• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan deregulasi sektor telekomunikasi Nomor : KM 20 Tahun 2001 Tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. kebijakan deregulasi sektor telekomunikasi Nomor : KM 20 Tahun 2001 Tentang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Industri telekomunikasi di Indonesia telah menjadi sektor industri dengan intensitas persaingan yang semakin ketat. Hal ini dimulai dengan dikeluarkannya kebijakan deregulasi sektor telekomunikasi Nomor : KM 20 Tahun 2001 Tentang Penyelenggaraan Jaringan Telekomunikasi oleh pemerintah dengan membuka kompetisi pasar bebas sektor industri telekomunikasi. Kebijakan ini menyebabkan bertambahnya jumlah operator penyedia jasa telekomunikasi di Indonesia menjadi 7 operator sampai dengan pertengahan tahun 2015 (Sumber : Wireless Intelegence, 2015). Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wireless Intelegence, saat ini jumlah pelanggan telekomunikasi seluler di Indonesia telah mencapai 319.8 juta pelanggan pada akhir tahun 2014 dengan perkiraan rata-rata pertumbuhan jumlah pelanggan pertahunnya akan mencapai 2.34%. Angka pertumbuhan yang tidak besar ini disebabkan karena industri telekomunikasi telah memasuki masa saturasi (kejenuhan). Kejenuhan pasar dalam industri ini ditandai dengan menurunnya pendapatan rata-rata setiap pelanggan (ARPU) terhadap target ARPU Industri sebesar US$ 4 dari layanan dasar telekomunikasi seperti yang ditunjukkan pada grafik dibawah ini :

(2)

Grafik 1.1 : Average Revenue Per User (ARPU) dalam mata uang US $ Sumber : GSMA Intelegence, 2014

Fenomena ini memicu seluruh operator telekomunikasi di Indonesia mencipatakan dan menyediakan layanan telekomunikasi digital berbasis data kepada konsumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) di tahun 2014 pengguna layanan internet di Indonesia telah mencapai 88.1 juta dan sekitar 49% dari total pengguna internet di Indonesia adalah kaum muda yang berusia 18 sampai dengan 25 tahun, artinya dapat dikatakan bahwa segment pengguna internet di Indonesia adalah mereka yang termasuk kedalam kategori generasi millenia atau digital native. Angka pengguna aplikasi jejaring sosial juga menunjukkan fakta angka yang cukup besar yaitu 87.4% dan pertumbuhan transaksi perdagangan yang dilakukan secara online juga mencapai angka 11% di tahun 2014 dibanding tahun 2013 yang mencapai angka 5%. Selain itu pertumbuhan

mobile advertising terhadap industri telekomunikasi diperkirakan juga akan menunjukkan pola peningkatan setiap tahunnya. Tahun 2013 kontribusi pendapatan

mobile advertising terhadap pertumbuhan pendapatan telekomunikasi mencapai angka 5%. Diperkirakan pada tahun 2015 kontribusi pertumbuhan pendapatan

(3)

telekomunikasi dari layanan mobile advertising dapat mencapai 20% s.d 30% (sumber : The Research on Asian Group).

Tumbuhnya konsentrasi penggunaan layanan telekomunikasi digital berbasis data ini dijadikan peluang oleh PT. Indosat,tbk sebagai salah satu operator telekomunikasi di Indonesia untuk dapat tetap bertahan ditengah ketatnya persaingan bisnis industri telekomunikasi. Bentuk perhatian PT. Indosat,tbk terhadap perkembangan dan kebutuhan layanan telekomunikasi digital berbasis data ini dicantumkan dalam visi perusahaan, yaitu “Menjadi pilihan utama pelanggan untuk seluruh kebutuhan informasi dan komunikasi” dimana salah satu fokus dari management Indosat adalah melakukan monetization layanan data yang dimiliki (Sumber : www.indosat.com). Pada tahun 2013, PT. Indosat,tbk mulai gencar melakukan inovasi dengan menciptakan beragam jenis layanan digital berbasis data yang diperlukan oleh pelanggan seperti layanan mandiri atau self service yang dapat diakses melalui portal dan berfungsi sebagai akses atau channel pembelian paket dan layanan bagi pelanggan prepaid dan postpaid, menyediakan layanan mobile banking

for unbanked (MMU) dengan brand DOMPETKU yang bertujuan untuk memberikan

kemudahan bagi pelanggan Indosat dalam melakukan transaksi pembayaran dan pembelian produk-produk teleokuminikasi, seperti pembelian pulsa, pembelian paket berlangganan serta pembayaran tagihan bulanan, maupun produk-produk Non-Telco

seperti pembelian tiket kereta api dan pembayaran tagihan listrik bulanan serta menyediakan layanan mobile adversiting yang merupakan media iklan atau promosi

(4)

digital berupa display pada perangkat handset pelanggan indosat sesuai dengan target dan berdasarkan lokasi yang ditentukan oleh pemasang iklan.

Namun inovasi yang telah dilakukan tersebut ternyata belum menunjukkan hasil yang optimal dalam membantu meningkatkan pendapatan perusahaan dari jasa digital berbasis data. Menurut data penelitian yang diterbitkan oleh GSMA Intelegence tahun 2014, langkah-langkah inovasi yang telah dilakukan oleh PT. Indosat,tbk belum mampu untuk menciptakan korelasi atau hubungan yang positif antara peningkatan jumlah trafik data dengan rata-rata pendapatan per pelanggan atau

average revenue per user (ARPU) layanan data yang dihasilkan seperti yang terlihat pada grafik dibawah ini :

Grafik 1.2 : Perbandingan pertumbuhan traffic data dan revenue per user pelanggan data PT. Indosat,tbk Sumber : GSMA Intelegence, 2014

(5)

Dalam buku yang berjudul A blue print for relevance in the convergence digital world dan diterbitkan oleh Accenture (2012) disampaikan bahwa untuk dapat mengoptimalkan penyerapan pendapatan layanan telekomunikasi digital berbasis data, operator telekomunikasi harus menjalankan agenda transformasi dimana salah satu agenda transformasi yang harus dijalankan adalah melakukan perubahan arsitektur ekosistem teknologi informasi yang dimiliki. Layanan digital yang berbasis data membutuhkan dukungan arsitektur ekosistem teknologi informasi yang saling terhubung atau terintegrasi dengan sistem pendukung lainnya yang terdapat pada

internal perusahaan maupun eksternal perusahaan seperti perusahaan penyedia layanan digital atau agregator maupun para pengembang layanan digital.Hal ini diperlukan agar implementasi layanan digital berbasis data dapat dilakukan dengan cepat sehingga berpengaruh terhadap optimalisasi penyerapan potensi pendapatan yang dapat diperoleh. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis bermaksud untuk melakukan penelitian dengan menggunakan studi kasus pada PT. Indosat,tbk dan selanjutnya penulis mengambil judul penelitian “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengembangan Arsitektur Ekosistem Teknologi Informasi Layanan Digital Berbasis Data Pada Industri Telekomunikasi (Studi Kasus di PT. Indosat,tbk)”.

(6)

1.2Rumusan Masalah

Perkembangan komoditas layanan digital berbasis data di Indonesia secara umum menggambarkan tingkat persaingan usaha yang semakin ketat dan konsumen semakin memiliki nilai tawar yang tinggi, sehingga diperlukan langkah-langkah pengembangan inovasi dan pendekatan baru untuk jasa tersebut dengan menggunakan perangkat arsitektur ekosistem teknologi informasi. Berdasarkan uraian sebelumnya, maka dapat ditentukan rumusan masalah dengan ruang lingkup bagaimana menyusun langkah-langkah pengembangan arsitektur ekosistem teknologi informasi yang bertujuan untuk mengoptimalkan implementasi dan penyerapan pendapatan layanan data dan digital pada PT. Indosat,tbk serta keselarasannya terhadap visi dan fokus perusahaan.

Dalam penelitian ini dibatasi hanya untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah tersebut diatas.

1.3Pertanyaan Penilitian

Penelitian ini dibuat bertujuan untuk memberikan jawaban terhadap beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi pengembangan arsitektur eko sistem teknologi informasi untuk layanan digital berbasis data pada industri telekomunikasi ?

(7)

3. Bagaimana model hubungan antar setiap faktor yang mempengaruhi pengembangan arsitektur ekosistem teknologi informasi layanan digital ?

1.4Tujuan Penelitian

Tujuan penulisan studi kasus ini dilakukan sesuai dengan rumusan permasalahan dan pertanyaan penelitian diatas, yaitu sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi faktor–faktor yang mempengaruhi pengembangan arsitektur ekosistem teknologi informasi untuk layanan digital berbasis data. 2. Menentukan indikator dari setiap faktor-faktor yang ditemukan dari point 1

diatas.

3. Menyampaikan model hubungan antar faktor serta pengaruh antar faktor-faktor yang ditemukan terhadap pengembangan arsitektur teknologi informasi layanan digital berbasis data.

1.5Metoda Penelitian

Penelitian ini bersifat kuantitaf. Data yang dipergunakan adalah data primer dan sekunder yang diperoleh dengan cara mencari pernyataan–pernyataan dari setiap referensi ilmiah atau penelitian yang berhubungan dengan arsitektur ekosistem teknologi informasi seperti frame work atau standar proses business telekomunikasi dari eTOM (Enhanced Telecom Operation Map) dan frame work arsitektur teknologi informasi TAM (The Application Frame Work) dari Telecomunication Management

(8)

Forum (TMForum). Tujuan dari penggunaan data ini adalah untuk melakukan identifikasi mengenai faktor-faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan arsitektur teknologi informasi layanan digital berbasis data. Setelah dapat mengidentifikasikan faktor-faktor tersebut, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah menyebarkan angket kuesioner kepada kurang lebih 135 responden yang terdiri dari responden di dalam organisasi perusahaan maupun pengguna layanan digital berbasis data.

Faktor–faktor yang telah diperoleh dari referensi ilmiah atau penelitian yang telah dilakukan sebelumnya kemudian ditentukan indikator-indikatornya untuk dijadikan referensi penyusunan angket kuesioner. Hasil respon kuesioner terhadap seluruh indikator-indikator tersebut kemudian diolah dengan menggunakan aplikasi SPSS Versi 23.0 dan dianalisa dengan mempergunakan metoda Explotary Factor Analysis yang bertujuan untuk menentukan faktor-faktor mana saja yang memberikan pengaruh paling dominan terhadap pengembangan arsitektur eko sistem teknologi informasi layanan digital yang berbasis data.

1.6Batasan Penelitian

Dari rumusan masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka dalam studi kasus ini hanya dibatasi pada beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

(9)

1. Penelitian faktor dilakukan dengan cara menggunakan metoda kuesioner dengan menggunakan profile responden dari pelaku industri dan konsumen atau pengguna layanan digital.

2. Faktor-faktor yang diteliti pada penilitian terbatas pada faktor-faktor yang berkaitan dengan referensi arsitektur teknologi informasi layanan data dan digital

3. Melakukan analisis terhadap masing-masing faktor beserta indikator dari setiap faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan aristektur teknologi informasi layanan digital.

4. Melakukan analisis terhadap model hubungan antar masing-masing faktor yang memberikan pengaruh terhadap pengembangan arsitektur teknologi informasi layanan digital.

1.7Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa rekomendasi sebagai berikut :

1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan usulan dan pertimbangan mengenai faktor-faktor yang memberikan pengaruh didalam melakukan pengembangan arsitektur ekosistem teknologi informasi layanan digital berbasis data khususnya dalam industri telekomunikasi.

(10)

2. Bagi akademisi khususnya di Universitas Gadjah Mada, diharapkan dapat menjadi salah satu referensi ilmu pengetahuan khususnya pada bidang pengembangan arsitektur eko sistem teknologi informasi.

1.8Susunan Penelitian

Penulisan penelitian ini terbagi atas lima bab yang disusun berdasarkan topik pembahasan sebagai berikut :

1. Bab I : Pendahuluan

Pada bab pendahuluan penulis membahas latar belakang permasalahan, rumusan permasalahan, batasan penelitian, tujuan penelitian, manfaat dan kontribusi penelitian serta struktur penulisan penelitian.

2. Bab II : Tinjauan Pustaka

Pada bab tinjauan pustaka berisi landasan teori dan konsep yang digunakan untuk melakukan penelitian ilmiah.

3. Bab III : Metoda Penelitian dan Profil Perusahaan

Pada bab ini penulis memaparkan metoda penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian serta membahas profil umum perusahaan sebagai object penelitian.

4. Bab IV : Analisis dan Pembahasan

Pada bab analisis dan pembahasan ini penulis memaparkan hasil analisis beserta pembahasannya. Penyajian penelitian dipaparkan dalam bentuk

(11)

gambar, tabel dan bentuk lainnya serta dilengkapi dengan pembahasan yang komprehensif.

5. Bab V : Kesimpulan dan Saran

Pada bagian terakhir dari penulisan, penulis memaparkan kesimpulan dan saran dengan penyajian terpisah berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya.

Gambar

Grafik 1.1 : Average Revenue Per User (ARPU) dalam mata uang US $  Sumber : GSMA Intelegence, 2014
Grafik 1.2 : Perbandingan pertumbuhan traffic data dan revenue per user pelanggan data PT

Referensi

Dokumen terkait

(DHP) Dari Kombinasi Asam Klavu- lanat dan Amoksisilin Pada Staphy-. Asam Klavulanat

▪ MENDAPAT REKOMENDASI DESA YANG HARUS DILAKUKAN UNTUK MENURUNKAN RISIKO COVID-19 ▪ MENDAPAT INFORMASI RS TERDEKAT [RUJUKAN DAN.. NON RUJUKAN] DARI

Dari hasil pengujian yang dapat dilihat dari Tabel 4.11 diatas tahap pengujian yang menunjukkan rata-rata nilai error terkecil adalah pada percobaan jumlah

Praktik sejarah politik penataan ruang kekuasaan dan kepemilikan negara dengan jalan pengambilali- han kawasan kehutanan (produksi maupun konservasi) beser- ta sumberdaya alam

pada kelinci dapat meningkatkan kecepatan pengangkutan sperma dari epididimis kauda ke vas deferens. Prostaglandin F2α secara in vitro dapat meningkatkan kontraksi tubulus

Puji syukur yang tak terhingga penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen bentuk Pretest Posttest Design yaitu sebuah eksperimen yang dalam pelaksanaannya hanya melibatkan satu kelas

Terlaksananya kegiatan  peningkatan kapasitas  pelayanan administrasi  kependudukan  pemerintah kota  setidaknya diikuti 20 ...