• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung: Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Jejak Hunian di Situs Song Agung:

Kajian Awal atas Hasil Ekskavasi Bulan Maret 2002

Oleh: J. A. Sonjaya

a. Latar Belakang

Pada tanggal 21-23 Maret 2002 telah dilakukan ekskavasi di situs Song Agung, yang terletak di Desa Basuhan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Eksakavasi tersebut merupakan bentuk kerjasama antara Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) Jawa Tengah dengan Jurusan Arkeologi, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Gadjah Mada. Mengingat keterbatasan waktu yang tersedia, maka penggalian yang dilakukan hanya bersifat penjajagan (test pit) terhadap kemungkinan digunakannya Song Agung sebagai gua hunian manusia di masa prasejarah.

Informasi tentang potensi Song Agung sebagai gua hunian manusia di masa lampau diperoleh dari hasil survei tim PTKA Gunung Kidul, yang pada tanggal 3-9 Februari mengadakan survei di Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, DIY. Pada saat melakukan survei di Dusun Bentar, Desa Kenteng diperoleh keterangan tentang lokasi Song Agung. Setelah dicek, ternyata lokasi gua tersebut secara administratif sudah termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah (lebih kurang 100 m arah timur laut dari tugu atau monumen batas wilayah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta dengan Propinsi Jawa Tengah).

Hasil temuan permukaan yang diperoleh saat dilakukan survei antara lain berupa sebuah fragmen keramik, fragmen tulang yang kemungkinan mengindikasikan hewan banteng (bibos banteng), rusa (cervus javanicus, cervus sp), gajah purba (Elephas), kuda nil (Hippopotamus sp), hewan pengerat (Rodentia), babi (Sus vittatus), kera (Macaca fascicularis), manusia, anjing air (cuon sp), (Homo sapiens), monyet (primates), berbagai jenis kerang (Mollusca sp), alat tulang, baik yang berupa fragmen sudip maupun lancipan, alat batu dari jenis serpih, serut, gurdi, tatal, dan batu inti, yang dibuat dari bahan batuan rijang, gamping kersikan dan andesit. Secara kuantitatif temuan fragmen tulang banteng berjumlah 79 buah,

(2)

fragmen tulang rusa 24 buah, fragmen tulang gajah purba 13 buah, fragmen tulang kuda nil 3 buah, fragmen hewan pengerat 1 buah, fragmen tulang babi 16 buah, fragmen tulang kera 24 buah, fragmen tulang manusia 79 buah, fragmen tulang anjing air 1 buah, fragmen cangkang kerang siput 2 buah, fragmen cangkang kerang yang belum teridentifikasi 6 buah, dan fragmen tulang hewan yang belum teridentifikasikan 93 buah. Alat tulang lebih kurang 15 buah dan alat batu lebih kurang berjumlah 40 buah.

Sampai saat ini situs gua hunian masa prasejarah di Pulau Jawa baru didapatkan di wilayah Jawa Timur, antara lain Song Terus, Song Keplek, Gua Lawa di Sampung dan juga di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, antara lain Song Braholo, Song Blendrong dan Song Bentar. Adapun situs gua hunian masa prasejarah di wilayah Jawa Tengah belum ditemukan sampai saat ini.

Keberadaan alat tulang, alat batu dan berbagai jenis fragmen tulang binatang dan kerang air tawar menunjukkan bahwa Song Agung pernah difungsikan sebagai tempat hunian, yang berlangsung dari masa prasejarah (temuan alat batu dan alat tulang) hingga masa sejarah (temuan keramik). Atas dasar hal tersebut sangat dimungkinkan sekali bahwa Song Agung di Kecamatan Eromoko, Wonogiri, Jawa Tengah, dapat dijadikan sebagai bukti keberadaan situs gua hunian masa prasejarah di wilayah Jawa Tengah.

Sehubungan dengan itu, maka ekskavasi yang dilakukan setidaknya bertujuan untuk:

1. Pencarian data artefaktual, ekofak, dan fitur serta kondisi lingkungan sekitar Song Agung, yang dapat digunakan untuk pembuktian bahwa situs Song Terus pernah dihuni pada masa prasejarah. Pembuktian tersebut akan sangat berguna bagi penulisan rekonstruksi kehidupan manusia masa prasejarah di Jawa Tengah, khususnya yang berkaitan dengan kehidupan masa mesolitik

2. Penyelamatan dan perlindungan terhadap data artefaktual, ekofak dan fitur serta kondisi lingkungan sekitar Song Agung dari ancaman kegiatan penambangan batu feldspar (watu lintang) dan kotoran burung kelelawar (guano)/fosfat.

(3)

b. Kondisi Lingkungan dan Situs

Song Agung yang terletak di Dusun Ngringin, Desa Basuhan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah berbatasan langsung dengan wilayah Kecamatan Ponjong, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Pada dasarnya Song agung merupakan gua alam yang terletak di perbukitan kapur. Di dekat perbukitan tersebut terdapat Telaga Kotis, yang hanya berisi air di saat musim penghujan. Kawasan sekitar Telaga Kotis digunakah sebagai lahan tegalan yang meluas hingga ke lereng perbukitan kapur di dekat Song Agung. Pohon jati (Tectona grandis) dijumpai di sepanjang lereng perbukitan hingga di depan mulut gua.

Bagian depan gua berupa lubang dengan diameter lebih-kuran 20 m, ketinggian. Secara keseluruhan ruangan Song Agung berukuran panjang lebih kurang 70 m dan lebar 30 m. Lantai gua rata di bagian depan dan tengah, sedang di bagian dalam bergelombang. Tanah di bagian depan dan tengah gua sudah digali sebagian oleh penduduk untuk diambil kotoran kelelawarnya. Demikian juga di bagian belakang gua ada galian-galian liar berbentuk kotak berukuran panjang 2 m dan lebar 1m dengan kedalaman 0,5 m. Galian-galian tersebut diperkirakan digunakan sebagai pengujian untuk mengetahui potensi adanya sumber fosfat/tumpukan kotoran kelelawar. Di berbagai bagian gua juga ditemukan runtuhan stalaktit dan stalakmit. Berdasarkan keletakan runtuhannya dapat diperkirakan bahwa runtuhan tersebut tidak terjadi sebagai akibat gejala alam, melainkan sebagai hasil perbuatan manusia untuk mencari batu feldspar atau watu lintang.

Di bagian depan mulut Song Agung, terdapat runtuhan fragmen batu gamping berukuran dari pebble hingga boulder. Berdasarkan sebarannya dapat diperkirakan bahwa batu-batu gamping tersebut merupakan runtuhan yang berasal dari dinding di pinggir mulut gua. Temuan fragmen tulang binatang, cangkang kerang, alat batu, alat tulang, tatal dan batu inti tersebar di permukaan lantai gua dengan tingkat kepadatan temuan, yang cukup tinggi.

(4)

c. Proses dan Hasil Ekskavasi

Ekskavasi tahap pertama di Situs Song Agung dilakukan di dua kotak, satu terdapat di salah satu sisi mulut gua (Kotak T14) dan satu lagi terdapat di bagian tengah ruangan gua (M13). Ukuran kotak galian 2 x 2 m. Keterbatasan waktu yang ada menyebabkan kotak tidak digali seluruhnya, melainkan hanya digali 2 x 1m. Adapun penggalian menggunakan teknik spit. Kedalaman spit pertama 10 cm, sedang spit berikutnya berkedalaman 5 cm. Penyingkapan tanah untuk menyelamatkan temuan itu dilakukan secermat mungkin melalui pengukuran dan pencatatan sehingga matriksnya bisa deketahui. Proses dan hasil ekskavasi di masing-masing kotak dipaparkan sebagai berikut:

c.1. KOTAK M13

Kotak M13 terletak di bagian tengah ruangan dalam gua. Sebagaimana telah disinggung di bagian pendahuluan, lapisan tanah di gua ini sebagian, terutama bagian depan tengah, telah tersingkap akibat penambangan fosfat. Kotak M13 ini, tiga perempat kotak masih utuh dan seperempat lainnya sudah tersingkap sedalam kurang-lebih 1 meter. Menjajaki kemungkinan adanya kegiatan domestik, merupakan tujuan dari pembukaan kotak ini. Berdasarkan beberapa kasus yang terjadi di situs-situs gua yang pernah digali, bagian tengah ruangan gua seringkali digunakan utuk kegiatan perbengkelan, pengolahan makanan, dan kegiatan konsumtif (ruang makan). Penggalian dilakukan pada setengah kotak, yaitu bagian timur (t1’, t2,t3,t3’). Sisi t2 – t3 sudah tersingkap, sehingga sudut t2 dan t3 lebih rendah kurang-lebih 1 meter.

Spit 1 dibuka sedalam 10 cm dari DPS. Karena permukaan tanahnya miring ke arah tenggara (t3), maka spit 1 ini hanya berkisar di dekat sudut t1’. Jenis tanahnya lempung debuan, berwarna coklat keabuan, bercampur dengan pecahan gamping berukuran kerikil hingga kerakal. Temuan di spit 1 didominasi oleh fragmen tulang berbagai ukuran, sebagian rapuh dan sebagian lainnya keras. Di antara tulang-tulang tersebut ternyata terdapat alat tulang berupa sudip berukuran panjang 7 cm dan lebar 2,6 cm, warnanya krem, lebih keras dibandingkan dengan tulang lainnya. Bagian tajamannya melengkung, sedangkan bagian pangkal tampaknya patah. Melihat bentuknya, sudip ini dibuat dari

(5)

tulang panjang binatang yang besar. Selain itu, terdapat 10 fragmen tulang keras dan padat yang diduga pecahan alat atau mungkin bahan. Fragmen tulang yang rapuh jumlahnya ratusan, 48 buah di antaranya dinomori sendiri-sendiri karena diperkirakan bisa diidentifikasi, sedangkan 116 lainnya berukuran kecil dan sulit untuk diidentifikasi sehingga dijadikan satu nomor. Yang menarik, ada juga 3 buah fragmen tulang berwarna hitam seperti terbakar. Temuan lainnya adalah 1 buah kuku binatang, 4 buah gigi binatang, dan 1 buah cangkang keong.

Jenis-jenis temuan di spit 1

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Alat tulang (sudip) 1 2. Fragmen tulang keras (diduga pecahan alat) 10 3. Fragmen tulang (besar) 41 4. Fragmen tulang (kecil) 116

5. Kuku binatang 1

6. Gigi binatang 4

7. Cangkang keong 1

Spit 2 dan berikutnya interval 5 cm. Jenis tanah di spit 2 sama dengan spit 1, hanya lebih kering. Kapak tulang ditemukan pada awal spit ini. Temuan ini cukup spektakuler, karena jarang sekali ditemukan di situs-situs lainnya. Bentuknya menyerupai beliung persegi, berukuran panjang 6 cm dan lebar 3,4 cm. Sisinya yang sebelah cembung dan sebelah cekung, menunjukkan bahwa alat ini dibuat dari tulang pipa. Bagian tajaman dibuat dengan cara mengupam bagian ujung, kemudian dipangkas sehingga papak. Guratan-guratan yang tertera pada tajaman ini menunjukkan bahwa pengupaman dilakukan dengan cara dikikir menggunakan benda yang lebih kasar. Dari warnanya yang hitam, diduga alat ini dipanaskan dulu sehingga keras. Ketika dipukul logam, bunyinya ‘tring’. Ditemukan pula 1 buah alat tulang dan lancipan dari taring. Selain data berupa artefak, di spit 2 ditemukan fragmen tulang keras sebanyak 8 buah yang diduga pecahan alat. Data berupa ekofak juga ditemukan di spit 2, yaitu ratusan fragmen tulang, cangkang kerang, cangkang keong, dan gigi binatang.

(6)

Jenis-jenis temuan di spit 2

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Alat tulang (kapak) 1

2. Alat tulang 1

3. Lancipan dari taring 1 4. Fragmen tulang keras (pecahan alat?) 3 5. Fragmen tulang keras, hitam (pecahan alat?) 6 6. Fragmen tulang (besar) 18 7. Fragmen tulang (kecil) - 8. Fragmen tulang rapuh, berwarna putih - 9. Cangkang kerang 1

10. Cangkang keong 1

11. Gigi binatang 11

Spit 3 jenis tanahnya masih lempung debuan. Di awal spit 3, ditemukan sudip tulang terbuat dari tulang panjang berwarna putih. Ukurannya: panjang 11,5 cm dan lebar 3,5 cm. Separoh bagian tajaman telah gumpal. Sebuah bagian tajaman sudip tulang berwarna hitam, ditemukan di dekatnya. Temuan lainnya berupa fragmen tulang yang menunjukkan adanya bekas pengerjaan, lancipan, gigi binatang, fragmen tulang berwarna hitam keras, cangkang keong, 27 gigi berukuran kecil yang terkonsentrasi, 1 fragmen cangkang kerang berwarna hitam, 1 kuku binatang, 1 taring binatang, dan sejumlah banyak fragmen tulang berukuran kecil-kecil yang sulit diidentifikasi.

Jenis-jenis temuan di spit 3

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Alat tulang (sudip, lancipan) 3 2. Fragmen alat tulang 1 3. Fragmen tulang keras (pecahan alat?) 3 4. Fragmen tulang keras, berwarna hitam 16 5. Fragmen tulang (besar) 13 6. Fragmen tulang (kecil) -

7. Taring binatang 1

8. Gigi binatang 13

9. Kuku binatang 2

10. Cangkang kerang 1

(7)

Spit 4 masih didominasi oleh temuan berupa fragmen tulang. Di lapisan tanah lempung coklat keabuan ini ditemukan sebuah alat tanduk di antara fragmen-fragmen tulang yang berserakan. Alat tersebut dibuat dengan cara menajamkan bagian ujung tanduk (mungkin sejenis tanduk kerbau), sehingga meruncing dan pipih. Artefak lainnya yang ditemukan berupa 3 buah sudip tulang serta 2 buah lancipan tulang. Adapun ekofak jumlahnya sangat banyak, terutama fragmen tulang, beberapa gigi binatang. Yang lainnya adalah fragmen tengkorak monyet dan cangkang keong.

Jenis-jenis temuan di spit 4

No. Jenis Temuan Jumlah (buah)

1. Alat tanduk 1

2. Alat tulang (sudip) 3 3. Alat tulang (lancipan) 1 4. Fragmen tulang (diduga pecahan alat) 5 5. Fragmen tulang pipa 6 6. Fragmen tengkorak monyet 1 7. Ruas tulang belakang binatang 2 8. Fragmen tulang (besar) 14 9. Fragmen tulang (kecil) -

10. Gigi binatang 2

11. Cangkang keong remuk

Spit 5. Temuan ekofak berupa tulang masih mendominasi di spit 5, baik besar maupun kecil. Di antara ratusan fagmen tulang itu terdapat sebuah taring babi uang bagian ujungnya sengaja ditajamkan. Kesengajaan itu tampak dari potongan dan guratan pengupaman. Selain itu ditemukan pula 2 buah alat tulang yang belum teridentifikasi jenisnya, dan 3 buah lancipan tulang. Lainnya berupa fragmen rahang dan gigi binatang, cangkang kerang, dan cangkang keong. Di spit 5 ini ditemukan sebuah tatal batu.

(8)

Jenis-jenis temuan di spit 5

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Fragmen tulang (besar) 68 2. Ruas tulang belakang binatang 4 3. Fragmen tulang terbkar 1 4. Fragmen tengkorak hewan 6

5. Taring babi 1

6. Gigi binatang 2

7. Fragmen rahang 4

8. Fragmen rahang dan gigi 2

9. Fragmen arang -

10. Fragmen cangkang kerang 2

11. Tatal batu 1

12. Fragmen tulang (kecil) - 13. Cangkang keong remuk

Di spit 6 ditemukan 5 buah alat tulang, 3 di antaranya diduga sebagai lancipan. Lainnya sama dengan temuan pada spit-spit sebelumnya, yaitu ratusan fragmen tulang, fragmen rahang dan gigi, taring binatang, serta cangkang keong dan kerang.

Jenis-jenis temuan di spit 6

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Gigi

Rahang dan gigi Fr. gerabah Fr. cangkang moluska Serpih batu Fr. batu Fr. tulang Fr. tulang terbakar Artefak tulang Kuku 17 6 1 19 7 20 569 56 10 1

Di spit 7, selain temuan ekofak berupa fragmen tulang, ditemukan 10 artefak tulang. Rinciannya 3 sudip, 4 lancipan berukuan kecil, 1 mata panah, dan 2 buah calon alat. Selain itu, ditemukan 1 buah kuku binatang, 1 buah akar gigi, dan 1 buag fragmen rahang.

(9)

Jenis-jenis temuan di spit 7

No. Jenis Temuan Jumlah buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. Gigi

Gigi dengan matriks batu Rahang dan gigi

Mata panah batu Artefak batu Fr. batu

Artefak tanduk rusa Kuku Fr. cangkang moluska Artefak tulang Fr. cranium Fr. tulang Fr. tulang terbakar 11 1 3 2 2 92 1 2 25 12 18 580 23

Alat tanduk ditemukan di spit 8. Selain itu ditemukan 4 buah fragmen tulang besar di antara fragmen-fragmen tulang lainnya. Di antaranya terdapat 6 buah bagian ruas tulang belakang, 4 buah tulang terbakar. Lainnya berupa cangkang kerang serta rahang dan gigi binatang.

Jenis-jenis temuan di spit 8-9

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. Gigi

Rahang dan gigi Kuku

Fr. cangkang moluska Fr. cranium

Fr. tulang

Fr. tulang terbakar

Konsentrasi fr. tulang (lot 2) Artefak batu

Batu inti Fr. batu

Mata panah batu

Gumpalan tanah terbakar

Coprolith Artefak tulang 24 8 7 27 10 826 63 34 28 1 40 2 3 3 22

(10)

Di spit 9 hanya ditemukan 1 buah artefak berupa lancipan tulang. Lainnya ekofak berupa fragmen tulang, cangkang siput, fragmen cangkang keong, dan gigi.

Jenis-jenis temuan di spit 10

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Gigi Perhiasan gigi Rahang Rahang ikan Fr. cranium Fr. cangkang moluska Artefak batu Artefak tulang Fr. batu Fr. tulang Fr. tulang terbakar 10 1 2 1 1 14 19 1 16 184 35

Spit 10 mempunyai tinggalan menarik berupa 4 buah batu yang diduga sebagai tatal dan alat. Di antara ratusan fragmen tulang, beberapa di antaranya berupa tulang tengkorak dan rahang yang masih menyatu dengan gigi. Temuan lainnya berupa cangkang kerang, cangkang keong, kuku dan gigi.

Jenis-jenis temuan di spit 12

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. Gigi

Mata panah batu Kuku

Rahang

Rahang dan gigi Artefak batu Batu inti Fr. cangkang moluska Serpih batu Fr. batu Fr. tulang Fr. tulang terbakar 9 7 2 1 1 1 1 10 28 61 185 52

(11)

Hingga spit terakhir, spit 11, fragmen tulang masih mendominasi. Di sini juga ditemukan 1 buah lancipan tulang serta 1 buah yang diduga lancipan tulang. Bagian ruas tulang belakang hewan, fragmen tengkorak, dan fragmen tulang belakang, merupakan temuan lainnya di spit 11.

Jenis-jenis temuan di spit 11

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. Gigi

Rahang dan gigi Fr. cranium Fr. tanah terbakar Mata panah batu Artefak batu Fr. batu Fr. cangkang moluska Fr. tulang Fr. tulang terbakar Artefak tulang 12 1 1 2 3 50 26 19 45 342 3 c.2. Kotak T14

Spit 1 dibuka sedalam 10 cm dari DPS. Jenis tanahnya lempung debuan, berwarna coklat keabuan, bercampur dengan pecahan gamping berukuran kerikil hingga kerakal. Temuan di spit 1 masih sedikit, hanya sebuah tatal batu, 2 buah fragmen gerabah, dan 2 buah fragmen cangkang kerang.

Jenis-jenis temuan di spit 1

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Fragmen gerabah 2

2. Tatal batu 1

3. Fragmen cangkang kerang 2

Spit 2 dan berikutnya interval 5 cm. Jenis tanah di spit 2 sama dengan spit 1, hanya lebih kering. Sama seperti di spit 1, temuan di spit 2 juga masih sedikit, yaitu 2 buah fragmen tulang, sebuah gigi binatang, dan sebuah tatal batu.

(12)

Jenis-jenis temuan di spit 2

No. Jenis Temuan Jumlah (buah)

1. Fragmen tulang 2

2. Gigi binatang 1

3. Tatal batu 1

Berbeda dengan 2 spit sebelumnya, di spit 3 ditemukan banyak temuan dan sangat beragam. Temuan dari batu, baik artefak maupun non artefak banyak ditemukan di spit ini. Alat-alat batu itu antara lain serpih dan bilah yang terbuat dari rijang (abu-abu, kuning, merah), kalsedon, dan gamping kersikan. Selain itu ditemukan juga beberapa alat tulang berupa lancipan dan serut. Temuan-temuan itu dapat dilihat dalam tabel di bawah ini.

Jenis-jenis temuan di spit 3

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Alat Batu (serpih dan serut) 13

2. Fragmen tulang 31

3. Bahan alat (batu) 12 4. Fragmen gigi binatang 1 5. Tatal batu jenis rijang 3 6. Serut dari tulang 1 7. Batu inti (gamping kersikan & rijang abu) 2

8. Cangkang kerang 6

9. Lancipan tulang 2

10. Fragmen gerabah 6

Spit 4 hanya ditemukan 6 buah fragmen gerabah. Permukaannya polos, dan tampaknya dibuat dengan teknik roda putar. Melihat porusnya, pembakaran tampaknya tidak terlalu tinggi. Karena bentuknya kecil-kecil, maka belum bisa diidentifikasi dari bentuk apa.

Spit 5 didominasi oleh temuan berupa fragmen tulang beragam ukuran, sehingga diperkirakan berasal dari jenis binatang yang beragam. Beberapa yang sudah berhasil

(13)

diidentifikasi menunjukkan pada tulang-tulang dari jenis rodensia (landak dan tikus), monyet, dan babi hutan. Selain itu ditemukan pula alat tulang berupa lancipan.

Jenis-jenis temuan di spit 5

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. Lancipan tulang 3

2. Sudip tulang 7

3. Serut tulang 1

4. Cangkang moluska 8

5. Tatal batu 8

6. Fragmen tulang binatang 73 7. Alat tulang (sudip) 7

Di spit 6 ditemukan 21 buah fragmen tulang dari berbagai jenis binatang, yang sudah teridentifikasi adalah dari jenis landak. Selain itu ditemukan pula 10 buah alat batu berupa serpih yang terbuat dari kalsedon, gamping kersikan, andesit, rijang coklat, dan lempung silikaan. Juga ditemukan sebuah lancipan tulang.

Jenis-jenis temuan di spit 6

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. Fragmen tulang Alat batu Lancipan tulang 21 10 1

Di spit 7 tidak berhasil ditemukan apapun, hanya runtuhan batu berukuran mulai kerikil hingga bongkah. Penggalian kemudian diteruskan hingga spit 8. Di spit ini ditemukan 5 buah artefak batu berupa serpih dari bahan gamping kersikan dan kalsedon. Selain itu ditemukan pula sebuah batu pukul berbentuk agak bulat sekepalan tangan berwarna agak merah. Di spit 9 hanya ditemukan sebuah fragmen tulang yang agak besar, namun belum dapat diidentifikasi dari jenis apa. Spit 10 –12 tidak diketemukan temuan, karena tampaknya lapisan tanahnya menunjukkan bekas genangan air yang memadat.

(14)

Di spit 13 ditemukan 2 buah serut batu, masing-masing terbuat dari rijang coklat dan gamping kersikan. Selain itu ditemukan juga 5 buah tatal batu dari kalsedon dan rijang coklat, serta 3 buah fragmen tulang.

Jenis-jenis temuan di spit 13

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. Serut Tatal batu Fragmen tulang 2 5 3

Spit 14 temuannya berupa alat tulang dan batu dengan rincian sebagai berikut

Jenis-jenis temuan di spit 14

No. Jenis Temuan Jumlah (buah) 1. 2. 3. 4. Lancipan tulang Sudip tulang Fragmen tulang Serpih batu 4 2 6 4

d. Telaah Awal Hasil Ekskavasi

Hasil test pit yang dilakukan terhadap kotak M13 dan T14 menunjukkan adanya temuan artefak dan ekofak, yang jenis-jenisnya tidak jauh berbeda dengan temuan artefak dan ekofak yang diperoleh dari hasil survei. Temuan yang diperoleh dari kotak M 17 (terletak di bagian tengah ruangan gua), yang didominasi oleh fragmen tulang dari berbagai jenis binatang, alat tulang, alat batu, dan cangkang kerang semakin memperkuat dugaan bahwa tempat tersebut pada masa lampau telah digunakan sebagai lokasi pengolahan dan pengkonsumsian bahan makanan (consumption area). Temuan fragmen tulang binatang, fragmen alat tulang, tatal, batu inti dan sejumlah alat batu juga didapatkan dari kotak T14 (terletak di bagian pinggir utara mulut gua). Satu hal yang perlu diperhatikan dari kotak T 14 adalah jumlah temuan tatal yang lebih banyak dari alat batu serta dijumpainya banyak fragmen tulang. Keadaan semacam ini mengindikasikan bahwa kotak T14 merupakan tempat deposisi atau pembuangan sampah, baik yang berupa peralatan yang sudah tidak dipakai maupun sisa pengkonsumsian bahan makanan.

(15)

Analisis awal terhadap temuan alat batu menunjukkan dominasi alat non-masif (serpih, gurdi, lancipan, dan serut) terhadap alat masif. Temuan alat tulang dapat ditipologikan menjadi sudip, kapak, jarum dan lancipan. Jenis-jenis binatang yang ditemukan, antara lain banteng, gajah (elephas), monyet dan rusa diyakini pernah hidup pada kala Plestosen akhir atau Holosen awal.

Berdasarkan jenis-jenis alat yang dihasilkan dan teknologi pembuatan alat dapat disimpulkan bahwa jenis dan teknologi alat tersebut dapat diklasifikasikan sebagai industri alat serpih dan bilah serta tulang dari masa mesolitik. Kesimpulan ini juga dikuatkan dengan jenis binatang pada kala Plestosen akhir atau Holosen awal yang dapat dikaitkan dengan kehidupan masa mesolitik. Bukti-bukti aktifitas kehidupan yang berlangsung di Situs Song Agung juga dapat dikaitkan dengan adaptasi terhadap lingkungan gua-gua yang diperkirakan mulai berlangsung pada masa mesolitik. Interpretasi terhadap seluruh data, baik yang berupa data artefaktual maupun data ekofak serta aktifitas kehidupan manusianya menunjukkan bahwa Situs Song Agung merupakan situs hunian gua dari masa mesolitik.

Dugaan bahwa bagian tengah ruangan gua digunakan sebagai areal aktifitas rumah tangga (domestic space) akan semakin diperkuat apabila ekskavasi pada kotak M17 diperdalam hingga mencapai lapisan tanah, yang steril dari aktivitas budaya manusia. Pembukaan kotak yang berinisial huruf K, L, N dan berangka dari 17 hingga 10 juga sangat dianjurkan untuk menambah informasi tentang kegiatan yang berlangsung pada areal aktifitas rumah tangga.

Selain itu perlu pula diekskavasi areal di bagian pinggir selatan serta bagian depan mulut gua, utamanya untuk mengetahui sisa-sisa sampah aktivitas kehidupan manusia yang pernah tinggal di Song Agung. Mengingat sisa-sisa penguburan juga ditemukan pada gua-gua yang berukuran besar, maka ruangan dalam Situs Song Agung yang luas, khususnya bagian paling dalam serta bagian tengah dekat dinding gua bagian utara dan selatan juga berpotensi sebagai areal penguburan. Atas dasar hal tersebut ekskavasi di kotak yang berinisial huruf J 17 dan J .. perlu juga dilaksanakan

(16)

Situs Song Agung perlu segera ditindaklanjuti penanganannya mengingat potensinya sebagai gua hunian prasejarah dari masa mesolitik, yang di Jawa Tengah baru satu-satunya yang dijumpai. Adapun hal-hal mendesak yang perlu segera dilaksanakan dalam proses penanganannya, yaitu:

1. Perlunya upaya perlindungan dan pencagarbudayaan sesegera mungkin mengingatbesarnya kandungan nilai arkeologis yang dikandung oleh Situs Song Agung.

2. Perlunya dilakukan tindak pengamanan dan pemecahan masalah terhadap kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di Situs Song Agung, khususnya penambangan kotoran kelelawar dan batu feldspar (watu lintang).

3. Perlunya koordinasi antar instansi, baik dari SPSP Jawa Tengah, Jurusan Arkeologi maupun Pemerintah Daerah Wonogiri dalam penanganan Situs Song Agung secara menyeluruh. Dalam hal ini aspek keilmiahan dari Situs Song Agung dapat ditangani oleh Jurusan Arkeologi, aspek perlindungan dan pemanfaatan dapat ditangani oleh SPSP Jawa Tengah sedang aspek pemberdayaan masyarakat dapat ditangani oleh Pemda Wonogiri. Meskipun demikian penanganan ketiga aspek tersebut harus dilakukan secara bersama-sama dan dilakukan melalui kerjasama yang harmonis antara ketiga instansi tersebut.

(17)

e. Penutup

Situs Song Agung yang terletak di Dusun Ngringin, Desa Basuhan, Kecamatan Eromoko, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah memiliki potensi data arkeologis yang sangat besar. Survei dan ekskavasi yang dilakukan terhadap Situs Song Agung menunjukkan bahwa situs tersebut merupakan situs hunian gua yang berlangsung pada masa mesolitik. Kesimpulan awal ini tentunya perlu ditindaklanjuti sesegera mungkin, mengingat sampai saat ini belum pernah ditemukan situs hunian gua di wilayah Jawa Tengah. Di lain pihak kegiatan pemanfaatan sumber alam yang terdapat di Situs Song Agung dapat mengancam kelestarian Situs Song Agung.

Perlu disadari bahwa upaya perlindungan dan pelestarian Situs Song Agung akan lebih berhasil dilaksanakan apabila melibatkan berbagai instansi dan masyarakat yang berkepentingan dengan penggunaan sumber alam Song Agung. Sesuai dengan konsep

Cultural Resources Management yang terbaru, pendekatan yang dilakukan harus bersifat bottom-up dan tidak lagi top-down oriented. Hal ini berarti masyarakat harus dilibatkan secara

aktif dan berpartisipasi dalam upaya perlindungan dan pelestarian Situs Song Agung.

Atas dasar hal tersebut sudah saatnya dilakukan upaya perlindungan dan pelestarian Situs Song Agung secara terpadu. Artinya, sebelum diputuskan tindakan perlindungan dan pelestarian terhadap situs tersebut, perlu dilakukan studi terhadap aspek pemanfaatannya, baik dari segi keilmiahan, sosial, ekonomi, budaya dan politik. Dalam hal ini kerjasama antar berbagai pihak dan instansi sangat diperlukan sekali untuk menuntaskan upaya perlindungan dan pelestarian. Tampaknya kerjasama antar instansi Perguruan Tinggi, SPSP Jawa Tengah, Pemda Wonogiri, Lembaga Musyawarah Desa Basuhan, dan tokoh-tokoh masyarakat setempat akan sangat menentukan bagi keberhasilan upaya perlindungan dan pelestarian Situs Song Agung.

Referensi

Dokumen terkait

Ada tiga macam jangka yang digunakan untuk menggambar, tergantung besar kecilnya lingkaran yang akan digambar. Jangka besar untuk menggambar lingkaran dengan diameter 100 – 200

Votre question reprend l’essentiel du ti- tre du livre « Ségrégation » que j’ai publié en 2008, mais mon travail n’avait pas pour ambi- tion d’apporter une réponse à

Pola istirahat/tidur juga sangat erat kaitanya dengan masalah yang memicu terjadinya hipertensi dimana hubungan antara pola tidur dengan hipertensi diduga melalui

Menimbang, bahwa Pengadilan Tinggi setelah memeriksa dan meneliti serta mencermati dengan seksama berkas perkara turunan resmi putusan Pengadilan Negeri Medan

Tulang sesamoid merupakan tulang kecil yang ditemukan pada.. tendo-tendo tertentu, tempat terdapat pergeseran tendo

Hasil survey di lingkungan kerja beberapa perusahaan minyak untuk menentukan laju paparan gamma dan analisis TENORM untuk identifikasi kandungan radionuklida dan

Model ini berdasarkan pada Xianning Liu (2007), Marentek (2011) dan menambahkan lagi asumsi bahwa individu yang divaksinasi mempunyai kemungkinan untuk tetap sehat