• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasilliensis ) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI ZPT NOVELGRO ALPHA. Oleh : SYAHRUL RAMADHAN EFENDI NIM.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasilliensis ) DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI ZPT NOVELGRO ALPHA. Oleh : SYAHRUL RAMADHAN EFENDI NIM."

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasil liensis )

DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI ZPT NOVELGRO ALPHA

Oleh :

SYAHRUL RAMADHAN EFENDI

NIM. 110500068

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(2)

PERKECAMBAHAN BENIH KARET (Hevea brasilliensis )

DENGAN BERBAGAI KONSENTRASI ZPT NOVELGRO ALPHA

Oleh :

SYAHRUL RAMADHAN EFENDI

NIM. 110500068

Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya Pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

PROGRAM STUDI BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN

JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA

SAMARINDA

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Perkecambahan Benih Karet (Hevea brasiliensis) Dengan Berbagai Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha Nama : Syahrul Ramadhan Efendi

NIM : 110500068

Program Studi : Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan : Manajemen Pertanian

Lulus ujian pada tanggal : ...

Lulus ujian pada tanggal : 22 Agustus 2014 Pembimbing,

F.Silvi Dwi Mentari, S.Hut,MP NIP. 197707232003122002 Penguji I, Faradilla, SP, MSc NIP. 197409012000122001 Penguji II, Rusmini, SP, MP NIP. 198111302008122002 Menyetujui,

Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan

Politeknik Pertanian Negeri Samrinda

Nur Hidayat, SP, MSc NIP. 1972102572001121001

Mengesahkan,

Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda

Ir. Hasanudin, MP NIP. 196308051989031005

(4)

ABSTRAK

SYAHRUL RAMADHAN EFENDI. Perkecambahan benih karet (Hevea

brasilliesis) dengan berbagai konsentrasi ZPT Novelgro Alpha (di bawah

bimbingan F.Silvi Dwi Mentari).

Bagi Indonesia tanaman karet memiliki arti penting bagi pengembangan perkebunan nasional serta mampu menciptakan kesempatan kerja yang mengarah pada kesejahteraan masyarakat, juga sebagai sumber devisa negara.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengukur kemampuan ZPT Novelgro Alpha terhadap perkecambahan benih karet.

Pene litian dilaksanakan selama satu bulan, terhitung mulai pada bulan Juni sampai pada bulan Juli 2014 dari pe rsiapan bahan penelitian, pelaksanaan penelitian sampai dengan penyusunan laporan, penelitian dilaksanakan di Lost Bayangan Laboratorium Agronomi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penelitian ini menggunakan 4 perlakuan di mana tiap perlakuan terdiri dari 25 benih. Perlakuan perendaman benih karet terdiri dari n0 (tanpa ZPT Novelgro Alpha), n1 (Konsentrasi 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha/ l air), n2 (Konsentrasi 1 ml ZPT Novelgro Alpha/ l air), dan n3 (Konsentrasi 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha/ l air).

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha yang optimal untuk perkecambahan benih karet adalah konsentrasi 1,5 ml ZPT Novelgro alpha (n3) dengan nilai saat munculnya tunas adalah 2 hari setelah tanam, serta persentase perkecambahan tertinggi sebesar 92 %.

(5)

RIWAYAT HIDUP

Syahrul Ramadhan Efendi, lahir pada tanggal 29 Desember

1991 di Bassaran, Enrekang, Sulawesi selatan, anak tunggal dari pasangan Bapak Sapan dan Ibu Hijarni.

Pendidikan dimulai di Sekolah Dasar (SD) Negeri 68 Bassaran Lulus pada tanggal 28 Juni 2004, kemudian melanjutkan ke tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Malua dan lulus pada tanggal 23 Juni 2007. Pada tanggal 31 Juni 2007 melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Pasui dan Lulus pada tanggal 26 April 2010. Pendidikan Tinggi dimulai tahun 2011 di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian.

Pada tanggal 3 Maret sampai 30 April 2014 mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kalpataru Sawit Plantation, Kecamatan Muara Badak Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan hidayah-Nyalah maka penelitian tentang perkecambahan benih karet dengan berbagai konsentrasi dapat diselesaikan.

Tujuan penelitian ini sebagai saah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi D III di program studi Budidaya Tanaman Perkebunan Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu F.Silvi Dwi Mentari. S.Hut,MP selaku dosen pembimbing. 2. Ibu Faradilla, SP, MSc selaku dosen penguji I.

3. Ibu Rusmini, SP, MP selaku dosen penguji II.

4. Bapak Nur Hidayat, SP, MSc selaku Ketua Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan, Jurusan Manajemen Pertanian, Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

5. Bapak Ir. Hasanudin, MP selaku ketua jurusan Manajemen Pertanian.

6. Bapak Ir. Wartomo, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 7. Seluruh staf dosen dan teknis program studi Budidaya Tanaman Perkebunan,

Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.

8. Kedua orang tua yang telah memberi dukungan kepada penulis selama mengikuti pendidikan di Program Studi Budidaya Tanaman Perkebunan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian penelitian ini masih banyak kekurangannya. Semoga dengan segala keterbatasan penulis, apa yang telah dihasilkan dalam penelitian ini bermanfaat bagi siapa saja yang membacanya.

Kampus Sungai Keledang, Juli 2014

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v

I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian... 2

C. Hasil yang Diharapkan ... 2

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet... 3

B. Tinjauan Umum Perkecambahan ... 15

C. ZPT Novelgro Alpha ... 17

III. METODE PENELITIAN ... 20

A. Tempat dan Waktu ... 20

B. Alat dan Bahan ... 20

C. Perlakuan Penelitian ... 20

D. Prosedur Kerja ... 21

E. Pengambilan dan Pengolahan Data ... 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 24

A. Hasil... 24

B. Pembahasan ... 26

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 29

A. Kesimpulan... 29

B. Saran ……… 29

DAFTAR PUSTAKA ... 30

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Penilaian persentase keberhasilan be rkecambah………... 16 2. Pengaruh Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha Terhadap

Kecepatan Berkecambah Benih Karet...………..

24 3. Pengaruh Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha terhadap

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman 1. Data pengamatan ZPT Novelgro Alpha pada perkecambahan

benih karet………... ... 32 2. Cara perhitungan persentase perkecambahan... 33 3. Dokumentasi Penelitian Konsentrasi Perendaman ZPT

(10)

I. PENDAHULUAN

Karet merupakan komoditi yang diunggulkan dalam bidang perkebunan di Indonesia. Banyak perkebunan-perkebunan karet yang tersebar di berbagai provinsi di Indonesia. Perkebunan yang besar banyak diusahakan oleh pemerintah dan swasta sedangkan perkebunan karet dalam skala kecil pada umumnya dimiliki oleh rakyat.

Dalam usaha membudidayakan karet, salah satu hal yang perlu mendapatkan perhatian adalah peremajaan karet. Untuk mendapatkan tanaman karet dengan produktivitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarangan. Bertanam karet menggunakan bibit sembarangan hanya akan menimbulkan penyesalan dikemudian hari. Setelah tanaman berproduksi dengan produktivitas rendah, peremajaan tanaman merupakan pemborosan. Produktivitas tinggi hanya bisa diperoleh dari bibit klon unggul yang telah melewati uji coba di laboratorium (Heru dan Agus, 2010).

Umumnya, bibit yang dipergunakan untuk peremajaan adalah bibit okulasi. Bibit okulasi diperoleh dari bibit asal biji sebagai batang bawahnya. Bagi pekebun, penyiapan dan penyediaan biji untuk batang bawah bukan merupakan hal baru. Namun, banyak hal yang sederhana tetapi kurang diperhatikan sehingga pembibitan kurang berhasil (Anonim, 2006).

Pengadaan bibit karet dapat dilakukan secara generatif di persemaian. Benih yang disemai dapat tumbuh dengan baik jika pada pemeliharaan bibit dipersemaian dilakukan dengan perbaikan teknik budidaya tanaman karet antara lain dengan memberi zat perangsang tumbuh. Zat perangsang tumbuh mengandung hormon-hormon pertumbuhan atau zat aktif yang bisa memacu

(11)

tanaman tumbuh pesat. Konsentrasinya harus tepat dalam aplikasinya karena kelebihan dosis pemberian zat perangsang tumbuh bisa mengakibatkan kematian pada tanaman karena tanaman dipacu untuk tumbuh tetapi tidak seimbang dengan pemberian ZPT. Oleh karena itu, untuk mengoptimalkan pertumbuhan benih karet maka hal yang perlu diperhatikan adalah pemeliharaan benih karet dengan pemberian hormon pertumbuhan dengan konsentrasi yang tepat. Menurut Abidin (1985), hormon tumbuh adalah zat organik yang dihasilkan oleh tanaman dalam konsentrasi rendah dapat mengatur proses fisiologis. Satu diantara hormon yang terdapat di pasaran adalah ZPT Novelgro Alpha. Menurut Anonim (2005), manfaat Novelgro Alpha dapat meningkatkan perkecambahan benih.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai perkecambahan benih karet dengan berbagai konsentrasi ZPT Novelgro Alpha.

Tujuan adalah untuk mengukur kemampuan ZPT Novelgro Alpha terhadap perkecambahan benih karet

Harapan penelitian ini bermanfaat sebagai sumber informasi untuk meningkatkan perkecambahan benih karet dengan perlakuan perendaman benih menggunakan ZPT Novelgro Alpha dengan konsentrasi aplikasi yang tepat.

(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tanaman Karet

1. Sejarah Tanaman Karet

Tanaman karet di Indonesia pernah mencapai puncak pada periode sebelum perang dunia dua hingga tahun 1956. Pada masa itu, Indonesia menjadi penghasil karet terbesar didunia. Komiditi ini pernah begitu diandalkan sebagai penompang perekonomian negara. Tanaman karet sendiri mulai dikenal di Indonesi sejak jaman penjajahan Belanda. Awalnya, karet ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman baru untuk dikoleksi. Dari dibeberapa daerah (Setjamidjaja, 1993).

Indonesia merupakan Negara agraris, artinya pertanian memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasonal. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya penduduk atau tenaga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1994).

Salah satu aspek yang paling penting dalam pembangunan pertanian adalah bagaimana caranya meningkatkan secara kontinue produksi usaha tani yang senantiasa menguntungkan, sehingga kesejahteraan petani maupun masyarakat luas terus meningkat (Soekrtawi, 1986).

Tanaman pekebunan merupakan komuditas yang mempunyai nilai komuditas tinggi. Apabila dikelola dengan baik dapat dimanfaatkan sebagai pemasuk devisa Negara. Telah banyak usaha pemerintah untuk meningkatkan produksi sub sektor perkebunan, diantaranya adalah intensifikasi, ektensifikasi, deversivikasi dan rehabilitasi (Sutedjo, 1986).

(13)

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan berbatang cukup besar. Tinggi pohon dewasa mencapai 15 - 25 m. Batang tanaman biasanya lurus dan mempunyai percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikenal mengandung lateks. Konsumsi karet alam dunia 2 dekade terakhir terus meningkat secara dratis walapun petumbuhan permintaan karet di Negara-negara industri maju seperti Amerika Serikat, Eropa dan Jepang relatif stagnan. Menurut Internasional Rubbert Study Group (IRSG) diperkirakan terjadi kekurangan pasokan karet alam pada periode dua dekade kedepan.

2. Taksonomi Dan Morfologi a. Taksonomi tanaman karet

Menurut Tim Penulis PS (2008). Dalam sistematika tumbuhan, kedudukan tanaman karet diklasifikasikan sebagai beikut Devisio : Spermatophyta

Sub Divisio : Angiospermae Kelas : Dikotiledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasilliensis L b. Morfologi tanaman karet

Tanaman karet merupakan pohon yang tumbuh tinggi dan batang cukup besar. Tinggi pohon dewasa 15 – 25 m. Batang

(14)

tanaman dan mempunyai percabangan tinggi diatasnya. Batang tanaman ini mengandung getah yang dikanal dengan lateks.

1) Daun karet

Karet terdiri dari tangkai daun utama dan tangkai anak daun. Panjang tangkai anak daun mencapai 3 – 10 cm dan pada ujungnya terdapat kelencar. Biasanya ada tiga anak daun yang terdapat pada sehelai daun karet. Anak daun membentuk ellips, memanjang dan ujungnya runcing, tepinya rata dan gundul serta tidak tajam.

2) Bunga karet

Bunga karet terdiri dari bunga jantan dan bunga betina yang terdapat dalam malai payung tambahan yang jarang. Pangkal tenda bunga berbentuk lonceng. Pada ujungnya terdapat lima tajuk yang sempit, panjang tenda bunga 4 – 8 mm. Bunga betina berambut vilt, ukurannya sedikit lebih besar dari yang jantan dan mengandung bakal buah yang beruang tiga. Kepala putik yang akan dibuahi dalam posisi duduk jg berjumlah tigah buah.

3) Buah karet

Buah karet yang memiliki ruang yang jelas. Masing – masing ruang berbentuk setengah bola. Jumlah ruang biasanya tiga, kadang – kadang sampai enam ruang, garis tengah buah 3 – 5 cm. Bilah buah sudah masak, maka akan pecah sendirinya. Pemecahan terjadi dengan kuat menurut ruang – ruangannya.

(15)

Pemecahan terjadi ini berhubungan dengan pengembang biakan tanaman karet secara alami.

4) Biji karet

Biji karet terdapat dalam ruang buah. Jadi, jumlah biji biasanya tiga kadang enam, sesuai denga jumlah ruang. Ukuran biji besar dengan kulit keras, warna coklat kehitaman dengan bercak – bercak berpola yang khas. Biji yang sering mainan anak – anak ini sebenarnya berbahaya karena mengandung racun. 5) Akar karet

Sesuai dengan sifat dikotilnya, akar tanaman karet merupakan akar tunggang. Akar ini mampu menompang batang tanaman yang tumbuh tinggi dan besar (Setjamidjaja, 1993). 6) Klon tanaman karet

Menurut Setiawan dan Andoko (2008), setiap tanaman budidaya dan bernilai ekonomis sifatnya terus menerus diperbaiki, sehinggah diperoleh jenis – jenis baru yang memiliki sifat – sifat menguntungkan. Demikian juga dengan tanaman karet. Para penelitian di laboratorium perusahan – perusahan besar terus melakukan pemuliaan tanaman karet melalui penelitian sehingga diperoleh jenis karet baru sesuai dengan keinginan.

Klon adalah “keturunan” yang diperoleh dengan cara perbanyakan vegetatif suatu tanaman sehingga ciri – ciri dari tanaman tersebut merupakan cicri – ciri dari tanaman induknya.

(16)

Menurut (Setjamidjaja, 1993). Klon anjuran komersial terdiri dari :

a. Klon penghasil lateks : BPM 24, BPM 107, BPM 109, IRR 104, PB 217, PB 260.

b. Klon penghasil lateks kayu : BPM 1, PB 330, PB 340, RRIC 100, AVROS 2037, IRR, IRR 32, IRR 39, IRR 42, IRR 112, IRR 118.

c. Klon penghasil kayu : IRR 70, IRR 71, IRR 118. 7) Deskripsi klon karet PB 260 adalah sebagai berikut :

a. Helaian daun berwarna hijau tua, kilaunya kusam, teksturnya halus, kekakuannya kaku, bentuknya bulat telur, pinggir daun agak bergelombang, penampang memanjang lurus, penampang melintang berbentuk V, posisi helai daun terpisa – bersinggungan, simetris daun pinggirnya simeteris, ukuran daun 2,4 : 1 dan ujung daun sedang. b. Anak tangkai daun posisinya agak terkulai, bentuknya

lurus, panjangnya agak panjang dengan sudut sempit (<60).

c. Tangkai daun posisinya mendatar, bentuknya lurus, panjangnya sedang, ukuran kaki sedang bentuk kaki rata. d. Payung daun berbentuk kerucut, besarnya sedang,

kerapatan permukaannya tertutup dan jarak antara payung sedang.

e. Mata mempunyai letak mata yang rata dan bekas tangkai daun juga rata.

(17)

f. Kulit batang mempunyai corak kulit gabus berbentuk jala terputus – putus dan warna kulit gabus coklat.

g. Warna lateks putih kekuningan.

h. Produksi rata – rata umur 1 – 15 tahun adalah 53,83 g/p/s. Menurut (Setjamidjaja, 1993). Klon anjuran PB 260 merupakan klon rawan angin dengan faktor lingkungan menjadi pembatas yaitu daerah angin dengan kecepatan 30 – 50 km/jam.

8) Keunggulan PB 260

Klon PB 260, yang merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan untuk mengembangkan di Indonesia. Karakteristik klon PB 260 adalah pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan. Klon BP 260 ini tahan terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum, Oidium, dan Jamur upas). Produksi klon PB 260 untuk produksi dua tahun pertama 1.497 kg/hektar, sedangkan untuk 10 tahun pertama 1.975 kg / hektar. Lateks PB 260 berwarna putih kekuningan.

9) Lingkungan yang diinginkan tanaman karet

Menurut Tim Penulis PS (2008), agar tanaman karet dapat tumbuh dengan baik dan menghasilkan lateks yang optimal, maka harus diperhatikan syarat – syarat lingkungan yang diinginkan tanaman ini. Hal ini disebabkan oleh lingkungan yang cocok akan menunjang pertumbuhan di samping perawatan. Apa bila tanaman karet ditanam dilahan

(18)

yang tidak sesuai dengan habitat yang diinginkannya, maka pertumbuhan akan terhambat. Tanaman akan tumbuh kerdil daunnya sedikit, percabangannya serta pertumbuhannya yang kurang umum lainnya. Lingkungan yang kurang baik juga sering mengakibatkan produksi lateks menjadi rendah walaupun langkah perawatan seperti pemupukan dan lain – lainnya dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Sesuai dengan habitat aslinya di Amerika selatan, terutama Brasil yang beriklim tropis, maka karet juga cocok di tanam di daerah – daerah tropis lainya. Daerah tropis yang baik ditanami karet mencakup luasan antara 150 lintang utara sampai 150 lintang selatan.

Walapun daerah itu panas sebaiknya tetap menyimpan kelembapan yang cukup. Suhu harian yang diinginkan tanaman karet rata – rata 25 - 300 C. Apabila dalam jangka waktu

panjang suhu seharian rata – rata 200 C maka tanaman karet

tidak cocok ditanam didaerah tersebut. Walaupun demikian di daerah yang suhu terlalu tinggi tanaman karet juga malas hidup.

3. Syarat Tumbuh Tanaman Karet

a. Iklim

Tanaman karet adalah tanaman daerah tropis. Daerah yang cocok untuk tanaman karet adalah pada zona antara 150 LS – 150

LU. Bila tanaman diluar zona tersebut, pertumbuhannya agak lambat sehingga memulai produksi lebih lambat.

(19)

b. Curah hujan

Curah hujan tahunan yang cocok untuk tanaman karet tidak kurang dari 2000 mm/tahun, optimal antara 2500 – 4000 mm/tahun yang terbagi dalam 100 -150 hari hujan, pembagian dan waktu jatuhnya hujan rata – rata setahunnya mempengaruhi produksi, daerah yang sering mengalami hujan pada pagi hari produksinya akan kurang. Keadaan iklim di Indonesia yang cocok untuk tanaman karet adalah daerah – daerah Indonesia bagian barat, yaitu Sumatra, Jawa dan Kalimantan sebab iklimnya lebih basah.

c. Tinggi tempat

Tanaman karet tumbuh optimal di daerah dataran rendah, yakni ketinggian sampai 200 m dpl. Makin tinggi letak tempat, pertumbuhan makin lambat dan produksi lebih rendah. Ketinggian lebih dari 600 m dpl tidak cocok lagi untuk tanaman karet.

d. Angin

Angin juga mempengaruhi pertumbuhan tanaman karet. Angin yang kencang pada musim – musim tertentu dapat menyebabkan kerusakan pada tanaman karet yang berasal dari klon – klon tertentu yang peka terhadap angin kencang.

e. Tanah

Tanaman karet dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, baik pada tanah pulkanik maupun pulkanis tua, alivial dan bahkan tanaman gambut. Dengan kandungan pH 3,8 – 8,0, sedangkan pH tanah dibawa 3,0 atau diatas 8,0 menyebabkan pertumbuhan

(20)

tanaman yang terhambat. Sifat – sifat tanah yang cocok untuk tanaman karet adalah sebagai berikut :

1. Solum cukup dalam, sampai 100 m atau lebih, tidak terdapat batu – batuan.

2. Areasi dan drainase yang baik.

3. Remah, porus dan dapat menahan air. 4. Tekstur terdiri dari 35% liat dan 30% pasir.

5. Tidak bergambut dan jika ada tidak lebih tabal dari 30 cm. 6. Kandungan unsur hara cukup dan tidak kekurangan unsur mikro. 7. Kemiringan tidak lebih dari 16%

8. pH 4,5 -6,5

9. Permukaan air tanah tidak kurang dari 100 cm (Setyadmidjaja, 1993)

4. Pembibitan Tanaman Karet

Menurut Setiawan dan Andoko (2008), untuk mendapatkan tanaman karet dengan produktifitas tinggi penggunaan bibit tidak boleh sembarang. Produktifitas tinggi hanya bisa diperoleh dari bibit klon unggul yang melewati uji coba di laboratorium. Karenanya dianjurkan memilih klon yang telah direkomendasikan sesuai dengan provinsi dan iklimnya.

a. Pengumpulan Biji

Untuk pengumpulan biji, terlebih dahulu harus dibersihkan dari gulma. Penyiangan gulma bisa dilakukan secara mekanis maupun secara kimiawi, paling lambat satu 1 bulan sebelum biji berjatuhan. Dua hari sebelum pengumpulan biji yang sebenar

(21)

dilakukan, pengumpul harus melakukan pemungutan biji pendahuluan. Hal ini dianggap perlu karena biji hasil pungutan pendahuluan tidak bisa diketahui dengan pasti sejak kapan biji itu jatuh. Biji hasil pungutan pendahuluan jangan dipakai sebagai bibit. Pengumpulan biji dalam satu areal paling lambat dua hari sekali. Biji dari setiap pengumpulan ditakar lalu diserahkan kepada petugas yang menampung keseluruhan biji. Setelah biji terkumpul, dilakukan pengambilan contoh kesegaranya.

b. Seleksi Biji

Menurut Tim Penulis PS (2008). Pemilihan biji yang baik berdasarkan atas penilaian kemurnian klon, ukuran biji dari masing-masing klon, kementalan kesegaran biji dan daya kecambah biji. Cara yang paling sederhana dan paling tua, yang dianggap baik untuk menilai biji karet adalah dengan cara membelah. Pelaksanaan penilai kesegaran ini cukup dengan mengambil contoh 100 biji karet dari setiap 200 liter biji lalu dipecah dengan palu atau batu.

Penilaian kesegaran ditentukan atas dasar warna penampakan dan keadaan belahan biji seperti dibawa ini :

1. Biji yang baik adalah biji yang tampak mengkilat kulit luarnya. 2. Belahan biji karet yang masih berwarna putih murni sampai

kekuning-kuningan dinilai baik.

3. Sedangkan belahan yangt sudah berwarna kekuningan berminyak atau kuning kecoklatan sampai hitam dan keriput dinilai kurang baik atau jelek.

(22)

Dari kreteria diatas disimpulkan, biji yang baik adalah biji yang persentase baiknya mencapai minimum 80% sedangkan kurang dari 80% merupakan biji yang kurang baik atau jelek. Persentase baik merupakan biji yang memiliki kesegaran dan bisa dipertanggung jawabkan,

c. Persemaian Tanaman Karet

1. Syarat lokasi persemaian

Lokasi persemaian lapangan harus datar hinggah populasi tanaman persatuan luas bisa lebih banyak. Tanah yang dipilih yaitu subur, bukan tanah bekas terserang penyakit, dan kebersihan arealnya harus diperhatikan. Tekstur remah gembur, berhumus, dan kadar bahan organik tinggi. Dekat dengan rencana peremajaan tanaman dan sumber air. Luasannya cukup.

2. Pengelolahan lahan persemaian

Sebaiknya pengelolahan dilakukan dengan traktor. Tanah bagian atas jangan sampai terbalik dengan bagian bawahnya.

Setelah tanah bersih dan rata dibuat selokan primer dan sekunder. Selokan primer lebih besar dan lebih dalam dari pada selokan sekunder dengan ukuran 40 – 50 cm lebarnya dan dalamnya 30 – 40 cm. Sedangkan selokan sekunder lebarnya 30 cm dan dalamnya 25 cm.

Biji karet langsung ditanam dikebun. Namun memperkecil kegagalan perkecambahan biji, maka biji perlu

(23)

dikecambahkan terlebih dahulu. Pengecambahan biji karet dilakukan dengan beberapa cara sebagai berikut :

a) Biji diletakkan diantara lapisan karung goni yang selalu basah dan ditempatkan ditempat yang teduh.

b) Biji diletakkan disebuah peti berisi tanah halus yang diatasnya ditaburi pasir setebal 3 – 5 cm. Biji ditekan sedalam ¾ ukuran biji. Perut biji karet harus diletak dibawah agar tumbuhnya akar bisa lurus.

c) Jika terbalik maka tumbuhnya akarnya akan tumbuh melingkar. Tempat perkecambahan perlu disiram air secara perlahan dengan penyiraman berlubang halus, satu atau dua kali sehari perlu diperhatikan, agar pasir halus dalam keadaan lembab.

d. Penyemaian Biji.

Biji yang sudah berkecambah dipindah ke areal persemaian. Pemindahan ini harus segera dilakukan karena kecambah yang tua akan kurang baik pertumbuhannya selama dipersemaian. Selain itu, kecambah yang sudah berumur tiga minggu kondisinya lemah dan pertumbuhannya lemah.

Penanaman kecambah

Kecambah ditanam dengan tombak lurus kedalam tanah, lalu tanahnya ditekan agar rapat kembali. Akar tombak yang tumbuh panjang sebaiknya dibuat lubang terlebih dahulu. Jarak tanam untuk keperluan bibit stum tinggi 60 x 90 cm sedangkan untuk stum rendah 60 x 60 cm.

(24)

e. Syarat persemaian

Lokasi harus dekat dengan air, dekat dengan lokasi peremajaan tanaman. Kalau perlu kantong palstik ditekan diareal peremajaan.

Media tanam harus menggunakan tanah subur dan humus yang diambil dari ketebalan 0 – 15 cm, tanah tidak boleh dicampur dengan pasir, pupuk kandang dan lain – lain. Tanah hendaknya bertekstur galuh berat dan berstruktur sempurna. Pengisian tanah kepolybag dan peletakan lokasi pembibitan

Tanah dimasukan kedalam polybag yang berukuran 25 x 56 cm yang menampung media seberat 9 kg. Bagian kantong bawah polybag dilubangi. Setelah polybag terisi diletakan ditempat teduh tetapi tidak gelap dan terkena sinar matahari pagi dan soreh. Sebelum polybag diletakan tanah harus digali dengan kedalaman 20 cm, setelah polybag diletakan diuruk kembali hinggah 5 cm polybag yang muncul kepermukaan. Jarak polybag antara barisan 30 cm dalam barisan 20 cm dan setiap dua baris polybag dibuat jalan selebar 75 cm. (Tim Penulis PS. 2008). B. Tinjauan Umum Perkecambahan

Perkecambahan adalah proses pengaktifan kembali aktivitas pertumbuhan embryonic axis di dalam biji yang terhenti untuk kemudian membentuk bibit. Selama proses pertumbuhan dan pemasakan biji, embryonix axis secara visual dan fisiologis, suatu biji berkecambah ditandai terlihatnya radikula atau flumula yang menonjol keluar dari biji. Perkecambahan merupakan serangkaian peristiwa-peristiwa yang terjadi

(25)

sejak benih dorman sampai ke bibit yang sedang tumbuh tergantung pada viabilitas benih. Kondisi lingkungan yang cocok pada beberapa tanaman tergantung pada usaha perlakuan. Biji akan berkecambah setelah mengalami masa dorman yang disebabkan berbagai faktor internal, seperti embrio masih berbentuk rudiment atau belum masak (dari segi fisiologis), kulit biji yang tahan atau impermeable, atau adanya penghambat tumbuh (Hidayat, 1995). Dormansi digambarkan sebagai pristiwa benih yang berkecambah walaupun faktor lingkungan mendukung untuk terjadinya perkecambahan (Kuswanto,1996). Dikemukakan pula oleh (Tjirosoepomo, 1994), biji akan berkecambah jika mendapat syarat-syarat yang diperlukan yaitu air, udara, cahaya dan panas. Jika syarat - syarat yang diperlukan itu tidak dipenuhi biji tinggal biji, tumbuhan baru yang ada di dalamnya (lembaga), berada dalam keadaan tidur (laten) dalam keadaan ini lembaga tetap hidup kadang-kadang sampai bertahun-tahun tanpa kehilangan daya tumbuhnya artinya jika kemudian memperolah syarat yang diperlukan maka biji dapat berkecambah. Penilaian persentase keberhasilan berkecambah didasarkan atas kriteria dari Stein (1990) sebagai berikut :

Tabel 1. Penilaian persentase keberhasilan berkecambah.

No. Persentase Berkecambah Kriteria Keberhasilan

1 0-9 Tidak berhasil

2 10-39 Rendah

3 40-69 Cukup berhasil

(26)

C. Tinjauan Umum ZPT Novelgro Alpha

Pengertian Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan. Zat pengatur tumbuh berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tanaman bagi kelangsungan hidupnya. Tanpa adanya zat pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan. Ada lima penggolongan zat pengatur tumbuh dalam tanaman, yaitu ; auksin, giberelin, sitokinin atau zeatin, ethylene dan inhibitor (Abidin, 1995).

Pengertian hormon menurut Kusnadi dan Santoso (1996) adalah senyawa-senyawa organik yang aktif pada konsentrasi rendah, diproduksi di dalam sel pada bagian tertentu tumbuhan, dan ditranslokasikan ke bagian lain dalam tumbuhan tersebut dimana dihasilkan suatu tumbuhan fisiologis yang khusus. Sedangkan sitokinin adalah salah satu jenis hormon tumbuhan (fitohormon) yang terdapat atau diproduksi oleh tanaman. Hormon ini mempengaruhi atau merangsang pembelahan dan diferensiasi sel. Sitokinin berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ. Fungsi sitokinin yang penting adalah meningkatkan laju pembentukan klorofil sehingga laju fotosintesis akan meningkat. ZPT Novelgro Alpha adalah hormon perangsang pertumbuhan tanaman dengan bahan aktif Sitokinin, yang dideteksi dari aktifitas biologis dan hasil ekstraksi bahan-bahan alamiah organik (Anonim, 2005). Menurut Miller (1961)

dalam Gardner, et al. (1991), sitokinin (kinin) merupakan nama generik

untuk pertumbuhan substansi yang khususnya merangsang pembelahan sel (sitokinesis). Pada tahun 1961 suatu senyawa yang merangsang pembelahan sel berhasil dipisahkan dari suatu contoh DNA yang

(27)

didegradasi dalam otoklaf. Substansi yang aktif, yaitu suatu bahan yang hanya ada dalam contoh yang diotoklaf, diidentifikasikan sebagai 6-furfurilamino purin dan diberi nama kinetin. Kemudian diperjelas oleh Letham (1968) dalam Gardner, et al. (1991), sitokinin pertama kali dipisahkan dari tumbuhan tinggi dalam endosperm yang seperti susu pada biji jagung yang muda dalam tahun 1964, namanya Zeatin.

Menurut Heide (1972) dalam Gardner, et al. (1991), kinin menimbulkan respon yang sangat luas kisarannya, tetapi kinin bertindak secara sinergis dengan auksin dan biasanya dengan zat pengatur tumbuh lainnya. Pembentukan kuncup liar dianggap terjadi karena dipacu oleh adanya sinergisme antara auksin dan sitokinin.

Manfaat Novelgro Alpha, yaitu : meningkatkan perkecambahan benih dan secara tidak langsung meningkatkan perkembangan akar, meningkatkan jumlah bunga dan buah, meningkatkan dan mempertahankan klorofil pada tanaman yang meningkatkan warna lebih hijau pada daun dan proses fotosintesa, mengurangi stres pada tanaman yang disebabkan oleh kondisi cuaca yang ekstrim, meningkatkan kesuburan tanaman dengan demikian meningkatkan daya tahan terhadap hama dan penyakit, kekeringan dari embun upas, meningkatkan daya serap hara dari tanah oleh tanaman, meningkatkan umur simpan buah dan sayuran dengan cara menghambat degradasi protein, klorofil dan RNA, menghambat proses penuaan pada tanaman dengan demikian memperpanjang umur tanaman (Anonim, 2005).

Konsentrasi yang dianjurkan yaitu 1 ml cairan ZPT Novelgro Alpha dilarutkan ke dalam 1 liter air, disemprotkan pada daun setiap 2-4 minggu sekali pada pagi hari saat stomata terbuka dan penggunaan ZPT Novelgro

(28)

Alpha sebaiknya diiringi dengan pemupukan yang berimbang (Anonim, 2005).

(29)

III. METODE PENELITIAN

A. Tempat Dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Lost Bayangan Laboratorium Agronomi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Penelitian dilaksanakan selama kurang lebih 1 bulan sejak bulan Juni sampai dengan Juli 2014. Terhitung sejak persiapan penelitian sampai dengan penyusunan laporan.

B. Alat Dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah : Gelas ukur 10 ml, bak semai dengan ukuran 100 x 40 cm, cangkul, gembor, alat dokumentasi, alat tulis, alat hitung, dan handsprayer.

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Benih karet klon PB 260 diambil dari kebun percontohan, ZPT Novelgro Alpha, pasir, dan air.

C. Perlakuan Penelitian

Penelitian ini disusun dalam empat perlakuan dimana tiap perlakuan terdiri dari 25 benih, dalam pengamatan perkecambahan yang terdiri dari : n0 : Tanpa ZPT Novelgro Alpha

n1 : Konsentrasi 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air

n2 : Konsentrasi 1 ml ZPT Novelgro Alpha / L air

(30)

D. Prosedur Kerja

1. Persiapan benih karet

Biji karet diseleksi dengan cara biji dipantulkan di lantai ubin. Biji yang dipakai untuk penelitian adalah biji yang terpantul karena merupakan salah satu ciri biji yang baik. Masing - masing perlakuan disiapkan sebanyak 25 biji karet terseleksi.

2. Persiapan media semai

Media yang baik adalah media yang steril dalam arti bebas dari penyakit maupun hama dan benih gulma yang dapat mengganggu pertumbuhan bibit tersebut.

3. perlakuan ZPT Novelgro Alpha

Larutan hormon dibuat dengan melarutkan ZPT Novelgro Alpha dalam gelas ukur dan ditambahkan air kemudian diaduk hingga merata.

Perlakuan terdiri dari 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / liter air, 1 ml ZPT Novelgro Alpha / liter air dan 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha / liter air. Kemudian tiap 25 benih karet direndam kedalam larutan hormon selama 24 jam.

4. Penanaman benih karet

Selanjutnya benih karet yang telah direndam selama 24 jam langsung ditanam pada bak semai dengan ukuran 100 x 40 cm yang telah diisi tanah halus yang diatasnya ditaburi pasir setebal 3-5 cm. Benih karet ditanam dengan cara ditekan sedalam ¾ ukuran biji, dan perut biji karet harus terletak di bawah agar tumbuhnya akar bisa lurus.

(31)

5. Pemeliharaan di persemaian a. Penyiraman

Penyiraman dilakukan 2 kali sehari dengan menggunakan gembor. Butiran air siraman diusahakan halus (kecil) dan tidak terlalu deras. Penyiraman tergantung pada kondisi kelembapan media tanam jika media tanam masih lembap maka tidak perlu dilakukan penyiraman.

b. Penyiangan

Penyiangan dalam bak semai dilakukan dengan cara mencabut gulma yang ada dalam bak semai sedangkan gulma yang tumbuh di tempat penelitian di luar bak semai dikendalikan secara mekanis. E. Pengambilan dan Pengolahan Data

1. Pengambilan data

a. Kecepatan berkecambah (hari)

Pengambilan data kecepatan berkecambah dilakukan secara visual yang dihitung dari saat penyemaian benih.

b. Persentase perkecambahan (%)

Pengambilan data persentase perkecambahan dilakukan pada hari ke 14 atau dua minggu setelah semai.

2. Pengolahan data

Untuk menghitung nilai persentase perkecambahan yang menunjukkan jumlah kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dalam jangka waktu yang telah ditetapkan menggunakan rumus nilai persentase perkecambahan menurut Sutopo (2002), sebagai berikut :

(32)

Persentase perkembahan

=

×

100

n

χ

%

dimana :

n = Jumlah benih yang disemai (buah)

χ

= Jumlah Kecambah normal yang dihasilkan

(33)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Kecepatan berkecambah (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan kecepatan berkecambah benih tanaman karet menunjukkan bahwa perlakuan n3 (Konsentrasi

perendaman 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) menghasilkan kecepatan berkecambah yaitu 2 hari setelah semai. Perlakuan n2

(Konsentrasi perendaman 1,0 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) menghasilkan kecepatan berkecambah yaitu 3 hari setelah semai. Perlakuan n1 (Konsentrasi perendaman 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L

air) menghasilkan kecepatan berkecambah yaitu 4 hari setelah semai. Sedangkan perlakuan n0 (Kontrol) menghasilkan kecepatan

berkecambah yaitu 5 hari setelah semai.

Data pengamatan harian kecepatan berkecambah benih karet dapat di lihat pada Lampiran 1.

konsentrasi ZPT Novelgro Alpha terhadap kecepatan berkecambah benih karet dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 2. Kecepatan Berkecambah Benih Karet dengan berbagai konsentrasi ZPT Novelgro Alpha.

No. Perlakuan Kecepatan berkecambah (hari)

1 n0 5 hari setelah semai

2 n1 4 hari setelah semai

3 n2 3 hari setelah semai

(34)

Berdasarkan data saat berkecambah benih karet dapat ditunjukkan dengan grafik saat munculnya tunas pada Gambar 1.

Gambar 1. Grafik Saat Munculnya Tunas Benih Karet selama

12 hari pengamatan

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa perlakuan n3 menghasilkan saat munculnya tunas yang lebih cepat jika dibandingkan dengan n0, n1 dan n2.

2. Persentase perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil penghitungan persentase perkecambahan benih tanaman karet menunjukkan bahwa perlakuan (Konsentrasi perendaman 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 92%. Perlakuan (Konsentrasi perendaman 1,0 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 80%. Perlakuan (konsentrasi perendaman 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) menghasilkan

(35)

persentase perkecambahan yaitu 72%. Sedangkan perlakuan (Kontrol) menghasilkan persentase perkecambahan yaitu 40%.

Data pengamatan persentase perkecambahan benih karet dapat dilihat pada Lampiran 1.

Pengaruh konsentrasi ZPT Novelgro Alpha terhadap persentase perkecambahan benih karet dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Pengaruh Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha Terhadap Persentase Perkecambahan Benih Karet

No. Perlakuan Persentase Perkecambahan

1 n0 40%

2 n1 72%

3 n2 80%

4 n3 92%

B. Pembahasan

1. Kecepatan berkecambah (hari)

Berdasarkan hasil pengamatan saat munculnya tunas pada Tabel 1 menunjukan bahwa pelakuan n0 (tanpa perendaman ZPT Novelgro Alpha), n1 (konsentrasi perendaman 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air), n2 (konsentrasi perendaman 1 ml ZPT Novelgro Alpha / L air), n3 (konsentrasi perendaman 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air) berturut-turut adalah 5 hari setelah semai, 4 hari setelah semai, 3 hari setelah semai dan 2 hari setelah semai .

Perlakuan ZPT Novelgro Alpha efektifitas terhadap kecepatan perkecambahan benih karet. Hal ini diduga ZPT Novelgro Alpha yang berbahan aktif sitokinin mempengaruhi atau merangsang pembelahan dan diferensiasi sehingga dengan perlakuan ZPT Novelgro Alpha yang berbahan aktif sitokinin akan mempengaruhi munculnya radikula dan

(36)

plumula. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusnadi dan Santoso(1996) yang menyatakan bahwa sitokinin adalah salah satu jenis hormon tumbuhan (fitohormon) yang terdapat atau diproduksi oleh tanaman. Hormon ini mempengaruhi atau merangsang pembelahan dan diferensiasi sel.

Perlakuan n3 menghasilkan kecepatan berkecambah benih karet yang tercepat dibandingkan dengan perlakuan n0, n1 dan n2. Hal ini

diduga bahwa dengan perlakuan n3 lebih mampu mencukupi kebutuhan hormon yang diperlukan benih karet dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan benih. Sesuai dengan pendapat Anonim (2005) yang menyatakan bahwa manfaat Novelgro Alpha, yaitu : meningkatkan perkembangan akar. Efek zat pengatur tumbuh terhadap pertumbuhan tanaman sangat tergantung pada konsentrasinya. Hal ini sesuai dengan pendapat Kusumo (1984) yang menyatakan bahwa efektifitas penggunaan zat pengatur tumbuh tergantung pada konsentrasi. Kemudian diperjelas oleh Abidin (1985), Zat Pengatur Tumbuh adalah senyawa organik yang bukan hara, yang dalam jumlah sedikit dapat mendukung, menghambat dan dapat merubah proses fisiologis tumbuhan.

2. Persentase perkecambahan (%)

Berdasarkan hasil penghitungan persentase perkecambahan pada Tabel 2 menunjukan bahwa persentase perkecambahan berdasarkan perlakuan konsentrasi ZPT Novelgro Alpha berturut-turut adalah 40% (n0), 72% (n1), 80% (n2) dan 92% (n3).

(37)

Perlakuan n3 menghasilkan persentase perkecambahan yang terbesar dibandingkan dengan perlakuan n0, n1dan n2. Hal ini diduga

bahwa dengan perlakuan ZPT Novelgro Alpha dengan konsentrasi 1,5 ml / air yang berbahan aktif Sitokinin yang berfungsi untuk memacu pembelahan sel dan pembentukan organ mampu mendukung proses fisiologis benih dan dengan perlakuan n3telah mencukupi kebutuhan ZPT dalam jumlah yang cukup dan seimbang untuk pertumbuhan dan perkembangan benih sehingga menghasilkan persentase perkecambahan yang terbesar dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abidin (1985) yang menyatakan bahwa tanpa adanya zat pengatur tumbuh berarti tidak ada pertumbuhan. Kemudian diperjelas oleh Anonim (2005) yang menyatakan bahwa manfaat ZPT Novelgro Alpha, yaitu meningkatkan perkecambahan benih.

(38)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Konsentrasi ZPT Novelgro Alpha yang optimal untuk perkecambahan benih karet adalah konsentrasi 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha/ L air (n3) baik pada kecepatan berkecambah maupun persentase perkecambahan.

B. Saran

Dari hasil penilitian ini ternyata perlu dilakukan penelitian lanjutan untuk mengetahui yang paling efektif penggunaan ZPT Novelgro Alpha terhadap pertumbuhan benih dengan dosis yang lebih tinggi dan klon yang berbeda.

(39)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin Z. 1985. Dasar – Dasar Pengetahuan Tentang Zat Pengatur Tumbuh. Angkasa. Bandung.

Anonim. 2005. Leaflet : Hormon perangsang pertumbuhan tanaman “ Nature is

our inspiration and solution”. Novelvar. Jakarta.

Anonim. 2012. Petunjuk Budidaya Karet.

Gardner,F.P,Pearce,R.B and Mitchell, R.L. (1991), Fisiologi tanaman budidaya.Terjemahan Herawati Susilo. UI-Press, Jakarta.

Heru,D.S. dan Agus A. 2010. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT Agromedia Pustaka. Jakarta.

Hidayat, E.B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. ITB Bandung, Bandung Kusumo, S. 1990. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Jasaguna. Jakarta. Kuswanto, H.1996. Teknologi, Produksi, dan Stratifikasi benih.

Kusnadi dan Santoso. 1996. Kamus Istilah Pertanian. Kanisius.Yogyakarta. Mubyarto. 1994. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES. Jakarta

Sutopo L, 2002. Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Setiawan, D, H, dan Andoko, A. 2008. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. Jaga Karsa. Jakarta.

Setyadmidjaja. 1993. Karet Budidaya Dan Pengelolahannya. Penerbit. Kanisus. Yokyakarta.

Stein, 1990. Teknik Pembudidayaan Tanaman. Malang.

Soekrtawi. 1986. Prinsip Dasar Manajemen Pasar Hasil Pertanian Rajawali. Jakarta.

Tim Penulis PS. 2008. Karet. Strategi Pemasaran Tahun 2000. Budidaya Dan Pengelolahan.

Tjitrosoepomo, G. 1994. Morfologi Tumbuhan. Gajah Mada University Press. Jogjakarta

(40)
(41)

Lampiraan 1. Data pengamatan ZPT Novelgro Alpha pada perkecambahan benih karet (Hevea brasilliensis L)

Hari ke :

Kecepatan Berkecambah (hari) Perlakuan n0 n1 n2 n3 1 0 0 0 0 2 0 0 0 2 3 0 0 2 2 4 0 1 2 2 5 2 2 1 3 6 1 2 2 2 7 1 2 2 2 8 1 2 2 2 9 2 2 2 2 10 2 2 3 4 11 1 3 2 2 12 1 2 2 0 13 0 0 0 0 14 0 0 0 0 Σ 40% 72% 80% 92% Keterangan :

n0 : Tanpa ZPT Novelgro Alpha.

n1 : Konsentrasi 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha / L air. n2 : Konsentrasi 1 ml ZPT Novelgro Alpha / L air. n3 : Konsentrasi 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha/ L air.

(42)

Lampiran 2. Cara perhitungan persentase perkecambahan. Perlakuan no:

χ

= 11 P

=

×

100

n

χ

%

= 11 X 100% 25 = 40% Perlakuan n1:

χ

= 18 P

=

×

100

n

χ

%

= 18 X 100% 25 = 72% Perlakuan n2:

χ

= 20 P

=

×

100

n

χ

%

= 20 X 100% 25 = 80% Perlakuan n3:

χ

= 23 P

=

×

100

n

χ

%

= 23 X 100% 25 = 92%

(43)

Lampiran 3. Dokumenta Pada Perke

Gam

Gambar 2. A

asi Penelitian Konsentrasi Perendaman ZPT Nov ecambahan Benih Karet (Hevea brasilliensis)

mbar 1. Alat gelas ukur (1000 ml)

Alat gelas ukur (10ml) dan ZPT Novelgro Alpha

(44)

Gambar 4. Perlakuan no

Gambar 3. Biji Karet

(45)

Gambar 5. Perlakuan n1 (konsentrasi 0,5 ml ZPT Novelgro Alpha/L air

(46)

Gambar 7. Perlakuan n3 (konsentrasi 1,5 ml ZPT Novelgro Alpha/L air

(47)

Gambar 9. Penanaman benih karet

(48)

Gambar 11. Pertumbuhan benih karet n1 setelah semai

(49)

Gambar

Gambar 4. Perlakuan no

Referensi

Dokumen terkait

Berasarkan Tabel 8diketahui bahwa nilai normalitas skor sikap awal, dan sikap akhir siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol terhadap pembelajaran biologi khususnya konsep

diajarkan mata pelajaran tersebut menggunakan media buku panduan, setelah dilakukan observasi disekolah, dan berdasarkan hasil diskusi bersama guru mata pelajaran

3 Model sebagaimana tersaji pada gambar 1.1, menjelaskan model perdamaian dan persaudaraan antar agama sebagai antitesis gerakan ISIS merupakan hasil dari

Sekiranya anda menggunakan alat melurus dengan cara yang tidak betul atau sekiranya anda gunakannya pada suhu salah, anda boleh buat rambut anda terlalu kering atau pun

Pada beberapa kasus dapat ditemukan pada manusia walaupun jarang dengan gejala yang ditimbulkan menunjukkan kemiripan dengan penyakit difteri (Diphtheria-like Diseases

Konduktivitas adalah kemampuan suatu bahan (larutan, gas, atau logam) untuk menghantarkan arus listrik. Dalam suatu larutan, larutan arus listik dibawa oleh kation-kation

Impuls jantung berasal dari nodus SA, pemacu jantung, yang memiliki kecepatan depolarisasi spontan ke ambang yang tertinggi.Setelah dicetuskan, potensial aksi

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji T. Karena Variabel tersebut tidak homogen maka yang kita perhatikan baris yang ada dibawah Pada Kolom