• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIMPULAN. Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan. penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan keseluruhan uraian dapat disimpulkan penemuan penelitian sebagai berikut. Pertama, penulisan atau penyalinan naskah-naskah Jawa mengalami perkembangan pesat pada masa kebangkitan kembali sastra Jawa pada abad ke-18 dan ke-19. Keraton Yogyakarta sebagai salah satu pusat kegiatan sastra banyak menghasilkan karya-karya sastra Islam, khususnya pada masa pemerintahan Sultan Hamengku Buwana V (HB V) yang merupakan masa puncak produktivitas naskah. Salah satu naskah Jawa paling populer yang dihasilkan pada masa Sultan Hamengku Buwana V adalah naskah Serat Ambiya. Naskah yang memiliki judul Serat Ambya atau Serat Ki Brangta Wredayu ini termasuk dalam naskah Serat Ambiya yang menceriterakan seratus nabi, mulai dari Nabi Adam sampai Nabi Muhammad. Naskah ini memiliki kandungan tentang teladan para nabi dan ajaran Islam ini, sehingga mempunyai peranan penting dan menjadi pedoman bagi orang Islam. Naskah Serat Ambiya skriptorium HB V ini diiluminasi dengan indah, yang menjadi aspek visual dalam naskah Jawa yang menonjol.

Iluminasi menjadi bagian atau unsur yang tak terpisahkan dan memiliki peranan penting dalam tradisi penyalinan naskah

(2)

Jawa pada masa Islam, khususnya pada abad ke-18 dan 19 yang berpusat di keraton. Pemberian iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V dan naskah-naskah Jawa masa Islam berkaitan dengan empat aspek, yaitu: (1) Aspek hias, sebagai hiasan untuk memberikan keunikan pada naskah sebagai artefak buatan tangan, dan memberikan akses menuju pada teks; (2) Aspek agama, yakni untuk mengilhami pembaca sehingga mengagumi keindahan naskah yang memiliki nilai spiritual; (3) Aspek sosial-politik, menjadikan naskah sebagai manifestasi politik untuk meningkatkan status sosial penguasa.

Iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V memiliki fungsi personal, fungsi sosial, dan fungsi fisik. Iluminasi memiliki fungsi personal, yaitu sebagai pemenuhan naluri keindahan atau kebutuhan untuk mengungkapkan ekspresi keindahan atau ide dan perasaan penciptanya. Fungsi sosial iluminasi yang mencakup: (1) Fungsi spiritual, yakni sebagai gerbang (gateway) menuju ke halaman batin teks, dan sebagai wujud penghargaan terhadap naskah Serat Ambiya skriptorium HB V yang dianggap penting; (2) Fungsi edukatif, yaitu untuk menarik perhatian pembaca untuk mempelajari isi naskahnya, dan proses penciptaan iluminasi menjadi media pengenalan terhadap karaya seni tradisi; (3) Fungsi komunikasi, yaitu menjadi sarana untuk mengkomunikasikan atau

(3)

menunjukkan kemuliaan raja, yang disebut dengan ‘kultus kemegahan’ untuk meningkatkan kewibawaan raja; dan (4) Fungsi politis dan peneguhan kedudukan raja, yaitu untuk meningkatkan kedudukan dan kewibawaan raja. Iluminasi juga memiliki fungsi politik yang terkait dengan adanya persaingan antara keraton Kasunanan Surakarta dan keraton Kasultanan Yogyakarta pada era baru, yakni untuk membuktikan diri sebagai ahli waris budaya Mataram Islam zaman Kartasura. Fungsi fisik iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V adalah menjadikan penampilan naskah secara fisik semakin indah dan lebih menarik dalam arti estetis, serta menjadi lebih bernilai.

Kedua, iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium Hamengku Buwana V sebagai bentuk karya seni terdiri dari unsur-unsur atau komponen pokok yang berupa ornamen. Ornamen dalam iluminasi terdiri dari: (1) Motif flora terdiri dari motif sulur dan lung, bunga teratai, bunga melati dan bunga ceplok, serta paduan motif daun, bunga, dan batang dalam bentuk menyerupai bentuk motif pohon hayat. Tidak semua jenis motif flora dapat diidentifikasi dengan jelas, karena penggunaan motif flora dalam iluminasi lebih menekankan pada fungsi hiasnya; (2) Motif fauna yang terdiri dari ular atau naga, ikan, gajah, burung garuda dan merak; (3) Motif manusia yang diwujudkan dalam

(4)

bentuk raksasa; dan (4) Motif pemandangan dan benda-benda teknologis. Motif-motif dalam iluminasi bersumber pada khasanah ragam hias Jawa pra Islam, yang merupakan local genius, yang memberi ciri khas pada iluminasi. Motif-motif ditampilkan secara repetitif dalam susunan setangkup atau simetris. Ornamen dalam iluminasi naskah Serat Ambiya skriptorium HB V bercorak dekoratif seperti corak sunggingan pada wayang kulit, yang menjadi ciri khas iluminasi dari Keraton Yogyakarta.

Iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V terdiri dari hiasan bingkai, hiasan tanda baca, dan hiasan rubrikasi. Hiasan bingkai terdiri dari dua bentuk, yaitu wadana renggan (bangun berulang) dan wadana gapuran (gerbang) yang memiliki bentuk menyerupai bangunan candi atau gerbang (gapura). Pada umumnya iluminasi berwarna-warni, berlapis prada emas, dan penuh hiasan dekoratif yang bersifat simbolis.

Akulturasi antara unsur-unsur Islam dengan unsur-unsur budaya Jawa telah menyebabkan terjadinya perubahan. Iluminasi yang berasal dari seni Islam, diadopsi dan diterapkan dengan memasukkan unsur hias lokal. Seni hias yang telah ada sejak masa pra-Islam, oleh penyungging naskah diolah dan disesuaikan dengan kebutuhan, yang menyebabkan terjadinya perubahan dalam iluminasi, baik bentuk maupun fungsinya. Pada awalnya bentuk iluminasi pada naskah Jawa mengacu pada iluminasi

(5)

mushaf Al Qur’an, dan kemudian munculnya bentuk iluminasi yang berbeda dengan uluminasi mushaf Al Qur’an, serta muncul pula iluminasi berbentuk gerbang (gapura) yang disebut dengan wadana gapuran dan ornamen berupa motif fauna dan motif manusia dalam iluminasi. Perubahan juga terjadi pada fungsi dan makna iluminasi, yang awalnya iluminasi untuk memberikan pencahayaan pada teks, namun kemudian iluminasi memiliki makna simbolis sebagai pintu masuk atau gerbang menuju teks yang dianggap sakral. Perubahan ini terjadi karena adanya pengaruh tradisi seni lokal dari masa pra-Islam dalam iluminasi.

Ketiga, iluminasi dalam naskah Serat Ambiya skriptorium HB V merupakan tanda-tanda yang bersifat simbolis. Berdasarkan sintaksisnya, iluminasi merupakan representasi visual, yang dapat dipilah-pilah ke dalam elemen dasar bahasa visual yang berupa motif-motif. Motif-motif dalam iluminasi, seperti motif geometris, flora, fauna, manusia, pemandangan dan benda-benda teknologis, merupakan elemen dasar iluminasi. Motif-motif tersebut senantiasa ditampilkan secara berulang membentuk rangkaian atau jalinan motif-motif atau jalinan tanda-tanda. Antara motif satu dengan motif lainnya memiliki relasi yang terjalin membentuk sebuah teks visual yaitu iluminasi.

Dari aspek semantiknya, tanda-tanda dalam iluminasi memiliki relasi dengan makna tanda sebelum digunakan

(6)

(designata) atau objek-objek yang diacunya. Dalam proses penciptaan iluminasi, penyungging melakukan kegiatan produksi tanda, dengan pemilihan bentuk iluminasi, motif-motif hias sesuai dengan tema ceritera, warna dan sebagainya.

Motif hias dalam iluminasi naskah Serat Ambiya skriptorium HB V merupakan tanda-tanda yang bersifat ikonik dan indeksikal, namun lebih bersifat simbolis. Makna simbolis dalam iluminasi umumnya mengacu pada objek-objek yang telah digunakan sejak masa pra Islam, yang kemudian digunakan dalam iluminasi. Penggunaan motif-motif tersebut dan makna simbolisnya disesuaikan dengan tema kisah dalam teks naskah Serat Ambiya, atau disesuaikan dengan nilai Islam.

Berdasarkan aspek pragmatiknya, tanda-tanda dalam iluminasi naskah Serat Ambiya skriptorium HB V memiliki hubungan dengan interpreter (pemakai). Pragmatik berkaitan dengan aspek-aspek komunikasi, khususnya fungsi situasional yang menjadi latar pembentukan tanda-tanda. Motif-motif hias yang berfungsi sebagai tanda-tanda dalam iluminasi, penggunaannya disesuaikan dengan isi teks yang diiluminasi, sehingga setiap iluminasi berbeda motifnya. Pemilihan motif-motif dalam menggambarkan isi tiap kisah juga mengacu pada simbol-simbol konvensional yang telah melekat pada motif.

(7)

Secara denotatif iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V adalah setangkup hiasan berbentuk bangun berulang (wadana renggan) atau gapura (wadana gapuran) yang membingkai teks. Iluminasi pada naskah Serat Ambiya skriptorium HB V secara konotatif adalah gerbang menuju ke bagian dalam teks naskah Serat Ambiya yang dianggap sakral atau dimuliakan. Makna iluminasi pada naskah Serat Ambiya berbeda dengan makna iluminasi pada mushaf Al Qur’an, yaitu sebagai pencahayaan terhadap teks berupa ayat-ayat suci.

Iluminasi pada naskah Serat Ambiya Skriptorium HB V mengandung makna simbolis, yaitu: (1) visualisasi simbolis berkaitan dengan kisah dalam teks; (2) gerbang menuju teks sakral atau mulia; (3) lambang kekuatan, kesaktian, keberanian, kesucian, kebesaran, kewibawaan, keluhuran, kekuasaan, keunggulan, kewaskitaan, kesuburan, kesejahteraan, dan keselamatan; (4) sebagai peneguhan ketauhidan atau keimanan kepada Tuhan, serta peneguhan kekuasaan sultan sebagai pewaris yang sah dari dinasti Mataram Islam.

Penelitian ini memiliki implikasi strategis bagi upaya menciptakan teori estetika yang terkait dengan karya-karya seni tradisi di Jawa yang merupakan hasil akulturasi budaya antara unsur-unsur budaya Jawa dengan unsur-unsur Islam. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai model untuk melakukan

(8)

kajian yang sama terhadap karya-karya seni tradisi di Jawa. Dengan demikian, penelitian iluminasi pada naskah-naskah Jawa ini memiliki implikasi positif untuk mendorong penelitian-penelitian sejenis dengan objek iluminasi dan karya-karya seni Jawa yang lainnya.

Referensi

Dokumen terkait

Mengikutsertakan hasil riset khususnya RIFOS (hasil yang sudah diaplikasikan) dalam kompetisi pengabdian masyarakat yang diadakan universitas tertentu. Membagikan kegiatan riset

Ia juga adalah teman masa kecil Ami yang mengetahui sifat asli Ami seperti apa, tetapi karena itu juga, ia berusaha membuat Ami berteman dengan Taiga agar Ami bisa

22) The Upper Semarang Land Conservation and Poverty Allevation Project (PMR) pada Kementerian Dalam Negeri PPID Deputi  Perekonomian Dirwas 4 Jakarta    Juni 

1216 SMA Islam Terpadu Al Kafi Cigedug Kab... 1287 SMA Bina Bhakti

Buku-buku praktis memang harus disediakan khusus bagi kaum miskin kota atau desa untuk menunjang kegiatan bersama dengan NGO atau Perpustakaan Nasional menjalankan program

ITPC Hamburg dan KBRI Berlin memfasilitasi pengusaha Jerman dan Indonesia Dalam rangka meningkatkan hubungan dagang antara Indonesia dengan Jerman, pihak ITPC Hamburg dan KBRI

Dari gambar dapat dilihat bahwa kecenderungan nilai konsekuensi flammable pada perubahan tekanan adalah linier pada berbagai pada ukuran lubang.. Kemiringan kurva semakin

Sistem peringatan dini ini menggunakan dua sensor untuk mengukur tinggi permukaan air menggunakan sensor ultrasonik dan sensor pendukung untuk mengukur kedalaman air