• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA"

Copied!
158
0
0

Teks penuh

(1)

i

STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN

DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Kesehatan Program Studi Magister Kedokteran Keluarga

Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan

Oleh:

Faried Rahman Hidayat NIM. S541102027

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2013

(2)
(3)
(4)

iv

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : “STUDI ANALISIS PROFESIONALITAS DOSEN DI STIKES MUHAMMADIYAH SAMARINDA” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya

ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar

akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau

diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan

dalam naska ini dan disebutkan dalam sumber acuhan serta daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan perudang-undangan

(Permendiknas No. 17, tahun 2010).

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs-UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan

publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister

Kedokteran Keluarga PPs UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal

ilmiah yang diterbitkan Prodi Magister Kedokteran Keluarga PPs-UNS.

Apabila saya melakukan pelanggaran dari Ketentuan publikasi ini, maka saya

bersedia mendapatkan sanksi akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2013

Materai Rp 6000

Faried Rahman Hidayat

S541102027

(5)

v

“ALLAH SWT tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya”

(QS: Al-Baqarah ayat 286)

“Maka sesungguhnya bersama kesukaran ada kemudahan” (QS: Al-Insyirah ayat 5)

“Hidup penuh tantangan Hidup harus terus berjalan Hadapilah tantangan hidup

Dan jangan pernah menyesal”

“Semua jalan pasti ada hikmahnya Hikmah tersebut kita ambil

Dengan hikmah tersebut kita melangkah ke depan yang lebih cerah

Kegagalan ataupun keberhasilan juga merupakan suatu hikmah

Jangan takut gagal” (Penulis, 2003)

Tesis Ini Kupersembahkan Untuk Ibunda, Ayahanda Serta Kakakku Tercinta Begitu Besar Dukungan, Cinta Dan Kasih Sayangnya Sehingga Takkan Terbalaskan Sampai Ajal Menghampiri Tidak Lupa Untuk Istri dan Calon Anakku Yang Setia Dan Sabar Menunggu Terselesainya Pendidikan Ku

(6)

vi

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan ke hadirat ALLAH SWT, karena

atas rahmat dan karunia-Nya jualah peneliti dapat menyelesaikan tesis ini tepat

pada waktunya. Tesis mengenai Studi Analisis Profesionalitas Dosen di STIKES

Muhammadiyah Samarinda tidak semudah yang peneliti bayangkan. Hal ini

karena keterbatasan pengetahuan peneliti dan kurangnya pengalaman dalam

penelitian kualitatif. Namun berkat dukungan dan bantuan dari semua pihak,

semua hambatan dapat teratasi dan tesis ini dapat diselesaikan sebagaian syarat

untuk menempuh ujian akhir Program Studi Megister Kedokteran Keluarga Minat

Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Atas segala bimbingan dan bantuan yang diberikan dari berbagai pihak

tersebut, maka peneliti mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS. selaku Rektor Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS. selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Dr. Hari Wujoso, dr, Sp.F, MM selaku Ketua Program Studi Megister

Kedokteran Keluarga.

4. Ari Natalia Probandiri, dr, MPH, PhD selaku Sekretaris Program Studi

Magister Kedokteran Keluaraga.

5. Prof. Dr. Ambar Mugdigdo, dr, Sp.PA(K) selaku pembimbing I yang

memberikan bimbingan dan bantuan serta cara tesis yang baik.

(7)

vii

6. Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing II yang telah

banyak memberikan bimbingan,petunjuk maupun saran kepada peneliti.

7. Prof. Dr. Didik Tamtomo, dr, MM, M.Kes, PAK selaku mantan Ketua

Program Studi Megister Kedokteran Keluarga yang telah menerima kami

sebagai mahasiswa pada minat utama Pendidikan Profesi Kesehatan.

8. Seluruh staf pengajar dan administratif Program Pascasarjana Universitas

Sebelas Maret Surakarta yang telah banyak memberikan bantuan kepada

peneliti.

9. Ketua, Dosen dan seluruh Staf Stikes Muhammadiyah Samarinda yang

telah memberikan dukungan administrasi dan proses pengambilan data

demi kelancaran tesis yang sangat membantu peneliti dalam

menyelesaikan tesis.

10.Ayahanda Ir Muhazir, Ibunda Ida Era Salam BA dan kakak saya dr Fouzy

Hanifa Hijriah yang telah memberikan yang terbaik bagi kami baik moril,

materil dan spiritual yang tiada henti–hentinya serta kasih sayangnya yang

tak terhingga. Kami tidak dapat membalas semua itu yang terlalu besar,

maafkan segala kesalahan, baik yang kami sengaja maupun tidak.

11.Kepada istri ku Rini tersayang yang telah sabar menunggu kami dalam

menyelesaikan pendidikan dan dengan tulus memberikan dorongan moril

kepada kami.

12.Kepada semua rekan-rekanku PdPK Paraler 2 dan 3 2011 yang telah

memberikan bantuan dan dorongan semangat untuk penyelesaian tesis ini.

(8)

viii

13.Kepada semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu yang

telah banyak memberikan bantuan baik material maupun spiritual demi

perampungan tesis ini.

Akhirnya peneliti menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna,

karenanya peneliti mengharapkan dengan senang hati menerima kritik maupun

saran yang sifatnya membangun yang diharapkan akan menyempurnakan tesis ini.

Namun demikian, semoga hasil-hasil yang dituangkan lewat tesis ini bermanfaat

bagi siapa saja yang memerlukannya.

Surakarta, Januari 2013

Peneliti

(9)

ix

Daftar Isi

Halaman

JUDUL ... i

PENGESAHAN PEMBIMBINGAN ... ii

PENGESAHAN TESIS... iii

PERNYATAAN ... iv

LEMBAR PERUNTUKAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 3

C. Rumusan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 3

E. Manfaat Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 4

1. Profesionalitas Dosen ... 4

2. Proses Belajar Mengajar ... 12

3. Standar Proses Pembelajaran ... 26

B. Penelitian yang Relevan ... 40

C. Kerangka Berpikir ... 43

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 47

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 47

(10)

x

1. Informan ... 47

2. Observasi ... 48

3. Dokumen... 48

D. Teknik Sampling ... 48

E. Teknik Pengumpul Data ... 48

1. Observasi lapangan ... 48

2. Wawancara mendalam ... 48

3. Analisa dokumen ... 48

F. Validitas dan Reliabilitas ... 49

1. Triangulasi data ... 49

2. Bahan referensi ... 50

3. Member check ... 50

G. Analisa Data ... 50

1. Pengumpulan data ... 51

2. Reduksi data... 51

3. Penyajian data ... 51

4. Kesimpulan ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 53

1. Sejarah Stikes Muhammadiyah Samarinda ... 53

2. Letak geografis Stikes Muhammadiyah Samarinda ... 55

3. Kondisi dosen dan mahasiswa ... 56

4. Struktur Organisasi ... 58

5. Visi, Misi dan Motto ... 59

B. Hasil Penelitian ... 60

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar ... 60

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ... 76

3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda ... 100

(11)

xi

C. Pembahasan Penelitian ... 112

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar ... 112

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ... 122

3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda ... 126

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 130

1. Kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar ... 130

2. Dosen memenuhi standar proses pembelajaran ... 131

3. Kendala yang dihadapi oleh dosen dan cara mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda ... 131

B. Implikasi ... 134

C. Saran ... 135

1. Bagi institusi perguruan tinggi ... 135

2. Bagi dosen ... 135

3. Bagi peneliti ... 136

DAFTAR PUSTAKA ... 138

Lapiran-lampiran

(12)

xv

Faried Rahman Hidayat. S541102027. 2012: Studi Analisis Profesionalitas Dosen Di Stikes Muhammadiyah Samarinda. TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Pembimbing II: Prof. Dr. Sri Yutmini, S.Pd, M.Pd. Program Studi Magister Kedokteran Keluarga Minat Utama Pendidikan Profesi Kesehatan Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).

Tujuan penelitian adalah menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar, menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran dan menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

Bentuk penelitian yang sesuai dengan fokus masalah menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan strategi studi kasus terpancang tunggal. Tehnik pengumpulan data wawancara, observasi dan analisa dokumen. Keabsahan data dengan triangulasi (sumber, metode, teori, dan penelitian). Tehnik analisis data mulai dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan kesimpulan yang saling berinteraksi.

Hasil dan kesimpulan penelitian pada kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar telah sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang guru dan dosen No. 14 Tahun 2005 pasal 7 tentang profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan beberapa prinsip kemudian dosen telah memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 41 Tahun 2007 tentang standar proses dalam pelaksanaan pembelajaran sedangkan kendala dalam melaksanakan kompetensi dosen dalam belajar mengajar dan dosen memenuhi standar proses pembelajaran di Stikes Muhammadiyah Samarinda antara lain jumlah kelas, kelengkapan laboratorium, pengadaan literatur baru, dan kurikulum baru yang memerlukan pemahaman baru tentang kurikulum tersebut. Cara mengatasinya dengan mendayagunakan ruang yang ada seperti ruang rapat dan laboratorium, sering mengikuti pelatihan, mengusulkan pada pimpinan untuk penambahan literatur, alat dan bahan laboratorium.

Kata kunci: Profesionalitas, Dosen, Stikes Muhammadiyah Samarinda

(13)

xvi

Faried Rahman Hidayat. S41102027. 2012: An Analytical Study on the Lecturer

Professionalism in Stikes Muhammadiyah Samarinda. THESIS. First consultant:

Prof. Dr. Ambar Mudigdo, dr. Sp. PA(K). Second Consultant: Prof. Dr. Sri Jutmini, S.Pd, M.Pd. Family Medical Magister Study Program of Health Profession Education Main Interest of Postgraduate Program of Surakarta Sebelas Maret University.

ABSTRACT

For a lecturer, the success of teaching-learning process would be able to improve satisfaction, self-confidence, as well as high spirit. It means that the lecturer’s professional attitude was needed in globalization age with various progresses, particularly in the term of science and technology progresses that affected education (Usman. 2010: 5).

The form of research was corresponding to the focus of problem by using descriptive qualitative research methods with a strategy case study single rooted. Techniques of data collection interview, observation and document analysis. The validity of the data by triangulation (sources, methods, theories, and research). Technique of analyzing data was started from data collection, data reduction, data display and conclusion, all of which were interacted each other.

The results and conclusions of research on the professional competence of teachers in the teaching-learning process in accordance with the provisions in the Act of teachers and lecturers number 14 year 2005 article 7 of the profession of teachers and lecturers are specific areas of work undertaken by several principles then teachers has fulfilled learning standards in Stikes Muhammadiyah Samarinda accordance with the Regulation of the Minister of National Education number 41 year 2007 on a standard process in the implementation of learning while the obstacles in implementing teachers competency in teaching-learning and standards lecturer at Stikes Muhammadiyah Samarinda include number of classrooms, completeness laboratory, procurement of new literature and a new curriculum requires a new understanding. How to cope with utilizing the existing space such as meeting room and laboratory, often through the course, proposes to the head to addition of the literature, equipment and materials laboratories.

Keywords: Professionalism, Lecturer, Stikes Muhammadiyah Samarinda

(14)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Era globalisasi merupakan tantangan tersendiri bagi Perguruan Tinggi dalam menyiapkan lulusannya agar mampu berkompetisi dalam memperebutkan pasar kerja dan menghasilkan lulusan yang inovatif dan kreatif. Secara internasional, mulai tahun 2003 AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) akan dimulai. Hal ini berarti persaingan tenaga kerja akan terbuka, konsekuensinya tenaga kerja kita harus mampu bersaing secara terbuka dengan tenaga kerja asing dari berbagai negara. Jika tidak, maka tenaga kerja Indonesia akan tersisihkan oleh tenaga kerja asing dari Malaysia, Philipina, Bangladesh, India, dan sebagainya (Prasetyaningrum.2009: 8 ).

Perguruan tinggi merupakan lembaga utama dalam mencapai tujuan program pendidikan. Dalam kenyataan keberhasilan pada tingkat ini justru yang menentukan keberhasilan pelaksanaan Program Pendidikan Nasional, oleh karena itu pemberdayaan perguruan tinggi sebagai unit pendidikan yang secara langsung mengelola peserta didik, diharapkan akan lebih meningkat efisiensi dan efektifitasnya dalam program pembangunan pendidikan dimasa datang (Haryadi.2008: 2 ).

Bagi seorang dosen keberhasilan dalam proses belajar mengajar akan dapat meningkatkan kepusaan, rasa percaya diri, serta semangat belajar yang tinggi. Hal ini berarti telah menunjukkan sikap dosen profesional yang dibutuhkan pada era globalisasi dengan berbagai kemajuannya, khususnya kemajuan ilmu dan tehnologi yang berpengaruh terhadap pendidikan (Usman.2010: 5).

Mengantisipasi hal tersebut Stikes Muhammadiyah Samarinda baru berdiri pada tahun 2009: SK MENDIKNAS RI No: 143/D/O/2009. Merupakan salah satu dari perguruan tinggi swasta di indonesia dan juga merupakan salah satu diantara ratusan Perguruan Tinggi Muhammadiyah di indonesia dibawah naungan di bawah Majelis Pendidikan Tinggi, Penelitian dan Pengembangan (majelis DIKTILITBANG) Pimpinan Pusat Muhammadiyah (Stikes Muhammadiyah

(15)

Samarinda.2011). Berupaya meningkatkan mutu proses belajar mengajar dari segi kuantitas (jumlah) dan kualitas (kemampuan) dosen.

Kuantitas (jumlah) dosen tetap Stikes Muhammadiyah Samarinda sesuai dengan hasil survey november 2011 didapatkan jumlah dosen tetap sebanyak 42 orang dengan latar belakang pendidikan DIII adalah 1 dosen, S1 adalah 32 dosen dan S2 adalah 9 dosen. Terdapat 14 dosen yang masa kerjanya kurang dari 3 tahun dan 28 dosen yang masa kerjanya diatas 3 tahun.

Kualitas (kemampuan) dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda memberi kesempatan pada para dosen untuk meningkatkan jenjang pendidikan melalui ijin belajar maupun tugas belajar. Dari data didapat bahwa pada tahun 2011 terdapat 1 dosen yang sedang menjalani jenjang pendidikan S1, 6 dosen sedang menjalani jenjang pendidikan S2, dan 1 dosen sedang menjalani jenjang pendidikan S3. Selain itu dosen Stikes Muhammadiyah Samarinda juga diberi kesempatan untuk mengikuti pelatihan guna meningkatkan kemampuan dalam proses pembelajaran misal pekerti dan AA.

Data diatas menunjukan bahwa dosen dengan latar belakang pendidikan DIII mengajar pada tingkat DIII dan latar belakang pendidikan S1 mengajar pada tingkat S1. Bertentangan dengan keputusan DIKTI bahwa tenaga pendidik haruslah diatas tingkatan peserta didik. Sejalan dengan Pelaksanaan AKREDITASI oleh Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT), syarat tersebut merupakan suatu keharusan yang ditetapkan oleh BAN-PT mengenai kompetensi seorang dosen. AKREDITASI oleh BAN-PT untuk Stikes Muhammadiyah Samarinda rencananya akan dilaksanakan pada tahun 2012.

Berdasarkan pengalaman dilingkungan akademik yang dirasakan tentang proses belajar mengajar dan berdasarken latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih mendalam tentang profesionalitas dosen di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

(16)

B. Fokus Penelitian

Pada penelitian ini situasi sosial adalah profesionalitas dosen dalam melaksanakan proses belajar mengajar di Stikes Muhammadiyah Samarinda. Fokus penelitian diarahkan pada:

1. Kompetensi dosen dalam proses belajar mengajar.

2. Faktor yang mempengaruhi profesionalitas dosen dalam proses belajar mengajar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan fokus penelitian yang ditetapkan tersebut maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar? 2. Bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran?

3. Kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana mengatasi sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Menganalisa bagaimana kompetensi profesional dosen dalam proses belajar mengajar.

2. Menganalisa bagaimana para dosen memenuhi standar proses pembelajaran. 3. Menganalisa kendala apa yang dihadapi oleh para dosen dan bagaimana

mengatasinya sebagai tenaga pengajar profesional di Stikes Muhammadiyah Samarinda.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

Diharapkan dapat memberikan masukan kepada institusi pendidikan Stikes Muhammadiyah Samarinda sebagai masukan yang berguna untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

2. Manfaat Teoritis

Menambah bukti dan mendukung teori tentang profesionalitas dosen.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

Dalam bab ini akan diuraikan konsep teori yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti, terutama yang berhubungan dengan objek penelitian dan segala sesuatu yang mendasarinya.

1. Profesionalitas dosen

Dosen mempunyai tanggung jawab tidak hanya menjadi pendidik tetapi juga sebagai peneliti yang memperdalam, memperluas, dan mengembangkan IPTEK dan seni. Kompetensi yang dibutuhkan bagi dosen bukan sekedar menguasai IPTEK dan seni yang sudah mapan, melainkan juga menemukan IPTEK dan seni baru melalui penelitian, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat. Kompetensi yang dikembangkan adalah kemampuan menguasai struktur dan metode keilmuan sampai pada tahap mutahir, melaksanakan penelitian dasar dan terapan, serta melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dalam konteks keilmuan. selain itu juga dosen mempunyai tanggung jawab untuk mengembangkan potensi peserta didik usia dewasa melalui program akademik, vokasi atau profesi, serta terikat oleh etika sivitas akademika. Dosen disiapkan di perguruan tinggi pada jenjang pendidikan Magister dan atau Doktor (Danim.2010: 66-67).

a. Pengertian profesionalitas dosen

Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen menyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Kunandar.2010: 45).

Guru yang profesional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu, juga menunjukan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru yang profesional hendaknya

(18)

mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua, masyarakat, bangsa, negara dan agamanya (Surya.2005 dalam Kunandar.2010: 46).

Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama mentransformasikan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni melalui penelitian dan pengabdian masyarakat (Peraturan Pemerintah.2009). Dosen profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan atau pendidikan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai dosen dengan kemampuan maksimal. Atau dengan kata lain seorang dosen yang profesional adalah orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya di bidangnya (Usman.2011: 15).

Dosen profesional dituntut memiliki kode etik, yaitu norma tertentu sebagai pegangan yang diakui serta dihargai oleh masyarakat. kode etik merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku yang dijunjung tinggi oleh setiap anggotanya. Dosen memiliki otonomi khusus, dapat mengatur diri sendiri, memiliki sikap mandiri dalam melaksanakan tugas. Dosen membuat keputusan dan dapat mempertanggung jawabkan keputusan tersebut (Alma dkk.2009: 132).

Istilah profesi, memang selalu men yangkut pekerjaan, tetapi tidak semua pekerjaan dapat disebut profesi. Untuk mencegah kesimpang siuran tentang arti profesi dan hal-hal yang bersangkutan dengan profesi, berikut ini dikemukakan beberapa istilah profesi menurut Surya. H. M. (1999: 45) sebagai berikut:

“Profesional” menunjukkan kepada dua hal. (1) orang yang menyandang suatu profesi, misalnya sebutan dia seorang “profesional”. (2) penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

“Profesionalisme” menunjukan komitmen para anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi yang digunakan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya.

(19)

“Profesionalitas” adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugasnya. Dengan demikian sebutan profesionalitas lebih menggabarkan suatu keadaan derajat keprofesionalan seseorang dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk melaksanakan tugasnya.

“Profesionalisasi” menunjukan pada proses peningkatan kualitas maupun kemampuan para anggota suatu profesi dalam mencapai kriteria yang standar dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.

b. Komponen profesionalitas

Ada dua hal yang menjadi dasar profesionalitas yaitu kemampuan atau kewenangan formal dan keahlian praktik. Profesionalitas bidang pendidikan memerlukan dipenuhinya syarat pendidikan, keilmuan, tehnologi dan art

sampai mencapai tingkat tertentu secara terintegrasi sehingga memenuhi standar (Alma.2009: 141).

Guru profesional mempunyai tanggung jawab pribadi, tanggung jawab sosial, tanggung jawab intelektual, tangung jawab moral dan tanggung jawab spiritual. Tanggung jawab pribadi yang mandiri yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kompetesi guru dalam memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari lingkungan sosial serta memiliki kemampuan interaktif yang efektif. Tanggung jawab intelektual diwujudkan melalui penugasan berbagai perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menunjang tugasnya. Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama dan moral (Surya.2005 dalam Kunandar.2010: 47-48).

Undang-undang guru dan dosen nomor 14 Tahun 2005 Pasal 7 menyatakan: profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasar prinsip berikut (Kunandar.2010: 54-55):

(20)

1) Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme.

2) Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.

3) Memiliki kualifikasi akademi dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas.

4) Memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas 5) Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan kerja. 6) Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai prestasi kerja.

7) Memiliki kesempatan untuk mengembangakan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.

8) Memiliki jaminan hukum dan melaksanakan tugas keprofesionalan. 9) Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal

yang berkaitan dengan tugas keprofesionalannya.

Undang-undang nomor 14 Tahun 2005 pasal 10 ayat 1 tentang guru dan dosen dan peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 pasal 28 ayat 3 tentang standar nasional, mengamanatkan pada guru dan dosen memahami, menguasai, dan terampil menggunakan sumber belajar baru dan menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional dan kompetensi sosial (Sagala.2011: 30). Kompetensi tersebut dapat dijabarkan seperti dibawah ini:

1) Kompetensi pedagogik

Kemampuan pedagorgik adalah kemampuan mengelola pembelajaran. Ini mencakup konsep kesiapan mengajar yang ditukukan oleh penguasa pengetahuan dan keterampilan mengajar. Mengajar merupakan kegiatan yang kompleks dan sifatnya multidimensional (Alma.2009: 141)

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik meliputi (Sagala.2011: 32):

a) Pemahaman wawasan guru akan landasan dan filsafat pendidikan. b) Guru memahami potensi dan keberagaman peserta didik, sehingga

dapat didesain strategi pelayanan pembelajaran sesuai keunikan masing-masing peserta didik.

(21)

c) Guru mampu mengembangkan kurikulum atau silabus baik dalam bentuk dokumen maupun implikasi dalam bentuk pengalaman belajar. d) Guru mampu menyusun rencana dan strategi pembelajaran berdasarkan

standar kompetensi dan kompetensi dasar.

e) Mampu melaksanakan pembelajaran yang mendidik dengan suasana dialogis dan interaktif, sehingga pembelajaran menjadi aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.

f) Mampu melakukan evaluasi hasil belajar dengan memenuhi prosedur dan standar yang dipersyaratkan.

g) Mampu mengembangkan bakat dan minat peserta didik melalui kegiatan intrakurikuler dan ektrakurikuler untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

Kemampuan pedagogik bagi seorang guru atau pendidik bukan hal yang sederhana, karena k ualitas guru haruslah diatas rata-rata. Kualitas ini dapat dilihat dari aspek intelektual (Sagala.2011: 32-33) meliputi:

a) Logika pengembangan kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenai lingkungan terdiri atas enam macam yang disusun secara hierarkis dari yang sederhana sampai yang kompleks. Hierarkis tersebut meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian.

b) Etika sebagai pengembangan afektif mencakup kemampuan emosional disusun secara hierarkis. Yaitu: kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai dan karakterisasi diri.

c) Estetika sebagai pengembangan psikomotor yaitu kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan. Yaitu terdiri dari: gerak refleks, gerak dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih dan komunikasi nondiskursif.

2) Kompetensi kepribadian

Guru atau pengajar sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal.oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau panutan (yang di-gugu dan di-tiru) (sanjaya.2008: 145).

(22)

Kompetensi kepribadian dilihat dari aspek psikologis guru menunjukan kemampuan personal yang mencerminkan kepribadian (Sagala.2011: 33-34) yaitu:

a) Mantap dan stabil yaitu memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai norma hukun, norma sosial dan etika yang berlaku.

b) Dewasa yang berarti mempunyai kemandirian untuk bertindak sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

c) Arif dan bijaksana yaitu tampilannya bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat dengan menunjukan keterbukaan dalam berfikir dan bertindak.

d) Berwibawa yaitu prilaku guru yang disegani sehingga berpengaruh positif terhadap peserta didik.

e) Memiliki ahlak mulia dan memiliki prilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik, bertindak sesuai norma religius, jujur, ikhlas dan suka menolong.

Kompetensi pribadi menurut Usman (2011: 16-17) meliputi: a) Mengembangkan kepribadian.

(1) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

(2) Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila.

(3) Mengembangkan sifat terpuji yang dipersyaratkan bagi seorang guru.

b) Berinteraksi dan berkomunikasi.

(1) Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

(2) Berinteraksi dengan masyarakat untuk menunaikan misi pendidikan.

c) Melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.

(1) Membimbing siswa untuk memahami kesulitan belajar. (2) Membimbing murid yang berkelainan dan berbakat khusus.

(23)

d) Melaksanakan Administrasi Sekolah.

(1) Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah. (2) Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah.

e) Melaksanakan penelitian sederhana untuk keperluan pengajaran. (1) Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah.

(2) Melaksanakan penelitian sederhana. 3) Kompetensi profesional

Kemampuan profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam, serta metode teknik mengajar yang sesuai yang dipahami oleh murid, mudah ditangkap, tidak menimbulkan kesulitan dan keraguan (Alma.2009: 142)

Kompetensi profesional mengacu pada perbuatan (performance) yang bersifat rasional dan memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas kependidikan. Mengenai perangkat kompetensi profesional biasanya dibedakan profil kompetensi yaitu mengacu kepada berbagai aspek kompetensi yang dimiliki seseorang tenaga profesional pendidikan dan spektrum kompetensi yaitu mengacu kepada variasi kualitatif dan kuantitatif (Sagala.2011: 41). Kemampuan profesional seorang guru harus meliputi hal berikut (Usman.2011: 17-19):

a) Menguasai landasan pendidikan

(1) Mengenai tujuan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

(2) Mengenal fungsi sekolah dan masyarakat

(3) Mengenal prinsip psikologi pendidikan yang dapat di manfaatkan dalam proses belajar mengajar

b) Menguasai bahan pengajaran

(1) Menguasai bahan pengajaran kurikulum pendidikan (2) Menguasai bahan pengayaan

c) Menyusun program pembelajaran (1) Menetapkan tujuan pembelajaran.

(2) Memilih dan mengembangkan bahan pembelajaran.

(24)

(3) Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar. (4) Memilih dan mengembangkan media pengajaran yang sesuai. (5) Memilih dan memanfaatkan sumber belajar.

d) Melaksanakan program pembelajaran (1) Menciptakan iklim belajar yang tepat. (2) Mengatur ruang belajar.

(3) Mengelola interaksi belajar mengajar.

e) Menilai hasil dan proses belajar mengajar yang telah di laksananakan (1) Menilai prestasi mahasiswa untuk kepentingan pengajaran. (2) Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan. 4) Kompetensi sosial

Kemampuan sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolah. Guru profesional berusaha mengembangkan komunikasi dengan orang tua siswa, sehingga terjalin komunikasi dua arah yang berkelanjutan antara sekolah dan orang tua, serta masyarakat pada umumnya (Alma.2009: 142).

Kompetensi sosial terkait dengan kemampuan guru sebagai makhluk sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Sebagai makhluk sosial guru berprilaku santun, mampu berkomunikasi dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif dan menarik mempunyai rasa empati terhadap orang lain. Kemampuan guru berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan menarik dengan peserta didik, sesama pendidik dan tenaga kependidikan, orang tua dan wali peserta didik, masyarakat sekitar sekolah dan sekitar dimana pendidik itu tinggal, dan dengan pihak yang berkepentingan dengan sekolah (Sagala.2011: 38).

Kompetensi ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai mahluk sosial, meliputi (sanjaya.2008: 146): a) Kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman

sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional.

(25)

b) Kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungi setiap lembaga kemasyarakatan.

c) Kemampuan untuk menjalin kerjasama baik secara individual maupun secara kelompok.

Selain komponen diatas dosen juga harus mampu melaksanakan penelitian dasar dan terapan guna menunjang penemuan IPTEK dan seni (Danim.2010: 67). Dalam melakukan penelitian dosen dapat menggunakan metode kualitatif, kuantitatif dan penelitian dan pengembangan (Research and Development atau R&D) yang dapat dilakukan secara langsung oleh seorang dosen maupun tidak lansung dalam bentuk bimbingan penelitian kepada mahasiswa.

Dosen juga melaksanakan pengabdian masyarakat dan peyuluhan dalam konteks bidang keilmuan (Danim.2010: 67). Pengabdian masyarakat dapat dilakukan secara langsung terjun kemasyarakat maupun tidak langsung yang berupa bimbingan mahasiswa dalam kegiatan kuliah kerja nyata maupun daerah binaan.

2. Proses belajar mengajar

Pembelajaran yang sering juga disebut dengan belajar mengajar, sebagai terjemahan dari istilah “instruction” terdiri dari dua kata, belajar dan mengajar (teaching and learning) bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang (Widoyoko.2007: 4). Hal ini sesuai dengan pendapat Ormrod (2003: 188) mengatakan bahwa belajar adalah perubahan prilaku yang relatif permanen sebagai akibat pengalaman.

Proses belajar adalah suatu proses psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif manusia dengan lingkungannya dan menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keretampilan, nilai, sikap yang bersifat konstan atau tetap dengan adanya suatu ciri khas dari hasil proses belajar, perubahan tersebut tampak dari belum maupun menjadi mampu (Budiningsih.2008: 10).

Mengajar merupakan penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar. Sistem lingkungan ini terdiri dari komponen yang sering

(26)

mempengaruhi yaitu tujuan instruksional yang ingin dicapai, materi yang diajarkan, guru dan murid yang harus bermain peranan serta ada dalam hubungan sosial tertentu, jenis kegiatan yang dilakukan serta sarana dan prasarana belajar mengajar yang tersedia (Hasibuan.2006: 10). Dapat diringkas sebagai pengelola proses belajar mengajar, bertingkah laku sebagai fasilitator yang berusaha menciptakan belajar mengajar yang efektif sehingga memungkinkan proses belajar mengajar, mengembangkan bahan pembelajaran dengan baik dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran dan menguasai tujuan pendidikan yang harus mereka capai (Usman.2011: 21).

Peranan dan kompetensi guru dalam proses belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan oleh Adams and Decey dalam Basic Principles of Student Teaching, antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur lingkungan, partisipan, ekspeditor, perencana, supervisor, motivator dan konselor (Usman.2011: 9).

Pengertian dan penjelasan mengenai proses belajar mengajar secara singkat telah dijelaskan. Proses belajar mengajar merupakan bagian dari suatu proses pendidikan yang tidak akan lepas dari interaksi antar individu yang sangat kompleks sehingga peran psikologi dalam pendidikan juga memegang peranan penting. Adapun penjelasan mengenai psikologi pendidikan adalah sebagai berikut:

a. Pengertian psikologi pendidikan

Para pendidik, terutama guru, dosen, widyaiswara, instruktur, pelatih, penatar dan lain-lain. Sebagai individu membutuhkan pengetahuan tentang psikologi, tetapi sebagai pendidik mereka membutuhkan pengetahuan tentang psikologi dalam interaksi pendidikan. Interaksi pendidikan merupakan interaksi yang sangat kompleks dan unik, berintikan interaksi antar individu, tetapi berlangsung dalam konteks yang bersifat pedagogis. Banyak segi, aspek, unsur dan hubungan yang membutuhkan pemahaman secara psikologis, juga banyak perlakuan, tindakan, layanan yang memerlukan dasar-dasar atau prinsip-prinsip psikologis, dan banyak masalah yang perlu dianalisis dan diatasi dengan pendekatan-pendekatan psikologis. Studi atau ilmu yang

(27)

mempelajari penerapan dasar dan prinsip-prinsip, metode, tehnik dan pendekatan psikologis, untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah dalam pendidikan ini disebut “landasan psikologis dalam pendidikan” yang secara umum atau lebih populer disebut Psikologis Pendidikan (Sukmadinata. 2009: 28).

b. Tujuan psikologi pendidikan

Guru atau dosen adalah seorang dewasa yang telah mempersiapkan diri dan menjalankan tugas sebagai pendidik, pembimbing, pengajar dan pelatih siswa atau mahasiswa. Interaksi pendidikan berlangsung dalam lingkungan tertentu yaitu lingkungan pendidikan. Ada tiga macam lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah, lingkungan sekolah atau kampus dan lingkungan masyarakat. Ada dua tujuan utama psikologis pendidikan yaitu: (1) agar para dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mempunyai pemahaman yang lebih baik tentang situasi pendidikan; (2) agar para dosen, para pendidik atau calon dosen dan calon pendidik mampu menyiapkan dan melaksanakan pengajaran dan bimbingan terhadap siswa, peserta didik dengan lebih baik (Sukmadinata.2009: 29-30).

c. Ruang lingkup psikologi pendidikan

Ketiga lingkungan pendidikan yaitu lingkungan rumah sebagai lingkungan pertama, lingkungan sekolah atau kampus sebagai lingkungan kedua dan lingkungan masyarakat sebagai lingkungan ketiga mempunyai pengaruh penting terhadap perkembangan siswa atau peserta didik. Pada psikologi pendidikan yaitu mempelajari tentang situasi pendidikan dengan fokus utama interaksi pendidikan yaitu interaksi antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam suatu lingkungan. Siswa atau peserta didik menduduki tempat yang paling utama dalam interaksi ini. Seluruh kegiatan interaksi pendidikan diciptakan bagi kepentingan siswa atau peserta didik sedangkan guru atau para pendidik sebagai orang pertama yang terlibat langsung dalam interaksi pendidikan dengan siswa atau peserta didik. Berbagai bentuk aktivitas mendidik, mengajar, melatih, dan membimbing yang dilakukan oleh guru atau para pendidik (Sukmadinata.2009: 31). Interaksi pendidikan dengan

(28)

siswa dan guru dapat diartikan juga dengan interaksi belajar mengajar karena dilaksanakan dalam lingkungan sekolah.

d. Faktor-faktor psikologis belajar mengajar

Kehadiran faktor-faktor psikologis dalam belajar mengajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya penyampaian tujuan belajar yang optimal. Pentingnya faktor-faktor psikologis dapat dipandang sebagai cara berfungsinya pikiran siswa dalam hubungannya dengan pamahaman bahan pelajaran, sehingga penguasaan terhadap bahan yang disajikan lebih mudah. Dengan demikian, proses belajar mengajar itu akan berhasil baik, kalau didukung oleh faktor-faktor psikologis dari si pelajar menurut Thomas F. Staton menguraikan enam macam faktor psikologis (Sardiman.2011: 39) antara lain:

1) Motivasi

Menurut Hill (2012) perihal motivasi dapat dijelaskan dalam bentuk sebagai (1) interpretasi penguatan dan dorongan, (2) sisbernetika dan (3) teori proses-berlawanan.

a) Pada interpretasi penguatan dan dorongan ada tiga trend antara lain (Hill W F.2012: 256-257):

(1) Trend yang pertama adalah deskripsi baru mengenai dorongan adalah salah satu dorongan yang dipuaskan melalui pengalaman baru. (1) Dorongan yang pertama ini lebih dikenal dengan dengan berbagai nama seperti dorongan ingin tahu, dorongan eksplorasi, dorongan manipulasi atau dorongan mencari hal baru sebagai mana keberadaannya didukung oleh eksperimen Harlow, Butler (1953), Montgomery, Berlyne 1960, dan Welker (1961). (2) Dorongan jenis kedua yang orang dipuaskan melalui aktivitas. Aktifitas tidak harus menghasilkan stimulasi baru. Aktivitas semacam itu terjadi ketika seekor tikus memasuki jentera (sebuah lingkaran yang bergerak memutar bebas pada porosnya). Menurut Kagan dan Bekun (1954) telah membuktikan bahwa kesempatan untuk berlari didalam roda

(29)

seperti itu akan memperkuat penekanan tombol, dan Hill (1956) menunjukkan bahwa tikus akan lebih ban yak lagi berlari di dalam roda ketika mereka kekurangan aktifitas dalam waktu yang cukup lama. (3) Dorongan jenis ketiga disebut sebagai kenyamanan kontak (contact comfort). Kenyamanan kontak adalah dorongan yang dipuaskan melalui kontak tertentu secara fisik. Menurut Harlow (1958) temuan dalam eksperimennya ini menunjukan bahwa kenyamanan kontak yang diperlihatkan oleh rasa ketertarikan bayi kera kepada induk buatan dari kain merupakan faktor penting dalam perkembangan kepribadian, bukan hanya dari segi kelekatan bayi kepada induknya,namun juga dari segi-segi lain seperti kasih sayang, perilaku seksual, dan perkembangan hubungan sosial. Berbagai dorongan ini mengandung arti penting buhan karena menyadarkan kita (Hill W F.2012: 257-259).

(2) Trend kedua berupa modifikasi atas teori dorongan yang disebut gairah optimal (optimal orausal). Menurut Barlyne dan Madsen (1973) mengemukakan teori gairah optimal berpandangan bahwa penguatan tidah harus berupa reduksi dorongan melainkan berupa perubahan dorongan ke arah level optimal tertentu. Pada interpretasi dorongan konfensional tidak terlalu berhasil menjelaskan perilaku-perilaku seperti naik roller coaster, membaca kisah horor atau sekedar keluhan bosan dan harapan agar terjadi sesuatu agar tidak merasa jenuh karena teori gairah optimal menyatakan bahwa peningkatan dan juga penurunan gairah bisa berlaku menguatkan sehingga menuntut kita untuk memastikan kapan saatnya yang satu dan kapan yang lainnya menguatkan (Hill W F.2012: 259-262). (3) Trend ketiga dalam interpretasi penguatan yaitu mengaitkan

penguatan dengan respon subjek sendiri kearah suatu tujuan. Pada respon sebagai penguat ini diungkapkan oleh Fred Shiffield (1950) dengan melaksanakan beberapa eksperimen untuk mendukung pendirian tersebut. Salah satu rumusan yang lebih umum mengenai

(30)

gagasan bahwa respon berlaku menguatkan telah dikemukakan oleh David Premack (1959). Ia mengemukakan bahwa dari dua respon salah satu yang lebih sering terjadi jika keduanya tersedia bisa menguatkan lainya yang jarang lebih terjadi namun tidak sebaliknya dengan melakukan eksperimen terhadap anak-anak dengan memberi dua aktifitas yaitu makan kembang gula dan bermain mesin bola tuas (pinball) dan juga dia melakukan eksperimen tentang hubungan penguatan antara berlari dan minum pada tikus (Hill W F.2012: 262-267).

b) Studi mengenai mekanisme yang disebut teori kontrol (control theory) atau sibernetika (cybernitics). Istilah sibernetika diperkenalkan oleh Norbert Wiener (1948), arti kata dari sibernetika adalah ‘jurumudi’ berasal dari bahasa yunani. Jika memenginginkan suatu operasi tetap berjalan pada jalurnya maka perlu ada kelonggaran untuk terjadinya penyimpangan sehingga diperlukan sebuah kontrol mengarahkan suatu operasi kembali kearah jalur yang benar. Ilustrasi ini menjelaskan konsep umum yang disebut umpan balik negatif (negative feedback). Umpan balik negatif merupakan penyesuaian dalam sebuah sistem untuk menjaga agar sistem tersebut dalam keadaan stabil dengan cara memperbolehkan terjadinya penyimpangan tertentu (Hill W F.2012: 267-268).

c) Teori proses-berlawanan awalnya dilakukan eksperimen oleh Richard L. Solomon pada tahun 1950an dan 1960an, beliau melakukan eksperimen yang melibatkan pemberian sengatan listrik pada anjing dan juga mempelajari sebuah studi mengenai para penerjun payung yang baru pertama melakukan terjun payung. Solomon merenungkan perubahan reaksi anjing dan manusia terhadap situasi-situasi yang semula menakutkan dan menyimpulkan bahwa reaksi emosional diawal pengalaman menjadi melemah sementara diakhir pengalaman terjadi reaksi berlawanan yang menjadi menguat. Akhirnya Solomon dan J. D. Corbit (1974) mengemukakan sebuah teori untuk menjelaskan yang

(31)

dikenal sebagai teori proses-berlawanan (oponent-process theory) yaitu: pertama, teori ini adalah teori hedonis (hedonic); maksutnya adalah teori ini menunjukkan pada kenikmatan dan ketidaknikmatan. Kedua, bisa disimpulkan bahwa setiap rasa memiliki reaksi sebaliknya (meskipun tidak selalu setara). Rasa awal dan reaksi sebaliknya terjadi melalui proses berlawanan arah, itulah sebabnya teori ini dinamakan demikian. Ketiga, reaksi kebalikan meningkat seiring berulangnya pemaparan yang diberikan dan menghasilkan perubahan (Hill W F.2012: 272-273).

Seseorang akan berhasil dalam belajar, kalau pada dirinya sendiri ada keinginan untuk belajar. Inilah prinsip dan hukum pertama dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Keinginan atau dorongan untuk belajar inilah yang disebut dengan motivasi. Motivasi dalam hal ini ada dua hal: (1) mengetahui apa yang dipelajari dan (2) memahami mengapa hal tersebut patut dipelajari. Dengan berpijak pada kedua unsur motivasi inikah sebagai dasar permulaan yang baik untuk belajar (Sardiman.2011: 40).

2) Konsentrasi

Konsentrasi dimaksutkan memusatkan segenap kekuatan perhatian pada suatu situasi belajar. Di dalam konsentrasi ini keterlibatan mental secara detail sangat diperlukan, sehingga tidak “perhatian” sekadarnya. Di dalam belajar, mungkin juga ada perhatian sekedarnya, tetapi tidak konsentrasi, maka materi yang masuk perhatian dalam pikiran mempunyai kecenderungan berkesan tetapi samar-samar di dalam kesadaran (Sardiman.2011: 40-41).

3) Reaksi

Di dalam kegiatan belajar diperlukan keterlibatan unsur fisik maupun mental, sebagai suatu wujud reaksi. Pikiran dan otot-ototnya harus dapat bekerja secara harmonis sehingga subjek belajar itu bertindak atau melakukannya. Belajar harus aktif, tidak sekedar apa adanya, menyerah pada lingkungan tetapi semua itu harus dipandang sebagai tantangan yang memerlukan reaksi. Jadi orang yang belajar harus aktif, bertindak dan

(32)

melakukannya dengan segala panca indranya secara optimal. Dalam hal belajar membutuhkan reaksi yang melibatkan ketangkasan mental, kewaspadaan, perhitungan, ketekunan dan kecermatan untuk menangkap fakta dan ide sebagaimana disampaikan oleh pengajarnya (Sardiman.2011: 41-42).

4) Organisasi

Belajar dapat juga dikatakan sebagai kegiatan mengorganisasikan, menata atau menempatkan bagian bahan pelajaran ke dalam satu kesatuan pengertian. Untuk membantu siswa agar lebih cepat dapat mengorganisasikan stimulus (fakta dan ide) dalam pikirannya, maka diperluakan perumusan tujuan yang jelas dalam belajar. Dengan demikian akan terjadi proses yang logis (Sardiman.2011: 42).

5) Pemahaman

Pemahaman atau comprehension dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran. Karena itu belajar berarti harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksut dan implikasinya serta aplikasinya sehingga menyebabkan siswa dapat memahami situasi. Tanpa itu skill

pengetahuan dan sikap tidak akan bermakna. Unsur pemahaman itu tidak dapat dipisahkan dari unsur psikologis lainnya. Dengan motivasi, konsentrasi dan reaksi. Subjek belajar dapat mengembangkan fakta dan ide atau skill. Kemudian dengan unsur organisasi, subjek belajar dapat menata dan mematutkan hal tersebut secara bertautan bersama menjadi suatu pola yang logis (Sardiman.2011: 43).

6) Ulangan

Lupa merupakan suatu yang tercela dalam belajar. Tetapi lupa adalah sifat umum manusia. Sehubungan dengan kenyataan itu, untuk mengatasi kelupaan, diperlukan kegiatan “ulangan”. Mengulang-ulang suatu pekerjaan atau fakta yang sudah dipelajari membuat kemampuan para siswa untuk mengingatnya akan semakin bertambah. Kegiatan mengulang harus disertai dengan pemikiran dan bertujuan (Sardiman.2011: 44).

(33)

Usman (2011: 21) guru dituntut mampu mengelola proses belajar mengajar yang memberi rangsangan kepada siswa sehingga ia mau belajar karena memang siswalah subjek utama dalam belajar. Dalam menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif sedikitnya ada lima jenis variabel yang menentukan keberhasilan belajar siswa, sebagai berikut:

a. Melibatkan siswa secara aktif

Secara harfiah dapat diartikan sebagai sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosi untuk memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan antara kognitif, afektif dan psikomotor (Usman.2011: 22). Mc Keachie berkenaan dengan prinsip keaktifan mengemukakan bahwa individu merupakan “manusia belajar yang aktif selalu ingin tahu, sosial” (Mc Keachie.1976: 230 dari Gredler MEB terjemahan Munandir.1991: 105)

b. Menarik minat dan perhatian siswa

Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminati (Usman.2011: 27).

Dalam proses belajar mengajar salah satu tugas seorang pendidik ialah membangkitkan minat belajar. Penggunaan media pembelajaran, dosen harus memahami tingkat perkembangan intelektual siswa. Dosen perlu memperhatikan tahap eksplorasi, tahap pengenalan konsep maupun tahap pengaplikasian konsep (Soemarsono.2007: 69).

c. Membangkitkan motivasi siswa

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme yang menyebabkan kesiapannya untuk memulai serangkaian tingkah laku atau perbuatan, sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk mengiatkan motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan dan kesiapan diri individu yang mendorong

(34)

tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai tujuan tertentu. Motivasi bisa bersifat intrinsik (dalam diri) dapat pula bersifat ektrinsik (dari luar) (Usman.2011: 28-29).

Biggs dan Telfer (1987: 96-117) berpendapat siswa memiliki bermacam-macam motivasi dalam belajar. Macam-bermacam-macam motivasi tersebut dapat dibedakan menjadi empat golongan yaitu: (1) motivasi instrumental (2) motivasi social (3) motivasi berprestasi dan (4) motivasi intrinsik.

Penjalasan dari empat golongan motivasi tersebut diungkapkan Dimyati dan Mudjiono (2009: 32) yaitu Motivasi instrumental berarti bahwa siswa belajar karena didorong adanya hadiah atau menghindari dari hukuman. Motivasi sosial berarti bahwa siswa belajar untuk penyelenggaraan tugas. Motivasi prestasi dalam hal ini keterlibatan dalam menyelesaikan tugas lebih menonjol. Motivasi intrinsik berarti belajar karena keinginan sendiri. Motivasi instrument dan Motivasi sosial merupakan kondisi eksternal, sedangkan motivasi prestasi dan motivasi intrinsik merupakan kondisi internal.

Motivasi berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan, dorongan untuk memenuhi kebutuhan dan pencapaian tujuan yang memenuhi kebutuhan itu. Kaitannya tersebut tertampung dalam istilah lingkaran motivasi yang memiliki tiga rantai dasar yaitu (1) timbulnya suatu kebutuhan yang dihayati dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan itu, (2) bertingkah laku tertentu sebagai usaha untuk mencapai tujuan yaitu terpenuhinya yang dihayati, dan (3) tujuan tercapai sehingga orang merasa puas dan lega, karena kebutuhan telah terpenuhi mengakibatkan seseorang kembali untuk memiliki kebutuhan dihayati lagi (Soemarsono.2007: 12).

d. Prinsip individualitas

Peseta didik merupakan individual yang unik artinya tidak ada dua orang siswa yang sama persis, tetapi siswa memiliki perbedaan satu dengan yang lain. Perbedaan itu terdapat pada karakteristik psikis, kepribadian dan sifat-sifatnya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).

(35)

Salah satu masalah utama dalam pendekatan belajar mengajar ialah masalah pebedaan individual. Menurut Mursell dalam bukunya Successful Teaching mengemukakan perbedaan individual secara vertikal dan kualitatif. Yang dimaksutkan dengan perbedaan secara vertikal adalah intelegensi umum dari siswa itu. Perbedaan kualitatif terletak pada bakat dan minatnya (Usman.2011: 30).

Perbedaan individual ini berpengaruh pada cara dan hasil belajar siswa, karenanya perbedaan individu perlu diperhatikan oleh pengajar dalam upaya pembelajaran. Sistem pendidikan klasikal yang selama ini dilakukan kurang memperhatikan masalah perbedaan individual, umumnya pelaksanaan pembelajaran di kelas dengan melihat siswa sebagai individu dengan kemampuan rata-rata, kebiasaan yang kurang lebih sama, demikian pula dengan pengetahuannya (Dimyati dan Mudjiono.2009: 49).

e. Peragaan dalam pengajaran

Belajar yang efektif harus mulai dengan pengalaman langsung atau pengalaman kongret dan menuju kepada pengalaman yang lebih abstrak. Belajar akan lebih efektif jika dibantu dengan alat peraga pengajaran daripada bila siswa belajar tanpa dibantu dengan alat pengajaran (Usman.2011: 31).

Kegiatan belajar mengajar tidak lepas dari peran seorang pengajar, seorang pengajar hendakn ya memiliki keterampilan dasar dalam mengajar sebagai bekal utama dalam pelaksanaan tugas profesional (Alma.2009: 22). Adapun beberapa konsep keterampilan belajar mengajar ialah konsep James Cooper et al. (Alma.2009: 11-12) sebagai berikut:

a. Instructional Planning (keterampilan menyusun rencana penyajaran)

b. Writing Instructional Objective (keterampilan merumuskan tujuan pengajaran)

c. Lesson Presentation Skills (keterampilan menyampaikan bahan

pembelajaran)

d. Quastioning Skills (keterampilan bertanya)

e. Teaching Consepts (keterampilan tentang menyusun konsep atau persiapan mengajar)

(36)

f. Interpersonal Communication Skills (kemampuan mengadakan komunikasi interpersonal)

g. Classroom Management (keterampilan mengelola kelas) h. Observation Skills (keterampilan mengadakan observasi) i. Evaluation (keterampilan mengadakan evaluasi).

Adapun konsep keterampilan belajar mengajar diambil dari pendapat Turney et al. (Alma.2009: 12) sebagai berikut:

a. Questioning (keterampilan bertanya)

b. Classroom Managemant and Discipline (keterampilan mengelola kelas dan menumbuhkan disiplin)

c. Variability / Varying the Stimulus (keterampilan memberikan stimulus secara bervariasi)

d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan) e. Explaining / Exposition (keterampilan menjelaskan)

f. Sel Induction / Introductory Procedures (keterampilan membuka pertemuan) g. Small Group Teaching (keterampilan mengajar sacara kelompok)

h. Developing Thingking (keterampilan untuk mengembangkan pola pikir) i. Individualing Teaching (keterampilan mengajar secara individual)

Keterampilan belajar mengajar merupakan bentuk tingkah laku yang dapat diamati, maka melihat konsep keterampilan dasar mengajar yang diungkapkan oleh James Cooper dan Turney tersebut lebih cenderung dalam banyak hal untuk dijadikan suatu paket saja dan dirasakan lebih bisa diterima ialah keterampilan belajar mengajar yang menyangkut (Alma.2009: 12-13):

a. Set Induction (kemampuan membuka pertemuan) b. Explaining (keterampilan menjelaskan)

c. Questioning (keterampilan bertanya)

d. Reinforcement (keterampilan memberikan penguatan) e. Closing Procedures (keterampilan menutup pertemuan)

Pendapat lain tentang keterampilan dasar dalam proses pembelajaran diungkapkan oleh para ahli dari Stanford University dan Sidney University

(37)

mengidentifikasi sekitar 23 jenis keterampilan mengajar yang dapat dilihat dalam tabel berikut (Sanjaya.2008: 156):

Tabel 2.1. 23 jenis keterampilan mengajar

No Jenis terampilan mengajar No Jenis keretampilan mengajar

a. Establishing Set b. Asking Questions (Basic)

c. Establishing Appropriate Frame of

Reference

d. The Use of Divergent Questions

e. Achieving Closure f. The Use of Higher Order Questions

g. Recognizing and Obtaining Attending

Behavior

h. The Use of Probing Questions

i. Provinding Feedback j. Student – Initiated Questions

k. Emlpoying Rewards and Punishment

(Reinforcement)

l. Completeness of Communication

m. Control of Participation n. Varying The Stimulus Situation

o. Redudancy and Repetition p. Lecturing

q. Illustrating and Use of Example r. Precuing

s. Classroom Managements and

Discipline

t. Guiding Small Group Discussion

u. Small Group Teaching and

Individualized Instruction

v. Guiding Discovery Learning and

Fostering Creativity

Tidak hanya keterampilan dasar mengajar, seorang pengajar juga harus dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan tepat, pemilihan strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang akan dipilih dan digunakan oleh seorang pengajar untuk menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang akhirnya tujuan pembelajaran dapat dikuasainya di akhir kegiatan belajar (Uno.2011: 2). Pemilihan strategi pembelajaran hendaknya ditentukan berdasarkan kriteria berikut, yaitu (1) orientasi strategi pada tugas pembelajaran, (2) relevan dengan isi atau materi pembelajaran, (3) metode dan tehnik yang digunakan difokuskan pada tujuan yang ingin dicapai, dan (4) media pembelajaran yang digunakan dapat merangsang indra peserta didik secara simultan (Uno.2011: 9).

Dick dan Carry (1978) menyebutkan bahwa terdapat 5 komponen strategi pembelajaran, yaitu (1) kegiatan pembelajaran pendahuluan, (2) penyampaian informasi, (3) partisipasi peserta didik, (4) tes dan (5) kegiatan lanjutan (Uno.2011: 3).

(38)

Proses pembelajaran yang berpengaruh pada proses belajar dapat ditentukan oleh guru. Kondisi ekternal yang berpengaruh pada belajar yang penting (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 33) adalah (1) bahan belajar, (2) suasana belajar, (3) media dan sumber belajar, dan (4) subjek pembelajar itu sendiri.

Bahan belajar dapat berwujud benda dan isi pendidikan. Isi pendidikan tersebut dapat berupa pengetahuan, perilaku, nilai, sikap dan metode pemerolehan (Dimyati dan Mudjiono.2009: 33)

Suasana belajar seperti kondisi gedung, tata ruang kelas, alat-alat belajar mempunyai pengaruh pada kegiatan belajar. Disamping kondisi fisik tersebut, suasana pergaulan juga memegang peranan pada kegiatan belajar. Guru memiliki peranan penting dalam menciptakan suasana belajar yang menarik bagi siswa (Dimyati dan Mudjiono.2009: 35).

Media dan sumber belajar dewasa ini dapat ditemukan dengan mudah. Sawah percobaan, kebun bibit, kebun binatang, tempat wisata, museum, perpustakaan umum, surat kabar, majalah, radio, sanggar seni, sanggar olah raga, televisi dapat ditemukan didekat kampus. Di samping itu buku pembelajaran, buku bacaan berperan penting dalam memanfaatkan media dan sumber belajar tersebut (Dimyati dan Mudjiono.2009: 36). Media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti sesuatu yang terletak ditengah (antara dua kutu pihak atau kutub) atau suatu alat. Media juga dapat diartikan sebagai perantara suatu penghubung antara dua pihak yaitu antara sumber pesan dengan penerima pesan atau informasi (Anitah.2011: 1). Secara singkat dapat dikemukakan bahwa guru dapat membuat program pembelajaran dengan memanfaatkan media dan sumber belajar diluar sekolah. Pemanfaatan tersebut bermaksut meningkatkan kegiatan belajar, sehingga mutu hasil belajar semakin meningkat (woolkfolk dkk.1984: 307-338).

Guru atau pengajar adalah sumber pembelajar siswa. Sebagai subjek pembelajar guru berhubungan langsung dengan siswa dan dapat menggolong-golongkan pada motivasi instrumental, motivasi sosial, motivasi berprestasi dan motivasi intrinsik siswa (Dimyati dan Mudjiono.2009: 37).

(39)

Perilaku hasil belajar mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Para pengajar sangat diharapkan mampu mengantisipasi aspek-aspek perubahan perilaku ini yang dimulai dengan perencanaan kegiatan belajar mengajar dan mengembangkannya setelah kegiatan belajar berakhir. Dengan perilaku belajar yang efektif disertai proses mengajar yang tepat, proses belajar mengajar diharapkan mampu menghasilkan manusia-manusia yang mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) pribadi yang mandiri (2) pelajar yang efektif (3) pekerja yang produktif dan (4) anggota masyarakat yang baik. Untuk mewujudkan kualitas manusia seperti itu, kualitas belajar yang harus dikembangkan dalam diri siswa yaitu: (1) belajar untuk menjadi (2) belajar untuk belajar (3) belajar untuk berbuat dan (4) belajar untuk hidup (Yudhawati dan Haryanto.2011: 22-23).

3. Standar Proses Pembelajaran

Sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Maka di keluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Tujuannya dilaksanakan standar proses adalah untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien (Mendiknas.2007).

Standar proses sesuai dengan permendiknas nomor 41 tahun 2007 meliputi (Mendiknas.2007):

a. Perencanaan proses pembelajaran 1) Silabus

Silabus sebagai acuan pengembangan RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) memuat identitas mata pelajaran atau tema pelajaran, SK (Standar Kompetensi), KD (Kompetensi Dasar), materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar. Silabus dikembangkan oleh satuan pendidikan berdasarkan Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan

(40)

(SKL), serta panduan penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) (Mendiknas.2007).

Menurut para ahli pembuat kurikulum, terdapat banyak macam komponen silabus yang tersusun dalam suatu matrik silabus. Hal inilah yang harus dicermati dan dipilih oleh suatu institusi dalam mengelompokkan komponen-komponen tersebut. Setiap institusi berdasarkan kriteria atau standar yang diacu dapat menentukan sendiri komponen apa yang dipilih dan disusun pada matrik dalam menyusun silabus suatu mata kuliah. Pada prinsipnya semakin rinci silabus akan semakin memudahkan pengajar dalam menjabarkannya ke dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Adapun komponen silabus suatu mata kulian, tersebut di bawah ini (Tim PEKERTI-AA Pusat Pengembangan Sistem Pembelajaran Lembaga Pengembangan Pendidikan Universitas Sebelas Maret.2007a: 7-9):

a) Identitas Mata Kuliah

Identitas mata kuliah dapat meliputi: nama mata kuliah atau blok mata kuliah, kode mata kuliah, bobot mata kuliah, semester , dan mata kuliah prasyarat jika ada.

b) Standar Kompetensi (SK)

Standar Kompetensi adalah seperangkat kompetensi yang dibakukan sebagai hasil belajar materi pokok tertentu dalam satuan Pendidikan, merupakan kompetensi bidang pengembangan dan materi pokok per satuan pendidikan per satu kelas yang harus dicapai peserta didik selama satu semester.

c) Kompetensi Dasar (KD)

Kompetensi Dasar adalah rincian kompetensi dalam setiap aspek materi pokok yang harus dilatihkan kepada peserta didik sehingga kompetensi dapat diukur dan diamati. Kompetensi Dasar sebaiknya selalu dilakukan perbaikan dan pengayaan guna memenuhi keinginan pasar.

(41)

d) Indikator

Indikator merupakan wujud dari KD yang lebih spesifik, yang merupakan cerminan dari kemampuan peserta didik dalam suatu tahapan pencapaian pengalaman belajar yang telah dilalui. Bila serangkaian indikator dalam suatu kompetensi dasar sudah dapat dicapai peserta didik, berarti target KD tersebut sudah terpenuhi. e) Pengalaman belajar

Pengalaman belajar merupakan kegiatan fisik maupun mental yang dilakukan oleh peserta didik dalam berinteraksi dengan bahan ajar. Pengalaman belajar dikembangkan untuk mencapai KD melalui strategi pembelajaran. Dengan melakukan pengalaman belajar yang tepat mahasiswa diharapkan dapat mencapai dan mempunyai kemampuan kognitif, psikomorik, dan afektif yang sekaligus telah mengintegrasikan kecakapan hidup (life skill). Oleh karenanya yang membedakan antara perguruan tinggi satu dengan yang lain tercermin pada perbedaan pengalaman belajar yang diperoleh mahasiswa.

f) Materi pokok

Bagian struktur keilmuan suatu bahan kajian yang dapat berupa pengertian, konsep, gugus isi atau konteks, proses, bidang ajar, dan keterampilan.

g) Waktu

Merupakan lama waktu dalam menit yang dibutuhkan peserta didik mampu menguasi KD yang telah ditetapkan.

h) Sumber pustaka

Sumber pustaka adalah kumpulan dari referensi yang dirujuk atau yang dianjurkan, sebagai sumber informasi yang harus dikuasai oleh peserta didik.

i) Penilaian

Penilaian ini berarti serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan informasi; dan kemudian menggunakan informasi tersebut untuk pengambilan keputusan.

Gambar

Tabel 2.1. 23 jenis keterampilan mengajar
Gambar 2.1. Jenis-jenis alat penilaian (Sudjana.2011: 6)
Gambar 2.2.
Gambar 3.2. Triangulasi metode (teknik)
+7

Referensi

Dokumen terkait

*esuai dengan wawancara kami dengan salah satu karyawan Lazada, (apak  Irsyad, perusahaan pada awalnya mengalami hambatan karena dalam melakukan penjualan dikarekan

Pada saat pasien berkunjung ke sebuah pelayanan kesehatan, harapan pasien adalah mendapatkan pelayanan kesehatan yang sebaik-baiknya dan dengan waktu

Proses model yang dibahas pada tugas akhir kali ini adalah mengenai reservasi kendaraan kantor pada PT.Pertamina EP, permasalahan yang dialami oleh perusahaan

Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah: (1) Meningkatkan pengetahuan para guru SD Gugus II di Kecamatan Labuapi tentang konsep luas daerah dan

Ada empat kelas kelompok tani yaitu Kelas Kelompok Tani Pemula, Lanjut, Madya dan Utama.Pada kelompok tani Kelas Madya, merupakan kelas berikutnya setelah kelas

S di BPS Afah FahmiSurabaya “ sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian akhir Program studi DIII Kebidanan Fakultas Ilmu.. Kesehatan Universitas

Selanjutnya untuk menentukan tingkatan kesesuaian/kelayakan perairan bagi pengembangan budidaya KJA Ikan Kerapu yang terbagi 4 kategori (klas) dari kisaran total nilai (bobot x

dikemukakan dengan menggunakan titik-titik tak terbatas yang diejawantahkan ke dalam bentuk yang memiliki potensi ekspresi melalui gerak maupun massa yang apabila disusun secara