PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
OLEH
HERIYANSYAH PUTRA 040200198
DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL
SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-Tugas Dan Memenuhi Syarat-Syarat Untuk Memperoleh
Gelar Sarjana Hukum
OLEH
HERIYANSYAH PUTRA 040200198
DEPARTEMEN : HUKUM EKONOMI
Ketua Departemen,
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH NIP : 131 570 455
Dosen Pembimbing I, Dosen Pembimbing II,
Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH Dr. Sunarmi, SH, M.Hum NIP : 131 570 455 NIP : 131 835 566
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur kehadirat Allah subhanahu wata’ala atas rahmat yang
diberikanNya, sehingga penulis dapat tiba di batas ini untuk menyelesaikan
penulisan skripsi ini.
Tulisan ini penulis turunkan adalah untuk mengakhiri tugas penulis
sebagai seorang mahasiswa guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum, jurusan Ekonomi, Universitas
Sumatera Utara Medan.
Penulis sangat menyadari bahwa kehadiran karya kecil ini tidak terlepas
dari perhatian, bimbingan, dorongan dan bantuan dari semua pihak, untuk itu
izinkanlah penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Runtung Sitepu, SH, M. Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Suhaidi, SH, M.Hum, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
3. Bapak Syafruddin, SH, MH selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
5. Bapak Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, dan juga
sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I.
6. Ibu Dr. Sunarmi, SH, M.Hum selaku Dosen Pembimbing II yang banyak memberikan bimbingan dan saran-saran dalam penyelesaian skripsi ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen selaku staf pengajar dan seluruh staf administrasi
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan.
8. Seluruh pihak yang telah memberikan bantuannya kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata penulis sangat menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih
sangat jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis sangat mengharapkan segala
kritikan dan saran yang bersifat konstruktif guna penyempurnaan skripsi ini.
Medan, Maret 2008
Penulis,
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ... i
Daftar Isi ... iii
Abstrak ... v
BAB I. PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang masalah………... 1
B. Perumusan masalah……….………. 6
C. Tujuan dan Manfaat penulisan……..……… 6
D. Keaslian Penulisan………..……….. 6
E. Tinjauan kepustakaan…...………. 7
F. Metode penulisan………..………10
G. Sistematika penulisan………..………. 10
BAB II.PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN………. 12
A. Pengertian……….... 13
B. Latar belakang pelaksanaan Good Corporate Governance ……….…………. 15
C. Prinsip-prinsip Good Corporate Governance……….. 18
D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance……….... 24
BAB III. BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU .. 35
A. Pengertian.……… 35
B. Pengaturan tentang Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.I dan UU Pasar Modal…….……. 37
C. Peranan Bapepam ……….…… ……… 50
BAB IV. PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG SAHAM TERHADAP BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DALAM PASAR MODAL……..……….…….. 58
A. Perlindungan Hukum bagi Pemegang Saham….….……… 58
1. Perlindungan dari Peraturan Perundang-undangan……….. 58
2. Perlindungan dari Penerapan Good Corporate Governance……..…...………... 63
B. Tanggung jawab Persero dan Pengurus atas Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu……… 71
C. Sanksi terhadap Pelanggaran Ketentuan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu……… 79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ……… …………...…82
A. Kesimpulan……… ..82
B. Saran……… 84
PENERAPAN PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM RANGKA PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMEGANG
SAHAM DALAM BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU DI PASAR MODAL
*) Bismar Nasution **) Sunarmi
***) Heriyansyah Putra
Abstrak
Perbedaan posisi pemegang saham dengan Direksi dan Komisaris di dalam suatu perusahaan, tidak jarang menyebabkan terjadi suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham. Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang berpotensi untuk merugikan pemegang saham. Penyebabnya disinyalir karena pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, karena tidak diterapkannya Good Corporate Governance dengan baik, yang disebabkan latar belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga belum memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membuat para pemegang saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan membuat potensi tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan
(conflict of interest) semakin besar. Skripsi ini mengemukakan bagaimana penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dan bagaimana perlindungan bagi pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu.
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.
Penerapan Good Corporate Governance terhadap transaksi yang mengandung benturan kepentingan dimaksudkan untuk memberi perlindungan terhadap pemegang saham melalui pengelolaan perusahaan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance itu, yaitu accountability, independency, transparency, responsibility, fairness. Dan selain itu, Bapepam sebagai otoritas pasar modal juga memberikan perlindungan terhadap pemegang saham dari adanya transaksi yang mengandung benturan kepentingan dengan mengeluarkan Peraturan No. IX.E.1, dan juga ikut mengintensifkan penerapan
Good Corporate Governance dengan memasukkan klausul yang mengharuskan pelaku usaha dalam pasar modal agar melakukan aktivitas dalam pasar modal dengan berbasiskan Good Corporate Governance dalam peraturan perundang-undangan dalam pasar modal.
benturan kepentingan transaksi tertentu dan perlindungan pemegang saham terhadap benturan kepentingan transaksi tertentu ada dalam penerapan Good Corporate Governance dan juga ada dalam peraturan perundang-undangan di pasar modal.
Key-note :
- Good Corporate Governance, Benturan Kepentingan.
*) Dosen Pembimbing I **) Dosen Pembimbing II
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan rencana pembangunan ekonomi yang diharapkan dapat di
capai, baik langsung atau tidak langsung pasti akan membawa dampak positif bagi
pasar modal di Indonesia. Di samping itu, melihat kondisi sumber dana dari
Lembaga Keuangan yang menjadi semakin mahal, sangat besar harapan dunia
usaha akan terletak pada mekanisme dunia pasar modal. Mengingat prospek pasar
modal yang sangat berpotensi untuk memberikan harapan banyak pada berbagai
pihak, maka sudah seharusnya aspek perlindungan hukum terhadap pemegang
saham dan masyarakat mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.1
Sebuah perusahaan publik dalam melakukan aktivitasnya melalui
pengelola atau pihak pengurusnya, pada hakekatnya harus memandang
kepentingan pihak-pihak yang diwakilinya, dan tidak melakukan suatu aktivitas
yang berpotensi untuk merugikan pihak-pihak yang ada di dalam suatu perseroan,
untuk memperoleh keuntungan pribadi pihak pengurus dalam perseroan tersebut.
Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan di pasar modal harus selalu
mengikuti peraturan yang ada di dalam pasar modal itu sendiri. Hal ini diperlukan
demi terciptanya pasar modal yang aman untuk menarik para investor agar merasa
nyaman menginvestasikan dananya di pasar modal.
1
Pentingnya untuk menarik investor dalam pasar modal tidak terlepas dari
pentingnya pemegang saham dalam suatu perseroan yang melakukan aktivitas di
pasar modal itu sendiri. Karena secara tidak langsung modal pemegang sahamlah
yang diinvestasikan di pasar modal melalui saham yang ada di perusahaan
masing-masing. Karena modal yang berasal dari para pemegang saham
merupakan suatu hal yang sangat penting demi menjaga kelancaran aktivitas
perusahaan tersebut.
Ketentuan ini berlaku bagi segala aktivitas dari perusahaan yang
bersangkutan, termasuk bila perusahaan tersebut melakukan kegiatan di dalam
pasar modal. Dalam melakukan aktivitas di dalam pasar modal, perusahaan publik
atau sebuah perusahaan tercatat di dalam rencananya untuk melakukan suatu
transaksi bisnis wajib memperhatikan rambu-rambu yang diatur dalam peraturan
pasar modal yang berlaku, yaitu Undang-Undang Pasar Modal (UUPM) beserta
seluruh peraturan pelaksananya. Hal ini perlu dilakukan demi untuk mencapai
sasaran yang ingin di capai Undang-Undang Pasar Modal, yaitu; 2
a. Terciptanya kerangka hukum yang kuat di bidang pasar modal.
b. Menciptakan transparansi dan memberikan jaminan perlindungan hukum
bagi investor.
c. Meningkatkan profesionalisme para pelaku pasar modal.
d. Menciptakan sistem perdagangan yang aman, tertib, efisien, dan likuid.
e. Memberikan kesempatan berinvestasi bagi para investor kecil.
2
Di sisi lain, dalam suatu perusahaan posisi pemegang saham berbeda
dengan pihak pengelola perusahaan. Dimana pemegang saham bukanlah sebagai
pihak yang menjalankan perusahaan. Direksi dan Komisaris adalah pihak yang
bertugas sebagai pengelola perusahaan yang memiliki kewenangan dalam
menjalankan perusahaan. Karena perbedaan posisi tersebut, tidak jarang terjadi
suatu benturan kepentingan antara pihak pengelola dengan para pemegang saham.
Hal ini dapat terjadi dengan dilakukannya transaksi yang mengandung benturan
kepentingan. Yaitu transaksi yang dilakukan Direksi atau Komisaris demi
kepentingan pribadi dan merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, UU
Pasar Modal melihat hal ini sebagai suatu permasalahan yang harus ada
pengaturannya agar tidak berpotensi untuk merugikan pemegang saham.
Benturan kepentingan atau sering disebut dengan istilah “conflict of
interest” telah menjadi suatu perdebatan di seluruh dunia dalam beberapa tahun
belakangan ini. Bahkan di Indonesia, kasus yang berbau benturan kepentingan
yang erat hubungannya dengan KKN (Korupsi Kolusi & Nepotisme) tidak hanya
terjadi dalam sektor perusahaan swasta tetapi juga di lembaga pemerintahan dan
bisa pula terjadi di organisasi lainnya. Hal tersebut terjadi karena saat ini situasi
dan sistem manajemen perusahaan telah jauh berkembang sehingga antara sektor
swasta dan publik telah terdapat suatu “zona abu-abu” dan berpotensi untuk
terjadinya KKN.3
Transaksi dalam pasar modal yang mengandung benturan kepentingan
atau yang lazim disebut Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam
3
prakteknya telah berlangsung sejak lama, dan berpotensi untuk merugikan
berbagai pihak, karena praktek ini rentan akan unsur kolusi dan merupakan suatu
pelanggaran terhadap unsur keterbukaan informasi.4 Karena di dalam aktivitas
pasar modal, prinsip keterbukaan menjadi suatu persoalan yang penting dan
merupakan inti yang menjadi jiwa dari pasar modal itu sendiri.5
Kerugian terhadap adanya benturan kepentingan transaksi tertentu ini
dirasakan terutama oleh para pemegang saham, karena transaksi tersebut
menyangkut kepentingan mereka yang dirugikan. Oleh karena itu perlu diketahui
perangkat hukum yang ada untuk melindungi kepentingan mereka sebagai
pemegang saham dalam suatu perusahaan.6
Penyebab dari adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu tersebut
yang menyebabkan kerugian bagi pihak pemegang saham disinyalir karena
pengelolaan perusahaan dilakukan dengan tidak benar, sehingga para pemegang
saham tidak dapat menggunakan haknya dengan benar dan tepat. Hal ini
disebabkan karena tidak dilaksanakannya penerapan Good Corporate Governance
dengan baik dalam menjalankan atau mengelola suatu perusahaan, karena latar
belakang perusahaan yang berasal dari perusahaan keluarga yang belum
memisahkan fungsi pengelolaan dan kepemilikan perusahaan yang membesar
menjadi konglomerasi makin membuat kemungkinan atau peluang terjadinya
tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan (conflict of interest).
4
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum pasar Modal Indonesia, (Jakarta: Prenada Media, 2004). Hal 241.
5
Bismar Nasution, Keterbukaan dalam Pasar Modal, (Jakarta : Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2001). Hal 1.
6
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance (GCG) sebenarnya bukan
sesuatu yang terlalu asing. Secara umum perusahaan harus dijalankan secara
amanah, akuntabel, transparan, dan fair untuk mencapai tujuan terciptanya nilai
perusahaan jangka panjang seraya terlayaninya semua kepentingan pihak yang
berkepentingan dengan jalannya perusahaan (stakeholders). Introduksi Good
Corporate Governance secara formal oleh Organisation for Economic
Co-operation and Development (OECG) dan diterbitkannya pedoman Good
Corporate Governance oleh Komite Nasional Kebijakan Good Corporate
Governance merupakan sistematisasi dari praktek-praktek yang selama ini
terbukti baik dalam mengelola perusahaan.7
Berdasarkan hal tersebut, maka penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan suatu rasa aman
bagi para pihak dalam perusahaan, karena dengan prinsip-prinsip tersebut
perusahaan dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, para pihak dalam suatu
perusahaan tidak akan mendapat kenyamanan dalam perusahaannya bila
pengelolaan perusahaan tidak dijalankan dengan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance. Oleh karena itu, perlu diketahui bagaimana penerapan Good
Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan sehingga dapat melindungi
kepentingan para pihak. Khususnya kepentingan pemegang saham sebagai pihak
yang dirugikan bila terjadi transaksi yang mengandung benturan kepentingan
yang terjadi karena kesalahan dari Direksi dan Komisaris sebagai pengelola
perusahaan.
7
B. Perumusan Masalah:
1. Bagaimanakah penerapan Good Corporate Governance terhadap benturan
kepentingan transaksi tertentu dalam pasar modal?
2. Bagaimanakah perlindungan terhadap pemegang saham terhadap
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan pembahasan dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui penerapan Good Corporate Governance dalam suatu
perusahaan terhadap adanya Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu.
2. Untuk mengetahui perlindungan terhadap pemegang saham terhadap
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang ada dalam peraturan
perundang-undangan.
Manfaat penulisan yang dapat diambil dari skripsi ini antara lain yaitu
agar dapat memberi masukan dalam ilmu pengetahuan, khususnya pengetahuan
hukum bisnis dalam pasar modal, khususnya yang berkaitan dengan pemegang
saham.
D. Keaslian Penulisan
Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Dalam Rangka
Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Saham Dalam Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu Di Pasar Modal yang diangkat menjadi judul skripsi ini
buku-buku, internet, bantuan dari para sumber dan pihak-pihak lain. Skripsi ini bukan
jiplakan ataupun merupakan judul skripsi yang sudah pernah diangkat
sebelumnya oleh orang lain.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penerapan Good Corporate Governance sebagai bentuk perlindungan bagi
pemegang saham terhadap adanya benturan kepentingan dalam pasar modal dapat
dilihat dengan dikeluarkannya Peraturan No. IX.E.1 tentang Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu. Peraturan Bapepam Nomor IX.E.1 pada
pokoknya merupakan sebuah penghormatan dan perlindungan terhadap
kepentingan pemegang saham minoritas. Ketentuan mengenai transaksi yang
mengandung benturan kepentingan tertentu ini menunjukkan bahwa peraturan
perundang-undangan di pasar modal menjunjung hak dan perlindungan pemegang
saham suatu perseroan berdasarkan asas kesetaraan.
Pengaturan ini memberikan koridor yang akan membatasi pengambilan
keputusan oleh pihak-pihak yang berkuasa seperti pemegang saham mayoritas,
Direksi, dan Komisaris perseroan untuk bersepakat mengenai transaksi tertentu
yang memberikan keuntungan kepada pihak-pihak tersebut dengan mengabaikan
hak dan kepentingan pemegang saham minoritas. Pada dasarnya ketentuan
mengenai transaksi yang mengandung benturan kepentingan bersifat preventif,
modal dan lebih memberdayakan pemegang saham minoritas dan sekaligus
mendidik mereka agar memahami haknya.8
Dan pemberlakukan ketentuan ini sejalan dengan prinsip Good Corporate
Governance, yaitu menghormati hak pemegang saham, memberikan perlakuan
sama diantara pemegang saham, dan melindungi kepentingan pemegang saham
minoritas. Prinsip lainnya adalah penerapan prinsip keterbukaan.9 Karena
Corporate Governance pada intinya adalah mengenai suatu sistem, proses dan
seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara berbagai pihak yang
berkepentingan (stakeholders) terutama dalam arti sempit hubungan antara
pemegang saham, Dewan Komisaris dan Dewan Direksi demi tercapainya tujuan
organisasi. Corporate Governance dimaksudkan untuk mengatur
hubungan-hubungan ini dan mencegah terjadinya kesalahan-kesalahan (mistakes) signifikan
dalam strategi korporasi dan untuk memastikan bahwa kesalahan-kesalahan yang
terjadi dapat diperbaiki dengan segera.10
Pengaturan transaksi yang mengandung benturan kepentingan ditujukan
untuk mendorong akuntabilitas pengelola perseroan jika harus melakukan
transaksi yang mengandung benturan kepentingan. Di lain sisi, perusahaan
membutuhkan kecepatan dalam proses pengambilan keputusan, mengingat
peluang bisnis selalu di perebutkan. Oleh karena itu, pengambilan keputusan bisa
mendatangkan keuntungan, tetapi tidak tertutup kemungkinan kalau di kemudian
hari transaksi yang telah dilakukan perseroan malah mendatangkan kerugian.
8
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 242-243.
9
Ibid. Hal 245.
10
Untuk menjaga kejujuran (fairness), pengambilan keputusan untuk transaksi yang
mengandung benturan kepentingan tertentu itu harus melibatkan pemegang saham
yang tidak terkait dengan transaksi tersebut untuk dimintakan persetujuan,
sehingga risiko yang harus ditanggung perusahaan bisa dikalkulasikan secara
matang oleh pemegang saham. Perusahaan tidak akan dipersalahkan untuk
transaksi yang demikian, tetapi itu harus dibuktikan dengan risalah atau notulen
Rapat Umum Pemegang Saham.
Dengan demikian, jika terdapat pertentangan kepentingan ekonomis antara
kepentingan perseroan dengan kepentingan Direksi, Komisaris, atau pemegang
saham utama, maka kepentingan perseroanlah yang harus didahulukan. Pada
dasarnya pelanggaran ketentuan benturan kepentingan transaksi tertentu adalah
tindakan yang melampaui kekuasaan yang dimiliki oleh Direksi. Direksi yang
menyetujui pelaksanaan transaksi yang mengandung benturan kepentingan
transaksi tertentu tanpa mendapat persetujuan pemegang saham melalui RUPS
adalah perbuatan yang dikategorikan melanggar hukum, sedangkan jika seorang
anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, atau pemegang saham utama
mempengaruhi tindakan perseroan untuk melakukan transaksi yang mengandung
benturan kepentingan transaksi tertentu tanpa melalui persetujuan RUPS
merupakan contoh dari perbuatan yang melampaui wewenangnya.11
11
F. Metode Penulisan
Metode yang dipakai dalam penulisan skripsi ini adalah jenis penelitian
normatif dengan pengumpulan data secara studi pustaka (library research) disertai
mengumpulkan dan membaca referensi melalui peraturan, internet kemudian
data-data yang layak diseleksi untuk mendukung penulisan.
G. Sistematika Penulisan
Penulisan skripsi ini dibagi ke dalam 5 (lima) bab, dimana masing–masing
bab dibagi atas beberapa sub bab. Urutan bab tersebut tersusun secara sistematik
dan saling berkaitan antara satu sama lain. Uraian singkat atas bab – bab dan sub
bab tersebut dapat diuraikan sebagai berikut :
BAB I: Bab ini merupakan bab pendahuluan, yang menguraikan tentang latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan,
keaslian penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang penerapan Good Corporate
Governance dalam suatu perusahaan, menguraikan bagaimana
pengertian, latar belakang, prinsip-prinsip dasar, tujuan dan manfaat,
serta bagaimana penerapannya dalam pasar modal. Yang berkaitan
dengan masalah perlindungan hukum bagi pemegang saham terhadap
BAB III: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu. Yang menguraikan bagaimana pengertian,
pengaturannya dalam Peraturan Bapepam No. IX.E.1 dan UU Pasar
Modal. Serta bagaimana peranan Bapepam dalam terjadinya Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu.
BAB IV: Bab ini merupakan bab yang berisi tentang Perlindungan Hukum bagi
Pemegang Saham terhadap Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu
dalam pasar modal, bab ini menguraikan tentang bagaimana
perlindungan hukum bagi pemegang saham, yang ada dalam peraturan
perundang-undangan dan dengan penerapan Good Corporate
Governance. Serta bagaimana tanggung jawab pengurus perusahaan
dan sanksi dari adanya pelanggaran ketentuan tentang Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu.
BAB V: Bab ini merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dari skripsi
dan saran-saran yang mungkin berguna bagi perkembangan hukum
BAB II
PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENGELOLAAN PERUSAHAAN
Pada hakekatnya praktek benturan kepentingan transaksi tertentu dapat
terjadi disebabkan karena pada perusahaan yang bersangkutan di kelola dengan
cara yang tidak professional, disebabkan masih berbasis perusahaan keluarga yang
tidak menunjukkan pengelolaan yang transparan, independen dan akuntabel
seperti prinsip-prinsip yang ada dalam Good Corporate Governance. Karena
prinsip Good Corporate Governance bertujuan untuk menghormati hak dan
melindungi kepentingan dari pemegang saham, yang sejalan dengan pengaturan
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam peraturan perundang-undangan
dalam pasar modal.12 Untuk itu, dalam bab ini akan dibahas tentang apakah Good
Corporate Governance itu dan bagaimana proses penerapannya. Karena
pemahaman terhadap prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Good
Corporate Governance merupakan suatu esensi yang mendasar, karena melalui
proses pemahaman tersebut, diharapkan Good Corporate Governance dapat
terlaksana dengan baik, baik oleh pemerintah selaku pembuat kebijakan maupun
para pelaku usaha sebagai pihak yang melaksanakan ketentuan dari peraturan
tersebut.13 Sehingga pada akhirnya dapat menjadi suatu bentuk perlindungan bagi
para pihak yang berkepentingan, khususnya para pemegang saham.
12
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya. Loc cit. 13
A. Pengertian Good Corporate Governance
Secara umum istilah governance lebih ditujukan untuk sistem
pengendalian dan pengaturan perusahaan, yang lebih ditujukan pada tindakan
yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para stakeholders.
Good Corporate Governance memang menyangkut orang (moralitas), etika kerja,
dan prinsip-prinsip kerja yang baik.14
Dalam rangka lebih memahami tentang Good Corporate Governance,
maka terlebih dahulu perlu dipahami tentang pengertiannya yang dapat dilihat dari
pendapat beberapa pakar dari dan literatur sebagai dasar pemahaman tentang
Good Corporate Governance, antara lain :
1. Ernst and Young;
“Corporate Governance terdiri atas sekumpulan mekanisme yang saling
berkaitan yang terdiri dari Pemegang Saham Institusional, Dewan Direksi
dan Komisaris, para manajer yang dibayar berdasarkan kinerjanya, pasar
sebagai pengendali perseroan, struktur kepemilikan, struktur keuangan,
investor terkait, dan persaingan produk.” 15
2. Task Force Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance:
“Good Corporate Governance adalah suatu proses dan struktur yang
digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan nilai tambah pada
perusahaan secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi
pemegang saham, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
14
http://Jafis.wordpress.com/2007/10/22/good-corporate-governance, diakses tanggal 11 Februari 2008.
15
lainnya, berdasarkan pertauran perundang-undangan dan norma yang
berlaku.16
3. Forum For Corporate Governance In Indonesia;
“Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang mengatur
hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak
kreditur, pemerintah, karyawan, serta para pemegang kepentingan intern dan
ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak dan kewajiban mereka atau
dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan.”17
Selain itu, Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum memberikan
pengertian Good Corporate Governance sebagai berikut:
“Good Corporate Governance adalah suatu tata kelola Bank yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas (accountability),
pertanggungjawaban (responsibility), independensi (independency), dan
kewajaran (fairness).”18
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa Good
Corporate Governance adalah suatu kumpulan atau seperangkat peraturan yang
memuat ketentuan tentang bagaimana suatu perusahaan dikelola dengan baik dan
benar, dengan penuh integritas dan bagaimana membina hubungan yang baik
dengan para stakeholders, yang dapat berguna dalam mewujudkan visi dan misi
16
Nindyo Pramono, Op cit. hal 78.
17
Johannes Ibrahim, Loc cit. 18
serta tujuan dari perusahaan, baik dalam jangka panjang maupun pendek. Karena
sistem tata kelola perusahaan yang baik merupakan jalinan keterkaitan antar
stakeholders perusahaan yang digunakan untuk menetapkan dan mengawasi arah
strategis dan kinerja usaha suatu organisasi. Dan dalam pasar modal, maka
penerapan Good Corporate Governance juga dapat diartikan sebagai suatu
kewajiban bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatannya di pasar modal untuk
senantiasa patuh terhadap berbagai peraturan dan ketentuan yang dikeluarkan oleh
badan atau bursa tempat saham perseroan terdaftar dan tercatat. Termasuk juga
bagaimana suatu perusahaan mematuhi peraturan yang dikeluarkan oleh Bapepam
sebagai otoritas pasar modal untuk menjaga agar tidak terjadi
pelanggaran-pelanggaran terhadap ketentuan pasar modal yang akhirnya bertujuan untuk
melindungi semua pihak yang melakukan aktivitas dalam pasar modal itu sendiri.
B.Latar Belakang Pelaksanaan Good Corporate Governance
Di dalam tubuh perusahaan, khususnya dalam pengelolaannya dapat
menyebabkan kerugian diakibatkan sistem pengelolaannya yang tidak benar.
Salah satunya contohnya adalah terjadinya Benturan Kepentingan Transaksi
Tertentu, sebagai akibat dari penyalahgunaan wewenang dari pihak Direksi
ataupun Komisaris, yang membuat para pihak (khususnya pemegang saham)
dalam perusahaan mengalami kerugian. Dan untuk mengurangi resiko itu, maka
dibutuhkan suatu sistem pengelolaan perusahaan yang baik dan benar, yang
menerapkan prinsip akuntabilitas dan transparansi dengan benar. Dimana
Latar belakang penerapan Good Corporate Governance secara umum,
dapat dilihat pada era bisnis pasca perang dingin banyak para pelaku bisnis
dengan berbagai macam jenis korporasi mulai menjalankan sistem tata kelola
perusahaannya secara terbuka, sistimatis dan bertanggung jawab. Hal ini didorong
oleh kebutuhan pasar yang menuntut perusahaan publik menjalankan sistem
manajemennya secara baik, transparan dan auditabel menyusul maraknya berbagai
skandal sistem pelaporan keuangan perusahaan global pada masa itu.19 Hal ini
terkait dengan kebutuhan akan transparansi dalam pengambilan keputusan untuk
melakukan suatu transaksi yang mengandung benturan kepentingan agar tidak
merugikan para pihak seperti pemegang saham, karena untuk menghormati posisi
para pemegang saham maka segala keputusan yang berhubungan dengan jalannya
perusahaan harus diambil dengan melibatkan pemegang saham termasuk
pemegang saham minoritas, dengan melakukan RUPS.20
Sistem tata kelola perusahaan yang tertib dan terbuka ini, yang biasa disebut
dengan Good Corporate Governance (GCG), dipromosikan lebih lanjut oleh
berbagai instansi, seperti lembaga keuangan dunia seperti the World Bank dan
Asian Development Bank dan berbagai kalangan akademisi di dunia pendidikan.
Pada saat ini hampir sebagian besar buku baca wajib dalam bidang manajemen
umum dan strategi manajemen (strategic management) akan membahas masalah
ini dalam salah satu babnya dan menyarankan agar Good Corporate Governance
mulai untuk dijalankan oleh perusahaan-perusahaan modern di dunia.21
19
http://Businessenvironment.wordpress.com/2006/10/18, diakses tanggal 11 Februari 2008.
20
Sentosa Sembiring, Hukum Perusahaan tentang Perseroan Terbatas, (Bandung : Nuansa Aulia, 2006). Hal 64.
21
Latar belakang pelaksanaan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
di Indonesia dapat dilihat dari pengaruh perkembangan perekonomian global,
dimana perekonomian modern yang telah mempengaruhi perekonomian nasional
yang menuntut adanya pemisahan manajemen perusahaan dari kepemilikan
perusahaan yang sejalan dengan agency theory yang menekankan pentingnya
pemegang saham sebagai pemilik perusahaan atau menyerahkan pengelolaan
perusahaanya tersebut kepada tenaga-tenaga independen dan profesional, yang
bertugas untuk kepentingan perusahaan dan memiliki keleluasaan dalam
menjalankan manajemen perusahaan. Dan dalam konsep ini, pemegang saham
hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola
oleh manajemen pengelola, serta mengembangkan sistem insentif bagi manajemen
pengelola untuk memastikan bahwa tenaga-tenaga profesional yang ditunjuk
bekerja sebaik-baiknya demi kepentingan perusahaan. Namun perlu disadari pula
bahwa pengelolaan perusahaan dengan cara seperti itu memiliki segi negatif, yaitu
keleluasaan yang dimiliki oleh manajemen pengelola perusahaan dapat
disalahgunakan sehingga mengakibatkan kondisi dimana pengelola perusahaan
memaksimalkan keuntungan bagi dirinya dengan beban dan biaya yang harus
ditanggung oleh pemegang saham.22 Berdasarkan hal tersebut, benturan
kepentingan antara pemegang saham dengan pengelola perusahaan bisa saja
terjadi disebabkan pengelolaan perusahaan yang belum sepenuhnya dilakukan
dengan benar karena sistem pengelolaannya tidak menerapkan prinsip-prinsip
yang ada dalam Good Corporate Governance, yang mendukung perlindungan
22
terhadap pemegang saham dengan cara pengelolaan perusahaan yang transparan
dan memiliki akuntabilitas.23
Perkembangan perekonomian secara global juga membuat perusahaan
bergantung pada modal ekstern yang berasal dari equity capital (yaitu dana yang
disediakan oleh pemilik perusahaan sebagai bukti dari kepemilikan perusahaan,
seperti saham) dan pinjaman, yang dibutuhkan untuk melakukan
kegiatan-kegiatan perusahaan. Untuk itu, perusahaan harus dapat memberikan kepastian
kepada para pemegang saham bahwa dana mereka digunakan secara tepat dan
efisien. Dengan manajemen perusahaan yang bertindak secara terbaik untuk
kepentingan perusahaan, bukan untuk kepentingan pribadi. Oleh karena itu,
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance, dapat memberikan apa
yang diinginkan oleh para pemegang saham, karena dengan pengelolaan
perusahaan yang berdasarkan Good Corporate Governance, perusahaan tersebut
dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang
efisien dan berkesinambungan.24
C. Prinsip-Prinsip Dasar Good Corporate Governance
Esensi dari perlunya penerapan Good Corporate Governance dalam
pengelolaan perusahaan terletak pada ajaran dan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance yang menerapkan bagaimana mengelola suatu perusahaan dengan
baik dan benar. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas
Good Corporate Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di semua
23
Nindyo Pramono, Op cit. Hal 88.
24
jajaran perusahaan dengan benar. Secara umum prinsip-prinsip dasar Good
Corporate Governance yang diperlukan dan harus diterapkan oleh perusahaan
untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan dengan tetap memperhatikan
pemangku kepentingan, antara lain;25
1. Transparansi (Transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan
proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan
informasi materil dan relevan mengenai perusahaan.
2. Kemandirian/Independensi (Independency), yaitu suatu keadaan dimana
perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh atau tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi
yang sehat.
3. Akuntabilitas (Accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana
secara efektif.
4. Pertanggungjawaban (Responsibility), yaitu kesesuaian di dalam
pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat.
5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan didalam
memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
25
Dimana prinsip-prinsip dasar Good Corporate Governance tersebut sejalan
dengan apa yang dirumuskan oleh Organization for Economic Corporation and
Development (OECD).26
Prinsip-prinsip tersebut juga dapat diwujudkan secara konkrit, antara lain
dengan melakukan pemisahan kekuasaan berupa tanggung jawab dan kewenangan
yang disertai dengan mekanisme kerjasama antara organ-organ perusahaan,
melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas dari organ-organ tersebut
untuk menghindari adanya benturan kepentingan atau intervensi dari pihak luar,
melakukan sistem pengendalian internal dan eksternal yang kuat dan
pengungkapan informasi material mengenai perusahaan melalui media yang dapat
diakses dengan mudah oleh pihak-pihak yang berkepentingan (accessable) serta
juga menetapkan visi, misi, tujuan, dan strategi secara jelas sehingga kinerja
perusahaan maupun kontribusi masing-masing individu dapat dinilai secara
objektif.27
Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) adalah forum
perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi di Indonesia yang
memberikan penjabaran tentang bentuk-bentuk konkrit dari prinsip-prinsip dasar
secara internasional Good Corporate Governance yang lain, yaitu sebagai
berikut:28
a. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar
dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta
26
I Nyoman Tjager, dkk, Op cit. Hal 53.
27
Johannes Ibrahim. Op cit. Hal 73.
28
dalam pengambilan keputusan mengenai perubahan-perubahan yang
mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan
perusahaan.
b. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang
saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi
yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan
perdagangan saham oleh orang dalam (insider trading).
c. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum
dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham dan
kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja, dan perusahaan
yang sehat dari aspek keuangan.
d. Pengungkapan yang akurat dan tepat waktu serta transparansi mengenai
semua hal yang penting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan serta para
pemegang kepentingan (stakeholders).
e. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan
pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham.
Prinsip-prinsip Good Corporate Governance dapat dilaksanakan dengan
adanya pedoman pokok pelaksanaan dari masing-masing prinsip tersebut, antara
lain :29
1. Akuntabilitas (Accountability), pedoman pelaksanaannya adalah :
29
a. Perusahaan harus menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab
masing-masing organ perusahaan dan semua karyawan secara jelas dan selaras
dengan visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan.
b. Perusahaan harus meyakini bahwa semua organ perusahaan dan semua
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab,
dan perannya dalam pelaksanaan Good Corporate Governance.
c. Perusahaan harus memastikan adanya sistem pengendalian internal yang
efektif dalam pengelolaan perusahaan.
d. Perusahaan harus memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran perusahaan
yang konsisten dengan nilai-nilai perusahaan, sasaran utama dan strategi
perusahaan, serta memiliki sistem penghargaan dan sanksi (reward and
punishtment system).
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, setiap organ
perusahaan dan semua karyawan harus berpegang pada etika bisnis dan
pedoman perilaku (code of conduct) yang telah disepakati.
2. Kemandirian/Independensi (Independency), pedoman pelaksaanaannya
adalah;
a. Masing-masing organ perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi
oleh pihak manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas
dari benturan kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga
pengambilan keputusan dapat dilakukan secara obyektif.
b. Masing-masing organ perusahaan harus melaksanakan fungsi dan tugasnya
saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab antara satu
dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang
efektif.
3. Transparansi (Transparency), pedoman pelaksanaannya;
a. Perusahaan harus menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai,
jelas, akurat dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh
pemangku kepentingan sesuai dengan haknya.
b. Informasi yang harus diungkapkan meliputi, tetapi tidak terbatas pada,
visi, misi, sasaran usaha dan strategi perusahaan, kondisi keuangan,
susunan dan kompensasi pengurus, pemegang saham pengendali,
kepemilikan saham oleh anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
beserta anggota keluarganya dalam perusahaan dan perusahaan lainnya
yang memiliki benturan kepentingan, sistem manajemen risiko, sistem
pengawasan dan pengendalian internal, sistem dan pelaksanaan Good
Corporate Governance serta tingkat kepatuhannya, dan kejadian penting
yang dapat mempengaruhi kondisi perusahaan.
c. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh perusahaan tidak mengurangi
kewajiban untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan perusahaan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak
pribadi.
d. Kebijakan perusahaan harus tertulis dan secara proporsional
4. Pertanggungjawaban (Responsibility), pedoman pelaksanaannya;
a. Organ perusahaan harus berpegang pada prinsip kehati-hatian dan
memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, anggaran
dasar dan peraturan perusahaan (by-laws).
b. Perusahaan harus melaksanakan tanggung jawab sosial antara lain dengan
peduli terhadap masyarakat dan kelestarian lingkungan terutama di sekitar
perusahaan dengan membuat perencanaan dan pelaksanaan yang memadai.
5. Kesetaraan/Kewajaran (fairness), pedoman pelaksanaanya;
a. Perusahaan harus memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan
untuk memberikan masukan dan menyampaikan pendapat bagi
kepentingan perusahaan serta membuka akses terhadap informasi sesuai
dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-masing.
b. Perusahaan harus memberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada
pemangku kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang
diberikan kepada perusahaan.
c. Perusahaan harus memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan
karyawan, berkarir dan melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa
membedakan suku, agama, ras, jender, dan kondisi fisik.
D. Tujuan dan Manfaat Penerapan Good Corporate Governance
Good Corporate Governance atau tata kelola perusahaan yang baik adalah
suatu wahana untuk mengamankan aset perseroan untuk meningkatkan nilai bagi
Governance, perusahaan akan memperoleh nilai perusahaan (value of the firm)
yang maksimal apabila fungsi dan tugas masing-masing pelaku organisasi bisnis
yang modern dapat dipisahkan dengan membentuk;30
1. Board of Directors (BOD), dengan syarat mereka bekerja full time dengan
tidak boleh merangkap pekerjaan. Dewan Direksi mengelola perusahaan
melalui berbagai keputusan strategis manajemen perusahaan.
2. Board of Commisionners (BOC), meliputi Komisaris Biasa dan Komisaris
Independen serta berbagai komite yang dibentuknya. Fungsi utama BOC
adalah mengawasi arah pengelolaan perusahaan dan jalannya perusahaan
menurut prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Selain itu manfaat Good Corporate Governance bagi suatu korporasi,
adalah :31
1. Perbaikan dalam komunikasi.
2. Minimalisasi potensi benturan kepentingan.
3. Fokus pada strategi-strategi utama.
4. Peningkatan dalam produktivitas dan efisiensi.
5. Kesinambungan manfaaat.
6. Promosi citra korporasi.
7. Peningkatan kepuasan pelanggan.
8. Perolehan kepercayaan investor.
9. Lebih mudah memperoleh modal.
10. Biaya modal rendah.
30
http://Businessenvironment.wordpress.com/2006/10/18. Loc cit. 31
11. Memperbaiki kinerja usaha.
12. Mempengaruhi harga saham perusahaan di bursa efek.
13. Memperbaiki kinerja ekonomi.
Penerapan Good Corporate Governance tidak bisa bila hanya dilakukan
oleh pihak perusahaan saja. Karena pada prakteknya, suatu perusahaan melakukan
aktivitas tidak secara internal saja, tapi juga di luar dari perusahaan yang
berpengaruh bagi masyarakat dan negara. Oleh karena itu, pelaksanaannya perlu
didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan, yaitu negara dan perangkatnya
sebagai regulator, dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai
pengguna produk dan jasa dunia usaha. Dimana hal ini diperlukan untuk
mendorong terciptanya pasar yang efisien, transparan dan konsisten dengan
peraturan perundang-undangan. Prinsip dasar yang harus dilaksanakan oleh
masing-masing pilar adalah: 32
1. Negara dan perangkatnya menciptakan peraturan perundang-undangan yang
menunjang iklim usaha yang sehat, efisien dan transparan, melaksanakan
peraturan perundang-undangan dan penegakan hukum secara konsisten
(consistent law enforcement).
Sebagai langkah konkrit dari pemerintah terhadap pembangunan iklim
ekonomi yang sehat adalah dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Menteri
BUMN No. Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang
Penerapan Praktek Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik
Negara, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good
32
Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip
Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada
dasarnya bertujuan untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan
akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam
jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders
lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilai-nilai
etika.33
2. Dunia usaha sebagai pelaku pasar menerapkan Good Corporate Governance
sebagai pedoman dasar pelaksanaan usaha.
3. Masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dunia usaha serta pihak yang
terkena dampak dari keberadaan perusahaan, menunjukkan kepedulian dan
melakukan kontrol sosial (social control) secara obyektif dan bertanggung
jawab.
Selanjutnya, penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance
dimaksudkan untuk mencapai hal-hal sebagai berikut, yaitu;34
1. Memaksimalkan nilai perseroan dan nilai perseroan bagi pemegang
saham dengan cara meningkatkan prinsip-prinsip yang ada dalam Good
Corporate Governance, agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat,
yang mendukung investasi.
2. Mendorong pengelolaan perseroan secara profesional, transparan dan
efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian
Dewan Komisaris, Direksi dan RUPS.
33
http://www.bpkp.go.id, diakses tanggal 14 Februari 2008.
34
3. Mendorong agar pemegang saham, anggota Dewan Komisaris dan
anggota Direksi dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan
dilandasi nilai moral yang tinggi dan kepatuhan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku serta kesadaran akan adanya tanggung
jawab sosial perseroan terhadap pihak yang berkepentingan maupun
kelestarian lingkungan di sekitar perseroan.
Selain itu, menurut FCGI penerapan prinsip-prinsip dasar dari Good
Corporate Governance dapat memberikan beberapa manfaat, antara lain :35
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan
keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan
serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak
rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan
corporate value.
3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di
Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena
sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan deviden. Khusus bagi
BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN) terutama dari hasil privatisasi.
Khusus mengenai Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu, penerapan
Good Corporate Governance bertujuan dan bermanfaaat untuk memberikan
35Forum for Corporate Governance in Indonesia, dalam
perlindungan terhadap kepentingan para pemegang saham sebagai pihak yang
dirugikan. Perlindungan kepentingan pemegang saham terhadap Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu melalui penerapan Good Corporate Governance
tersebut dapat dilakukan karena prinsip-prinisip pengelolaan perusahaan yang ada
dalam Good Corporate Governance memandang kepentingan pemegang saham
serta masyarakat luas sebagai bagian dari stakeholders, adalah suatu hal yang
harus dilindungi. Dengan demikian, bila prinsip-prinsip yang ada dalam Good
Corporate Governance tersebut dilaksanakan dengan baik dan benar, maka
Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dapat dihindarkan. Karena pihak
pengelola berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate Governance tersebut akan
melaksanakan pengelolaan perusahaan dengan baik dan berusaha agar Benturan
Kepentingan Transaksi Tertentu tidak terjadi, karena menyadari bahwa mereka
harus melindungi kepentingan pemegang saham yang dapat dirugikan karena
adanya transaksi tersebut.
E. Penerapan Prinsip Good Corporate Governance Di Pasar Modal
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance pada suatu
perusahaan, selain bertujuan untuk meningkatkan nilai perusahaan (value of firm)
juga harus diterapkan dalam setiap kegiatan perusahaan itu, termasuk kegiatan di
dalam pasar modal. Dalam hal Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu yang
terjadi karena ada benturan kepentingan ekonomis antara perusahaan dengan
penyalahgunaan wewenang dari pihak pengelola (ultra vires) karena tidak
diterapkannya prinsip Good Corporate Governance dengan baik.
Dalam segala aktivitas pasar modal yang dilakukan oleh para pelaku usaha
harus berdasarkan prinsip keterbukaan. Dan prinsip keterbukaan tersebut
merupakan bentuk dari penerapan Good Corporate Governance. Dan sebaliknya
penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance diperlukan untuk
mendukung prinsip keterbukaan, karena prinsip keterbukaan di dalam pasar modal
memiliki tiga fungsi, yaitu :36 pertama, untuk memelihara kepercayaan publik
terhadap pasar; kedua, untuk menciptakan mekanisme pasar yang efisien; dan
ketiga, untuk mencegah penipuan (fraud).
Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance, akan
memisahkan fungsi pengelolaan dari kepemilikan perusahaan. Dimana fungsi
pengelolaan akan diserahkan kepada pihak di luar pemilik perusahaan yang
independen yang akan bekerja secara independen dan profesional dalam memberi
informasi yang diperlukan dalam kegiatan perusahaan dalam pasar modal dengan
sebenarnya (transparansi). Karena bersifat independen dan profesional maka tidak
akan ada maksud untuk melindungi perusahaan, atau demi kepentingan pribadi
sebagai pengelola perusahaan. Sehingga dalam pengungkapan segala informasi
yang diperlukan tidak ada informasi yang tidak benar tentang perusahaan tersebut
(omission), yang berguna demi memperlancar langkah perusahaan tersebut dan
menjaga kredibilitasnya dalam kegiatan pasar modal. Namun bila pihak pengelola
dari perusahaan tersebut berasal dari keluarga pemilik perusahaan tersebut, maka
36
bisa saja informasi yang diberikan adalah tidak benar karena maksud dari
pemberian informasi tersebut adalah untuk melindungi perusahaan karena
perusahaan tersebut adalah milik pribadi karena statusnya sebagai perusahaan
keluarga, walaupun hal itu bertentangan dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Dan hal-hal yang berkaitan dengan penerapan Good Corporate
Governance dalam pasar modal mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dari
pemerintah. Karena saat ini sedang dibahas tentang draft perubahan terhadap UU
Pasar Modal dan dimasukannya pengaturan tentang pengelolaan perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance) dalam draft perubahan UU Pasar Modal.
Draft Pasal 84 B UU Pasar Modal tersebut menentukan bahwa pengurus emiten
dan perusahaan publik wajib memenuhi prinsip-prinsip pengelolaan perusahaan
yang baik. Lebih lanjut, draft penjelasan Pasal 8 B ayat 1 UU Pasar Modal
tersebut menyatakan, bahwa prinsip-prinsip pengelolaan pengelolaan perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) meliputi antara lain prinsip fairness,
transparency, accountability, dan responsibility. Pengaturan ini dimaksud untuk
memberikan perlindungan kepada pemegang saham terutama pemegang saham
publik dan sebagai perwujudan tanggung jawab perusahaan kepada publik.37
Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate Governance dalam pasar
modal terlihat dengan keharusan perusahaan publik yang tercatat di bursa wajib
memiliki beberapa anggota Dewan Komisaris yang memenuhi kualifikasi
sebagai Komisaris Independen berdasarkan Surat Edaran Bapepam Nomor
37
SE03/PM/2000 tentang Komisaris Independen dan Peraturan Pencatatan Efek
Nomor 339/BEJ/07-2001 tanggal 21 Juli 2001. Keberadaan Komisaris Independen
ini berhubungan dengan ketentuan penyelenggaraan pengelolaan perusahaan yang
baik (Good Corporate Governance). Antara lain: 38
1. Jumlah Komisaris Independen adalah sekurang-kurangnya 30% dari
seluruh jumlah anggota Komisaris.
2. Perlunya dibentuk Komite Audit.
3. Keharusan perusahaan memiliki Sekretaris Perusahaan (corporate
secretary).
Fungsi dari seorang Komisaris adalah sebagai pengawas terhadap
pengurus perseroan yang dilakukan oleh Direksi. Dan dalam fungsi pengawasan
tersebut terkandung kewajiban Komisaris untuk memberi nasehat (advise) kepada
Direksi dalam menjalankan pengelolaan perusahaan. Persyaratan seorang
Komisaris Independen harus tetap mengacu pada UU Perseroan Terbatas tentang
syarat utama untuk menjadi seorang Komisaris suatu Perseroan Terbatas.39
Namun bagi perusahaan tercatat40 tentang Komisaris Independen ini mengacu
pada ketentuan peraturan Bursa Efek Jakarta No. Kep.BEJ.305/2004 (Peraturan
No.1-A Tentang Pencatatan Saham dan Efek Bersifat Ekuitas Selain Saham yang
38
http://Businessenvironment.wordpress.com. Loc cit. 39
UU Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (UU Perseroan Terbatas), Pasal 1 angka 6 dan Pasal 108.
40
Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat) yang mensyaratkan bahwa Komisaris
Independen dari perusahaan tercatat harus pula memiliki reputasi baik.41
Keberadaan Komite Audit berlaku bagi perusahaan tercatat di papan
utama, tapi juga di papan pengembangan.42 Pentingnya keberadaan Komite Audit
ini tidak terlepas dari tugas dan tanggung jawab serta kewenangan yang
dimilikinya. Komite Audit bertugas menjalankan pendapat profesional yang
independen kepada Dewan Komisaris terhadap laporan atau hal-hal yang
disampaikan oleh Direksi kepada Dewan Komisaris, serta mengidentifikasi
hal-hal yang memerlukan perhatian Dewan Komisaris, yang mencakup;43
1. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan.
2. Menelaah independensi dan obyektifitas akuntan publik.
3. Melakukan penelaahan atas kecukupan pemeriksaan yang dilakukan akuntan
publik untuk memastikan semua risiko yang perlu dipertimbangkan.
4. Melakukan penelahaan atas efektifitas pengendalian internal perusahaan.
5. Menelaah tingkat kepatuhan perusahaan.
6. Melakukan pemeriksaan atas dugaan adanya kesalahan dalam keputusan
Direksi atau penyimpangan dalam hasil keputusan rapat Direksi.
Komisaris Independen wajib juga menyampaikan peristiwa atau kejadian penting
yang diketahuinya kepada Dewan Komisaris Perusahaan Tercatat.44
Keberadaan Sekretaris Perusahaan (corporate secretary) adalah indikasi
penerapan Good Corporate Governance, seperti Komisaris Independen dan
41Ibid,
angka romawi III.1.10
42
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia, Merger Perusahaan Publik, Suatu Kajian Hukum Korporasi, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2006) Hal 89.
43
Komite Audit. Sama seperti Komite Audit, maka Sekretaris Perusahaan berlaku di
papan utama dan dan papan pengembangan.45 Berdasarkan Lampiran Keputusan
Ketua Bapepam Nomor Kep-63/PM/1996, tanggal 17 Januari 1996 (Peraturan
Nomor IX.I.4 tentang Pembentukan Sekretaris Perusahaan), maka pembentukan
Sekretaris Perusahaan bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Emiten atau
Perusahaan Publik kepada masyarakat pemodal dalam rangka perkembangan
pasar modal di Indonesia. Dan Sekretaris Perusahaan memiliki tugas :46
1. Mengikuti perkembangan pasar modal khususnya peraturan-peraturan yang
berlaku di bidang pasar modal.
2. Memberikan pelayanan kepada masyarakat atas setiap informasi yang
dibutuhkan pemodal yang berkaitan dengan kondisi Emiten atau Perusahaan
Publik.
3. Fungsi Sekretaris Perusahaan dapat dirangkap oleh Direktur Emiten atau
Perusahaan Publik.
4. Sebagai penghubung atau contact person antara Emiten atau Perusahaan
Publik dengan Bapepam dan masyarakat.
5. Memberikan masukan kepada Direksi Emiten atau Perusahaan Publik untuk
mematuhi ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar
Modal dan peraturan pelaksananya.
45
Cornelius Simanjuntak dan Natalie Mulia. Op cit. Hal 94.
46 http://www.Bapepam.go.id/old/hukum/peraturan/emiten/IX.I.4.htm,
BAB III
BENTURAN KEPENTINGAN TRANSAKSI TERTENTU A. Pengertian
Benturan kepentingan dalam artian bisnis adalah suatu kondisi atau sistem
dimana seseorang karena kedudukan atau wewenang yang dimilikinya di
perusahaan memiliki kepentingan pribadi yang dapat mempengaruhi pelaksanaan
tugas yang diamanatkan oleh perusahaan secara obyektif. Benturan kepentingan
ini dapat menimbulkan adanya pertentangan antara kepentingan ekonomis pribadi,
kelompok atau keluarga dengan kepentingan ekonomis perusahaan.47
Namun apakah sebenarnya yang di maksud dengan Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan, khususnya di
bidang pasar modal?
Transaksi yang mengandung benturan kepentingan (Conflict of Interest)
diatur dalam UU Pasar Modal dalam Pasal 82 Ayat (2) yang menyebutkan,
“Bapepam dapat mewajibkan Emiten atau Perusahaan Publik untuk memperoleh
persetujuan mayoritas pemegang saham independen untuk secara sah dapat
melakukan transaksi yang berbenturan kepentingan, yaitu perbedaan
kepentingan-kepentingan ekonomis emiten atau perusahaan publik dengan kepentingan-kepentingan
ekonomis pribadi Direksi atau Komisaris atau juga Pemegang Saham Utama
Emiten atau Perusahaan Publik.” UU Pasar Modal mencantumkan ketentuan
mengenai hal ini menandakan bahwa praktik demikian telah berlangsung lama
47
Sumber: SK Direksi ELNUSA No. 112/EN/KPTS/1000/2004 tentang Penerapan Prinsip
Good Corporate Governance dalam Rangka Menghindari Benturan Kepentingan.,
dan berpotensi merugikan para pihak, karena adanya unsur kolusi dan pelanggaran
terhadap prinsip keterbukaan informasi.48
Pengertian tentang benturan kepentingan ini dapat ditemukan dalam
peraturan pelaksana dari UU Pasar Modal yaitu Keputusan Ketua Bapepam No.
Kep-32/PM/2000 tanggal 22 Agustus 2000 tentang Benturan Kepentingan
Transaksi Tertentu (Peraturan IX.E.1), yaitu perbedaan antara kepentingan
ekonomis perusahaan dengan kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris,
Pemegang Saham Utama perusahaan, atau pihak terafiliasi dari Direktur,
Komisaris, atau Pemegang Saham Utama.49
Dan sebagai perbandingan, pengertian benturan kepentingan dapat
ditemukan dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 Tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum yang memberikan
definisi tentang benturan kepentingan yaitu perbedaan antara kepentingan
ekonomis Bank dengan kepentingan ekonomis pribadi pemilik, anggota Dewan
Komisaris, anggota Direksi, Pejabat Eksekutif, dan/atau pihak terkait dengan
Bank.
Transaksi Benturan Kepentingan sendiri terdiri atas 2 (dua) unsur yaitu
Transaksi dan Benturan Kepentingan. Transaksi adalah aktivitas atau kontrak
dalam rangka memberikan dan atau mendapat pinjaman, memperoleh,
melepaskan, atau menggunakan aktiva, jasa, atau efek suatu perusahaan atau
perusahaan terkendali maupun mengadakan kontrak sehubungan dengan aktivitas
48
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 241.
49
tersebut. 50 Dari definisi tersebut, dapat terlihat bahwa pengertian Transaksi
adalah sangat luas karena pada prinsipnya meliputi pemberian jaminan, pinjaman
hutang, jasa, akuisisi atau penjualan aktiva. Sedangkan benturan kepentingan
didefinisikan sebagai perbedaan antara kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi Direktur, Komisaris, pemegang saham utama
Perusahaan, atau Pihak Terafiliasi dari Direktur, Komisaris, atau Pemegang
Saham Utama. 51
B. Pengaturan Benturan Kepentingan Transaksi Tertentu dalam Peraturan Nomor IX.E.1 dan Undang-Undang Pasar Modal
Selain dalam UU Pasar Modal, pengaturan tentang benturan kepentingan
dalam pasar modal di muat dalam salah satu peraturan pelaksana dari UU Pasar
Modal, yaitu peraturan Nomor IX.E.1 yang dimuat dalam lampiran Keputusan
Ketua Bapepam No. Kep-32/PM/2000 tanggal 22 Agustus 2000. Secara historikal,
peraturan ini diterbitkan tahun 1996, tidak lama setelah dikeluarkannya UU Pasar
Modal dan dimuat dalam Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-84/PM/1996
tanggal 24 Januari 1996, yang kemudian disempurnakan dengan Keputusan Ketua
Bapepam No. Kep-12/PM/1997 tanggal 30 April 1997 sebelum akhirnya diubah
kembali dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-32/PM/2000.52
Dimana melalui peraturan ini, Bapepam mempertegas kata “dapat
mewajibkan” pada UU Pasar Modal Pasal 82 ayat (2) menjadi suatu keharusan.
Dimana dinyatakan bahwa jika suatu transaksi dimana seorang Komisaris,
50Ibid
. Angka 1 huruf c.
51Ibid
.Angka 1 huruf d.
52
Direktur, atau Pemegang Saham Utama mempunyai benturan kepentingan, maka
transaksi yang dimaksud harus disetujui oleh para Pemegang Saham Independen
atau wakil mereka yang diberi wewenang untuk itu sebagaimana diatur dalam
Peraturan IX.E.1 ini. Persetujuan mengenai hal tersebut harus di tegaskan dalam
bentuk akta notariil. Dengan demikian peraturan pelaksana ini lebih tegas dan
secara hukum ketegasan itu lebih menguntungkan di dalam penegakan hukum.53
Karena peraturan tersebut lebih serius untuk melindungi kepentingan Pemegang
Saham Independen.54 Namun dalam pelaksanaannya, Peraturan IX.E.1 ini cukup
rumit dan memiliki cakupan yang luas sehingga tidak menutup kemungkinan
adanya pelanggaran-pelanggaran dalam pelaksanaannya oleh Perusahaan Publik
atau Emiten yang akan mengadakan transaksi yang berbenturan kepentingan.
Secara prinsip peraturan ini bertujuan : 55
1. Melindungi kepentingan pemegang saham independen yang umumnya
merupakan pemegang saham minoritas dari perbuatan yang melampaui
kewenangan Direksi dan Komisaris serta pemegang saham utama dalam
melakukan transaksi dalam melakukan transaksi yang mengandung benturan
kepentingan tertentu (UU Pasar Modal Pasal 82 ayat (2) jo. Peraturan
Nomor IX.E.1).
2. Mengurangi kemungkinan penyalahgunaan kekuasaan oleh Direksi,
Komisaris atau pemegang saham utama untuk melakukan transaksi yang
53
M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Op cit. Hal 242.
54
UU Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, penjelasan Pasal 82 Ayat (2) jo. Peraturan IX.E.1. Op cit.Angka 1 huruf e.
55
mengandung benturan kepentingan tertentu (UU Pasar Modal Pasal 82 ayat
(2) jo. Peraturan Nomor IX.E.1).
3. Melaksanakan prinsip keterbukaan dan penghormatan terhadap hak-hak
pemegang saham independen berdasarkan asas kesetaraan, persetujuan
pemegang saham independen yang mewakili lebih dari 50 % saham yang
ada merupakan suatu keharusan (UU Pasar Modal Pasal 86 Ayat (1)).
Lahirnya peraturan Nomor IX.E.1 merupakan suatu respon terhadap
konflik kepentingan (conflict of interest) yang biasanya menguntungkan
pihak-pihak tertentu, karena adanya kolusi yang didasarkan pada kewenangan dan
ketidaktransparannya proses pengambilan keputusan. Latar belakang budaya
perusahaan-perusahaan di Indonesia yang berasal dari perusahaan keluarga yang
membesar menjadi konglomerasi makin membuka kemungkinan terjadinya
tindakan-tindakan yang mengandung konflik kepentingan. Prilaku kolutif di dunia
bisnis sering kali terdengar terjadi. Sebagai akibatnya, hal itu tumbuh dan
berkembang sampai sekarang, sehingga perusahaan yang ada berjalan dengan
ditopang oleh suatu sikap yang tidak benar. Dan disisi lain, pemberlakukan
ketentuan ini sejalan dengan prinsip Good Corporate Governance, yaitu
menghormati hak pemegang saham, memberikan perlakuan sama diantara
pemegang saham, dan melindungi kepentingan pemegang saham minoritas.
Prinsip lainnya adalah penerapan prinsip keterbukaan. 56
Transaksi yang mengandung benturan kepentingan terjadi karena tidak
mendapat persetujuan dari para pemegang saham, oleh karena itu, Bapepam
56Ibid
sebagai otoritas pasar modal tidak mengkategorikan tindakan melakukan transaksi
yang mengandung benturan kepentingan sebagai suatu pelanggaran sepanjang
transaksi yang dilakukan tersebut telah mendapat persetujuan dari pemegang
saham sesuai dengan prosedur yang dimuat dalam ketentuan perundang-undangan
yang berlaku.57
Transaksi yang berbenturan kepentingan adalah transaksi dimana seorang
Komisaris, Direktur, atau Pemegang Saham Utama mempunyai benturan
kepentingan, yakni perbedaan kepentingan ekonomis perusahaan dengan
kepentingan ekonomis pribadi Komisaris, Direktur, dan Pemegang Saham Utama.
Dengan demikian, suatu transaksi termasuk memiliki benturan
kepentingan jika dipenuhi unsur-unsur berikut ini :58
1. Adanya transaksi, yaitu suatu aktivitas atau kontrak dalam rangka
memberikan dan/atau mendapat pinjaman, memperoleh, melepaskan atau
menggunakan aktiva, jasa atau efek suatu perusahaan atau perusahaan
terkendali, atau mengadakan kontrak sehubungan dengan adanya aktivitas
tersebut.
2. Adanya benturan kepentingan.
3. Benturan kepentingan tersebut adalah antara perusahaan dengan Komisaris
atau Direktur atau Pemegang Saham Utama.
4. Kepentingan yang berbenturan adalah kepentingan ekonomis.
Namun, tidak semua transaksi yang tidak mendapat persetujuan pemegang
saham dikategorikan sebagai transaksi yang mengandung benturan kepentingan.
57
Badan Pengawas Pasar Modal, (Peraturan Nomor IX.E.1), Op cit. Angka 2.
58