• Tidak ada hasil yang ditemukan

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

VI. AKSES MASYARAKAT NELAYAN TERHADAP SUMBER DAYA PERIKANAN

PERAIRAN UMUM LEBAK LEBUNG

Akses dapat bermakna sebagai kemampuan dan karena itu permasalahan akses dapat dilihat dalam tatanan hubungan sosial yang lebih luas (bundle of

powers) yang mengakibatkan seseorang mampu memperoleh keuntungan dari

sumber daya tanpa mengindahkan ada tidaknya hubungan properti (bundle of

rights). Konsep akses seperti ini memfasilitasi analisis secara mendasar mengenai

siapa yang memanfaatkan (dan tidak memanfaatkan) sesuatu, dengan cara seperti apa, dan kapan (dalam situasi seperti apa), termasuk illegal access (Ribot dan Peluso, 2003). Selanjutnya dikemukakan pula bahwa analisis akses adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memetakan mekanisme perolehan, pemeliharaan, dan pengendalian akses. Dalam hal ini, proses analisis akses meliputi: a) identifikasi dan pemetaan alur keuntungan dari kepentingan masing-masing aktor; b) identifikasi mekanisme masing-masing-masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan; dan c) analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh.

Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat di ekstraksi dengan menggunakan teknologi, sehingga mereka yang memiliki akses terhadap teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan terhadap yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan (termasuk juga teknologi) yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain.

6.1 Akses pada Masa Pemerintahan Marga

Untuk mendapatkan hak usaha penangkapan ikan, nelayan sebagai anggota masyarakat yang melaksanakan usaha penangkapan ikan pada prinsipnya harus mengikuti proses pelelangan yang diadakan oleh pemerintah Marga, yang berlangsung di kantor Marga. Untuk wilayah penelitian ini, masyarakat Desa

(2)

Berkat harus mengikuti pelaksanaan pelelangan yang diadakan pada kantor Marga Sirah Pulau Padang (saat ini berada di ibukota kecamatan Sirah Pulau Padang, yang terletak di desa Sirah Pulau Padang). Pelelangan tersebut dilakukan setiap tahun sekitar bulan November atau Desember untuk masa usaha penangkapan ikan pada tahun berikutnya. Pelelangan dilaksanakan dengan cara penawaran meningkat, tetapi tidak ada harga standar yang ditetapkan oleh panitia lelang. Penetapan harga pertama kali dilakukan oleh juru lelang yang menawarkan pertama kali kepada para peserta lelang.

Bagi nelayan yang memenangkan pelelangan, maka diharuskan membayar secara tunai pada saat pemenang lelang ditetapkan oleh juru lelang. Panitia Lelang adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk oleh Pemerintah Marga yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Lelang Lebak Lebung, yang secara langsung diawasi oleh Pasirah (Kepala Marga). Tidak ada Pengawas Lelang yang berasal dari unsur pemerintahan diatasnya, termasuk tidak ada pula pengawasan dari Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten OKI. Juga tidak ada Peninjau Lelang atau Perorangan atau Lembaga atau Badan Hukum yang secara sukarela ikut dalam pengawasan pelaksanaan lelang.

Peserta Lelang adalah perorangan yang terdaftar sebagai penduduk pada wilayah Marga yang bersangkutan sebagai calon pengemin yang berminat untuk menawar/melelang 1 (satu) atau lebih objek lelang. Dalam proses pelelangan, dimulai dengan pengarahan dari Pasirah (sebagai Kepala Marga; juga sebagai Pengawas dan Ketua Panitia Lelang) yang mengemukakan bahwa “proses pelelangan yang diadakan merupakan mekanisme yang dilakukan untuk penetapan hak usaha penangkapan ikan pada seseorang yang memang berhak untuk mengusahakannya”.

Objek lelang adalah bagian perairan umum lebak lebung dengan batas-batas menggunakan ciri-ciri alam yang terdapat di sekitarnya, seperti pohon-pohon tanaman tahunan dan alur sungai, yang ditetapkan oleh pemerintahan Marga yang dibantu oleh para staf Marga; termasuk Pembarab, Penggawo dan Kerio. Masa penguasaan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung yang dilelang tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada tanggal 1 Januari hingga 31 Desember tahun berikutnya. Proses pelelangan dilakukan

(3)

dengan penawaran harga yang meningkat, yang dilakukan secara tertib serta pembayaran dilakukan secara tunai. Kemudian, bagi mereka yang dinyatakan sebagai pemenang dan kemudian tidak dapat membayar secara tunai, maka pemenang lelang dipindahkan kepada penawar tertinggi kedua.

Dengan dasar pengemin yang ada di desa Berkat hanya satu orang, maka akses masyarakat nelayan yang lainnya yang ingin melaksanakan usaha penangkapan ikan pada perairan lebak lebung harus mendapatkan hak usaha dari pengemin dengan cara sewa secara individu. Anggota masyarakat atau nelayan yang menyewa perairan untuk melaksanakan usaha penangkapan ikan disebut “bekarang”. Lama waktu penguasaan hak usaha tersebut sesuai dengan perjanjian hasil mufakat antara nelayan dan pengemin.

Bagi sebagian nelayan ada yang hanya menyewa pada saat air berada di perairan lebak atau perairan lebak dan sungainya. Bagi nelayan yang yang hanya menyewa pada perairan lebak atau lebak dan sungainya, penggunaan alat tangkap ditetapkan oleh pihak pengemin. Kemudian, ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga harus dijual kepada pihak pengemin dengan harga yang ditentukan oleh pengemin meskipun menurut mereka berdasarkan harga yang berlaku di pasaran. Terkait dengan pengadaan alat tangkap dan perahu serta sarana penangkapan lainnya dapat saja diadakan oleh nelayan sendiri atau diadakan oleh pihak pengemin. Lama waktu pengusahaan penangkapan ikan di perairan lebak dan sungainya berkisar antara 8 – 9 bulan yang berlangsung sekitar bulan Maret hingga Nopember. Sementara untuk nelayan yang menyewa pada perairan lebak hanya berlangsung sekitar 5-6 bulan atau berkisar bulan Maret hingga Juli. Pada perairan lebak, biasanya pada bulan Juni atau Juli masyarakat petani sudah mulai mengolah tanah untuk menanam padi di sawah lebak.

Penguasaan lebung merupakan perairan umum hak bersama antara pengemin dan pemilik sawah dimana lebung tersebut berada. Jika pengemin ingin mendapatkan ikan hasil tangkapan pada perairan lebung, maka harus membayar separuh harga yang ditetapkan secara bersama oleh kedua belah pihak. Begitu pula sebaliknya jika pemilik sawah yang menginginkan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan di perairan lebung tersebut. Setelah dicapai kesepakatan di antara pengemin dan pemilik sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di

(4)

dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan kepada pihak lainnya.

Bagi nelayan atau anggota masyarakat yang memenangkan pelelangan yang dilakukan oleh Pelaksana Lelang, berhak melaksanakan usaha penangkapan ikan dengan cara dan alat tangkap apapun, sesuai dengan ketentuan yang diperbolehkan peraturan perundang-perundangan yang berlaku. Pengemin dalam prakteknya tidak menangkap sendiri ikan yang ada dalam satu wilayah objek lelang tersebut, melainkan juga menyewakannya kepada seseorang atau sekelompok nelayan lainnya. Pengemin dalam hal ini berhak mengatur alat dan cara penangkapan yang harus diikuti oleh nelayan penyewa.

Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang, maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin.

Adapun aktor yang terlibat dalam pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan Marga adalah masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan pemerintah Marga (Kepala Marga dan perangkatnya). Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh ketiga aktor diatas, yaitu masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, serta pemerintah Marga. Masyarakat nelayan dalam hal ini terbatas hanya masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah Marga saja yang dapat memanfaatkan sumber daya perikanan perairan umum dalam wilayah Marga tersebut, sehingga tidak banyak terjadi persaingan yang ketat di antara masyarakat. Pedagang atau pemilik modal yang berada dalam wilayah Marga tersebut jumlahnya terbatas dan belum banyak berhubungan dengan pedagang lainnya di kota. Sementara

(5)

pemerintah Marga bersifat otonom untuk dapat memanfaatkan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah Marganya.

6.2 Akses pada Masa Pemerintahan Kabupaten

Hak usaha penangkapan ikan, didapatkan masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten pada prinsipnya harus mengikuti proses pelelangan yang diadakan oleh pemerintah kabupaten, melalui Panitia Pelaksana Lelang yang berada pada tingkat kecamatan. Untuk wilayah penelitian ini, masyarakat desa Berkat harus mengikuti pelaksanaan pelelangan yang diadakan pada kantor Kecamatan Sirah Pulau Padang. Pelelangan tersebut dilakukan setiap tahun sekitar bulan Oktober sampai dengan Desember untuk masa usaha penangkapan ikan pada tahun berikutnya.

Pelelangan dilaksanakan dengan cara penawaran meningkat dengan harga standar yang ditetapkan oleh panitia lelang. Penetapan harga standar ini merupakan kewenangan Bupati Kabupaten Ogan Komering Ilir yang ditetapkan setiap tahunnya atas usulan Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Kab. OKI). Bagi nelayan yang memenangkan pelelangan, maka diharuskan membayar secara tunai pada saat pemenang lelang ditetapkan oleh juru lelang (biasanya orang yang mengetahui batas-batas perairan pada masa pemerintahan Marga).

Berdasarkan batasan-batasan yang dikemukakan dalam peraturan daerah, yang dimaksud dengan Panitia Lelang adalah suatu kepanitiaan yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan Lelang Lebak Lebung. Pengawas Lelang adalah suatu unit dari Panitia Lelang yang bertindak sebagai pejabat pengawas pelaksanaan lelang lebak lebung, Pelaksana Lelang adalah suatu unit / sub unit dari Panitia Lelang yang bertanggungjawab atas pelaksanaan lelang. Peninjau Lelang adalah Perorangan atau Lembaga atau Badan Hukum yang secara sukarela ikut dalam pengawasan pelaksanaan lelang. Peserta Lelang adalah Perorangan atau Koperasi yang terdaftar pada Pelaksana Lelang sebagai calon pengemin yang berminat untuk menawar/melelang 1 (satu) atau lebih objek lelang.

(6)

Dalam proses pelelangan, dimulai dengan pengarahan dari pejabat (berasal dari Panitia Lelang) yang isinya mengemukakan bahwa “proses pelelangan yang diadakan merupakan mekanisme yang dilakukan untuk mendapatkan hak usaha penangkapan ikan pada suatu objek lelang”. Objek lelang adalah bagian perairan umum lebak lebung dengan batas-batas menggunakan ciri-ciri alam yang terdapat disekitarnya, seperti pohon-pohon tanaman tahunan dan alur sungai, yang ditetapkan sejak pemerintahan Marga. Masa penguasaan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung yang dilelang tersebut adalah satu tahun yang dimulai pada bulan Januari hingga Desember tahun berikutnya.

Proses pelelangan dilakukan dengan penawaran harga yang meningkat dari harga standar yang telah ditetapkan, yang dilakukan secara tertib serta pembayaran dilakukan secara tunai. Kemudian, bagi mereka yang dinyatakan sebagai pemenang dan kemudian tidak dapat membayar secara tunai, maka pemenang lelang dipindahkan kepada penawar tertinggi kedua. Setelah adanya pengarahan tersebut, maka proses pelelangan dimulai oleh juru lelang (salah satu dari panitia lelang) dengan cara menawarkan harga standar objek lelang yang telah ditetapkan melalui Surat Keputusan (SK) Bupati.

Bagi sebagian nelayan ada yang hanya menyewa pada saat air berada di perairan lebak atau perairan lebak dan sungainya. Bagi nelayan yang yang hanya menyewa pada perairan lebak atau lebak dan sungainya, penggunaan alat tangkap ditetapkan oleh pihak pengemin. Kemudian, ikan hasil tangkapan nelayan penangkap juga harus dijual kepada pihak pengemin dengan harga yang ditentukan oleh pengemin. Terkait dengan pengadaan alat tangkap dan perahu serta sarana penangkapan lainnya dapat saja diadakan oleh nelayan sendiri atau diadakan oleh pihak pengemin.

Pada perairan lebung merupakan hak bersama antara pengemin dan pemilik sawah dimana lebung tersebut berada. Jika pengemin ingin mendapatkan ikan hasil tangkapan pada perairan lebung, maka harus membayar separuh harga yang ditetapkan secara bersama oleh kedua belah pihak. Begitu pula sebaliknya jika pemilik sawah yang menginginkan untuk mendapatkan ikan hasil tangkapan di perairan lebung. Setelah dicapai kesepakatan di antara pengemin dan pemilik

(7)

sawah terkait dengan nilai yang diperkirakan terkandung di dalam lebung, maka pihak yang membayar dapat saja mengalihkan hak penangkapan ikan tersebut.

Pada Desa Berkat terdapat satu orang pengemin yang mengatur hak penangkapan ikan yang dilakukan oleh seluruh nelayan penyewa pada seluruh bagian perairan. Hak nelayan penyewa adalah menangkap ikan sesuai dengan alat tangkap dan cara penangkapan ikan yang disetujui pada saat mengutarakan maksud menyewa perairan terhadap pengemin. Pembayaran sewa perairan oleh nelayan penyewa dapat saja dibayar tunai atau dengan cara hutang yang selanjutnya dibayar dengan cara memperhitungkan nilai ikan hasil tangkapannya. Bagi nelayan yang membayar secara tunai dan membeli alat tangkap dengan modal sendiri, ikan hasil tangkapannya bebas untuk dijual kepada pedagang ikan manapun juga, tidak pada pengemin. Sebaliknya bagi penyewa yang berhutang, maka ikan hasil tangkapannya harus dijual kepada pengemin, dengan harga yang ditentukan pengemin.

Aktor yang terlibat dalam pemanfaatan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung pada masa pemerintahan kabupaten adalah masyarakat nelayan, pedagang atau pemilik modal, dan petugas pemerintah kecamatan, desa, kabupaten dan perangkatnya. Keuntungan dengan adanya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum lebak lebung didapatkan oleh keseluruhan aktor diatas. Masyarakat nelayan dalam hal ini tidak terbatas hanya masyarakat nelayan yang bermukim dalam satu wilayah kecamatan (kira-kira setara Marga) saja, tetapi seluruh penduduk yang bermukim di wilayah Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI), sehingga terjadi dominasi pedagang trhadap masyarakat nelayan. Pedagang atau pemilik modal tersebut berada dalam wilayah kabupaten dan jumlahnya banyak dan berhubungan dengan pedagang lainnya di luar kabupaten. Pemerintah kabupaten dalam hal ini bersifat mengatur penggunaan dalam pemanfaatan nilai hasil lelang lebak lebung yang ada pada wilayah kabupaten ini.

6.3 Penyempitan Akses Masyarakat Nelayan

Berdasarkan uraian akses pada masa pemerintahan Marga dan masa pemerintahan kabupaten yang dikemukakan pada point 6.1 dan 6.2 serta masa

(8)

pemerintahan kabupaten selama tahun 2009 dan 2010 (pada perairan lebak lebung yang tidak dilelang; berdasarkan materi Peraturan Desa Berkat No. 1 Tahun 2009), maka analisis proses akses masyarakat terhadap sumber daya perikanan PULL dipaparkan pada Tabel 14. Berdasarkan Tabel 14 terlihat bahwa telah terjadi penyempitan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan pada masa pemerintahan kabupaten jika dibandingkan dengan masa pemerintahan Marga. Hal ini berdampak terhadap perolehan keuntungan bagi masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten menjadi semakin kecil dan sulit untuk didapatkan. Hal ini antara lain dapat diketahui dengan alasan bahwa meskipun pada prinsipnya sistem penguasaan perairan umum melalui sistem “lelang lebak lebung” dapat mengatur nelayan untuk menangkap ikan di perairan umum, tetapi akses yang didapatkan masyarakat nelayan adalah “illegal”. Nelayan hanya mendapatkan akses untuk menangkap ikan dari para pengemin (pemenang lelang)dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pelelangan.

Dengan demikian, “lelang lebak lebung” sebagai kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang ditujukan untuk umum, tidak terbatas kepada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan (full

time fishermen), mengakibatkan nelayan mendapatkan akses yang “illegal”. Hal

ini sesuai dengan hasil penelitian Arifin (1972) yang mengemukakan bahwa sejak tahun 1972 lisensi pada beberapa perairan di Kabupaten Ogan Komering Ilir (termasuk masa pemerintahan Marga) juga didapatkan oleh pedagang / pemilik modal, yang tidak berprofesi sebagai nelayan sama sekali.

(9)

Tabel 14. Analisis Akses Masyarakat Nelayan Terhadap Sumber daya Perikanan Perairan Umum Lebak Lebung Berdasarkan 3 (tiga) Periode Pemerintahan.

Komponen Akses Masa Pemerintahan Marga (hingga tahun 1982)

Masa Pemerintahan Kabupaten (1983-2008)

Masa Pemerintahan Kabupaten (2009-2010)

Pihak yang paling mendapatkan keuntungan

Masyarakat nelayan mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha penangkapan ikan yang mereka lakukan, meskipun modal untuk membayar lelang perairan berasal dari pedagang.

Pedagang yang paling banyak mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha

penangkapan ikan yang dilakukan nelayan, dan pedagang menguasai akses hak usaha penangkapan ikan.

Masyarakat nelayan yang paling mendapatkan keuntungan secara langsung dari hasil usaha

penangkapan ikan, meskipun modal untuk membeli alat tangkap berasal dari pedagang.

Mekanisme

perolehan hak usaha penangkapan ikan;

Hanya masyarakat nelayan memiliki hak suara untuk

mengikuti pelelangan sumber daya perikanan yang diadakan pada setiap Marga.

Seluruh anggota masyarakat dalam wilayah kabupaten memiliki hak yang sama untuk mengikuti dan memenangkan pelelangan hak usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung.

Masyarakat memiliki hak untuk mendaftarkan diri sebagai pihak yang akan melaksanakan usaha penangkapan ikan di perairan umum lebak lebung.

Mekanisme pengendalian

perolehan hak usaha penangkapan ikan

Masyarakat nelayan dibatasi hanya dapat menjadi pengemin pada 3 objek lelang.

Masyarakat tidak dibatasi hanya dapat menjadi pengemin pada 3 objek lelang.

Setiap anggota masyarakat dapat melakukan usaha penangkapan ikan asalkan mendaftarkan diri di Kantor Desa.

Distribusi keuntungan;

Masyarakat nelayan yang utama mendapatkan keuntungan, kemudian pemerintah Marga.

Pedagang yang utama mendapatkan keuntungan, kemudian Pemerintah Daerah;

Masyarakat nelayan yang paling utama mendapatkan keuntungan; Hubungan

kekuasaan terkait mekanisme akses;

Didominasi oleh masyarakat nelayan dalam hubungannya dengan kekuasaan (Pasirah).

Didominasi oleh pedagang dalam hubungannya dengan proses pelelangan (perlu modal dan biaya transaksi yang tinggi), sehingga nelayan sulit mendapatkan akses.

Didominasi oleh masyarakat nelayan dalam hubungannya dengan

Pemerintah Desa.

(10)

Salah satu penyebab terjadinya perolehan hak usaha penangkapan ikan oleh pemilik modal adalah adanya syarat bahwa penawar lelang harus mempunyai uang tunai, sedangkan nelayan sebagian besar tidak mempunyai modal. Padahal, pemilik modal ini tidak pernah langsung mengadakan penangkapan ikan, melainkan hanya mencari keuntungan dengan memperdagangkan surat lelang ini kepada para nelayan penggarap. Surat lelang ini mereka jual kepada nelayan penggarap dengan harga yang relatif tinggi, kadang-kadang mencapai 50 – 100 % lebih tinggi dari harga yang tercantum dalam surat lelang tersebut. Penjualan lisensi hak penangkapan ikan kepada nelayan penggarap sering disertai dengan perjanjian yang mengikat misalnya bahan makanan dan peralatan selama mengadakan penangkapan harus dibeli dari penjual surat lelang yang pembayarannya berupa hasil tangkapan.

6.4 Ikhtisar

Analisis akses adalah suatu proses untuk mengidentifikasi dan memetakan mekanisme perolehan, pemeliharaan, dan pengendalian akses. Dalam hal ini, proses analisis akses meliputi: a) identifikasi dan pemetaan alur keuntungan dari kepentingan masing-masing aktor; b) identifikasi mekanisme masing-masing aktor yang meliputi perolehan, pengendalian, dan pemeliharaan alur dan distribusi keuntungan; dan c) analisis hubungan kekuasaan yang mendasari mekanisme akses yang melibatkan institusi-institusi dimana keuntungan diperoleh.

Dengan dasar bahwa kebanyakan sumber daya hanya dapat di ekstraksi dengan menggunakan teknologi, sehingga mereka yang memiliki akses terhadap teknologi yang lebih tinggi akan memperoleh keuntungan yang lebih banyak dibandingkan terhadap yang tidak memiliki. Sementara, akses modal sering juga disebut sebagai akses terhadap kekayaan dalam bentuk keuangan dan peralatan (termasuk juga teknologi) yang dapat digunakan dalam proses ekstraksi, produksi, konversi, mobilisasi buruh, dan proses lain yang sejalan dengan pengambilan keuntungan dari sesuatu atau orang lain.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa telah terjadi penyempitan akses masyarakat nelayan terhadap sumber daya perikanan pada masa pemerintahan kabupaten jika dibandingkan dengan masa pemerintahan Marga. Hal ini

(11)

berdampak terhadap perolehan keuntungan bagi masyarakat nelayan pada masa pemerintahan kabupaten menjadi semakin kecil dan sulit untuk didapatkan. Hal ini antara lain dapat diketahui dengan alasan bahwa meskipun pada prinsipnya sistem penguasaan perairan umum melalui sistem “lelang lebak lebung” dapat mengatur nelayan untuk menangkap ikan di perairan umum, tetapi akses yang didapatkan masyarakat nelayan adalah “illegal”. Nelayan hanya mendapatkan akses untuk menangkap ikan dari para pengemin (pemenang lelang) dengan harga yang lebih tinggi daripada harga pelelangan.

“Lelang lebak lebung” sebagai kelembagaan pengelolaan sumber daya perikanan perairan umum yang ditujukan untuk umum, tidak terbatas kepada nelayan yang benar-benar memenuhi kriteria sebagai nelayan yaitu mereka yang mata pencaharian utama adalah sebagai nelayan (full time fishermen), mengakibatkan nelayan mendapatkan akses yang “illegal” dengan harga yang mahal. Salah satu penyebab terjadinya perolehan hak usaha penangkapan ikan oleh pemilik modal adalah adanya syarat bahwa penawar lelang harus mempunyai uang tunai, sedangkan nelayan sebagian besar tidak mempunyai modal. Tingginya biaya penangkapan berpengaruh pada tanggung jawab nelayan dalam menjaga kelestarian sumber daya perikanan. Nelayan selalu berusaha menangkap ikan sebanyak mungkin dengan tujuan untuk mengembalikan keseluruhan biaya yang mereka keluarkan baik untuk menyewa perairan maupun untuk mengadakan peralatan penangkapan.

Referensi

Dokumen terkait

Petani garam merupakan seseorang yang menjalankan dan bertanggungjawab pada usahatani dengan komoditi garam mulai dari pengolahan air laut hingga proses panen hasil

Keterpaduan pada tahap perencanaan paling tidak mempertimbangkan: (a) untuk daerah dengan kualitas air tanah dangkal yang baik serta tidak terdapat pelayanan SPAM dengan

Berdasarkan contoh-contoh kajian yang telah dijalankan tersebut, murid-murid Tingkatan 6 (dengan bimbingan guru), yang menjalankan penyelidikan untuk menghasilkan penulisan

Penelitian yang dilakukan pada tahun 2008 menunjukkan bahwa faktor risiko kejadian leptospirosis di Kabupaten Demak meliputi pekerjaan yang melibatkan kontak tubuh

Setelah peneliti bercerita anak diminta oleh peneliti untuk mengulang isi cerita dengan singkat dan apa saja pesan- pesan dari cerita yang diceritakan peneliti,

Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan dan pertimbangan mengenai faktor-faktor yang memberikan pengaruh didalam melakukan pengembangan

Hasil data yang diperoleh dianalisis dengan cara mengumpulkan data melalui wawancara dengan partisipan tentang pengalamannya selama di RSUP Dr Soeradji tirtonegoro

❖ Saling tukar informasi tentang : Perilaku Sesuai Norma dalam Kehidupan Sehari-hari dengan ditanggapi aktif oleh peserta didik dari kelompok lainnya sehingga diperoleh