• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gela

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL SKRIPSI Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh Gela"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG

SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

HERIYANSYAH PUTRA 040200198

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG

SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Hukum

OLEH

HERIYANSYAH PUTRA 040200198

DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI

Ketua Departemen,

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH NIP : 131 570 455

Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,

Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Dr. Sunarmi, SH, M.Hum NIP : 131 570 455 NIP : 131 835 566

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas rahmat yang

diberikanNya, sehingga penulis dapat tiba di batas ini untuk menyelesaikan

penulisan skripsi ini.

Tulisan ini penulis turunkan adalah untuk mengakhiri tugas penulis

sebagai seorang mahasiswa guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum, jurusan Ekonomi, Universitas

Sumatera Utara Medan.

Penulis sangat menyadari bahwa kehadiran karya kecil ini tidak terlepas

dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak, untuk itu

izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

3. Bapak Syafruddin, SH, MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

(4)

5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan juga

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I.

6. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi

Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.

8. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih

sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala

kritikan dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan skripsi ini.

Medan, Maret 2008

Penulis,

(5)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Abstrak ... v

BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1

A. Latar Belakang masalah………... 1

B. Perumusan masalah……….………. 6

C. Tujuan dan Manfaat penulisan……..……… 6

D. Keaslian Penulisan………..……….. 6

E. Tinjauan kepustakaan…...………. 7

F. Metode penulisan………..………10

G. Sistematika penulisan………..………. 10

BAB II.PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN………. 12

A. Pengertian……….... 13

B. Latar belakang pelaksanaan Good Corporate Governance ……….…………. 15

C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance……….. 18

D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance……….... 24

(6)

BAB III. BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU .. 35

A. Pengertian.……… 35

B. Pengaturan tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.I dan UU Pasar Modal…….……. 37

C. Peranan Bapepam ……….…… ……… 50

BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAHAM TERHADAP BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DALAM PASAR MODAL……..……….…….. 58

A. Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham….….……… 58

1. Perlindungan dari Peraturan Perundang-undangan……….. 58

2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance……..…...………... 63

B. Tanggung jawab Persero dan Pengurus atas Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu……… 71

C. Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu……… 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… …………...…82

A. Kesimpulan……… ..82

B. Saran……… 84

(7)

PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG

SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL

*) Bismar Nasution **) Sunarmi

***) Heriyansyah Putra

Abstrak

Perbedaan posisi pemegang saham dengan Direksi dan Komisaris di dalam suatu perusahaan, tidak jarang menyebabkan terjadi suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham. Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang berpotensi untuk merugikan pemegang saham. Penyebabnya disinyalir karena pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, karena tidak diterapkannya Good Corporate Governance dengan baik, yang disebabkan latar belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga belum memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membuat para pemegang saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan membuat potensi tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan

(conflict of interest) semakin besar. Skripsi ini mengemukakan bagaimana penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan bagaimana perlindungan bagi pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu.

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.

Penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dimaksudkan untuk memberi perlindungan terhadap pemegang saham melalui pengelolaan perusahaan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance itu, yaitu accountability, independency, transparency, responsibility, fairness. Dan selain itu, Bapepam sebagai otoritas pasar modal juga memberikan perlindungan terhadap pemegang saham dari adanya transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan mengeluarkan Peraturan No. IX.E.1, dan juga ikut mengintensifkan penerapan

Good Corporate Governance dengan memasukkan klausul yang mengharuskan pelaku usaha dalam pasar modal agar melakukan aktivitas dalam pasar modal dengan berbasiskan Good Corporate Governance dalam peraturan perundang-undangan dalam pasar modal.

(8)

benturan kepentingan transaksi tertentu dan perlindungan pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu ada dalam penerapan Good Corporate Governance dan juga ada dalam peraturan perundang-undangan di pasar modal.

Key-note :

- Good Corporate Governance, Benturan Kepentingan.

*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II

(9)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejalan dengan rencana pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat di

capai, baik langsung atau tidak langsung pasti akan membawa dampak positif bagi

pasar modal di Indonesia. Di samping itu, melihat kondisi sumber dana dari

Lembaga Keuangan yang menjadi semakin mahal, sangat besar harapan dunia

usaha akan terletak pada mekanisme dunia pasar modal. Mengingat prospek pasar

modal yang sangat berpotensi untuk memberikan harapan banyak pada berbagai

pihak, maka sudah seharusnya aspek perlindungan hukum terhadap pemegang

saham dan masyarakat mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.1

Sebuah perusahaan publik dalam melakukan aktivitasnya melalui

pengelola atau pihak pengurusnya, pada hakekatnya harus memandang

kepentingan pihak-pihak yang diwakilinya, dan tidak melakukan suatu aktivitas

yang berpotensi untuk merugikan pihak-pihak yang ada di dalam suatu perseroan,

untuk memperoleh keuntungan pribadi pihak pengurus dalam perseroan tersebut.

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di pasar modal harus selalu

mengikuti peraturan yang ada di dalam pasar modal itu sendiri. Hal ini diperlukan

demi terciptanya pasar modal yang aman untuk menarik para investor agar merasa

nyaman menginvestasikan dananya di pasar modal.

1

(10)

Pentingnya untuk menarik investor dalam pasar modal tidak terlepas dari

pentingnya pemegang saham dalam suatu perseroan yang melakukan aktivitas di

pasar modal itu sendiri. Karena secara tidak langsung modal pemegang sahamlah

yang diinvestasikan di pasar modal melalui saham yang ada di perusahaan

masing-masing. Karena modal yang berasal dari para pemegang saham

merupakan suatu hal yang sangat penting demi menjaga kelancaran aktivitas

perusahaan tersebut.

Ketentuan ini berlaku bagi segala aktivitas dari perusahaan yang

bersangkutan, termasuk bila perusahaan tersebut melakukan kegiatan di dalam

pasar modal. Dalam melakukan aktivitas di dalam pasar modal, perusahaan publik

atau sebuah perusahaan tercatat di dalam rencananya untuk melakukan suatu

transaksi bisnis wajib memperhatikan rambu-rambu yang diatur dalam peraturan

pasar modal yang berlaku, yaitu Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) beserta

seluruh peraturan pelaksananya. Hal ini perlu dilakukan demi untuk mencapai

sasaran yang ingin di capai Undang-Undang Pasar Modal, yaitu; 2

a. Terciptanya kerangka hukum yang kuat di bidang pasar modal.

b. Menciptakan transparansi dan memberikan jaminan perlindungan hukum

bagi investor.

c. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pasar modal.

d. Menciptakan sistem perdagangan yang aman, tertib, efisien, dan likuid.

e. Memberikan kesempatan berinvestasi bagi para investor kecil.

2

(11)

Di sisi lain, dalam suatu perusahaan posisi pemegang saham berbeda

dengan pihak pengelola perusahaan. Dimana pemegang saham bukanlah sebagai

pihak yang menjalankan perusahaan. Direksi dan Komisaris adalah pihak yang

bertugas sebagai pengelola perusahaan yang memiliki kewenangan dalam

menjalankan perusahaan. Karena perbedaan posisi tersebut, tidak jarang terjadi

suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham.

Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan

kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi

kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU

Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang harus ada

pengaturannya agar tidak berpotensi untuk merugikan pemegang saham.

Benturan kepentingan atau sering disebut dengan istilah “conflict of

interest” telah menjadi suatu perdebatan di seluruh dunia dalam beberapa tahun

belakangan ini. Bahkan di Indonesia, kasus yang berbau benturan kepentingan

yang erat hubungannya dengan KKN (Korupsi Kolusi & Nepotisme) tidak hanya

terjadi dalam sektor perusahaan swasta tetapi juga di lembaga pemerintahan dan

bisa pula terjadi di organisasi lainnya. Hal tersebut terjadi karena saat ini situasi

dan sistem manajemen perusahaan telah jauh berkembang sehingga antara sektor

swasta dan publik telah terdapat suatu “zona abu-abu” dan berpotensi untuk

terjadinya KKN.3

Transaksi dalam pasar modal yang mengandung benturan kepentingan

atau yang lazim disebut Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam

3

(12)

prakteknya telah berlangsung sejak lama, dan berpotensi untuk merugikan

berbagai pihak, karena praktek ini rentan akan unsur kolusi dan merupakan suatu

pelanggaran terhadap unsur keterbukaan informasi.4 Karena di dalam aktivitas

pasar modal, prinsip keterbukaan menjadi suatu persoalan yang penting dan

merupakan inti yang menjadi jiwa dari pasar modal itu sendiri.5

Kerugian terhadap adanya benturan kepentingan transaksi tertentu ini

dirasakan terutama oleh para pemegang saham, karena transaksi tersebut

menyangkut kepentingan mereka yang dirugikan. Oleh karena itu perlu diketahui

perangkat hukum yang ada untuk melindungi kepentingan mereka sebagai

pemegang saham dalam suatu perusahaan.6

Penyebab dari adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu tersebut

yang menyebabkan kerugian bagi pihak pemegang saham disinyalir karena

pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, sehingga para pemegang

saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan tepat. Hal ini

disebabkan karena tidak dilaksanakannya penerapan Good Corporate Governance

dengan baik dalam menjalankan atau mengelola suatu perusahaan, karena latar

belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga yang belum

memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membesar

menjadi konglomerasi makin membuat kemungkinan atau peluang terjadinya

tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan (conflict of interest).

4

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004). Hal 241.

5

Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001). Hal 1.

6

(13)

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebenarnya bukan

sesuatu yang terlalu asing. Secara umum perusahaan harus dijalankan secara

amanah, akuntabel, transparan, dan fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai

perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang

berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders). Introduksi Good

Corporate Governance secara formal oleh Organisation for Economic

Co-operation and Development (OECG) dan diterbitkannya pedoman Good

Corporate Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Good Corporate

Governance merupakan sistematisasi dari praktek-praktek yang selama ini

terbukti baik dalam mengelola perusahaan.7

Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman

bagi para pihak dalam perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut

perusahaan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, para pihak dalam suatu

perusahaan tidak akan mendapat kenyamanan dalam perusahaannya bila

pengelolaan perusahaan tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good

Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi

kepentingan para pihak. Khususnya kepentingan pemegang saham sebagai pihak

yang dirugikan bila terjadi transaksi yang mengandung benturan kepentingan

yang terjadi karena kesalahan dari Direksi dan Komisaris sebagai pengelola

perusahaan.

7

(14)

B. Perumusan Masalah:

1. Bagaimanakah penerapan Good Corporate Governance terhadap benturan

kepentingan transaksi tertentu dalam pasar modal?

2. Bagaimanakah perlindungan terhadap pemegang saham terhadap

Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance dalam suatu

perusahaan terhadap adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.

2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap pemegang saham terhadap

Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang ada dalam peraturan

perundang-undangan.

Manfaat penulisan yang dapat diambil dari skripsi ini antara lain yaitu

agar dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan

hukum bisnis dalam pasar modal, khususnya yang berkaitan dengan pemegang

saham.

D. Keaslian Penulisan

Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Rangka

Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Dalam Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu Di Pasar Modal yang diangkat menjadi judul skripsi ini

(15)

buku-buku, internet, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini bukan

jiplakan ataupun merupakan judul skripsi yang sudah pernah diangkat

sebelumnya oleh orang lain.

E. Tinjauan Kepustakaan

Penerapan Good Corporate Governance sebagai bentuk perlindungan bagi

pemegang saham terhadap adanya benturan kepentingan dalam pasar modal dapat

dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan No. IX.E.1 tentang Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1 pada

pokoknya merupakan sebuah penghormatan dan perlindungan terhadap

kepentingan pemegang saham minoritas. Ketentuan mengenai transaksi yang

mengandung benturan kepentingan tertentu ini menunjukkan bahwa peraturan

perundang-undangan di pasar modal menjunjung hak dan perlindungan pemegang

saham suatu perseroan berdasarkan asas kesetaraan.

Pengaturan ini memberikan koridor yang akan membatasi pengambilan

keputusan oleh pihak-pihak yang berkuasa seperti pemegang saham mayoritas,

Direksi, dan Komisaris perseroan untuk bersepakat mengenai transaksi tertentu

yang memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tersebut dengan mengabaikan

hak dan kepentingan pemegang saham minoritas. Pada dasarnya ketentuan

mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan bersifat preventif,

(16)

modal dan lebih memberdayakan pemegang saham minoritas dan sekaligus

mendidik mereka agar memahami haknya.8

Dan pemberlakukan ketentuan ini sejalan dengan prinsip Good Corporate

Governance, yaitu menghormati hak pemegang saham, memberikan perlakuan

sama diantara pemegang saham, dan melindungi kepentingan pemegang saham

minoritas. Prinsip lainnya adalah penerapan prinsip keterbukaan.9 Karena

Corporate Governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan

seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang

berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara

pemegang saham, Dewan Komisaris dan Dewan Direksi demi tercapainya tujuan

organisasi. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur

hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan

dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang

terjadi dapat diperbaiki dengan segera.10

Pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan ditujukan

untuk mendorong akuntabilitas pengelola perseroan jika harus melakukan

transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Di lain sisi, perusahaan

membutuhkan kecepatan dalam proses pengambilan keputusan, mengingat

peluang bisnis selalu di perebutkan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan bisa

mendatangkan keuntungan, tetapi tidak tertutup kemungkinan kalau di kemudian

hari transaksi yang telah dilakukan perseroan malah mendatangkan kerugian.

8

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 242-243.

9

Ibid. Hal 245.

10

(17)

Untuk menjaga kejujuran (fairness), pengambilan keputusan untuk transaksi yang

mengandung benturan kepentingan tertentu itu harus melibatkan pemegang saham

yang tidak terkait dengan transaksi tersebut untuk dimintakan persetujuan,

sehingga risiko yang harus ditanggung perusahaan bisa dikalkulasikan secara

matang oleh pemegang saham. Perusahaan tidak akan dipersalahkan untuk

transaksi yang demikian, tetapi itu harus dibuktikan dengan risalah atau notulen

Rapat Umum Pemegang Saham.

Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan ekonomis antara

kepentingan perseroan dengan kepentingan Direksi, Komisaris, atau pemegang

saham utama, maka kepentingan perseroanlah yang harus didahulukan. Pada

dasarnya pelanggaran ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu adalah

tindakan yang melampaui kekuasaan yang dimiliki oleh Direksi. Direksi yang

menyetujui pelaksanaan transaksi yang mengandung benturan kepentingan

transaksi tertentu tanpa mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPS

adalah perbuatan yang dikategorikan melanggar hukum, sedangkan jika seorang

anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama

mempengaruhi tindakan perseroan untuk melakukan transaksi yang mengandung

benturan kepentingan transaksi tertentu tanpa melalui persetujuan RUPS

merupakan contoh dari perbuatan yang melampaui wewenangnya.11

11

(18)

F. Metode Penulisan

Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian

normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai

mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian

data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing–masing

bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik

dan saling berkaitan antara satu sama lain. Uraian singkat atas bab – bab dan sub

bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :

BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,

keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang penerapan Good Corporate

Governance dalam suatu perusahaan, menguraikan bagaimana

pengertian, latar belakang, prinsip-prinsip dasar, tujuan dan manfaat,

serta bagaimana penerapannya dalam pasar modal. Yang berkaitan

dengan masalah perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap

(19)

BAB III: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu. Yang menguraikan bagaimana pengertian,

pengaturannya dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.1 dan UU Pasar

Modal. Serta bagaimana peranan Bapepam dalam terjadinya Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu.

BAB IV: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Perlindungan Hukum bagi

Pemegang Saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu

dalam pasar modal, bab ini menguraikan tentang bagaimana

perlindungan hukum bagi pemegang saham, yang ada dalam peraturan

perundang-undangan dan dengan penerapan Good Corporate

Governance. Serta bagaimana tanggung jawab pengurus perusahaan

dan sanksi dari adanya pelanggaran ketentuan tentang Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu.

BAB V: Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi

dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum

(20)

BAB II

PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN

Pada hakekatnya praktek benturan kepentingan transaksi tertentu dapat

terjadi disebabkan karena pada perusahaan yang bersangkutan di kelola dengan

cara yang tidak professional, disebabkan masih berbasis perusahaan keluarga yang

tidak menunjukkan pengelolaan yang transparan, independen dan akuntabel

seperti prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance. Karena

prinsip Good Corporate Governance bertujuan untuk menghormati hak dan

melindungi kepentingan dari pemegang saham, yang sejalan dengan pengaturan

Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam peraturan perundang-undangan

dalam pasar modal.12 Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas tentang apakah Good

Corporate Governance itu dan bagaimana proses penerapannya. Karena

pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Good

Corporate Governance merupakan suatu esensi yang mendasar, karena melalui

proses pemahaman tersebut, diharapkan Good Corporate Governance dapat

terlaksana dengan baik, baik oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan maupun

para pelaku usaha sebagai pihak yang melaksanakan ketentuan dari peraturan

tersebut.13 Sehingga pada akhirnya dapat menjadi suatu bentuk perlindungan bagi

para pihak yang berkepentingan, khususnya para pemegang saham.

12

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Loc cit. 13

(21)

A. Pengertian Good Corporate Governance

Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem

pengendalian dan pengaturan perusahaan, yang lebih ditujukan pada tindakan

yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para stakeholders.

Good Corporate Governance memang menyangkut orang (moralitas), etika kerja,

dan prinsip-prinsip kerja yang baik.14

Dalam rangka lebih memahami tentang Good Corporate Governance,

maka terlebih dahulu perlu dipahami tentang pengertiannya yang dapat dilihat dari

pendapat beberapa pakar dari dan literatur sebagai dasar pemahaman tentang

Good Corporate Governance, antara lain :

1. Ernst and Young;

“Corporate Governance terdiri atas sekumpulan mekanisme yang saling

berkaitan yang terdiri dari Pemegang Saham Institusional, Dewan Direksi

dan Komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar

sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan,

investor terkait, dan persaingan produk.” 15

2. Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance:

“Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang

digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada

perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi

pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

14

http://Jafis.wordpress.com/2007/10/22/good-corporate-governance, diakses tanggal 11 Februari 2008.

15

(22)

lainnya, berdasarkan pertauran perundang-undangan dan norma yang

berlaku.16

3. Forum For Corporate Governance In Indonesia;

“Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur

hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak

kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan

ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau

dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan

perusahaan.”17

Selain itu, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum memberikan

pengertian Good Corporate Governance sebagai berikut:

Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan

prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),

pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan

kewajaran (fairness).”18

Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa Good

Corporate Governance adalah suatu kumpulan atau seperangkat peraturan yang

memuat ketentuan tentang bagaimana suatu perusahaan dikelola dengan baik dan

benar, dengan penuh integritas dan bagaimana membina hubungan yang baik

dengan para stakeholders, yang dapat berguna dalam mewujudkan visi dan misi

16

Nindyo Pramono, Op cit. hal 78.

17

Johannes Ibrahim, Loc cit. 18

(23)

serta tujuan dari perusahaan, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Karena

sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan jalinan keterkaitan antar

stakeholders perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah

strategis dan kinerja usaha suatu organisasi. Dan dalam pasar modal, maka

penerapan Good Corporate Governance juga dapat diartikan sebagai suatu

kewajiban bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya di pasar modal untuk

senantiasa patuh terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh

badan atau bursa tempat saham perseroan terdaftar dan tercatat. Termasuk juga

bagaimana suatu perusahaan mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam

sebagai otoritas pasar modal untuk menjaga agar tidak terjadi

pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan pasar modal yang akhirnya bertujuan untuk

melindungi semua pihak yang melakukan aktivitas dalam pasar modal itu sendiri.

B.Latar Belakang Pelaksanaan Good Corporate Governance

Di dalam tubuh perusahaan, khususnya dalam pengelolaannya dapat

menyebabkan kerugian diakibatkan sistem pengelolaannya yang tidak benar.

Salah satunya contohnya adalah terjadinya Benturan Kepentingan Transaksi

Tertentu, sebagai akibat dari penyalahgunaan wewenang dari pihak Direksi

ataupun Komisaris, yang membuat para pihak (khususnya pemegang saham)

dalam perusahaan mengalami kerugian. Dan untuk mengurangi resiko itu, maka

dibutuhkan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik dan benar, yang

menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dengan benar. Dimana

(24)

Latar belakang penerapan Good Corporate Governance secara umum,

dapat dilihat pada era bisnis pasca perang dingin banyak para pelaku bisnis

dengan berbagai macam jenis korporasi mulai menjalankan sistem tata kelola

perusahaannya secara terbuka, sistimatis dan bertanggung jawab. Hal ini didorong

oleh kebutuhan pasar yang menuntut perusahaan publik menjalankan sistem

manajemennya secara baik, transparan dan auditabel menyusul maraknya berbagai

skandal sistem pelaporan keuangan perusahaan global pada masa itu.19 Hal ini

terkait dengan kebutuhan akan transparansi dalam pengambilan keputusan untuk

melakukan suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan agar tidak

merugikan para pihak seperti pemegang saham, karena untuk menghormati posisi

para pemegang saham maka segala keputusan yang berhubungan dengan jalannya

perusahaan harus diambil dengan melibatkan pemegang saham termasuk

pemegang saham minoritas, dengan melakukan RUPS.20

Sistem tata kelola perusahaan yang tertib dan terbuka ini, yang biasa disebut

dengan Good Corporate Governance (GCG), dipromosikan lebih lanjut oleh

berbagai instansi, seperti lembaga keuangan dunia seperti the World Bank dan

Asian Development Bank dan berbagai kalangan akademisi di dunia pendidikan.

Pada saat ini hampir sebagian besar buku baca wajib dalam bidang manajemen

umum dan strategi manajemen (strategic management) akan membahas masalah

ini dalam salah satu babnya dan menyarankan agar Good Corporate Governance

mulai untuk dijalankan oleh perusahaan-perusahaan modern di dunia.21

19

http://Businessenvironment.wordpress.com/2006/10/18, diakses tanggal 11 Februari 2008.

20

Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung : Nuansa Aulia, 2006). Hal 64.

21

(25)

Latar belakang pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

di Indonesia dapat dilihat dari pengaruh perkembangan perekonomian global,

dimana perekonomian modern yang telah mempengaruhi perekonomian nasional

yang menuntut adanya pemisahan manajemen perusahaan dari kepemilikan

perusahaan yang sejalan dengan agency theory yang menekankan pentingnya

pemegang saham sebagai pemilik perusahaan atau menyerahkan pengelolaan

perusahaanya tersebut kepada tenaga-tenaga independen dan profesional, yang

bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam

menjalankan manajemen perusahaan. Dan dalam konsep ini, pemegang saham

hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola

oleh manajemen pengelola, serta mengembangkan sistem insentif bagi manajemen

pengelola untuk memastikan bahwa tenaga-tenaga profesional yang ditunjuk

bekerja sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan. Namun perlu disadari pula

bahwa pengelolaan perusahaan dengan cara seperti itu memiliki segi negatif, yaitu

keleluasaan yang dimiliki oleh manajemen pengelola perusahaan dapat

disalahgunakan sehingga mengakibatkan kondisi dimana pengelola perusahaan

memaksimalkan keuntungan bagi dirinya dengan beban dan biaya yang harus

ditanggung oleh pemegang saham.22 Berdasarkan hal tersebut, benturan

kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan bisa saja

terjadi disebabkan pengelolaan perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan

dengan benar karena sistem pengelolaannya tidak menerapkan prinsip-prinsip

yang ada dalam Good Corporate Governance, yang mendukung perlindungan

22

(26)

terhadap pemegang saham dengan cara pengelolaan perusahaan yang transparan

dan memiliki akuntabilitas.23

Perkembangan perekonomian secara global juga membuat perusahaan

bergantung pada modal ekstern yang berasal dari equity capital (yaitu dana yang

disediakan oleh pemilik perusahaan sebagai bukti dari kepemilikan perusahaan,

seperti saham) dan pinjaman, yang dibutuhkan untuk melakukan

kegiatan-kegiatan perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus dapat memberikan kepastian

kepada para pemegang saham bahwa dana mereka digunakan secara tepat dan

efisien. Dengan manajemen perusahaan yang bertindak secara terbaik untuk

kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu,

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dapat memberikan apa

yang diinginkan oleh para pemegang saham, karena dengan pengelolaan

perusahaan yang berdasarkan Good Corporate Governance, perusahaan tersebut

dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang

efisien dan berkesinambungan.24

C. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance

Esensi dari perlunya penerapan Good Corporate Governance dalam

pengelolaan perusahaan terletak pada ajaran dan prinsip-prinsip Good Corporate

Governance yang menerapkan bagaimana mengelola suatu perusahaan dengan

baik dan benar. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas

Good Corporate Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua

23

Nindyo Pramono, Op cit. Hal 88.

24

(27)

jajaran perusahaan dengan benar. Secara umum prinsip-prinsip dasar Good

Corporate Governance yang diperlukan dan harus diterapkan oleh perusahaan

untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan

pemangku kepentingan, antara lain;25

1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan

proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan

informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.

2. Kemandirian/Independensi (Independency), yaitu suatu keadaan dimana

perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan

pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan

peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi

yang sehat.

3. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan

pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana

secara efektif.

4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam

pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.

5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam

memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan

peraturan perundang-undangan yang berlaku.

25

(28)

Dimana prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance tersebut sejalan

dengan apa yang dirumuskan oleh Organization for Economic Corporation and

Development (OECD).26

Prinsip-prinsip tersebut juga dapat diwujudkan secara konkrit, antara lain

dengan melakukan pemisahan kekuasaan berupa tanggung jawab dan kewenangan

yang disertai dengan mekanisme kerjasama antara organ-organ perusahaan,

melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari organ-organ tersebut

untuk menghindari adanya benturan kepentingan atau intervensi dari pihak luar,

melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat dan

pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat

diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan (accessable) serta

juga menetapkan visi, misi, tujuan, dan strategi secara jelas sehingga kinerja

perusahaan maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara

objektif.27

Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah forum

perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi di Indonesia yang

memberikan penjabaran tentang bentuk-bentuk konkrit dari prinsip-prinsip dasar

secara internasional Good Corporate Governance yang lain, yaitu sebagai

berikut:28

a. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar

dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta

26

I Nyoman Tjager, dkk, Op cit. Hal 53.

27

Johannes Ibrahim. Op cit. Hal 73.

28

(29)

dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang

mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan

perusahaan.

b. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang

saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi

yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan

perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).

c. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum

dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham dan

kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan

yang sehat dari aspek keuangan.

d. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai

semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta para

pemegang kepentingan (stakeholders).

e. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan

pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.

Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat dilaksanakan dengan

adanya pedoman pokok pelaksanaan dari masing-masing prinsip tersebut, antara

lain :29

1. Akuntabilitas (Accountability), pedoman pelaksanaannya adalah :

29

(30)

a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab

masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras

dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.

b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua

karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab,

dan perannya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance.

c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang

efektif dalam pengelolaan perusahaan.

d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan

yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi

perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and

punishtment system).

e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ

perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan

pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.

2. Kemandirian/Independensi (Independency), pedoman pelaksaanaannya

adalah;

a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi

oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas

dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga

pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.

b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya

(31)

saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu

dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang

efektif.

3. Transparansi (Transparency), pedoman pelaksanaannya;

a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,

jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh

pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.

b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,

visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,

susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,

kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris

beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya

yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem

pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good

Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting

yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.

c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi

kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai

dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak

pribadi.

d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional

(32)

4. Pertanggungjawaban (Responsibility), pedoman pelaksanaannya;

a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan

memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran

dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).

b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain dengan

peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar

perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.

5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), pedoman pelaksanaanya;

a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan

untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi

kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai

dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.

b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada

pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang

diberikan kepada perusahaan.

c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan

karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa

membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik.

D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik adalah

suatu wahana untuk mengamankan aset perseroan untuk meningkatkan nilai bagi

(33)

Governance, perusahaan akan memperoleh nilai perusahaan (value of the firm)

yang maksimal apabila fungsi dan tugas masing-masing pelaku organisasi bisnis

yang modern dapat dipisahkan dengan membentuk;30

1. Board of Directors (BOD), dengan syarat mereka bekerja full time dengan

tidak boleh merangkap pekerjaan. Dewan Direksi mengelola perusahaan

melalui berbagai keputusan strategis manajemen perusahaan.

2. Board of Commisionners (BOC), meliputi Komisaris Biasa dan Komisaris

Independen serta berbagai komite yang dibentuknya. Fungsi utama BOC

adalah mengawasi arah pengelolaan perusahaan dan jalannya perusahaan

menurut prinsip-prinsip Good Corporate Governance.

Selain itu manfaat Good Corporate Governance bagi suatu korporasi,

adalah :31

1. Perbaikan dalam komunikasi.

2. Minimalisasi potensi benturan kepentingan.

3. Fokus pada strategi-strategi utama.

4. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi.

5. Kesinambungan manfaaat.

6. Promosi citra korporasi.

7. Peningkatan kepuasan pelanggan.

8. Perolehan kepercayaan investor.

9. Lebih mudah memperoleh modal.

10. Biaya modal rendah.

30

http://Businessenvironment.wordpress.com/2006/10/18. Loc cit. 31

(34)

11. Memperbaiki kinerja usaha.

12. Mempengaruhi harga saham perusahaan di bursa efek.

13. Memperbaiki kinerja ekonomi.

Penerapan Good Corporate Governance tidak bisa bila hanya dilakukan

oleh pihak perusahaan saja. Karena pada prakteknya, suatu perusahaan melakukan

aktivitas tidak secara internal saja, tapi juga di luar dari perusahaan yang

berpengaruh bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu

didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya

sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai

pengguna produk dan jasa dunia usaha. Dimana hal ini diperlukan untuk

mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan

peraturan perundang-undangan. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh

masing-masing pilar adalah: 32

1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang

menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan

peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten

(consistent law enforcement).

Sebagai langkah konkrit dari pemerintah terhadap pembangunan iklim

ekonomi yang sehat adalah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri

BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang

Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik

Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good

32

(35)

Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip

Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada

dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan

akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam

jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders

lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai

etika.33

2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan Good Corporate Governance

sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.

3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang

terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan

melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung

jawab.

Selanjutnya, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance

dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut, yaitu;34

1. Memaksimalkan nilai perseroan dan nilai perseroan bagi pemegang

saham dengan cara meningkatkan prinsip-prinsip yang ada dalam Good

Corporate Governance, agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,

yang mendukung investasi.

2. Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan dan

efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian

Dewan Komisaris, Direksi dan RUPS.

33

http://www.bpkp.go.id, diakses tanggal 14 Februari 2008.

34

(36)

3. Mendorong agar pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan

anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan

dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan

perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung

jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan maupun

kelestarian lingkungan di sekitar perseroan.

Selain itu, menurut FCGI penerapan prinsip-prinsip dasar dari Good

Corporate Governance dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain :35

1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan

keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan

serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.

2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak

rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan

corporate value.

3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di

Indonesia.

4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena

sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden. Khusus bagi

BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN) terutama dari hasil privatisasi.

Khusus mengenai Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, penerapan

Good Corporate Governance bertujuan dan bermanfaaat untuk memberikan

35Forum for Corporate Governance in Indonesia, dalam

(37)

perlindungan terhadap kepentingan para pemegang saham sebagai pihak yang

dirugikan. Perlindungan kepentingan pemegang saham terhadap Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu melalui penerapan Good Corporate Governance

tersebut dapat dilakukan karena prinsip-prinisip pengelolaan perusahaan yang ada

dalam Good Corporate Governance memandang kepentingan pemegang saham

serta masyarakat luas sebagai bagian dari stakeholders, adalah suatu hal yang

harus dilindungi. Dengan demikian, bila prinsip-prinsip yang ada dalam Good

Corporate Governance tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar, maka

Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dapat dihindarkan. Karena pihak

pengelola berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut akan

melaksanakan pengelolaan perusahaan dengan baik dan berusaha agar Benturan

Kepentingan Transaksi Tertentu tidak terjadi, karena menyadari bahwa mereka

harus melindungi kepentingan pemegang saham yang dapat dirugikan karena

adanya transaksi tersebut.

E. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Di Pasar Modal

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada suatu

perusahaan, selain bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan (value of firm)

juga harus diterapkan dalam setiap kegiatan perusahaan itu, termasuk kegiatan di

dalam pasar modal. Dalam hal Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang

terjadi karena ada benturan kepentingan ekonomis antara perusahaan dengan

(38)

penyalahgunaan wewenang dari pihak pengelola (ultra vires) karena tidak

diterapkannya prinsip Good Corporate Governance dengan baik.

Dalam segala aktivitas pasar modal yang dilakukan oleh para pelaku usaha

harus berdasarkan prinsip keterbukaan. Dan prinsip keterbukaan tersebut

merupakan bentuk dari penerapan Good Corporate Governance. Dan sebaliknya

penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance diperlukan untuk

mendukung prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan di dalam pasar modal

memiliki tiga fungsi, yaitu :36 pertama, untuk memelihara kepercayaan publik

terhadap pasar; kedua, untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien; dan

ketiga, untuk mencegah penipuan (fraud).

Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance, akan

memisahkan fungsi pengelolaan dari kepemilikan perusahaan. Dimana fungsi

pengelolaan akan diserahkan kepada pihak di luar pemilik perusahaan yang

independen yang akan bekerja secara independen dan profesional dalam memberi

informasi yang diperlukan dalam kegiatan perusahaan dalam pasar modal dengan

sebenarnya (transparansi). Karena bersifat independen dan profesional maka tidak

akan ada maksud untuk melindungi perusahaan, atau demi kepentingan pribadi

sebagai pengelola perusahaan. Sehingga dalam pengungkapan segala informasi

yang diperlukan tidak ada informasi yang tidak benar tentang perusahaan tersebut

(omission), yang berguna demi memperlancar langkah perusahaan tersebut dan

menjaga kredibilitasnya dalam kegiatan pasar modal. Namun bila pihak pengelola

dari perusahaan tersebut berasal dari keluarga pemilik perusahaan tersebut, maka

36

(39)

bisa saja informasi yang diberikan adalah tidak benar karena maksud dari

pemberian informasi tersebut adalah untuk melindungi perusahaan karena

perusahaan tersebut adalah milik pribadi karena statusnya sebagai perusahaan

keluarga, walaupun hal itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Dan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan Good Corporate

Governance dalam pasar modal mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari

pemerintah. Karena saat ini sedang dibahas tentang draft perubahan terhadap UU

Pasar Modal dan dimasukannya pengaturan tentang pengelolaan perusahaan yang

baik (Good Corporate Governance) dalam draft perubahan UU Pasar Modal.

Draft Pasal 84 B UU Pasar Modal tersebut menentukan bahwa pengurus emiten

dan perusahaan publik wajib memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan

yang baik. Lebih lanjut, draft penjelasan Pasal 8 B ayat 1 UU Pasar Modal

tersebut menyatakan, bahwa prinsip-prinsip pengelolaan pengelolaan perusahaan

yang baik (Good Corporate Governance) meliputi antara lain prinsip fairness,

transparency, accountability, dan responsibility. Pengaturan ini dimaksud untuk

memberikan perlindungan kepada pemegang saham terutama pemegang saham

publik dan sebagai perwujudan tanggung jawab perusahaan kepada publik.37

Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pasar

modal terlihat dengan keharusan perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib

memiliki beberapa anggota Dewan Komisaris yang memenuhi kualifikasi

sebagai Komisaris Independen berdasarkan Surat Edaran Bapepam Nomor

37

(40)

SE03/PM/2000 tentang Komisaris Independen dan Peraturan Pencatatan Efek

Nomor 339/BEJ/07-2001 tanggal 21 Juli 2001. Keberadaan Komisaris Independen

ini berhubungan dengan ketentuan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang

baik (Good Corporate Governance). Antara lain: 38

1. Jumlah Komisaris Independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari

seluruh jumlah anggota Komisaris.

2. Perlunya dibentuk Komite Audit.

3. Keharusan perusahaan memiliki Sekretaris Perusahaan (corporate

secretary).

Fungsi dari seorang Komisaris adalah sebagai pengawas terhadap

pengurus perseroan yang dilakukan oleh Direksi. Dan dalam fungsi pengawasan

tersebut terkandung kewajiban Komisaris untuk memberi nasehat (advise) kepada

Direksi dalam menjalankan pengelolaan perusahaan. Persyaratan seorang

Komisaris Independen harus tetap mengacu pada UU Perseroan Terbatas tentang

syarat utama untuk menjadi seorang Komisaris suatu Perseroan Terbatas.39

Namun bagi perusahaan tercatat40 tentang Komisaris Independen ini mengacu

pada ketentuan peraturan Bursa Efek Jakarta No. Kep.BEJ.305/2004 (Peraturan

No.1-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang

38

http://Businessenvironment.wordpress.com. Loc cit. 39

UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Perseroan Terbatas), Pasal 1 angka 6 dan Pasal 108.

40

(41)

Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat) yang mensyaratkan bahwa Komisaris

Independen dari perusahaan tercatat harus pula memiliki reputasi baik.41

Keberadaan Komite Audit berlaku bagi perusahaan tercatat di papan

utama, tapi juga di papan pengembangan.42 Pentingnya keberadaan Komite Audit

ini tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta kewenangan yang

dimilikinya. Komite Audit bertugas menjalankan pendapat profesional yang

independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang

disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris, serta mengidentifikasi

hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris, yang mencakup;43

1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan.

2. Menelaah independensi dan obyektifitas akuntan publik.

3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan akuntan

publik untuk memastikan semua risiko yang perlu dipertimbangkan.

4. Melakukan penelahaan atas efektifitas pengendalian internal perusahaan.

5. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan.

6. Melakukan pemeriksaan atas dugaan adanya kesalahan dalam keputusan

Direksi atau penyimpangan dalam hasil keputusan rapat Direksi.

Komisaris Independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau kejadian penting

yang diketahuinya kepada Dewan Komisaris Perusahaan Tercatat.44

Keberadaan Sekretaris Perusahaan (corporate secretary) adalah indikasi

penerapan Good Corporate Governance, seperti Komisaris Independen dan

41Ibid,

angka romawi III.1.10

42

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Merger Perusahaan Publik, Suatu Kajian Hukum Korporasi, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006) Hal 89.

43

(42)

Komite Audit. Sama seperti Komite Audit, maka Sekretaris Perusahaan berlaku di

papan utama dan dan papan pengembangan.45 Berdasarkan Lampiran Keputusan

Ketua Bapepam Nomor Kep-63/PM/1996, tanggal 17 Januari 1996 (Peraturan

Nomor IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan), maka pembentukan

Sekretaris Perusahaan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Emiten atau

Perusahaan Publik kepada masyarakat pemodal dalam rangka perkembangan

pasar modal di Indonesia. Dan Sekretaris Perusahaan memiliki tugas :46

1. Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan yang

berlaku di bidang pasar modal.

2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atas setiap informasi yang

dibutuhkan pemodal yang berkaitan dengan kondisi Emiten atau Perusahaan

Publik.

3. Fungsi Sekretaris Perusahaan dapat dirangkap oleh Direktur Emiten atau

Perusahaan Publik.

4. Sebagai penghubung atau contact person antara Emiten atau Perusahaan

Publik dengan Bapepam dan masyarakat.

5. Memberikan masukan kepada Direksi Emiten atau Perusahaan Publik untuk

mematuhi ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar

Modal dan peraturan pelaksananya.

45

Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia. Op cit. Hal 94.

46 http://www.Bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/emiten/IX.I.4.htm,

(43)

BAB III

BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU A. Pengertian

Benturan kepentingan dalam artian bisnis adalah suatu kondisi atau sistem

dimana seseorang karena kedudukan atau wewenang yang dimilikinya di

perusahaan memiliki kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan

tugas yang diamanatkan oleh perusahaan secara obyektif. Benturan kepentingan

ini dapat menimbulkan adanya pertentangan antara kepentingan ekonomis pribadi,

kelompok atau keluarga dengan kepentingan ekonomis perusahaan.47

Namun apakah sebenarnya yang di maksud dengan Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan, khususnya di

bidang pasar modal?

Transaksi yang mengandung benturan kepentingan (Conflict of Interest)

diatur dalam UU Pasar Modal dalam Pasal 82 Ayat (2) yang menyebutkan,

“Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk memperoleh

persetujuan mayoritas pemegang saham independen untuk secara sah dapat

melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu perbedaan

kepentingan-kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan-kepentingan

ekonomis pribadi Direksi atau Komisaris atau juga Pemegang Saham Utama

Emiten atau Perusahaan Publik.” UU Pasar Modal mencantumkan ketentuan

mengenai hal ini menandakan bahwa praktik demikian telah berlangsung lama

47

Sumber: SK Direksi ELNUSA No. 112/EN/KPTS/1000/2004 tentang Penerapan Prinsip

Good Corporate Governance dalam Rangka Menghindari Benturan Kepentingan.,

(44)

dan berpotensi merugikan para pihak, karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran

terhadap prinsip keterbukaan informasi.48

Pengertian tentang benturan kepentingan ini dapat ditemukan dalam

peraturan pelaksana dari UU Pasar Modal yaitu Keputusan Ketua Bapepam No.

Kep-32/PM/2000 tanggal 22 Agustus 2000 tentang Benturan Kepentingan

Transaksi Tertentu (Peraturan IX.E.1), yaitu perbedaan antara kepentingan

ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris,

Pemegang Saham Utama perusahaan, atau pihak terafiliasi dari Direktur,

Komisaris, atau Pemegang Saham Utama.49

Dan sebagai perbandingan, pengertian benturan kepentingan dapat

ditemukan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang

Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang memberikan

definisi tentang benturan kepentingan yaitu perbedaan antara kepentingan

ekonomis Bank dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik, anggota Dewan

Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak terkait dengan

Bank.

Transaksi Benturan Kepentingan sendiri terdiri atas 2 (dua) unsur yaitu

Transaksi dan Benturan Kepentingan. Transaksi adalah aktivitas atau kontrak

dalam rangka memberikan dan atau mendapat pinjaman, memperoleh,

melepaskan, atau menggunakan aktiva, jasa, atau efek suatu perusahaan atau

perusahaan terkendali maupun mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas

48

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 241.

49

(45)

tersebut. 50 Dari definisi tersebut, dapat terlihat bahwa pengertian Transaksi

adalah sangat luas karena pada prinsipnya meliputi pemberian jaminan, pinjaman

hutang, jasa, akuisisi atau penjualan aktiva. Sedangkan benturan kepentingan

didefinisikan sebagai perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan

kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris, pemegang saham utama

Perusahaan, atau Pihak Terafiliasi dari Direktur, Komisaris, atau Pemegang

Saham Utama. 51

B. Pengaturan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Peraturan Nomor IX.E.1 dan Undang-Undang Pasar Modal

Selain dalam UU Pasar Modal, pengaturan tentang benturan kepentingan

dalam pasar modal di muat dalam salah satu peraturan pelaksana dari UU Pasar

Modal, yaitu peraturan Nomor IX.E.1 yang dimuat dalam lampiran Keputusan

Ketua Bapepam No. Kep-32/PM/2000 tanggal 22 Agustus 2000. Secara historikal,

peraturan ini diterbitkan tahun 1996, tidak lama setelah dikeluarkannya UU Pasar

Modal dan dimuat dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-84/PM/1996

tanggal 24 Januari 1996, yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Ketua

Bapepam No. Kep-12/PM/1997 tanggal 30 April 1997 sebelum akhirnya diubah

kembali dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-32/PM/2000.52

Dimana melalui peraturan ini, Bapepam mempertegas kata “dapat

mewajibkan” pada UU Pasar Modal Pasal 82 ayat (2) menjadi suatu keharusan.

Dimana dinyatakan bahwa jika suatu transaksi dimana seorang Komisaris,

50Ibid

. Angka 1 huruf c.

51Ibid

.Angka 1 huruf d.

52

(46)

Direktur, atau Pemegang Saham Utama mempunyai benturan kepentingan, maka

transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para Pemegang Saham Independen

atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu sebagaimana diatur dalam

Peraturan IX.E.1 ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus di tegaskan dalam

bentuk akta notariil. Dengan demikian peraturan pelaksana ini lebih tegas dan

secara hukum ketegasan itu lebih menguntungkan di dalam penegakan hukum.53

Karena peraturan tersebut lebih serius untuk melindungi kepentingan Pemegang

Saham Independen.54 Namun dalam pelaksanaannya, Peraturan IX.E.1 ini cukup

rumit dan memiliki cakupan yang luas sehingga tidak menutup kemungkinan

adanya pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaannya oleh Perusahaan Publik

atau Emiten yang akan mengadakan transaksi yang berbenturan kepentingan.

Secara prinsip peraturan ini bertujuan : 55

1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya

merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui

kewenangan Direksi dan Komisaris serta pemegang saham utama dalam

melakukan transaksi dalam melakukan transaksi yang mengandung benturan

kepentingan tertentu (UU Pasar Modal Pasal 82 ayat (2) jo. Peraturan

Nomor IX.E.1).

2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh Direksi,

Komisaris atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi yang

53

M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 242.

54

UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, penjelasan Pasal 82 Ayat (2) jo. Peraturan IX.E.1. Op cit.Angka 1 huruf e.

55

(47)

mengandung benturan kepentingan tertentu (UU Pasar Modal Pasal 82 ayat

(2) jo. Peraturan Nomor IX.E.1).

3. Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak-hak

pemegang saham independen berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan

pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang

ada merupakan suatu keharusan (UU Pasar Modal Pasal 86 Ayat (1)).

Lahirnya peraturan Nomor IX.E.1 merupakan suatu respon terhadap

konflik kepentingan (conflict of interest) yang biasanya menguntungkan

pihak-pihak tertentu, karena adanya kolusi yang didasarkan pada kewenangan dan

ketidaktransparannya proses pengambilan keputusan. Latar belakang budaya

perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berasal dari perusahaan keluarga yang

membesar menjadi konglomerasi makin membuka kemungkinan terjadinya

tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan. Prilaku kolutif di dunia

bisnis sering kali terdengar terjadi. Sebagai akibatnya, hal itu tumbuh dan

berkembang sampai sekarang, sehingga perusahaan yang ada berjalan dengan

ditopang oleh suatu sikap yang tidak benar. Dan disisi lain, pemberlakukan

ketentuan ini sejalan dengan prinsip Good Corporate Governance, yaitu

menghormati hak pemegang saham, memberikan perlakuan sama diantara

pemegang saham, dan melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.

Prinsip lainnya adalah penerapan prinsip keterbukaan. 56

Transaksi yang mengandung benturan kepentingan terjadi karena tidak

mendapat persetujuan dari para pemegang saham, oleh karena itu, Bapepam

56Ibid

(48)

sebagai otoritas pasar modal tidak mengkategorikan tindakan melakukan transaksi

yang mengandung benturan kepentingan sebagai suatu pelanggaran sepanjang

transaksi yang dilakukan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemegang

saham sesuai dengan prosedur yang dimuat dalam ketentuan perundang-undangan

yang berlaku.57

Transaksi yang berbenturan kepentingan adalah transaksi dimana seorang

Komisaris, Direktur, atau Pemegang Saham Utama mempunyai benturan

kepentingan, yakni perbedaan kepentingan ekonomis perusahaan dengan

kepentingan ekonomis pribadi Komisaris, Direktur, dan Pemegang Saham Utama.

Dengan demikian, suatu transaksi termasuk memiliki benturan

kepentingan jika dipenuhi unsur-unsur berikut ini :58

1. Adanya transaksi, yaitu suatu aktivitas atau kontrak dalam rangka

memberikan dan/atau mendapat pinjaman, memperoleh, melepaskan atau

menggunakan aktiva, jasa atau efek suatu perusahaan atau perusahaan

terkendali, atau mengadakan kontrak sehubungan dengan adanya aktivitas

tersebut.

2. Adanya benturan kepentingan.

3. Benturan kepentingan tersebut adalah antara perusahaan dengan Komisaris

atau Direktur atau Pemegang Saham Utama.

4. Kepentingan yang berbenturan adalah kepentingan ekonomis.

Namun, tidak semua transaksi yang tidak mendapat persetujuan pemegang

saham dikategorikan sebagai transaksi yang mengandung benturan kepentingan.

57

Badan Pengawas Pasar Modal, (Peraturan Nomor IX.E.1), Op cit. Angka 2.

58

Referensi

Dokumen terkait

a) Model terbaik yang dapat digunakan dalam peramalan penjualan produk- produk nota di CV. Gemilang Indonesia adalah dengan variabel input sebanyak 5 node, variabel hidden

Kesimpulan Tugas Akhir ini adalah sensor kompas dapat bekerja secara akurat, radio frekuensi YS-1020UB dapat bekerja dengan baik dan dapat menerima maupun

Walaupun ada kecenderungan respon glikemik yang rendah pada pemberian puding rumpu laut Eucheuma cottonii sebanyak 100 gram, namun tidak terdapat perbedaan

Berdasarkan identifikasi dan hasil analisis korelasi peubah-peubah lingkungan yang berpengaruh terhadap kelimpahan Collembola tanah ditentukan 5 indikator, diantaranya

Adapun alasan utama dipilihnya masalah dan ditetapkannya latar penelitian ini, yakni: (1) Keberadaan Madrasah tersebut yang berada di bawah Departemen Agama dan

Untuk melakukan komunikasi serial dengan standar RS232 digunakan IC Max 232 sebagai sebagai driver, yang akan mengkonversi tegangan atau kondisi logika TTL dari hardware

Hasil penelitian dengan menerapkan metode KWL pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dapat meningkatkan motivasi siswa dan meningkatkan kemampuan membaca pemahaman

Pelaksanaan strategi guru aqidah akhlak dalam meningkatkan membaca al-Qur’an di MTsN 4 Tulungagung adalah ketika ada siswa yang belum bisa mengaji maka guru aqidah akhlak