• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi prosesnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dilihat dari segi prosesnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Laporan Keuangan

1. Pengertian dan Jenis Laporan Keuangan

Dilihat dari segi prosesnya, laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses akuntansi yang dilaksanakan oleh suatu perusahaan. Dengan adanya laporan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan perubahan ekuitas, maka akan diketahui atau diperoleh gambaran posisi keuangan suatu perusahaan serta hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan tersebut.

Menurut J. Fred Weston & Thomas E. Copeland (Sawir, 2001), “Laporan keuangan adalah laporan yang memuat hasil-hasil perhitungan dari proses akuntansi yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan pada suatu saat tertentu”.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) No.1 (2004:2), Laporan Keuangan yang lengkap terdiri atas komponen-komponen berikut ini:

a. Neraca

b. Laporan Laba Rugi c. Laporan Arus Kas

d. Laporan Perubahan Ekuitas e. Catatan atas Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2002:5), “pada umumnya laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan laba rugi serta perubahan modal dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tangga tertentu sedangkan perhitungan laba rugi memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber-sumber penggunaan dana atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal”.

(2)

Dengan melihat batasan di atas mengenai pengertian laporan keuangan, maka dapat disimpulkan bahwa pada intinya laporan keuangan suatu perusahaan terdiri dari laporan-laporan yang melaporkan tentang posisi keuangan, tentang hasil operasi perusahaan dan tentang perubahan yang terjadi dalam posisi keuangan perusahaan. Posisi keuangan perusahaan pada waktu tertentu dilaporkan dalam neraca, hasil operasi perusahaan selama satu periode tertentu dilaporkan dalam laba rugi dan perubahan posisi keuangan menjelaskan mengenai perubahan-perubahan yang terjadi dalam modal perusahaan.

2. Pemakai Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disajikan harus dapat dipertanggungjawabkan keberadaannya, karena laporan keuangan tersebut sangat diperlukan oleh pihak-pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan yakni:

a. Investor (Investor), para investor berkepentingan untuk mengetahui laporan keuangan untuk menilai resiko yang melekat dan hasil pengembangan dari investasi yang dilakukannya. Investor ini membutuhkan informasi untuk membantu apakah harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Selain itu, mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan melakukan penilaian terhadap kemampuan perusahaan dalam membayar deviden.

b. Pemberi pinjaman atau kreditur (Lenders or Creditors), para investor menarik untuk mengetahui laporan keuangan yang memungkinkan mereka

(3)

untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya dapat di bayar pada saat jatuh tempo.

c. Pemasok dan Kreditur Usaha lainnya (Suppliers and other trade

Creditors), pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dangan informasi

dari laporan keuangan yang dapat memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditur usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek.

d. Para Pemegang Saham (Shareholders), para pemegang saham memerlukan informasi keuangan untuk mengetahui kemajuan perusahaan, perkembangan keuangan perusahaan, dana penambahan modal untuk

business plan.

e. Manajemen (Management), manajemen juga berkepentingan untuk mengetahui informasi dari laporan keuangan meskipun memiliki akses terhadap informasi manajemen dan keuangan tambahan yang membantu dalam melaksanakan tanggung jawab perencanaan, pengendalian dan pengambilan keputusan.

f. Pelanggan (Customer), para pelanggan berkepentingan dengan informasi keuangan mengenai kelangsungan hidup perusahaan terutama jika mereka terlibat dalam perjanjian jangka panjang dengan perusahaan.

g. Pemerintah dan berbagai lembaga (Government and their agencies), pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah kekuasaannya berkepentingan untuk alokasi sumber daya dan oleh karenanya

(4)

berkepentingan dengan aktivitas perusahaan, selain itu mereka juga membutuhkan informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.

h. Karyawan (Employers), karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakilinya tertarik pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka melakukan penilaian atas kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat, pensiun, dan kesempatan kerja.

i. Masyarakat (Public), perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara, seperti kontribusi pada perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan perlindungan kepada para penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend) dan perkembangan terakhir kemakmuran perusahaan serta rangkaian aktivitasnya.

3. Tujuan Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:4), dikemukakan tujuan laporan keuangan sebagai berikut, “tujuan laporan keuangan menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.”

(5)

1. Untuk memberikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva dan kewajiban serta modal suatu perusahaan.

2. Untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai perubahan aktiva netto (aktiva dikurangi kewajiban) suatu perusahaan yang timbul dari kegiatan usaha dalam rangka memperoleh laba.

3. Untuk memberikan informasi keuangan yang membantu para pemakai laporan keuangan dalam menaksir potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.

4. Untuk memberikan infomasi penting lainnya mengenai perubahan aktiva dan kewajiban suatu perusahaan, seperti informasi mengenai aktivitas pembiayaan dan investasi.

5. Untuk mengungkapkan sejauh mungkin informasi lain yang berhubungan dengan laporan keuangan yang relevan untuk kebutuhan pemakai laporan, seperti informasi mengenai kebijakan akuntansi yang dianut perusahaan.

4. Keterbatasan Laporan Keuangan

Laporan keuangan juga memiliki beberapa keterbatasan yang perlu diketahui, antara lain:

a) Laporan keuangan dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan integritas

report (laporan yang harus dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya

sementara) dan bukan laporan yang final. Karena itu jumlah dan hal-hal

interim report ini terdapat pendapat pribadi yang dilakukan oleh akuntan

maupun manajemen.

b) Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang kelihatannya bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan standar nilai yang mungkin berbeda atau berubah-ubah.

c) Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi keuangan nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu dimana daya beli uang tersebut berubah dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya sehingga kenaikan volume penjualan yang dinyatakan dalam rupiah belum tentu

(6)

menunjukkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu disebabkan turunnya nilai uang yang diikuti dengan kenaikan tingkat inflasi. d) Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai fakta yang dapat

mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor tersebut tidak dapat dinyatakan dalam satuan uang.

B. Analisis Laporan Keuangan

1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan

Menurut Munawir (2002;35) pengertian analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut, “analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau mempelajari daripada hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan perusahaan yang bersangkutan”.

Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa analisis laporan keuangan merupakan porses untuk mempelajari data-data keuangan agar dapat dipahami dengan mudah untuk mengetahui posisi keuangan, hasil operasi dan perkembangan suatu perusahaan dengan cara mempelajari hubungan data keuangan serta kecenderungannya terdapat dalam suatu laporan keuangan, sehingga analisis laporan keuangan dapat dijadikan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

(7)

2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan

Secara lengkap menurut Harahap (1999:195), kegunaan analisis laporan keuangan ini dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dari laporan keuangan biasa.

2. Dapat menggali informasi yang tidak tampak secara kasat mata (explicit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada di balik laporan keuangan (implicit).

3. Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan. 4. Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam

hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern. laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.

5. Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan modal-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating).

6. Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh para pengambil keputusan. Dengan perkataan lain yang dimaksudkan dari suatu laporan keuangan merupakan tujuan analisis laporan keuangan juga antara lain: a. Dapat menilai prestasi perusahaan

b. Dapat memproyeksi laporan perusahaan

c. Dapat menilai kondisi keuangan masa lalu dan masa sekarang dari aspek waktu tertentu:

1) Posisi keuangan (Asset, Neraca, dan Modal) 2) Hasil Usaha Perusahaan (Hasil atau Biaya) 3) Likuiditas

4) Solvabilitas 5) Aktivitas

6) Rentabilitas atau Profitabilitas 7) Indikator Pasar Modal

d. Menilai perkembangan dari waktu ke waktu e. Menilai komposisi struktur keuangan, arus dana

7. Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut kriteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.

8. Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan standar industri normal atau standar ideal.

(8)

9. Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan, baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan, dan sebagainya. 10. Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan di

masa yang akan datang.

3. Teknik Analisis Laporan Keuangan

Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis) digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan, sehingga dapat diketahui perubahan-perubahan dari masing-masing pos tersebut bila diperbandingkan dengan laporan dari beberapa periode untuk perusahaan tertentu, atau diperbandingkan dengan alat-alat pembanding lainnya, misalnya diperbandingkan dengan laporan keuangan yang dibudgetkan atau dengan laporan keuangan perusahaan lainnya.

Wild, Subramanyam dan Robert (2005:30) menyatakan bahwa ada lima teknik untuk analisis laporan keuangan, yakni:

1. Analisis Laporan Keuangan Komparatif 2. Analisis Laporan Keuangan Common Size 3. Analisis Rasio

4. Analisis Arus Kas 5. Penilaian

Kelima teknik di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Analisis laporan keuangan komparatif yang lebih dikenal dengan metode analisis horizontal, yaitu dengan membandingkan pos-pos laporan keuangan untuk dua periode atau lebih. Ada dua teknik analisis yang biasa digunakan yaitu analisis perubahan dari tahun ke tahun dan analisis trend angka index.

2. Analisis laporan keuangan common size yang lebih dikenal dengan metode analisis vertikal, yaitu dengan menganalisis laporan keuangan

(9)

untuk satu periode dengan cara membandingkan pos yang satu dengan pos lainnya. Untuk analisis laba rugi, penjualan biasanya ditetapkan 100% sedangkan untuk analisis secara total aktiva ditetapkan 100%. 3. Analisis rasio yaitu menggunakan data perusahaan untuk menghitung

rasio-rasio yang mencerminkan kondisi perusahaan terkini. Analisis rasio melibatkan dua jenis perbandingan yaitu: internal (membandingkan rasio saat ini, masa lalu dan masa yang akan datang) dan eksternal (melibatkan perbandingan rasio perusahaan sejenis atau dengan rata-rata industri dengan titik waktu yang sama).

4. Analisis arus kas merupakan analisis terhadap laporan arus kas perusahaan. Analisis arus kas mencerminkan sumber penerimaan dan tujuan pengeluaran kas perusahaan. Analisis arus penerimaan dan pengeluaran kas ini akan dilakukan terhadap tiga aktivitas yang ada dalam laporan arus kas yaitu aktivitas operasi, pendanaan dan investasi. 5. Penilaian merupakan penilaian atas laporan keuangan yang dibuat oleh

perusahaan. Jenis analisis ini jarang digunakan namun analisis ini dapat menambah informasi bagi pengguna dan pembaca laporan keuangan perusahaan.

4. Analisis Rasio Keuangan

Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah suatu angka yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur yang lainnya dalam laporan keuangan. Hubungan antara unsur – unsur laporan keuangan tersebut

(10)

dinyatakan dalam bentuk matematis yang sederhana. Secara individual rasio itu dapat dinilai jika dibandingkan dengan suatu standar rasio yang layak dijadikan dasar pembanding.

Menurut Satradipoera (2004: 173), disebutkan bahwa:

“Analisis rasio adalah pengkajian yang dipergunakan oleh penyelia dan pengguna laporan keuangan (dalam hal ini, bisnis perbankan)untuk menilai kekuatan dan kelemahan keuangan dan kecenderungan operasi sebuah perusahaan. Analisis rasio akan menyebabkan pengukuran relative terhadap kondisi dan kinerja perusahaan yang akan mengajukan aplikasi kredit kepada sebuah bisnis perbankan”.

Secara umum, menurut Jusuf (2005:51) kita dapat membagi rasio menjadi lima golongan sebagai berikut :

1. Rasio Likuiditas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek). Rasio-rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat likuiditas perusahaan adalah:

a. Current Ratio

Rasio ini menunjukkan sejauh mana kewajiban lancar dijamin pembayarannya oleh aktiva lancar. Rumusnya adalah:

s Liabilitie Current Asset Current Ratio Current =

b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)

Rasio cepat ini menunjukkan kemampuan perusahaan melunasi kewajiban jangka pendeknya dari aktiva cepatnya. Aktiva cepat dalam hal ini adalah aktiva yang dapat dengan segera dikonversikan menjadi kas. Rumusnya adalah:

(11)

s Liabilitie Current Inventory Asset Current Ratio Quick = −

c. Net Working Capital

Rasio ini digunakan untuk menghitung berapa kelebihan aktiva lancar dan hutang lancar. Rumusnya:

Net Working Capital = Current Asset – Current Liabilities

2. Rasio Leverage, yaitu rasio yang menunjukkan sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang (dana pihak luar). Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (kreditor), dalam hal ini adalah bank yang kita wakili. Dengan kata lain, rasio leverage ini mengukur kemampuan peruashaan dalam memenuhi semua utang jangka pendek dan jangka panjangnya. Rasio-rasionya antara lain:

a. Debt to Equity Ratio (DER)

Rasio ini menunjukkan sejauh mana modal sendiri menjamin seluruh utang. Rasio ini juga dapat dibaca sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan Rumusnya: Equity Total Debt Total DER=

b. Long Term Debt to Equity Ratio

Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membiayai hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Rumusnya:

(12)

Equity Total Debt Term Long Ratio Equity to Debt LongTerm =

3. Rasio Rentabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan). Rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi. Rasio-rasio rentabilita antara lain:

a. Gross Profit Margin

Rasio ini menunjukkan berapa persen kemungkinan laba kotor yang dicapai dengan menjual produk. Rumusnya:

% 100 Pr x Sales ofit Gross gin Mar profit Gross =

b. Net Profit Margin

Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang diperoleh dari bisnis (setelah dikurangi dengan segala biaya-biaya). Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana perusahaan mengelola bisnisnya, dan mengindikasikan dua hal yakni pengendalian biaya dan volume bisnis. Rumusnya: % 100 x Sales Income Net gin Mar profit Net =

c. Return On Asset (ROA)

Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Rumusnya:

% 100 x Assets Total Income Net ROA=

(13)

d. Return on Equity (ROE)

Rasio ini mengukur berapa besar tingkat pengembalian yang diperoleh pemilik perusahaan (pemegang saham) untuk setiap modal yang disetor pada perusahaan tersebut. Rumusnya:

% 100 x Equity Total Income Net ROE=

4. Rasio Aktivitas, yaitu rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya. Pada prinspnya semakin tinggi rasio aktivitas, maka semakin efektif perusahaan dalam mendayagunakan sumber dayanya. Rasio aktivitas yang umum digunakan antara lain:

a. Asset Turnover (Perputaran Aktiva)

Perputaran aktiva menunjukkan kemampuan manajemen mengelola seluruh investasi guna menghasilkan penjualan. Rumusnya:

Assets Total Sales Net Turnover Asset =

b. Account Receivable Turnover (Perputaran Piutang Dagang)

Perputaran piutang dagang menunjukkan berapa kali piutang dagang perusahaan berputar dalam 1 tahun. Rumusnya:

ceivables Accounts Sales Credit Turnover ceivable Accounts Re Re =

5. Rasio Coverage, yaitu rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban kreditnya dengan sumber dana yang

(14)

diperoleh dari bisnis. Dalam memberi kredit, bank sangat memperhatikan kelancaran pembayaran kewajiban dalam kondisi normal, yaitu dalam kondisi perusahaan yang dibiayai berjalan terus (going concern). Rasio coverage yang banyak digunakan antara lain:

a. Times Interest Earned Ratio

Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar bunga pinjaman. Rumusnya:

% 100 ) ( x Expense Interest EBIT Taxes and Interest Before Earning Earned Interest Times =

b. Devidend Pay-Out Ratio

Rasio ini menunjukkan berapa besar bagin dari laba bersih yang dibagi dalam bentuk deviden tunai. Rumusnya:

% 100 x Pajak Setelah Bersih Laba Dibayar yang Tunai Deviden Ratio Out Pay Devidend − = C. Pengertian Efektivitas

Pengertian efektivitas yang dikemukakan oleh Robert N.Anthony dan Vijay Govindarajan yang telah diterjemahkan oleh Kurniawan Tjakrawala dalam bukunya Sistem Pengendalian Manajemen (2005;174) yakni:

“Efektivitas ditentukan oleh hubungan antara output yang dihasilkan oleh suatu pusat tanggung jawab dengan tujuannya. Semakin besar output yang dikontribusikan terhadap tujuan, maka semakin efektiflah unit tersebut karena baik tujuan maupun input sangatlah sukar dikuantifikasikan. Dan efektivitas cenderung dinyatakan dalam istilah 2 subjektif dan nonanalitis”.

(15)

kemampuan suatu unit untuk mencapai tujuan atau sasaran yang diharapkan atau diinginkan organisasi. Efektivitas diperlukan karena merupakan kunci keberhasilan suatu organisasi sebab sebelum kita dapat melakukan kegiatan dengan efisien, kita harus yakin telah menemukan hal yang tepat untuk dilakukan.

D. Perbankan Syariah

1. Pengertian Bank Berbasis Syariah

Dalam Undang-undang nomor 21 tahun 2008 pasal 1 pengertian bank syariah, bank umum syariah dan bank pembiayaan rakyat syariah disempurnakan menjadi:

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.

Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip syariah dijelaskan pada pasal 1 butir 12 Undang-undang tersebut yang berbunyi:

“Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.”

2. Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Menurut Wirdyaningsih (2005;37), perbedaan mendasar dalam konsep pelaksanaan di bank kovensional dan bank syariah antara lain sebagai berikut:

a. Perbedaan antara bunga dan bagi hasil Perbedaan tersebut dapat dilihat melalui:

(16)

2. Besarnya persentase 3. Pembayaran

4. Jumlah pembayaran 5. Eksistensi

b. Perbedaan antara investasi dan membungakan uang

Perbedaan tersebut dapat ditelaah dari definisi hingga makna masing-masing:

1. Investasi adalah kegiatan usaha yang mengandung risiko, karena berhadapan dengan unsur ketidakpastian. Dengan demikian perolehan kembaliannya (return) tidak pasti dan tidak tetap.

2. Membungakan uang adalah kegiatan usaha yang kurang mengandung risiko, karena perolehan kembaliannya berupa bunga yang relatif pasti dan tetap.

c. Perbedaan antara utang uang dan utang barang

Utang yang terjadi karena pinjam-meminjam uang tidak boleh ada tambahan, kecuali dengan alasan yang pasti dan jelas. Tambahan lainnya yang bersifat tidak pasti dan tidak jelas, seperti inflasi dan deflasi, tidak diperbolehkan.

Utang yang terjadi karena pembiayaan pengadaan barang harus jelas dalam satu kesatuan yang utuh atau disebut harga jual. Dan harga jual itu sendiri terdiri dari harga pokok barang ditambah keuntungan yang disepakati.

3. Pengertian Pembiayaan

Menurut Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah, dijelaskan mengenai pengertian pembiayaan yakni:

“Pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

a. transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;

b. transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk

ijarah muntahiya bittamlik;

c. transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan istishna’; d. transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang qardh; dan

e. transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multijasa berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan/atau UUS dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.”

(17)

4. Jenis Pembiayaan Bank Syariah

Kegiatan penyaluran dana kepada masyarakat pada Bank Umum Syariah terdapat produk-produk sebagai berikut:

a. Fasilitas pembiayaan bagi hasil, terdiri dari:

1. fasilitas pembiayaan mudharabah

adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola. 2. fasilitas pembiayaan musyarakah

adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana.

b. Fasilitas pembiayaan jual beli, terdiri dari: 1) fasilitas pembiayaan murabahah

adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati dalam hal ini penjual harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya.

2) fasilitas pembiayaan salam

adalah pembelian barang yang diserahkan dikemudian hari, sedangkan pembayarannya dilakukan dimuka.

3) fasilitas pembiayaan istisna’

merupakan kontrak penjualan antara pembeli dengan dan pembuat barang dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari

(18)

pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir.

c. Fasilitas pembiayaan atas dasar sewa beli (ijarah) dan jaminan gadai.

d. Fasilitas jasa perbankan lainnya, seperti pemberian jaminan (al-kafalah), pengalihan tagihan (al-hiwalah), pelayanan khusus (al-jo’alah), dan pembukaan L/C (al-wakalah).

e. Fasilitas pembiayaan pinjaman kebajikan (qardhul hassan) bagi mereka yang memenuhi syarat.

5. Pembiayaan Murabahah

Menurut Harahap (2004;93) dikatakan bahwa, “Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyatakan harga perolehan dan keuntungan”.

Kemudian menurut Heri Sudarsono (2003;62), “Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati antara pihak bank dan nasabah. Dalam murabahah, penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli, kemudian ia mensyaratkan atas laba dalam jumlah tertentu.”

Jenis-jenis Murabahah menurut Harahap (2005:93) dapat dikategorikan sebagai berikut:

a. Murabahah tanpa pesanan, artinya ada yang beli atau tidak, bank syariah tetap menyediakan barang

b. Murabahah berdasarkan pesanan artinya bank syariah baru akan melakukan transaksi jual beli apabila ada yang pesan. Murabahah berdasakan pesanan ini dapat dikategorikan dalam:

1) sifatnya mengikat, artinya murabahah berdasarkan pesanan tersebut mengikat untuk dibeli oleh nasabah sebagi pemesan.

(19)

2) sifatnya tidak mengikat, artinya walaupun nasabah telah melakukan pemesanan barang, namun nasabah tidak terikat untuk membeli barang tersebut.

Dalam Murabahah, rukun-rukunnya terdiri dari: a. Ba’I = penjual (pihak yang memiliki barang) b. Musytari = pembeli (pihak yang akan membeli barang) c. Mabi’ = barang yang akan diperjualbelikan

d. Tsaman = harga

e. Ijab Qabul= pernyataan timbang terima

Syarat pelaksanaan murabahah yakni sebagai berikut: a) penjual memberitahu biaya barang kepada nasabah

b) kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan c) kontrak harus bebas dari riba

d) penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian

e) penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang.

Harga yang disepakati dalam murabahah adalah harga jual, sedangkan harga beli harus diberitahukan. Jika bank mendapatkan potongan dari pemasok, maka potongan itu merupakan hak nasabah. Apabila potongan tersebut terjadi setelah akad maka pembagian potongan tersebut dilakukan berdasarkan perjanjian yang dimuat dalam akad.

Karim (2003), mengemukakan bahwa pada aspek kredit (pembiayaan), dalam aturan syariah bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli (murabahah). Mekanisme seperti itu, akan mencegah kemungkinan dana kredit (pembiayaan) digunakan untuk transaksi spekulasi, atau untuk jual beli valas. Jika

(20)

nilainya jelas berupa sejumlah kredit yang dikucurkan. Dalam Bank Syariah, karakter nasabah (personal guarantee) lebih dinomorsatukan, ketimbang cover

guarantee berupa aset. Debitur yang dinilai tidak cacat hukum dan kegiatan

usahanya baik akan mendapat prioritas.

6. Hubungan Analisis Laporan Keuangan Debitur terhadap Efektivitas Pembiayaan Murabahah pada Bank

Dari hasil analisis laporan keuangan debitur, bank dapat mengetahui likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas, stabilitas, usaha dari pemohon pembiayaan tersebut. Kemudian bank dapat mengukur kemampuan perusahaan tersebut untuk membayar hutang dan juga dapat mengetahui apakah pembiayaan yang akan diberikan itu cukup mendapat keuntungan dimasa yang akan datang.

Hasil analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi kepada bank dalam membuat prediksi, perbandingan dan evaluasi akan sumber dan penggunaan baik dalam jumlah maupun waktu serta hubungannya terhadap risiko ketidakpastian di masa yang akan datang. Jadi hasil analisis laporan keuangan memberikan informasi yang diperlukan oleh pihak bank dalam pembiayaan

murabahah yang diajukan kepadanya.

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

No.. Penulis Judul Variabel Hasil

1. Hendriek Maslo (2006) Analisis Laporan Keuangan Calon Debitur dalam Penentuan Pemberian Kredit pada Bank Ekonomi Jasa Raharja Cabang Medan Perintis. Analisis Rasio, Analisis Vertikal, Analisis Horizontal. Pihak bank melakukan analisis horizontal dan analisis rasio untuk menilai laporan keuangan, sementara analisis vertikal tidak digunakan.

(21)

2. Yuni ar Salehaty Br Sebayang (2006) Peranan Analisis Laporan Keuangan Debitur dalam Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Jangka Pendek pada PT. Bank Lippo, Tbk Cabang Pemuda Medan. Current Ratio (CR), Inventory Turnover (ITO), Debt to Equity Ratio (DER), Profit Margin Ratio (PMR), Return on Investments (ROI), dan besarnya Kredit Modal Kerja Jangka Pendek CR, ITO, DER, PMR dan ROI secara menyeluruh berpengaruh signifikan terhadap pemberian kredit. 3. Reza Fahlevi Nasution (2008) Analisis Laporan Keuangan Debitur dalam Pemberian Kredit pada PT. Sarana Sumut Ventur a. Rasio Likuiditas, Leverage, Profitabilitas, Kelayakan Kredit. Rasio likuiditas, leverage dan profitabilitas mengidentifikasi, memprediksi akan kelayakan kredit sebesar 85% sementara sisanya dipengaruhi oleh variabel lain.

Referensi

Dokumen terkait

Bagaimana dan apa saja yang menjadi kewajiban IAIN harus tercermin pada berbagai unsur lembaga tersebut, termasuk bagaimana memformat dan melahirkan para

Endoskopi seharusnya dilakukan pada penderita dengan gejala refrakter / telah mendapat terapi GER yang adekuat, yaitu untuk mengevaluasi adanya Barret’s esophagus

Oleh karena itu, mengingat dari urgensi pemeriksaan kesehatan pra nikah sendiri terlebih lagi terkait keberlangsungan suatu kehidupan rumah tangga yang sakinah, maka penulis

Untuk melihat faktor-faktor yang memotivasi wanita untuk berwirausaha ini, dilakukan penyebaran kuesioner untuk 30 orang wanita yang memiliki usaha sendiri dan berada di

Inilah titik sentral uraian ini, yakni ingin melihat berbagai tantangan yang muncul dan akan dihadapi oleh dunia pendidikan, khususnya perguruan tinggi dan lebih

Variabel pendapatan asli daerah, dana alokasi umum, dana bagi hasil dan jumlah penduduk berpengaruh signifikan terhadap belanja modal untuk kedua kelompok pengujian,

Membeli saham efisien/ good adalah investasi menjanjikan untuk para investor karena saham yang efisien merupakan saham yang diperdagangkan harganya di bawah nilai wajar

Upaya-upaya peningkatan kualitas dadih baik secara fisik, kimia, maupun mikrobiologis sangat diperlukan.Upaya pengembangan dadih dari makanan tradisional menjadi salah satu produk