• Tidak ada hasil yang ditemukan

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI KAYU"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN

UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI

LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA

PT SINAR PEMATANG MULIA I

ELIZABET SAGALA

A24070076

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

RINGKASAN

ELIZABET SAGALA. Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi Kayu

(Manihot esculenta Crantz) PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku

Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I. (Dibimbing oleh SUWARTO).

Produksi ubi kayu sebagai bahan baku tapioka masih menghadapi berbagai kendala. Produksi ubi kayu yang masih rendah dan sifat ubi kayu yang mudah busuk merupakan dua masalah yang perlu diatasi. Salah satu upaya dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan manajemen panen dan pasca panen yang baik.

Kegiatan magang ini telah dilaksanakan di PT PAL dan PT SPM I. Kegiatan magang dimulai pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.

Tujuan khusus dari kegiatan magang adalah untuk mengetahui manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL dalam memasok bahan baku PT SPM I. Magang ini juga bertujuan untuk mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan, dan solusi pasca panen ubi kayu.

Magang dilaksanakan dengan mengikuti pekerjaan teknis budidaya di lapangan, manajerial kebun dan pengambilan data. Data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di lapangan. Kegiatan sebagai asisten mandor dilaksanakan selama empat minggu, sebagai asisten kepala divisi selama lima minggu, sebagai quality control di pabrik PT SPM I selama dua minggu, sebagai asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu, dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan di perkebunan kelapa sawit kurang lebih tiga minggu. Pengumpulan data selama magang berupa pengumpulan data yang berhubungan dengan panen dan pasca panen. Data panen yang dikumpulkan berupa kriteria panen ubi kayu, persiapan panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen, pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen, pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), pencapaian produksi, dan kegiatan pasca panen di kebun. Pengamatan pasca panen di pabrik dilakukan

(3)

terhadap lama penyimpanan ubi kayu di lapangan, analisis bahan baku berupa penentuan kadar aci dan rafaksi.

Berdasarkan hasil pengamatan selama magang dapat disimpulkan bahwa: 1) manajemen panen dan pasca panen ubi kayu yang baik diperlukan dalam mengatasi masalah kualitas dan kuantitas pasokan bahan baku, 2) masalah panen dan pasca penen di kebun PT PAL adalah penundaan umur panen, terbatasnya ketersediaan angkutan panen, selang waktu antara panen dan pelelesan yang terlalu lama, pengawasan panen tidak maksimal dan kurangnya tenaga kerja. Sedangkan masalah panen dan pasca panen di petani mitra adalah ubi kayu dipanen terlalu muda, kondisi jalan yang buruk, dan pengawasan yang kurang maksimal, 3) penundaan umur panen sampai 18 bulan tidak meningkatkan bobot panen ubi kayu, 4) semakin lama ubi kayu dibiarkan di area maka semakin besar kehilangan hasil, mencapai 5.90 %, 5) kehilangan hasil juga timbul akibat tidak dilakukannya pelelesan di kebun petani mitra mencapai 5 % dari total hasil panen, 6) ubi kayu hasil panen dari kebun PT PAL dan petani mitra hanya mampu memenuhi 22.49 % dari kebutuhan bahan baku minimum, 7) kekurangan bahan baku dipenuhi dari pembelian umum (petani bukan mitra).

(4)

MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN

UBI KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG AGRI

LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI TAPIOKA

PT SINAR PEMATANG MULIA I

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

ELIZABET SAGALA A24070076

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(5)

JUDUL : MANAJEMEN PANEN DAN PASCA PANEN UBI

KAYU (Manihot esculenta Crantz) PT PEMATANG

AGRI LESTARI UNTUK BAHAN BAKU INDUSTRI

TAPIOKA PT SINAR PEMATANG MULIA I

NAMA : ELIZABET SAGALA

NIM : A24070076

Menyetujui: Pembimbing

(Dr. Ir. Suwarto, MSi) NIP 19630212 198903 1 004

Mengetahui: Ketua Departemen

(Dr. Ir. Agus Purwito, MSc. Agr) NIP 19611101 198703 1 003)

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Kabupaten Dairi, Provinsi Sumatera Utara pada tanggal 18 September 1988. Penulis adalah anak kelima dari tujuh bersaudara. Penulis merupakan anak dari Dirman Sagala dan Hiana Sinaga.

Tahun 2001 penulis lulus dari SDN 035950 Silencer dan pada tahun yang sama penulis diterima di SLTPN 1 Sidikalang. Penulis menjadi murid teladan untuk tahun ajaran 2001/2002. Selain menjadi murid teladan, penulis juga pernah meraih beberapa kejuaraan sains antar sekolah. Tahun 2004 penulis diterima di SMAN 1 Sidikalang. Selama di SMA penulis aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler, bahkan beberapa kali meraih juara dalam bidang olahraga volley puteri, tolak peluru dan vocal group. Pada tahun 2007 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) dengan jurusan Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti berbagai aktivitas baik di dalam kampus maupun di luar kampus. Tahun 2007 penulis menjadi anggota Unit kegiatan Mahasiswa (UKM) cabang volley. Pada tahun yang sama penulis juga menjadi anggota paduan suara mahasiswa Kristen IPB. Pada tahun 2008 penulis menjadi bendahara Perkumpulan Mahasiswa Dairi PERSADA selama dua periode yaitu tahun 2008 dan tahun 2009.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Manajemen Panen dan Pasca Panen Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) di PT Pematang Agri Lestari untuk Bahan Baku Industri Tapioka PT Sinar Pematang Mulia I.

Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Suwarto, MSi selaku dosen pembimbing skripsi yang telah mem-berikan bimbingan dan arahan kepada penulis.

2. Dr. Ir. Maya Melati, MSi selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjadi mahasiswa di Departemen Agronomi dan Hortikultura.

3. Dr. Ir. Iskandar Lubis, MSi dan Ir. A. Pieter Lontoh, MSi selaku dosen penguji.

4. Orang tua, keluarga, dan teman-teman khususnya AGH 44 atas dukungan dan bantuan selama penulisan skripsi.

5. Seluruh direksi, manajemen, dan karyawan Lambang Jaya Group, PT PAL, dan PT SPM I atas kesempatan magang yang telah diberikan

serta bantuan dan dukungan selama penulis melaksanakan magang.

6. Pak Mustofa, Pak Erwin, Pak Dimin, Pak Posdin, Pak Wiro, Bu Eliz, Hazzilil, Kusuma Ayu, yang telah membantu penulis selama penulis berada di Lampung.

Semoga skripsi ini dapat berguna bagi yang memerlukan.

Bogor, Juli 2011

Penulis

(8)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi PENDAHULUAN ... xi Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Manajemen Panen dan Pasca Panen ... 3

Sejarah dan Botani Ubi Kayu ... 5

Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu ... 5

Budidaya Ubi Kayu ... 6

Panen Ubi Kayu ... 9

Pasca Panen Ubi Kayu ... 10

Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu ... 11

Pemanfaatan Ubi Kayu ... 11

METODOLOGI MAGANG ... 16

Tempat dan Waktu ... 16

Metode Pelaksanaan ... 16

Analisis Data dan Informasi ... 18

KEADAAN UMUM ... 19

Letak Geografis dan Administratif ... 19

Luas Areal dan Tata Guna Lahan ... 19

Keadaan Iklim dan Tanah ... 20

Keadaan Tanaman dan Produksi ... 21

Ubi Kayu ... 21

Kelapa Sawit ... 22

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL ... 23

Struktur Organisasi ... 23

Ketenagakerjaan ... 26

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I ... 26

Struktur Organisasi ... 26

Ketenagakerjaan ... 27

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG ... 31

Aspek Teknis ... 31

Ubi Kayu ... 31

Kelapa Sawit ... 41

Pengolahan Ubi Kayu di PT SPM I ... 46

(9)

Asisten Mandor ... 50

Asisten Kepala Divisi I ... 50

Asisten Pengawas Lapangan ... 50

Quality Control (QC) SPM I ... 51 PEMBAHASAN ... 54 Panen ... 54 Kriteria Panen ... 54 Persiapan Panen ... 58 Peralatan Panen ... 58

Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen ... 60

Organisasi dan Administrasi Penen ... 62

Pelaksanaan Panen... 63

Pemeriksaan Kualitas Panen ... 67

Sistem Panen ... 68

Upah Panen ... 69

Pengangkutan Hasil Panen ... 69

Kehilangan Hasil (Losses) ... 70

Pencapaian produksi ... 73

Pasca Panen di Kebun ... 76

Pasca Panen di Pabrik ... 76

KESIMPULAN DAN SARAN ... 80

Kesimpulan ... 80

Saran ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan

Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011 ... 12

2. Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL ... 22

3. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL ... 22

4. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu PT PAL... 54

5. Rata-rata Bobot Ubi Kayu pada Umur Panen 16 dan 18 Bulan ... 55

6. Hasil Ubi Segar dan Pati Ubi Kayu pada Umur Panen Berbeda ... 56

7. Umur Panen dan Produktivitas Ubi Kayu Petani Mitra ... 57

8. Ketersediaan Angkutan dan Alat Panen PT PAL ... 59

9. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu PT PAL ... 61

10. Ketersediaan Tenaga Kerja dan Kapasitas Panen Ubi Kayu Petani Mitra ... 62

11. Pelaksanaan Panen Ubi Kayu PT PAL ... 65

12. Penurunan Bobot Ubi Kayu ... 71

13. Pelaksanaan Leles Petani Mitra ... 73

14. Bobot Umbi Ubi Kayu ... 74

(11)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pohon Industri Ubi Kayu ... 13

2. Rata-rata Curah Hujan dan Hari Hujan di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010 ... 20

3. Kondisi Guludan (a. Dibentuk Menggunakan Ridger; b. Dibentuk Menggunakan Furrow) ... 32

4. Pemupukan Ubi Kayu di Kebun PT PAL (a. Pembuatan Lubang; b. Pemberian Pupuk). ... 35

5. Pemupukan pada Petani Mitra ... 36

6. Cara Penyemprotan Herbisida ... 38

7. Penyemprotan Herbisida pada Tanaman Muda ... 38

8. Tanaman Mati dan Stres Akibat Terkena Herbisida (3 HSA) ... 39

9. Gancu sebagai Alat Bantu Panen Ubi Kayu pada Musim Kemarau ... 41

10. Diagram Alir Pengolahan Ubi Kayu Menjadi Tepung Tapioka PT SPM I ... 49

11. Pelaksanaan Panen di PT PAL (a. Bajak Panen; b. Penyecekan) ... 64

12. Perubahan Warna Ubi Kayu UJ-5 (a. 1 HSP; b. 2 HSP; c. 3 HSP; d. 4 HSP; e. 5 HSP) ... 66

13. Ubi Kayu Hasil Pencurian yang Berhasil Ditemukan ... 72

14. Busuk Umbi pada Blok B9 ... 75

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Varietas Ubi Kayu yang Telah Dilepas ... 85

2. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Mandor di PT PAL ... 86

3. Jurnal Harian Magang sebagai Quality control (QC) PT SPM I ... 88

4. Jurnal Harian Kegiatan Magang Asisten Kepala Divisi I Kebun PT PAL ... 89

5. Jurnal Harian Magang sebagai Asisten Pengawas Kemitraan di PT PAL ... 91

6. Jurnal Harian Kegiatan Tambahan di Kebun Kelapa Sawit PT PAL 92 7. Sisa Luas Areal Petani Mitra PT PAL ... 93

8. Curah Hujan di Kebun PT PAL ... 97

9. Struktur Organisasi PT PAL ... 98

10. Struktur Organisasi PT SPM I ... 99

11. Skema Pengolahan Ubi Kayu PT SPM I ... 100

12. Debet Order Ubi Kayu PT PAL ... 104

13. Upah panen pada Petani Mitra ... 105

14. Pemasukan Ubi Kayu Petani Mitra ... 106

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ubi kayu merupakan tanaman penghasil karbohidrat yang memiliki peranan cukup penting. Ubi kayu tidak hanya sebagai sumber bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri, etanol, dan pakan temak (Kasim, 2009; Puspitasari, 2009; Costa, 2010).

Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak dan akan membusuk dalam 2 - 5 hari (Barrett dan Damardjati, 1984). Selain daya simpan yang singkat, susut saat panen dan pasca panen yang tinggi menjadi masalah. Diperkirakan susut pada saat panen ubi kayu sebesar 7 % dan susut pasca panen lebih dari 24 % . Susut yang terjadi pada ubi kayu dapat disebabkan oleh faktor fisik, fisiologis, hama dan penyakit. Susut fisik dapat terjadi akibat kerusakan mekanis selama pemanenan dan penanganan, dan akibat perubahan suhu. Susut fisiologis terutama disebabkan oleh air, enzim dan respirasi. Sedangkan faktor hama dan penyakit mencakup mikro-organisme (jamur, bakteri, dan virus), insek, tikus, dan hama (Barret dan Damardjati, 1984). Sistem panen juga menjadi masalah, dimana kadang terdapat ubi kayu yang sangat melimpah di pasaran dan kadang kebutuhan tidak tercukupi.

Kebutuhan ubi kayu setiap tahun selalu meningkat, baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun ekspor. Pada tahun 2004 sampai 2006 ekspor ubi kayu Indonesian semakin meningkat dari 53 304 ton menjadi 139 096 ton (Deptan, 2007). Tidak hanya ubi kayu, ekspor produk olahan ubi kayu seperti tapioka dan gaplek juga tinggi yaitu 31 juta pada tahun 2007 (Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Kementerian Pertanian, 2011).

Ketersediaan bahan baku sangat diperlukan dalam industri tapioka (Bank Indonesia, 2004). Apabila terjadi kelangkaan bahan baku maka produksi akan terhambat. Kualitas bahan baku juga sangat penting dalam industri tapioka karena kualitas bahan baku akan menentukan kualitas dari tepung tapioka yang dihasilkan. Untuk menghasilkan bahan baku tapioka yang berkualitas dengan kontinuitas yang terjamin dan dengan jumlah yang memadai diperlukan manajemen panen dan pasca panen yang baik.

(14)

Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan panen dapat dilaksanakan dengan pembentukan organisasi panen, penentuan kebutuhan tenaga kerja, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007).

PT Pematang Agri Lestari (PAL) dan PT Sinar Pematang Mulia I (SPM I) merupakan dua perusahaan yang berada di bawah grup Lambang Jaya. PT PAL memiliki perkebunan ubi kayu yang bekerja sama dengan petani dalam bentuk kemitraan. Ubi kayu yang dihasilkan PT PAL diolah PT SPM I menjadi tapioka. Untuk memenuhi bahan baku PT SPM, maka PT PAL memerlukan manajemen panen dan pasca panen yang baik.

Tujuan

Tujuan umum magang di PT PAL dan PT SPM I adalah:

1. Membandingkan pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dengan keadaan nyata di lapangan.

2. Menambah pengetahuan dan wawasan serta melatih penulis untuk mengikuti pekerjaan dalam proses kerja secara nyata, meningkatkan kemampuan teknis, manajerial, serta analisis kegiatan di lapangan.

Tujuan khusus magang adalah :

1. Untuk mempelajari manajemen panen dan pasca panen ubi kayu PT PAL untuk bahan baku tapioka PT SPM I.

2. Mempelajari secara langsung teknik-teknik, pemasalahan panen dan pasca panen ubi kayu, serta solusinya.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Panen dan Pasca Panen

Manajemen adalah rangkaian dalam beberapa kegiatan yang dilaksanakan guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan menggunakan atau mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan orang lain. Manajemen dapat juga diartikan sebagai perpaduan antara ilmu dan seni. Sebagai ilmu dapat dipelajari, dipahami, diteliti, ditingkatkan, dan dibuktikan kebenarannya. Sebagai seni berupa kekuatan pribadi yang kreatif ditambah dengan keterampilan (skill) yang timbul dari pengalaman sebagai hasil pengamatan dalam pelaksaan pekerjaan (Wachjar, 2010).

Manajemen atau pengelolaan panen dan pasca panen merupakan semua kegiatan yang berkaitan dengan pelaksanaan panen dan pasca panen. Pengelolaan panen dapat dilaksanakan dengan melakukan pembentukan organisasi panen, penentuan jumlah kebutuhan tenaga kerja panen dan pasca panen, penetapan kriteria panen, dan pengelolaan pengangkutan (Sulaiman, 2007).

Kegiatan yang berhubungan dengan manajemen pasca panen, yaitu:

Perencanaan

Perencanaan adalah penentuan serangkaian tindakan untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan. Fungsi perencanaan sudah termasuk di dalamnya penetapan budget. Budget produksi adalah target produksi yang ingin dicapai pada tahun tertentu. Sebelum menetapkan budget, kebun akan memperkirakan terlebih dahulu potensi produktivitas/ha tanaman ubi kayu terhadap kondisi yang ada. Oleh karena itu lebih tepat bila perencanaan dirumuskan sebagai penetapan tujuan, kebijakan, prosedur, budget, dan program dari suatu organisasi.

Perencanaan panen dan pasca panen dilakukan sebelum pelaksanaan panen dan pasca panen. Kegiatan ini dilakukan untuk mencapai keberhasilan panen dan pasca panen. Persiapan panen dan pasca panen yang harus dilakukan mencakup persiapan sarana dan prasarana panen dan pasca panen, perencanaan pengadaan panen dan pasca panen, pengangkutan, serta kesediaan pabrik dalam menerima

(16)

hasil panen. Perencanaan panen dan pasca panen harus dilakukan dengan baik untuk mencapai target produk ubi kayu yang berkualitas.

Pengorganisasian dan Administrasi

Pengorganisasian atau organizing dimaksud mengelompokkan kegiatan yang diperlukan, yakni penetapan susunan organisasi serta tugas dan fungsi-fungsi dari setiap unit yang ada dalam organisasi, serta menetapkan kedudukan dan sifat hubungan antara masing-masing unit tersebut. Organisasi atau pengorganisasian dapat pula dirumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen dalam mengelompokan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab masing-masing dengan tujuan terciptanya aktivitas-aktivitas yang berdayaguna dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.

Kegiatan panen dan pasca panen harus terorganisasi dengan baik supaya berjalan lancar dan mencapai target produksi yang diinginkan perusahaaan. Mandor panen bertanggung jawab kepada mandor besar agar ubi kayu yang dipanen sesuai dengan kriteria panen; mandor besar bertanggung jawab kepada asisten divisi. Produksi umbi yang dihasilkan menjadi tanggung jawab asisten divisi. Alat panen disiapkan oleh setiap pemanen.

Administrasi panen dilakukan oleh mandor panen. Administrasi panen yang dilakukan berupa pelaporan nota pengiriman ubi kayu dan buku-buku yang bersangkutan dengan panen dan pasca panen.

Penggerakan

Penggerakan adalah tindakan menggerakan karyawan atau bawahan agar dapat bekerja sama dalam melaksanakan tugas-tugasnya secara efisien dalam kondisi tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu. Misalnya, mandor yang dipilih untuk mengawasi para karyawan harus memiliki sifat-sifat kepemimpinan yang dapat menggerakkan, mempengaruhi dan memotivasi karyawan.

Tenaga Panen

Tenaga kerja panen dan pasca panen sebaiknya tenaga kerja tetap agar memiliki spesialisasi sebagai pemanen. Hal ini bertujuan agar dapat memanen sesuai kriteria panen (tidak rusak). Kebutuhan tenaga kerja pemanen dihitung

(17)

5 berdasarkan luas area yang akan dipanen, dengan memperhitungkan kapsitas rata-rata pemanen.

Pengawasan

Pengawasan (controlling) sering juga disebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan maksud mencapai tujuan yang sudah digariskan semula.

Pengangkutan

Pengangkutan tergantung pada faktor kondisi jalan, kapasitas pabrik, ketersediaan truck pengangkut, jarak dengan pabrik.

Sejarah dan Botani Ubi Kayu

Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) berasal dari Brazil, Amerika Selatan, menyebar ke Asia pada awal abad ke-17 dibawa oleh pedagang Spanyol dari Meksiko

ke Philipina. Kemudian menyebar ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Ubi kayu merupakan makanan pokok di beberapa negara Afrika (Isnanimurti, 2008).

Dalam sistematika tanaman, ubi kayu dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

Kelas : Dicotyledoneae Sub Kelas : Arhichlamydeae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Sub Famili : Manihotae Genus : Manihot

Spesies : Manihot esculenta Crantz

(Direktorat budidaya kacang-kacangan dan umbi-umbian, 2007).

Kesesuaian Lahan untuk Ubi Kayu

Tanah yang paling sesuai untuk ubi kayu adalah tanah yang berstruktur remah, gembur, tidak terlalu liat dan tidak terlalu poros, serta kaya bahan organik.

(18)

Tanah dengan struktur remah mempunyai tata udara yang baik, unsur hara lebih mudah tersedia, dan mudah diolah.

Derajat kemasaman (pH) tanah yang sesuai untuk budidaya ubi kayu berkisar antara 4,5 – 8,0 dengan pH ideal 5,8. Umumnya tanah di Indonesia ber-pH rendah (asam), yaitu berkisar 4,0 – 5,5, sehingga seringkali dikatakan cukup netral bagi suburnya tanaman ubi kayu (BPP IPTEK, 2000).

Ketinggian tempat yang baik dan ideal untuk tanaman ubi kayu 10 - 700 m dpl, sedangkan toleransinya 10 – 1 500 m dpl (BPP IPTEK, 2000). Pada ketinggian sampai 300 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan umbi dengan baik, tetapi tidak dapat berbunga. Namun, di ketinggian tempat 800 m dpl tanaman ubi kayu dapat menghasilkan bunga dan biji (Prihandana et al., 2008). Curah hujan yang sesuai untuk tanaman ubi kayu 1 500 – 2 500 mm/tahun (Bank Indonesia, 2004). Kelembaban udara optimal untuk tanaman ubi kayu antara 60 – 65 %, dengan suhu udara minimal bagi tumbuhnya sekitar 10 oC (Prihandana et al., 2008). Jika suhunya di bawah 10 0C, pertumbuhan tanaman akan sedikit terhambat. Selain itu, tanaman menjadi kerdil karena pertumbuhan bunga yang kurang sempurna. Sinar matahari yang dibutuhkan bagi tanaman ubi kayu sekitar 10 jam/hari, terutama untuk kesuburan daun dan perkembangan umbinya (BPP IPTEK, 2000).

Budidaya Ubi Kayu

Pengolahan tanah bertujuan untuk memperbaiki struktur tanah. Tanah yang baik untuk budi daya ubi kayu seharusnya memiliki struktur remah atau gembur (BIP Irian Jaya, 1995), sejak fase awal pertumbuhan tanaman hingga panen (Bank Indonesia, 2004; Roja, 2009). Pengolahan tanah juga bertujuan untuk menekan pertumbuhan gulma. Hal ini dilakukan agar ubi kayu tidak bersaing dengan berbagai gulma dalam mengambil hara tanah, pupuk dan air. Selain itu pengolahan tanah pada ubi kayu juga bertujuan untuk menerapkan sistem konservasi tanah yaitu memperkecil peluang terjadinya erosi. Hal ini penting dilakukan agar kesuburan tanah tetap lestari, karena sentra ubi kayu didominasi lahan-lahan yang relatif peka erosi.

Ubi kayu diperbanyak dengan menggunakan stek batang. Stek berasal dari batang bagian tengah yang sudah berkayu, panjang 15 - 20 cm, diameter 2 - 3 cm.

(19)

7 Pangkal stek dipotong rata atau runcing (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Pangkal stek yang dipotong miring akan berdampak pada pertumbuhan akar yang tidak merata. Stek ditanam dalam posisi vertikal. Stek yang ditanam dalam posisi lain (miring 450 dan horizontal), akarnya tidak terdistribusi secara merata. Volume akar di tanah dan penyebarannya berpengaruh pada jumlah hara yang dapat diserap tanaman, selanjutnya berdampak pada produksi. Kedalaman tanam 15 cm, pada musim hujan maupun musim kemarau (Onwueme, 1978; Prihandana et al.,

2008; Roja. 2009). Hal ini terkait dengan kelembaban tanah untuk menjaga

kesegaran stek. Disarankan menanam dalam keadaan tanah gembur dan lembab. Waktu tanam yang tepat bagi tanaman ubi kayu, secara umum adalah musim penghujan atau pada saat tanah tidak berair agar struktur tanah tetap terpelihara. Tanaman ubi kayu dapat ditanam di lahan kering, beriklim basah, waktu terbaik untuk bertanam yaitu awal musim hujan atau akhir musim hujan (November – Desember dan Juni – Juli). Tanaman ubi kayu dapat juga tumbuh di lahan sawah apabila penanaman dilakukan setelah panen padi. Di daerah-daerah yang curah hujannya cukup tinggi dan merata sepanjang tahun, ubi kayu dapat ditanam setiap waktu.

Permasalahan budi daya ubi kayu di Indonesia adalah saat tanam serentak, yakni sebagian besar pada awal musim hujan. Hal ini mengakibatkan waktu panen yang serentak pula. Masalah ini dapat diatasi dengan cara mengatur setiap wilayah dengan menanam ubi kayu berdasarkan umur panen, yaitu genjah (7 - 9 bulan), sedang (8 - 11 bulan), dan dalam (10 - 12 bulan). Petani tidak akan menderita karena harga yang merosot karena panen raya ubi kayu. Cara lain adalah dengan mengatur suatu wilayah dengan pembagian kelompok tanam, yakni kelompok Oktober, kelompok November, kelompok Desember, kelompok Januari, Kelompok Februari, dan seterusnya.

Waktu penyulaman dilakukan saat ubi kayu mulai berumur 1 - 3 minggu (Bank Indonesia, 2004). Bila penyulaman dilaksanakan sesudah umur 5 minggu, tanaman sulaman akan tumbuh tidak sempurna karena ternaungi tanaman sekitarnya.

Gulma harus dikendalikan karena gulma merupakan pesaing bagi tanaman ubi kayu khusunya untuk mengambil hara, pupuk dan air. Penelitian menunjukkan

(20)

kompetisi dengan gulma menurunkan produktivitas ubi kayu hingga 7,5 % (Roja, 2009).

Tanaman ubi kayu memerlukan pupuk dalam penanaman, karena unsur hara yang diserap oleh ubi kayu per satuan waktu dan luas lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman pangan yang berproduktivitas tinggi. Berikut adalah dosis pupuk yang berimbang untuk budi daya ubi kayu :

- Pupuk Organik : 5 – 10 ton/ha setiap musim tanam - Urea : 150 – 200 kg/ha

- SP36 : 100 kg/ha

- KCl : 100 – 150 kg/ha

Tehnik pemberian dosis pupuk untuk tanaman ubi kayu adalah, pupuk organik + 1/3 Urea + 1/3 KCl diberikan sebagai pupuk dasar pada saat pembuatan guludan. Lalu sisa dosis diberikan pada bulan ketiga atau keempat (BIP Irian Jaya, 1995; Roja, 2009).

Penyakit utama tanaman ubi kayu adalah bakteri layu (Xanthomonas

campestris pv. manihotis) dan hawar daun (Cassava Bacterial Blight/CBB) (BIP

Irian Jaya, 1995). Kerugian hasil akibat CBB diperkirakan sebesar 8 % untuk varietas yang agak tahan, dan mencapai 50 – 90 % untuk varietas yang agak rentan dan rentan. Varetas Adira-4, Malang-6, UJ-3, dan UJ-5 tahan terhadap kedua penyakit ini.

Hama utama ubi kayu adalah tungau merah (Tetranychus urticae) (BIP Irian Jaya, 1995; Roja. 2009). Hama ini menyerang hanya pada musim kemarau dan menyebabkan rontoknya daun, tetapi petani hanya menganggap keadaan tersebut sebagai akibat kekeringan. Penelitian menunjukkan penurunan hasil akibat serangan hami ini dapat mencapai 20 – 53 %, tergantung umur tanaman dan lama serangan. Bahkan berdasarkan penelitian di rumah kaca, serangan tungau merah yang parah dapat mengakibatkan kehilangan hasil ubi kayu hingga 95 %. Tungau dapat menyebabkan kerusakan tanaman ubi kayu dengan cara mengurangi luas areal fotosintesis dan akhirnya mengakibatkan penurunan hasil panen ubi kayu. Kerusakan tanaman dapat diperparah oleh kondisi musim kering, kondisi tanaman stress air, dan kesuburan tanah yang rendah.

(21)

9 Pengendalian tungau merah sebaiknya dilakukan dengan menanam ubi kayu pada awal musim hujan untuk mencegah terjadinya serangan tungau, dengan tenggang waktu maksimum 2 bulan. Jika terlambat ditanam, peluang terjadinya serangan lebih lama sehingga kehilangan hasil yang ditimbulkan semakin tinggi. Namun cara yang paling praktis, stabil dan ekonomis adalah dengan menanam varietas yang tahan tungau. Varietas Adira-4 dan Malang-6 cukup tahan tungau, sedangkan UJ-5 dan UJ-3 peka tungau. Sebaiknya UJ-3 dan UJ-5 ditanam di daerah-daerah yang mempunyai bulan basah cukup panjang (seperti Lampung) sehingga serangan tungau yang dialami tidak berat. UJ-3 dan UJ-5 kurang bagus ditanam di daerah yang mempunyai musim kering relatif panjang (Wargiono at

al., 2006).

Panen Ubi Kayu

Hasil panen bervariasi tergantung dari beberapa faktor seperti kultivar yang digunakan, cara budidaya, tingkat kesuburan, jenis tanah, jarak tanam, dan iklim (Onwueme, 1978). Kriteria utama umur panen ubi kayu fleksibel. Ubi kayu dapat dipanen pada saat tanaman berumur 7 - 9 bulan dimana kadar pati dalam keadaan optimal (Prihandana et al., 2008). Ciri tanaman yang sudah bisa dipanen yaitu saat pertumbuhan daun bawah mulai berkurang. Warna daun mulai menguning dan banyak yang rontok (BPP IPTEK, 2000).

Penundaan umur panen hanya dapat dilakukan di daerah beriklim basah dan tidak sesuai di daerah beriklim kering. Di daerah beriklim basah, pemanenan ubi kayu dapat ditunda sampai dengan 12 bulan, karena kadar pati cenderung stabil pada umur 7 - 9 bulan (Prihandana et al., 2008). Hal ini disebabkan bobot hasil panen ubi kayu tidak tergantung pada berapa umur tanaman, tapi lebih tergantung pada berapa bulan pertumbuhan yang vigor berlangsung (Onwueme, 1978).

Panen ubi kayu dilakukan secara manual dengan cara mencabut. Jika dalam mencabut tersebut dirasakan susah, maka sebelumnya tanah disekitar batang ubi kayu sebagian terlebih dahulu digali dengan cangkul, baru setelah itu batang dicabut sampai umbinya terangkat semuanya. Ubi kayu yang tertinggal, karena patah/putus pada waktu pencabutan, maka sisa umbi tadi diambil dengan

(22)

digali dengan cangkul. Cara lain yaitu dengan menggunakan tali/tambang yang dililitkan pada batang, lalu diungkit (Bank Indonesia, 2004 ; Sutrisno, 2007 ).

Pasca Panen Ubi Kayu

Penanganan pasca panen pada ubi kayu merupakan kegiatan yang sangat penting dalam usaha ubi kayu. Hal ini disebabkan ubi kayu memiliki daya simpan yang pendek, sementara kebutuhan sangat mendesak.

Pada kegiatan pasca panen, hasil panen sebaiknya dikumpulkan di lokasi yang cukup strategis, aman dan mudah dijangkau oleh angkutan. Setelah itu perlu dilakukan pemilahan dan penyortiran. Pemilihan atau penyortiran umbi ubi kayu sebenarnya dapat dilakukan pada saat pencabutan berlangsung. Akan tetapi penyortiran ubi kayu dilakukan setelah semua pohon dicabut dan ditampung dalam suatu tempat. Penyortiran dilakukan untuk memilih umbi yang berwarna bersih terlihat dari kulit umbi yang segar serta yang cacat terutama terlihat dari ukuran besarnya umbi serta bercak hitam/garis-garis pada daging umbi. Penyimpanan dapat dilakukan dengan cara menyimpan di dalam tanah yang diberi alas dan penutup dari jerami atau daun-daun (BPP IPTEK, 2000).

Pengemasan umbi ubi kayu bertujuan untuk melindungi umbi dari kerusakan selama dalam pengangkutan. Untuk pasaran antar kota/dalam negeri dikemas dan dimasukkan dalam karung-karung goni atau keranjang terbuat dari bambu agar tetap segar (BPP IPTEK, 2000).

Penyimpanan ubi kayu jarang dilakukan dalam bentuk segar. Susut selama penyimpanan cukup tinggi terutama disebabkan oleh jamur dan serangga (Tengah, 1996). Masalah utama yang dihadapi petani ubi kayu adalah kepoyongan, yang akan mengakibatkan terjadinya perubahan warna ubi kayu setelah panen. Pada awal busuk ubi kayu akan berwarna biru dan lama kelamaan akan berubah menjadi warna kecoklatan atau coklat kehitaman (Both and Wholley, 1978). Salah satu penyebab reaksi pencoklatan ini di duga karena aktivitas enzim fenolase (Winarno, 1980). Selama penyimpanan metabolisme dalam umbi ubi kayu masih berlangsung terus sehingga perombakan karbohiadrat/pati menjadi senyawa gula yang lebih sederhana tetap berlangsung. Hal ini mengakibatkan selama penyimpanan, rendemen pati ubi kayu menurun. (Tengah at al., 1996).

(23)

11 Batang ubi kayu setelah panen sebagian disiapkan sebagai bibit untuk penanaman selanjutnya, sedangkan batang ubi kayu yang tidak dijadikan bibit, hendaknya dipotong- potong/dicincang untuk dikembalikan lagi ke dalam tanah/ dibenamkan agar lapuk dan terurai menjadi hara tanah dan memperbaiki struktur tanah, sehingga kesuburan tanah relatif dapat dipertahankan. Karena ubi kayu diambil hasilnya yang berupa umbi, maka dengan dicabutnya umbi tidak ada bagian tanaman yang berupa bahan organik tertinggal di dalam tanah. Oleh karena itu sangat dianjurkan diadakannya upaya mengembalikan sisa-sisa tanaman yang ada ke dalam tanah dengan terlebih dahulu dicacah. Upaya lain dengan menghentikan kegiatan tanam setelah lahan dipergunakan untuk tanaman ubi kayu lebih dari dua kali, lahan bisa ditanami dengan tanaman kacang-kacangan atau diberakan untuk memulihkan kesuburannya (Bank Indonesia, 2009).

Produksi dan Produktivitas Ubi Kayu

Indonesia termasuk sebagai negara penghasil ubi kayu terbesar ketiga (13 300 000 ton) setelah Brazil (25 554 000 ton), dan Thailand (13 500 000 ton), disusul negara-negara seperti Nigeria (11 000 000 ton), dan India (6 500 000 ton) dari total produksi dunia sebesar 122 134 000 ton/tahun (Bigcassava, 2007).

Peningkatan produksi ubi kayu tahun 2005 – 2011 mencapai 4.42 %, sedangkan sasaran indikatif produksi dan produktivitas ubi kayu pada tahun 2011 pada setiap wilayah tertera pada Tabel 1. Dimana sasaran rata-rata produktivitas Indonesia adalah 185 ku/ha dengan luasan 1 264 900 ha.

Pemanfaatan Ubi Kayu

Ubi kayu merupakan bahan makanan penting di Indonesia setelah padi dan jagung. Lebih kurang 60 % dari produksi ubi kayu di Indonesia digunakan sebagai bahan makanan, sedangkan 32 % digunakan sebagai bahan industri dalam negeri, dan 8 % diekspor dalam bentuk gaplek. Dibidang industri, ubi kayu menghasilkan bioethanol, yang dapat dijadikan bahan bakar nabati karena ramah lingkungan. Ubi kayu merupakan tanaman pangan dan perdagangan (cash crop). Sebagai tanaman perdagangan, ubi kayu menghasilkan starch, gaplek, tepung ubi kayu, etanol, gula cair, sorbitol, monosodium glutamate, tepung aromatic, dan pellets

(24)

(Depperin, 2007). Ubi kayu dapat menghidupi berbagai industri hulu dan hilir. Skema pohon industri ubi kayu dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 1. Sasaran Indikatif Luas Tanam, Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Ubi Kayu Per Provinsi Tahun 2011

No Provinsi Luas tanam (ha) Luas panen (ha) Produktivitas (ku/ha) Produksi (ton) 1 N. Aceh 3 954 3 765 128 48 256 2 Sumatera Utara 44 029 41 934 202 845 105 3 Sumatera Barat 5 877 5 597 202 112 803 4 Riau 6 411 6 106 114 69 417 5 Jambi 2 992 2 850 141 40 052 6 Sumatera Selatan 14 158 13 484 156 210 440 7 Bengkulu 7 480 7 124 121 86 141 8 Lampung 338 729 322 610 248 7 987 217 9 Bangka Belitung 1 923 1 832 146 26 694 10 Kepulauan Riau 1 282 1 221 110 13 379 Sumatera 426 836 406 524 232 9 439 504 11 D.K.I. Jakarta 53 51 120 610 12 Jawa Barat 119 677 113 982 192 2 185 809 13 Jawa Tengah 205 161 195 398 181 3 527 670 14 D.I. Yogyakarta 68 387 65 133 155 1 009 709 15 Jawa Timur 243 628 232 035 165 3 830 583 16 Banten 12 823 12 212 145 176 699 Jawa 649 729 618 810 173 10 731 079 17 Bali 12 609 12 009 151 181 201

18 Nusa Tenggara Barat 9 083 8 650 124 107 282

19 Nusa Tenggara Timur 90 826 86 504 110 947 654

Bali dan NT 112 518 107 163 115 1 236 136 20 Kalimatan Barat 17 417 16 588 149 246 874 21 Kalimatan Tengah 9 296 8 854 121 107 061 22 Kalimantan Selatan 9 189 8 752 151 132 061 23 Kalimantan Timur 8 548 8 142 159 129 579 Kalimantan 44 451 42 336 145 615 575 24 Sulawesi Utara 6 625 6 310 134 84 773 25 Sulawesi Tengah 4 808 4 580 166 76 201 26 Sulawesi Selatan 32 270 30 734 175 536 807 27 Sulawesi Tenggara 14 319 13 637 171 232 549 28 Sulawesi Barat 4 488 4 274 145 61 845 29 Gorontalo 1 603 1 527 124 18 932 Sulawesi 64 113 61 062 166 1 011 108 30 Maluku 11 754 11 195 132 148 091 31 Maluku Utara 11 754 11 195 125 139 992 32 Papua Barat 2 671 2544 117 29 713 33 Papua 4 274 4 071 120 48 803

Maluku dan Papua 30 454 29 004 126 366 598 Indonesia 1 328 100 1 264 900 185 23 400 000

(25)

13

Gambar 1. Pohon Industri Ubi Kayu Sumber: Depperin.go.id

Tapioka

Ubi Kayu yang digunakana sebagai bahan baku tapioka adalalah ubi kayu yang dipanen setelah berumur 7 sampai 10 bulan. Ubi kayu yang dipanen pada umur 7 - 10 bulan akan menghasilkan tapioka berkualitas baik (Bank Indonesia, 2004). Selain itu, varietas ubi kayu yang dikembangkan untuk industri tapioka biasanya memiliki kadar HCN (asam sianida) yang tinggi (Hafsah, 2003). Pada Lampiran 1 ditunjukkan kadar HCN beberapa jenis ubi kayu yang telah dilepas di Indonesia. UBI KAYU BATANG DAUN BIJI UMBI KULIT DAGING BIBIT PAPAN PARTIKEL KERAJINAN BRIKET ARANG MAKANAN FARMASI PAKAN TERNAK MINYAK PAKAN TERNAK TAPIOKA GAPLEK TEPUNG UBI KAYU ONGGOK MAKANAN RINGAN TAPIOKA PEARL DEKSTRIN MALTOSA BAHAN MAKANAN PELLET BAHAN MAKANAN PAKAN TERNAK ASAM/Ca SITRAT GLUKOSA FRUKTOSA ALKOHOL ASAM ORGANIK SORBITOL SENYAWA KIMIA LAIN PAKAN TERNAK PEREKAT

(26)

Kualitas tapioka sangat ditentukan oleh beberapa faktor (Menteri Negara Riset dan Teknologi, 2009) yaitu :

1. Tepung; tepung tapioka yang baik berwarna putih.

2. Kandungan air; tepung harus dijemur sampai kering benar sehingga kandungan air nya rendah. Tepung tapioka yang dihasilkan sebaiknya mengandung kadar air 15 – 19 %.

3. Banyaknya serat dan kotoran; ubi kayu yang digunakan harus yang berumur kurang dari 1 tahun karena serat dan zat kayunya masih sedikit dan zat patinya masih tinggi.

4. Tingkat kekentalan; daya rekat tapioka diusahakan tetap tinggi dengan menghindari penggunaan air yang berlebih dalam proses produksi.

Adapun cara pembuatan tepung tapioka adalah sebagai berikut:

1. Pengupasan; pengupasan dilakukan dengan cara manual, bertujuan untuk memisahkan daging ubi kayu dari kulitnya. Selama pengupasan, sortasi juga dilakukan untuk memilih ubi kayu berkualitas tinggi dari ubi kayu lainnya. Ubi kayu yang kualitasnya rendah tidak diproses menjadi tapioka dan dijadikan pakan ternak.

2. Pencucian; pencucian dilakukan dengan cara manual yaitu dengan meremas-remas ubi kayu di dalam bak yang berisi air, yang bertujuan memisahkan kotoran pada ubi kayu.

3. Pemarutan; parut yang digunakan ada dua jenis yaitu :

a. Parut manual, dilakukan secara tradisional dengan memanfaatkan tenaga manusia sepenuhnya.

b. Parut semi mekanis, digerakkan dengan generator.

4. Pemerasan/ekstraksi; pemerasan dilakukan dengan dua cara yaitu:

a. Pemerasan bubur ubi kayu yang dilakukan dengan cara manual menggunakan kain saring, kemudian diremas dengan menambahkan air di mana cairan yang diperoleh adalah pati yang ditampung di dalam ember.

b. Pemerasan bubur ubi kayu dengan saringan goyang (sintrik). Bubur ubi kayu diletakkan di atas saringan yang digerakkan dengan mesin. Pada saat saringan tersebut bergoyang, kemudian ditambahkan air

(27)

15 melalui pipa berlubang. Pati yang dihasilkan ditampung dalam bak pengendapan.

5. Pengendapan; pati hasil ekstraksi diendapkan dalam bak pengendapan selama 4 jam. Air di bagian atas endapan dialirkan dan dibuang, sedangkan endapan diambil dan dikeringkan.

6. Pengeringan; sistem pengeringan menggunakan sinar matahari dilakukan dengan cara menjemur tapioka dalam nampan atau widig atau tambir yang diletakkan di atas rak-rak bambu selama 1 - 2 hari (tergantung dari cuaca). Dengan kualitas bahan baku yang baik, 1 ton ubi kayu dapat menghasilkan 200 - 250 kg tapioka. (Direktorat Budidaya Kacang‐kacangan dan Umbi‐umbian, 2007).

(28)

METODOLOGI MAGANG

Tempat dan Waktu

Magang dilaksanakan di PT Pematang Agri Lestari dan PT Sinar Pematang Mulia I, Lampung pada 14 Februari sampai dengan 14 Juni 2011.

Metode Pelaksanaan

Kegiatan yang dilaksanakan selama mengikuti magang meliputi pekerjaan teknis budidaya, manajerial kebun dan pengambilan data. Kegiatan dalam pengumpulan data meliputi pengambilan data primer dan data sekunder. Kegiatan magang ini juga dilakukan penulis secara langsung dengan mengikuti dan mempelajari seluruh kegiatan di lapang. Kegiatan sebagai asisten mandor selama empat minggu, asisten kepala divisi selama lima minggu, quality control selama dua minggu, asisten pengawas lapang kurang lebih empat minggu,dan mengikuti kegiatan tambahan dari perusahaan kurang lebih tiga minggu. Jurnal kegiatan magang disampaikan pada Lampiran 2, 3, 4, 5, dan 6.

Kegiatan sebagai pendamping mandor adalah memotivasi, mengawasi dan mengorganisir karyawan, melakukan kegiatan administratif dan berdiskusi dengan mandor. Pada saat sebagai pendamping asisten kepala divisi I, pekerjaan yang dilakukan adalah mengawasi semua pekerjaan yang dilakukan di lapangan (kontrol lapangan), membantu asisten dalam membantu mandor tetap, dan mempelajari laporan harian. Selama menjadi karyawan pabrik, penulis bertugas di bagian quality control. Kegiatan yang dilakukan meliputi pengecekan kekentalan aci, mengukur pH tepung tapioka, mengukur kadar air tepung, residu, memeriksa kondisi tepung (keras ataupun basah) melakukan pengacaan tepung, membuat analisis bahan baku, dan membuat laporan harian. Pada saat menjadi pendamping pengawas kemitraan, penulis mendampingi pengawas lapangan ketika mengunjungi petani-petani mitra, melakukan wawancara, dan diskusi dengan petani mitra.

(29)

17 Penulis juga secara khusus melakukan kegiatan pengamatan yang berhubungan dengan panen dan pasca panen, yang meliputi:

1. Pengumpulan data panen berupa: kriteria panen ubi kayu, persiapan panen, tenaga kerja panen, peralatan panen, organisasi dan administrasi panen, pelaksaan panen, pemeriksaan kualitas panen, sistem panen, upah panen, pengangkutan hasil panen, kehilangan hasil (losses), dan pencapaian produksi. Data diperoleh dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung di kebun PT PAL dan di kebun petani mitra. Pengamatan terhadap kriteria panen ubi kayu, berupa umur panen ubi kayu dan pengaruh penundaan umur panen terhadap bobot ubi kayu yang dipanen. Data diambil dari empat blok dengan dua umur panen yang berbeda. Dua blok untuk satu umur panen yang sama. Setiap blok diambil 1 ha, dalam satu hektar diambil lima baris dan dalam baris diambil 3 batang ubi kayu secara acak.

2. Pasca panen di kebun

Pengambilan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan mengamati secara langsung kegiatan pasca panen di kebun PT PAL dan di kebun mitra. 3. Pasca panen di Pabrik

a. Sumber dan Kebutuhan bahan baku. Sumber bahan baku PT SPM I saat ini tidak hanya berasal dari PT PAL. Kebutuhan bahan baku akan dianalisis berdasarkan kebutuhan minimum pabrik.

a. Lama penyimpanan ubi kayu di lapangan; pabrik akan mengolah ubi kayu apabila tercapai bobot 700 ton. Lama penyimpanan ubi kayu dicatat selama periode pengolahan 15 hari.

b. Analisis bahan baku (pengukuran kadar aci dan rafaksi); pengukuran kadar aci dilakukan untuk membantu menetukan besarnya potongan bahan baku yang dibeli. Pengamatan terhadap pengukuran kadar aci dilakukan selama 1 hari dengan mengambil sampel dari bahan baku yang dibeli; rafaksi merupakan potongan bobot di pabrik karena adanya kotoran dan materi lain yang terbawa saat panen. Untuk analisis bahan baku yang diamati adalah persentasi rafaksi.

Data sekunder diperoleh dari literatur dan laporan manajemen mengenai keadaan umum perusahaan, letak geografis, keadaan iklim dan tanah, luas areal

(30)

penanaman, produksi, struktur organisasi (kelompok-kelompok tenaga kerja, deskripsi tugas, dan fungsi-fungsi manajemen), dan ketenagakerjaan.

Analisis Data dan Informasi

Data primer dan data sekunder yang diperoleh dinalisis dengan menggunakan uji t dan secara kuantitatif dengan mencari rata-rata dan persentasi hasil pengamatan. Data diuraikan secara deskriptif dan dibandingkan terhadap norma baku yang berlaku pada perkebunan ubi kayu dan standar yang ditetapkan oleh perusahaan. Selain itu, penulis juga menjelaskan seluruh kegiatan kerja, baik yang telah ditetapkan oleh kebun, aspek teknis di lapangan produksi maupun aspek manajerial pada berbagai tingkatan pekerjaan mulai dari pendamping mandor, asisten kepala kebun, karyawan pabrik, dan pendamping pengawas mitra.

(31)

KEADAAN UMUM

Letak Geografis dan Administratif

PT PAL dan PT SPM I terletak di Kecamatan Way Serdang, Kabupaten Mesuji, Lampung Timur. Lokasi kebun PT PAL dan PT SPM I berjarak 220 km dari kota Bandar Lampung. Transportasi masuk ke wilayah PT PAL dan PT SPM I dapat ditempuh dengan dengan kendaraan dalam waktu lima jam. Sedangkan jarak dari ibu kota kabupaten yaitu 16 km dan dapat ditempuh dengan kendaraan dalam waktu satu jam.

Kantor Kebun PT PAL berada di wilayah Desa Suka Agung (SP3D). Lokasi kebun PT PAL tersebar di beberapa desa yaitu Desa Rejo Mulyo, Desa Suka Agung, Desa Hadi Mulyo (SP4D), dan Desa Agung Batin (SP5D). PT SPM I berada di wilayah Desa Rejomulyo (SP2D). Kantor PT PAL dan PT SPM I dibangun secara berdekatan.

PT SPM I didirikan pada tahun 1994. PT SPM I merupakan perusahan yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak dalam pemasaran.

Kegiatan produksi di PT SPM I dilakukan selam 24 jam, yang dibagi dalam tiga shift. Setiap shift terdiri dari 8 jam kerja, yaitu shift I pada pukul 08.00 – 16.00 WIB, shift II pada pukul 16.00 – 24.00 WIB, dan shift III pada 00.00 – 08.00 WIB. Pertukaran shift akan dilakukan setiap minggu. Hari kerja efektif PT SPM I sendiri dibagi menjadi dua, yaitu 6 hari kerja efektif/minggu untuk karyawan tetap, dan 7 hari kerja efektif/minggu untuk karyawan harian tetap dan karyawan harian lepas.

Proses produksi dilakuakn setiap hari, kecuali pada saat bahan baku sedikit. Kapasitas mesin sendiri sebesar 1 400 ton/hari. Namun, tidak menutup kemungkinan pabrik membeli bahan baku lebih dari kapasitas sebagai stock.

Luas Areal dan Tata Guna Lahan

Ubi kayu adalah komoditi utama yang dibudidayakan oleh PT PAL pada awal berdirinya. Seiring berjalannya waktu, tanaman ubi kayu diganti menjadi

(32)

kelapa sawit. Perubahan jenis tanaman yang dibudidayakan dari ubi kayu menjadi kelapa sawit disebabkan kondisi lahan sudah kurang optimal lagi untuk ditanami ubi kayu. Luas area penanaman ubi kayu yang tersisa ± 100 ha dan ± 1 810 ha lahan dikonversi menjadi tanaman kelapa sawit.

Berkurangnya luas areal yang ditanami ubi kayu mengakibatkan pasokan bahan baku ke PT SPM I tidak terpenuhi. Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku PT SPM I maka PT PAL membentuk pola kemitraan dengan petani. Luas area petani mitra I yang aktif sampai dengan Mei 2011 adalah 3 292 ha (Lampiran 7). Kebun petani mitra yang tersisa tersebar di sembilan wilayah sentra, yaitu Buko Poso, Brabasan, Gedung Aji, Lingkungan Pabrik, Menggala C, Oki, Simpang Pematang, dan Talang Gunung.

Keadaan Iklim dan Tanah

Berdasarkan klasifikasi Schmidth-Ferguson maka tipe iklim di sekitar PT PAL termasuk ke dalam klasifikasi iklim B dengan bulan basah 7 - 9 bulan. (curah hujan > 200 mm/bulan) dan 1 bulan kering (<100 mm/bulan) berturut-turut. Curah hujan rata-rata selama lima tahun (2005 - 2010) berkisar 61.10 - 332.06 mm/bulan dengan hari hujan rata-rata 2 - 14 hari/bulan (Gambar 2). Curah hujan dan hari hujan selama 6 tahun terahir dapat tertera pada Lampiran 8.

Gambar 2. Rata-rata Curah Hujan (CH) dan Hari Hujan (HH) di Kebun PT PAL Tahun 2006 - 2010

(33)

21 Tingkat kesuburan tanah di PT PAL, terutama untuk tanah lapisan atas tergolong sangat rendah-rendah dengan jenis tanah Ultisol dan Incepticol. Kedalaman efektif tanah secara umum > 100 cm. Pada lapisan atas mengandung bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan lapisan yang terdapat dibawahnya, dan kandungan bahan organik tanah menurun dengan bertambahnya kedalaman tanah. Namun pada profil ke-1 dan ke-3 kandungan bahan organik tanah pada lapisan bawah lebih tinggi dibandingkan lapisan atasnya.

Struktur tanahnya terdiri dari liat (clay/C), liat berpasir (sandy clay/SC), dan lempung liat berpasir (sandy clay loam/SCL). Struktur dan konsistensi tanah pada umumnya remah dan sangat gembur atau gembur. Sehingga, kondisi tanah tersebut sesuai untuk tanaman ubi kayu. Permeabilitas tanah bervariasi, mulai dari permeabilitas lambat, sedang, hingga cepat.

Warna tanah di PT PAL adalah kuning dan merah. Sebagian besar drainase tanah di areal PT PAL adalah baik, namun pada beberapa areal dijumpai tanah-tanah yang berdrainase buruk dengan warna tanah abu-abu atau grey. Derajat kemasaman (pH) berkisar 4.35 - 4.65. Topografi lahan bervariasi, mulai datar (flat) sampai berombak (undulating) dengan tingkat kemiringan 2 – 5 %.

Kondisi di atas sesuai untuk syarat tumbuh ubi kayu. Namun, untuk mendapatkan hasil yang optimal diperlukan penambahan pupuk, bahan organik, dan teknik budidaya yang tepat.

Keadaan Tanaman dan Produksi Ubi Kayu

Varietas ubi kayu yang ditanam di PT PAL adalah varietas Kasetsart (UJ-5). Selain varietas Kasetsart, terdapat beberapa petak ubi kayu sambung (mukibat). Jarak tanam yang digunakan yaitu 90 cm x 60 cm, sehingga populasi 18 000 tanaman/ha dengan produktivitas rata-rata Januari 2007 sampai dengan Juni 2011 yaitu 21.91 ton/ha (Tabel 2).

(34)

Tabel 2. Produktivitas Ubi Kayu di PT PAL

No Tahun Luas area panen (ha) Produktivitas (kg/ha)

1 2001 958.25 17 045 2 2002 955.50 17 235 3 2003 698.00 17 547 4 2004 739.90 21 200 5 2005 680.98 20 527 6 2006 418.85 24 136 7 2007 253.75 26 560 8 2008 365.03 24 506 9 2009 195.05 23 106 10 2010 198.05 26 839 11 2011 23.25 22 270 Rata-rata 21 906

Sumber: Data PT PAL (Diolah)

Kelapa Sawit

Varietas kelapa sawit yang ditanam PT PAL terdiri dari beberapa jenis yang ditanam pada tahun yang berbeda-beda (Tabel 3). Varietas kelapa sawit yang ditanam terdiri dari varietas Dura, Tenera, D x P Marihat dan Socfin. Jarak tanam yang digunakan yaitu jarak tanam segitiga sama sisi dengan jarak 9 m x 9 m x 9 m, sehingga populasi 143 tanaman/ha.

Tabel 3. Keadaan Tanaman Kelapa Sawit PT PAL

No Tahun tanama Luas Total tanaman TM/TBM

1 1999 140.95 20 157 TM 9 2 2000 111.37 15 937 TM 8 3 2001 36.83 5 266 TM 7 4 2002 119.51 17 090 TM 6 5 2003 65.02 9 300 TM 5 6 2004 296.77 42 438 TM 4 7 2005 232.10 33 191 TM 3 8 2006 341.16 48 786 TM 2 9 2007 442.64 63 298 TM 1 10 2008 0 0 0 11 2009 350.91 50 180 TBM 2 12 2010 419.73 4 670 TBM 1 13 2011 8.39 1 200 TB Total 2 565.38 307 310

(35)

23

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT PAL Struktur Organisasi

Pematang Agri Lestari merupakan perusahaan yang bergerak dibidang perkebunan kelapa sawit dan ubi kayu. PT PAL dipimpin oleh seorang General

Manager (GM) yang membawahi tiga divisi yaitu Divisi Kebun, Divisi

Kemitraan, dan Divisi Pupuk Organik. Masing-masing divisi dipimpin oleh seorang manajer. Untuk hal-hal yang berhubungan dengan keuangan, GM dibantu oleh dua orang staf administrasi dan keuangan. Struktur Organisasi PT PAL tertera pada Lampiran 9;

Divisi Kebun

Manajer Kebun. Kebun PT PAL dipimpin oleh seorang manajer kebun.

Fungsi pokok manajer kebun yaitu: 1) menyusun, mengawasi, dan mengevaluasi kegiatan operasional kebun secara periodik (tahunan, bulanan, mingguan, dan harian) setiap divisi, 2) mengkoordinasikan dan mengawasi departemen di bawahnya, 3) menetapkan standar kerja dan standar biaya operasional setiap departemen, 4) mendelegasikan dan mengkoordinasikan kepala divisi untuk melaksanakan poin 1, 5) mencari dan membeli bibit apabila kekurangan bibit, sesuai dengan kriteria yang ditentukan, 6) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, dan peralatan kebun, dan 7) menilai prestasi bawahan. Dalam pelaksanaan di lapangan, manajer kebun dibantu oleh asisten manajer kebun.

Kepala Wilayah/Divisi. Areal kebun di PT PAL dibagi menjadi tiga

wilayah. Masing-masing wilayah dipimpin oleh seorang kepala divisi atau kepala wilayah. Untuk wilayah I, ada dua komoditas yang ditanam yaitu ubi kayu dan kelapa sawit. Di wilayah II dan III komoditas yang ditanam hanya satu, yaitu kelapa sawit. Tugas dan tanggung jawab dari kepala wilayah yaitu: 1) mengkoordinasikan dan mengawasi bawahannya, 2) melaksanakan jadwal tugas dari atasan, mendelegasikan, dan mengawasi mandor-mandor secara teratur, 3) menandatangani permintaan pembelian untuk pupuk, suku cadang, peralatan kebun, serta penggantian upah harian sesuai dengan wilayah masing-masing, dan

(36)

4) mencari dan meberhentikan tenaga harian atau borongan dengan persetujuan manajer kebun.

Mandor. Tugas dan tanggung jawab mandor yaitu : 1) mengawasi dan

memberi pengarahan kepada karyawan harian atau borongan untuk pekerjaan di lapangan, 2) ikut aktif dalam upaya mencari tenaga kerja harian dan borongan, 3) membuat laporan permintaan uang untuk upah harian dan borongan, dan 4) membuat laporan areal tanam, pupuk, dan laporan lain yang ditentukan oleh kepala wilayah/divisi masing-masing.

Divisi Kemitraan.

Divisi kemitraan dibentuk dengan tujuan untuk penyelenggara peningkatan hasil usaha pertanian masyarakat khususnya tanaman ubikayu, kelangsungan industri tapioka khususnya industri tapioka milik Grup Lambang Jaya dan menjadi sasaran kelangsungan usaha PT PAL melalui program kemitraan. Jabatan di divisi kemitraan terdiri atas manajer divisi kemitraan, advisor site kemitraan, legal, kepala wilayah, administrasi dan keuangan, pengawas lapangan kebun, pengawas lapangan pengolahan lahan, dan surveyor kredit.

Manajer Kemitraan. Manajer kemitraan mempunyai fungsi pokok untuk

menjalankan kebijakan perusahaan untuk mengembangkan tanaman ubi kayu dengan pola kemitraan. Tugas dan tanggung jawab manajer kemitraan, yaitu: 1) menyusun dan mengevaluasi program kerja dan anggaran biaya tahunan, bulanan, mingguan maupun harian dan melaporkannya kepada manajer kebun, 2) melakukan koordinasi dengan pihak pabrik dalam hal kebijakan penjualan maupun pembayaran hutang, refraksi, harga, dan lain-lain bagi anggota kemitraan, 3) monitoring pelaksanaan tugas bawahan dan mengevaluasi perkembangan anggota kemitraan, dan 4) bertanggung jawab terhadap pengembalian dana yang telah disalurkan kepada anggota mitra. Manajer divisi kemitraan mempunyai wewenang untuk menandatangani setiap surat-surat perjanjian, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan lainnya yang diperlukan setiap anggota kemitraan, serta memberikan dan menetapkan sanksi kepada anggota kemitraan yang melanggar perjanjian.

Advisor Site. Advisor site mempunyai fungsi pokok melakukan

(37)

25 sistem dan prosedur yang telah ditetapkan. Advisor site juga mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mengusulkan tindakan perbaikan kepada manajer kebun atau kepala divisi kemitraan apabila dalam pelaksanaan kegiatannya belum memenuhi sistem dan prosedur yang berlaku.

Legal. Bagian legal mempunyai fungsi pokok untuk memberikan

informasi mengenai legalitas data permohonan agar tidak timbul perselisihan atau kerugian perusahaan di kemudian hari. Wewenang dari bagian legal yaitu menandatangani surat perjanjian sebagai saksi.

Kepala Wilayah. Kepala wilayah mempunyai fungsi pokok untuk

mengembangkan dan mengelola kemitraan sesuai dengan wilayah masing-masing. Kepala wilayah berwenang untuk menandatangani persetujuan berita acara hasil survei apabila telah memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan perusahaan, mengatur pendistribusian saprodi maupun kegiatan yang diperlukan setiap anggota kemitraan, dan menentukan besarnya angsuran pinjaman anggota mitra.

Administrasi dan Keuangan. Fungsi pokok bagian administrasi dan

keuangan yaitu membantu kepala wilayah untuk mengumpulkan data dan informasi seluruh kegiatan kemitraan. Administrasi dan keuangan mempunyai wewenang untuk menerima uang penjualan ubi kayu anggota mitra dari bagian kasir pabrik untuk selanjutnya dilakukan pemotongan sebagai angsuran pinjaman berdasarkan persetujuan kepala wilayah.

Pengawas Lapangan. Pengawas lapangan kebun mempunyai fungsi

pokok melakukan pengawasan secara melekat kepada seluruh anggota kemitraan yang menerima kredit melalui penyaluran sarana produksi ataupun kegiatan-kegiatan lainnya yang berhubungan dengan kemitraan sesuai dengan wilayah kerjanyasehingga dana yang telah dikeluarkan dapat diterima kembali. Pengawas lapangankebun mempunyai wewenang untuk mengatur anggota mitra dalam penjadwalan pemanenan.

Pengawas Lapangan Pengolahan Lahan. Pengawas lapangan bagian

pengolahan lahan memiliki fungsi pokok untuk melakukan pengawasan kegiatan pengolahan areal tanaman ubi kayu anggota mitra agar produksi. Wewenangnya yaitu mengatur operator dan mekanik untuk melaksanakan tugas dengan baik.

(38)

Surveyor Kredit. Surveyor kredit mempunyai tugas pokok melaksanakan

survey terhadap personal, areal tanaman, dan agunan calon anggota mitra untuk proses persetujuan permohonan kredit. Surveyor kredit mempunyai wewenang untuk menandatangani surat berita acara hasil survei.

Ketenagakerjaan

Ketenagakerjaa PT PAL terdiri dari karyawan tetap (KT) dan karyawan harian lepas (KHL). Karyawan tetap di PT PAL berjumlah 80 orang yang terdiri dari satu orang pimpinan perusahaan (general manager), karyawan Divisi Kebun 54 orang, karyawan Divisi Kemitraan 20 orang, dan karyawan Divisi Pupuk Organik 6 orang. Gaji karyawan tetap diberikan setiap bulan. Untuk karyawan harian lepas (KHL) jumlahnya tidak tetap, karena sewaktu-waktu karyawan bisa masuk maupun keluar. Upah KHL dihitung per hari dan diberikan setiap akhir minggu.

Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan PT SPM I

Struktur Organisasi

Sinar Pematang Mulia I merupakan perusahan yang bergerak dalam pengolahan ubi kayu menjadi tapioka dan juga bergerak dalam pemasaran. PT SPM I dipimpin oleh seorang manajer pabrik (factory manager) yang membawahi lima departemen. Kelima departemen tersebut yaitu Departemen Produksi, Personalia dan Umum, Administrasi dan Keuangan Site, Logistik, dan

Purchasing. Secara struktur, tugas manajer pabrik dalam menangani empat

departemen (selain Departemen Produksi) dibantu oleh seorang office manager. Karena belum ada staf yang menempati posisi tersebut, manajer pabrik bertanggung jawab langsung terhadap kelima departemen dibawahnya. Departemen produksi berfungsi sebagai penyelenggara pengelolaan proses produksi untuk mencapai visi, misi, nilai dasar dan tujuan perusahaan. Departemen Produksi dipimpin oleh kepala departemen produksi atau manajer produksi yang dalam pelaksanaannya dibantu oleh seorang asisten.Struktur Organisasi PT SPM I tertera pada Lampiran 10;

Manajer Produksi. Manajer produksi mempunyai fungsi pokok untuk

(39)

27 produktivitas dan efisiensi proses produksi dapat berjalan sesuai dengan target yang diharapkan.

Kepala Departemen Personalia dan Umum. Kepala Departemen

Personalia dan Umum mempunyai fungsi pokok untuk melakukan pengawasan dan pengendalian ketenagakerjaan atau hal-hal yang berhubungan dengan perusahaan baik secara internal maupun eksternal demi terciptanya kenyamanan dan kelangsungan usaha. Untuk urusan administrasi, kepala Departemen Personalia dan Umum dibantu oleh staf Administrasi Personalia.

Kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site. Fungsi pokok kepala

Bagian Keuangan dan Administrasi Site yaitu mengelola keuangan dan administrasi site agar kegiatan operasional berjalan dengan lancar. Untuk pembayaran biaya-biaya pembelian bahan dan biaya operasional pabrik, kepala Bagian Keuangan dan Administrasi Site dibantu oleh kasir pabrik dan kasir lapak. Urusan administrasi dibantu oleh staf administrasi site.

Kepala Bagian Logistik. Kepala bagian logistik memiliki fungsi pokok

kepala bagian logistik yaitu mengatur ketersediaan barang kebutuhan operasional pabrik dan hasil produksi agar kegiatan dan distribusi barang berjalan dengan lancar.

Kepala Pembelian Bahan Baku (Purchasing). Kepala pembelian bahan

baku memiliki fungsi pokok memenuhi kebutuhan bahan baku yang berkuallitas agar produktivitas pabrik berjalan dengan stabil. Kepala pembelian bahan baku berwenang untuk menetapkan potongan refraksi dan menandatangani laporan harian pembelian.

Ketenagakerjaan

Tenaga kerja di PT SPM I terdiri dari tiga golongan karyawan, yaitu karyawan harian lepas (KHL), karyawan harian tetap (KHT), dan karyawan tetap (KT). Perbedaan gaji ketiga golongan tersebut yaitu terdapat pada sistem penghitungan, waktu pemberian, dan upah lembur. Sistem penghitungan gaji KHL yaitu gaji dihitung berdasarkan jumlah hari karyawan tersebut bekerja dan diberikan setiap minggu. Gaji KHT diberikan setiap bulan dan dilakukan pemotongan sebanyak jumlah hari karyawan tersebut tidak bekerja. Karyawan

(40)

tetap diberikan gaji tetap, tidak dilakukan pemotongan, dan diberikan setiap bulan. Pada perhitungan upah lembur antara karyawan tetap (karyawan harian tetap dan karyawan tetap) dan karyawan lepas berbeda. Pada karyawan lepas, upah lembur dihitung sama dengan upah harian, sedangkan karyawan tetap, upah lembur dihitung menggunakan upah lembur (misalnya, karyawan yang bekerja hari minggu maka akan mendapat upah lembur sebesar 2 HK).

PT SPM I memiliki karyawan sebanyak 164 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 60 orang KHT yang ditempatkan di bagian bagging dan sortir bonggol, 27 orang KHT bekerja di bagian operator, dan 77 orang yang termasuk KT.

Pola Hubungan Kemitraan, PT PAL, dan PT SPM I

Pada awalnya, kebun ubikayu PT PAL merupakan kebun inti untuk mensuplai bahan baku bagi pabrik tapioka PT SPM I. Namun karena adanya penggantian tanaman dari ubi kayu menjadi kelapa sawit. PT PAL tidak mampumemenuhi kebutuhana bahan baku PT SPM I. Masalah ini diatasi PT PAL dengan membentuk divisi mitra. Divisi ini bertugas untuk memenuhi kebutuhan PT SPM I melalui kerja sama dengan petani. Dalam kerjasama , PT SPM I, PT PAL, dan petani mitra memiliki kewajiban dan hak yang berbeda-beda.

PT SPM I

Kewajiban PT SPM I yaitu:

1. Menerima seluruh ubi kayu divisi kemitraan.

2. Menentukan harga beli ubi kayu divisi kemitraan minimal senilai harga ubi kayu diluar ubi kayu divisi kemitraan (umum) yang dibeli PT SPM I atau bahkan lebih tinggi dari harga umum.

3. Memberikan fee kepada PT PAL (divisi kemitraan) atas ubi kayu yang dikirim ke PT SPM I yang besarnya telah disepakati bersama.

Hak PT SPM I yaitu:

1. Seluruh ubi kayu divisi kemitraan harus dijual kepada PT SPM tanpa kecuali

(41)

29 2. Menentukan standarisasi ubi kayu divisi kemitraan yang dipanen, berkaitan

dengan umur, tingkat kebersihan dari kotoran dan lain-lain

PT PAL (Divisi Kemitraan)

Kewajiban PT PAL yaitu :

1. Menjual seluruh hasil ubi kayu kepada PT SPM I. 2. Mengirimkan/menjual ubi kayu dengan kualitas baik.

3. Memberikan kontribusi bahan baku kepada PT SPM I dengan hasil rata-rata adalah 20 – 25 ton/ha.

4. Memberikan laporan jadwal panen per bulan kepada PT SPM I.

5. Memberikan pinjaman yang berbentuk dana untuk digunakan dalam pengadaan barang dan jasa yang akan digunakan oleh petani mitra untuk pembelian pupuk, herbisida dan pengolahan lahan.

6. Menerima dan membeli seluruh ubi kayu petani mitra yang berasal dari lahan yang diperjanjikan dalam perjanjian ini, yang diterima di pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra dalam hal ini adalah pabrik PT SPM I dengan harga pasaran yang berlaku.

Hak-hak PT PAL yaitu :

1. Mendapat prioritas dalam penerimaan ubi kayu oleh PT SPM I. 2. Memperoleh fee dari PT SPM I atas penjualan ubi kayu.

3. Memperoleh harga beli ubi kayu dari PT SPM I yang kompetitif.

4. Bersama-sama petani mitra menentukan jadwal waktu panen yang berkaitan dengan umur tanaman dan luas tanaman yang dipanen yang berkaitan dengan jumlah kebutuhan pabrik.

5. Menerima pengembalian pinjaman dari petani mitra melalui pemotongan atas nota penjualan ubi kayu petani mitra dipabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra.

6. Menerima barang atau surat–surat berharga dari petani mitra sebagai jaminan atas pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.

(42)

Petani Mitra

Kewajiban-kewajiban petani mitra adalah:

1. Menyediakan lahan untuk dikelola dalam budidaya ubi kayu.

2. Membiayai seluruh kegiatan yang berkaitan dengan proses budidaya tanaman ubi kayu, mulai dari penyiapan lahan sampai dengan pengangkutan hasil panen ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra sesuai dengan jadwal yang telah disepakati bersama.

3. Memelihara dan mengawasi usaha budidaya tanaman ubi kayu secara intensif agar mencapai hasil produksi yang berkualitas baik dengan produksi minimal 25 ton/ha.

4. Bersedia untuk tidak mengalihkan dalam bentuk apapun pinjaman dari divisi mitra kepada orang lain tanpa persetujuan dari divisi mitra.

5. Melakukan panen pada umur tanaman 9 – 14 bulan (untuk ubi kayu

Kasetsart), dan menjual seluruh hasil produksi tanaman ubi kayu diatas

lahan yang diperjanjikan ke pabrik yang ditunjuk oleh divisi mitra dan tidak diperbolehkan menjual kepada pihak lain dalam kondisi apapun.

6. Membayar kembali seluruh pinjaman yang diterima dari divisi mitra, yang dipotong dari akumulasi nota penjualan ubi kayu petani mitra di pabrik divisi mitra.

7. Menyerahkan barang atau surat–surat berharga sebagai jaminan atas pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.

Hak–hak petani mitra yaitu:

1. Menerima pinjaman dari divisi mitra.

2. Menerima pembayaran dari divisi mitra atas penjualan ubi kayu petani mitra kepada divisi mitra, setelah dipotong seluruh pinjaman petani mitra kepada divisi mitra.

Referensi

Dokumen terkait

Pelaksanaan penelitian ini didasari oleh pembelajaran yang masih berpola teacher center sehingga berpengaruh pada rendahnya aktivitas dan perolehan nilai siswa kelas IV di SDN

meningkatkan keinginan belajar siswa yang awalnya guru hanya menerapkan metode ceramah tanpa adanya media, motivasi siswa terhadap belajar rendah dan apabila dibantu

Penelitian dilaksanakan pada April hingga Oktober 2012 dengan mengambil tanaman terinfeksi bulai dari Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Barat, Jawa

Rancangan model digunakan untuk membangun sistem pendukung keputusan pemberian zakat pendidikan di BMH Malang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan oleh tim

Mencoba mempertahankan keunggulan kompetitif melalui analisis dan reaksi terhadap kecenderungan pesaing menjadi lebih transparan dan kehidupan jangka pendek - paling

 Adalah elemen – elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen, yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan..

Benefit Incidence Analysis adalah alat analisis yang digunakan untuk menganalisis kebijakan pemerintah dalam hal subsidi untuk barang publik dan menilai dampak atau manfaat

Hidrofilisitas membran, fluks permeat, permeabilitas, dan rijeksi garam semakin meningkat dengan semakin kecilnya ukuran partikel silika dan semakin besarnya konsentrasi silika