• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PEMBERIAN OBAT INJEKSI IV PERSET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI PASIEN SEBELUM PEMBERIAN OBAT INJEKSI IV PERSET"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN MOTIVASI KERJA PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN IDENTIFIKASI

PASIEN SEBELUM PEMBERIAN OBAT INJEKSI IV PERSET

The Correlation Of Nurse’s Working Motivation And Patient Identification

Implementation Before Giving Injection Medicine Iv Perset

I Gede Yudha Wirawan1, Ni Nyoman Gunahariati2, Ni Made Nopita Wati3

1STIKes Wira Medika PPNI Bali1 2RSUP Sanglah Denpasar Bali2 3STIKes Wira Medika PPNI Bali3 ABSTRAK

Sertifikasi dari JCI sebagai badan akreditasi internasional merupakan achivement yang didambakan oleh setiap rumah sakit. Pelaksanaan identifikasi merupakan indikator International Patient Safety Goals (IPSG) yang harus dilakukan perawat sebelum memberikan asuhan keperawatan, salah satunya dalam pemberian obat injeksi IV perset. Motivasi kerja perawat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja seorang perawat itu sendiri. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi iv perset. Penelitian ini merupakan studi korelasional dengan disain penelitian cross-sectional. Penelitian ini dilakukan di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar. Jumlah sampel 31 perawat pelaksana dengan cara purposive sampling. Teknik analisa data dengan menggunakan uji Chi-Squaer dengan kemaknaan 5%. Hasil penelitian menunjukan bahwa motivasi kerja perawat sebagian besar 55% dengan kategori motivasi kerja kuat. Pelaksanaan identifikasi didapatkan sebagian besar 71% dilakukan. Dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi iv perset dengan nilai p-value = 0,000<α=0,05. Adanya hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi iv perset. Saran kepada pihak manajemen RSUD Sanjiwani gianyar agar mampu mempertahankan dan meningkatkan motivasi kerja perawat.

Kata kunci: Pemberian injeksi IV perset, motivasi kerja, pelaksanaan identifikasi. ABSTRACT

Certification from JCI as international accreditation body is an achievement that was longed by any hospital. The implementation of identification is an indicator of International Patient Safety Goals (IPSG) that should be performed by nurse before giving education about nursing, giving injection medicine IV perset is an action that is most often performed in the treatment room. Nurse’s working motivation is one of factors that influence performance of a nurse herself. Purpose of this research is to analyze the correlation of nurse’s working motivation with patient identification implementation before giving injection medicine IV perset. This research is a correlational study with cross-sectional research design. This research was performed at Nakula Room and Bima Room of Regional General Hospital Sanjiwani Gianyar. Amount of sample is 31 implementer nurses with purposive sampling. Data analysis technique used the Chi-Squaer test with significance of 5%. Research result shows that most of nurse’s working motivation for 55% is catagorized in strong working motivation. Identification implementation is obtained that most of 71% was performed. It can be concluded that there is correlation between nurse’s working motivation with patient identification implementation before giving injection medicine IV perset with p-value = 0.000< α=0,05. The significant correlation between the nurse’s working motivation and patient identification implementation before giving injection medicine IV perset. Suggestion for managemen RSUD Sanjiwani Gianyar to be able to maintain and increase the motivation of nurse

Key words: Giving injection IV perset, working motivation, identification implementation Alamat korespondensi : Br. Merta Sari, Jl. Siulan-Denpasar Timur

(2)

Pendahuluan

Memasuki era globalisasi dan persaingan bebas, diperlukan peningkatan mutu dalam segala bidang, salah satunya melalui akreditasi Rumah Sakit menuju kualitas pelayanan Internasional. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia khususnya Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan memilih dan menetapkan sistem akreditasi yang mengacu pada standar Joint

Commission International (JCI) yang setelah

diidentifikasi, diperoleh standar yang paling relevan terkait dengan mutu pelayanan rumah sakit yaitu Internasional Patient

Safety Goals (sasaran internasional

keselamatan pasien) rumah sakit. Sasaran internasional keselamatan pasien meliputi 6 indikator, salah satunya adalah identifikasi pasien dengan benar untik mengurangi angka kejadian tidak diharapkan (KTD) (Kemenkes RI, 2011).

Pada tahun 2000 Institute of Medicine (IOM) melaporkan bahwa sekitar 44.000-98.000 orang meninggal karena medical error dan medication error merupakan jenis medical error yang banyak terjadi. Sekitar 7.000 orang per tahun di Amerika meninggal karena medication error. Publikasi World Health Organisation (WHO) pada tahun 2004, mengumpulkan angka-angka penelitian rumah sakit di berbagai Negara Amerika, Inggris, Denmark dan Australia, ditemukan KTD dengan rentang 3,2 – 16,6%. Data tentang medication error di Indonesia secara pasti belum ada, namun pada data laporan insiden keselamatan pasien tahun 2010, sebanyak 46,1% dari 105 kasus terjadi di unit keperawatan di rumah sakit.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Harmiadi(2014) diperoleh hasil penelitian dari 46 perawat, yang memiliki motivasi kerja kuat sebesar 41 orang (89,1%) dimana semua mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan tepat, sedangkan perawat dengan motivasi kerja kurang sebesar 5 orang (10,9%) dimana yang mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan tepat sebesar 1 orang (2,2%) dan yang tidak melaksanakan dengan tepat sebesar 4 orang (8,7%). Hasil tersebut dapat

diasumsikan bahwa perawat dengan motivasi kerja yang baik cenderung untuk mampu melaksanakan prinsip enam benar dalam pemberian obat dengan tepat dibandingkan dengan motivasi yang kurang baik.

Motivasi seseorang untuk melakukan kegiatan muncul karena merasakan perlunya untuk memenuhi kebutuhan. Apabila kebutuhannya telah terpenuhi, motivasinya akan menurun, kemudian berkembang pemikiran bahwa motivasi juga diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu, namun apabila tujuan telah tercapai, biasanya motivasi juga menurun. Motivasi dapat dikembangkan apabila timbul kebutuhan maupun tujuan baru (Wibowo, 2013).

Data yang didapatkan di Rumah Sakit Umum Daerah Sanjiwani Gianyar ditemukan KTD dan KNC (Kejadian Nyaris Cidera) di register patient safety dari bulan Juli 2014 – Maret 2015, terjadi 92 insiden dan 66,3% diantaranya merupakan Administration Error dengan kesalahan dalam pemberian obat pada pasien yang namanya sama adalah kasus yang paling sering terjadi. Data yang ditemukan dari 14 ruangan yang ada di RSUD Sanjiwani Gianyar, Ruang Nakula dan Ruang Bima merupakan ruangan terbanyak terjadi insiden medication error yaitu sebesar 45,9%. Berdasarkan pengamatann peneliti dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan di ruangan tersebut terhadap 5 orang perawat 40% diantaranya tidak melakukan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset dan 60% diantaranya memiliki motivasi kerja sedang. Tindakan pemberian obat injeksi IV perset merupakan tindakan yang setiap hari dilakukan oleh perawat diruang tersebut.

Berdasarkan hal tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset di ruang nakula dan ruang bima RSUD Sanjiwani Gianyar.

(3)

BAHAN DAN METODE

Jenis penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian non-eksperimen, studi korelasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar pada bulan Juni 2015. Responden dalam penelitian ini sebanyak 31 perawat dengan menggunakan teknik purposive sampling. Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset. Teknik analisa pada penelitian ini menggunakan uji chi-squaer untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar dengan nilai signifikasi dianggap bermakna apabila p-value<0,05. HASIL PENELITIAN

Gambar 4.1

Distribusi Motivasi Kerja Perawat di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani

Gianyar Bulan Mei – Juni 2015 Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dapat disimpulkan bahwa dari 31 responden dalam penelitian ini sebanyak 17 responden (55%) memiliki motivasi kerja dengan kategori yang kuat.

Gambar 4.2

Distribusi Pelaksanaan Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Obat Injeksi IV Perset

di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar Bulan Mei - Juni 2015

Motivasi Kerja Pelaksanaan Identifikasi Total Dilakuka n Tidak Dilakuka n N % N % n % Kuat 17 55 % 0 %0 17 55% Sedang 5 16 % 9 29% 14 45% Rendah 0 0 % 0 0 % 0 % 0% Total 22 71 % 9 29% 31 100% p-value 0,000 Tabel 4.1

Hasil Analisa Data Uji Chi-Squaer Hubungan Motivasi Kerja Perawat dengan Pelaksanaan Identifikasi Pasien Sebelum Pemberian Obat

Injeksi IV Perset di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar

Dari tabel 4.1 menunjukan bahwa sebagian besar perawat memiliki motivasi kerja dengan kategori kuat yaitu sebanyak 17 responden (55%) dan dapat melaksanakan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset. Hasil uji statistik diperoleh p-value sebesar 0,000 atau p-value < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p-value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset diruang nakula dan ruang bima RSUD Sanjiwani Gianyar.

55% 45%

Motivas i Kuat Motivas i Sedang Motivas i Rendah

71% 29%

(4)

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dari 31 responden sebagian besar perawat memiliki motivasi dengan kategori kuat yaitu sebanyak 17 responden (55%), perawat yang memiliki motivasi dengan kategori sedang sebanyak 14 responden (45%) dan tidak ada perawat yang memiliki motivasi dengan kategori rendah. Hasil penelitian menunjukan bahwa masih terdapat motivasi kerja perawat dengan kategori sedang.

Motivasi kerja perawat dengan kategori sedang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, faktor intrinsik seseorang, fasilitas (sarana dan prasarana), situasi dan kondisi, program dan latihan, audio visual (media), serta faktor umur (Suparyanto,2010). Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan, terutama dalam berperilaku. Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move, secara umum mengaju pada adanya kekuatan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Notoatmodjo, 2010).

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang diperoleh Harmiadi (2014) di Ruang Interna dan Bedah Rumah Sakit Haji Makassar didapatkan sebesar 41 perawat (89,1%) memiliki motivasi kerja dengan kategori kuat, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Mulyadi (2011) dimana motivasi kerja perawat pelaksana di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang didapatkan sebagian besar 66,7% memiliki motivasi yang kuat.

Hasil penelitian didapatkan dari 31 responden bahwa sebagian besar perawat yaitu sebanyak 22 responden (71%) dapat melakukan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset dan sebanyak 9 responden (29%) tidak melakukan identifikasi pasien sebelum pemberian injeksi IV perset. Data tersebut menunjukan bahwa terdapat responden yang tidak melakukan identifikasi pasien terlebih dahulu sebelum memberikan obat injeksi IV perset. Hasil observasi yang dilakukan peneliti dari 31 responden terdapat 7 orang yang hanya melakukan identifikasi nama saja tanpa mengidentifikasi nomor RM

atau tanggal lahir pasien dan 2 orang tanpa mengidentifikasi nama, nomor RM atau tanggal lahir.

Kuntarti (2005) mengemukakan bahwa pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat oleh perawat merupakan gambaran perilaku perawat yang bisa dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya faktor internal dan eksternal. Faktor Internal adalah faktor yang timbul dari diri seorang perawat seperti lama bekerja pengetahuan dan motivasi atau dorongan, sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang timbul dari lingkungan perawat itu sendiri seperti ketersediaan peralatan, adanya prosedur tetap diruangan dan pengawasan dari ketua tim atau kepala ruang. Teori tersebut didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Harmadi (2014) dimana didapatkan 41 (89,1%) perawat mampu melakukan prinsip 6 benar dengan baik namun 29,3% diantaranya tidak melakukan pengidentifikasian pasien.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar perawat memiliki motivasi kerja dengan kategori kuat yaitu sebanyak 17 responden (55%) dan dapat melaksanakan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset. Hasil uji Chi-Squaer diperoleh p-value sebesar 0,000 atau p-value < α 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa nilai p-value lebih kecil dari alpha sehingga Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti terdapat hubungan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset diruang nakula dan ruang bima RSUD Sanjiwani Gianyar.

Kejadian medication error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap tujuan tercapainya medikasi yang aman. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Andi, dkk (2013) didapatkan data analisis kejadian medication error RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng tahun 2010 sebanyak 18 kasus, tahun 2011 sebanyak 16 kasus, dan tahun 2012 sebanyak 21 kasus. Penelitian ini bertujuan melakukan identifikasi jenis dan penyebab medication error meliputi prescribing error, dispensing error, dan administration error. Hasil

(5)

penelitian menunjukkan bahwa prescribing error meliputi kesalahan administratif dan prosedural yaitu resep yang tidak lengkap, resep tidak terbaca, aturan pakai tidak jelas, penggunaan singkatan yang tidak lazim, kesalahan dosis yaitu dosis yang tidak tepat dan kesalahan terapeutik yaitu duplikasi terapi. Dispensing error meliputi content error yaitu kesalahan membaca resep, obat tidak tepat, jumlah obat tidak tepat, dan kesalahan bentuk sediaan obat, labeling error yaitu kesalahan penulisan aturan pakai. Administration error meliputi kesalahan waktu pemberian obat, kesalahan teknik pemberian obat, dan obat tertukar pada pasien yang namanya sama (right drug for wrong patient).

Motivasi kerja perawat adalah tingkah laku seseorang didorong kearah suatu tujuan tertentu karena adanya suatu kebutuhan. Motivasi adalah suatu yang mampu mendorong seorang perawat untuk melaksanakan tugasnya baik dari internal maupun dari eksternal. Timbulnya motivasi dalam diri seseorang perawat bisa disebabkan oleh adanya rasa tanggung jawab yang timbul dari seorang perawat. Jika seseorang perawat memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap pasien maka tentunya perawat akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan tindakan yang cepat, tepat dan terarah untuk mengatasi masalah pasien termasuk dalam mengidentifikasi pasien sebelum pemberian obat. Aspek lain yang bisa menimbulkan motivasi pada seorang perawat adalah adanya rangsangan yang diterima di Rumah Sakit. Rangsangan tersebut bisa dalam bentuk penghargaan yang diterima, insentif kerja serta pujian.hal inilah yang menimbulkan suatu dorongan untuk selalu berbuat yang lebih baik.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh harmadi (2014) tentang faktor–faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan prinsip 6 benar dalam pemberian obat oleh perawat pelaksana di ruang interna dan bedah Rumah Sakit Haji Makassar menyatakan bahwa antara motivasi dan pelaksanaan prinsip 6 benar obat terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p-value = 0,000. Antara tingkat pendidikan dengan

pelaksanaan prinsip 6 benar obat tidak terdapat hubungan yang signifikan dengan nilai p-value = 0,571 atau tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan pelaksanaan prinsip 6 benar obat. Adanaya hubungan yang signifikan antara motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset, maka motivasi kerja seorang perawat perlu tetap dipelihara dan dipertahankan dengan cara memberikan pelatihan – pelatihan untuk mengurangi kejenuhan perawat dan memberikan reward atau penghargaan bagi perawat yang memiliki kinerja yang baik. Motivasi kerja yang kuat akan meningkatkan kualitas kinerja perawat, yang akan mempengaruhi hasil dari kinerja seorang perawat sehingga dapat mengurangi terjadinya kesalahan dalam memberikan pelayanan dan asuhan keperawatan.

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tntang hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset di Ruang Nakula dan Ruang Bima RSUD Sanjiwani Gianyar dapat ditarik kesimpulan ada hubungan motivasi kerja perawat dengan pelaksanaan identifikasi pasien sebelum pemberian obat injeksi IV perset yang signifikan, dengan nilai p-value = 0,000. Saran

Disarankan kepada Pihak Manajemen RSUD Sanjiwani Gianyar , agar meningkatkan dan mempertahankan motivasi kerja perawat serta mengutamakan keselamatan pasien dan membuat kebijakan tentang upaya peningkatan kinerja perawat dalam pelaksanaan identifikasi pasien khususnya dalam pemberian obat injeksi IV perset dan penerapannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP). Meningkatkan motivasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan dapat dilakukan dengan cara menanamkan kesadaran serta memberikan dorongan semangat kepada perawat tentang

(6)

keperawatan kepada pasien, karena dengan adanya dorongan yang kuat akan memberikan motivasi atau energi yang lebih dalam setiap bertindak dan berperilaku serta meningkatkan sumberdaya daya manusia dengan memberikan penghargaan atas keberhasilan atau prestasi yang telah diraihnya, sehingga dapat meningkatkan mutu atau kualitas pelayanan asuhan keperawatan dirumah sakit pada umumnya. Bagi perawat rumah sakit agar mampu meningkatkan dan mempertahankan motivasi kerja yaitu mampu bekerja sama dengan perawat lain dalam memberikan asuhan keperawatan dan mengutamakan keselamatan pasien salah satunya dengan melakukan pengidentifikasian pasien sebelum memberikan tindakan asuhan keperawatan khususnya dalam pemberian obat injeksi IV perset dan penerapannya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur, sehingga kinerja perawat dapat ditingkatkan. Bagi peneliti selanjutnya agar mampu melakukan pendekatan dengan responden atau membina hubungan saling percaya sebelum membagikan lembar kuesioner kepada responden sehingga responden mau mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang dirasakan dan dapat mengurangi terjadinya bias dalam menggambarkan tingkat motivasi kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang sesungguhnya. Disarankan peneliti selanjutnya mampu mengembangkan penelitian ini lebih lanjut dengan menilai faktor – faktor yang mempengaruhi motivasi kerja perawat dan faktor – faktor dalam pelaksanaan identifikasi pasien oleh perawat seperti tingkat pengetahuan dan supervisi dari ruangan. KEPUSTAKAAN

Andi, dkk. 2013. Faktor Penyebab Medication Error di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Banteng. Makasar

Harmiady, R., 2014. Faktor – Faktor Yang Berhubungan dengan Pelaksanaan Prinsip 6 Benar Dalam Pemberian Obat Oleh Perawat Pelaksana Di Ruang Interna Dan Bedah Rumah Sakit Haji Makasar. Makasar Kementrian Keseharan Republik Indonesia,

2011. Profil Kesehatan Indonesia

2010. Available

http://www.depkes .go.id

Kuntarti. (2005). Tingkat penerapan prinsip enam tepat dalam pemberian obat oleh perawat di ruang rawat inap. Jurnal Keperawatan Indonesia, 9 (1). 19-25.

Mulyadi, H. 2011. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Perawat Ruang Rawat Inap di RSUD Kabupaten Aceh Tamiang. Available:

http://repository.usu.ac.id

/handle/123456789/24885, (16 Juni 2015).

Notoatmodjo, S. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta: Jakarta Suparyanto. 2010. Konsep motivasi.

http://dr-suparyanto.blogspot.com/ 2010/09/ konsep-motivasi.html. (03 Februari 2013)

Wibowo. 2012. Manajemen Kinerja. Jakarta : Rajawali Pers.

Referensi

Dokumen terkait

Namun terdapat satu indikator yang tidak dijawab oleh responden seutuhnya, yaituindikator pelayan melakukan dengan cepat ketika memenuhi pesanan konsumen, artinya

Model Chamberlin ini dalam pasar oligopoli menyatakan bahwa, suatu keseimbangan yang stabil akan terjadi jika dalam pasar tersebut sepakat hanya memakai satu

Berdasarkan hasil penelitian dan pengukuran yang telah dilakukan menunjukkan bahwa metode pengukuran konduktivitas hidrolik kendi irigasi utuh dapat diukur dengan

6 Pada percobaan ini nilai efisiensi penyerapan kadar air dalam etanol oleh ZA yang telah diaktivasi dengan ukuran partikel 80 mesh cenderung lebih baik bila

Biaya perolehan adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau

Menyatakan bahwa Karya Seni Tugas Akhir saya tidak terdapat bagian yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi mana pun dan juga

Studi kasus yang diangkat hanya mengenai struktur bawah abutment dan pilar dengan tujuan mendapatkan besarnya kekuatan terhadap beban kerja yang terjadi, besarnya kebutuhan

Sehingga secara keseluruan maksud dari judul skripsi ini adalah penerapan metode yang dipilih oleh seorang guru dalam melaksanakan pembelajaran atau proses belajar