SKRIPSI
PENGARUH TERAPI BERMAIN
PUZZLE
TERHADAP DAYA INGAT
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR
OLEH :
NI PUTU OKTARIANI
NIM. 1102105066
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Kerangka Konsep Jenis Variabel : Pengaruh Terapi Bermain
Puzzle
Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental
Gambar 2.
Kerangka Definisi Operasional Jenis Variabel Pengaruh Terapi
Bermain
Puzzle
Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental
Gambar 3.
Rancangan
Pre-Eksperimental
dengan
One Group Pre-Test and
Post-Test
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Penelitian
Lampiran 2. Anggaran Penelitian
Lampiran 3. Penjelasan Penelitian
Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 5. Standar Operasional Pelaksanan Terapi Bermain
Puzzle
Lampiran 6. Lembar Observasi Daya Ingat
Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Melakukan Studi Pendahuluan
Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Karakteristik Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD sampai 6 SD
SLBN-Gianyar berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Ajaran
2014/2015
Tabel 2.
Karakteristik Usia Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD sampai 6
SD di SLBN-Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015
Tabel 3.
Hasil Test Daya Ingat Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD
sampai 6 SD di SLBN-Gianyar Sebelum Diberikan Terapi
Bermain Puzzle Tahun Ajaran 2014/2015
Tabel 4.
Kemampuan Daya Ingat Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD
sampai 6 SD di SLBN-Gianyar Setelah Diberikan Terapi
Bermain Puzzle Tahun Ajaran 2014/2015
Tabel 5.
Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada
Anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar
i
PENGARUH TERAPI BERMAIN
PUZZLE
TERHADAP DAYA INGAT
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR
Untuk memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH :
NI PUTU OKTARIANI
NIM. 1102105066
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA
ii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama
: NI PUTU OKTARIANI
NIM
: 1102105066
Fakultas
: Kedokteran Universitas Udayana
Program Studi
: Ilmu Keperawatan
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar
hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran
orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila
dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka
saya bersedia menrima sanksi atas perbuatan tersebut.
Denpasar, Juni 2015
Yang membuat pernyataan,
iii
LEMBAR PERSETUJUAN
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI BERMAIN
PUZZLE
TERHADAP DAYA INGAT
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR
Untuk Memenuhi Persyratan
Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan
OLEH :
NI PUTU OKTARIANI
NIM. 1102105066
TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI
Pembimbing Utama
Pembimbing Pendamping
iv
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PENGARUH TERAPI BERMAIN
PUZZLE
TERHADAP DAYA INGAT
PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR
OLEH :
NI PUTU OKTARIANI
NIM. 1102105066
TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI
PADA HARI : ………...
TANGGAL :………
TIM PENGUJI :
1.
N.L.K. Sulisnadewi, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An (Ketua) …………..
2.
Ns. NLK Ari S Kumarawati, S.Kep
(Sekretaris) …………...
3.
Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep,MM
(Pembahas) …………...
MENGETAHUI:
DEKAN
KETUA
FK UNIVERSITAS UDAYANA
PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul
Pengaruh
Terapi Bermain
Puzzle
Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental di
SLBN-Gianyar.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:
1.
Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K).,M.Kes, sebagai Dekan Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan untuk
mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.
2.
Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF, yang telah memberikan saya kesempatan
untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas
Kedokteran.
3.
N.L.K, Sulisnadewi, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An sebagai pembimbing utama yang
telah memberikan bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini
tepat waktu.
1.
I Gede Cakra, S.Pd selaku Kepala Sekolah di SLBN-Gianyar beserta seluruh staf
yang telah membantu selama penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat waktu.
2.
Kedua orang tua dan keluarga atas segala bantuan materi dan dukungan baik
moral maupun spiritual.
3.
Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana Denpasar atas saran, masukan, dan bantuannya dalam
menyelesaikan skripsi ini.
4.
Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam
menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan skripsi ini.
Disadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik
dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Denpasar, Juni 2015
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ………...i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………...ii
LEMBAR PERSETUJUAN ………iii
PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ……… iv
KATA PENGANTAR ………..v
ABSTRAK………....vi
DAFTAR ISI ………....viii
DAFTAR GAMBAR ………...……….ix
DAFTAR TABEL………..x
DAFTAR LAMPIRAN ………..xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……….………..1
1.2
Rumusan Masalah ……….…... 7
1.3
Tujuan Penelitian ……….…….… 7
1.3.1 Tujuan Umum………7
1.3.2 Tujuan Khusus………...7
1.4
Manfaat Penelitian ……….……... 8
1.4.1 Bagi teoritis………8
1.4.2 Bagi praktis..………..8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.3 Karakteristik Umum Retardasi Mental……….11
2.1.4 Faktor penyebab Retardasi Mental………12
2.1.5 Klasifikasi Retardasi Mental……….15
2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental………....18
2.1.7 Latihan dan Pendidikan Retardasi Mental………....19
2.2 Daya Ingat ……….20
2.2.1 Pengertian Daya Ingat……...………....20
2.2.2 Klasifikasi Daya Ingat………...20
2.2.3 Faktor-faktor Daya Ingat………...22
2.3.4 Perkembangan Daya Ingat Retardasi Mental ………...23
2.3 Terapi Bermain
Puzzle
……….…..24
2.3.1 Pengertian Bermain
Puzzle
………...24
2.3.2 Jenis
Puzzle
……….…..24
2.3.3 Manfaat
Puzzle
……….25
2.4 Hubungan Terapi Bermain
Puzzle
dengan Daya Ingat ………26
BAB III KERANGKA KONSEP
1.1
Kerangka Konsep………..29
1.2
Variabel Penelitian………31
1.4
Hipotesis……….32
BAB IV KERANGKA KERJA
4.1 Jenis Penelitian………..…………..34
4.2 Kerangka Kerja………35
4.3 Waktu dan Tempat Penelitian……….36
4.3.1 Tempat………...36
4.3.2 Waktu………..36
4.4 Populasi, Sampel, Teknik Sampling………...36
4.4.1 Populasi Penelitian………..36
4.4.2 Sampel Penelitian………...………...37
4.4.3 Teknik Sampling……….38
4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data………...39
4.5.1 Jenis Data………39
4.5.2 Cara Pengumpulan Data……….39
4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data……….40
4.5.4 Etika Penelitian………...41
4.6 Pengolahan dan Analisa Data………..42
4.6.1 Teknik Pengolahan Data……….42
4.6.2 Teknik Analisa Data………...43
5.1 Hasil Penelitian………..45
5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian………47
5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian sesuai Variabel……...49
5.1.4 Hasil Analisa Data………...53
5.2 Pembahasan Hasil Penelitian………54
5.2.1 Hasil Pengamatan Terhadap Responden Sesuai Variabel…………...55
5.2.2 Analisa Pengaruh Terapi Bermain
Puzzle
………...57
5.3 Keterbatasan Penelitian………59
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN
6.1 Simpulan………..60
6.2 Saran………61
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 4
SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan
manfaat penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap
Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar.
Saya mengerti resiko yang akan terjadi pada penelitian ini tidak ada.
Apabila ada pernyataan dan intervensi yang menimbulkan respon emosional,
maka penelitian akan dihentikan.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan
dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Saya mengerti bahwa saya berhak
menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari
penelitian setiap saatanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.
Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini
atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab serta
dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan
serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan menjadi
Responden.
Denpasar, ………2015
Responden,
1 BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat
perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya
manusia yang berkualitas (Anneahira, 2012). Anak dalam keluarga merupakan
pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini
mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasan, kebanggaan, dan rasa
penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan
eksistensi hidupnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).
Menurut UU RI No. 4 tahun 1979 anak merupakan seseorang yang belum
mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditetapkan
karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan
pribadi dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. Anak
adalah potensi serta penerus bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh
generasi sebelumnya. Anak adalah masa dimana terjadi pertumbuhan dan
perkembangannya. Tahap perkembangan dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu
masa anak kecil atau masa bermain, tahap masa anak atau masa sekolah
rendah atau dasar, dan tahap remaja dimana masa peralihan dari usia anak
2
Perkembangan dan pertumbuhan anak berbeda-beda dikarenakan beberapa
faktor yaitu faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir,akan berpengaruh kepada
proses tumbuh kembang anak diantaranya adalah kemiskinan, penyakit infeksi
sistematik, trauma, penyakit kronis, anemia, defisiensi vitamin, serta cedera
kepala yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan berdampak pada
perkembangan mental anak. Salah satu yang berhubungan dengan gangguan
perkembangan mental pada anak ada Retardasi Mental (Soetjiningsih, 2012).
Retardasi Mental adalah suatu keadaan dimana anak mengalami suatu
limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun
perilaku adaptif yang diekspresikan dalam ketrampilan konseptual, sosial dan
praktis (Hendra.U, 2013). Biasanya terdapat perkembangan mental yang
kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama adalah inteligensi yang terbelakang (Maramis, 2004).
Menurut penelitian Word Health Organization (WHO) tahun 2009, jumlah
anak Retardasi Mental seluruh dunia adalah 3% dari total populasi. Tahun
2006-2007 terdapat 80.000 lebih penderita Retardasi Mental di Indonesia.
Jumlah ini mengalami kenaikan yang pesat pada tahun 2009, dimana terdapat
100,000 penderita Retardasi Mental.Pada tahun 2009 terjadi peningkatan
sekitar 25% (Depkes RI 2009). Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam
satu populasi. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur
10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih banyak pada
3
Provinsi Bali pada tahun 2014 jumlah anak yang mengalami retardasi mental
di bali adalah 2.754 penderita.
Pada anak dengan Retardasi Mental umumnya akan mengalami
keterlambatan dalam fungsi kognitifnya yaitu IQ (Intelligence Quotient). IQ
anak dengan Retardasi Mental <70 yang menyebabkan ketidakmampuan anak
untuk belajar dan beradaptasi di lingkungan masyarakat (DepKes RI, 2005).
Penilaian tentang tingkat daya ingat ataupun tentang kecerdasan pada anak
dengan Retardasi Mental, harus berdasarkan informasi yang tersedia termasuk
temuan klinis, perilaku adaptif dan hasil tes psikomotorik. Walaupun anak
dengan Retardasi Mental memiliki keterlambatan dalam IQ, tetapi IQ anak
Retardasi Mental masih dapat dilatih meskipun membutuhkan waktu yang
tidak sebentar (Farheen, Dixit, & Bansal, 2013).
Merawat anak dengan Retardasi Mental tidak semudah seperti merawat anak-anak normal pada umumnya. Keterbatasan yang dimiliki hampir semua
aspek perkembangan baik kognitif, bahasa, motorik maupun sosial membuat
mereka bergantung pada lingkungan sekitar terutama keluarga. Oleh karena
itu, penerimaan dan dukungan dari lingkungan terutama keluarga sangat
berpengaruh pada keberhasilan anak dalam menjalani kehidupannya.
Penerimaan keluarga terutama orang tua menjadi sangat penting mengingat
mempunyai anak dengan Retardasi Mental bukan merupakan suatu kegiatan,
tetapi keberadaan mereka adalah nyata dan mereka mempunyai hak untuk
4
Anak dengan Retardasi Mental membutuhkan institusi sekolah baik
tingkat TK, SD, SMP dan SMA yang bertujuan sebagai media untuk memfasilitasi dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.
Pendirian institusi Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan upaya pemerataan
pendidikan disemua lapisan masyarakat dan setiap warga negara Indonesia
yang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan (Departemen
Pendidikan Nasional, 2006).
Retardasi Mental diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Retardasi Mental
Ringan, Sedang, Berat. Berdasarkan ketiga klasifikasi anak dengan Retardasi
Mental tersebut, hanya anak dengan retardasi ringan dan sedang yang dapat
diminimalkan tingkat ketergantungannya. Dalam penanganan anak-anak
Retardasi Mental tersebut, tentunya dibutuhkan sistem pengajaran khusus
yang berbeda dengan sekolah umum dimana pada anak Retardasi Mental, selain mengalami gangguan pada motorik halusnya mereka juga mengalami
gangguan pada kognitifnya yang salah satunya daya ingat yang lemah
(Davision, 2006).
Daya ingat merupakan kemampuan mengingat kembali pengalaman yang
telah lampau. Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan
penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari
aktivitas meural sebelumnya (Rostikawati, 2008). Ingatan seseorang
dipengaruhi oleh tingkat perhatian,daya konsentrasi, emosi dan kelelahan
(Nursalam, 2007). Daya ingat dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu daya
5
merupakan sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah
terbatas beberapa detik. Ini merupakan bagian daya ingat yang menjadi tempat informasi yang saat itu dipikirkan. Sedangkan daya ingat jangka panjang
dianggap sebagai suatu penyimpanan yang kapasitasnya besar dan berdaya
ingat dalam waktu yang panjang (Slavin, 2008).
Dalam meningkatkan perkembangan daya ingat pada anak Retardasi
Mental bisa menggunakan metode bermain yang dapat bersifat menghibur,
mendidik, dan meningkatkan ketrampilan anak dengan Retardasi Mental serta
tidak melukai atau membahayakan diri sendiri dan orang lain. Permainan yang
dapat dilakukan adalah bermain puzzle. Prinsip lain dalam permainan puzzle
adalah untuk membantu meningkatkan daya ingat serta untuk membantu
percapaian tumbuh kembang (Nursalam, 2005).
Permainan puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam (Damay, 2012). Permainan
puzzle sangat bermanfaat bagi anak-anak karena dapat melatih koordinasi
mata dan tangan, melatih kesabaran dan memperluas pengetahuan,
meningkatkan kemampuan anak untuk belajar dan memecahkan masalah,
meningkatkan ketrampilan motorik halusnya dengan cara melihat
perkembangan daya ingat anak dan meningkatkan ataupun meningkatkan taraf
kecerdasan anak dalam belajar secara kelompok maupun mandiri,
menciptakan suasana rileks, kreatif serta keakraban dalam berinteraksi satu
6
Hal ini didukung dalam penelitian Danawati Safitri ”Peningkatan
Kemampuan Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kendawangan” berdasarkan penelitian
ini setelah anak-anak usia 5-6 tahun diberikan terapi bermain puzzle
kemampuan daya ingatnya “baik sekali” dikatakan perkembangan daya ingat
anak berkembang sangat baik sebesar 75%-80%.
Hasil studi pendahuluan di SLBN-Gianyar dengan melakukan wawancara
dengan Kepala Sekolah di Gianyar menyebutkan bahwa di
SLBN-Gianyar hanya terdapat anak-anak Retardasi Mental Ringan dan Sedang.
Jumlah anak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD yang mengalami
Retardasi Mental sebanyak 146 Siswa. Anak Retardasi Mental di
SLBN-Gianyar sulit untuk mengingat 1 sampai 2 huruf bahkan sangat susah untuk
menggabungkan satu sampai dua huruf hingga menjadi satu kosa kata. Dalam kegiatan belajar, upaya yang telah dilakukan oleh guru-guru di SLBN-Gianyar
untuk meningkatkan daya ingat siswa adalah mengulang kembali pelajaran
yang telah disampaikan sebanyak 2 sampai 3 kali sehingga siswa dapat
mengingat materi yang telah diberikan. Dari hasil observasi, peneliti akan
melakukan penelitian pada siswa kelas 4 sampai kelas 6 SD yang berjumlah
44 siswa, Alasan peneliti memakai kelas 4 sampai kelas 6 SD dikarenakan
siswa lebih kooperatif dibandingkan dengan siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD.
Terdapat 5 siswa dari 8 siswa yang telah diobservasi dengan menggunakan
skala intelegensi yaitu Tes Digit Span (alat untuk mengukur memori jangka
7
mundur). Didapatkan hasil setelah observasi yaitu pada anak Retardasi Mental
kelas 4 sampai dengan kelas 6 di SLBN-Gianyar mengalami tingkat daya ingat yang rendah.
Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh
Terapi Bermain Dengan Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi
Mental di SLBN-Gianyar”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah dari
penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap
daya ingat pada anak retardasi mental di SLBN-Gianyar?”
1.3. Tujuan
1.3.1 Tujuan Umun
Untuk mengetahui pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap daya ingat pada anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sebelum pemberian
permainan puzzle di SLBN-Gianyar.
2. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sesudah pemberian
8
3. Menganalisis perbedaan daya ingat sebelum dan sesudah diberikan
permainan puzzle.
1.4. Manfaat Penelitian
1.4.1. Manfaat Secara Teoritis
1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya pada anak Retardasi Mental dalam
mengembangkan daya ingatnya.
2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kerangka
pemikiran yang berbeda pada peneliti yang akan melakukan penelitian, agar menggunakan terapi yang lain dalam meningkatkan daya ingat pada anak
Retardasi Mental.
1.4.2 Manfaat Secara Praktis
1. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar menggunakan terapi bermain
puzzle sebagai salah satu metode terapi untuk meningkatkan daya ingat
pada anak Retardasi Mental.
2. Sebagai masukan bagi guru dan orang tua agar menggunakan terapi
bermain puzzle sebagai salah satu medote pembelajaran bagi anak Retardasi
Mental untuk meningkatkan daya ingatnya.
3. Membantu anak-anak Retardasi Mental untuk meningkatkan daya
9 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Retardasi Mental
2.1.1 Definisi Retardasi Mental
Retardasi Mental disebut juga oligofrenia (oligo= kurang atau sedikit)
dan (fren=jiwa) atau tuna mental ( Willy & Albert, 2009). Retardasi Mental
merupakan suatu kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan
pikiran, yang terutama ditandai oleh gangguan keterlampilan yang
dimanifestasikan selama periode perkembangan yang mempengaruhi keseluruhan tingkat kecerdasannya (Szymanski LC & Kaplan LC, 2004).
Menurut The American Association on Intellectual And
Developmental Disabilities, (2002) dalam Armatas, (2009) Retardasi
Mental merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh keterbatasan fungsi
intelektual dan perilaku adapatif baik dalam sosial maupun dalam
melakukan keterlampilan sehari-hari. Gangguan ini terjadi sebelum usia 18
tahun. Retardasi Mental dimulai pada masa anak-anak dengan karakteristik
adanya penurunan intelegensi dan keterlampilan adaptif serta gangguan
perkembangan secara umum.
Menurut Sebastian SC, (2002) dalam Soetjiningsih, (2014) Retardasi
Mental adalah keterlambatan perkembangan yang dimulai pada masa anak,
10
Jadi dapat disimpulkan bahwa Retardasi Mental merupakan
keterlambatan perkembangan yang dimulai pada masa anak-anak yang ditandai dengan penurunan intelegensi atau kemampuan kognitif yang
dibawah normal.
2.1.2 Epidemiologi Retardasi Mental
Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku
adaptif sebagai parameter dan populasi yang tidak diseleksi pada prevalensi
Retardasi Mental adalah 1 % pada populasi umum. Prevalensi untuk
Retardasi Mnetal ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk Retardasi Mental
sedang, berat dan sangat berat adalah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi
terdapat pada anak sekolah karena mereka dihadapkan pada tugas belajar
akademik yang memerlukan kemampuan kognitif. Pada usia dewasa
prevalensi menurun karena khsusnya untuk bekerja dibutuhkan
keterlampilan adaptif yang baik Retardasi Mental lebih banyak terdapat
pada laki-laki dibangdingkan dengan perempuan. Menurut survey, yang
dilakukan di Amerika Serikat, terdapat prevalensi gangguan Retardasi
Mental dengan gangguan perkembangan lainnya sekitar 1,58% sedangkan dengan Retardasi Mental saja sekitar 0,78%. Pasien yang menderita
Retardasi Mental sering kali juga menderita gangguan medis lainnya seperti
gangguan neurologis, dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%.
11
2.1.3 Karakteristik Umum Retardasi Mental
Secara umum anak dengan Retardasi Mental dapat diketahui dari tingkat intelejensi dan perilakunya.Anak dengan Retardasi Mental memiliki
kemampuan belajar yang terbatas dan kesulitan dalam menyelesaikan
masalah. Selain itu, perilaku anak yang menggantungkan pada orang lain.
Anak dengan Retardasi Mental memiliki perbedaan yang khas jika
dibandingkan dengan anak yang pertumbuhan dan perkembangan optimal.
Anak Retardasi Mental dapat dikenali dengan cirri-ciri yaitu, secara fisik
bentuk kepala terlalu kecil atau besar,mulut sering terbuka, sering ngiler atau
keluar cairan dari mulut, mata sipit, dan mata agak bengkak (Arif. M, 2008).
Sering kali anak dengan Retardasi Mental memiliki tatapan kosong
serta kondisi emosinya labil. Selain itu, tingkat intelegensi dibawah rata-rata
membuat anak dengan Retardasi Mental memiliki daya ingat yang lemah, acuh tak acuh terhadap lingkungan disekitarnya. Kondisi anak diperberat
dengan keterbatasan koordinasi gerakan yang kurang bahkan tak terkendali
biasanya anak dengan Retardasi Mental memiliki ciri khas yang lain yaitu
telapak tangan pendek, ditambah lagi memiliki tubuh yang pendek dan
gemuk . Mengkarakteristikan Retardasi Mental saat usia anak kesulitan
mempelajari sesuatu yang baru sehingga lamban untuk mempelajarinya,
kemampuan berkomunikasi kurang, kelainan pada fisik dan kemampuan
motorik, kesulitan dalam menolong diri sendiri, dan cara anak untuk
bersosialisasi dengan lingkungan yang sangat berbeda jika disbanding anak
12
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Penyebab Retardasi Mental
Menurut Sebastian, (2002) dalam buku Tumbuh Kembang Soetjiningsih, (2014) faktor penyebab Retardasi Mental adalah :
1. Pranatal
a. Chromosomal Aberrastion
(1). Sindrom Down
95% kasus sindrom down disebabkan trisomi 21, sisanya disebabkan
oleh translokasi dan mosaic.
(2). Delesi
Contoh, sindrom cri-du-chat disebabkan dilesi pada kromosom 5p3
(3). Sindrom Malforasi akibat mikrodilesi
Contoh, sindrom Prader-Willi (paternal origin) dan Angelman
(maternal origin) terjadi mikrodelesi pada kromosom 15q11-12, terdapat perbedaan fenotip karena mekanisme imprinting.
b. Disorders with autosomal-dominant inberitance
Contoh adalah tuberous sclerosis yang disebabkan oleh mitasi gen
pada pembentukan lapisan ektodermal dari fetus. Bila diagnosis
tuberous sclerosis ditegakkan,kedua orangtuanya harus diperiksa,
karena beresiko kejadian dan dapat berulang 50% pada setiap
kehamilan.
c. Disorder with autosomal-recessive inberitance
Sebagian besar penyakit metabolik mengikuti kategori ini, contohnya
13
diketahui. Gangguan ini pertama kali diketahui pada tahun 1934 oleh
Folling pada anak dengan Retardasi Mental.
d. X-linked Mental Retardation
Fragile X syndrome merupakan penyebab kedua Retardasi Mental,
setelah Sindrom Down. Kelainan kromosom terjadi pada lokasi
Xq27,3.
(1). Infeksi sitomegalovirus kongenital dapat menyebabkan mikrosefali
ganguan pendengaran sensorineural, dan retardasi psikomotor.
(2).Toksoplasmosis congenital mengakibatkan 20% bayi yang
terinfeksi mengalami kelainan hidrosefalus, mikrosefalus,
gangguan perkembangan psikomotor, mata, dan pendengaran.
(3). HIV congenital dapat menyebabkan ensefalopati, yang ditandai
oleh mikrosefali, kelainan neurologi progresif, retardasi mental, dan gangguan perilaku.
e. Zat-zat racun
Zat teratogen yang terpenting pada ibu hamil adalah etanol, yang
dapat menyebabkan fetal alcohol syndrome (FAS). Alkohol
menyebabkan 3 kelainan utama yaitu : 1. Gambaran dismorfik (bila
terpajan pada tahap organogenesis), 2. Retardasi pertumbuhan prenatal
dan pascanatal, 3.Disfungsi susunan saraf pusat (SSP), termasuk
retardasi mental ringan atau sedang, perkembangan motorik lambat,
hiperaktivitas. Beratnya kelainan tergantung pada jumlah alkohol yang
14
f. Toksemia kehamilan dan insufiensi plasenta
Intrauterine growth retardation (IUGR) banyak penyebabnya.
Penyebab yang penting adalah toksemia kehamilan yang dapat
mengakibatkan kelainan pada SSP. Prematuritas dan terutama IUGR
merupakan predisposes komplikasi perinatal, yang bisa mempengaruhi
SSP dan menimbulkan masalah perkembangan lainnya.
2. Perinatal
a. Infeksi
Infeksi pada peroide neonatal dapat ,menyebabkan gangguan
perkembangan, misalnya herpes simpleks tipe 2 yang dapat menyebabkan
ensefalitis dan sekuelenya. Infeksi bakteri yang menyebabkan sepsis dan
meningitis dapat mengakibatkan hidrosefalus.
b. Masalah Kelahiran
Asfiksia berat, prematuritas, trauma lahir, dan gejala-gejala neurologis
pada masa bayi harus diwaspadai sebagai faktor risiko retardasi mental.
c. Masalah perinatal lainnya
Misalnya, pada retinopathy of prematurity (fibroplasias retrolental)
karena pemakaian oksigen 100% pada bayi premature, selain
mengakibatkan kebutaan juga dapat mengakibatkan kerusakan SSP dan
retardasi mental. Demikian pula, hiperbillirubinema dapat menyebabkan
kern ikterus dan retardasi mental.
3. Pascanatal
15
b. Zat-zat racun, misalnya keracunan logam-logam berat
c. Penyebab pascanatal lainnya
Misalnya tumor ganas pada otak, trauma kepala pada kecelakaan, hampir
tenggelam (near-drowning)
d. Masalah Psikososial
Misalnya, deprivasi maternal, kurang stimulasi, kemiskinan
e. Penyebab tidak diketahui
Sekitar 30% penyebab retardasi mental besar dan 50% retardasi mental
ringan tidak diketahui. Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental
ini berasal dari golongan sosial dan ekonomi rendah karena kurangnya
stimulasi dari lingkungannya, yang secara bertahap menurunkan IQ
bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula, keadaan sosial
ekonomi rendah dapat menjadi penyebab organik retardasi mental, misalnya logam berat yang subklinik dalam jangka waktu lama dapat
mempengaruhi kemampuan kognitif.
2.1.5 Klasifikasi Retardasi Mental
Terdapat beberapa penggolongan terkait karakteristik pada anak Retardasi Mental menurut Willy & Albert, (2009) adalah sebagai berikut :
1. Retardasi Mental Ringan
Anak dengan kategori Retardasi Mental Ringan dengan IQnya antara 50-55. Pemahamaan dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada
berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang memepengaruhi
16
mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar
dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dari mereka dapat mandiri penuh dalam merawat diri
sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar maupun kecil).
Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat
akademik. Banyak diantaranya mereka mempunyai masalah khusus dalam
membaca dan menulis. Namun demikian penyandang Retardasi Mental
ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang dirancang untuk
mengembangkan keterlampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan
mereka. Kebanyakan anak dengan Retardasi Mental Ringan tingkat
intelegensinya lebih tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang
membutuhkan praktik daripada kemampuan akademik. Sebagian besar
kasus, Retardasi Mental Ringan dapat mencapai suatu tingkat keberhasilan sosial dalam lingkungan yang mendukung.
2. Retardasi Mental Sedang
Pada anak dengan Retardasi Mental Sedang IQnya biasanya dalam
rentang 35-40. Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam
keterlampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada
bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan
interaksi sosial dan percakapan sederhana. Anak Retardasi Mental Sedang
mungkin tidak terdiagnosis sampai anak tersebut memasuki sekolah, karena
17
prasekolah. Pada anak Retardasi Mental Sedang, terdiagnosa dengan
perkembangan yang lebih lambat dan biasanya dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Pada anak Retardasi Mental Sedang mereka tidak dapat
dididik, tetapi dapat dilatih. Walaupun pencapaian akademiknya terbatas,
anak dengan Retardasi Mental Sedang, bila mendapatkan perhatian khusus
secara individual dapat mengembangkan keterlampilannya.
3. Retardasi Mental Berat
Pada anak Retardasi Mental Berat IQnya 20-25. Anak dengan
Retardasi Mental Berat sangat susah untuk diajak berkomunikasi dan
keterlampilan motoriknya sangat buruk. Anak tidak dapat dididik dan dilatih.
Pendekatan perilaku dapat mendorong suatu tingkat perawatan diri
sendiri,walaupun orang dengan Retardasi Mental Berat biasanya memerlukan
pengawasan yang luas.
4. Retardasi Mental Sangat Berat
Pada anak dengan Retardasi Mental Sangat Berat IQnya yaitu dibawah
20-25. Pada perkembangan dan keterlampilan yang sangat terbatas seperti
berkomunikasi, dan keterlampilan motoriknya. Pada anak dengan Retardasi
Mental Sangat Berat tidak dapat dididik. Akan tetapi, jika dilakukan
pengawasan yang terus-menerus, pada masa dewasa peningkatan yang
18
2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan pada Retardasi Mental
Menyadari semakin kompleknya masalah yang dihadapi pada Retardasi Mental maka berbagai usaha dilakukan untuk mencegahnya.
Menurut (Willy & Albert, 2009) pencegahan dapat dilakukan sebagai
berikut yaitu :
1. Pencegahan Primer
Dalam pencegahan primer yang dilakukan untuk menghilangkan atau
menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan perkembangan disertai
dengan retardasi mental yaitu:
a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran
masyarakat umumtentang Retardasi Mental.
b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk
menjaga dan memperbarui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.
c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak
yang optimal.
d. Konseling keluarga dan genetic untuk membantu menurunkan insiden
Retardasi Mental.
2. Pencegahan Sekunder
Pada pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan
19
3. Pencegahan Tersier
Pada pencegahan tersier itu lebih mengarah ke rehabilitasi. Biasanya pada anak dengan Retardasi Mental sebaiknya medapat pelatihan
khusus di sekolah luar biasa (SLB). Untuk terapinya dapat diberikan
neuroleptika untuk mengurangi gelisah,dan hiperaktif.
2.1.7 Latihan dan Pendidikan
Menurut American Occupatial Therapy Association, (2003) dalam
Armatas, (2009) latihan dan pendidikan yang dapat diberikan pada anak
Retardasi Mental yaitu:
1. Occupasional Therapy (Terapi Gerak)
Terapi ini memberikan kepada anak Retardasi Mental untuk melatih
gerak fungsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).
2. Play therapy (Terapi Bermain)
Terapi ini merupakan terapi yang diberikan kepada anak Retardasi
Mental dengan cara bermain misalnya berhitung, bermain sosial drama dan
bermain jual, beli.
3. Activity daily living (ADL)
Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anak sehingga
mereka dapat merawat dirinya dan tidak tergantung kepada orang lain.
a. Live Skill ( Keterlampilan Hidup)
Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan dapat hidup mandiri. Untuk
20
kelak dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat
bersaing di dunia industri dan usaha. b. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)
Selain diberikan keterlampilan, anak dengan Retardasi Mental juga
diberikan latihan kerja. Dengan bekal latihan yang telah dimilikinya, anak
Retardasi Mental diharapkan dapat bekerja di lingkungan sesuai dengan
kemampuannya.
2.2 Daya Ingat
2.2.1 Definisi Daya Ingat
Daya ingat adalah kemampuan mengingat kembali pengalaman yang
telah lampau. Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan
penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat
dari akivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan
jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk
penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau
yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memorytraces) (Rostikawati,
2009). Ingatan adalah cara-cara yang dengan seseorang mempertahankan
dan menarik pengalaman pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat
21
2.2.2 Klasifikasi Daya Ingat
Menurut Nelson, (2008) Daya ingat dapat dilaksifikasikan menjadi 2 yaitu:
1. Daya Ingat Jangka Pendek
Memori jangka pendek adalah jenis ingatan yang digunakan ketika
seseorang berusaha mempertahankan informasi dan memikirkannya dalam waktu yang singkat. Ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau
stimulasi sekitar 30 detik. Informasi yang sudah berada dalam sistem memori
jangka pendek, informasi tersebut bisa ditransfer kembali dengan proses
pengulangan ke sistem jangka panjang atau dapat juga informasi tersebut
hilang atau terlupakan karena tergantikan dengan tambahan informasi baru.
2. Daya Ingat Jangka Panjang
Melatih kemampuan memori jangka pendek sekaligus akan
meningkatkan kesempatan mentransfernya ke memori jangka panjang yang
memiliki kapasitas yang hampir tidak terbatas. Ingatan jangka panjang
(long-term memory) terdiri dari potongan-potongan informasi yang disimpan di
dalam otak selama lebih dari beberapa menit dan dapat ditarik kembali ketika
dibutuhkan. Dengan kata lain, ingatan jangka panjang adalah total dari apa
yang kita ketahui misalnya dari nama pribadi, alamat, dan nomor telepon serta
nama-nama teman, saudara hingga informasi yang lebih rumit seperti suara
22
2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Ingat
Menurut Bridge et al. (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi daya ingat yaitu:
1. Usia
Banyak yang menyebutkan usia sangat berpengaruh terhadap
kemampuan seseorang untuk mengingat. Seseorang yang lebih tua
cenderung memiliki kemampuan mengingat kurang jika dibandingkan
dengan orang yang lebih muda. Semakin bertambahnya usia maka sel-sel
otak akan semakin kelelahan dalam menjalankan fungsinya yang
menyebabkan tidak bisa bekerja secara optimal.
2.Jenis Kelamin
Jenis kelamin dianggap mempengaruhi memori seseorang meskipun
belum ada kepastian antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki kemampuan mengkorelasikan suatu informasi lebih baik daripada laki-laki,
namun ketepatan dalam memanggil kembali jawaban itu masih kurang baik
dibandingkan dengan laki-laki.
3.Aktivitas fisik dan Olahraga
Seseorang yang banyak beraktivitas fisik termasuk berolahraga
cenderung memiliki memori jangka pendek yang lebih tinggi daripada
yang jarang beraktivitas. Misalnya kegiatan yang harus melibatkan fungsi
kognitif seperti bermain, bersepeda. Sedangkan kegiatan yang
23
buku, menulis dan mengisi teka-teki silang, pemain kartu, dan partisipasi
dalam kelompok.
2.2.4 Perkembangan Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental
Menurut KepMenKes nomor 1218/Menkes/SK/XII/2009, Perkembangan
daya ingat pada anak Retardasi Mental dipengaruhi oleh faktor genetik dan
lingkungan. Jika faktor ini tidak mendukung, maka dengan sendirinya
perkembangan daya ingat jauh dari optimal. Daya ingat sebagai hasil
perkembangan semua fungsi otak dan semua terlibat dalam berpikir dan
kemampuan dalam memecahkan masalah.Pada anak Retardasi Mental gangguan
perkembangan daya ingatnya sering menggangu belajar (learning disabilities),
kesulitan belajar (leraning difficulties) dan gangguan modalitas belajar. Gangguan
belajar merupakan masalah gangguan akademik yang berada dibawah kapasitas
yang diharapkan. Keadaan ini merupakan masalah primer karena gangguan neurologik dan genetik pada anak Retardasi Mental. Gangguan belajar berupa
kesulitan dalam membaca, berhitung dan menulis. Dalam kesulitan belajar dan
modalitas belajar itu merupakan proses pencapaian akademik yang bukan
disebabkan oleh faktor primer tetapi disebabkan oleh faktor sekunder. Gangguan
ini dapat disebabkan karena anak mengalami cacat fisisk, gangguan perilaku,
mental, ganguan lingkungan, faktor asupan gizi, obat-obatan, dan kurangnya
lingkungan yang mendukung. Gangguan tersebut akan menghambat daya ingat
24
2.3 Terapi Bermain Puzzle
2.3.1 Pengertian Bermain Puzzle
Puzzle merupakan media yang berbentuk potong-potongan gambar yang
digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran, sehingga dapat menstimulus
perhatian, minat, pikiran, dan perasan anak selama pembelajaran (Firmansyah, 2008). Bermain puzzle adalah sebuah permainan mengabungkan gambar yang
sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan yang memiliki arti. Bermain puzzle
akan melatih anak dalam berpikir kritis yaitu berupa gambar terbagi dalam
potongan-potongan yang beraneka bentuk, bahan, ukuran, dari tingkat yang
mudah sampai ketingkat yang rumit. Bermain puzzle juga bisa untuk memotivasi
diri secara utuh dan merupakan daya tarik yang kuat (Indigo. K, 2012).
2.3.2 Jenis-Jenis puzzle
Menurut (Hadfield, 2008) jenis puzzle yang dapat digunakan dalam proses
belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan dan daya ingat siswa sebagai
berikut :
1. Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri dari gambar-gambar dan
huruf-huruf acak untuk dijodohkan menjadi kosakata yang benar.
2. Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan untuk dijawab
kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk dirangkai
menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban pertanyaan yang paling akhir.
3. The thing puzzle, yakni puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang
25
4. The letter(s) readiness puzzle, yakni puzzle yang berupa gambar-gambar
disertai dengan gambar-gambar benda yang dijodohkan.
5. Crosswords puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
harus dijawab dengan cara memasukkan jawaban tersebut ke dalam
kotak-kotak yang tersedia baik secara horizontal maupun vertikal.
Menurut (Firmansyah,2008) terdapat 4 jenis puzzle, anatara lain :
1. Logic Puzzle
Logic puzzle merupakan puzzle yang pemecahannya menggunakan logika.
2. Jigsaw Puzzle
Jigsaw Puzzle adalah puzzle berupa keeping-kepingan. Dikatakan jigsaw
karena alat untuk memotong menjadi kepingan disebut jigsaw.
3. Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan.
Contohnya puzzle Soma Cube dan Chinese Wood Knots.
4. Combination Puzzle, adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui
beberapa kombinasi yang berbeda. Contohnya Puzzle Rubik’s Cube dan
Hanoi Tower.
2.3.4 Manfaat Bermain Puzzle
Manfaat Bermain Puzzle menurut Sukmadinata, (2009) bermain puzzle
memiliki beberapa manfaat bagi anak-anak antara lain yaitu :
1. Meningkatkan kemampuan berpikir, menguatkan daya ingat,serta dapat
meningkatkan konsentrasi pada anak. Saat bermain puzzle anak akan
26
dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potong-potongan kepingan
gambar tersebut.
2. Melatih koordinasi tangan dan mata. Puzzle dapat melatih koordinasi mata
dan tangan anak untuk mencocokan keeping-keping puzzle dan
menyusunnya menjadi satu gambar. Puzzle juga membantu anak
mengenal dan menghafal bentuk, gambar, warna, tulisan.
3. Meningkatkan ketrampilan kognitif. Ketrampilan kognitif berkaitan
dengan kemampuan anak untuk belajar dan memecahkan masalah.
4. Belajar bersosialisasi. Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya
butuh diskusi untuk merancang keeping-kepingan gambar dari puzzle
tersebut.
2.4 Hubungan Terapi Bermain Puzzle Dengan Stimulasi Daya Ingat
Sejak lahir hingga masa awal balita, perkembangan otak tampak lengkap,
tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan otak atau perubahan fungsi
otak mempengaruhi perkembangan dan performansi intelektual anak-anak sejak
mereka sekolah. Berat otak manusia meningkat sekitar 35% sejak berusia dua
tahunan. Pertumbuhan otak berpengaruh terhadap fungsi otak. Semburan pertumbuhan otak terjadi pada usia 3-8 bulam, 2-4 tahun, 6-8 tahun, 10-13 tahun
dan 14-17 tahun (Yeti Mulyati, 2005). Pertumbuhan dan fungsi otak sangat
berhubungan dengan daya ingat yaitu berkemampuan untuk memanggil kembali
memori yang telah tersimpan untuk dipergunakan dalam hal tertentu .Kognitif
27
banyak informasi secara efisien. Kognitif merupakan semua proses dan produk
pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental, seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah. Kemampuan
mengingat berkembang sebagai hasil dari kerjasama dinamik antara program
genetik daripada perkembangan otak dan keadaan lingkungan yang dapat
mempengaruhi. Ingatan dipengaruhi oleh tingkat perhatian,minat,daya
konsentrasi,emosi dan kelelahan. Semakin kuat minat dan atensi maka semakin
melekat informasi yang akan diterima.
Penelitian Danawati, (2014) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan
Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada Anak Usia 5-6 Tahun”. Dalam
penelitian ini didapatkan hasil yaitu peningkatan kemampuan daya ingat melalui
permainan media puzzle pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi
Kendawangan berkembang “sangat baik”, adapun peningkatan kemampuan anak mengingat objek dari potongan permainan puzzle pada siklus ke-1 sebesar 45%
dan siklus ke-2 sebesar 75%. Pada kemampuan anak mengurutkan kepingan
puzzle untuk diisi pada siklus ke-1 sebesar 50% dan pada siklus ke-2 meningkat
sebesar 80%. Pada kemampuan anak mengingat gambit yang kosong pada puzzle
pada siklus ke-1 sebesar 45% dan pada siklus ke-2 meningkat sebesar 75%. Jadi
kesimpulan dari penelitian ini adalah anak-anak di Taman Kanak-kanak Pertiwi
Kendawangan perkembangan daya ingatnya “sangat baik” setelah diberikan
permainan puzzle.
Permainan puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya
28
perkembangan daya ingat khususnya pada anak Retardasi Mental bisa
menggunakan metode bermain yang dapat mendidik, menghibur, dan meningkatkan ketrampilan anak Retardasi Mental. Prinsip permainan puzzle
membantu meningkatkan daya ingat serta untuk membantu percapaian tumbuh
kembang anak (Nursalam, 2005).
Ketika kegiatan bermain berlangsung, indra penglihatan akan menerima
stimulus berupa rangsangan visual, yaitu bentuk-bentuk dari puzzle yang baru
dipecahkan. Rangsangan visual tersebut akan diteruskan menuju otak, khususnya
otak besar pada lobus frontalis. Lobus Frontalis merupakan bagian depan dari
otak besar yang berhubungan dengan kognisi dan penyelesaian masalah. Setelah
merangsang lobus frontalis dapat terjadi peningkatan konsentrasi sehingga
kemampuan daya ingat siswa akan meningkat.
Sesuai dengan pendapat ahli tersebut yang menyatakan bahwa puzzle
dapat meningkatkan daya ingat. Dengan meningkatkan daya ingat pada anak
khususnya pada anak Retardasi Mental, permainan puzzle juga akan membantu