PENGARUH METODE PRAKTIKUM BERBASIS KEHIDUPAN
SEHARI-HARI PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP
KEMAMPUAN LITERASI SAINS SISWA
KELAS XI MIA MAN 1 MATARAM
TAHUN AJARAN 2017/2018
OLEH: JAMILAH NIM. E1M 013 021
JURNAL SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Kimia
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
PENGARUH METODE PRAKTIKUM BERBASIS KEHIDUPAN SEHARI-HARI PADA PEMBELAJARAN KIMIA TERHADAP KEMAMPUAN LITERASI SAINS
SISWA KELAS XI MIA MAN 1 MATARAM Jamilah, Yayuk Andayani, Muti’ah
Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Mataram
E-mail: [email protected]
ABSTRAK
Intensitas praktikum yang jarang dilaksanakan terutama yang berbasis kehidupan sehari-hari menjadikan proses pembelajaran kurang bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas XI MIA MAN 1 Mataram. Populasi adalah seluruh siswa kelas XI MIA MAN 1 Mataram dan sampel penelitian yaitu XI MIA 1 sebagai kelas eksperimen menggunakan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari dan kelas XI MIA 3 sebagai kelas kontrol menggunakan metode praktikum konvensional. Penelitian menggunakan desain posttest only control group design dengan variabel bebas metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari dan variabel terikat yaitu kemampuan literasi sains. Data kemampuan literasi sains siswa diukur menggunakan instrumen tes pilihan ganda untuk mengetahui kemampuan literasi sains dari aspek pengetahuan dan kompetensi. Data aspek pengetahuan kemampuan literasi sains kelas eksperimen (79,31%) lebih besar dibanding kelas kontrol (57,52%) dan data aspek kompetensi kelas eksperimen (87,06%) lebih besar dibandingkan kelas kontrol (67,90%). Analisis data kemampuan literasi sains siswa menggunakan uji-t dan diperoleh nilai t hitung (5,82) > t tabel (1,67). Hasil uji ini menunjukkan bahwa kemampuan literasi sains siswa dengan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari lebih baik dibandingkan kemampuan literasi sains siswa dengan metode praktikum konvensional siswa kelas XI MIA MAN 1 Mataram.
Kata Kunci : Metode Praktikum Berbasis Kehidupan Sehari-Hari, Kemampuan Literasi Sains, Laju Reaksi.
ABSTRACT
The rarely practiced intensity, especially learning based on daily life resulted in less meaningful learning process. This study aims to determine the effect of practice methods based on daily life to the ability of science literacy class XI MIA MAN 1 Mataram. The population is all students of class XI MIA MAN 1 Mataram and sample of research is XI MIA 1 as experiment class using practicum method based on daily life and class XI MIA 3 as control class using conventional practicum method. The research used posttest only control group design with independent variable is practice method based on daily life and dependent variable is science literacy ability. The student literacy data was measured using multiple choice test instruments to determine the ability of science literacy from the aspect of knowledge and competence. Data on knowledge aspect of science literacy ability of experimental class (79,31%) is bigger than control class (57,52%) and competency aspect data of experimental class (87,06%) bigger than control class (67,90%). The data analysis of literacy ability using t-test and obtained t value (5.82)> t table (1.67). The results of this test indicate that the ability of students 'science literacy with practice methods based on daily life is better than the ability of students' science literacy with conventional practicum method of students of class XI MIA MAN 1 Mataram.
PENDAHULUAN
Hasil observasi yang telah dilakukan di MAN 1 Mataram menunjukkan pembelajaran kimia masih jarang dilakukan dengan metode praktikum, praktikum hanya dilakukan sebanyak 1-2 kali selama satu semester. Pendidik lebih banyak menggunakan metode ceramah dan diskusi karena metode ceramah cocok diterapkan mengingat kondisi siswa yang sudah terbiasa mendengarkan penjelasan dari guru. Hal ini berakibat pada kurangnya kebermaknaan dalam belajar yang berakibat pula terhadap kurangnya pemahaman siswa untuk menjelaskan fenomena yang ada di lingkungan. Kreatifitas pendidik sangat diperlukan dalam menciptakan inovasi alternative pembelajaran kimia dengan mencari alternatif alat dan bahan yang berasal dari kehidupan sehari-hari agar pelaksanaan praktikum menjadi lebih menarik dan bermakna.
Pembelajaran dengan praktikum berbasis kehidupan sehari-hari ini dapat digunakan sebagai alternative untuk meningkatkan keterampilan literasi sains karena dekat dengan kehidupan sehari-hari peserta didik. Tingkat kebermaknaan yang optimal dalam pembelajaran sains dapat diperoleh jika siswa memiliki kemampuan literasi sains yang baik [6]. Pembelajaran ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar lebih mendalam mengenai
contoh-contoh fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari untuk dijelaskan secara ilmiah. Hasil penelitian terkait kemampuan literasi sains siswa Indonesia juga menunjukkan hal yang sama, nilai rata-rata persentase literasi sains siswa pada 3 aspek sains yakni konten, konteks dan proses adalah <50% [7]. Oleh karenanya, dibutuhkan situasi pembelajaran atau model pembelajaran yang tepat dan mampu meningkatkan kemampuan literasi sains siswa seperti metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari.
Praktikum merupakan salah satu kegiatan yang sangat berperan dalam meningkatkan pemahaman siswa selama proses pembelajaran [4]. Praktik adalah salah satu cara untuk mendalami ilmu pengetahuan karena membuktikan teori secara langsung [1]. Metode praktikum dengan menekankan keterkaitan antara konsep dengan dunia kehidupan peserta didik secara kontekstual dapat memaksimalkan hasil belajar peserta didik dan mengasah keterampilan pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Melalui kegiatan praktikum, peserta didik dapat berperan aktif secara langsung untuk melakukan suatu proses ilmiah untuk menemukan konsep sehingga peserta didik dapat lebih memaknai materi pembelajaran dibandingkan hanya memahami konsep.
Salah satu kunci sukses menghadapi tantangan abad 21 adalah “melek” sains (science literacy) yaitu kemampuan seseorang dalam memahami,
mengkomunikasikan serta
mengaplikasikan konsep kimia dalam kehidupan nyata [7]. Literasi sains sekarang ini menjadi tuntutan untuk dikuasai setiap individu baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam dunia pekerjaan. Individu yang melek sains dapat menggunakan informasi ilmiah yang dimilikinya untuk mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari serta menghasilkan produk-produk ilmiah yang bermanfaat. Oleh karena itu, agar mampu berkompetensi dalam menghadapi tantangan global di masa depan, setiap individu dituntut memiliki
literasi sains yang memadai mencakup pengetahuan tentang sains, keterampilan proses sains dan sikap ilmiah sehingga dalam hal ini salah satu cara yang diberikan adalah penggunaan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Berdasarkan hasil analisis soal UAS menunjukkan bahwa pembelajaran belum menunjukkan kebiasaan literasi sains dilihat dari soal semester yang sebagian besar menunjukkan evaluasi aspek konten/isi saja tanpa melatih kemampuan siswa dalam aspek proses/kompetensi seperti menjelaskan fenomena secara
ilmiah, mengevaluasi dan merancang penemuan ilmiah, dan menginterprestasi data dan bukti secara ilmiah. Data yang menunjukkan tingkat kemampuan literasi sains siswa indonesia oleh PISA (Programme for International Student Assesment) menunjukkan bahwa hasil studi terhadap literasi siswa Indonesia pada kisaran umur 15 tahun, yakni umur siswa sekolah menengah atas yang dilakukan tiga tahun sekali menunjukkan tingkat literasi sains siswa Indonesia sangat kurang dan mengalami penurunan setiap periode pengujiannya. Berdasarkan data di atas, kemampuan literasi sains Indonesia berada pada peringkat 10 besar terbawah dari negara-negara lain yang menjadi peserta studi. Rendahnya literasi kimia merupakan salah satu permasalahan yang harus segera diatasi [5], karena literasi kimia kimia sangat penting dalam kehidupan sehari-hari yang memiliki aplikasi langsung bagi kehidupan.
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah penerapan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas XI MIA MAN 1 Mataram? dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari terhadap kemampuan literasi sains siswa kelas XI MIA MAN 1 Mataram.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di suatu MA Negeri di kota Mataram pada materi Laju Reaksi. Desain penelitian yang digunakan adalah Posttest only control group design. Populasi adalah seluruh siswa kelas xi mia yang berjumlah 107 orang. Kelas xi mia 1 sebagai kelas eksperimen dan xi mia 3 sebagai kelas kontrol yang diambil dengan teknik Simple Random Sampling dengan pertimbangan hasil uji homogenitas terhadap nilai uas dan diperoleh bahwa kedua kelas sampel adalah homogen. Variabel bebas pada penelitian ini adalah metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari pada kelompok eksperimen dan metode praktikum konvensional (praktikum berbasis laboratorium) pada kelompok kontrol. Pengumpulan data dengan metode dokumentasi, metode tes dan observasi. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah soal posttest kemampuan literasi sains dan lembar observasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Literasi sains adalah bentuk pemahaman sains yang mendalam, mampu menggunakan konsep sains untuk menjelaskan fenomena/ isu-isu global/ pertanyaan-pertanyaan ilmiah dalam kehidupan sehari-hari, dengan menekankan aspek konteks, konten, proses serta sikap
terhadap sains dalam pembelajaran agar siswa peka terhadap keadaan sekitar, global dan kemajuan teknologi. Pembelajaran berbasis literasi sains dalam penelitian ini menunjang metode pembelajaran berbasis kehidupan sehari-hari dan permasalahan yang diselidiki atau yang akan dipecahkan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Berikut disajikan grafik rata-rata kemampuan literasi sains siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol
Gambar 1 Rata-rata Kemampuan Literasi Sains Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 1 menunjukkan bahwa nilai rata-rata literasi sains kelas eksperimen (83,2) lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol (63,38). Sebaran kemampuan literasi sains siswa diukur berdasarkan aspek pengetahuan dan aspek kompetensi. Hasil analisis jawaban benar siswa untuk aspek pengetahuan dan aspek kompetensi disajikan dalam Gambar 2 yang menunjukkan bahwa metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari lebih berpengaruh terhadap aspek kompetensi dibandingkan aspek pengetahuan.
0 20 40 60 80 100
Gambar 2 Persentase Rata-rata Aspek Pengetahuan Dan Kompetensi
Hasil kemampuan literasi sains siswa pada kelas eksperimen dan kontrol didapatkan dari nilai tes literasi sains siswa. Nilai tes dapat dilihat pada nilai posttest. Hasil kemampuan literasi sains siswa dilakukan uji homogenitas varians sebagai uji prasyarat untuk menyakinkan bahwa kedua kelas yang diteliti homogen atau tidak menggunakan uji F sehingga dapat ditentukan jenis uji hipotesis statistik yang akan digunakan. Diperoleh varians data kemampuan literasi sains siswa pada kedua kelas tersebut adalah homogen. Selanjutnya dilakukan uji normalitas data menggunakan rumus chi kuadrat, diperoleh nilai χ2hitung <
χ2
tabel yang berarti bahwa data kemampuan
literasi sains pada kedua kelas terdistribusi normal.
Uji hipotesis menggunakan uji-t dan diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔(5,82 ) > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 (1,67). Oleh karena harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 lebih besar dari harga 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙, maka Ho ditolak dan Ha
diterima, artinya kemampuan literasi sains siswa dengan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari lebih baik dibandingkan kemampuan literasi sains siswa dengan metode konvensional pada siswa kelas XI MIA MAN 1 MATARAM. Berdasarkan hasil analisis, hal ini disebabkan karena penerapan pembelajaran dengan pendekatan saintifik yang dipadukan dengan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari menciptakan pembelajaran yang lebih bermakna bagi siswa dan memudahkan siswa untuk memahami konsep laju reaksi juga membuka wawasan siswa mengenai fenomena yang ada di lingkungan. Selain itu juga yang sangat berperan dalam melatih kemampuan literasi sains siswa adalah kegiatan diskusi yang intens dilakukan selama proses pembelajaran sehingga membuka kesempatan kepada siswa untuk dapat mengungkapkan gagasan serta wawasan siswa untuk menjelaskan fenomena yang didapatkan dari hasil penemuan melalui praktikum. Hal ini sejalan dengan penelitian tentang penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode praktikum dan demonstrasi multimedia interaktif (MMI) dalam pembelajaran IPA terpadu untuk meningkatkan literasi sains siswa [2]. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode praktikum dan metode
0,00% 20,00% 40,00% 60,00% 80,00% 100,00% Konten/Pengetahuan Proses/Kompetensi Kelas eksperimen Kelas Kontrol
demonstrasi multimedia interaktif sama-sama dapat meningkatkan literasi sains siswa, namun pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan metode praktikum dapat meningkatkan literasi sains siswa lebih baik bila dibandingkan dengan peningkatan literasi sains pada kelas yang menggunakan metode demonstrasi multimedia interaktif.
Kemampuan literasi sains yang rendah dapat ditingkatkan dengan dilakukan penanganan yang tepat, misalnya dengan memperhatikan karakteristik dan potensi siswa, pengembangan bahan ajar yang sesuai, menyusun instrumen yang tepat, pengelolaan kegiatan pembelajaran yang baik, dan strategi pembelajaran yang dibutuhkan sehingga diperoleh pencapaian literasi sains yang optimal [3].
A. Kemampuan Literasi Sains Siswa Aspek Pengetahuan
Aktivitas pembelajaran pada setiap pertemuan diawali dengan kegiatan mengamati fenomena yang berkaitan materi yangakan dipelajari. Kegiatan mengamati ini disajikan gambar berupa gambar orang menumbuk padi dan tabrakan antar mobil untuk materi teori tumbukan, gambar petasan dan perkaratan besi untuk materi laju reaksi, gambar perbedaan kolam renang yang diberi sedikit/banyak kaporit sebagai contoh pengaruh konsentrasi, gambar orang memotong kayu bakar menjadi potongan
kecil sebagai contoh pengaruh luas permukaan dan gambar ikan yang diberikan es di pasar atau di supermarket. Melalui kegiatan mengamati, siswa distimulus untuk mulai membangun pengetahuanya dan dapat menemukan fakta bahwa ada hubungan objek yang diamati dengan materi pelajaran yang akan dipelajari.
Kegiatan mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi [3]. Rasa ingin tahu siswa akan terangsang melalui kegiatan pengamatan yang kemudian menggiring siswa untuk mengajukan pertanyaan terhadap fenomena yang telah ia amati sebelumnya. Pertanyaan-pertanyaan itulah yang akan mengarahkan siswa untuk proses yang lebih lanjut yaitu proses penggalian informasi melalui kegiatan praktikum sederhana berbasis kehidupan sehari-hari. Kemampuan literasi sains aspek pengetahuan yang dianalisis adalah pengetahuan tentang aplikasi materi laju reaksi dalam kehidupan sehari-hari yang terdiri dari pengetahuan konten, pengetahuan prosedural dan pengetahuan epistemic. Selain dari soal kemampuan literasi sains, aspek pengetahuan juga dilatih melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan data, menalar sampai pada mengkomunikasikan untuk menemukan konsep yang relevan dengan
materi yang dipelajari. Aspek pengetahuan dalam literasi sains adalah untuk menggambarkan sejauh mana siswa dapat menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks yang relevan dengan kehidupan mereka [3].
B. Kemampuan Literasi Sains Siswa Aspek Kompetensi
Berdasarkan hasil analisis terhadap jawaban benar siswa pada aspek pengetahuan dan kompetensi, didapatkan bahwa persentase jawaban benar kelas eksperimen pada aspek proses/kompetensi (87,06%) lebih besar daripada aspek konten/pengetahuan (79,31%). Hal ini berarti metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari berpengaruh lebih besar melatih kemampuan siswa dalam aspek kompetensi seperti menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penemuan ilmiah serta menginterprestasi data dan bukti secara ilmiah, sedangkan pada kelas kontrol yang diterapkan metode konvensional dengan praktikum laboratorium juga menunjukkan pengaruh yang lebih besar terhadap aspek kompetensi (67,90%) daripada aspek konten (57,52%). Hal ini sejalan dengan pernyataan bahwa kegiatan praktikum sains dapat membangkitkan motivasi belajar siswa, mengembangkan keterampilan dasar melakukan eksperimen, menjadi wahana
belajar pendekatan ilmiah serta menunjang materi pelajaran [4].
Kemampuan literasi sains aspek kompetensi yang dianalis terdiri dari tiga aspek indikator penguasaan kompetensi sains, yaitu menjelaskan fenomena ilmiah, mengevaluasi dan merancang penemuan ilmiah dan menginterpretasi data dan bukti secara ilmiah. Penerapan pembelajaran saintifik dengan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari dapat membuat siswa belajar melalui penyelesaian masalah dunia nyata secara terstruktur. Permasalahan yang dikaji merupakan permasalahan yang ditemukan oleh siswa dalam kehidupan sehari-harinya yang termuat dalam soal literasi sains siswa. Melalui masalah/fenomena yang ditemukan inilah siswa dapat mengembangkan kemampuan literasi sainsnya berupa kemampuan untuk menjelaskan fenomena ilmiah. Penguasaan kompetensi ini dapat terlihat melalui aktivitas siswa dalam kelompok menyampaikan ide-ide yang memungkinkan untuk membantu proses pemecahan masalah yang kemudian diselesaikan melalui serangkaian pencarian informasi atau mengumpulkan data melalui praktikum untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.
Hasil temuan dari pengumpulan data melalui praktikum dapat mengembangkan kompetensi literasi sains siswa berupa kemampuan untuk
menggunakan bukti ilmiah. Bukti-bukti ilmiah yang telah diperoleh melalui praktikum kemudian diinterpretasikan dan direduksi oleh siswa yang mengarahkan siswa kepada pemahaman konsep. Melalui bukti dan hasil pengamatan inilah siswa dapat mengembangkan kompetensi literasi sainsnya dalam menjelaskan fenomena ilmiah. Kemampuan siswa dalam menggunakan bukti ilmiah dan menjelaskan fenomena ilmiah dapat semakin berkembang melalui kegiatan diskusi kelas yang difasilitasi oleh guru, dimana para siswa menyampaikan pendapat secara lisan dan tulisan hasil temuan kelompoknya.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan literasi sains siswa dengan metode praktikum berbasis kehidupan sehari-hari lebih baik dibandingkan kemampuan literasi sains siswa dengan metode praktikum konvensional pada materi laju reaksi siswa kelas XI MIA MAN 1 SMATARAM.
Kemampuan literasi sains siswa yang rendah perlu ditingkatkan dengan cara membelajarkan materi strategi dan metode pembelajaran yang tepat sehingga diperoleh pencapaian literasi sains yang optimal. Contohnya pembelajaran dengan kegiatan proyek yang kontekstual atau
praktikum menggunakan bahan sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar sehingga merangsang kemampuan literasi sains siswa. Alat evaluasi pembelajaran yang digunakan diharapkan juga menuntut aspek-aspek literasi sains, tidak hanya bermuatan konsep saja seperti yang selama ini terjadi di sekolah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada Orangtuaku tercinta dan Ibu Dr. Yayuk Andayani, M.Si. selaku Dosen Pembimbing I dan Ibu Dra. Muti’ah, M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah membimbing serta mengarahkan sehingga selesainya penulisan jurnal penelitian ini
DAFTAR PUSTAKA
[1] Aniyah, Siti. Upaya Peningkatan Pembelajaran Kimia pada Materi Pemisahan Kimia Melalui Metode Praktikum Berbasis Laboratorium. Semarang: IAIN Walisongo. SKRIPSI. Tidak dipublikasi.
[2] Arisman, Azizah. 2015. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Dengan Metode Praktikum Dan Demonstrasi Multimedia Interaktif (MMI) Dalam Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Meningkatkan Literasi Sains Siswa. Jurnal EDUSAINS. vol.7 (2): 179-184 [3] Asyhari, A. 2015. Profil Kemampuan
Literasi Sains Siswa Melalui Pembelajaran Saintifik. Jurnal Ilmiah
pendidikan Fisika “Al-BiRuNi”. vol.4 (2): 178-191
[4] Nurbaeti, Shinta, Binadja Ahmad dan Endang Susilaningsih. 2014. Pembelajaran Berbasis Praktikum Bervisi Sets Untuk Meningkatkan Keterampilan Laboratorium Dan Penguasaan Kompetensi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia. vol.8 (1): 1260-1270
[5] OECD. 2016. PISA 2015 Assesment and Analytical Framework: Science, Reading, Mathematic and Financial Literacy, PISA. Paris: OECD Publishing.
[6] Rakhmawan, Aditya. 2015. Perancangan Pembelajaran Literasi Sains Berbasis Inkuiri Pada Kegiatan Laboratorium. Jurnal Penelitian dan Pembelajaran IPA. Vol.1 (1): 143-152.
[7] Suciati, Resty. 2011. Identifikasi Kemampuan Siswa dalam
Pembelajaran Biologi ditinjau dari aspek literasi sains. Jurnas UNS: 1-8
[8] Sujana, Atep. 2014. Literasi Kimia Mahasiswa Pgsd Dan Guru Ipa Sekolah Dasar Pada Tema Udara. Mimbar Sekolah Dasar. Vol.1: 99-107.