelayanan dukungan teknis komputer; dan pemantauan aplikasi e-SPT dan e-filling.

c. Seksi Pelayanan, bertugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan surat pemberitahuan dan surat lainnya, serta melayani registrasi Wajib Pajak.

(8)

d. Seksi Penagihan, bertugas seperti menyusun rencana pemeriksaan, mengawasi pelaksanaan aturan pemeriksaan, dan menerbitkan serta menyalurkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP3).

e. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan, bertugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak di wilayah kerjanya, dan penilaian Objek Pajak dalam rangka ekstensifikasi. Dalam seksi ini terdapat pegawai pelaksana dan pejabat fungsional penilai PBB.

f. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I s/d IV, bertugas mengawasi kepatuhan kewajiban perpajakan oleh Wajib Pajak, menyusun profil Wajib Pajak, menganalisa kinerja Wajib Pajak, dan merekonsiliasi data Wajib Pajak. Wilayah kerja KPP Pratama dibagi menjadi empat bagian berdasarkan masing-masing Seksi Pengawasan dan Konsultasi ini. Seksi ini terdiri dari beberapa Account Representative (AR) yang menangani sejumlah Wajib Pajak di

wilayahnya.

g. Fungsional Pemeriksaan Pajak, bertugas melakukan pemeriksaan pajak terhadap Wajib Pajak yang dicurigai telah melalaikan kewajiban perpajakannya.

Untuk mengetahui anggota dari masing-masing seksi di atas, pada KPP Pratama Tanah Abang Satu, dapat dilihat pada diagram struktur organisasinya di halaman berikut (Lihat Gambar IV-1)

(9)

Gambar 4.1

STRUKTUR ORGANISASI

Sumber: Subbagian Umum KPP Pratama Tanah Abang Satu

B. Metode Analisis Data

1. Analisa Deskriptif Exploratif

Analisis Deskriptif Exploratif ini bertujuan untuk memberikan sedikit definisi atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam penelitian.

Hasil analisis data NPWP WP Badan PPh 25/29 memberikan gambaran dari tahun 2008 jumlah WP terdaftar sebesar 3.391 jiwa dan WP efektif sebesar 1.849 jiwa, tahun 2009 jumlah WP terdaftar sebesar 4.181 jiwa dan WP efektif sebesar 2.793, tahun 2010 jumlah WP terdaftar sebesar 4.597 jiwa dan WP

Kepala Kantor Sumaryanti Kelompok Jabatan Fungsional Pemeriksa Seksi PDI Syafril Rasyid Sub Bagian Umum Yutanti Agustin Seksi Pelayanan Jhonny Wilson Purba Seksi Ekstensifikasi Amir Basuki S Seksi Penagihan T. Tirmizi Seksi Pemeriksaan Asyhadi Munir Seksi Waskon I Rospita Seksi Waskon II A.Muhammad

Seksi Waskon III Emilda Mardikaningsih

Seksi Waskon IV Nur’Aeni

(10)

efektif sebesar 3.210 jiwa, tahun 2011 jumlah WP terdaftar sebesar 5.043. dan WP efektif sebesar 3.484 jiwa, dan tahun 2012 jumlah WP terdaftar 5480 jiwa dan WP efektif sebesar 4.866 jiwa. Dari keterangan data NPWP tersebut bisa dilihat pada tahun 2008-2012 jumlah WP terdaftar dan WP efektif mengalami peningkatan, hal ini dikarenakan adanya kesadaran dari WP untuk memiliki NPWP agar bisa membayar pajak dengan patuh. Namun, jika dilihat dari angka yang menunjukkan total WP terdaftar lebih besar dari WP efektif, karena data jumlah NPWP WP terdaftar menujukkan bahwa belum tentu keseluruhan WP itu membayar pajak, sedangkan untuk jumlah WP efektif menunjukan WP Badan patuh untuk membayar pajak.

Hasil analisis berikutnya terkait dengan SPT Tahunan PPh 25/29 WP Badan, jenis SPT disini terkait dengan Lebih Bayar, Kurang Bayar dan Nihil. Dilihat dari tahun 2008-2012, SPT Tahunan PPh 25/29 WP Badan, ditahun 2008 total Kurang Bayar sebesar 368, Lebih Bayar sebesar 83, Nihil sebesar 932, total persentase untuk tahun 2008 sebesar 74,79%. Tahun 2009 total Kurang Bayar sebesar 323, Lebih Bayar sebesar 86, Nihil sebesar 820, total persentase untuk tahun 2009 sebesar 44,00%. Tahun 2010 total Kurang Bayar sebesar 409, Lebih Bayar sebesar 82, Nihil sebesar 966, total persentase untuk tahun 2010 sebesar 45,38%. Tahun 2011 total Kurang Bayar sebesar 408, Lebih Bayar sebesar 89, Nihil sebesar 1095, total persentase untuk tahun 2011 sebesar 45,69%. Tahun 2012 total Kurang Bayar sebesar 467, Lebih Bayar sebesar 54, Nihil sebesar 1215, total persentase untuk tahun 2012 sebesar 35,68%.

(11)

Persentase total Penerimaan Pajak PPh 25/29 WP Badan dari tahun 2008-2012, mengalami perubahan. Pada tahun 2008, total persentase penerimaan pajak WP Badan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu sebesar 20,86924933%, tahun 2009 sebesar 13,0214971, tahun 2010 sebesar 16,61715034%, tahun 2011 sebesar 19,37600223%, tahun 2012 sebesar 11,50770547%.

2. Analisa Deskriptif Kualitatif

Analisa Deskriptif Kualitatif bertujuan untuk mempelajari dan menguji apakah keetentutan-tententuan yang berlaku di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu sudah melaksanakan dengan baik oleh WP Badan dengan menerapkan Self Assessment System dalam menyampaikan pajaknya.

Berdasarkan apa yang telah peneliti kemukakan pada pembahasan persentase penerimaan pajak untuk WP Badan, adapun data yang peneliti berhasil kumpulkan tersebut dapat di ikhtisarkan menjadi:

a. Data total penerimaan pajak WP Badan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang penulis ambil, menunjukan dari tahun 2008-2012, tahun 2008 Penerimaan WP Badan terlihat lebih tinggi sebesar 20,86924933%, dan terendah ada di posisi tahun 2012 sebesar 11,507705547%. Hal ini membuat kesadaran dan kepatuhan WP Badan semakin menurun.

b. Pelaksanaan Self Assesment System, diketahui dari SPT yang di laporkan memberikan gambaran dari tahun 2008-2012 total SPT Nihil

(12)

lebih banyak, disusul total SPT Kurang Bayar, kemudian total SPT Lebih Bayar tidak terlalu banyak.

3. Analisa Deskriptif Kuantitatif

Analisa Deskriptif Kuantitatif menunjukkan hasil penelitian dengan menggunakan perhitungan angka-angka. Analisa ini dilakukan untuk memperoleh gambaran yang nyata mengenai perhitungan penerimaan pajak dengan cara memperoleh data-data terkait NPWP, SPT dan Penerimaan Pajak.

a. Grafik Deskriptif

Data yang digunakan untuk penelitian ini, digunakan sebuah tabel kemudian dilengkapi dengan grafik untuk mempermudah untuk penyajian datanya. Berikut ini merupakan tabel dan grafik keseluruhan data yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 4.4

Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012 Jenis Tahun Wajib Pajak Terdaftar Wajib Pajak Efektif Wajib Pajak Badan 2008 3.391 1.849 2009 4.181 2.793 2010 4.597 3.210 2011 5.043 3.484 2012 5.480 4.866

Sumber: KPP Pratama Tanah Abang Satu

Dari tabel tersebut diatas bahwa pada tahun 2008-2012 jumlah NPWP Terdafatar dan Efektif di KPP Pramata Jakarta Tanah Abang Satu mengalami peningkatan disetiap tahunnya. Hal ini dikarenakan dari pihak KPP Pratama

(13)

Jakarta Tanah Abang Satu setiap tahunnya mengadakan sosialisasi kepada WP. Guna untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terkait pentingnya membayar pajak. Kemudian adanya kesadaran WP untuk memiliki NPWP, membuat WP lebih aktif lagi sesuai dengan diterapkannya self assessment system.

Gambar 4.2

Grafik Data NPWP Wajib Pajak Badan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

Dari gambar di atas bisa disimpulkan bahwa WP Badan mempunyai rasa tanggung jawab akan pentingnya memiliki NPWP, seperti data NPWP terdaftar dan efektif di KKP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu tahun 2008-2012, mengalami kenaikan disetiap tahunnya. Dicontohkan untuk tahun 2008 perbandingan total NPWP terdaftar dan efektif sebesar 18%, kemudian untuk tahun tertinggi 2012 perbandingan total NPWP terdaftar dan efektif berkurang

2008 2009 2010 2011 2012 3,391 4,181 4,597 5,043 5,48 1,849 2,793 3,21 3,484 4,866

DATA NPWP

(14)

persentasenya sebesar 11%. Hal ini menjelaskan bahwa pada tahun 2012 perbandingan antara WP terdaftar dan efektif tidak terlalu jauh, memungkinkan bahwa WP terdaftar, aktif dalam membayar pajak. Kemudian dapat membuat penerimaan pajak semakin bertambah setiap tahunnya.

Adanya penguatan untuk penyuluhan yang dilakukan DJP kepada WP dalam melaksanakan kegiatan self assessment system, seperti mempermudah WP untuk menyampaikan formulir NPWP melalui pos atau bisa menyampaikan langsung ke bagian pelayanan.

Tabel 4.5

Target dan Realisasi Penerimaan PPh Pasal 25/29 WP Badan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

Tahun Target (a) Realisasi (b) % (b : a) Total Realisasi Penerimaan Pajak (c) % Total Penerimaan PPh Pasal 25/29 (b : c) 2008 40.370.845.160 122.053.508.602 302,330823 584.848.581.125 20,86924933 2009 43.378.930.042 84.580.529.101 194,980672 649.545.351.398 13,0214971 2010 100.455.778.336 117.216.616.274 116,684792 705.395.413.141 16,61715034 2011 142.092.572.548 205.159.291.537 144,384247 1.058.831.894.621 19,37600223 2012 131.475.006.601 190.389.693.432 144,810560 1.654.453.999.377 11,50770547

Sumber: KPP Pratama Tanah Abang Satu

Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 penerimaan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu sebesar 122.053.508.602 kemudian pada tahun 2009 mengalami penurunan menjadi 84.580.529.101, pada tahun berikutnya 2010 mengalami kenaikan sebesar 117.216.616.274 namun kenaikan ini tidak lebih besar dibadingkan penerimaan di tahun 2008, pada

(15)

tahun 2011 mengalami kenaikan sebesar 205.159.291.537 dan pada tahun 2012 kembali mengalami penurunan menjadi sebesar 190.389.693.432.

Adanya dinamika yang terjadi pada penerimaan pajak di KPP Pratama Jakarta Tanah Satu dikarenakan penerimaan pajak penghasilan setiap tahunnya menurun. Hal tersebut membuat DJP memfokuskan penerimaan pajak pada Pajak Pertambahan Nilai (PPN). Namun, DJP berupaya untuk mencari jalan keluar untuk meningkatkan penerimaan pajak WP Badan, karena untuk penerimaan pajak WPOP, DJP telah membuat peraturan baru dengan meningkatkan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

Gambar 4.3

Grafik Data Persentase Total Penerimaan PPh Padal 25/29 Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

20%

13%

16%

19%

11%

% Total Penerimaan PPh Pasal 25/29

(16)

Besaran persentase yang dapat dilihat pada grafik diatas, total penerimaan pajak WP Badan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu tahun 2008 mendapati persentase sebesar 20%, dari total keseluruhan penerimaan pajak sebesar 584.848.581.125. sedangkan terendah ada pada tahun 2012, persentase yang didapatkan hanya 11% dari total keseluruhan penerimaan pajak. Hal ini dikarenakan dibeberapa KPP untuk penerimaan pajak lebih fokus kepada Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dibandingkan pada Pajak Penghasilan (PPh).

Sama halnya jika dilihat dari penerimaan pajak keseluruhan, untuk persentase penerimaan pajak WP Badan mengalami dinamika disetiap tahunnya. KPP Pratama Tanah Abang Jakarta Satu telah mengupayakan penerimaan pajak WP Badan didaerah tersebut, agar para WP Badan lebih patuh lagi dalam membayar pajak. Mulai dari mengadakan penyuluhan, jemput bola dan pendekatan lainnya.

Tabel 4.6

Laporan Penyampaian SPT Tahunan PPh 25/26 Wajib Pajak Badan Tahun 2008-2009

Jenis SPT Tahun SPT TAHUNAN PPh DISAMPAIKAN Kurang Bayar (1) Lebih Bayar (2) Nihil (3) Jumlah (1+2+3) (4) % (4 : jumlah WP Badan Efektif) PPh Badan Pasal 25/29 2008 368 83 932 1.383 74.79% 2009 86 323 820 1.229 44.00% 2010 409 82 966 1.457 45.38% 2011 408 89 1.095 1.592 45.69% 2012 467 54 1.215 1.736 35.68%

(17)

Persentase yang dapat dilihat dari tabel diatas, untuk SPT Tahunan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu yang disampaikan pada tahun 2008 sebesar 74,79%, kemudian pada tahun 2009 mengalami penurunan sebesar 44,00%. Pada tahun berikutnya 2010 mengalami kenaikan sebesar 45,38%, tahun 2011 naik sebesar 45,69% walaupun kenaikannya tidak jauh dari tahun sebelumnya, dan pada tahun 2012 kembali menurun sebesar 35,68%.

SPT Tahunan yang disampaikan WP Badan menunjukan tingkat kesadaran WP dalam melaporkan pajak yang sudah dibayar. Namun, jika dilihat dari persentase yang didapatkan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu kepatuhan WP Badan dalam menyampaikan SPT sangatlah kurang, karena sangat kecil jika dibandingkan dengan jumlah WP Efektif Badan yang terdaftar.

Gambar 4.4

Grafik Data SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 2008 2009 2010 2011 2012 kurang bayar lebih bayar NIhil

(18)

Data Grafik diatas menujukan posisi tingkatan SPT Tahunan yang telah dilaporkan mengalami siklus dinamis sama seperti hasil peneimaan pajak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dimana untuk SPT Kurang Bayar total terendah ada di tahun 2009 sebesar 86 dan tertinggi ada pada tahun 2012 sebesar 467 SPT Kurang Bayar yang dilaporkan. Kemudian, untuk SPT Lebih Bayar untuk yang sudah dilaporkan , terendah ada di tahun 2012 sebesar 54 dan tertinggi tahun 2009 sebesar 323 SPT. Selanjutnya, SPT Nihil yang sudah terlaporkan, untuk total terendah ada di tahun 2009 sebesar 820 dan tertinggi tahun 2012 sebesar 1.215 SPT.

Bedanya tingkatan SPT Tahunan yang disampaikan, membuat asumsi yang berbeda pula dalam penerapan self assessment system pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Persentase yang didapatkan SPT Nihil lebih besar dibandingkan SPT Kurang Bayar dan SPT Lebih Bayar. SPT Kurang Bayar menunjukkan bahwa WP salah dalam melaporkan perhitungan pajak yang dibayar. terkait dengan setoran pajak yang pembayarannya kurang, WP harus membayar kekurangan tersebut beserta denda sesuai dengan jatuh tempo kekurangan.

Kemudian SPT Lebih Bayar condong kepada adanya setoran pajak yang pembayarannya lebih dari yang ditentukan. hal ini menunjukkan bahwa pihak KPP harus mengembalikan kelebihan pembayaran tersebut.

Adanya kebijakan yang dikeluarkan oleh DJP untuk WP dalam penundaan pelaporan SPT karena bebarapa WP masih bingung dengan penerapan self assessment system, seperti cara melaporkan dan menghitung pajak. Jika ada

(19)

kekeliruan dalam pengisian SPT WP wajib melakukan pembetulan dalam jangka waktu dua tahuan sesudah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, dengan adanya syarat DJP belum melakukan tindakan pemeriksaan.

Gambar 4.5

Grafik Data Total Persentase SPT Tahunan Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

Total SPT Tahunan Kurang Bayar, Lebih Bayar dan Nihil sudah digambarkan pada grafik gambar 4.3, selanjutnya untuk Persentase Total SPT Tahunan PPh Badan dapat dilihat pada grafik diatas. Adanya siklus dinamika dialami juga pada total persentase SPT Tahunan PPh Badan. Persentase tertinggi pada tahun 2008 sebesar 74,79%, pada tahun tersebut SPT yang disampaikan WP Badan pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, sangat

74,79%

44,00% 45,38% 45,69%

35,68%

% SPT Tahunan PPh Badan

(20)

luar biasa karena persentase yang didapatkan kurang lebih adanya pencapaian target. Namun, untuk tahun selanjutnya justru merosot sangat jauh hanya 44,00% tahun 2009. Di ikuti pula untuk tahun berikutnya kenaikannya pun hanya sekian persen tidak bisa mencapai target yang ditentukan. Sampai pada tahun 2012 mengalami penurunan kembali, hanya sebesar 35,68% SPT Tahunan PPh Badan yang terlapor.

b. Tax Ratio KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

Menurut asumsi peneliti tax rasio dihitung berdasarkan data total Penerimaan Pajak yang telah didapatkan dari KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu.

Tabel 4.7

Data Analisa Dengan Rumus Tax Rasio

Tahun

Total Realisasi Penerimaan

Pajak (a) Pajak PPh Pasal 25/29 % Total Penerimaan (b) Total Tax Rasio ( b : a x 100% ) 2008 584.848.581.125 20,86924933 35% 2009 649.545.351.398 13,0214971 20% 2010 705.395.413.141 16,61715034 23% 2011 1.058.831.894.621 19,37600223 20,5% 2012 1.654.453.999.377 11,50770547 19%

Dari tabel data analisa dengan rumus Tax Rasio, peneliti membuat gambaran rumusan sebagai berikut :

(21)

PPh Badan Tahun X

x 100% = Rasio PPh Badan Penerimaan Pajak Tahun X

Dari perhitungan diatas dapat diketahui persentase penerimaan tertinggi KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu terlihat pada tahun 2008, total realisasi sebesar 584.848.581.125, total penerimaan pajak WP Badan sebesar 20,86924933%, total tax rasionya sebesar 35%. Dari data tersebut, menguatkan peneliti dalam melakukan analisa, bahwa penerimaan pajak pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu mengalami penurunan setiap tahunnya.

Adanya targetan yang di tentukan DJP kepada KPP membuat realisasi yang didapatkan tidak semakin bertambah untuk penerimaan pajak. Solusi yang dipakai oleh KPP untuk menaikkan penerimaan pajak terfokus hanya di PPN untuk tahun-tahun sekarang ini. Hal ini menunjukan penerimaan pajak penghasilan WP Badan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu tidak mencapai target yang lebih besar disetiap tahunnya.

(22)

Gambar 4.6

Grafik Data Total Persentase Tax Rasio Wajib Pajak Badan Yang Terdaftar di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu Tahun 2008-2012

Gambar 4.7 di atas menujukan bahwa adanya Tax Rasio untuk mengetahui perbandingan besaran jumlah penerimaan pajak WP Badan KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu untuk menilai kepatuhan pembayaran pajak. Tahun tertinggi sebesar 35% pada tahun 2008, kemudian untuk tahun berikutnya malah terjadi penurunan hingga 15%.

Kenaikan terjadi ditahun 2010 yang hanya naik 3%, dan tidak membuat perubahan yang begitu luar biasa untuk penerimaan pajak di KPP tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan WP Badan untuk setiap tahunnya berkurang. Harus ada ketegasan lagi oleh pihak KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu kepada WP, agar penerimaan pajak makin bertambah dan WP juga harus lebih patuh kembali.

35%

20%

23%

20,5% 19%

Total Tax Rasio ( b : a x 100% )

2008 2009 2010 2011 2012

(23)

C. Pembahasan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa penerapan Self Assessment

System terhadap Penerimaan PPh Badan di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang

Satu, mengalami penurunan atau kenaikan. Data yang digunakan untuk penelitian ini antara lain, total NPWP, SPT dan Penerimaan Pajak. Dari hasil analisa yang penulis peroleh hasilnya sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Self Assessment System terhadap Penerimaan PPh Pasal 25/29 WP Badan pada KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu, dapat dilihat dari jumalh NPWP dari Tahun 2008-2012 mengalami peningkatan 2008 WP terdaftar sebesar 3.391 dan WP efektif sebesar 1.849. Sedangkan tahun 2012 WP terdaftar sebesar 5.480 dan WP efektif sebesar 4.866.

2. Pelaksanaan Self Assessment System dapat dilihat juga dari data SPT yang penulis peroleh di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu. Pada tahun 2008 Persentase SPT Tahunan WP Badan yang disampaikan sebesar 74.79% dilihat dari besarnya persentase yang disampaikan, menyimpulkan bahwa WP patuh untuk membayar pajak.

3. Pelaksanaan Self Assessment System di KPP Pratama Jakarta Tanah Abang Satu dapat dilihat juga dari total penerimaan pajak bahwa dari tahun ke tahun mengalami dinamika.

Penelitian ini walapun tidak memiliki cara analisa yang sama dengan penelitian Lidya (2009), tetapi memiliki variabel dan unsur yang sama yaitu

(24)

kesadaran masyarakat untuk mendaftarkan diri, menghitung dan menyetorkan kewajiban perpajakannya ataupun yang diwakilinya. Lidya menyatakan variabel Nomor Pokok Wajin Pajak yang terdaftar (NPWP) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel Penerimaan Pajak Penghasilan. Sedangkan variabel Jumlah Surat Setoran Pajak PPh 25 (SSP) berpengaruh signifikan positif terhadap variabel Penerimaan Pajak Penghasilan. Hal ini mirip dengan penelitian ini yang menunjukkan bahwa total NPWP yang terdaftar jauh lebih besar dibandingkan NPWP efektif.

Menurut Harahap (2004 : 31), “sikap mental yang berupa kepatuhan itu sulit sekali diwujudkan dalam kadar 100 persen, dalam arti Wajib Pajak itu mampu secara tulus ikhlas dan sadar sepenuhnya melaksanakan kewajibannya”. Di negara maju sekarang ini dengan sistem adminstrasi yang sudah sangat tertib dan penegakan hukum yang relatif dapat dikatakan konsisten, Self Assessment Sytem tidak otomatis menyebabkan orang mau membayar pajak dengan jujur. Bila keadaan memungkinkan, banyak diantara mereka yang berusahaan menghindari dan menyelundupkan pajak. Apa yang telah disampaikan oleh Harahap tersebut terbukti dalam penelitian ini, bahwa tanpa adanya pengawasan yang ketat dari fiskus dalam pelaksanaan Self

Assessment System.

Hal ini akan menyebabkan masalah bagi penerimaan pajak, dan dalam penelitian ini penerimaan PPh akan menurun dengan adanya penambahan NPWP. Harahap (2004 : 31) juga menyatakan, “bahwa diterapkannya sistem yang memberikan kepercayaan penuh kepada Wajib Pajak untuk melaksanakan

(25)

kewajiban adalah langkah yang berani dan penuh tantangan.” Tantangan ini bisa kontraproduktif terhadap upaya peningkatan penerimaan sektor pajak.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun manfaat dari penelitian ini yaitu: (1) tim proyek dapat menjalin hubungan yang lebih baik dengan client atau user sehingga proyek dapat memenuhi kebutuhan yang

Dengan mempertimbangkan bahwa kasus proyek bersifat fiktif, maka dibutuhkan asumsi-asumsi sebagai dasar perencanaan dan perancangan proyek, pertama, kepemilikan bangunan

Setelah melakukan penelitian terhadap pengaruh LKS berbasis Reasoning and Problem Solving terhadap hasil belajar Fisika siswa SMAN 1 Lubuk Alung, kemudian

Contoh–contoh di atas hanyalah beberapa kasus dari berbagai kasus yang terjadi atau akan terus bertambah dikemudian hari, ini dikarenakan bahwa menurut survey, perilaku berinternet

(PAILKEM) selama satu siklus. Menciptakan suasana belajar yang kondusif d. Menya mpai- kan tujuan a. Tujuan pembelajaran disampaikan diawal pembelajaran dengan materi

Kemudian yang menjadi fokus perhatian ke dua adalah kondisi lingkungan yang sangat minim vegetasi penghijauan dan ramai sehingga selalu mengalami kemacetan

penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh financial stability, external pressure, financial target, nature of industry, ineffective monitoring, dan opini

Inverse Document Frequency adalah inverse dari jumlah semua koleksi dokumen dibagi dengan jumlah dokumen yang mengandung kata ( term ) yang terdapat pada