• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN TARGET MDG S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2014

KONTRIBUSI SEKTOR PERTANIAN DALAM PENCAPAIAN

TARGET MDG’S DAN IMPLIKASINYA PADA SDGs

Oleh :

Sumaryanto Edi Basuno Sri Hastuti Suhartini

Rangga Ditya Yofa Cut Rabiatul Adawiyah

PUSAT ANALISIS SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2014

(2)

iii RINGKASAN EKSEKUTIF

PENDAHULUAN

1. Sasaran Pembangunan Milenium (Millenium Development Goals – MDGs) akan berakhir Tahun 2015 dan akan dilanjutkan dengan Sustainable Development Goals (SDGs). Pada dasarnya 8 sasaran MDGs saling terkait dan karena itu pencapaiannya merupakan kontribusi semua sektor, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam konteks demikian itu, mengingat bahwa secara empiris dimensi ekonomi makin mendominasi nilai-nilai peradaban modern maka sasaran nomor 1 MDGs yaitu eradikasi kemiskinan dan kelaparan seringkali dipandang sebagai epicentrum sasaran MDGs.

2. Sektor pertanian adalah penghasil pangan. Sementara itu aktor utama pertanian adalah petani serta buruh tani yang sebagian besar tinggal di daerah pedesaan. Jumlah mereka sangat besar dan secara umum tingkat kesejahteraannya tertinggal dari kelompok masyarakat yang lain. Oleh karena itu meskipun kontribusi relatif sektor pertanian dalam pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) makin rendah tetapi peran sektor ini sangat strategis, baik dalam pencapaian MDGs maupun SDGs. 3. Sampai saat ini data dan informasi dari hasil penelitian/kajian empiris yang mencerminkan kinerja/kontribusi sektor pertanian dalam pencapaian target MDGs belum tersedia. Setidaknya jawaban atas sejumlah pertanyaan berikut belum tersedia. Pertama, penurunan jumlah penduduk miskin komunitas petani dan perbandingannya dengan penduduk pedesaan pada umumnya; serta variasinya antar agroekosistem. Kedua, hubungan antara pertumbuhan sektor pertanian wilayah dengan penurunan proporsi petani miskin. Ketiga, perkembangan penyerapan tenaga kerja pertanian dan implikasinya terhadap pendapatan petani serta variasinya antar agroekosistem. Keempat, hubungan antara status perkembangan perekonomian wilayah dengan distribusi pendapatan. Kelima, implikasinya terhadap strategi

(3)

iv pencapaian SDGs. Untuk kepentingan perumusan program, jawaban atas pertanyaan tersebut perlu ditelusuri lebih lanjut sehingga diketahui faktor-faktor penjelasnya. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan tersebut di atas.

4. METODOLOGI

5. Data yang akan dianalisis terdiri dari atas data sekunder lingkup nasional dan tingkat provinsi serta data primer dari hasil survey. Data sekunder yang dianalisis terutama adalah data SUSENAS dari beberapa titik waktu, data perkembangan PDRB setiap provinsi yang tersedia, dan data-data lainnya yang relevan yang akan diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan dari instansi lain yang terkait. Data primer yang akan dianalisis adalah data hasil survey kerjasama penelitian PSEKP – JICA – IFPRI dan dari hasil survey yang dilakukan di empat Provinsi yaitu di Lampung, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan. Desa-desa lokasi survey ini merupakan sebagian dari desa-desa survey pada kerjasama penelitian tersebut.

6. Penelitian ini mencakup kajian lingkup mikro dan lingkup makro, dengan pendalaman ruang lingkup kajian pada komunitas petani. Pada kajian lingkup mikro, metode analisis yang digunakan adalah statistik dan ekonometrik. Untuk analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan proporsi penduduk miskin digunakan model probit, sedangkan untuk mengetahui keragaman tingkat kesejahteraan menurut agroekosistem digunakan pendekatan structural equation modelling dengan model Multiple Indicators Multiple Causes (MIMIC). Pada kajian lingkup makro untuk mengetahui kontribusi sektor pertanian dalam pengentasan kemiskinan didekati dengan model Computable General Equilibrium (CGE). Model CGE yang digunakan adalah IndoTerm (Indonesia The Enormous Regional Model), yaitu model CGE yang memodelkan secara spesifik provinsi-provinsi di Indonesia. Database yang digunakan dalam model IndoTerm adalah Tabel Input-Output Indonesia tahun 2005, yang diaggregasi dari 175 sektor menjadi 21 sektor, yaitu padi, jagung, kedelai, gula dan sektor lainnya.

(4)

v HASIL PENELITIAN

7. Selama satu setengah dekade terakhir, proporsi penduduk miskin makin kecil, namun untuk mencapai sasaran MFGs tampaknya membutuhkan upaya ekstra keras karena saat ini (2014) proporsinya masih sekitar 11.25 persen, sedangkan waktu yang tersisa tinggal satu tahun. Selain penurunannya yang masih belum sesuai target, ternyata distribusi pendapatan justru cenderung makin timpang; dan kondisi ini terutama lebih timpang di perkotaan.

8. Gambaran mengenai kemiskinan pada komunitas petani di empat Provinsi loaksi penelitian menunjukkan bahwa: (i) angka proporsi petani miskin lebih tinggi dari pada angka proporsi penduduk miskin secara keseluruhan yang berarti bahwa sebagian besar penduduk miskin adalah petani, (ii) proporsi petani miskin juga makin menurun dari tahun ke tahun namun bervariasi antar tahun maupun antar provinsi, (iii) dari empat provinsi lokasi penelitian, proporsi petani miskin di Lampung, Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan masing-masing adalah 20.9, 14.7, 29.8, dan 18.9 persen.

9. Pembandingan antar agroekosistem mnunjukkan bahwa proporsi penduduk miskin pada pedesaan agroekosistem pesawahan, agroekosistem lahan kering berbasis tanaman pangan/hortikultura, agroekosistem lahan kering berbasis komoditas perkebunan, agroekosistem pesisir berbasis perikanan tangkap, dan agroekosistem pasang surut berbasis usahatani padi/komoditas perkebunan masing-masing adalah 11.4, 18.1, 11.9, 13.3 dan 12.2 persen. Secara relatif, distribusi pendapatan yang paling merata adalah di wilayah pedesaan agroekosistem lahan kering berbasis tanaman pangan/hortikultura. Pembandingan antar wilayah, menunjukkan bahwa tingkat kesejahteraan penduduk pedesaan di Pulau Jawa lebih baik daripada Luar Pulau Jawa.

(5)

vi 10. Meningkatnya pangsa PDRB sektor pertanian terhadap total PDRB wilayah kondusif untuk menurunkan proporsi petani miskin. Selain kontribusi PDRB sektor pertanian, variabel lain yang dapat dimainkan untuk mengurangi jumlah petani miskin adalah melalui peningkatan harga hasil pertanian.

11. Laju penurunan proporsi petani miskin lebih lambat daripada laju penurunan proporsi penduduk miskin secara keseluruhan. Untuk menurunkan jumlah penduduk miskin secara keseluruhan, pertumbuhan PDRB dari sektor non pertanian jauh lebih efektif.

12. Dalam konteks ini, peningkatan pangsa PDRB sektor non pertanian lebih efektif untuk menurunkan proporsi Laju penurunan jumlah output urunkan proporsi petani miskin adalah pada PDRBAkan tetapi untuk menurunkan proporsi penduduk miskin secara keseluruhan, yang lebih efektif adalah melalui peningkatan kontribusi sektor non pertanian. 13. Pelaksanaan program penanggulanan kemiskinan yang dilakukan sejak

tahun 1998 sampai saat ini, secara umum mampu menurunkan angka kemiskinan Indonesia yang berjumlah 47,97 Juta ( 23,43 %) pada tahun 1999 menjadi 30,02 Juta (12,49 %) pada tahun 2011. Untuk meningkatkan efektivitas upaya penanggulangan kemiskinan, pemerintah menetapkan empat strategi dasar dalam melakukan percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu: menyempurnakan program perlindungan sosial, peningkatan akses masyarakat miskin terhadap pelayanan dasar, pemberdayaan masyarakat, dan pembangunan yang inklusif. Instrumen penanggulangan kemiskinan dibagi berdasarkan empat klaster yang dikelola oleh berbagai Kementerian dan Lembaga Pemerintah, masing-masing : Klaster I - Program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga; Klaster II - Program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat; Klaster III - Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil; Klaster IV - Peningkatan dari tiga klaster program penanggulangan kemiskinan tersebut dan perluasan program-program pro rakyat.

(6)

vii 14. Kementerian Pertanian terlibat dalam penanggulangan kemiskinan pada klaster II, klaster III dan klaster IV. Pada klaster II yaitu pada Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM), program penanggulangan kemiskinan Kementerian Pertanian adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Program penanggulangan kemiskinan di klaster III dilakukan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR) sektor pertanian. Sementara pada klaster IV, Kementerian Pertanian berperan dalam swasembada dan surplus 10 juta ton beras tahun 2014. Selain melalui klaster II, III dan IV tersebut, Kementerian Pertanian memiliki beberapa Rencana Aksi atau kegiatan untuk pengentasan kemiskinan khususnya di sektor pertanian antara lain : Pengembangan Lembaga Mandiri yang Mengakar pada Masyarakat (LM3); Penggerak Membangun Desa (PMD)/Sarjana Membangun Desa (SMD); Pengembangan Desa Mandiri Pangan (Demapan); Penguatan Lembaga Distribusi Pangan (LDPM); Penanganan Daerah Rawan Pangan (DRP); dan Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

15. Analsisis dengan menggunakan IndoTerm Model terlihat bahwa kontribusi sektor pertanian primer terhadap penurunan tingkat kemiskinan secara nasional relatif kecil (0,16%). Hal ini diduga karena peningkatan produktivitas dan pengembangan luas areal akan mendorong peningkatan output pada berbagai komoditas pertanian sehingga berdampak pada penekanan harga dari berbagai output yang dihasilkan oleh sektor pertanian. Hal ini terjadi karena segmen permintaan pada pasar untuk produk-produk primer pertanian masih sangat terbatas.

16. Potensi pengurangan jumlah kemiskinan secara nasional akan semakin besar (1,57%) apabila peningkatan produktivitas dan perkembangan luas lahan pertanian disertakan dengan adanya pengembangan sektor industri hilir. Penurunan tersebut terjadi di Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali Nusa Tenggara dan Indonesia Timur. Bahkan di lokasi penelitian, seperti Lampung, Jawa Timur, Sulawesi Selatan, dan NTB, pengembangan sektor industri hilir dapat memberikan

(7)

viii kontribusi yang cukup besar terhadap penurunan jumlah kemiskinan di daerah tersebut.

17. Hasil analisis dengan model MIMIC menunjukkan bahwa makin besar nilai aset produktif yang dikuasai/dimiliki rumah tangga semakin tinggi tingkat kesejahteraannya. Hal serupa berlaku pada pengaruh tingkat pendidikan kepala keluarga, jumlah anggota rumah tangga yang bekerja, dan luas lahan milik. Faktor-faktor yang pengaruhnya negatif adalah jumlah anggota rumah tangga dan umur kepala keluarga. Makin banyak anggota rumah tangga makin rendah tingkat kesejahteraannya, dan makin tua kepala rumah tangga makin rendah pula tingkat kesejahteraan rumah tangganya. Hal ini berimplikasi bahwa untuk meningkatkan kesejahteraan rumah tangga pedesaan maka yang perlu ditingkatkan adalah akses mereka terhadap aset produktif, peningkatan keterampilan dan akses terhadap informasi, peningkatan akses penduduk pedesaan terhadap kesempatan kerja yang dibarengi dengan perluasan kesempatan kerja di pedesaan. Dalam jangka menengah/panjang, peningkatan rata-rata luas pemilikan tanah melalui perluasan lahan pertanian juga perlu dilakukan. Selain itu, faktor yang sangat menentukan adalah tingkat ketersediaan dan kualitas infrastruktur pedesaan.

18. Secara empiris, kesiapan untuk menyongsong SDGs masih belum memadai, karena: (i) basis kesiapan menyongsong SDGs adalah pencapaian target MDGs sedangkan target yang ditetapkan tampaknya belum dapat dicapai. Tidak dapat dipungkiri bahwa angka kemiskinan dapat diturunkan secara significant. Namun demikian, pada saat ini angka kemiskinan pada tahun 2014 ini masih di atas 10 persen padahal targetnya sekitar 8 persen, (ii) salah satu sasaran penting SDGs adalah aspek pemerataan; disisi lain turunnya angka kemiskinan tidak searah dengan turunnya ketimpangan pendapatan, (iii) aspek pelestarian lingkungan belum memperoleh perhatian yang cukup, dan ini terkait dengan ekses dari target pencapaian peningkatan produksi pada sejumlah komoditas pangan strategis yang terlalu tinggi sehingga terjadi

(8)

ix bias dalam alokasi sumberdaya, (iv) kurang berkembangnya pemberdayaan dan partisipasi masyarakat dalam merancang sistem pengembangan pertanian dalam komunitasnya.

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

19. Seiring pembangunan ekonomi, proporsi penduduk miskin makin berkurang. Terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja yang tersedia, laju penurunan proporsi penduduk miskin di pedesaan lebih lambat daripada di wilayah perkotaan.

20. Sesuai dengan mandatnya, kontribusi utama sektor pertanian dalam pencapaian target MDGs adalah pada pengurangan kemiskinan dan eradikasi kelaparan yang secara umum dipandang sebagai epicentrum sasaran MDGs. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa meskipun peran sektor pertanian dalam penyediaan pangan tak mungkin tergantikan sektor lain dan pembangunan sektor pertanian berkontribusi nyata dalam peningkatan pendapatan petani namun kontribusinya dalam pengurangan jumlah penduduk miskin relatif kecil. Hal ini terkait dengan penguasaan aset poduktif rumah tangga tani yang umumnya sangat rendah, sementara itu penyediaan lapangan kerja non pertanian di pedesaan sangat terbatas.

21. Secara umum tingkat kesejahteraan rumah tangga bervariasi antar wilayah maupun tipe agroekosistem. Tingkas kesejahteraan di pedesaan di Pulau Jawa masih lebih baik daripada rumah tangga pedesaan di Luar Pulau Jawa. Menurut tipe agroekosistemnya, kondisi kesejahteraan di pedesaan lahan kering berbasis komoditas perkebunan ternyata lebih baik daripada di pedesaan agroekosistem sawah maupun agroekosistem lahan kering berbasis tanaman pangan/hortikultura.

22. Upaya percepatan penurunan proporsi penduduk miskin ditempuh melalui beberapa cara berikut secara simultan: (i) perluasan kesempatan kerja di pedesaan, dan (ii) perbaikan harga yang diterima petani, dan (iii) peningkatan akses petani terhadap aset produktif. Untuk jangka

(9)

x menengah - panjang, perluasan lahan pertanian secara besar-besaran yang dibarengi pula dengan dorongan untuk terjadinya rasionalisasi pemilikan/penguasaan lahan usahatani sangat diperlukan.

(10)

xi DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... iii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Dasar Pertimbangan ... 4

1.3. Tujuan ... 5

1.4. Keluaran yang Diharapkan ... 5

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1. Kerangka Teoritis ... 7

2.2. Hasil-Hasil Penelitian Terkait ... 13

III. METODOLOGI ... 27

3.1. Kerangka Pemikiran ... 27

3.2. Ruang Lingkup Kegiatan ... 29

3.2.1. Menganalisis perkembangan proporsi penduduk miskin pada komunitas petani khususnya dan penduduk pedesaan pada umumnya, serta variasinya antar provinsi maupun antar agroekosistem ... 30

3.2.2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor sosial ekonomi yang terkait dengan status perkembangan perekonomian wilayah dan kondisi agroekosistem terhadap penyerapan tenaga kerja dan penurunan kemiskinan ... 31

3.2.3. Identifikasi simpul-simpul kritis peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat pedesaan umumnya, serta implikasinya pada strategi pencapaian MDGs ... 32

3.2.4. Merumuskan rekomendasi kebijakan pertanian dalam rangka akselerasi pencapaian target MDGs dan strategi pencapaian SDGs ... 32

3.3. Lokasi Penelitian dan Responden ... 33

3.3.1. Lokasi Penelitian ... 33

(11)

xii

3.4. Data dan Metode Analisis ... 34

3.4.1. Jenis dan Sumber Data... 34

3.4.2. Metode Analisis ... 35

3.5. Analisis Risiko Dan Solusinya ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 43

4.1. Analisis Perkembangan Proporsi Penduduk Miskin pada Komunitas Petani dan Penduduk Perdesaan serta Variasinya Antar Provinsi dan Antar Agroekosistem ... 43

4.1.1. Perubahan Garis Kemiskinan dan Perkembangan Persentase Penduduk Miskin di Indonesia ... 43

4.1.2. Perkembangan Proporsi Penduduk dan Petani Miskin .... 44

4.1.3. Variasi antar Provinsi dan antar Kabupaten ... 47

4.1.4. Program-Program Kemiskinan dan Implementasinya di Daerah ... 57

4.2. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi Wilayah dan Kondisi Agroekosistem terhadap Penyerapan Tenaga Kerja dan Penurunan Kemiskinan ... 78

4.2.1. Dampak Peningkatan Produktivitas dan Perkembangan Luas Lahan Pertanian ... 84

4.2.2. Dampak terhadap Kinerja Sektoral ... 87

4.2.3. Dampak terhadap Kemiskinan ... 91

4.3. Simpul-Simpul Strategis ... 95

4.3.1. Analisis Lingkup Makro ... 95

4.3.2. Analisis Lingkup Mikro ... 105

4.4. Kesiapan Menyongsong SDGs ... 108

V. KESIMPULAN ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 112

(12)

xiii DAFTAR TABEL

Halaman

1. Lokasi Penelitian ... 33

2. Daftar Risiko, Penyebab dan Dampak ... 42

3. Daftar Penanganan Risiko ... 42

4. Gini Indeks Pendapatan per Kapita Beberapa Tahun Terakhir ... 46

5. Perkembangan Ketimpangan Penduduk Miskin di Lokasi Penelitian .. 49

6. Proporsi Penduduk Miskin dan Koefisien Gini Penduduk Pedesaan Menurut Tipe Agroekosistem Desa yang Bersangkutan ... 57

7. Wilayah Pelaksanaan PKH Tahun 2007-2014 ... 61

8. Perkembangan Dana dan RTM Program Demapan di Indonesia, 2006-2012 ... 75

9. Total Nilai PDRB dan Pangsa Sektor Pertanian dalam Perekonomian Wilayah pada 4 Provinsi Lokasi Penelitian, 2002-2011 ... 79

10. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proporsi Penduduk Miskin ... 81

11. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proporsi Petani Miskin ... 81

12. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas Lahan di Sektor Pertanian terhadap Produksi dan Harga Produksi Pertanian .. 88

13. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas Lahan di Sektor Pertanian terhadap Regional Produksi pertanian ... 89

14. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas Lahan di Sektor Pertanian terhadap Regional Harga Produksi pertanian ... 90

15. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas Lahan di Sektor Pertanian terhadap PenggunaanTenaga Kerja ... 91

16. Rata-Rata Nilai dan Gini Ratio Indeks “Welfare” Menurut Wilayah .... 107

17. Rata-Rata Nilai dan Gini Ratio Indeks “Welfare” menurut Tipe Agroekosistem... 108

(13)

xiv DAFTAR GAMBAR

Halaman 1. Model MIMIC 6-1-7 ... 41 2. Perkembangan garis kemiskinan di kota dan di desa 1993 – 2013 ... 43 3. Perkembangan Proporsi Penduduk Miskin di Indonesia 1976-2014... 45 4. Kurva Lorenz Pendapatan per Kapita Penduduk Indonesia Tahun

2002 dan 2005 ... 46 5. Kurva Lorenz Pendapatan per Kapita Penduduk Indonesia Tahun

2002 dan 2005 ... 47 6. Perkembangan Tingkat Kemiskinan pada Rumah Tangga Petani

Tahun 2002, 2005, 2008, dan 2011 ... 51 7. Perkembangan Proporsi Petani Miskin di 4 Provinsi Sampel ... 53 8. Proporsi rumah tangga rawan, rentan, kurang, dan tahan pangan di

empat Provinsi lokasi penelitian ... 55 9. Rata-Rata Pertumbuhan Luas Panen, Produksi, Produktifitas

Komoditas Pangan Utama ... 82 10. Rata-Rata Pertumbuhan Luas Panen, Produksi, Produktifitas

Komoditas Pangan Utama ... 82 11. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas lahan

Pertanian terhadap Beberapa Indikator Makro Ekonomi ... 85 12. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas Lahan

di Sektor Pertanian terhadap Beberapa Indikator Regional Makro

Ekonomi ... 86 13. Share Regional Output Pertanian Terhadap Konstribusi Nasional ... 89 14. Dampak Peningkatan Produktivitas dan Perkembangan Luas Lahan di

Sektor Pertanian terhadap Kemiskinan ... 93 15. Dampak Peningkatan Produktivitas (SIM-1) terhadap Kemiskinan .... 93 16. Dampak Perkembangan Luas Lahan Pertanian (SIM-2) terhadap

(14)

xv 17. Dampak Peningkatan Produktivitas dan Perkembangan Luas Lahan

Pertanian (SIM-3) terhadap Kemiskinan ... 94 18. Dampak Peningkatan Produktivitas dan Perkembangan Luas Lahan

Pertanian terhadap Kemiskinan di Provinsi Lampung, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan, dan NTB ... 95 19. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas lahan di

Sektor Pertanian dan Peningkatan Produktivitas di sektor Indutri Hilir terhadap Kemiskinan ... 96 20. Dampak Peningkatan Produktivitas, dan Perkembangan Luas lahan di

Sektor Pertanian dan Peningkatan Produktivitas di sektor Indutri Hilir terhadap Kemiskinandi Provinsi Lampung, Jawa Timur,

Sulawesi Selatan, dan NTB ... 97 21. Sebaran Rumah Tangga Pedesaan Menurut Tingkat

(15)

xvi DAFTAR LAMPIRAN

1. Perubahan penduduk miskin di Indonesia, 1976 – 2013 ... 116 2. Proporsi Rumah Tangga Rawan, Rentan, Kurang, dan Tahan Pangan

di Provinsi Lampung, 2011 ... 117 3. Proporsi Rumah Tangga Rawan, Rentan, Kurang, dan Tahan Pangan

di Provinsi Jawa Timur, 2011 ... 118 4. Proporsi Rumah Tangga Rawan, Rentan, Kurang, dan Tahan Pangan

di Provinsi Nusa Tenggara Barat, 2011... 119 5. Proporsi Rumah Tangga Rawan, Rentan, Kurang, dan Tahan Pangan

di Provinsi Sulawesi Selatan, 2011 ... 119 6. Disagregasi Sektor Perekonomian ... 120

(16)

Referensi

Dokumen terkait

Dapat dilihat bahwa angka porositas terbesar terletak pada spesimen B yang merupakan hasil pengecoran dari almuniun yang menggunakan media pasir cetak dengan campuran pasir

Hambatan Strategi Contextual Teaching and Learning (CTL) pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMK NEGERI 1 Boyolangu, Ada sebagian guru yang menggunakan

Ilmu komunikasi dan penyuluhan pembangunan, untuk mengembangkan sumberdaya manusia dan memberdayakan masyarakat melalui kegiatan perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi program

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka diharapkan konsumen dapat mengetahui berbagai informasi produk sehingga mempunyai pengetahuan terhadap banyak produk frozen

Elen berusaha memberikan pelayanan yang baik kepada pembeli dengan menjalin komunikasi yang baik dengan.. merespon chat di Shopee segera mungkin ketika sedang online

ramhmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga tugas akhir skripsi yang berjudul “ Reputasi Pemerintah dalam Pemberitaan Ujian Nasional Berbasis Komputer pada Surat

Puji dan syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisis dan Perancangan

Pendampingan kegiatan dilakukan oleh pendamping yang ditunjuk oleh Dinas yang membidangi perkebunan dari Dinas Provinsi dan atau Direktorat Jenderal Perkebunan, untuk ikut mengawasi