• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur (Tst) Di Jalan Halat Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pengertian Usaha Kecil - Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Usaha Kecil Warung Teh Susu Telur (Tst) Di Jalan Halat Medan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis

2.1.1 Pengertian Usaha Kecil

Usaha kecil menurut surat edaran Bank Indonesia No. 26/1/UKK tanggal 29

Mei 1993 perihal kredit Usaha Kecil (KUK) adalah usaha yang memiliki total aset

maksimum Rp 600 juta (enam ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan rumah

yang ditempati. Pengertian usaha kecil ini meliputi usaha perseorangan, badan usaha

swasta dan koperasi, sepanjang aset yang dimiliki tidak melebihi nilai Rp 600 juta.

Menurut UU No. 9/1995 tentang Usaha Kecil yang dimaksud dengan usaha kecil

adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dalam memenuhi kriteria

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan seperti kepemilikan sebagaimana diatur

dalam undang-undang ini.

Usaha kecil yang dimaksud di sini meliputi usaha kecil informal dan usaha

kecil tradisional. Adapun usaha kecil informal adalah berbagai usaha yang belum

terdaftar, belum tercatat, dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap,

industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima,

dan pemulung. Sedangkan usaha kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan

alat produksi sederhana yang telah digunakan secara turun temurun, dan berkaitan

(2)

Pengertian usaha kecil menimbulkan pandangan yang berbeda di benak

masing-masing. Mungkin langsung tergambar pada benak sebagian orang adalah

sebuah toko kelontong yang menjual kebutuhan sehari-hari, atau seorang penjual es

yang menggunakan gerobak atau bahkan seorang pedagang roti keliling yang

menjajakan dagangannya dengan menggunakan sepeda yang telah dimodifikasi.

(Tobing, 2009:3)

Definisi usaha kecil menengah (UKM) menurut Biro Pusat Statistik (BPS)

lebih mengacu kepada klasifikasi skala usaha dan jumlah tenaga kerja yang diserap.

UKM menurut Biro Pusat Statistik (BPS) adalah usaha skala kecil yang

menggunakan kurang dari lima orang karyawan atau usaha menengah yang menyerap

tenaga kerja antara lima hingga sembilan belas orang (Tobing, 2009:4).

2.1.2 Kepemimpinan

Kepemimpinan menurut Tjiharjadi (2012:18) adalah pengaruh, tidak lebih,

tidak kurang, kapasitas menerjemahkan visi ke dalam realitas, sebagai kesadaran dan

keinginginan untuk mempengaruhi orang lain, yang selanjutnya memberikan

tanggapan atas keinginan sendiri untuk mengikutinya, serta penyebab berbagai

tindakan yang digerakan orang secara cermat dengan terencanan yang bertujuan

untuk penyelesaian agenda pemimpin, juga sarana komunikasi kepada orang tentang

nilai dan potensinya kemudian dengan sangat jelas datang untuk menemukannya

(3)

Pengaruh kepemimpinan yang diterapkan dalam perusahaan mengindikasikan

tanda keberhasilan pada masing-masing usaha. Setiap orang memiliki kepemimpinan

yang berbeda-beda, kepemimpinan yang berhasil yaitu berawal dari efektifitas,

pengambilan keputusan, kreatifitas, dinamis, perubahan, memiliki inspirasi dan

menjalankan visi, (Tjiharjadi, 2012:22).

1. Efektifitas

Pemanfaatan sumber daya, sarana, prasarana dalam jumlah tertentu yang

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa kegiatan yang

dijalankan, Jika hasil kegiatan semakin mendekati sasaran, berarti makin tinggi

efektifitasnya.

2. Pengambilan Keputusan

Suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara

sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.

3. Kreatifitas

Kemampuan untuk membuat kombinasi baru, berdasarkan data dan informasi

yang ada. Hasil yang diciptakan tidak selalu hal-hal yang baru, tetapi juga dapat

berupa gabungan dari hal-hal yang sudah ada sebelumnya.

4. Memiliki Inpirasi

Percikan ide-ide kreatif yang waktu dan tempatnya jarang dikenali, kecuali

sudah melatih diri dengan kebiasaan dan dikarenakan akibat-hasil dari proses

(4)

5. Menjalankan Visi

Suatu pernyataan mengenai tujuan dari sebuah organisasi yang disampaikan

melalui produk atau jasa yang ditawarkan, kebutuhan yang dapat ditanggulangi,

kelompok masyarakat yang dilayani, nilai yang didapatkan juga aspirasi dan cita-cita

di masa yang akan datang.

6. Perubahan

Suatu usaha yang sistematik untuk menciptakan ulang suatu organisasi

dengan cara melakukan adaptasi pada perubahan yang terjadi di lingkungan eksternal

dan lingkungan internal untuk mencapai sasaran baru.

7. Dinamis

Penuh semangat dan tenaga untuk cepat bergerak dalam menyesuaikan diri

dengan keadaan yang terjadi secara tiba-tiba.

Menurut Anoraga (2004:33), memimpin dapat diartikan sebagai suatu seni

atau proses untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang lain agar mereka mau

berusaha untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebuah kelompok/organisasi.

Menurut Herujito (2001:179) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah seni

kemampuan untuk mengendalikan orang-orang dalam organisasi agar perilaku

mereka sesuai dengan perilaku yang diinginkan oleh pimpinan.

Gaya Kepemimpinan merupakan aspek penting bagi seorang pemimpin,

karena seorang pemimpin harus berperan sebagai organisasi kelompoknya untuk

(5)

didefinisikan sebagai suatu proses untuk mengarahkan dan mempengaruhi aktifitas

yang berhubungan dengan penugasan anggota organisasi dalam rangka mencapai

tujuan kelompok atau organisasi.

Dari defenisi ini tampak bahwa seorang pemimpin bertugas mendorong

bawahan untuk mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada. Seorang

pemimpin harus menjadi fasilitator anggota kelompoknya dalam mencapai tujuan

bersama. Sebagai contoh, pemimpin sebuah orkestra yang dinamakan dirigen

berusaha untuk menghasilkan nada yang selaras dari berbagai alat musik. Berkualitas

tidaknya kelompok orkestra tersebut sangat ditentukan oleh dirigennya.

Menurut Tjiptono (2001:79), pemimpin yang baik harus memiliki beberapa

karakteristik sebagai berikut:

1. Tanggung jawab yang seimbang

Keseimbangan disini adalah antara tanggung jawab terhadap pekerjaan yang

dilakukan dan tanggung jawab terhadap orang yang harus melaksanakan pekerjaan

tersebut.

2. Model peranan yang positif

Peranan adalah tanggung jawab, perilaku atau prestasi yang diharapkan dari

seseorang yang memiliki posisi khusus tertentu. Oleh karena itu, pemimpin yang baik

harus dapat dijadikan panutan dan contoh bawahannya.

(6)

3. Memiliki keterampilan yang baik

Pemimpin yang baik harus dapat menyampaikan ide-idenya secara ringkas

dan jelas, serta dengan cara yang tepat.

4. Memiliki pengaruh positif

Pemimpin yang baik memiliki pengaruh yang baik terhadap karyawannya dan

menggunakan pengaruh tersebut untuk hal-hal yang positif. Pengaruh adalah seni

menggunakan kekhusukan untuk menyakinkan orang lain akan sudut pandangan

orang lain ke arah suatu tujuan atau sudut pandang tertentu.

2.1.3 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

Menurut Tjiharjadi (2012:22), kepemimpinan dan manajemen terdapat

persamaan dan perbedaan yang jelas, karena keduanya mempunyai hubungan yang

saling melengkapi, adapun perbedaan kepemimpinan dan manajemen dapat dilihat

pada gambar dibawah ini:

TABEL 2.1

Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen

Kepemimpinan Manajemen

Efektifitas Efisiensi

Pengambilan Keputusan Perencanaan

Dinamis Kertas Kerja

Kreatifitas Peraturan

Perubahan Regulasi

Memiliki Inspirasi Pengendalian

Menjalankan Visi Konsistensi

(7)

2.1.4 Teori dan Gaya Kepemimpinan

Menurut Tjiharjadi (2012:40), teori kepemimpinan yang populer digunakan

diantaranya sebagai berikut:

1. Teori Pembawaan (The Trait Theory)

Teori ini berkembang tahun 1940-an dengan memusatkan pada karakteristik

pribadi seorang pemimpin, meliputi bakat-bakat pembawaan, ciri-ciri pemimpin,

faktor fisik, kepribadian, kecerdasan, dan keterampilan berkomunikasi.

2. Teori Perilaku (Behaviorist Theory)

Teori ini lebih terfokus kepada tindakan-tindakan yang dilakukan pemimpin

dari pada memperhatikan atribut yang melekat pada diri seorang pemimpin.

3. Teori Jalan Tujuan (Path-Goal Theory)

Teori yang paling kontemporer, teori ini nilai strategis dan efektivitas seorang

pemimpin didasarkan pada kemampuannya dalam menimbulkan kepuasan dan

motivasi para anggota dengan penerapan reward dan punishment.

Gaya Kepemimpinan (Leadership style) Seorang pemimpin akan sangat

berpengaruh terhadap pencapaian tujuan. Pemilihan gaya kepemimpinan yang benar

dan tepat dapat mengarahkan pencapaian tujuan perorangan maupun tujuan

organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan.

Dengan gaya kepemimpinan yang tidak sesuai dapat mengakibatkan

(8)

akan menjadi tidak jelas, dimana hal ini dapat mengakibatkan ketidakpastian pada

anggota atau pegawai.

Menurut Veithzal (2005:78) ada beberapa gaya kepemimpinan, diantaranya :

a. Gaya kepemimpinan Otokratik: Pemimpin dipandang sebagai orang yang

memberi perintah dan dapat menuntut, kepuasan ada di tangan pemimpin.

b. Gaya kepemimpinan Demokratik atau Partisifatif: Pemimpin dipandang sebagai

orang yang tidak akan melakukan suatu kegiatan tanpa mengkonsultasikan

terlebih dahulu pada bawahannya. Pemimpin di sini mengikutsertakan pendapat

bawahan sebelum ia membuat keputusan.

c. Gaya kepemimpinan Free Rein: Pemimpin hanya menggunakan sedikit

kekuasaan dan memberi banyak kebebasan kepada bawahan untuk melakukan

kegiatan. Jadi pemimpin di sini memberi keluasan pada bawahan untuk

menentukan tujuan perusahaan dan cara untuk mencapainya. Pemimpin hanya

berfungsi sebagai fasilitator melalui pemberian informasi dan sebagai orang yang

berhungan dengan kelompok lain. Prilaku tersebut telah memberi hasil yang

menyenangkan baginya sehingga ia terdorong untuk selalu mengulangnya lagi.

Begitupun sebaliknya, bila konsekuensi dari suatu perilaku membawa akibat yang

(9)

Menurut Hasibuan (2005:107) ada dua fungsi gaya kepemimpinan yang biasa

digunakan oleh seorang pemimpin dalam mengarahkan atau mempengaruhi bawahan

yaitu:

1. Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada tugas (Task Oriented style).

Gaya kepemimpinan ini, seorang pemimpin akan mengarahkan dan

mengawasi bawahannya secara ketat agar mereka bekerja sesuai dengan harapannya.

pemimpin dengan gaya ini lebih mengutamakan keberhasilan pekerjaan daripada

pengembangan kemampuan bawahan.

2. Gaya Kepemimpinan yang berorientasi pada pekerja (Employee Oriented Style)

Gaya kepemimpinan ini berusaha mendorong dan memotivasi bawahannya

untuk bekerja dengan baik. Mereka mengikutsertakan bawahan dalam pengambilan

keputusan yang menyangkut tugas atau pekerjaan bawahan. Di sini hubungan

pemimpin dan bawahan terasa sangat akrab, saling percaya, dan saling menghargai.

Menurut Tjiharjadi,dkk (2012:29), gaya kepemimpinan yang berkembang

kemudian masih cukup banyak, tetapi disini hanya akan dikemukakan tiga gaya

kepemimpinan yang cukup menarik perhatian para pengamat dan praktisi

pengembangan sosial.

1. Kepemimpinan karismatik (Charismatic Leadership)

Pengikut memberikan atribut-atribut heroik atau kepemimpinan yang luar

(10)

Pemimpin-pemimpin karismatik menampilkan ciri-ciri sebagai berikut:

a. Memiliki visi yang amat kuat atau kesadaran tujuan yang jelas

b. Mengkomunikasikan visi itu dengan efektif

c. Mendemonstrasikan konsistensi dan fokus

d. Mengetahui kekuatan-kekuatan sendiri dan memanfaatkannya.

e. Bertindak berdasakan krisis (crisis based)

f. Berani mengambil risiko

g. Membuat perubahan, dipersepsikan sebagai agen perubahan yang radikal

2. Teori Kepemimpinan Transformasional dan Transaksional (Transformational and

transactional Leadership).

Pemimpin-pemimpin transaksional membimbing atau memotivasi

pengikutnya ke arah tujuan yang telah ditentukan dengan cara menjelaskan

ketentuan-ketentuan tentang peran dan tugas. Pemimpin-pemimpin transformasional

memberikan pertimbangan yang bersifat individual, stimulasi intelektual, dan

memiliki kharisma.

3. Teori gaya kepemimpinan yang melayani (Servant Leadership)

Salah satu gaya kepemimpinan yang sangat membantu para pemimpin untuk

memenangkan persaingan.

Kepemimpinan transformasional dibangun atau berkembang dari

kepemimpinan transaksional. Berikut beberapa perbedaan karakteristik

(11)

TABEL 2.2

Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan Transaksioanal

No Kepemimpinan Transformasional No Kepemimpinan Transaksional

1. Bekerja dalam situasi 1. Mengubah situasi

2. Menerima keterbatasan 2. Mengubah apa yang biasa dilakukan

3. Patuh pada peraturan dan nilai organisasinya

3. Berbicara tentang tujuan luhur

4. Timbal balik dan tawar- menawar 4. Memiliki acuan nilai kebebasan, keadilan dan kesamaan

Sumber: Tjiharjadi,dkk (2007:31)

Berdasarkan karakteristik kepemimpinan transaksional dan transformsional,

dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan transformasional lebih sesuai diterapkan

pada lingkungan yang dinamis yang ditandai oleh perubahan-perubahan yang sangat

cepat.

2.1.5 Keberhasilan Usaha

Menurut Kashmir (2006:172), keberhasilan usaha dalam hal ini diindikasikan

dalam lima hal yaitu, jumlah penjualan meningkat, hasil produksi meningkat,

keuntungan atau profit bertambah, perkembangan dan pertumbuhan usaha,

berkembang cepat dan memuaskan. Ukuran keberhasilan usaha dalam menerapkan

strategi pemasarannya adalah mampu memberikan kepuasan kepada pelanggan.

Semakin banyak pelanggan yang menerima produk atau jasa yang ditawarkan, maka

mereka semakin puas, dan ini berarti strategi yang dijalankan sudah cukup berhasil.

(12)

ukuran bahwa strategi yang dijalankan sudah cukup baik. Masih ada lagi ukuran

lainnya, misalnya tingkat laba yang diperoleh dan ukuran lainnya.

Menurut Ranto (2007:20) keberhasilan berwiraswasta tidaklah identik dengan

seberapa berhasil seseorang mengumpulkan uang atau harta serta menjadi kaya,

karena kekayaan bisa diperoleh dengan berbagai cara sehingga menghasilkan nilai

tambah. Berusaha lebih dilihat dari bagaimana seseorang bisa membentuk,

mendirikan, serta menjalankan usaha dari sesuatu yang tadinya tidak berbentuk, tidak

berjalan atau mungkin tidak ada sama sekali. Seberapa pun kecilnya ukuran suatu

usaha jika dimulai dari nol dan bisa berjalan dengan baik maka nilai berusahanya

jelas lebih berharga daripada sebuah organisasi besar yang dimulai dengan

bergelimang fasilitas.

Menurut Nasution (2001:12), sebuah perusahaan dikatakan meraih

keberhasilan usaha jika dana usahanya bertambah, hasil produksi meningkat,

keuntungan bertambah, perputaran dana berkembang cepat serta penghasilan anggota

dari perusahaan tersebut bertambah.

Menurut Hutagalung (2008:50), sukses tidak terjadi secara kebetulan, secara

instan dan tidak pula turun tiba-tiba dari langit. Sukses adalah buah dari proses

sistematis, perjalanan panjang dan kerja keras. Sukses selalu diukur dengan uang,

harta, jabatan, keluarga, ketenaran nama. Sukses besar berarti akumulasi dari

(13)

2.1.6 Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan usaha,yaitu:

(Hutagalung dkk, 2010:8)

1. Motivasi

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Center for Entrepreneurial Research

menemukan 69 % siswa menegah atas ingin mulai menjalankan usaha mereka

sendiri. Motivasi utamanya adalah be their own bosses.

2. Usia

Usia berkaitan dengan keberhasilan bila dihubungkan dengan lamanya

seseorang menjadi wirausaha. Dengan bertambahnya pengalaman ketika usia

seseorang bertambah maka usia akan berkaitan dengan keberhasilan.

3. Pengalaman

Pengalaman dalam mengelola usaha memberi pengaruh pada keberhasilan

usaha skala kecil. Dengan demikian, tingkat keterlibatan seseorang dalam suatu

kegiatan usaha bisa menjadi tolak ukur pengalaman dalam berusaha.

4. Pendidikan

Pendidikan merupakan salah satu faktor yang menunjang keberhasilan usaha

skala kecil, dengan asumsi bahwa pendidikan lebih baik akan memberikan

(14)

2.1.7 Keberhasilan dan Kegagalan Usaha

Anoraga (2002: 154) Seorang wirausaha harus mampu membuat rencana

usaha (bussiness plan). Rencana usaha merupakan dokumen yang disiapkan secara

seksama yang menerangkan mengenai pola dari usaha yang akan digeluti.

Adapun langkah untuk menuju keberhasilan usaha meliputi:

1. Kemauan dan keberanian untuk menghadapi resiko baik waktu maupun uang

2. Mengembangkan hubungan, baik dengan mitra usaha maupun dengan semua

pihak yang terkait dengan kepentingan perusahaan

3. Memiliki ide atau visi bisnis yang jelas

4. Membuat perencanaan usaha, mengorganisasikan, dan menjalankannya

Penyebab wirausaha gagal dalam menjalankan usahanya:

1. Kurangnya kehandalan SDM dan tidak kompeten dalam manajerial serta

kurangnya pengalaman ketika menjalankan strategi perusahaan. Strategi baik

yang dibuat tidak dapat dilaksanakan tanpa adanya kompetensi dalam manajerial.

Menempatkan orang-orang yang tidak kompeten di tempat yang sangat strategis

akan memperburuk jalannya usaha. Kompetensi dalam manajerial sangat

membantu keberhasilan perusahaan karena meletakan orang-orang yang sesuai

dengan kemampuan, bakat dan minat bekerja karyawan akan mempermudah

usaha dan strategi perusahaan untuk dilaksanakan.

2. Kurangnya pemahaman bidang usaha yang diambil karena tidak dapat

(15)

apabila tidak dapat mendeskripsikan dan memvisualisakan bentuk usaha yang

digeluti mengantar pada kehancuran usaha. Pemaham bisnis atau bidang usaha

yang diambil secara kontekstual dan riel sangat membantu arah, tujuan, misi, dan

visi perusahaan. Kejelasan bidang usaha yang telah ditentukan sangat membantu

dan mempermudah mengambil kebijakan manajerial dan strategi yang dibuat.

3. Kurangnya kehandalan pengelolaan administrasi dan keuangan (modal dan

kendali kredit). Pengelolaan adminsitrasi dan keuangan yang apaadanya akan

mempersulit majunya perusahaan. Pencatatan adminsitrasi dan keuangan secara

sembarang akan semakin memperburuk kondisi usaha karena tidak dapat

membaca transaksi dan aktivitas yang telah terjadi. Aktivitas yang telah dilalui

seperti pembayaran utang-piutang, jumlah pesanan, jadwal kirim, proses

produksi, dll akan tidak dapat terselesaikan dengan baik. Penangan modal dan

kredit dari bank atau swasta apabila tidak dicatat pengeluaran dan alokasi

penggunaannya akan semakin memperburuk kondisi keuangan. Alangkah baiknya

dalam melakukan aktivitas selalu berpedoman “Segala yang telah dikerjakan

harus dicatat dan segala yang tercatat harus dapat dikerjakan dengan baik”

sehingga perusahaan yang menggunakan prinsip tersebut dapat mempertahankan

kelangsungan hidupnya.

4. Gagal dalam perencanaan. Kegagalan dalam menerapkan rencana biasanya

karena rencana yang telah dibuat berdasarkan pengalaman orang lain atau sebuah

(16)

sama sekali kondisi atau medan usaha yang digelutinya. Faktor-faktor yang

mendukung kegagalan dalam melaksanakan atau menerapkan rencana adalah dari

dalam diri sendiri.

5. Tempat usaha dan lokasi yang kurang memadai. Tempat usaha dan lokasi sangat

menentukan kelancaran bisnis yang digeluti. Salah memilih, membangun, atau

membuka tempat usaha yang harapannya dapat memperbesar usaha justru kandas

karena kesalahan tersebut. Tempat usaha seharusnya diperiksa dulu kelayakannya

seperti budaya, karakter, strata sosial, pendapatan, selera, keamanan masyarakat

di sekitarnya.

6. Kurangnya pemahaman dalam pengadaan, pemeliharaan, dan pengawasan bahan

baku dan sarana peralatan. Kemampuan dalam pengadaan, pemeliharaan,

pengawasan bahan baku dan peralatan yang dimiliki sangatlah penting. Karena

apabila tidak memiliki kemapuan dalam bidang ini akan membuat biaya

operasioanal semakin tinggi dan kerugian akan terjadi.

7. Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi perubahan teknologi.

Seorang yang berwirausaha harus berani melakukan perubahan dalam

organisasinya. Salah satu perubahan yang dapat membantunya adalah perubahan

teknologi yang sedang berkembang. Ketidakmampuan mengikuti perubahan

teknologi tidak membuat organisasi mati begitu saja tetapi pergerakan

organisasinya berlahan-lahan lambat dan berangsur-angsur ketinggalan dengan

(17)

8. Hambatan birokrasi. Birokrasi sangat membantu dalam kearsipan dan

adminsitrasi organisasi tetapi apabila birokrasi sangat lambat dan menghambat

sama sekali maka akan memperlambat laju kinerja organsiasi.

9. Keuntungan yang tidak mencukupi. Keuntungan yang akan diperoleh dalam

berwirausaha adalah dasar motivasi ketika seseorang merencanakan bidang usaha.

Akan tetapi keuntungan yang diperolah di luar dari jangkauan biaya yang telah

dikeluarkan atau perkiraan laba yang diperoleh sebelumnya akan mengakibatkan

kelangsungan usaha yang cepat berhenti. Motivasi karena bayangan keuntungan

yang diperoleh sangat tinggi adalah sikap yang kurang objektif apabila belum

mengetahui kondisi lingkungan bisnis yang sebenarnya. Hal yang paling penting

sebelum memperoleh laba yang tinggi adalah cepat kembalinya modal awal yang

digunakan sebagai operasional awal.

10.Tidak adanya produk yang baru. Produk yang telah dibuat dan berhasil

memenangi pasar belum tentu akan bertahan lama karena banyak kompetitor yang

selalu melakukan inovasi maupun perbaikan produk mereka untuk tampil di

pasar. Pengusaha yang tidak pernah menampilkan produk baru yang kreatif

maupun inovatif akan mempercepat berhenti usahanya. Hal ini terjadi karena

tidak mampu bersaing oleh kompetitor yang telah mengeluarkan produk baru dan

(18)

2.2 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mendapatkan ide dan pengetahuan dari penelitian terdahulu yang

beragam, review atas penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel 2.3.

TABEL 2.3 Penelitan Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1 Syahputra,

Hadi (2010)

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Keberhasilan Usaha Pada Industri Pakaian di Jl. Denai Medan

Komitmen, Percaya diri, Tanggung jawab, Orientasi masa depan, dengan menggunakan metode statistik deskriptif.

Pengaruh terhadap keberhasilan usaha pada industri adalah tanggung jawab.

prestasi kerja karyawan di PT. Pertamina Instalasi Medan Group

Variabel independen: Gaya kepemimpinan, variabel dependen: Prestasi kerja. Metode Deskriptif.

Hasil analisis dan evaluasi regresi linier sederhana adalah bahwa gaya kepemimpinan (b) yang bernilai 0.293 berarti positif. Usaha Pada Bengkel Barspeed Medan secara parsial atau masing-masing (uji t) berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Keberhasilan Usaha. 4 Ulina,

Georgia (2008)

Analisis Faktor Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Baru” (Studi Kasus pada Crispo

Accessories Grand

Palladium dan Q-ta

Accessories Sun Plaza Medan)

(19)

5 Prasetyo, Erfandy (2012)

Analisis Faktor-Faktor

Yang Mendorong Keberhasilan Usaha Pada

Usaha Café Mandiri dan Café Joulie Kompleks Setia Budi 2 Medan

Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi dan Manajemen serta Keuangan.

Metode Kualitatif

Dari hasil penelitian menunjukan setiap faktor mendorong keberhasilan usaha pada kedua café tersebut. Keberhasilan Usaha Baru

Pada Rumah Makan Mie Sop Kampong di Jalan Dr. mansyur

Faktor Pemasaran, Produksi, Organisasi dan Manajemen serta Keuangan.

Dari hasil penelitian menunjukan setiap faktor mendorong keberhasilan usaha..

Sumber: Penelitian Terdahulu

2.3 Kerangka Penelitian

Kerangka berfikir merupakan sintesa tentang hubungan antar variabel yang

disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan tersebut, selanjutnya dianalisis

secara kritis dan sistematis, sehingga menghasilkan sintesa tentang hubungan antar

variabel yang diteliti. Sintesa tentang hubungan varibel tersebut, selanjutnya

digunakan untuk merumuskan hipotesis (Sugiono, 2004:49).

Tjiharjadi, dkk (2012:22), mengindikasikan kepemimpinan yang berhasil

yaitu berawal dari efektifitas, pengambilan keputusan, kreativitas, perubahan,

dinamis, memiliki inspirasi dan menjalankan visi. Menurut Kashmir (2006:172)

keberhasilan usaha dalam hal ini di indikasikan dalam lima hal, yaitu: jumlah

penjualan meningkat, hasil produksi meningkat, keuntungan atau profit bertambah,

(20)

Berdasarkan indikasi diatas maka hubungan dan pengaruh antara

kepemimpinan dan keberhasilan usaha dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Sumber: Tjiharjadi (2012) dan Khasmir (2006), diolah Gambar 2.1 Kerangka Penelitian Keberhasilan

Usaha

Kepemimpinan

1. Efektifitas

2. Pengambilan Keputusan 3. Kreatifitas

4. Dinamis 5. Perubahan

Gambar

TABEL 2.1 Perbedaan Kepemimpinan dan Manajemen
TABEL 2.2 Perbedaan Kepemimpinan Transformasional dan Kepemimpinan
TABEL 2.3 Penelitan Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Demikian juga pada lokus Ttho-7 menunjukkan bahwa telur hasil pemijahan tanggal 15 Agustus 2005 mempunyai induk yang sama dengan larva tanggal 6 September 2005 karena frekuensi

Bakat adalah kemampuan bawaan yang merupakan potensi (potential ability) yang masih perlu dikembangkan atau dilatih.

While considering the quality of metacognitive instruction in listening and shifting premises to improve listening outcome, this study has focused on whether metacognitive

Comparing average monthly rainfall of TRMM, monitored and historical data it was seen that the second part of the rainy period is always underestimated.. This

[r]

Universitas Negeri

[r]

Setelah mendapatkan hasil akhir dari proses pembobotan dengan menggunakan WRM dan WAQ, langkah selanjutnya yang dilakukan adalah pemilihan detail mapping tools yang tepat sesuai