374
PROSPEK PEMANFAATAN ASAP CAIR SEBAGAI BAHAN PENDUKUNG PROSES PENGOLAHAN IKAN DI KUPANG – NUSA TENGGARA TIMUR
Wawan Agustina, Satya Andika Putra, Mirwan A Karim, dan Arie Sudaryanto. Balai Besar Pengembangan Teknologi Tepat Guna
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Email : wanwa03@gmail.com
ABSTRAK
Sektor perikanan merupakan salah satu prioritas pembangunan wilayah propinsi Nusa Tenggara Timur. Hasil utama yang menjadi kekhasan wilayah, adalah ikan laut. Selain menjadi komoditas jual dalam bentuk segar, ikan laut juga menjadi bahan baku produk-produk olahan dan dimanfaatkan oleh banyak UMKM khususnya di wilayah Kupang-NTT. Berdasarkan keberadaan berbagai jenis produk hasil olahan ikan laut yang beredar di pasaran, terbuka peluang untuk memanfaatkan asap cair sebagai perisa. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menginformasikan prospek pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung olahan ikan di Kupang NTT. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah kaji tindak partisipatif/participation action research melalui diseminasi teknologi dengan carademonstrasi. Kegiatan diawali dengan survei UMKM calon mitra dilanjutkan dengan pengenalan asap cair, pelatihan pengolahan dan pengemasan produk. Asap cair yang yang digunakan adalah asap cair komersial yang telah mengalami pemurnian dan dapat digunakan untuk produk olahan pangan. Asap cair tersebut digunakan sebagai bahan tambahan dengan konsentrasi tertentu pada beberapa produk olahan seperti ikan oven, dendeng,, dendeng roll dan abon. Hasil dari kegiatan diseminasi ini adalah diterapkannya asap cair dalam produk-produk olahan ikan pada 6 (enam) unit usaha (UMKM dan kelompok Usaha). Produk olahan tersebut telah dikemas dan dipasarkan di wilayah Kupang-NTT. Kata kunci : Asap cair, Ikan, Dendeng, UMKM, Kupang, Nusa Tenggara Timur
PENDAHULUAN
Nusa Tenggara Timur (NTT)
merupakan salah satu wilayah nusantara yang memiliki potensi perikanan yang cukup besar. Secara geografis wilayah Provinsi NTT terletak pada 8°-12° Lintang Selatan dan 118°-125° Bujur Timur. Sebagian besar wilayah NTT didominasi oleh perairan laut dengan luas wilayah laut yang mengelilingi pulau-pulau tersebut mencapai kurang lebih 200.000 km2 belum termasuk zona ekonomi eksklusif Indonesia (DKP Prov. NTT, 2012).
Kabupaten Kupang merupakan salah satu wilayah yang ada di propinsi NTT yang terbagi atas Kota dan Kabupaten. Kabupaten Kupang merupakan kabupaten kepulauan yang terdiri atas Pulau Timor, Pulau Semau, Pulau Sabu, Pulau Raijua dan banyak pulau lainya yang seluruh berjumlah 27 buah pulau. Sehingga luas perairannya lebih besar daripada luas daratan, dimana luas perairannya adalah 4.086,33 km2 dan garis pantainya adalah 551,61 km2, sementara perairan umumnya adalah 1,75 km2 (DKP Kabupaten Kupang,
2008). Kabupaten Kupang Memiliki potensi lestari sebesar 60.000 ton pertahun dengan tingkat pemanfaatannya baru sekitar 29.363 ton (48,94%) pada tahun 2004 (DKP Kabupaten Kupang, 2005).
Sumberdaya perikanan tangkap di perairan Teluk Kupang sudah lama diusahakan oleh masyarakat nelayan skala kecil, produksinya termasuk tinggi sepanjang tahun dan memberikan kontribusi cukup besar bagi pendapatan daerah Provinsi NTT. Berdasarkan analisis perkembangan produksi selama 6 tahun (tahun 2000 hingga tahun 2005), perairan Teluk Kupang memberikan andil sekitar 31% terhadap total produksi perikanan di wilayah Provinsi NTT (DKP Prov NTT, 2005). Sumberdaya ikan yang dominan adalah ikan pelagis, baik pelagis besar maupun pelagis kecil, sedangkan ikan demersal dan udang relatif sedikit. Terdapat juga jenis ikan Tongkol sebesar 1,71%, ikan Tenggiri sebesar 81,59%, ikan Kembung sebesar 26,56%, ikan Selar sebesar 8,15%, ikan Tembang sebesar 15,36%, ikan Parang sebesar 13,58% dan ikan
375 Bawal sebesar 23,49%, sedangkan hasil analisanilai share komoditi perikanan laut yang memiliki rata-rata nilai diatas rata-rata
keseluruhan Kabupaten yaitu terdapat pada jenis ikan nipi sebesar 9,78% (DKP Kabupaten Kupang, 2008)
Tabel 1. Total Produksi Ikan di Kabupaten Kupang Tahun 2005, 2006 dan 2007
NO JENIS IKAN TAHUN
2005 2006 2007 1 Tenggiri - 49,25 52,55 2 Kerapu - 164,56 - 3 Ekor Kuning - - - 4 Tuna / Cakalang - 85,80 96,61 5 Kembung - 317,99 326,79 6 Tongkol - 327,55 331,65 7 Selar - 399,27 - 8 Tembang - 510,31 519,37 9 Lolosi - 405,40 - 10 Parang - 123,85 - 11 Gergaheng - 126,85 - 12 Kakap - 184,8 169,22
13 Ikan Halus / Teri - 435,00 405,70
14 Ikan Besar - - 85,45
15 Ikan Lainnya - - 1.498,74
Jumlah 0 3.130,63 51.956,93
Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007
Tabel 2. Hasil Perikanan Tangkap Kabupaten Kupang Tahun 2008
Produksi Perikanan Tangkap Tahun 2008 2,426 ton
* Ikan 2,306 ton
* Non Ikan 120 ton
Sumber : DKP Kabupaten Kupang, 2007
Peta Kab. Kupang Peta Kota Kupang
376 Ikan-ikan yang ada di wilayah tersebut selama ini belum diolah dimanfaatkan dengan baik dan biasanya masih diperjualbelikan dalam bentuk ikan segar. Untuk memberikan
nilai tambah pada produk perikanan salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah melalui proses pengolahan.
Tabel 3. Produksi Olahan Menurut Jenis Pengolahan di Kabupaten Kupang
JENIS PENGOLAHAN TAHUN 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Diawetkan Kering/Asin 3,15 3,50 3,00 3,00 2,80 2,50 2,25 Pindang 1,15 1,00 1,00 0,75 0,75 0,50 0,50 Peragian Terasi - - - - Peda - - - - Kecap Ikan - - - - Asapan 4,75 4,50 5,00 4,15 3,50 2,75 2,00 Lainnya - - - - Beku - - - - Kalengan - - - - Tepung Ikan - - - - Jumlah 9,05 9,00 9,00 7,00 9,05 5,75 4,75
(sumber DKP Kab. Kupang 2007) Saat ini ada banyak aneka produk
olahan hasil perikanan seperti nugget, bakso, pempek, siomay, abon, ikan asapdan lain sebagainya. Namun demikian masih ada banyak alternatif lain yang dapat dilakukan untuk menghasilkan aneka produk olahan ikan. Salah satu alternatif pengolahan hasil perikanan adalah dengan memanfaatkanasap cair sebagai bahan perisa asap dan juga dapat berperan sebagai bahan untuk meningkatkan umur simpan produk.
Penggunaan asap cair ini diharapkan dapat menggantikan pembuatan ikan asap secara tradisional (pengasapan langsung) yang menurut Darmadji (2009), proses pengasapan dapat memberikan dampak positif pada produk karena asap mengandung zat-zat yang bersifat antimikroba, antioksidan dan disinfektan. Namun demikian proses pengasapan langsung juga sangat memungkinkan adanya zat yang tidak diinginkan menempel pada produk seperti tar dan senyawa poliaromatik hidrokarbon (PAH) yang berbahaya bagi kesehatan. Sedangkan pemanfaatan asap asap cair menurut Nurhayati (2000), asap cair yang mengandung sejumlah senyawa kimia diperkirakan berpotensi sebagai bahan baku zat pengawet, antioksidan, desinfektan
ataupun sebagai biopestisida. Saat ini asap cair telah banyak digunakan sebagai pengawet, perisa dan zat antimikroba pada produk-produk pangan (Sukarwanto, dkk., 2012). Asap cair adalah asap dalam bentuk cairan yang diperoleh dari hasil pembakaran biomassa (seperti tempurung kelapa, tongkol jagung, kayu-kayuan, dan bahan lainnya) yang dikondensasikan. Asap cair yang dihasilkan dari proses tersebut dapat digunakan untuk keperluan pengolahan pangan setelah mengalami proses pemurnian (Agustina, 2013).
Produk-produk olahan ikan yang ada di wilayah kupang provinsi NTT yang diketahui pada awal tahun 2012 diantaranya adalah abon ikan, keripik ikan, dendeng ikan, ikan asap dan beberapa olahan ikan lainnya. Di Kabupaten Kupang asap cair diperkenalkan untuk pembuatan ikan oven berperisa asap sebagai alternatif produk olahan ikan asap. Selain itu asap cair tersebut juga diaplikasikan pada beberapa produk olahan ikan lainnya yaitu dendeng ikan. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk memberikan informasi mengenai pemanfaatan asap cair sebagai bahan pendukung dalam produk olahan ikan dan penerapannya pada beberapa unit usaha.
377
METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kaji tindak (action research) partisipatif, dimana kelompok sasaran penerima teknologi dilibatkan secara aktif agar dapat berpartisipasi. Implementasi kaji tindak terutama berkaitan denganupaya meningkatkan kemampuan masyarakatdalam penggunaan paket teknologi tepat guna perdesaan. Kaji tindak sangat strategis dengan melibatkan masyarakat dalamproses akselerasi pemasyarakatan inovasi hasil litbang yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Langkah-langkah kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah inovasi teknologi asap cair, survei potensi dan penentuan calon penerima manfaat. Dilanjutkan dengan perancangan kegiatan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok penerima teknologi. Survei lapangan dilakukanuntuk memperoleh data primer dan sekunder di wilayah kota dan kabupaten Kupang-NTT dalam rangka mengkaji potensi ketersediaan bahan baku perikanan hasil laut dan seleksi calon penerima inovasi teknologi pemanfaat asap cair. Beberapa persyaratan calon penerima manfaat telah dibuat diantaranya adalah para kelompok telah
memiliki usaha pengolahan ikan hasil laut, mempunyai anggota kelompok wanita, mendapatkan rekomendasi dari Dinas Perikanan setempat dan mempunyai
motivasi/semangat tinggi dalam
mengembangkan usaha
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil survey lapangan diperoleh gambaran tentang ketersediaan bahan baku ikan dan bakal calon unit/kelompok usaha yang diharapkan akan menjadi mitra dalam pelaksanaan kegiatan penerapan. Dari hasil surveitersebut diperoleh 13 bakal calon unit/kelompok usaha yang akan menjadi fokus kegiatan. Bakal calon yang ada kemudian diseleksi untuk mendapatkan UKM terpilih. Seleksi calon dilakukan dengan menggunakan metode skoring dengan mempertimbangkan beberapa parameter seperti lokasi, ketersediaan peralatan produksi, pemberdayaan tenaga kerja dan lain sebagainya. Hasil seleksi diperoleh 7 unit/kelompok yang kemudian diperkenalkan tentang asap cair dan potensi pemanfaatannya dalam pengembangan produk olahan ikan. Ke tujuh kelompok usaha tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Penerima Manfaat Penggunaan Asap Cair untuk Olahan Ikan di Kupang
No Nama UKM Ketua Kelmpok/ Alamat Jenis Produk
1
Kelompok Perempuan Usaha Keluarga (KPUK) Setia Kawan
Dortia M. Mbura
Alamat : Jl Lontar Pasir Panjang
Kerupuk Ikan Dendeng Ikan 2 Kelompok Perempuan Mawar Sejati Wilhemina M. Manafe
Alamat : Jl. Kincir Air Lasiana
Kerupuk Ikan Ikan Asap
3 Mandiri
Maria Selfiana Paa
Alamat : Oesapa Barat Kelapa Lima
Kerupuk Ikan Dendeng Ikan Ikan Asap 4 H & L Dedi Benyemin Ndoen ST Alamat : Jl.Pluto Oesapa Kerupuk Cumi Ikan Asap
5 TODE Solagratia Ratu Edo
Alamat : Jl. Taruna Tode Kisar Kota
Ikan Lele Asap
6. Sisuka Epa Lomiga, Oebobo Ikan Asap
Abon Ikan
378 Pemanfaatan asap cair sebagai bahan baku pendukung olahan ikan di Kupang-NTT diaplikasikan pada produk olahan ikan oven berperisa asap, dendeng ikan rasa asap dan dendeng roll ikan rasa asap. Ikan asap merupakan salah satu produk pengasapan yang banyak digemari oleh masyarakat. Namun demikian perlu disadari dampak yang mungkin ditimbulkan pada proses produksi ikan asap dengan metode pengasapan langsung.
Ikan Oven Berperisa asap
Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan oven berperisa asap dapat menjadi produk alternatif untuk menggantikan ikan asap. Asap cair yang telah mengalami pemurnian memiliki keuntungan dalam proses produksi ikan berperisa asap. Menurut Agustina (2013) teknik pengasapan menggunakan asap cair lebih aman dari metode pengasapan langsung karena tar dan senyawa-senyawa aromatik yang merupakan zat berbahaya yang dihasilkan pada proses pengasapan dapat dikurangi kadarnya secara signifikan.selain itu menurut Rupert Simon a, dkk (2010), keuntungan penggunaan asap cair lainnya yaitu mudah diaplikasikan, prosesnya lebih cepat, memiliki keseragaman produk, dapat diulang-ulang dengan hasil yang sama dan bersih. Proses produksi ikan oven
berperisa asap dapat digambarkan dalam diagram seperti pada Gambar 2.
Pada produksi ikan oven berperisa asap,jumlah asap cair yang digunakan adalah sebanyak 50 ml untuk setiap 1 liter larutan asap cair yang dibuat atau sebesar 5%. Lama perendaman ikan dalam larutan asap cair dilakukan selama sekitar 15 menit. Penggunaan asap cair dalam produk pangan harus diencerkan terlebih dahulu. Konsentrasi maksimum asap cair hasil destilasi ulang untuk proses perendaman ikan adalah 16% dengan waktu perendaman maksimum 15 menit (Darmadji, 2009). Penggunaan konsentrasi 5% dalam pembuatan oven berperisa asap telah memberikan hasil yang baik menurut hasil uji coba dan uji kesukaan responden. Selain itu pada campuran
ditambahkan garam sebanyak 5%,
penambahan garam ini juga berperan selain memberi rasa asin juga dapat membantu meningkatkan keawetan ikan. Aplikasi asap cairuntuk produksi ikan oven berperisa asap telah diaplikasikan pada enam unit/kelompok usaha. Gambar ikan oven berperisa asap hasil produksi dapat dilihat pada Gambar 2. Unit atau kelompok usaha serta produk olahan ikan berperisa asap yang diproduksinya dapat dilihat pada tabel 4.
Gambar 2. Diagram alir proses pembuatan ikan oven berperisa asap. Ikan Pembelahan/pe motongan Pencucian Penirisan Asap Cair Garam Air Pelarutan Perendaman (± 15 menit) Penirisan Pemanggangan (oven) (± 2 jam / disesuaikan) Pendinginan (diangin-anginkan pada suhu
ruang)
Pengemasan
Ikan Oven Berperisa
379
Gambar 3. Ikan lele oven berperisa asap hasil produksi UMKM Tode-Kupang, NTT. Sumber : Koleksi Tim PKPP Kupang, 2012
Dendeng dan Dendeng Roll Ikan Berperisa Asap
Produk ikan asap adalah produk yang umum dijumpai di masyarakat, namun demikian masih ada produk-produk olahan pangan lainnya yang memanfaatkan teknologi pengasapan. Asap cair sebagai salah satu produk alternatif untuk pembuatan produk-produk berperisa asap juga dapat diterapkan
pada produk olahan pangan lainnya, dalam hal ini dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Sama halnya seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap ini pun telah diaplikasikan pada UMKM (unit / kelompok usaha) di Kupang NTT. Diagram alir proses produksi dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap dapat dilihat diagram alir pada Gambar 4.
380
Gambar 4. Diagram alir Proses pembuatan Dendeng Ikan dan Dendeng roll ikan berperisa asap cair.
Sumber : Sudaryanto, dkk., 2012 Menurut Sukarwanto, dkk. (2012)
dendeng adalah jenis makanan awetan yang cukup dikenal oleh masyarakat Indonesia, diolah dengan menambahkan bumbu-bumbu lalu dikeringkan, pengeringan biasanya dilakukan dengan cara penjemuran dibawah sinar matahari. Saat ini dikenal ada dua jenis dendeng yaitu dendeng biasa dan dendeng roll. Pada proses pembuatannya kedua jenis dendeng tersebut sebenarnya hampir sama. Letak perbedaan proses pembuatan kedua dendeng tersebut yaitu pada dendeng biasa ikan biasanya dipotong atau diiris sedangkan pada dendeng roll ikan digiling atau dihancurkan terlebih dahulu, kemudian dicetak (Sudaryanto, dkk. 2012).
Unit/Kelompok Usaha yang menerapkan asap cair.
Produk olahan asap cair tersebut telah diproduksi, dikemas dan dipasarkan oleh 6 unit/ kelompok usaha pengolah ikan yang ada di Kupang-NTT dari tujuh kelompok yang mendapat pelatihan. Keenam unit usaha tersebut beserta jenis produk, nomor perijinan dinas kesehatan dan contoh kemasannya disajikan dalam Tabel 5. Satu kelompok yang tidak melanjutkan pada proses produksi dan pemasaran adalah kelompok ke-7 yaitu kelompok ‘Rindu Sejahtera” PNPM mandiri, karena memang bukan unit usaha.
381
Tabel 5. UKM Penerima Manfaat Teknologi Asap Cair di Kupang NTT
No Nama UKM Ketua Kelmpok/
Alamat Pengenalan TTG Produk/ Sertifikast PIRT 1 Kelompok Perempuan Usaha Keluarga (KPUK) Setia Kawan Dortia M. Mbura Alamat : Jl Lontar Pasir Panjang
Kemasan dan label karton silinder , kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan
Kerupuk Ikan : 202.537102217 Dendeng Ikan : 202.5371.032.17 2 Kelompok Perempuan Mawar Sejati Wilhemina M. Manafe Alamat : Jl. Kincir Air Lasiana
Kemasan dan label karton silinder , kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan
Kerupuk Ikan : 202.5371.052.18 Ikan Asap : 202.5371.062.18
3 Mandiri
Maria Selfiana Paa Alamat : Oesapa Barat Kelapa Lima
Kemasan dan label karton silinder , kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan
Kerupuk Ikan : 202.5371.012.42 Dendeng Ikan : 202.5371.xxx.yy Ikan Asap : 202.5371.0xx.yy 4 H & L
Dedi Benyemin Ndoen ST Alamat : Jl.Pluto Oesapa
Kemasan dan label karton silinder , kerupuk cumi, Kerupuk Cumi : 202.537.306.216 Ikan Asap : 202.5371.022.16 5 TODE
Solagratia Ratu Edo Alamat : Jl. Taruna Tode Kisar Kota lama
asap cair u perisa ikan lele
Ikan Lele Asap : 202.537101241
6. Sisuka
Epa Lomiga, Oebobo Kemasan dan label karton silinder , kerupuk cumi, asap cair u perisa ikan dan pengawetan Belum memenuhi syarat untuk ajukan PIRT, produk belum di uji BPOM
Pembahasan Kaji Tindak
Kaji tindak partisipatif merupakan kombinasi antara penelitian (research) dengan tindakan (action) yang dilakukan secara partisipatif guna meningkatkan aspek kehidupan masyarakat. Berkaitan dengan itu, integrasi dan partisipasi antara sesama peneliti, obyek yang diteliti, para pemangku kepentingan (stakeholders), dan elemen masyarakat lainnya merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan (Gonsalves et al., 2005) Dalam kaji tindak partisipatif, kerja sama antara peneliti dengan “pemilik masalah” (problem owner) merupakan hal penting untuk diterapkan. Ketergantungan saling menguntungkan antara peneliti dan pemangku masalah terletak pada pemahaman bersama terhadap masalah yang harus dipecahkan,
keterampilan, pengalaman, dan kompetensi; agar proses penelitian dan pengembangannya dapat mencapai dua tujuan utama berupa pengetahuan metode baru dalam pemecahan masalah secara praktis (Hult dan Lennung, 1980).
Dalam hal ini, peneliti mendapatkan kerangka intelektual dan pengetahuan baru dalam pemecahan masalah, sedangkan pemilik masalah mendapatkan metode yang lebih efisien dalam pemecahan masalah secara praktis di lapangan (Burns, 1994).Dalam
konteks pengembangan masyarakat
(community development), kaji tindak partisipatif ditujukan untuk memberdayakan kelompok-kelompok masyarakat yang tidak dalam kegiatan kaji tindak partisipatif biasanyaberlandaskan konflik kepentingan
382 masyarakat.Implementasinya, aksi kegiatan diawali dengan peningkatan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya, berikutnya transformasi sosial ekonomi, hingga pada akhirnya diharapkan tercipta suatu tatanan politik masyarakat yang berdaya (politicalcommunity’s empowerment). Hal yang patut diperhatikan adalah peneliti kaji tindak partisipatif harus mendedikasikan dirinya untuk bekerja bebas dari dominasi sistem kekuasaan (Tandon, 1981; Brown, 1985). Dalam berbagai aktivitas kaji tindak tersebut, secara fisik calon penerima teknologi praktis memang dilibatkan, namun hanya dalam rangka melaksanakan instruksi peneliti. Oleh karena itu, untuk lebih mengakomodasi aspirasi calon penerima teknologi dan meningkatkan efektivitas pelaksanaan kaji tindak, penggunaan metode kaji tindak yang partisipatif (participatory actionresearch)
perlu direkomendasikan (Basuno etal., 2005). Esensi dari pengertian kaji tindak, yaitu kombinasi antara kajian (research) dan tindakan (action), atau dengan kata lain terdiri dari teori dan praktek (McKay dan Marshall, 2001).
Kaji tindak mencakup dihasilkannya pengetahuan baru dalam rangka pemecahan masalah atau perbaikan terhadap pemecahan masalah dalam kehidupan praktis (Elden danChisholm, 1993). Dapat dikatakan bahwa kaji tindak bukan sekadar pendekatan terhadap pemecahan masalah, melainkan disertai juga
kerangka konseptual yang
melatarbelakanginya. Oleh sebab itu, kaji tindak harus mencerminkan konsep strategi pengujian, perbaikan,dan pengembangan metode dalam rangka memperbaiki situasi dan kondisi permasalahan tertentu yang dinilai tidak optimal.
KESIMPULAN DAN SARAN
Asap cair yang telah mengalami proses pemurnian dapat diaplikasikan pada produk olahan pangan berbasis ikan seperti ikan oven berperisa asap, dendeng dan dendeng roll ikan berperisa asap. Pemanfaatan asap cair untuk pembuatan ikan asap berpeluang dalam menggantikan produk ikan asap tradisional (dengan cara pengasapan langsung) yang dimungkinkan adanya kandungan zat yang berbahaya bagi kesehatan seperti tar dan senyawa poliaromatik
hidrokarbon (PAH). Dalam kegiatan ini telah diterapkan teknologi pemanfaatan asap cair untuk pengolahan produk berbasis ikan pada 6 unit usaha/kelompok pengolah ikan di Kupang-NTT telah dikemas dan telah mendapatkan sertifikasi produk dari dinas kesehatan setempat. Produk-produk olahan yang telah memanfaatkan asap cair diantaranya ialah ikan oven berperisa asap dan dendeng / dendeng roll berperisa asap.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terimakasih penulis sampaikan pada Ibu Carolina, Fithria N., Bambang Saksana, dan semua yang mendukung ataupun terlibat secara langsung dan tidak langsung dalam kegitan PKPP tahun 2012 pada program pemanfaatan TTG Olahan Ikan di Kupang.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, W., 2013. Asap Cair untuk Olahan Ikan Oven Berperisa Asap.Majalah : Inovasi. Volume 6/Juni 2013. B2PTTG LIPI Subang.
Basuno, E., R.N. Suhaeti, S. Wahyuni, R.S. Rivai,T. Pranaji, G.S.Budhi, dan M. Iqbal. 2005.Kaji Tindak (Action Research) Pemberdayaan Masyarakat di Wilayah Tertinggal.Laporan Penelitian. Pusat Penelitian danPengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.Bogor.
Darmadji, P., 2009. Teknologi Asap Cair dan Aplikasinya pada Pangan dan hasil Pertanian. Pidato pengukuhan Jabatan Guru Besar dalam Bidang teknologi Pangan dan hasil Pertanian. Fakultas
teknologi Pertanian. UGM.
Yogyakarta. DKP Provinsi NTT, 2012. http://nttprov.go.id/2012/index.php/en/ pemerintahan/profil-skpd/dinas/dinas-kelautan-danperikanan, diunduh agustus 2013.
Elden, M., and Chisholm, R.F. 1993. Emerging Varieties of Action Research : Introduction to the Special Issue. Human Relation.
Gonsalves, J., T. Becker, A. Braun, D. Campilon, H.de Chaves, E. Fajber, M. Capiriri, J.R.Caminade, and R. Vernooy (Editors). 2005. Participatory
383 Research and Developmentfor Sustainable Agricultural and NaturalResource Management : A
Resource Book(Glossary).
International Potato Center-Users Perspective with Agricultural
Researchand Development.
Philippines
Hult, M. and Lennung, S. 1980. Towards a Definition of Action Research: A Note and Bibliography. Journal of Management Studies, vol 17, no 2, pp. 242–250.
McKay, J. and P. Marshall. 2001. Dual Imperativesin Action Research. Information Technology and People. Vol. 14, No. 1
Nurhayati T. 2000. Sifat destilat hasi! destilasi kering 4 jenis kayu dan kemungkinan pemanfaatannya sebagai pestisida.
Buletin Penelitian Hasil Hutan 17: 160-168.
Rupert, S.,Gomez Ruiz J.R., dan Wenzl T., 2010. Results of an European Inter-Laboratory Comparison Study on the Determination of the 15 +1 EU Priority Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs) in Liquid Smoke Condensates. Food Chemistry vol. 123 no. 3 p. 819-826 :ELSEVIER SCI LTD
Sudaryanto, A., dkk. 2012. Modul kegiatan PKPP Kupang 2012. B2PTTG LIPI : Subang.
Sukarwanto, A., dkk., 2012. Modul Pelatihan Teknologi Tepat Guna : Teknologi Olahan Pangan Berbasis Asap Cair. B2PTTG-LIPI : Subang.
Tandon, R. 1981. Participatory Research in the
Empowerment of People.