• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. pagelaran busana. Kegiatan pelestarian hendaknya tidak ditujukan untuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. pagelaran busana. Kegiatan pelestarian hendaknya tidak ditujukan untuk"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II KAJIAN TEORI A. Diskripsi Heritage

1. Pengertian Heritage

Tema yang digunakan pada proyek akhir tahun 2012 ini adalah heritage, mengingat tema heritage belum pernah digunakan dalam pagelaran busana. Kegiatan pelestarian hendaknya tidak ditujukan untuk nostalgia semata. Hendaknya yang dilakukan adalah membaca ulang atau reinterpretasi warisan budaya untuk kepentingan masa mendatang. Pendekatan yang dapat ditempuh antara lain dengan mengemasnya dalam sebuah pagelaran busana dengan tema New Light Heritage yang secara otentik mewakili cerita/sejarah masa lalu hingga masa kini dalam sebuah busana pesta malam. Selain itu sebagai palaku bidang fashion, penulis dapat ikut serta dalam pelestarian heritage melalui karya yang dituangkan dalam busana, hal ini tentunya lebih menarik bagi masayarakat dibandingkan dengan sosialisasi heritage melalui media cetak. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi pelestarian heritage di Indonesia karena masyarakat lebih tertarik mempelajari hal yang bersifat modern daripada mempelajari warisan leluhur di Indonesia. Menurut Ibid dalam bukunya yang berjudul World Heritage Committee, heritage dibagi menjadi dua unsur , yaitu :

1. Intangible Heritage (abstrak) merupakan heritage yang tidak dapat disentuh karena bukan merupakan

(2)

10

benda berwujud (bahasa, ritual, music, tarian, kepercyaan, dll)

2. Tangible Heritage (konkrit) merupakan heritage yang berupa benda berwujud atau dapat disentuh.

Heritage memiliki banyak pengertian, Menurut UNESCO heritage yaitu sebagai warisan (budaya) masa lalu, apa yang saat ini dijalani manusia, dan apa yang diteruskan kepada generasi mendatang. Pendek kata, heritage adalah sesuatu yang seharusnya diestafetkan dari generasi ke generasi, umumnya karena dikonotasikan mempunyai nilai sehingga patut dipertahankan atau dilestarikan keberadaannya. Dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Sedangkan dalam kamus Oxford, heritage ditulis sebagai sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa atau negara selama bertahun-tahun dan diangap sebagai bagian penting dari karakter mereka. Dalam buku Heritage: Management, Interpretation, Identity, Peter Howard memaknakan heritage sebagai segala sesuatu yang ingin diselamatkan orang, termasuk budaya material maupun alam. Selama ini warisan budaya lebih ditujukan pada warisan budaya secara publik, seperti berbagai benda yang tersimpan di museum. Merujuk pada Piagam Pelestarian Pusaka Indonesia yang dideklarasikan di Ciloto 13 Desember 2003, heritage disepakati sebagai pusaka. Pusaka (heritage) Indonesia meliputi Pusaka Alam, Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana. Pusaka Alam adalah bentukan alam yang istimewa. Pusaka Budaya adalah hasil cipta,

(3)

11

rasa, karsa, dan karya yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di tanah air Indonesia, secara sendiri-sendiri, sebagai kesatuan bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjang sejarah keberadaannya. Pusaka Budaya mencakup pusaka berwujud (tangible) dan pusaka tidak berwujud (intangible). Pusaka Saujana adalah gabungan Pusaka Alam dan Pusaka Budaya dalam kesatuan ruang dan waktu. Pusaka Saujana dikenal dengan pemahaman baru yaitu cultural landscape (saujana budaya), yakni menitikberatkan pada keterkaitan antara budaya dan alam dan merupakan fenomena kompleks dengan identitas yang berwujud dan tidak berwujud.

Dari beberapa pengertian tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa heritage sangat mempunyai peranan yang penting, tidak hanya dari nilai sejarah namun dari nilai sosial-budaya masyarakat. Oleh karena itu, jika heritage dapat dipertahankan kelestariannya, maka eksistensi dari sejarah perkembangan kota dari aspek perekonomiannya serta nilai sosial-budaya masyarakatnya dapat terlestarikan pula dan akan mampu menjadi salah satu karakteristik identitas bagi kota tersebut.

a. Ciri-ciri Heritage

Setiap heritage memiliki sejarahnya masing-masing. Heritage tidak selalu berupa benda mati, namun dapat berupa makhluk hidup ataupun yang sejenis. Heritage dapat digunakan sebagai icon suatu daerah tertentu yang melambangkan peristiwa besar ataupun peninggalan yang ada pada suatu daerah tersebut. Heritage merupakan bukti/ tanda petunjuk aktivitas

(4)

12

yang dimiliki dan masih terus mempunyai nilai sejarah yang penting. Heritage merupakan bagian dari nilai sosial catatan kehidupan keseharian masyarakat. Disamping itu, nilai-nilai yang dimiliki heritage juga merupakan catatan yang mengisi kenangan dan adat-istiadat masyarakat.

Menurut Synder dan Catanse dalam Budiharjo (1997), terdapat enam cirri-ciri heritage, antara lain :

1) Kelangkaan , karya merupakan sesuatu yang langka.

2) Kesejarahan, yaitu memuat lokasi peristiwa bersejarah yang penting.

3) Estetika, yaitu mempunyai keindahan bentuk struktur atau ornament.

4) Superlativitas, yaitu tertua, tertinggi, atau terpanjang.

5) Kejamakan, yaitu karya yang mewakili suatu jenis atau ragam bangunan tertentu.

6) Pengaruh, yaitu keberadaanya akan meningkatkan citra lingkungan sekitarnya.

Selain keenam cirri-ciri diatas, Kerr (1983) menambahkan tiga cirri-ciri heritage, yaitu :

1) Nilai Sosial, yaitu mempunyai makna bagi masyarakat.

2) Nilai Komersial, yaitu berpeluang untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan ekonomis.

3) Nilai Ilmiah, yaitu berperan dalam bidang pendidikan dan pengembangan ilmu pengetahuan.

(5)

13 b. Heritage Pontianak

Pada proyek akhir ini penulis menggangkat heritage dari Pontianak, Kalimantan Barat. Pontianak memiliki beragam heritage menarik antara lain Sungai Kapuas, Masjid Jami’ Pontianak, Tugu Bambu Runcing, Monumen Katulistiwa, Patung Kura-kura dan Relief Dayak. Kota Pontianak juga dilewati oleh garis Khatulistiwa sehingga iklim pada daerah tersebut tropis dan sangat subur. Dari beberapa heritage yang ada di Pontianak, penulis tertarik untuk mengangkat heritage Tugu Bambu Runcing karena Tugu Bambu Runcing memiliki sejarah yang menarik yaitu adanya peristiwa penting dalam sejarah kemerdekaan Indonesia melalui Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda menjadikan Kalimantan Barat sebagai negara bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Tahun 1598, Belanda mulai mendarat di Kalimantan. Namun kolonialisme baru mencengkram Kalimantan pada abad ke 17. Ketika itu, Belanda dan Inggris berusaha untuk menguasai perdagangan. Sementara, Kerajaan Bugis juga berusaha menguasai Kalimantan. Mereka kemudian mendirikan kerajaan baru di Mempawah. Selain itu, lahir pula Kesultanan Pontianak, yang pada masa pemerintahan Sultan Hamid menggabungkan diri dengan Republik Indonesia. Pada abad ke 19, Belanda dan Inggris semakin intensif memaksakan monopoli dagangnya di berbagai kesultanan. Mereka juga menyebarkan agama kristen. Supaya bisa mendominasi perdagangan, mereka harus mematahkan berbagai perlawanan beberapa kesultanan dan suku yang tidak bersedia tunduk.

(6)

14

Pada awal abad ke 20, Belanda telah menguasai daerah pedalaman. Namun tahun 1930, Belanda baru berhasil menduduki Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara yang dikuasai oleh Inggris. Dalam abad ke 20 ini, mulai bermunculan gerakan-gerakan kebangsaan. Berbagai pergerakan merupakan cabang pergerakan di Jawa. Hal ini disebabkan oleh sistem perhubungan Kalimantan dengan Jawa yang sudah mulai baik. Rakyat yang merasa tertekan oleh penjajah Belanda, membentuk wadah-wadah perjuangan.

Organisasi politik pertama yang berdiri di Kalimantan Barat adalah Syarikat Islam tahun 1914. dalam waktu singkat, Syarikat Islam berkembang dengan cepat, dimana perkembangannya ditunjang pula oleh para raja dan bangsawan. Pada tahun 1922, lahir organisasi baru beraliran komunis, bernama Syarikat Rakyat. Organisasi ini dipimpin oleh Gusti Sulung Lelanang, mantan aktivis Syarikat Islam. Berita proklamasi kemerdekaan sampai di Kalimantan Barat tanggal 18 Agustus 1945. setelah berita proklamasi ini menyebar, para pejuang Kalimantan Barat segera membentuk organisasi yang diberi nama Panitia Penyongsong Republik Indonesia (PPRI). Setelah itu, mulailah era usaha mempertahankan kemerdekaan.

Upaya untuk mewujudkan pemerintahan Republik Indonesia di Kalimantan Barat mendapat kendala karena Belanda kembali menguasai daerah ini. Perjuangan untuk mengusir Belanda dilakukan dengan jalan militer dan politik. Di jalan militer, pada pejuang melakukan

(7)

serangan-15

serangan terhadap pos-pos pertahanan Belanda. Di bidang politik, perjuangan dilakukan dengan mendirikan berbagai organisasi perjuangan, seperti Gabungan Persatuan Indonesia (Gapi), Persatuan Bangsa Indonesia Sambas (Perbis), Pemuda Indonesia Merdeka (PIM), Gerakan Indonesia Merdeka (Gerindo), Persatuan Muslim Indonesia (Permi), dan Gerakan Pemuda Indonesia (Gerpindo). Belanda melakukan berbagai penangkapan terhadap pejuang. Gusti Hamzah bersama 10 orang temannya dari Kalimantan Barat dikurung dalam penjara. Kemudian dengan Governements besluit dd. 1 April 1929 No. 3X diasingkan ke Digul (Irian Barat). Penangkapan dan pembuangan mereka ini berlandaskan exorbitante rechten suatu hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda. Para pejuang itu adalah:

1. Gusti Sulung Lelanang dari Landak

2. Mohammad Sohor dari Landak

3. Djaranding Abdurahman dari Kapuas Hulu

4. Gusti Situt Mahmud dari Landak

5. Ahmad Marzuki dari Landak

6. Ahmad Sood dari Landak

7. H. Rais Abdurrahman dari Kota Pontianak

(8)

16 9. Gusti Hambal dari Landak

10. Gusti Djohan Idrus dari Landak

11. Sabran dari Landak

Kepulangan mereka tidak bersamaan, Gusti Hamzah dan Gusti Sulung Lelanang setelah 11 tahun dipengasingan baru dipulangkan pada tahun 1939. Gusti Hamzah setelah dipulangkan dari Digul masih ditahan di penjara Sukadana. Setelah bebas dari tahanan penjara Sukadana, Gusti hamzah kembali ke Simpang Melano kemudian mendirikan koperasi. Namun demikian, pendudukan fasisme Jepang di kalimantan Barat dengan pembunuhan massalnya telah menyapu bersih semua ex Digulis ini. Perjuangan melawan Belanda semakin sengit ketika Belanda bermaksud mendirikan negara Kalimantan. Lewat Konferensi Meja Bundar (KMB), Belanda menjadikan Kalimantan Barat sebagai negara bagian dari Republik Indonesia Serikat (RIS). Namun keberadaan RIS tidak diterima rakyat. Akhirnya pada tanggal 17 Agustus 1950, RIS dibubarkan dan Kalimantan kembali menjadi bagian dari Republik Indonesia. Sebagai gubernur Provinsi Kalimantan setelah pembubaran RIS, diangkat Dr. M. Murjani.

Setelah pembentukannya, yaitu, tanggal 1 Januari 1957, Kalimantan Barat mulai menata pemerintahan. Namun karena situasi keamanan baik lokal maupun nasional belum stabil, pemerintahan ketika itu tidak bisa memperbaiki tingkat kehidupan rakyatnya. Setelah berbagai kekacauan berakhir, yang diakhiri dengan penumpasan terhadap peristiwa G30S/PKI, pemerintah daerah Kalimantan Barat dapat melakukan perbaikan kehidupan dan kesejahteraan rakyat.

(9)

17

Atas jasa dan perjuangan mereka dalam hal ini Menteri sosial telah menghadiahi mereka sebagai PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/ KEMERDEKAAN melalui Surat Keputusan No. Pol. 297/70/PK/Anum tanggal 30 Maret 1990. Nama mereka diabadikan pada monumen Perintis Kemerdekaan terletak di Jalan Ahmad Yani, bundaran Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan barat.

B. Sumber Ide

a. Pengertian Sumber Ide

Untuk mengembangkan model busana perlu adanya sumber ide. Sumber ide diperlukan untuk merancang lahirnya kreasi baru. Sumber ide adalah segala sesuatu yang dapat menimbulkan ide seseorang untuk menciptakan disain ide baru (Sri Widarwati). Untuk mengembangkan mode busana perlu adanya sumber ide. Sumber ide ini diperlukan untuk merangsang lahirnya suatu kreasi baru (Chodijah dan Mamdy). Sumber ide dapat diambil dari benda-benda yang ada disekeliling kita dan peristiwa-peristiwa yang terjadi untuk menciptakan kreasi baru dalam menciptakan busana. Menurut Widjiningsih , sumber ide adalah suatu yang dapat merangsang lahirnya suatu kreasi.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sumber ide adalah segala sesuatu yang diperlukan untuk menimbulkan ide baru.

b. Penggolongan Sumber Ide

Secara garis besar sumber ide dalam menciptakan suatu busana menurut Chodijah dan Wasri A Mamdy dikelompokkan menjadi :

(10)

18

1) Sumber ide dari penduduk dunia, misalnya pakaian china, jepang dll.

2) Sumber ide dari peristiwa nasional maupun internasional, misalnya peristiwa SEA Games, PON, 17 Agustus dll.

3) Sumber ide dari benda-benda alam, seperti bentuk dan warna tumbuh-tumbuhan maupun hewan.

4) Sumber ide dari pakaian kerja atau profesi tertentu, misalnya pakaian ABRI, werpak, pakaian seragam pesawat dll.

Dari macam-macam sumber ide tersebut tidak harus mengambil secara keseluruhan, melainkan dapat mengambil bagian-bagian tertentu yang dianggap penting dan menarik untuk dijadikan sumber ide.

Menurut Chodijah dan Mamdy sumber ide tersebut adalah :

1) Ciri khusus dari sumber ide, misal kimono jepang dimana ciri khususnya terletak pada lengan dan leher disertai obi.

2) Warna dari sumber ide, misal bunga matahari yang berwarna kuning.

3) Bentuk luar atau siluet dari sumber ide, misal sayap burung merak.

4) Tekstur dari sumber ide, misal pakaian india bahan yang digunakan adalah sari.

(11)

19 c. Teori Pengembangan Sumber Ide

Adapun teori pengembangan sumber ide menurut Dharsono Sony Kartika ( 2004 ) dibagi menjadi 3, antara lain :

a) Teori Transformasi atau Stilasi

pengembangan sumber ide dengan cara memberikan penambahan detail yang lebih kompleks, mengubah tekstur kain menjadi sedemikian rupa sehingga berubah dari tektur aslinya.

a) Teori Deformasi

pengembangkan sumber ide dengan cara mengubah menggunakan prinsip pengurangan atau menyederhanaan bentuk,detail, dan hiasannya sehingga menjadi lebih sederhana.

b) Teori Metamorfosis

pengembangkan sumber ide dengan cara mengubah menjadi bentuk yang berbeda samasekali dari bentuk aslinya tetapi masih berkarakter dan menjadi lebih indah serta menarik d. Diskripsi Sumber Ide yang Diambil

Dalam penciptaan Busana Pesta Malam, penulis mengambil sumber ide dari Tugu Bambu Runcing dari Pontianak, Kalimantan Barat. Provinsi Kalimantan Barat terbentuk tanggal 1 Januari 1957. Pembentukannya berbarengan dengan provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Di Kalimantan Barat sedikitnya pernah berdiri 13 kerajaan. Kerajaan-kerajaan tersebut adalah Tanjungpura, Sukadana, Simpang, Mempawah,

(12)

20

Sambas, Landah, Tayan, Meliau, Sanggau, Sekadau, Sintang, Kubu, dan Pontianak. Tumbuhnya kerajaan tersebut bermula dari kedatangan Prabu Jaya, anak Brawijaya dari Pulau Jawa. Tahun 1598, Belanda mulai mendarat di Kalimantan. Namun kolonialisme baru mencengkram Kalimantan pada abad ke 17. Ketika itu, Belanda dan Inggris berusaha untuk menguasan perdagangan. Sementara itu, Kerajaan Bugis juga berusaha menguasai Kalimantan. Mereka kemudian mendirikan kerajaan baru di Mempawah. Selain itu, lahir pula Kesultanan Pontianak, yang pada masa pemerintahan Sultan Hamid menggabungkan diri dengan Republik Indonesia.

Pada abad ke 19, Belanda dan Inggris semakin intensif memaksakan monopoli dagangnya di berbagai kesultanan. Mereka juga menyebarkan agama kristen. Agar bisa mendominasi perdagangan, mereka harus mematahkan berbagai perlawanan beberapa kesultanan dan suku yang tidak mau tunduk. Pada awal abad ke 20, Belanda telah menguasai daerah pedalaman. Namun tahun 1930, Belanda baru berhasil menduduki Kalimantan, Kecuali Kalimantan Utara yang dikuasai oleh Inggris. Dalam abad ke 20 ini, mulai bermunculan gerakan-gerakan kebangsaan. Berbagai pergerakan merupakan cabang pergerakan di Jawa. Hal ini disebabkan oleh sistem perhubungan Kalimantan dengan Jawa yang sudah mulai baik. Rakyat yang merasa tertekan oleh penjajah Belanda, membentuk wadah-wadah perjuangan. Organisasi politik pertama yang berdiri di Kalimantan Barat adalah Syarikat Islam tahun 1914. dalam waktu singkat, Syarikat

(13)

21

Islam berkembang dengan cepat, dimana perkembangannya ditunjang pula oleh para raja dan bangsawan. Pada tahun 1922, lahir organisasi baru beraliran komunis, bernama Syarikat Rakyat. Organisasi ini dipimpin oleh Gusti Sulung Lelanang, mantan aktivis Syarikat Islam. Gusti Hamzah anak Gusti Ismail cucu Gusti Panji dari Kerajaan Simpang sebagai penerus dari cita-cita ini bersama dengan rekan-rekannya dari daerah lain aktif dalam organisasi Syarikat Islam yang dibekukan pada tahun 1919. kemudian dengan dipelopori oleh Gusti Sulung Lelanang berasal dari Landak yang baru kembali dari Jawa, mereka mendirikan Syarikat Rakyat sebagai kelanjutan dari Syarikat Islam (1923). Pada tahun 1926, Gubernur Jendral D. Fock memerintahkan penangkapan dan pembuangan terhadap anggota-anggota organisasi yang dianggap berbahaya oleh pemerintah setempat. Karena organisasi tersebut pelan-pelan mampu menyedot antusias kaum pribumi untuk bergabung.

Gusti Hamzah bersama 9 orang temannya dari Kalimantan Barat dijebloskan ke penjara. Kemudian diasingkan ke Digul (Irian Barat). Penangkapan dan pembuangan mereka ini berlandaskan exorbitante rechten suatu hak dan kekuasaan yang dimiliki oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda.. Kepulangan mereka tidak bersamaan, Gusti Hamzah dan Gusti Sulung Lelanang setelah 11 tahun dipengasingan baru dipulangkan pada tahun 1939.

Gusti Hamzah setelah dipulangkan dari Digul masih ditahan di penjara Sukadana. Setelah bebas dari tahanan penjara Sukadana, Gusti hamzah kembali ke Simpang Melano kemudian mendirikan koperasi. Namun demikian, pendudukan

(14)

22

fasisme Jepang di kalimantan Barat dengan pembunuhan massalnya telah menyapu bersih semua ex Digulis ini.

Atas jasa dan perjuangan mereka dalam hal ini Menteri sosial telah menghadiahi mereka sebagai PERINTIS PERGERAKAN KEBANGSAAN/ KEMERDEKAAN melalui Surat Keputusan No. Pol. 297/70/PK/Anum tanggal 30 Maret 1990. Nama mereka pun telah diabadikan pada sebuah monumen Perintis Kemerdekaan yang terletak di Jalan Ahmad Yani, di bundaran Universitas Tanjungpura Pontianak Kalimantan barat yakni Tugu Bambu atau Digulis, dan diabadikan namanya pada salah satu jalan di Kota Pontianak.

Gambar 1. Tugu Bambu Runcing

Pada kesempatan ini penulis menciptakan suatu busana pesta malam terinspirasi dari Tugu Bambu Runcing yang kokoh dan mencerminkan semangat perjuangan yang tinggi untuk mengusir kaum penjajah dari Belanda.

(15)

23

Dari sumber ide diatas perancang menuangkan dalam bentuk busana pesta malam yang terdiri dari 2 bagian yaitu gaun panjang dan cloak. Bagian pertama adalah gaun panjang dengan bagian atas merupakan bustier dan bagian tengah muka bawah menggunakan cutting yang menyerupai bamboo runcing. Gaun ini dikombinasi perpaduan warna hitam, silver, abu-abu dan magenta. Bahan yang digunakan adalah tenun dayak dan campuran katun polyester. Bagian kedua adalah cloak adalah jubah atau pakaian luar, dengan atau tanpa lengan, menutupi dari pundak, pinggul, lutut atau mata kaki, menggunakan bahan tile polos dan sifon ceruti berwarna hitam dan magenta.

C. Tren

Tren merupakan suatu gambaran besar atau gerakan dalam pola piker mode. Kecenderungan akan suatu gaya busana tertentu lazim disebut trend mode (Sri Widarwati, 2000). Kecenderungan akan suatu gaya busana tertentu lazin disebut dengan trend mode. Dalam kehidupan fashion ditandai dengan perubahan-perubahan yang terjadi dalam kurun waktu tertentu. Perubahan yang mendasar pada mode merupakan bagian yang penting dan menyatu dengan masyarakat . Oleh karena itu selain apa yang sudah disebut di atas, kehidupan fashion juga dipengaruhi oleh keadaan dan kondisi ekonomi, social, dan peran. Apapun disekitar kita dapat berpengaruh pada mode. Ketenaran seseorang, popularitas suatu tempat, lagu, kejadian bahkan ilmu dapat memunculka sesuatu yang baru pada mode. Yang penting dalam setiap kecenderungan (trend) baru/muncul kita tidak perlu merasa harus mengikutinya. Sebaliknya, jangan pula menghindar atau

(16)

24

menerimanya terlalu serius, tergesa-gesa, dan menterjemahkannya terlalu harafiah.

Pada tren 2012 ini penulis menerapkan geo ethnic, yaitu penggunaan kain tradisional yang dikombinasikan dengan kain lain. Geo ethnic termasuk pada compass, sedangkan dilihat dari segi warna, tren warna mengacu pada chromatic dan cosmic.

Gambar 2. Geo Ethnic Gambar 3. Warna Chromatic

D. Karateristik Pemakai

Pemilihan desain busana yang tepat sesuai dengan keadaan si pemakai bukanlah hal yang mudah. Oleh karena itu perlu kiranya seorang desaigner busana diberikan bekal pengetahuan tentang pemilihan desain busana yang sesuai dengan keadaan si pemakai, terutama bila pemakai memiliki bentuk tubuh yang kurang sempurna. Untuk itu perlu dipilihkan desain busana yang dapat menutupi bagian yang tidak sempurna tersebut. Karakteristik pemakai terbagi menjadi:

(17)

25

1) Karakteristik pemakai berdasarkan kondisi fisik

Desain busana yang dapat dipilih untuk menutupi bagian tubuh yang kurang sempurna antara lain (Sri Widarwati, 2000) :

a. Leher pendek dan gemuk

Model tanpa kerah, bentuk leher lancip. b. Leher panjang

Model kerah tin, atau menggunakan scraf c. Tangan gemuk

Model lengan licin, panjang tiga perempat d. Dada besar

Model bagian depan tertutup, aksen di bahu e. Dada tipis

Model blus longgar penuh kerut f. Pinggang besar

Gaun terusan dengan garis pinggang diturunkan g. Pinggang ramping

Model tunik dengan tali pinggang atau ikat pinggang yang menarik h. Kaki besar

Rok sampai betis dengan lebar sedang i. Kaki kurus

Roka tau celana dengan motif horizontal j. Pinggul dan kaki besar

(18)

26 k. Pinggul, paha dan pantat besar

Model rok pas pinggang yang jatuhnya luwes ke badan, setelan sewarna

2) Karaketristik pemakai berdasarkan kesempatan pakai dibedakan menjadi (Sri Widarwati, 2000) :

a. Busana Rumah

Busana untuk bekerja dirumah memiliki desain sederhana dan mudah dicuci.

b. Busana Kerja

Busana kerja sebaiknya member pengaruh tenang , hiasan tidak berlebihan. Bahan yang digunakan pada busana kerja adalah kapas, campuran kapas dan serabut sintetis ( tidak mudah kusut ), rayon dan sutera.

c. Busana Rekreasi

Untuk bertamasya dapat memakai jeans atau celana panjang dengan kaos atau blus. Sebaiknya menggunakan bahan yang stretch.

d. Busana Pesta

Busana ini terbuat dari bahan yang bagus dengan hiasan yang menarik sehingga terlihat istimewa.

3) Karakteristik pemakai berdasarkan kepribadian dibedakan menjadi (Sri Widarwati, 2000) :

(19)

27 Ciri Kepribadian :

i. Rileks, santai dan sederhana

ii. Tidak ragu, tegas dapat di andalkan iii. Sportif, aktif dan dinamis

Ciri dalam berpakaian :

1. Memberi kesan bergerak, praktis dan nyaman 2. Bentuk kemeja, blus sportif, rok A line,

berbagai potongan celana

3. Bahan yang tidak mudah kusut, katun, denim, drill, kanvas, dan lain-lain

4. Tidak menyukai warna putih karena cepat kotor b. Tipe Feminin Romantis

Ciri Kepribadian :

i. Sangat lembut, ramah, dan penuh kasih saying ii. Sedikit manja dan agak pemalu

iii. Menyukai pernak-pernik manis

Ciri dalam berpakaian :

1. Semua yang member kesan feminine

2. Gaun terusan, blus-blus manis, rok lebar dengan detail kerut, pita, bunga dan renda 3. Bahan yang halus, lembut

(20)

28

5. Warna pastel dan semua warna nuansa lembut c. Tipe Classic Elegant

Ciri kepribadian :

i. Rapih, tegas dan tidak berlebihan

ii. Tidak suka bereksperimen, semua harus terencana rapih

iii. Sangat memperhatikan kualitas yang sempurna Ciri dalam berpakaian :

1. Menyukai gaya tailor yang terkesan rapih 2. Lebih memilih motif geometris sederhana,

garis, kotak yang teratur

3. Tidak menyukai warna-warna terang

4. Bahan tidak terlalu kaku atau tidak terlalu tipis dan tidak menyukai yang membentuk tubuh d. Tipe Sexy Alluring

Ciri Kepribadian :

i. Senang enjadi pusat perhatian

ii. Yang utama adalah keindahan tubuhnya iii. Kurang memperhatikan kerapihan

Ciri dalam berpakaian :

1. Membentuk tubuh, ketat, menonjolkan keindahan tubuh

(21)

29

2. Bahan stetch, jersey, lycra, rajut, semua yang dapat membalut tubuh dengan pas

3. Warna merah merupakan warna utama disamping warna terang lainnya

4. Motif bunga yang sensual, bentuk geometris yang kuat, semua yang dapat menarik perhatian e. Tipe Dramatic

Ciri Kepribadian ;

i. Berkepribadian mantap, mempunyai selera sendiri ii. Lebih ekspresif

Ciri dalam berpakaian :

1. Suatu gaya individual, seperti longgar, tumpuk. 2. Menyukai warna-warna gelap dengan aksen

warna cerah

3. Berbagai motif yang member kesan dramatis, berukuran besar.

f. Tipe Art off Beat Ciri Kepribadian :

i. Artistik dan kreatif

ii. Eksentrik, selalu ingin tampil beda

Ciri dalam berpakaian :

(22)

30

2. Perpaduan warna yang aneh

3. Perpaduan motif dan berbagai bahan bertekstur

4) Karaketristik pemakai berdasarkan usia dibedakan menjadi (Arifah A. Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung : Yapemdo. ) :

g. Busana bayi

Bayi ialah usia 0-12 bulan, yang pada masa ini masih dalam keadaan rawan penyakit, kulitnya peka terhadap gesekan atau gangguan luar. Jadi, untuk golongan usia bayi perlu dipilih kain dengan tekstur yang lembut, menyerap air atau keringat.

h. Busana usia kanak-kanak

Masa kanak-kanak ini termasuk di dalamnya golongan usia 1-6 tahun. Pada masa ini anak sudah mulai belajar bicara atau sudah berbicara, geraknya sudah luas, penglihatannya sudah semakin jelas. Dari perkembangan dan pertumbuhan anak ini apabila kita kaitkan dengan busana dapat dipergunakan sebagai salah satu alat yang dapat mengembangkan pengetahuan dan kreativitas anak. Busana yang dapat dipilih untuk golongan usia ini dengan warna yang cerah, boleh mencolok seperti merah, kuning, orange. Untuk anak ini jangan dipilihkan warna yang redup, yang kusam atau warna gelap tanpa ada aksen tertentu. Dengan mengenakan busana yang beraneka warna ini kita dapat memperkenalkan mengenai berbagai macam warna.

(23)

31 a. Busana usia anak

Yang dimaksud dengan usia anak yaitu usia antara 6 sampai 12 tahun dan biasanya berada pada masa sekolah dasar. Aktivitas anak selain sekolah sudah mulai banyak keluar rumah seperti pramuka, belajar kelompok dengan teman, kursus musik, dan berenang. Dengan banyak aktivitas itu berarti bagi keluarga memungkinkan menyediakan busana yang beragam, dapat menyediakan busana sesuai dengan aktivitas tersebut. Kain dan model atau corak serta warna akan disesuaikan dengan aktivitasnya.

b. Busana usia anak remaja

Usia remaja umumnya dimulai saat anak Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) yang biasanya disebut remaja awal, sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA), bahkan sampai di awal perguruan tinggi, dan biasanya disebut remaja akhir. Masa remaja yaitu antara usia 12-20 / 22 tahun. Pada usia ini disebut juga masa pubertas (puberty), yang secara psikologis yaitu masa munculnya gejolak hati yang ingin serba tahu tentang apa yang kadang-kadang belum boleh tahu, mulai perhatian pada jenis kelamin yang berbeda dengan dirinya atau perempuan pada laki-laki atau sebaliknya. Secara fisik terjadi perubahan pada dirinya, seperti tumbuhnya lemak dan bulu pada bagian-bagian tertentu dan

(24)

32

mulainya menstruasi pada perempuan. Dari busana pun dapat menggambarkan gejolak hatinya, biasanya senang pada model atau warna yang agak mencolok, yang terbaru, yang sedang trend sering ingin diikutinya, walaupun kurang sesuai untuk bentuk badan atau warna kulitnya. Kain dan model apapun tidak perlu menjadi

masalah, yang penting asal tetap sopan atau dalam batas-batas kesopan santunan, sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia. Kain untuk bahan busana anak remaja tergantung pada jenis model dan kesempatan pemakaian.

c. Busana usia dewasa

Usia dewasa berada pada usia 23-55 tahun. Pada usia dewasa seseorang sudah selayaknya mulai mempunyai kepribadian yang mantap. Demikian juga di dalam pemilihan busana. Busana yang dipilih dapat disesuaikan dengan kegiatan apa yang kita lakukan. Pemilihan warna untuk orang dewasa akan tergantung pada kepribadian masing-masing, tetapi walaupun demikian tetap harus melihat kesempatan apa busana itu dipergunakan.

a. Busana untuk masa tua

Yang dimaksud masa tua di sini ialah usia 55 tahun ke atas. Dilihat dari model misalnya untuk pesta, sudah tidak sepantasnya mempergunakan celana bermuda atau begi dengan blus ditalikan di bagian depan. Pilihlah model-model busana yang wajar dan pantas untuk orang tua, dapat mempergunakan rok dan blus, bebe/gaun

(25)

33

atau kain dan kebaya. Bagi laki-laki dapat memakai pantalon dan safari batik, pantalon dengan kemeja. Warna-warna yang dipilih sebaiknya warna-warna yang tenang, redup, atau yang kusam, seperti krem, coklat, biru tua, hijau tua.

5) Karakteristik pemakai berdasarkan jenis kelamin dibedakan menjadi : a. Wanita

b. Laki-laki

6) Karakteristik pemakai berdasarkan warna kulit dibedakan menjadi (Arifah A. Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung : Yapemdo. ) :

Warna kulit kita dapat dikelompokkan warna putih, kuning langsat, sawo matang, hitam. Untuk warna kulit putih dan kuning langsat pada umumnya warna apapun akan serasi, hanya kadang-kadang warna putih atau warna yang hampir sama dengan kulit putih dan kuning langsat akan kelihatan agak pucat. Untuk seseorang yang mempunyai warna kulit sawo matang dan hitam harus agak berhati-hati, jangan anda terlalu berani memilih menggunakan warnawarna yang mencolok seperti merah lombok, biru terang, hijau daun pisang, dan sebagainya, karena akan terlalu kontras dengan kulit sehingga kelihatan kurang serasi.

Yang berkulit sawo matang dapat memilih warna merah tetapi merah ati, merah yang redup, sehingga akan tetap serasi. Demikian juga warna lainnya dapat dipergunakan tapi yang lembut, tetapi tidak juga yang terlalu tua karena dimungkinkan tambah kelihatan kulitnya bertambah gelap.

(26)

34

7) Karakteristik pemakai berdasarkan Iklim (Arifah A. Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung : Yapemdo. )

Seseorang yang berada di iklim panas hendaknya memilih bahan yang dapat mengurangi rasa panas tersebut, yaitu bahan yang menyerap air atau keringat seperti katun, lenan, santung, voile dan lain-lain. Demikian sebaliknya untuk di iklim yang dingin atau sejuk dapat dipilih bahan yang dapat menghangatkan badan seperti dari bahan sintetis, flanel, wol dan sebagainya. Mengenai warna dapat mempengaruhi keadaan iklim pada badan. Warna yang hitam atau warna gelap dapat menghantarkan panas, sehingga cuaca panas akan lebih terasa panas, sedangkan warna putih dan warna-warna muda akan terasa sejuk atau dingin.

1. Desain

Untuk membuat suatu busana, terlebih dahulu harus membuat desain busana. Dalam memilih desain busana memerlukan pengetahuan dan ketelitian agar dapat memilih desain yang tepat. Desain busana dapat mengekspresikan perasaan seseorang kedalam suatu bentuk benda atau karya. Menurut Sri Widarwati desain adalah suatu rancangan atau gambaran objek atau benda. Dibuat berdasarkan susunan, garis, bentuk, warna dan tekstur. Desain adalah susunan dari garis, bentuk dan tekstur (Chodijah dan Mamdy). Desain adalah gabungan unsur-unsur (garis, bentuk, warna dan ukuran) yang disusun menurut prinsip-prinsip desain dan menghasilkan benda atau karya yang indah dan menarik (S. Sawitri).

(27)

35

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain adalah suatu bentuk rancangan gambar obyek atau benda yang akan dilaksanakan untuk tujuan tertentu yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur. Dalam pembuatan desain busana pengetahuan mengenai unsur-unsur dan prinsip-prinsip desain perlu diketahui dan dipelajari (Sri Widarwati)

1. Disain Busana

a. Pengertian Disain Busana

Desain busana adalah suatu rancangan atau gambaran suatu obyek atau benda yang dibuat berdasarkan susunan dari bentuk, garis, warna dan tekstur. Desain ini meliputi desain struktur yang berupa siluet dan desain hiasan yang hanya untuk memperindah (Sri Widarwati). Desain busana merupakan suatu rancangan atau gambaran dibidang busana yang memungkinkan orang mewujudkan bendanya. Desain busana mencakup unsur-unsur silhouette atau garis luar bentuk pakaian, bahan , warna, dekorasi dan pelengkap yang menyertai (Z.D Enna Tamini).

Menurut Widjiningsih , desain busana adalah suatu rancangan gambar yang nantinyadilaksanakn dengan tujuan tertentu yang berupa susunan dari garis, bentuk, siluet (silhouette), ukuran tekstur yang dapat diwujudkan menjadi busana. Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa desain busana adalah suatu rancangan gambar dibidang busana yang berupa susunan garis, bentuk, warna dan tekstur.

(28)

36 b. Penggolongan Disain

Desain merupakan suatu potongan, konstruksi, pola bentuk atau rancangan yang divisualkan ke dalam suatu bentuk tertentu. Desain yang berada dalam lingkup ilmu tekstil disebut sebagai desain tekstil. Desain tekstil akan divisualkan ke dalam bentuk kain atau model pakaian, yang mempunyai dua macam teknik pembuatannya,

( http://www.scribd.com/doc/48271285/30/c ) yaitu:

1) Desain Struktur (Structural Design), merupakan pembuatan desain dengan cara mengolah struktur atau konstruksi kain pada saat kain dikerjakan; seperti tenun dan rajut. Sedangkan menurut Arifah A. Riyanto , desain struktur adalah suatu susunan garis, bentuk, yang dapat berbentuk menjadi berbagai macam siluet (A, I, H, S, Y dan bustie).

2) Desain Permukaan ( Surface Design), merupakan pembuatan desain di atas permukaan kain dengan cara-cara tertentu, seperti printing, batik, ikat celup dan sebagainya

Selain dua teknik pembuatan desain diatas, terdapat pula teknik pembuatan dengan memadukan keduanya, yaitu struktur dan permukaan kain sehingga terciptanya suatu perpaduan dengan pola dan konsep yang menarik. Jasa desain saat ini sangat diperlukan dalam bidang apapun dalam kehidupan masyarakat. Desain sendiri telah mempunyai suatu pangsa pasar di dalam masyarakat.

(29)

37

Perancangan Desain adalah menterjemahkan keinginan konsumen mengenai desain yang akan diwujudkan dan diproduksi. Masalah desain berhubungan dengan pertimbangan utama pemasaran dan keindahan. Segi praktis berhubungan erat dengan proses produksi, dan pemasaran, segi etis berhubungan erat dengan corak, motif, gaya yang berasal dari proses kreatif desainer.

Desain tidak hanya sekedar membuat sesuatu yang baru dan dapat dipasarkan, tetapi juga mempunyai konsep tertentu sehingga dapat diterima oleh masyarakat banyak dan dipahami.Artinya dalam membuat desain, desainer harus mempehatikan :

1) Observasi/ pengamatan ataupun penelitian terhadap obyek yang akan didesain ( proses kerja,hambatan produksi, produksi, hasil produksi)

2) Wawancara terhadap pihak-pihak yang akan membantu kelangsungan dari Desain yang akan diwujudkan

3) Literatur mengenai konsep desain sebagai pertanggungjawaban Desain itu sendiri

4) Pembuatan Desain

5) Sistematis Produksi dari Karya Desain 6) Presentasi Karya Desain

Proses desain terwujud setelah melalui beberapa tahapan, mulai dari ide, penuangan ide, pengujian, manufaktur dan pemasaran. Pada tahapan tersebut tercipta pula inovasi teknis, inovasi system produksi,

(30)

38

inovasi material yang kemudian menjadi ciri khas dari produk itu. Dalam tahap awal, desainer beraktifitas sebagai perancang dan menyempurnakan rancangan tersebut untuk berguna dan diproses ulang untuk mencapai yang lebih baik.

Dengan demikian, kreatifitas desainer berkisar pada merencanakan, mendesain, menguji, memproduksi, menjual, membangun dan memelihara dalam arti seluas-luasnya.

c. Unsur dan Prinsip Disain

Dalam membuat desain busana harus memperhatikan unsur-unsur desain busana agar tercapai keselarasan dan keharmonisan dalam desain.

Menurut Sri Widarwati , unsure-unsur desain yang perlu diketahui adalah :

a. Unsur-unsur Disain 1) Garis

Garis merupakan unsur-unsur tertua yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang. Garis adalah hasil gerakan suatu titik ketitik yang lain sesuai dengan arah dan tujuannya (Enny Zuhni). Menurut Sri Widarwati garis adalah unsur yang digunakan untuk mengungkapkan emosi dan perasaan seseorang. Menurut Widjiningsih , garis adalah unsur yang dapat digunakan untuk mewujudkan emosi.

(31)

39

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa garis adalah gerakan suatu titik ketitik yang lain sesuai arah dan tujuan serta merupakan unsure tertua yang digunakan untuk mewujudkan emosi dan perasaan seseorang.

Dalam desain busana garis desain mempunyai fungsi sebagai berikut :

a) Membatasi bentuk strukturnya (siluet)

b) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model, contoh garis empire, long torso,youke (pass).

c) Menentukan periode suatu busana (siluet, periode empire, periode princes).

d) Memberi arah dan pergerakan. (Chodijah dan Mamdy). Menurut Chodijah dan Mamdy, penerapan garis pada busana yang dirancang adalah :

a) Membagi bentuk struktur menjadi bagian-bagian yang merupakan hiasan dan menentukan model yaitu pada garis potongan yang terdapat pada potongan baju bagian muka. b) Memberi arah dan pergerakan yaitu pada potongan rok. c) Membatasi bentuk strukturnya berupa siluet A.

Garis dapat dibedakan menjadi dua macam menurut Sri Widarwati yaitu :

(32)

40

Memiliki sifat kaku, kokoh dan keras. b) Garis lengkung

Memiliki sifat member suasana riang, luwes, lembut dan lebih feminine.

2) Arah

Setiap garis mempunyai arah, yaitu mendatar (horizontal),tegak lurus (vertikal), dan miring (diagonal). Masing-masing arah memberi pengaruh yang berbeda terhadap si pemakai (Sri Widarwati). Arah mendatar (horizontal) memberi kesan tenang, tentram, pasif dan menggambarkan sifat berhenti. Sedangkan arah tegak lurus (vertical) memberi kesan agung, stabil, kokoh, kewibawaan dan menggambarkan kekuatan serta melambangkan keluhuran. Arah garis miring (diagonal) memberi kesan lincah, gembira serta melukiskan pergerakan, perpindahan dan dinamis (Widjiningsih). Menurut Arifah A.Riyanto antara garis dan arah saling berkaitan, karena semua garis mempunyai arah yaitu horizontal, vertical, diagonal dan lengkung. Dari garis yang mempunyai arah dapat membentuk model yang disebut :

a) Garis horizontal dapat menjadi model empire, long torso dan youke.

b) Garis vertical dapat menjadi princes dan semi princes. c) Garis diagonal dapat menjadi model asimetris.

(33)

41

Berdasarkan pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa arah adalah unsure desain yang dapat memberikan pengaruh dan kesan yang berbeda bagi si pemakai. Arah dibagi menjadi beberapa macam yaitu : mendatar (horizontal), tegak lurus (vertikal) dan miring (diagonal).

3) Bentuk

Dalam suatu desain khususnya desain busana akan didasarkan pada beberapa bentuk yang biasanya bentuk geometris atau bentuk lainnya sebagai variasi pada figure seseorang atau pada busana (Arifah A. Riyanto). Unsure bentuk ada dua macam yaitu bentuk dua dimensi dan tiga dimensi. Bentuk dua dimensi adalah bidang datar yang dibatasi oleh garis, sedangkan bentuk tiga dimensi adalah ruang yang bervolume dibatasi oleh ruang (Sri Widarwati). Suatu bidang terjadi apabila kita menarik garis itu menghubungi sendiri permulaannya, dan apabila bidang itu tersusun dalam satu ruang maka terjadilah bentuk dimensional. Selain bidang dan bentuk geometris seperti bujur sangkar, segitiga, lingkaran dan yang lainnya, kita dapat pula menciptakan bentuk-bentuk bebas (Widjiningsih).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa bentuk adalah bidang datar bervolume yang dibatasi oleh garis dan permukaan dalam suatu ruang yang meliputi bentuk

(34)

42

geometris, bentuk bebas, bentuk dua dimensi dan bentuk tiga dimensi.

Menurut sifatnya bentuk dibedakan menjadi dua macam, yaitu : a) Bentuk geometris, misalnya : segitiga, kerucut, segi empat,

lingkaran dan lain-lain.

b) Bentuk bebas, misalnya : bentuk daun, pohon, titik air, air mata, batu-batuan dan lain-lain.

Sedangkan bentuk-bentuk didalam busana dapat berupa bentuk krah, bentuk lengan, rok, saku dan lain-lain.

4) Ukuran

Unsur-unsur desain yang diperhatikan pada sebuah desain perlu mempunyai ukuran yang seimbang, sehingga merupakan suatu kesatuan yang serasi, harmonis, baik kesatuan desain maupun dengan si pemakai hasil desain itu (Arifah A. Riyanto). Desain dipengaruhi oleh ukuran, sehingga untuk memperoleh desain yang memperlihatkan suatu keseimbangan kita harus mengatur ukuran unsur yang digunakan dengan baik (Widjiningsih). Garis dan bentuk mempunyai ukuran yang berbeda, karena ukuranlah panjang atau pendeknya garis dan besar atau kecilnya bentuk menjadi berbeda (Sri Widarwati).

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa ukuran adalah unsur desain yang bertujuan untuk menentukan panjang atau pendeknya garis dan besar atau

(35)

43

kecilnya bentuk, sehingga merupakan suatu kesatuan yang seimbang, serasi dan harmonis.

Menurut Chodiyah dan Mamdy dalam diktat Sri Widarwati ( 2000 ) , pada busana ukuran digunakan untuk menentukan panjang gaun. Ada lima macam ukuran panjang gaun yaitu :

a) Mini :gaun yang panjangnya 10-15 cm diatas lutut b) Kini : gaun yang panjangnya sampai lutut.

c) Midi : gaun yang panjangnya dibawah lutut. d) Maxi : gaun yang panjangnya sampai mata kaki. e) Longdress : gaun yang panjangnya sampai lantai

Pada sebuah disain busana ukuran harus diperhatikan karena akan mempengaruhi hasil disain. Unsur-unsur yang diperhatikan pada sebuah disain perlu mempunyai ukuran yang seimbang sehingga merupakan suatu kesatuan yang serasi, harmonis baik kesatuan dengan disainnya atau sipemakai hasil disain tersebut.

5) Nilai Gelap Terang (Value)

Nilai gelap terang adalah suatu sifat warna yang menunjukkan apakah warna mengandung warna hitam atau putih (Sri Widarwati). Nilai gelap terang menyangkut bermacam-macam tingkatan atau jumlah gelap terang yang terdapat pada suatu desain (Widjiningsih). Nilai gelap terang

(36)

44

berhubungan dengan warna yaitu dari warna tergelap sampai dengan warna yang paling terang. Untuk sifat gelap digunakan warna hitam, dan untuk sifat terang digunakan warna putih ( Arifah A. Riyanto).

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai gelap terang adalah suaru sifat warna yang menunjukkan tingkatan warna dari warna tergelap (mengandung warna hitam) sampai warna yang paling terang (mengandung warna putih).

6) Warna

Warna membuat sesuatu kelihatan lebih menarik dan indah. Oleh karena itu dalam berbagai bidang seni rupa, pakaian, hiasan, tata ruang dan yang lainnya warna memegang peranan penting (Widjiningsih). Pemilihan kombinasi warna yang tepat akan memberikan kesan yang menarik meskipun busana telah memiliki garis desain yang baik, tetapi bila pemilihan warnanya yang tidak tepat, maka akan nampak tidak serasi atau kontras (Sri Widarwati).

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan menurut Sri Widarwati (1993) dalam pemilihan warna adalah sebagai berikut :

(37)

45

Warna primer adalah warna yang tidak dapat dihasilkan melalui percampuran warna lain, terdiri dari tiga warna yaitu warna merah, kuning dan biru.

b) Warna sekunder (warna campuran)

Warna sekunder adalah warna yang dihasilkan dari percampuran warna primer dengan perbandingan warna yang sama. Missal merah dengan biru menjadi warna ungu. c) Warna penghubung (warna tersier)

Wana penghubung adalah warna yang dihasilakn dari percampuran dua warna sekunder dicampur dalam jumlah yang sama.

d) Warna asli (warna komplementer)

Warna asli adalah warna primer dan warna sekunder yang belum dicampur dengan warna putih atau hitam.

e) Warna Panas dan Warna Dingin

Warna panas adalah warna-warna yang ada disekitar warna merah dan jingga atau yang mengandung unsure warna merah. Yang termasuk warna panas adalah warna merah, merah jingga, kuning jingga dan kuning.

Warna dingin adalah warna-warna yang ada disekitar warna kebiru-biruan, meliputi warna hijau, biru hijau, biru, biru ungu dan ungu.

(38)

46

Pada suatu desain busana warna memegang peranan yang sangat penting, karena pemilihan warna yang tepat untuk suatu desain busana menentukan keindahan dan keharmonisan (Arifah A. Riyanto, 2003 : 46)

Berdasarkan pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa warna adalah unsur desain yang memegang peranan penting, karena dapat membuat sesuatu terkesan lebih indah dan menarik, baik dalam bidang seni, desain, pakaian, hiasan maupun tata ruang.

7) Tekstur

Tekstur merupakan sifat permukaan dari sebuah benda yang dapat dilihat, diraba dan dirasakan (Enny Zuhni,). Sifat-sifat permukaan tersebut antara lain kaku, kasar, lembut, halus, tebal, tipis dan transparan (tembus terang) (Sri Widarwati). Tekstur adalah sifat permukaan dari garis, bidang maupun bentuk (Widjiningsih). Sifat-sifat permukaan tersebut antara lain : lembut, kaku, kasar, halus, tebal, tipis dan tembus terang.

Macam-macam tekstur menurut Arifah A. Riyanto (2003) adalah sebagai berikut :

a) Tekstur kaku

Tekstur kaku dapat menyembunyikan atau menutupi bentuk badan seseorang tetapi akan membuat seseorang kelihatan gemuk.

(39)

47 b) Tekstur kasar dan halus

Tekstur kasar memberikan kesan lebih gemuk, sedang tekstur halus tidak mempengaruhi ukuran badan,dengan catatan bahan yang digunakan tidak mengkilap.

c) Tekstur lemas

Tekstur lemas sesuai dengan model kerutan, draperidan dapat memberikan efek luwes.

d) Tekstur tembus terang

Tekstur tembus terang tidak dapat menutupi bentuk badan yang kurang sempurna.

e) Tekstur mengkilap dan kusam

Tekstur mengkilap membuat sipemakai kelihatan lebih gemuk, sedang tekstur kusam member kesan lebih kecil.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tekstur adalah sifat dari permukaan dari garis, bidang maupun bentuk suatu benda yang dilihat, diraba dan dirasakan.

c.Prinsip-prinsip Disain

Prinsip-prisip desain adalah suatu cara untuk menyusun unsur-unsur sehingga tercapai perpaduan yang menberi efek tertentu (Sri Widarwati, 1993 : 15). Prinsip desain adalah suatu hukum kombinasi yakni bagaimana unsur-unsur itu disusun atau dikombinasikan untuk menghasilksn efek tertentu (Chodijah, 1981 : 27). Prinsip desain adalah merupakan suatu cara penggunaan dan

(40)

48

pengkombinasian unsur-unsur desain menurut prosedur tertentu (Widjiningsih, 1986 : 9).

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa prinsip desain adalah suatu cara untuk menyusun, menggunakan dan mengkombinasikan unsur-unsur desain sehingga menghasilkan efek-efek tertentu.

Adapun prinsip-prinsip desain menurut Sri Widarwati (1993 : 15-21) adalah sebagai berikut :

1) Keselarasan atau harmoni

Suatu desain dikatakan serasi apabila perbandingannya baik, mempunyai sesuatu yang menarik perhatian, mempunyai irama yang tepat. Keselarasan adalah kesatuan dari macam-macam unsur desain walaupun berbeda tetapi membuat tiap-tiap bagian itu kelihatan menyatu (Sri Widarwati, 1993 : 15). Harmonin adalah suatu prinsip dalam seni yang menimbulkan kesan adanya kesatuan melalui pemilihan dan susunan obyek serta ide-ide (Widjiningsih, 1982 : 10).

Dalam sesain yang baik perlu adanya keselarasan diantara macam-macam unsur desain yaitu selaras antara garis dan bentuk, selaras dalam tekstur dan selaras dalam warna, sehingga merupakan suatu desain yang harmonis (Arifah A. Ariyanto, 2003 : 49).

(41)

49

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa keselarasan adalah suatu prinsip desain yang menimbulkan kesan adanya kesatuan dari macam-macam unsur desain.

Menurut Sri Widarwati (1993 : 15-17), keselarasan dalam suatu desain dapat dicapai dengan beberapa cara, yaitu :

a) Keselarasan dalam garis dan bentuk

Keselarasan dalam garis dan bentuk pada busana, misalnya : bentuk krah bulat dan bentuk saku membulat pada sudutnya.

b) Keselarasan dalam tekstur

Tekstur yang kasar tidak dapat dikombinasikan dengan tekstur yang halus. Pengkombinasian tekstur dalam model busana harus serasi sehingga suatu busana lebih menarik. c) Keselarasan dalam warna

Keselarasan dalam warna akan tercapai dengan tidak menggunakan terlalu banyak warna. Pedoman yang lebih dari tiga warna bahkan dua warna sudah cukup.

2) Perbandingan atau proporsi

Perbandingan digunakan untuk menampakkan lebih besar atau lebih kecil dan memberikan kesan adanya hubungan satu dengan yang lain, yaitu pakaian dan pemakainya. Perbandingan yang kurang sesuai dalam berbusana akan kelihatan kurang menyenangkan (Sri Widarwati, 1993 : 17). Proporsi adalah

(42)

50

hubungan yang satu dengan yang lain dalam suatu susunan (Widjiningsih, 1982 : 13).

Menurut Prapti Karomah (1990 : 36) perbandingan adalah bagaimana cara menempatkan satu unsur dengan unsur yang lainnya dalam perbandingan yang baik, agar tercapai suatu keselarasan yang menyenangkan penglihatan dan perasaan serta menambah kesan nampak lebih indah, dalam hal ini garis, warna, dan ukuran memegang penting.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa proporsi atau perbandingan adalah cara menempatkan unsur-unsur dalam suatu susunan desain busana yang menimbulkan suatu keselarasan yang menyenangkan dan memberi kesan adanya hubungan antara pakainan dengan si pemakainya.

Menurut Wijiningsih (1993 :17), untuk memperoleh proporsi yang baik haruslah diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

a) Harus mengetahui bagaimana menciptakan hubungan jarak yang baik supaya memperoleh susunan yang menyenangkan.

b) Supaya dipertimbangkan apakah ukuran ini dapat dikelompokkan bersama-sama.

(43)

51

Keseimbangan adalah pengaturan penyusunan unsur-unsur desain pada busana secara baik sehingga nampak serasi pada si pemakai. Asas ini digunakan untuk memberi perasaan ketenangan dan kestabilan (Sri Widarwati, 1993 : 17). Pengaruh ini dapat dicapai dengan mengelompokkan bentuk warna yang dapat menimbulkan perhatian yang sama pada kiri dan kanan dari titik tengah (pusat). Keseimbangan dipergunakan untuk memberikan perasaan ketenangan dan kestabilan (Widjiningsih, 1982 :15).

Menurut Sri Widarwati (1993 : 17) ada dua macam cara untuk memperoleh keseimbangan yaitu :

a) Keseimbangan simetris

Jika unsur-unsur bagian kiri dan kanan suatu desain sama jaraknya dari pusat.

b) Keseimbangan asimetris

Jika unsur-unsur bagian kiri dan kanan suatu desain tidak sama jaraknya dari pusat melainkan dengan diimbangi oleh suatu unsur yang lain.

4) Irama

Irama merupakan pergerakan yang dapat mengalihkan pandangan mata dari suatu bagian ke bagian lain (Sri Widarwati, 1993 : 17). Irama adalah suatu keteraturan dengan sendirinya

(44)

52

merupakan suatu yang acak atau monoton dan statis ( Enny Zuhni, 1997 : 3).

Irama pada suatu desain busana keteraturan dengan sendirinya merupakan suatu pergerakan teratur dari suatu bagian ke bagian lainnya (Arifah A. Riyanto, 2003 : 57). Dalam seni irama dapat diartikan sebagai suatu bentuk pergerakan dalam desain berirama (Widjiningsih, 1986 : 17).

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa irama adalah suatu bentuk pergerakan yang teratur dan dapat mengalihkan pandangan mata dari satu bagian ke bagian lainnya baik secara acak maupun monoton dan statis.

Menurut Sri Widarwati (1993 : 17), ada empat cara untuk menghasilkan irama dalam desain busana adalah sebagai berikut:

a) Pengulangan

Suatu cara untuk menghasilkan irama dihasilkan dengan pengulangan garis (pengulangan garis lipit, renda-renda, kancing yang berbentuk jalur), pengulangan warna dan pengulangan bentuk ( Sri Widarwati, 1993 : 17-21). Pengulangan secara teratur suatu bentuk pada jarak tertentu menciptakan pergerakan yang membawa pandangan mata dari satu unit ke unit lainnya (Widjiningsih, 1982 : 17).

(45)

53

Pengulangan dalam suatu desain busana yaitu penggunaan suatu unsur desain yang diletakkan pada dua atau beberapa bagian pada suatu desain busana, seperti garis, bentuk, tekstur, ruang, warna dan corak (Arifah A. Riyanto, 2003 : 57).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengulangan adalah suatu cara untuk menghasilkan irama dengan cara penggunaan suatu unsur desain yang diletakkan pada dua atau beberapa bagian pada busana dengan cara pengulangan garis, bentuk, tekstur, ruang, warna dan corak. b) Radiasi

Radiasi merupakan susunan garis-garis yang membentuk pancaran atau susunan garis pada pakaian yang memancarkan dari pusat perhatian yang menghasilkan irama (Sri Widarwati, 1993 : 21). Radiasi adalah sejenis pergerakan yang memancarkan dari titik pusat atau sumber (Widjiningsih, 1982 :19). Radiasi adalah garis yang memancarkan dari pusat perhatian ke semua arah yang menghasilkan irama (Arifah A. Riyanto, 2003 : 63).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa susunan garis-garis pada busana yang memancarkan dari pusat perhatian ke semua arah yang menghasilkan suatu irama.

(46)

54 c) Pengalihan ukuran

Pengulangan dari ukuran besar kecil atau sebaliknya yang akan menghasilkan irama yang disebut peralihan ukuran atau Gradation (Sri Widarwati, 1993 : 21). Gradasi (Gradation) adalah rangkaian yang berdekatan atau berdampingan yang serupa, yang bentuk atau jaraknya berubah secara bertahap dari ukuran atau jarak yamg sempit/kecil, menjadi besar dalam satu unit atau menyebar (Arifah A. Riyanto 2003 : 62).

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa peralihan ukuran adalah pengulangan dari ukuran besar ke ukuran kecil atau sebaliknya yang bentuknya berubah secara bertahap.

d) Pertentangan

Pertentangan merupakan pertemuan antara garis tegak lurus dan garis mendatar pada lipit atau garis hias (Sri Widarwati, 1993 :21). Jadi pertentangan adalah pertemuan dua karakter yang bertolak belakang misalnya pertemuan antara garis tegak lurus dengan garis mendatar.

5) Pusat perhatian

Pusat perhatian merupakan suatu bagian yang lebih menarik dari bagian-bagian yang lainnya (Sri Widarwati, 1993 :21). Pusat perhatian pada busana dapat berupa krah yang indah,

(47)

55

lipit, kerutan, syal, warna dan lain-lain. Pusat perhatian ini hendaknya diletakkan pada bagian yang baik dari si pemakai. Ada dua cara untuk menciptakan pusat perhatian pada suatu busana yaitu penggunaan warna, garis, bentuk dan ukuran yang kontras serta pemberian hiasan (Widjiningsih, 1982 : 20).

Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan yaitu pusat perhatian adalah bagian busana yang lebih menarik dari bagian-bagian lainnya dapat berupa garis, warna, bentuk dan ukuran yang kontras serta pemberian hiasan.

d. Teknik Penyajian Gambar

Penyajian gambar model busana dapat digambar lengkap dengan proporsi tubuh, dapat pula tidak, dengan penyajian gambar lengkap yang terdiri dari model bagian muka, belakang diberi warna atau corak sesuai bahan yang direncanakan beserta contoh bahannya (Arifah A. Riyanto, 2003 : 4).

Menurut Sri Widarwati (1993), dalam gambar atau membuat sketsa-sketsa untuk menciptakan desain busana ada beberapa teknik penyajian gambar yaitu :

1) Design Sketching

Maksud dari Design sketching atau menggambar sketsa adalah mengembangkan ide-ide dengan menerapkan pada kertas secepat mungkin menjadi desain yang sesungguhnya. Dalam

(48)

56

Design sketching kita harus dapat mengembangkan style sesuai kreatifitas dan imajinasi kita sendiri.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menggambar sketsa menurut Sri Widarwati (2000) adalah :

a) Gambar sket harus jelas, tidak menggunakan detail-detail yang tidak berguna.

b) Dapat dibuat langsung diatas kertas.

c) Sikap lebih variasi, memperlihatkan segi-segi yang menarik dari desain.

d) Menggambar semua detail dalam kertas yang sama, mungkin ada perubahan siluet atau variasi pada detail-detail.

e) Tidak menghapus apabila timbul ide baru.Jadi, dalam sheet ini ada beberapa model dan detail-detail yang bervariasi. f) Memilih desain yang disukai

g) Diatas kertas sheet, kita menggambar semua detail bagian busana, seperti krah, lengan, saku, hiasan dan lain-lain. 2) Production Sketching

Maksud dari production sketching adalah suatu sketsa yang akan digunakan untuk tujuan produksi suatu busana. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam production sketching menurut Sri Widarwati (2000) adalah :

(49)

57

a) Semua detail harus digambarkan dengan jelas dan disertai dengan keterangan.

b) Sikap atau pose kedepan dan kebelakang dengan proporsi yang sebenarnya.

c) Hati-hati dalam penempatan kupnat, saku, kancing, jahitan dan sebagainya. Hal ini disebabkan karena berhubungan dengan busana yang akan diproduksi.

d) Desain bagian belakang harus ada.

e) Apabila ada disain yang rumit harus digambar sendiri. f) Harus disertai dengan keterangan tentang desain yang tidak

dapat dijelaskan dengan gambar atau perlu suatu production sheet.

3) Presentation Drawing

Maksud dari presentation drawing adalah suatu sajian atau gambar koleksi yang ditunjukkan kepada pelanggan (buyer). Oleh karena itu menurut Sri Widarwati (2000), perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :

a) Membuat sketsa disain secara teliti pada kertas.

b) Membuat sheet bagian belakang (backview), digambarkan di atas proporsi tubuh atau digambar sebagian.

c) Memberi keterangan pada detail busana.

d) Menempelkan contoh bahan pada sheet, jangan terlalu besar cukup 2 ½ cm x 2 ½ cm

(50)

58 4) Fashion Illustration

Adalah suatu gambar fashion untuk tujuan promosi suatu desain. Menurut Sri Widarwati (1993), beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat fashion illustration adalah : a) Proporsi tubuh lebih panjang

b) Untuk ukuran proporsi tubuh fashion illustration ukurannya dapat lebih dari 8,misal 9 sampai 10 kali tinggi kepala. Biasanya kaki dibuat lebih panjang.

5) Three Dimention Drawing

Adalah sajian gambar yang menampilkan ciptaan desain busana dengan menggunakan bahan yang sebenarnyadan dibuat dalam tiga dimensi. Biasanya digunakan untuk mempromosikan bahan baru dari suatu industri tekstil. Bagian dari gambar yang tidak diselesaikan dan bahan tetap harus diselesaikan dengan menggunakan cat air atau bahan penyelesaian yang lain. Sedangkan bagian pakaian diselesaikan dengan menggunakan kain yang sesungguhnya dengan cara diselipkan pada bagian sisi-sisinya. Pada bagian yang menonjol diberi kertas lain untuk menutupi kampuh dan sisi bahan.

Adapun langkah-langkah dalam menggambar tiga dimensi adalah sebagai berikut :

a) Menggambar desain busana diatas proporsi tubuh yang lengkap.

(51)

59

b) Menyelesaikan gambar (member warna).

c) Memotong pada bagian-bagian tertentu, misal panjang bahu sampai batas panjang lengan atas dan bawah, sisi badan kanan dan kiri. Untuk bagian lubang leher, lubang lengan dan batas bawah rok tidak dipotong. Bagian ini diselesaikan dengan jahitan yang sesungguhnya.

d) Menggunting bahan sesuai model ditambah beberapa cm untuk penyelesaian jahitan.

e) Menjahit dan menyelesaikan kerung leher, lubang lengan dan bagian bawah rok serta melengkapi sesuai model. f) Memberi lem pada bagian-bagian yang nantinya tertutup

bahan.

g) Menempelkan kapas sebagian agar tidak mengenai bahan. h) Memasukkan bahan pada bagian yang terpotong kemudian

lem pada bagian buruk (sebaliknya).

i) Memasukkan sejumlah kapas agar terkesan timbul dan tampak lebih menarik. Penambahan kapas menyesuaikan bentuk tubuh dan model.

j) Member lapisan kertas yang kuat untuk menutupi dan merapikan sajian gambar pada bagian buruk.

e. Disain Hiasan Busana

Menurut Sri Widarwati, desain hiasan adalah desain untuk memperindah desain struktur. Desain hiasan busana adalah desain yang

(52)

60

berfungsi untuk memperindah suatu busana menurut Chodijah (1980 : 5). Menurut Widjiningsih (1982 : 1), desain hiasan adalah desain yang berfungsi untuk memperindah suatu benda. Desain hiasan merupakan desain terapan yang dapat diterapkan pada berbagai busana anak maupun dewasa.

Menurut Chodijah (1980) untuk menciptakan desain hiasan yang baik haruslah memenuhi syarat seperti :

a) Penggunaan hiasan tidak berlebihan, karena akan menutupi keindahan dari busana itu sendiri dan hendaknya disesuaikan dengan kesempatan pakai.

b) Letak hiasan harus disesuaikan dengan bentuk. Terutama jika bentuk tubuh pemakai kurang proposional, maka ketepatan pemakaian hiasan busana perlu diperhatikan guna menutupi bagian yang kurang baik dan menonjolkan bagian yang baik.

c) Latar belakang dapat memberikan efek kesederhanaan dan keseluruhan terhadap desain tersebut.

d) Pola hiasan harus disesuaikan dengan bendanya.

e) Hiasan harus disesuaikan dengan desain strukturnya dan sesuai dengan pemeliharaannya.

Secara garis besar, hiasan busana menurut Enny Zuhni Khayati (1998) digolongkan menjadi :

(53)

61

ii. Hiasan dari kain : saku luar, klep, kerah, draperi, godet dan trimming. Hiasan ini dibuat dari bahan yang sama dengan bahan pokonya atau dari bahan lain

iii. Hiasan dari logam : kancing , gesper, resleting

iv. Hiasan dari kayu : kancing, manic-manik, dan alternative bentuk lain

v. Hiasan dari plastik : hiasan yang biasanya berupa gesper, kancing, resleting, dan lainnya

vi. Hiasan dari bahan istimewa :

i. Gim, yaitu sejenis per yang sangat lembut berbentuk spiral dengan logam berlapis

ii. Beading, yaitu hiasan berupa tali

iii. Ribbing, yaitu sejenis bahan dari relcot ( kaos ) yang biasanya digunakan sebagai hiasan atau detail busana iv. Hiasan prada, yaitu usaha atau rekayasa manusia untuk

mendapatkan warna kuning keemasan atau putih keperakan pada proses pewarnaan atau pencelupan kain batik atau kerajinan tekstil

v. Hiasan manic-manik, merupakan butiran atau lempengan yang pada bagian tengahnya memiliki lubang kecil yang berfungsi untuk meletakkan pada kain yang akan dihias vii. Macam-macam Renda

(54)

62

i. Reda plies : renda dari bahan sintetis, transparan atau berlipit-lipit

ii. Beadings : renda katun/sintetis, memiliki lubang-lubang yang jaraknya teratur dan dapat disisipi pita

iii. Entredeux : renda tengah yang kedua sisinya simetris dapat dipasangkan antara kedua helai kain

iv. Guipure : renda yang lebar, dasar renda dari bahan tela v. Renda berjumbai : renda sintetis yang salah satu sisinya

terdapat rumbai-rumbai

f. Disain Pelengkap Busana

Pelengkap busana adalah segala sesuatu yang dikenakan dari ujung rambut sampai ujung kaki setelah mengenakan busana pokok. Untuk melengkapi dalam berbusana baik yang mempunyai fungsi bagi si pemakai (milineris) maupun yang hanya sebagai hiasan (assesoris) (Prapti Karomah, 1990 : 1). Pelengkap busana dapat berupa sepatu hak tinggi, tas, gelang, kalung, cincin, giwang, jam tangan, topi, kaca mata dan lain sebagainya. Pemakaian pelengkap busana harus disesuaikan dengan busana yang dikenakan.

Pendapat lain mengatakan bahwa pelengkap busana (accecoris) adalah semua yang kita tambahkan pada busana, setelah mengenakan gaun, rok, blus, kain dan kebaya ( Sri Widarwati, 1993 : 33).

(55)

63

Menurut Sri Widarwati (1993 : 33), ditinjau dari fungsinya perlengkapan busana dapat digolongkan menjadi dua kelompok yaitu :

a. Pelengkap busana praktis.

Semua pelengkap busana yang disamping mempunyai fungsi untuk memperindah penampilan tetapi mempunyai fungsi khusus untuk melindungi tubuh si pemakai, misalnya : sepatu, topi kaca mata ,tas arloji dan lain-lain.

b. Pelengkap busana estetis

Pelengkap busana ini hanya memenuhi fungsi memperindah busana yang dikenakan. Yang termasuk pelengkap busana estetis : perhiasan seperti kalung, gelang, cincin, anting-anting, peniti, bros, tusuk konde, giwang dan lain-lain.

F. Busana Pesta

1. Pengertian Busana Pesta

Busana pesta adalah busana yang digunakan pada kesempatan pesta, dimana busana tersebut dibagi menurut waktunya yaitu pagi, siang, malam (Prapti Karomah dan Sicilia S. Menurut Enny Zuhny Khayati busana pesta malam adalah busana yang dipakai pada kesempatan pesta dari waktu matahari terbenam sampai waktu berangkat tidur, baik yang bersifat resmi maupun tidak resmi. Menurut Sri Widarwati busana pesta adalah busana yang dibuat dari bahan yang bagus dan hiasan yang menarik sehingga kelihatan

(56)

64

istimewa. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan busana pesta adalah busana yang dikenakan untuk kesempatan pesta dan dibuat lebih istimewa dari busana lainnya, baik dalam hal bahan, desain, hiasan, maupun teknik jahitannya.

2. Penggolongan Busana Pesta

Menurut Enny Zuhny Khayati dan Sri Widarwati busana pesta dikelompokkan menjadi:

b. Busana Pesta Pagi

Busana pesta pagi atau siang adalah busana yang dikenakan pada kesempatan pesta antara pukul 09.00-15.00. Busana pesta ini terbuat dari bahan yang bersifat halus, lembut, menyerap keringat dan tidak berkilau, sedangkan pemilihan warna sebaiknya dipilih warna yang lembut tidak terlalu gelap.

c. Busana Pesta Sore

Busana pesta sore adalah busana yang dikenakan pada kesempatan sore menjelang malam. Pemilihan bahan sebaiknya bertekstur agak lembut dengan warna bahan yang cerah atau warna yang agak gelap dan tidak mencolok.

Gambar

Gambar 1. Tugu Bambu Runcing
Gambar 2. Geo Ethnic          Gambar 3. Warna Chromatic
Gambar 4. Design Sketching
Gambar 5. Fashion Illustration
+5

Referensi

Dokumen terkait

Seluk Beluk Frequency Response sebuah Loudspeaker Part4 ‐ Menyelidiki "asal‐usul" Frequency Response Loudspeaker 2008 

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk melihat perbedaan hasil belajar kognitif siswa menggunakan inkuiri terbimbing dan verifikasi bermakna, khususnya

Syarat-syarat suatu senyawa dapat digunakan sebagai baku internal adalah: terpisah dengan baik dari senyawa yang dituju atau puncak-puncak lain; mempunyai waktu retensi yang

Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah (a) penulisan huruf, (b) penulisan kata, dan (c) penggunaan tanda baca. Penulisan dan ejaan saling berkaitan karena

Dokumen ini tidak diperunt ukan sebagai suat u penawaran, atau perm oh onan dari suatu penawaran, permintaan un tuk membeli atau me njual efek dan segala hal yang berhubungan

Interferensi maksimum (pola terang) terjadi apabila kedua gelombang memiliki fase yang sama (360 ° dan kelipatannya), yaitu beda lintasannya sama dengan nol

Dalam keputusan tersebut Mahkamah mengatakan bahwa Dekrit Norwegia bulan Juli 1935 yang menetapkan batas suatu zona penangkapan ikan ekslusif sepanjang hampir 1000 mil dari