• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bab-bab yang lainnya. Konsep merupakan bagian integral dari penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari bab-bab yang lainnya. Konsep merupakan bagian integral dari penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

11 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penelitian, kerangka konsep tidak berdiri sendiri dan terpisah dari bab-bab yang lainnya. Konsep merupakan bagian integral dari penelitian yang bertujuan untuk memahami masalah secara utuh dan menyeluruh. Konsep adalah unsur penelitian yang terpenting dan merupakan definisi yang dipakai oleh para peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun fenomena alami. Dalam penelitian ini, penelusuran atas konsep dan teori disistematis secara komprehensif, mulai dari konsep dan teori implementasi hingga konsep dan teori mengenai pembangunan. 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Teori Implementasi

Masalah pelaksanaan program pembangunan merupakan suatu komitmen politik pemerintah yang bertujuan mempercepat terpenuhinya kebutuhan masyarakat demi beranjak pada proses peningkatan kesejahteraan. Berbagai program pembangunan yang dilakukan beranekaragam, baik yang berwujud fisik maupun non-fisik di daerah perkotaan maupun pedesaan dalam pelaksanaannya tidak semua berjalan lancer mencapai tujuan yang telah ditetapkan bersama.

Secara etimologis pengertian implementasi menurut Kamus Webster (Wahab, 1997:64)yaitu: Konsep implementasi berasal dari bahasa inggris

(2)

12 yaitu to implement. Dalam kamus besar webster, to implement (mengimplementasikan) berati to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); dan to give practical effect to (untuk menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu).

Majone dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2002), mengemukakan implementasi sebagai evaluasi. Browne dan Wildavsky (dalam Nurdin dan Usman, 2004:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah perluasan aktivitas yang saling menyesuaikan”. Pengertian implementasi sebagai aktivitas yang saling menyesuaikan juga dikemukakan oleh Mclaughin (dalam Nurdin dan Usman, 2004). Adapun Schubert (dalam Nurdin dan Usman, 2002:70) mengemukakan bahwa ”implementasi adalah sistem rekayasa.”

Dalam ensikopledia administrasi dikemukakan bahwa implementasi adalah “aktivitas atau usaha-usaha yang dilakukan untuk melancarkan semua rencana-rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, siapa yang melakukan, dimana tempat dilaksanakan, kapan waktu berakhirnya dan bagaimana cara yang harus dilaksanakan”.

Sehubungan dengan keberhasilan dalam mengimplementasikan suatu program, Van Meter dan Van Horn (dalam Subarsono, 2005:99)

(3)

13 mengemukakan enam variabel yang mempengaruhi kinerja implementasi yakni:

1) Standar dan Sasaran Kebijakan

Standar dan sasaran kebijakan harus jelas dan terukur sehingga dapat direalisasikan. Apabila standard dan sasaran kebijakan kabur, maka akan terjadi multiimplementasi dan mudah menimbulkan konflik diantara para agen implementasi.

2) Sumber Daya

Implementasi kebijakan perlu dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia maupun sumber daya non manusia.

3) Komunikasi antar organisasi dan penguatan aktivitas Dalam implementasi program perlu dukungan dan koordinasi dengan instansi lain. Untuk ini diperlukan koordinasi dan kerja sama antar instansi bagi keberhasilan suatu program.

4) Karakteristik agen pelaksana

Agar pelaksana mencakup struktur birokrasi, norma-norma, dan pola-pola hubungan yang terjadi dalam birokrasi, yang semuanya akan mempengaruhi implementasi suatu program.

5) Kondisi sosial, ekonomi dan politik

Variabel ini mencakup sumber daya ekonomi, lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan implementasi kebijakan, sejauh mana

(4)

14 kelompok-kelompok kepentingan dapat memberikan dukungan bagi implementasi kebijakan, karakteristik para partisipan, yakni mendukung atau menolak, bagaimana sifat opini publik yang ada di lingkungan dan apakah elit politik mendukung implementasi kebijakan.

6) Disposisi implementor

Disposisi implementor ini mencakup tiga hal, yakni (a) respon implementor terhadap kebijakan, yang akan dipengaruhi kemauannya untuk melaksanakan kebijakan, (b) kognisi, yakni pemahamannya terhadap kebijakan, dan (c) intensitas disposisi implementor, yakni preferensi nilai yang dimiliki oleh implementor.

Pengertian tersebut diatas memberikan gambaran bahwa implementasi sebagai suatu aktivitas atau upaya pelaksanaan suatu program kebijaksanaan yang telah ditetapkan dengan menggunakan sumber daya, waktu dan tempat serta tata cara melaksanakan. Berkenaan dengan itu, pengertian implementasi menurut Syukur Abdullah adalah :

“Kegiatan tindak lanjut (setelah program atau kebijaksanaan ditetapkan) yang terdiri atas pengambilan keputusan, langkah-langkah yang strategis maupun operasional yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program kebijaksanaan yang ditetapkan semula”.

(5)

15 Selain itu dikemukakan juga bahwa proses implementasi mengandung tiga (3) unsur :

1. Adanya program (kebijaksanaan), yang merupakan konsep kebijaksanaan sebagai tujuan.

2. Adanya target group, yang merupakan kelompok sasaran sebagai peserta dalam penetapan program.

3. Adanya suatu pelaksanaan (implementer), yang merupakan badan penyelenggara program dengan menggunakan strategi tertentu.

Mengacu pada kedua pengertian tersebut diatas, maka implementasi merupakan rangkaian kegiatan yang bersifat operasional pada suatu program tertentu yang dilaksanakan dengan langkah-langkah strategis guna pencapaian sasaran.

Selain itu juga merupakan suatu kegiatan dari proses penyelenggaraan suatu program yang sah oleh organisasi dengan menggunakan sumber daya serta strategi tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

Suatu proses implementasi dalam kenyataan yang sesungguhnya dapat berhasil, kurang berhasil maupun gagal sama sekali ditinjau dari hasil yang dicapai, karena dalam poses tersebut turut bermain dan terlibat berbagai unsure yang pengaruhnya dapat bersifat mendukung maupun menghambat pencapaian sasaran program (Abdullah, 1987). Berhasil atau terhambatnya

(6)

16 susatu proses implementasi karena ada faktor – faktor atau unsur – unsur yang mempengaruhinya.

Seperti yang di kemukakan oleh Edwards III, bahwa berhasil atau terhambatnya suatu prosese implementasi dipengaruhi oleh empat faktor yaitu;

a) Komunikasi;

b) Sumber Daya (resource); c) Sikap Birokrasi dan Pelaksana; d) Faktor Struktur Birokrasi.

Hal tersebut diatas berbeda dengan pendapat Warwick seperti yang dikutip oleh Abdullah bahwa dalam tahap implementasi berbagai kekuatan akan berpengaruh, baik faktor yang mendorong maupun yang menghambat.

Faktor – faktor yang mendorong menurut Warrick terdiri dari : a) Komitmen pimpinan politik;

b) Kemampuan organisasi;

c) Komitmen para pelaksana (implementer);

d) Dukungan dari kelompok kepentingan (interest group support).

Sedangkan faktor – faktor yang menjadi penghambat adalah sebagai berikut :

a) Banyak pemain (actors);

(7)

17 c) Kerumitan yang melekat pada proyek itu sendiri;

d) Jenjang pengambilan keputusan yang terlalu banyak; e) Faktor lain; waktu dan perubahan pimpinan.

Selanjutnya Grindle mengemukakan bahwa proses implementasi baru mulai apabila tujuan – tujuan dan sasaran telah ditetapkan dan telah tersusun, dana telah siap dan telah disalurkan untuk mencapai sasarn tersebut. Jadi berdasarkan pendapat ahli tersebut diatas, penulis berkesimpulan bahwa suatu proses implementasi baru dapat dimulai apabila terdapat unsur – unsur sebagai berikut :

a) Adanya program yang akan dilaksanakan; b) Sasaran program;

c) Dana yang teralokasi; dan

d) Pelasksana (implementer) program.

2.1.2. Konsep/Teori Corporate Social responsibility ( CSR )

Sebuah perusahaan didirikan dengan tujuan untuk mencari keuntungan. Tetapi dalam pelaksanaannya perusahaan-perusahaan tersebut dituntut untuk bertanggung jawab atas perubahan terhadap lingkungan yang ditimbulkannya. Oleh karena itu konsep Corporate Social Responsibility (CSR) ini penting untuk diketahui dan disosialisasikan baik kepada para pengusaha maupun pada masyarakat. Isu mengenai CSR ini sebetulnya tidaklah terlepas dari etika bisnis dimana terdapat tanggung jawab secara

(8)

18 moral dari perusahaan baik kepada karyawan perusahaan, masyarakat sekitar, maupun terhadap lingkungan.

Community Relations (CR) maupun Community Development (CD) dalam buku Reza Rahman, 2009:10 merupakan program implikasi dari program Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial perusahaan. Definisi CSR sangatlah beragam, bergantung pada visi dan misi korporat yang disesuaikan dengan needs, desire, wants, dan interests komunitas.

Definisi dari Corporate Social Responsibility (CSR) itu sendiri telah dikemukakan oleh banyak pakar. Diantaranya adalah definisi yang dikemukakan oleh Magnan & Ferrel (2004) yang mendefinisikan CSRadalah: “A business acts in socially responsible manner when its decision and account for and balance diverse stake holder interest”.

Definisi tersebut menekankan kepada perlunya memberikan perhatian secara seimbang terhadap kepentingan berbagai stakeholders yang beragam dalam setiap keputusan dan tindakan yang diambil oleh para pelaku bisnis melalui perilaku yang secara sosial bertanggung jawab.

Elkington mengemukakan dalam buku karangan A.B. Susanto bahwa CSR adalah:

(9)

19 jawab sosialnya akan memberikan perhatian kepada peningkatan kualitas perusahaan (profit); masyarakat, khususnya komunitas sekitar (people); serta lingkungan hidup (planet bumi).

Menurut Chambers dalam buku karangan A.B. Susanto CSR adalah: kepedulian terhadap lingkungan hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut peraturan undang-undang. Sebagai suatu komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas lokal, dan masyarakat yang lebih luas.

Secara konseptual, banyak pengertian tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Menurut ISO 26000, CSR adalah tanggung jawab sebuah organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan para pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma perilaku internasional, serta terintegrasi dengan organisasi secara menyeluruh (Rachman, 2011:17).

Corporate Social Responsibility (CSR) adalah sebagai komitmen perusahaan untuk melaksanakan kewajibannya didasarkan atas keputusan untuk mengambil kebijakan dan tindakan dengan memperhatikan para

(10)

20 stakeholder dan lingkungan dimana perusahaan melakukan aktivitasnya yang berlandaskan pada ketentuan hukum yang berlaku (Wahyudi dan Azheri, 2008:36).

Menurut Clement K Sankat (2004), CSR merupakan komitmen usaha untuk bertidak secara etis, beroperasi secara legal dan berkontribusi untuk peningkatan ekonomi, bersamaan dengan peningkatan kualitas hidup karyawan, keluarganya, komunitas lokal dan masyarakat secara luas.

Menurut definisi yang diungkapkan oleh THE JAKARTA CONSULTING GROUP CSR adalah :

“Tanggung jawab sosial ini diarahkan baik ke dalam (internal) maupun ke luar (eksternal) perusahaan. Ke dalam, tanggung jawab ini diarahkan kepada pemegang saham dalam bentuk profitabilitas dan pertumbuhan (Reza Rahman, Loc cit., h. 10)”.

Sedangkan menurut WBCSD (2002) Corporate Social Responsibility merupakan komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, berikut komunitas – komunitas setempat (lokal), masyarakat secara keseluruhan, dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Menurut European Commission CSR merupakan sebuah konsep dengan mana perusahaan mengintegrasikan perhatian terhadap sosial dan

(11)

21 lingkungan dalam opersai bisnis mereka dan dalam interaksinya dengan para pemangku kepentingan (stakeholders) berdasarkan prinsip kesukarelaan.

Seperti diketahui, pemegang saham telah menginvestasikan sumber daya yang dimilikinya guna mendukung berbagai aktivitas operasional perusahaan, dan oleh karenanya mereka akan mengharapkan profitabilitas yang optimal serta pertumbuhan perusahaan sehingga kesejahteraan mereka di masa depan juga akan mengalami peningkatan. Oleh karenanya perusahaan harus berjuang keras agar memperoleh laba yang optimal dalam jangka panjang serta senantiasa mencari peluang bagi pertumbuhan di masa depan. Di samping kepada pemegang saham, tanggung jawab sosial ke dalam ini juga diarahkan kepada karyawan. Karena hanya dengan kerja keras, kontribusi, serta pengorbanan merekalah perusahaan dapat menjalankan berbagai macam aktivitasnya serta meraih kesuksesan. Oleh karenanya perusahaan dituntut untuk memberikan kompensasi yang adil serta memberikan peluang pengembangan karir bagi karyawannya. Tentu saja hubungan antara karyawan dengan perusahaan ini harus di dasarkan pada prinsip hubungan yang saling menguntungkan (mutually beneficial). Artinya perusahaan harus memberikan kompensasi yang sesuai dengan prinsip-prinsip keadilan, namun di lain pihak karyawan pun dituntut untuk memberikan kontribusi yang maksimal bagi kemajuan perusahaan.

(12)

22 2.1.3. Konsep/Teori Pembangunan

Mengenai pengertian pembangunan, para ahli memberikan definisi yang bermacam-macam seperti halnya perencanaan. Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda oleh satu orang dengan orang lain, daerah yang satu dengan daerah lainnya, Negara satu dengan Negara lain. Namun secara umum ada suatu kesepakatan bahwa pembangunan merupakan proses untuk melakukan perubahan (Riyadi dan Deddy Supriyadi Bratakusumah, 2005).

Siagian (1994) memberikan pengertian tentang pembangunan sebagai “Suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Sedangkan Ginanjar Kartasasmita (1994) memberikan pengertian yang lebih sederhana, yaitu sebagai “suatu proses perubahan ke arah yang lebih baik melalui upaya yang dilakukan secara terencana”.

Pembangunan (development) adalah proses perubahan yang mencakup seluruh system sosial, seperti politik, ekonomi, infrastruktur, pertahanan, pendidikan dan teknologi, kelembagaan, dan budaya (Alexander 1994). Portes (1976) mendefenisiskan pembangunan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan adalah proses

(13)

23 perubahan yang direncanakan untuk memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat.

Menurut Deddy T. Tikson (2005) bahwa pembangunan nasional dapat pula diartikan sebagai transformasi ekonomi, sosial dan budaya secara sengaja melalui kebijakan dan strategi menuju arah yang diinginkan. Transformasi dalam struktur ekonomi, misalnya, dapat dilihat melalui peningkatan atau pertumbuhan produksi yang cepat di sektor industri dan jasa, sehingga kontribusinya terhadap pendapatan nasional semakin besar. Sebaliknya, kontribusi sektor pertanian akan menjadi semakin kecil dan berbanding terbalik dengan pertumbuhan industrialisasi dan modernisasi ekonomi. Transformasi sosial dapat dilihat melalui pendistribusian kemakmuran melalui pemerataan memperoleh akses terhadap sumber daya sosial-ekonomi, seperti pendidikan, kesehatan, perumahan, air bersih,fasilitas rekreasi, dan partisipasi dalam proses pembuatan keputusan politik. Sedangkan transformasi budaya sering dikaitkan, antara lain, dengan bangkitnya semangat kebangsaan dan nasionalisme, disamping adanya perubahan nilai dan norma yang dianut masyarakat, seperti perubahan dan spiritualisme ke materialisme/sekularisme. Pergeseran dari penilaian yang tinggi kepada penguasaan materi, dari kelembagaan tradisional menjadi organisasi modern dan rasional.

(14)

24 2.2. Kerangka Konseptual

Gambar 1 Bagan Kerangka Konseptual

Dampak Corporate Social

Responsibility PT Semen Tonasa terhadap Pembangunan Kabupaten Pangkep :

- Dampak terhadap Pendidikan - Dampak terhadap Kesehatan - Dampak terhadap Pembangunan

Infrasturktur Corporate Social Responsibility

PT Semen Tonasa

Indikator CSR PT Semen Tonasa : - Program Kemitraan

- Program Bina Lingkungan

Faktor – faktor yang mempengaruhi pelaksanaan CSR

a. Faktor Pendukung b. Faktor penghambat Implementesi Corporate Social

Responsiblity (CSR) PT Semen Tonasa terhadap pembangunan di Kabupaten Pangkep

Gambar

Gambar 1 Bagan Kerangka Konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Kompetensi Sumber Daya Manusia, Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan, Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Sistem Pengendalian Internal Terhadap Kualitas

Karakteristik substrat maupun sedimennya pada Kawasan Pantai Ujong Pancu sendiri memiliki karateristik sedimen yang didominasi oleh pasir halus dimana pada

Biaya total merupakan biaya keseluruhan yang diperlukan untuk mengoperasikan suatu mesin dan merupakan penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap dan dinyatakan dalam

(2006), “Analisis faktor psikologis konsumen yang mempengaruhi keputusan pembelian roti merek Citarasa di Surabaya”, skripsi S1 di jurusan Manajemen Perhotelan, Universitas

4.. Dari 3 indikator kinerja yang ada, semua sudah melampaui target yang ditetapkan. Secara umum capaian semua indikator pada sasaran Meningkatnya kualitas dan

JLN BUNGA RAYA KECIL,, KG DATO SULAIMAN MENTERI,, 81100, JOHOR

Berdasarkan analisis kedua tabel peluang dan ancaman di atas, nilai hasil faktor eksternal yang ada untuk meningkatkan pengelolaan air limbah domestik Kecamatan

Progressivisme tidak menetapkan tujuan pendidikan terlebilt dahulu, tetapi peserta didik diberi kebebasan untuk menetapkan sendiri tujuan pendidikarmya.133 Akan tetapi ada satu