1
HUBUNGAN ANTARA SUHU, KELEMBABAN DAN CURAH HUJAN DENGAN ANGKA KEJADIAN MALARIA DI KOTA MANADO TAHUN 2011-2015
Hary Prasetyo*, Angela F.C Kalesaran*, Wulan P.J. Kaunang *
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi
ABSTRAK
Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang penting di dunia, dan masih menjadi masalah kesehatan utama. Ada 214 juta kasus malaria pada tahun 2015 dengan 438.000 kematian. Sekitar 3,2 miliar orang beresiko malaria dan pada 2015, transmisi malaria sedang berlangsung pada 95 negara dan wilayah. Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional study dan menggunakan uji person correlate. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado dan BMKG. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah kasus malaria di Kota Manado yang tercatat dalam laporan setiap Puskesmas yang ada di Kota Manado dan dilaporkan ke Dinas Kesehatan Kota Manado dengan data tahun 2011-2015. Hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi didapatkan hasil dengan nilai p=0,884 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara Suhu dengan Malaria tahun 2011-2015. Kelembaban tidak memiliki hubungan dengan kejadian malaria dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu tahun 2011-2015 dengan nilai p=0,368. Curah hujan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kejadian malaria di kota Manado tahun 2011-2015 dengan nilai p=0,866. Penelitian dalam jangka waktu yang lebih panjang sangat diperlukan untuk lebih menambah dan memperkaya data yang ada, karena pada dasarnya paerubahan iklim dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama dan panjang.
Kata kunci: Suhu, Kelembaban, Curah Hujan, Malaria
ABSTRACT
Malaria is an important tropical parasitic disease in the world, and is still a major health problem. There are 214 million cases of malaria by 2015 with 438,000 deaths. About 3.2 billion people are at risk of malaria and by 2015, malaria transmission is underway in 95 countries and regions. The type of research used was analytic survey, with cross sectional study design and using person correlate test. This research was conducted in the working area of Manado City Health Office and BMKG. The population in this study is the total number of malaria cases in Manado City recorded in the report of every Puskesmas in Manado City and reported to Manado City Health Office with data from 2011-2015. Result of research by using correlation test got result with value p = 0,884 meaning there is no significant relation between temperature with malaria year 2011-2015. Humidity has no relationship with the incidence of malaria in the period of 5 years, from 2011-2015 with a value of p = 0.368. Rainfall has no significant relationship with malaria incidence in Manado city year 2011-2015 with p value = 0,866. Research over a longer period of time is necessary to further add and enrich existing data, because basically climate change can happen for long and long period of time.
2 PENDAHULUAN
Malaria merupakan penyakit parasit tropis yang sangat penting di dunia, dan masih menjadi salah satu masalah kesehatan utama (Sucipto, 2014). Malaria disebabkan oleh parasit Plasmodium parasit ini ditularkan kepada manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina, yang disebut "vektor malaria." Ada 5 spesies parasit yang menyebabkan malaria pada manusia, dan spesies P.Falciparum merupakan ancaman terbesar WHO memperkirakan dirilis pada Desember 2015, ada 214 juta kasus malaria pada tahun 2015 dengan 438.000 kematian, Sekitar 3,2 miliar orang beresiko malaria dan pada 2015, transmisi malaria sedang berlangsung pada 95 negara dan wilayah (WHO, 2016).
Kota manado merupakan salah satu daerah dari Sulawesi utara dengan jumlah kepadatan penduduk tertinggi. Menurut pusdantin (2013) kota manado memiliki kepadatan penduduk sebesar 2.707 jiwa per Km2. Prevalensi kasus malaria di Kota Manado pada tahun 2012 sebesar 0,74% (Dinkes Provinsi Sulawesi Utara, 2013). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Manado angka malaria tertinggi di kota Manado dari tahun 2011-2014 dimana yang tertinggi pada tahun 2013 sebanyak 320 penderita dan kasus penderita terkecil yaitu pada tahun 2014 sebanyak 80 orang penderita malaria. Ada penurunan angka yang cukup signifikan dari tahun 2013-2014, data tersebut di dapat dari laporan tiap puskesmas yang ada di Kota Manado (Dinas Kesehatan Kota Manado, 2014).
Perubahan iklim menyebabkan perubahan curah hujan, suhu, kelembaban, dan arah udara sehingga berpengaruh terhadap ekosistem daratan dan lautan serta berpengaruh terhadap kesehatan. Di bidang kesehatan, perubahan iklim akan menyebabkan banyak dampak terhadap peningkatan kasus penyakit menular terutama penyakit yang infektif terhadap iklim salah satunya vektor penyakit malaria. Sulistyawati (2015) dalam kajian literaturnya mengenai akibat dari perubahan iklim pada penyakit menular menyatakan bahwa perubahan iklim telah membawa dampak yang negatif pada kesehatan. Peningkatan suhu, curah hujan dan kelembaban merupakan faktor-faktor yang menyebakan meningkatnya kasus penyakit menular seperti malaria.
Diketahui faktor-faktor yang berpengaruh pada kejadian malaria salah satunya adalah lingkungan fisik. Lingkungan fisik adalah lingkungan sekeliling manusia yang terdiri daribenda yang tidak hidup (non-living things) dan kekuatan fisik lainnya. Peranan lingkungan fisik pada terjadinya penyakit pada manusia adalah besar sekali. Teknologi yang maju telah membuat manusia berhasil mengatur dan menguasai lingkungan fisiknya sedemikian rupa sehingga menguntungkan kesehatan dan kesejahteraannya. Lingkungan fisik sendiri bisa berarti air, udara, tanah, radiasi,iklim dan lain-lain.
Dari uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengangkat tentang hubungan suhu, dengan malaria dan hubungan curah hujan dengan malaria di Kota Manado.
3 METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah survei analitik, dengan rancangan penelitian cross sectional study. Tempat penelitian dilakukan di wilayah kerja Dinas Kesehatan Kota Manado dan BMKG. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2016. Populasi dalam penelitian adalah seluruh kasus malaria di Kota Manado yang tercatat dalam laporan Dinas Kesehatan Kota Manado tahun 2011-2015 dan sampel dalam peneliian ini adalah seluruh kasus malaria di Kota Manado tahun 2011-2015 sehingga penelitian ini adalah total sampling.
HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL
Gambar 1. Tren Suhu Rata-Rata Kota Manado Tahun 2011-2015
Berdasarkan tren suhu rata-rata Kota Manado tahun 2011-2015, suhu rata-rata yang tertinggi pada bulan Oktober Tahun 2015 mencapai 28,6oC dan yang terendah pada bulan November 2015 dengan angka 250C.
Gambar 2. Tren Kelembaban Rata-Rata Kota Manado Tahun 2011-2015
Berdasarkan tren kelembaban rata-rata di Kota Manado tahun 2011-2015 pada bulan Januari terlihat nilai rata-rata 82%, kemudian di tahun 2015 semakin menurun sampai ke bulan Mei lalu naik lagi ke bulan Juni dan turun pada bulan Juli, Agustus, September dan Oktober. Sedangkan di tahun 2011-2014 dari bulan Januari-Desember terlihat kisaran presentasinya hanya berkisar di angka 70%-90%. Angka terendah pada bulan September 2015 dengan angka 57%.
Gambar 3.Tren Curah Hujan Rata-Rata Kota Manado Tahun 2011-2015
4 Berdasarkan tren curah hujan di Kota Manado Tahun 2011-2015 tertinggi itu pada tahun 2014 dengan intensitas hujan sangat tinggi mencapai angka 713,8 mm dan yang terendah pada tahun 2015 bulan Agustus & September dimana tidak ada hujan sama sekali atau intensitasnya 0 mm.
Gambar 4. Penderita Malaria di Kota Manado Tahun 2011-2015
Jumlah Penderita Malaria di Kota Manado yang tertinggi pada bulan April Tahun 2014 dengan angka mencapai 72 penderita. Dari bulan April 2014 angka tersebut menurun drastis pada bulan-bulan berikutnya sampai bulan Juli 2014 dengan tidak ada penderita malaria. Dari bulan juli sampai bulan Desember tahun 2014 tidak ada penderita malaria di Kota Manado.
5
Tabel 1. Hasil Uji Korelasi Antara Suhu, Kelembaban dan Curah Hujan Dengkan Kejadian Malaria Tahun 2011-2015
Setelah dilakukan dengan menggunakan uji korelasi antar kejadian malaria dengan suhu, kelembaban dan curah hujan didapatkan hasilnya untuk suhu dengan kejadian malaria tahun 2011-2015 didapatkan nilai p=0,884 yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan dan nilai R= 0,019 hubungan berarti sangat lemah. Kelembaban dengan kejadian malaria didapatkan hasil dari nilai
p= 0,118 yang artinya tidak terdapat hubungan antara kedua variabel dengan nilai R= 0,368 yang artinya hubungan sedang. Curah hujan dengan kejadian malaria didaptkan hasil dari nilai p= 0,886 yang artinya tidak terdapat hubungan yang bermakna antar kedua variabel dengan nilai R=0,022 yang artinya hubungan sangat lemah.
GAMBARAN UMUM LOKASI
PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan untuk melihat jumlah penderita malaria di wilayah Kota Manado. Terdapat beberapa variabel yang akan diteliti yaitu suhu, kelembaban, dan curah hujan. Jumlah data yang diambil data sekunder dari BMKG dan Dinas Kesehatan Kota Manado dari tahun 2011-2015. Dari data-data yang didapat akan dicari hubungan antar variabel antara suhu,curah hujan, kelembaban dengan malaria.
Data sekunder dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika tentang suhu pada tahun 2011-2015 pada bulan Januari suhu rata-rata mencapai 25,30C dan terjadi peningkatan setiap bulannya dari bulan
Februari sampai bulan Agustus dimana bulan Agustus adalah suhu rata-rata tertinggi di Tahun 2011 dengan 27,60C. Pada tahun 2012 suhu tertinggi juga di bulan agustus dengan angka yang sama dengan tahun 2011 yaitu 27,60C. pada tahun 2011-2015 pada awal bulan setiap tahunnya atau pada bulan Januari angka suhu semuanya berkisar di 25,30C-25,70C yang tertinggi di tahun 2011-2015 pada tahun 2011-2015 bulan Oktober.
Data yang diperoleh dari LAKIP BMKG Jakarta tahun 2014, suhu rata-rata tertinggi di Kota Jakarta dari hasil pemantauan BMKG Jakarta dari tahun 2000-2013 yang tertinggi pada tahun 2012 rata-rata suhunya mencapai angka 30,5-310C, angka ini lebh tinggi daripada suhu rata-rata yang ada di Kota
Tahun Variabel R Nilai – p
2011-2015 Kejadian Malaria – Suhu 0.019 0.884
2011-2015 Kejadian Malaria–Kelembaban 0,368 0.118 2011-2015 Kejadian Malaria–CurahHujan 0.022 0.886
6 Manado yang suhu rata-rata tertinggi berkisar di angka 28,60C pada tahun 2015. Hal ini mungkin dipengaruhi beberapa faktor seperti polusi udara, karena polusi udara, kondisi gunung pepohonan yang kurang bisa membuat suhu udara menjadi naik. Hal tersebut menunjukan bahwa peningkatan suhu udara bukan hanya terjadi secara global namun juga pada lokasi spesifik tertentu seperti Jakarta.
Data sekunder yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika dari tahun 2011-2015 tentang kelembaban yang paling tinggi ada pada tahun 2011 bulan Maret dengan angka kelembaban udara rata-rata 90%, angka ini sama juga dengan angka pada tahun 2012 dan 2013 pada bulan Desember. Kelembaban udara terendah rata-rata pada tahun 2015 bulan Agustus, September dan bulan Oktober dengan angka 58%, 57%, dan 59%. Berbeda dengan data yang ada di Kota Bandung, di Kota Bandung kelembaban rata-rata pada tahun 2015 dari bulan Januari sampai bulan Desember berkisar dari 60-80% dengan kelembaban rata-rata pertahunnya di angka 76%.
Data sekunder yang diperoleh dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, curah hujan disini menggunakan satuan millimeter (mm). Pada pertengahan tahun 2011 tepatnya pada bulan Juli dan Agustus intensitas hujan sempat menurun hingga 31,3 mm dari sebelumnya pada awal tahun 2011 mencapai angka 89 mm. sama juga halnya dengan tahun 2012 dimana pada awal tahunnya curah hujan terbilang timggi tapi kembali menurun pada pertengahan bulan
pada bulan Agustus dengan angka 62,6 mm intensitas curah hujannya. Curah hujan tertinggi disetiap bulannya dari tahun 2011-2015 ada pada awal bulan 2014 tepatnya pada bulan Januari, mencapai angka intensitas hujan yang sangat tinggi dengan angka 713,8 mm. Terjadi perubahan atau penurunan intensitas curah hujan pada tahun 2015 dimana pada bulan Juli hanya ada pada angka 11,9 mm dan kembali menurun pada bulan Agustus dan September tahun 2014 bahkan dari laporan BMKG pada kedua bulan ini tidak ada hujan sama sekali atau dengan angka 0 mm. ini adalah musim kemarau yang sangat panjang di wilayah Kota Manado.
Hasil dari Dinas Kesehatan Kota Manado dimana kasus penderita malaria di Kota Manado dari tahun 2011-2015. Yang tertinggi pada tahun 2013 sebanyak 142 kasus dan yang terendah berjumlah 72 kasus pada tahun 2015 (DINKES Kota Manado 2016). Presentase jumlah angka penderita positif malaria dari tahun 2010-2015 di rata-ratakan diseluruh wilayah Indonesia trennya meningkat, yakni pada tahun 2010 berkisar di angka 47,0, meningkat pada tahun 2011-2012 dengan angka yang sama yaitu 82,0, terus naik pada tahun 2013 dengan angka 84,0 meningkat juga pada tahun 2014 dengan angka 86,0 dan naik terus hingga 90,0 pada tahun 2015 (Ditjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kemenkes RI, 2016).
7 Hubungan antara Suhu dengan Kejadian Malaria 2011-2015
Hasil uji Pearson Correlate didapatkan pada tahun 2011 hasil p = 0,252, 2012 p = 0,070, 2013 p = 0,613, 2014 p = 0,289 dan 2015 p = 0,268 dapat disimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara suhu dengan kejadian malaria. Terdapat hubungan atau tidak terdapatnya hubungan suhu dengan kejadian malaria dipengaruhi oleh beberapa faktor yang ada. Menurut Elvi (2009) suhu lingkungan di lokasi penelitian sangat mendukung perkembangan parasit malaria dan suhu sangat berperan dalam kecepatan multiplikasi parasit dalam tubuh nyamuk dan bisa mempengaruhi langsung perkembangan nyamuk itu sendiri. Suhu yang dibutuhkan untuk perkembangan nyamuk adalah 20-270C. Hal ini serupa dengan suhu yang ada di Kota Manado yang berkisar antara 25-270C (BMKG 2016).
Nyamuk termasuk binatang berdarah dingin karenanya proses-proses metabolisme dan siklus kehidupannya tergantung pada suhu lingkungannya dan nyamuk tidak dapat mengatur suhu tubuhnya (Depkes 2008). Suhu akan mempengaruhi perkembangan parasite dalam nyamuk. Suhu yang optimal berkisar antara 20-300C, makin tinggi suhu makin pendek masa inkubasi nyamuk begitupun sebaliknya makin rendah suhu makin Panjang masa inkubasinya (Harijanto, 2010).
Hubungan antara Kelembaban dengan Malaria Tahun 2011-2015
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson antara kelembaban tahun 2011-2015 dengan malaria tahun 2011-2015 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara kelembaban dan kejadian malaria dengan masing-masing nilai p valuenya tahun 2011 p=0,765, tahun 2012 nilai p=0,088, tahun 2013 nilap p=0,069, tahun 2014 nilai p=0,188 dan tahun 2015 nilai p=0,380. Hasil penelitian ini sama dengan apa yang dilakukan Sulistyani (2009) Berdasarkan uji statistik yang dilakukannya menyatakan tidak ada hubungan antara kelembaban dengan kejadian malaria pada tahun 2005-2007 di Pangkalbalam.
Menurut Sukowati (2004) spesies nyamuk yang mempunyai habitat di hutan lebih rentan terhadap perubahan kelembaban dari pada spesies yang mempunyai habitat iklim kering. Hal ini erat kaitannya dengan kelembaban di Kota Manado yang dipengaruhi oleh iklim tropis. Angka kelembaban di Kota Manado tahun 2011-2015 berkisar di angka 57% - 90% (BMKG 2016).
Kelembaban mempengaruhi keaktifan nyamuk dalam mencari darah. Pada kelembaban diatas 60% penularan malaria lebih muda terjadi dikarenakan nyamuk akan lebih aktif dan lebih sering menggit pada kelemembaban tersebut (Harijanto, 2010). Namun perilaku kesehatan seseorang juga mempengaruhi kejadian malaria. Perilaku kesehatan berupa tindakan PNS akan
8 terwujud apabila tersedianya fasilitas yang baik seperti fasilitas yang tersedia di perkotaan. Ketika seseorang mendapatkan stimulus / objek kesehatan berupa tindakan PNS kemudian seseorang mempraktikan kegiatan yang dianggap baik, maka seseorang tersebut melakukan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoadmodjo, 2012
Hubungan antara Curah Hujan dengan Malaria Tahun 2011-2015
Penelitian yang dilakukan dengan menggunakan uji korelasi pearson antara curah hujan tahun 2011-2015 dengan malaria tahun 2011-2015 menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil penelitian antara curah hujan dan malaria pada tahun 2011, 2012, 2013, 2014 dan 2015 tidak memiliki hubungan yang bermakna berdasarkan uji statistik yang dilakukan menunjukkan bahwa curah hujan pada tahun 2011 dengan nilai p=0,398, tahun 2012 nilai p=0,085 tahun 2013 nilai p=0,819, tahun 2014 nilai p=0,501 dan pada tahun 2015 p=0,115 yang artinya tidak berhubungan kelima tahun tersebut.
Curah hujan rata-rata bulanan di kota manado pada tahun 2011-2015 berkisar di angka dari yang paling rendah sampai yang tertinggi 148,9 mm – 277,7 mm. Selain itu tidak terdapatnya hubungan antara curah hujan dan kasus malaria dikarenakan data iklim curah hujan tidak terlalu representatif untuk mencakup seluruh wilayah kecamataan yang ada di Kota Manado. Sulasmi, dkk (2017) Mengatakan bahwa Curah hujan tidak berpengaruh secara langsung terhadap
kejadian malaria. Parasit malaria dan nyamuk vektor malaria menyadi faktor yang secara langsung mempengaruhi peningkatan insiden malaria, hal ini sejalan dengan pernyataan Evi (2009). Evi mengatakan hubungan malaria dengan curah hujan bersifat relativ dan kompleks meskipun keberadaan air sangat penting untuk tempat perindukan nyamuk, namun curah hujan yang sangat tinggi juga bisa berpengaruh terhadap perindukan nyamuk karena bisa menghanyutkan jentik-jentik nyamuk yang ada.
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dan pembahasan pada penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa:
1. Tidak terdapat hubungan antara suhu dengan insiden malaria di Kota Manado tahun 2011 -2015.
2. Tidak terdapat hubungan antara kelembaban dengan insiden malaria di Kota Manado tahun 2011 -2015
3. Tidak terdapat hubungan antara curah hujan dengan insiden malaria di Kota Manado tahun 2011 -2015
SARAN
Merujuk pada hasil penelitian yang telah dilakukan, berikut ini adalah beberapa saran yang bisa diberikan oleh peneliti:
1. Diperlukan kerjasama lintas sektoral antara Dinas Kesehatan Kota Manado dengan BMKG sebagai landasan untuk membuat keputusan terkait program pencegahan malaria di Kota Manado
9 dalam bentuk pemberian informasi terkait kondisi iklim oleh pihak BMKG kepada Dinas Kesehatan
2. Kebijakan pemerintah untuk melakukan pelatihan tatalaksana kasus untuk Dokter Tenaga Kesehatan di Puskesmas dan Rumah Sakit
3. Masyarakat diharapkan dapat menerapkan pola hidup sehat dan membudayakan budaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus di lingkungan tempat tinggal.
4. Untuk peneliti lainnya yang akan melakukan penelitian yang sama, diharapkan agar mampu menggunakan jangka waktu studi yang lebih lama (lebih dari 5 tahun) karena pada dasarnya perubahan iklim dapat terjadi dalam jangka waktu yang lama dan waktu yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA
Balitbangkes Kemenkes RI. 2013.
Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kemenkes RI Badan Pusat Statistik Kota Bandung. Suhu Udara di Kota Bandung Berdasarkan Bulan. 2014 BMKG, Badan Meteorologi, Klimatologi
dan Geofisika Manado. 2015
BMKG, 2017. Badan Meteorologi, Klimatologi & Geofisika Pusat : Prakiraan Cuaca (Online) diakses di www.bmkg.co.id pada 17 November 2017
Climate-Data. Iklim Kota Manado. (Online) diakses di
https://id.climate-data.org/location/3901/ pada 10 April 2017
Dinkes Manado. 2015. Profil Kesehatan Kota Manado. Manado: Dinkes Kota Manado
Dinkes Kota Manado. 2015. Tentang Angka Malaria Kota Manado. Dirjen P2PL.Kemenkes RI. 2011. Buku
Saku Menuju Eliminasi Malaria. Jakarta: Kemenkes RI
Harijanto. (2010). Malaria Epidemologi, Patogenesis, Manifestasi Klinis Dan Penanganan. Jakarta: EGC.
Keadaan Geografis Kota Manado. Diakses di: https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Ma nado#Geografi
Notoatmodjo S. 2010.Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Notoatmodjo S. 2011. Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta
Sulasmi, Sri., Setyaningtyas, Dian Eka., Rosanji, Akhmad,, Rahayu, Nita. 2017. Pengaruh curah hujan, kelembaban, dan temperatur terhadap prevalensi Malaria di Kabupaten Tanah Bumbu Kalimantan Selatan. (Online). JHECDs, 3 (1), 2017, hal. 22-27 (ejournal.litbang.depkes.go.id/index. php/jhecds/article/download/5063/51 35, diakses tanggal 15 Januari 2018) Sorontou, Y. 2014. Ilmu Malaria Klinik.
Jakarta:EGC
10 Malaria. Yogyakarta:Gosyen Publishing (http://journal.ipb.ac.id/index.php/ent omologi/article/view/6069, diakses tanggal 20 Juni 2016)
WHO, 2016. Health Topics. (Online)
(http://www.who.int/topics/malaria/e n/, diakses tanggal 14 Juni 2016) WHO.2016.Malaria.(Online)
(http://www.who.int/mediacentre/fac tsheets/fs094/en/ diakses tanggal 15 Juni 2016)