• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental Di SLBN-Gianyar.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental Di SLBN-Gianyar."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BERMAIN

PUZZLE

TERHADAP DAYA INGAT

PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR

OLEH :

NI PUTU OKTARIANI

NIM. 1102105066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(2)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.

Kerangka Konsep Jenis Variabel : Pengaruh Terapi Bermain

Puzzle

Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental

Gambar 2.

Kerangka Definisi Operasional Jenis Variabel Pengaruh Terapi

Bermain

Puzzle

Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental

Gambar 3.

Rancangan

Pre-Eksperimental

dengan

One Group Pre-Test and

Post-Test

(3)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 2. Anggaran Penelitian

Lampiran 3. Penjelasan Penelitian

Lampiran 4. Surat Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5. Standar Operasional Pelaksanan Terapi Bermain

Puzzle

Lampiran 6. Lembar Observasi Daya Ingat

Lampiran 7. Surat Permohonan Ijin Melakukan Studi Pendahuluan

Lampiran 8. Surat Permohonan Ijin dan Pengambilan Data

(4)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Karakteristik Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD sampai 6 SD

SLBN-Gianyar berdasarkan Jenis Kelamin Tahun Ajaran

2014/2015

Tabel 2.

Karakteristik Usia Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD sampai 6

SD di SLBN-Gianyar Tahun Ajaran 2014/2015

Tabel 3.

Hasil Test Daya Ingat Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD

sampai 6 SD di SLBN-Gianyar Sebelum Diberikan Terapi

Bermain Puzzle Tahun Ajaran 2014/2015

Tabel 4.

Kemampuan Daya Ingat Anak Retardasi Mental Kelas 4 SD

sampai 6 SD di SLBN-Gianyar Setelah Diberikan Terapi

Bermain Puzzle Tahun Ajaran 2014/2015

Tabel 5.

Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada

Anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar

(5)

i

PENGARUH TERAPI BERMAIN

PUZZLE

TERHADAP DAYA INGAT

PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR

Untuk memenuhi Persyaratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

NI PUTU OKTARIANI

NIM. 1102105066

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

(6)

ii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: NI PUTU OKTARIANI

NIM

: 1102105066

Fakultas

: Kedokteran Universitas Udayana

Program Studi

: Ilmu Keperawatan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini benar-benar

hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambil alihan tulisan atau pikiran

orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri. Apabila

dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah hasil jiplakan, maka

saya bersedia menrima sanksi atas perbuatan tersebut.

Denpasar, Juni 2015

Yang membuat pernyataan,

(7)

iii

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BERMAIN

PUZZLE

TERHADAP DAYA INGAT

PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR

Untuk Memenuhi Persyratan

Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan

OLEH :

NI PUTU OKTARIANI

NIM. 1102105066

TELAH MENDAPATKAN PERSETUJUAN UNTUK DIUJI

Pembimbing Utama

Pembimbing Pendamping

(8)

iv

HALAMAN PENGESAHAN

SKRIPSI

PENGARUH TERAPI BERMAIN

PUZZLE

TERHADAP DAYA INGAT

PADA ANAK RETARDASI MENTAL DI SLBN-GIANYAR

OLEH :

NI PUTU OKTARIANI

NIM. 1102105066

TELAH DIUJIKAN DI HADAPAN TIM PENGUJI

PADA HARI : ………...

TANGGAL :………

TIM PENGUJI :

1.

N.L.K. Sulisnadewi, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An (Ketua) …………..

2.

Ns. NLK Ari S Kumarawati, S.Kep

(Sekretaris) …………...

3.

Ns. Dewa Gede Anom, S.Kep,MM

(Pembahas) …………...

MENGETAHUI:

DEKAN

KETUA

FK UNIVERSITAS UDAYANA

PSIK FK UNIVERSITAS UDAYANA

(9)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Pengaruh

Terapi Bermain

Puzzle

Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental di

SLBN-Gianyar.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu

menyelesaikan skripsi ini. Ucapan terima kasih penulis berikan kepada:

1.

Prof. Dr. dr. Putu Astawa, Sp.OT (K).,M.Kes, sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana yang telah memberikan saya kesempatan untuk

mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran.

2.

Prof. dr. Ketut Tirtayasa, MS. AIF, yang telah memberikan saya kesempatan

untuk mengikuti pendidikan di Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran.

3.

N.L.K, Sulisnadewi, M.Kep, Ns, Sp.Kep.An sebagai pembimbing utama yang

telah memberikan bantuan sehingga peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini

tepat waktu.

(10)

1.

I Gede Cakra, S.Pd selaku Kepala Sekolah di SLBN-Gianyar beserta seluruh staf

yang telah membantu selama penelitian sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini

tepat waktu.

2.

Kedua orang tua dan keluarga atas segala bantuan materi dan dukungan baik

moral maupun spiritual.

3.

Teman-teman Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran

Universitas Udayana Denpasar atas saran, masukan, dan bantuannya dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4.

Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam

menyelesaikan dan telah mendoakan demi suksesnya penyusunan skripsi ini.

Disadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik

dan saran yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi semua pihak.

Denpasar, Juni 2015

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………...i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ………...ii

LEMBAR PERSETUJUAN ………iii

PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ……… iv

KATA PENGANTAR ………..v

ABSTRAK………....vi

DAFTAR ISI ………....viii

DAFTAR GAMBAR ………...……….ix

DAFTAR TABEL………..x

DAFTAR LAMPIRAN ………..xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang ……….………..1

1.2

Rumusan Masalah ……….…... 7

1.3

Tujuan Penelitian ……….…….… 7

1.3.1 Tujuan Umum………7

1.3.2 Tujuan Khusus………...7

1.4

Manfaat Penelitian ……….……... 8

1.4.1 Bagi teoritis………8

1.4.2 Bagi praktis..………..8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(23)

2.1.3 Karakteristik Umum Retardasi Mental……….11

2.1.4 Faktor penyebab Retardasi Mental………12

2.1.5 Klasifikasi Retardasi Mental……….15

2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan Retardasi Mental………....18

2.1.7 Latihan dan Pendidikan Retardasi Mental………....19

2.2 Daya Ingat ……….20

2.2.1 Pengertian Daya Ingat……...………....20

2.2.2 Klasifikasi Daya Ingat………...20

2.2.3 Faktor-faktor Daya Ingat………...22

2.3.4 Perkembangan Daya Ingat Retardasi Mental ………...23

2.3 Terapi Bermain

Puzzle

……….…..24

2.3.1 Pengertian Bermain

Puzzle

………...24

2.3.2 Jenis

Puzzle

……….…..24

2.3.3 Manfaat

Puzzle

……….25

2.4 Hubungan Terapi Bermain

Puzzle

dengan Daya Ingat ………26

BAB III KERANGKA KONSEP

1.1

Kerangka Konsep………..29

1.2

Variabel Penelitian………31

(24)

1.4

Hipotesis……….32

BAB IV KERANGKA KERJA

4.1 Jenis Penelitian………..…………..34

4.2 Kerangka Kerja………35

4.3 Waktu dan Tempat Penelitian……….36

4.3.1 Tempat………...36

4.3.2 Waktu………..36

4.4 Populasi, Sampel, Teknik Sampling………...36

4.4.1 Populasi Penelitian………..36

4.4.2 Sampel Penelitian………...………...37

4.4.3 Teknik Sampling……….38

4.5 Jenis dan Cara Pengumpulan Data………...39

4.5.1 Jenis Data………39

4.5.2 Cara Pengumpulan Data……….39

4.5.3 Instrumen Pengumpulan Data……….40

4.5.4 Etika Penelitian………...41

4.6 Pengolahan dan Analisa Data………..42

4.6.1 Teknik Pengolahan Data……….42

4.6.2 Teknik Analisa Data………...43

(25)

5.1 Hasil Penelitian………..45

5.1.2 Karakteristik Subjek Penelitian………47

5.1.3 Hasil Pengamatan Terhadap Objek Penelitian sesuai Variabel……...49

5.1.4 Hasil Analisa Data………...53

5.2 Pembahasan Hasil Penelitian………54

5.2.1 Hasil Pengamatan Terhadap Responden Sesuai Variabel…………...55

5.2.2 Analisa Pengaruh Terapi Bermain

Puzzle

………...57

5.3 Keterbatasan Penelitian………59

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan………..60

6.2 Saran………61

DAFTAR PUSTAKA

(26)

Lampiran 4

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya telah mendapatkan penjelasan dengan baik mengenai tujuan dan

manfaat penelitian yang berjudul Pengaruh Terapi Bermain Puzzle Terhadap

Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar.

Saya mengerti resiko yang akan terjadi pada penelitian ini tidak ada.

Apabila ada pernyataan dan intervensi yang menimbulkan respon emosional,

maka penelitian akan dihentikan.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan

dirahasiakan, dan kerahasiaan ini akan dijamin. Saya mengerti bahwa saya berhak

menolak untuk berperan serta dalam penelitian ini atau mengundurkan diri dari

penelitian setiap saatanpa adanya sanksi atau kehilangan hak-hak saya.

Saya telah diberikan kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini

atau mengenai peran serta saya dalam penelitian ini dan telah dijawab serta

dijelaskan secara memuaskan. Saya secara sukarela dan sadar bersedia berperan

serta dalam penelitian ini dengan menandatangani Surat Persetujuan menjadi

Responden.

Denpasar, ………2015

Responden,

(27)

1 BAB 1

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Anak merupakan masa depan bangsa dan aset negara yang perlu mendapat

perhatian, pertumbuhan dan perkembangan untuk membentuk sumber daya

manusia yang berkualitas (Anneahira, 2012). Anak dalam keluarga merupakan

pembawa bahagia, karena anak memberikan arti bagi orang tuanya. Arti disini

mengandung maksud memberikan isi, nilai, kepuasan, kebanggaan, dan rasa

penyempurnaan diri yang disebabkan oleh keberhasilan orang tuanya yang telah memiliki keturunan yang akan melanjutkan semua cita-cita harapan dan

eksistensi hidupnya (Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2006).

Menurut UU RI No. 4 tahun 1979 anak merupakan seseorang yang belum

mencapai usia 21 tahun dan belum pernah menikah. Batas 21 tahun ditetapkan

karena berdasarkan pertimbangan usaha kesejahteraan sosial, kematangan

pribadi dan kematangan mental seorang anak dicapai pada usia tersebut. Anak

adalah potensi serta penerus bangsa yang dasar-dasarnya telah diletakkan oleh

generasi sebelumnya. Anak adalah masa dimana terjadi pertumbuhan dan

perkembangannya. Tahap perkembangan dapat dibagi menjadi 3 tahap yaitu

masa anak kecil atau masa bermain, tahap masa anak atau masa sekolah

rendah atau dasar, dan tahap remaja dimana masa peralihan dari usia anak

(28)

2

Perkembangan dan pertumbuhan anak berbeda-beda dikarenakan beberapa

faktor yaitu faktor genetik, hormonal, dan lingkungan. Hambatan pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir,akan berpengaruh kepada

proses tumbuh kembang anak diantaranya adalah kemiskinan, penyakit infeksi

sistematik, trauma, penyakit kronis, anemia, defisiensi vitamin, serta cedera

kepala yang dapat menyebabkan kerusakan otak dan berdampak pada

perkembangan mental anak. Salah satu yang berhubungan dengan gangguan

perkembangan mental pada anak ada Retardasi Mental (Soetjiningsih, 2012).

Retardasi Mental adalah suatu keadaan dimana anak mengalami suatu

limitasi/keterbatasan yang bermakna baik dalam fungsi intelektual maupun

perilaku adaptif yang diekspresikan dalam ketrampilan konseptual, sosial dan

praktis (Hendra.U, 2013). Biasanya terdapat perkembangan mental yang

kurang secara keseluruhan, tetapi gejala yang utama adalah inteligensi yang terbelakang (Maramis, 2004).

Menurut penelitian Word Health Organization (WHO) tahun 2009, jumlah

anak Retardasi Mental seluruh dunia adalah 3% dari total populasi. Tahun

2006-2007 terdapat 80.000 lebih penderita Retardasi Mental di Indonesia.

Jumlah ini mengalami kenaikan yang pesat pada tahun 2009, dimana terdapat

100,000 penderita Retardasi Mental.Pada tahun 2009 terjadi peningkatan

sekitar 25% (Depkes RI 2009). Prevalensi retardasi mental sekitar 1 % dalam

satu populasi. Insiden tertinggi pada masa anak sekolah dengan puncak umur

10 sampai 14 tahun. Tunagrahita mengenai 1,5 kali lebih banyak pada

(29)

3

Provinsi Bali pada tahun 2014 jumlah anak yang mengalami retardasi mental

di bali adalah 2.754 penderita.

Pada anak dengan Retardasi Mental umumnya akan mengalami

keterlambatan dalam fungsi kognitifnya yaitu IQ (Intelligence Quotient). IQ

anak dengan Retardasi Mental <70 yang menyebabkan ketidakmampuan anak

untuk belajar dan beradaptasi di lingkungan masyarakat (DepKes RI, 2005).

Penilaian tentang tingkat daya ingat ataupun tentang kecerdasan pada anak

dengan Retardasi Mental, harus berdasarkan informasi yang tersedia termasuk

temuan klinis, perilaku adaptif dan hasil tes psikomotorik. Walaupun anak

dengan Retardasi Mental memiliki keterlambatan dalam IQ, tetapi IQ anak

Retardasi Mental masih dapat dilatih meskipun membutuhkan waktu yang

tidak sebentar (Farheen, Dixit, & Bansal, 2013).

Merawat anak dengan Retardasi Mental tidak semudah seperti merawat anak-anak normal pada umumnya. Keterbatasan yang dimiliki hampir semua

aspek perkembangan baik kognitif, bahasa, motorik maupun sosial membuat

mereka bergantung pada lingkungan sekitar terutama keluarga. Oleh karena

itu, penerimaan dan dukungan dari lingkungan terutama keluarga sangat

berpengaruh pada keberhasilan anak dalam menjalani kehidupannya.

Penerimaan keluarga terutama orang tua menjadi sangat penting mengingat

mempunyai anak dengan Retardasi Mental bukan merupakan suatu kegiatan,

tetapi keberadaan mereka adalah nyata dan mereka mempunyai hak untuk

(30)

4

Anak dengan Retardasi Mental membutuhkan institusi sekolah baik

tingkat TK, SD, SMP dan SMA yang bertujuan sebagai media untuk memfasilitasi dan meningkatkan seluruh kemampuan yang dimilikinya.

Pendirian institusi Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan upaya pemerataan

pendidikan disemua lapisan masyarakat dan setiap warga negara Indonesia

yang memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan (Departemen

Pendidikan Nasional, 2006).

Retardasi Mental diklasifikasikan menjadi 3 yaitu Retardasi Mental

Ringan, Sedang, Berat. Berdasarkan ketiga klasifikasi anak dengan Retardasi

Mental tersebut, hanya anak dengan retardasi ringan dan sedang yang dapat

diminimalkan tingkat ketergantungannya. Dalam penanganan anak-anak

Retardasi Mental tersebut, tentunya dibutuhkan sistem pengajaran khusus

yang berbeda dengan sekolah umum dimana pada anak Retardasi Mental, selain mengalami gangguan pada motorik halusnya mereka juga mengalami

gangguan pada kognitifnya yang salah satunya daya ingat yang lemah

(Davision, 2006).

Daya ingat merupakan kemampuan mengingat kembali pengalaman yang

telah lampau. Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan

penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat dari

aktivitas meural sebelumnya (Rostikawati, 2008). Ingatan seseorang

dipengaruhi oleh tingkat perhatian,daya konsentrasi, emosi dan kelelahan

(Nursalam, 2007). Daya ingat dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu daya

(31)

5

merupakan sistem penyimpanan yang dapat menahan informasi dalam jumlah

terbatas beberapa detik. Ini merupakan bagian daya ingat yang menjadi tempat informasi yang saat itu dipikirkan. Sedangkan daya ingat jangka panjang

dianggap sebagai suatu penyimpanan yang kapasitasnya besar dan berdaya

ingat dalam waktu yang panjang (Slavin, 2008).

Dalam meningkatkan perkembangan daya ingat pada anak Retardasi

Mental bisa menggunakan metode bermain yang dapat bersifat menghibur,

mendidik, dan meningkatkan ketrampilan anak dengan Retardasi Mental serta

tidak melukai atau membahayakan diri sendiri dan orang lain. Permainan yang

dapat dilakukan adalah bermain puzzle. Prinsip lain dalam permainan puzzle

adalah untuk membantu meningkatkan daya ingat serta untuk membantu

percapaian tumbuh kembang (Nursalam, 2005).

Permainan puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya kreatifitas dan ingatan siswa lebih mendalam (Damay, 2012). Permainan

puzzle sangat bermanfaat bagi anak-anak karena dapat melatih koordinasi

mata dan tangan, melatih kesabaran dan memperluas pengetahuan,

meningkatkan kemampuan anak untuk belajar dan memecahkan masalah,

meningkatkan ketrampilan motorik halusnya dengan cara melihat

perkembangan daya ingat anak dan meningkatkan ataupun meningkatkan taraf

kecerdasan anak dalam belajar secara kelompok maupun mandiri,

menciptakan suasana rileks, kreatif serta keakraban dalam berinteraksi satu

(32)

6

Hal ini didukung dalam penelitian Danawati Safitri ”Peningkatan

Kemampuan Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada Anak Usia 5-6 Tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi Kendawangan” berdasarkan penelitian

ini setelah anak-anak usia 5-6 tahun diberikan terapi bermain puzzle

kemampuan daya ingatnya “baik sekali” dikatakan perkembangan daya ingat

anak berkembang sangat baik sebesar 75%-80%.

Hasil studi pendahuluan di SLBN-Gianyar dengan melakukan wawancara

dengan Kepala Sekolah di Gianyar menyebutkan bahwa di

SLBN-Gianyar hanya terdapat anak-anak Retardasi Mental Ringan dan Sedang.

Jumlah anak dari kelas 1 sampai dengan kelas 6 SD yang mengalami

Retardasi Mental sebanyak 146 Siswa. Anak Retardasi Mental di

SLBN-Gianyar sulit untuk mengingat 1 sampai 2 huruf bahkan sangat susah untuk

menggabungkan satu sampai dua huruf hingga menjadi satu kosa kata. Dalam kegiatan belajar, upaya yang telah dilakukan oleh guru-guru di SLBN-Gianyar

untuk meningkatkan daya ingat siswa adalah mengulang kembali pelajaran

yang telah disampaikan sebanyak 2 sampai 3 kali sehingga siswa dapat

mengingat materi yang telah diberikan. Dari hasil observasi, peneliti akan

melakukan penelitian pada siswa kelas 4 sampai kelas 6 SD yang berjumlah

44 siswa, Alasan peneliti memakai kelas 4 sampai kelas 6 SD dikarenakan

siswa lebih kooperatif dibandingkan dengan siswa kelas 1 sampai kelas 3 SD.

Terdapat 5 siswa dari 8 siswa yang telah diobservasi dengan menggunakan

skala intelegensi yaitu Tes Digit Span (alat untuk mengukur memori jangka

(33)

7

mundur). Didapatkan hasil setelah observasi yaitu pada anak Retardasi Mental

kelas 4 sampai dengan kelas 6 di SLBN-Gianyar mengalami tingkat daya ingat yang rendah.

Berdasarkan hal diatas peneliti tertarik melakukan penelitian “Pengaruh

Terapi Bermain Dengan Puzzle Terhadap Daya Ingat Pada Anak Retardasi

Mental di SLBN-Gianyar”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah dari

penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap

daya ingat pada anak retardasi mental di SLBN-Gianyar?”

1.3. Tujuan

1.3.1 Tujuan Umun

Untuk mengetahui pengaruh pemberian permainan puzzle terhadap daya ingat pada anak Retardasi Mental di SLBN-Gianyar.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sebelum pemberian

permainan puzzle di SLBN-Gianyar.

2. Mengindentifikasi daya ingat anak retardasi mental sesudah pemberian

(34)

8

3. Menganalisis perbedaan daya ingat sebelum dan sesudah diberikan

permainan puzzle.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Secara Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

pengetahuan khususnya pada anak Retardasi Mental dalam

mengembangkan daya ingatnya.

2. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan dapat memberikan kerangka

pemikiran yang berbeda pada peneliti yang akan melakukan penelitian, agar menggunakan terapi yang lain dalam meningkatkan daya ingat pada anak

Retardasi Mental.

1.4.2 Manfaat Secara Praktis

1. Sebagai masukan bagi tenaga kesehatan agar menggunakan terapi bermain

puzzle sebagai salah satu metode terapi untuk meningkatkan daya ingat

pada anak Retardasi Mental.

2. Sebagai masukan bagi guru dan orang tua agar menggunakan terapi

bermain puzzle sebagai salah satu medote pembelajaran bagi anak Retardasi

Mental untuk meningkatkan daya ingatnya.

3. Membantu anak-anak Retardasi Mental untuk meningkatkan daya

(35)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Retardasi Mental

2.1.1 Definisi Retardasi Mental

Retardasi Mental disebut juga oligofrenia (oligo= kurang atau sedikit)

dan (fren=jiwa) atau tuna mental ( Willy & Albert, 2009). Retardasi Mental

merupakan suatu kondisi terhentinya atau tidak lengkapnya perkembangan

pikiran, yang terutama ditandai oleh gangguan keterlampilan yang

dimanifestasikan selama periode perkembangan yang mempengaruhi keseluruhan tingkat kecerdasannya (Szymanski LC & Kaplan LC, 2004).

Menurut The American Association on Intellectual And

Developmental Disabilities, (2002) dalam Armatas, (2009) Retardasi

Mental merupakan suatu gangguan yang ditandai oleh keterbatasan fungsi

intelektual dan perilaku adapatif baik dalam sosial maupun dalam

melakukan keterlampilan sehari-hari. Gangguan ini terjadi sebelum usia 18

tahun. Retardasi Mental dimulai pada masa anak-anak dengan karakteristik

adanya penurunan intelegensi dan keterlampilan adaptif serta gangguan

perkembangan secara umum.

Menurut Sebastian SC, (2002) dalam Soetjiningsih, (2014) Retardasi

Mental adalah keterlambatan perkembangan yang dimulai pada masa anak,

(36)

10

Jadi dapat disimpulkan bahwa Retardasi Mental merupakan

keterlambatan perkembangan yang dimulai pada masa anak-anak yang ditandai dengan penurunan intelegensi atau kemampuan kognitif yang

dibawah normal.

2.1.2 Epidemiologi Retardasi Mental

Dengan pendekatan modern yang menggunakan IQ dan perilaku

adaptif sebagai parameter dan populasi yang tidak diseleksi pada prevalensi

Retardasi Mental adalah 1 % pada populasi umum. Prevalensi untuk

Retardasi Mnetal ringan 0,37-0,59% sedangkan untuk Retardasi Mental

sedang, berat dan sangat berat adalah 0,3-0,4%. Prevalensi yang tertinggi

terdapat pada anak sekolah karena mereka dihadapkan pada tugas belajar

akademik yang memerlukan kemampuan kognitif. Pada usia dewasa

prevalensi menurun karena khsusnya untuk bekerja dibutuhkan

keterlampilan adaptif yang baik Retardasi Mental lebih banyak terdapat

pada laki-laki dibangdingkan dengan perempuan. Menurut survey, yang

dilakukan di Amerika Serikat, terdapat prevalensi gangguan Retardasi

Mental dengan gangguan perkembangan lainnya sekitar 1,58% sedangkan dengan Retardasi Mental saja sekitar 0,78%. Pasien yang menderita

Retardasi Mental sering kali juga menderita gangguan medis lainnya seperti

gangguan neurologis, dan panca indera yang diperkirakan sebesar 15-30%.

(37)

11

2.1.3 Karakteristik Umum Retardasi Mental

Secara umum anak dengan Retardasi Mental dapat diketahui dari tingkat intelejensi dan perilakunya.Anak dengan Retardasi Mental memiliki

kemampuan belajar yang terbatas dan kesulitan dalam menyelesaikan

masalah. Selain itu, perilaku anak yang menggantungkan pada orang lain.

Anak dengan Retardasi Mental memiliki perbedaan yang khas jika

dibandingkan dengan anak yang pertumbuhan dan perkembangan optimal.

Anak Retardasi Mental dapat dikenali dengan cirri-ciri yaitu, secara fisik

bentuk kepala terlalu kecil atau besar,mulut sering terbuka, sering ngiler atau

keluar cairan dari mulut, mata sipit, dan mata agak bengkak (Arif. M, 2008).

Sering kali anak dengan Retardasi Mental memiliki tatapan kosong

serta kondisi emosinya labil. Selain itu, tingkat intelegensi dibawah rata-rata

membuat anak dengan Retardasi Mental memiliki daya ingat yang lemah, acuh tak acuh terhadap lingkungan disekitarnya. Kondisi anak diperberat

dengan keterbatasan koordinasi gerakan yang kurang bahkan tak terkendali

biasanya anak dengan Retardasi Mental memiliki ciri khas yang lain yaitu

telapak tangan pendek, ditambah lagi memiliki tubuh yang pendek dan

gemuk . Mengkarakteristikan Retardasi Mental saat usia anak kesulitan

mempelajari sesuatu yang baru sehingga lamban untuk mempelajarinya,

kemampuan berkomunikasi kurang, kelainan pada fisik dan kemampuan

motorik, kesulitan dalam menolong diri sendiri, dan cara anak untuk

bersosialisasi dengan lingkungan yang sangat berbeda jika disbanding anak

(38)

12

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Menjadi Penyebab Retardasi Mental

Menurut Sebastian, (2002) dalam buku Tumbuh Kembang Soetjiningsih, (2014) faktor penyebab Retardasi Mental adalah :

1. Pranatal

a. Chromosomal Aberrastion

(1). Sindrom Down

95% kasus sindrom down disebabkan trisomi 21, sisanya disebabkan

oleh translokasi dan mosaic.

(2). Delesi

Contoh, sindrom cri-du-chat disebabkan dilesi pada kromosom 5p3

(3). Sindrom Malforasi akibat mikrodilesi

Contoh, sindrom Prader-Willi (paternal origin) dan Angelman

(maternal origin) terjadi mikrodelesi pada kromosom 15q11-12, terdapat perbedaan fenotip karena mekanisme imprinting.

b. Disorders with autosomal-dominant inberitance

Contoh adalah tuberous sclerosis yang disebabkan oleh mitasi gen

pada pembentukan lapisan ektodermal dari fetus. Bila diagnosis

tuberous sclerosis ditegakkan,kedua orangtuanya harus diperiksa,

karena beresiko kejadian dan dapat berulang 50% pada setiap

kehamilan.

c. Disorder with autosomal-recessive inberitance

Sebagian besar penyakit metabolik mengikuti kategori ini, contohnya

(39)

13

diketahui. Gangguan ini pertama kali diketahui pada tahun 1934 oleh

Folling pada anak dengan Retardasi Mental.

d. X-linked Mental Retardation

Fragile X syndrome merupakan penyebab kedua Retardasi Mental,

setelah Sindrom Down. Kelainan kromosom terjadi pada lokasi

Xq27,3.

(1). Infeksi sitomegalovirus kongenital dapat menyebabkan mikrosefali

ganguan pendengaran sensorineural, dan retardasi psikomotor.

(2).Toksoplasmosis congenital mengakibatkan 20% bayi yang

terinfeksi mengalami kelainan hidrosefalus, mikrosefalus,

gangguan perkembangan psikomotor, mata, dan pendengaran.

(3). HIV congenital dapat menyebabkan ensefalopati, yang ditandai

oleh mikrosefali, kelainan neurologi progresif, retardasi mental, dan gangguan perilaku.

e. Zat-zat racun

Zat teratogen yang terpenting pada ibu hamil adalah etanol, yang

dapat menyebabkan fetal alcohol syndrome (FAS). Alkohol

menyebabkan 3 kelainan utama yaitu : 1. Gambaran dismorfik (bila

terpajan pada tahap organogenesis), 2. Retardasi pertumbuhan prenatal

dan pascanatal, 3.Disfungsi susunan saraf pusat (SSP), termasuk

retardasi mental ringan atau sedang, perkembangan motorik lambat,

hiperaktivitas. Beratnya kelainan tergantung pada jumlah alkohol yang

(40)

14

f. Toksemia kehamilan dan insufiensi plasenta

Intrauterine growth retardation (IUGR) banyak penyebabnya.

Penyebab yang penting adalah toksemia kehamilan yang dapat

mengakibatkan kelainan pada SSP. Prematuritas dan terutama IUGR

merupakan predisposes komplikasi perinatal, yang bisa mempengaruhi

SSP dan menimbulkan masalah perkembangan lainnya.

2. Perinatal

a. Infeksi

Infeksi pada peroide neonatal dapat ,menyebabkan gangguan

perkembangan, misalnya herpes simpleks tipe 2 yang dapat menyebabkan

ensefalitis dan sekuelenya. Infeksi bakteri yang menyebabkan sepsis dan

meningitis dapat mengakibatkan hidrosefalus.

b. Masalah Kelahiran

Asfiksia berat, prematuritas, trauma lahir, dan gejala-gejala neurologis

pada masa bayi harus diwaspadai sebagai faktor risiko retardasi mental.

c. Masalah perinatal lainnya

Misalnya, pada retinopathy of prematurity (fibroplasias retrolental)

karena pemakaian oksigen 100% pada bayi premature, selain

mengakibatkan kebutaan juga dapat mengakibatkan kerusakan SSP dan

retardasi mental. Demikian pula, hiperbillirubinema dapat menyebabkan

kern ikterus dan retardasi mental.

3. Pascanatal

(41)

15

b. Zat-zat racun, misalnya keracunan logam-logam berat

c. Penyebab pascanatal lainnya

Misalnya tumor ganas pada otak, trauma kepala pada kecelakaan, hampir

tenggelam (near-drowning)

d. Masalah Psikososial

Misalnya, deprivasi maternal, kurang stimulasi, kemiskinan

e. Penyebab tidak diketahui

Sekitar 30% penyebab retardasi mental besar dan 50% retardasi mental

ringan tidak diketahui. Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental

ini berasal dari golongan sosial dan ekonomi rendah karena kurangnya

stimulasi dari lingkungannya, yang secara bertahap menurunkan IQ

bersamaan dengan terjadinya maturasi. Demikian pula, keadaan sosial

ekonomi rendah dapat menjadi penyebab organik retardasi mental, misalnya logam berat yang subklinik dalam jangka waktu lama dapat

mempengaruhi kemampuan kognitif.

2.1.5 Klasifikasi Retardasi Mental

Terdapat beberapa penggolongan terkait karakteristik pada anak Retardasi Mental menurut Willy & Albert, (2009) adalah sebagai berikut :

1. Retardasi Mental Ringan

Anak dengan kategori Retardasi Mental Ringan dengan IQnya antara 50-55. Pemahamaan dan penggunaan bahasa cenderung terlambat pada

berbagai tingkat dan masalah kemampuan berbicara yang memepengaruhi

(42)

16

mengalami keterlambatan dalam kemampuan bahasa tetapi sebagian besar

dapat mencapai kemampuan berbicara untuk keperluan sehari-hari. Kebanyakan juga dari mereka dapat mandiri penuh dalam merawat diri

sendiri (makan, mandi, berpakaian, buang air besar maupun kecil).

Kesulitan utama biasanya tampak dalam pekerjaan sekolah yang bersifat

akademik. Banyak diantaranya mereka mempunyai masalah khusus dalam

membaca dan menulis. Namun demikian penyandang Retardasi Mental

ringan bisa sangat tertolong dengan pendidikan yang dirancang untuk

mengembangkan keterlampilan mereka dan mengkompensasi kecacatan

mereka. Kebanyakan anak dengan Retardasi Mental Ringan tingkat

intelegensinya lebih tinggi mempunyai potensi melakukan pekerjaan yang

membutuhkan praktik daripada kemampuan akademik. Sebagian besar

kasus, Retardasi Mental Ringan dapat mencapai suatu tingkat keberhasilan sosial dalam lingkungan yang mendukung.

2. Retardasi Mental Sedang

Pada anak dengan Retardasi Mental Sedang IQnya biasanya dalam

rentang 35-40. Umumnya ada profil kesenjangan (discrepancy) dari kemampuan, beberapa dapat mencapai tingkat yang lebih tinggi dalam

keterlampilan visuo-spasial daripada tugas-tugas yang tergantung pada

bahasa, sedangkan yang lainnya sangat canggung namun dapat mengadakan

interaksi sosial dan percakapan sederhana. Anak Retardasi Mental Sedang

mungkin tidak terdiagnosis sampai anak tersebut memasuki sekolah, karena

(43)

17

prasekolah. Pada anak Retardasi Mental Sedang, terdiagnosa dengan

perkembangan yang lebih lambat dan biasanya dimulai pada tahun-tahun usia sekolah dasar. Pada anak Retardasi Mental Sedang mereka tidak dapat

dididik, tetapi dapat dilatih. Walaupun pencapaian akademiknya terbatas,

anak dengan Retardasi Mental Sedang, bila mendapatkan perhatian khusus

secara individual dapat mengembangkan keterlampilannya.

3. Retardasi Mental Berat

Pada anak Retardasi Mental Berat IQnya 20-25. Anak dengan

Retardasi Mental Berat sangat susah untuk diajak berkomunikasi dan

keterlampilan motoriknya sangat buruk. Anak tidak dapat dididik dan dilatih.

Pendekatan perilaku dapat mendorong suatu tingkat perawatan diri

sendiri,walaupun orang dengan Retardasi Mental Berat biasanya memerlukan

pengawasan yang luas.

4. Retardasi Mental Sangat Berat

Pada anak dengan Retardasi Mental Sangat Berat IQnya yaitu dibawah

20-25. Pada perkembangan dan keterlampilan yang sangat terbatas seperti

berkomunikasi, dan keterlampilan motoriknya. Pada anak dengan Retardasi

Mental Sangat Berat tidak dapat dididik. Akan tetapi, jika dilakukan

pengawasan yang terus-menerus, pada masa dewasa peningkatan yang

(44)

18

2.1.6 Pencegahan dan Pengobatan pada Retardasi Mental

Menyadari semakin kompleknya masalah yang dihadapi pada Retardasi Mental maka berbagai usaha dilakukan untuk mencegahnya.

Menurut (Willy & Albert, 2009) pencegahan dapat dilakukan sebagai

berikut yaitu :

1. Pencegahan Primer

Dalam pencegahan primer yang dilakukan untuk menghilangkan atau

menurunkan kondisi yang menyebabkan gangguan perkembangan disertai

dengan retardasi mental yaitu:

a. Pendidikan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran

masyarakat umumtentang Retardasi Mental.

b. Usaha terus-menerus dari professional bidang kesehatan untuk

menjaga dan memperbarui kebijaksanaan kesehatan masyarakat.

c. Aturan untuk memberikan pelayanan kesehatan maternal dan anak

yang optimal.

d. Konseling keluarga dan genetic untuk membantu menurunkan insiden

Retardasi Mental.

2. Pencegahan Sekunder

Pada pencegahan sekunder meliputi diagnosis dan pengobatan

(45)

19

3. Pencegahan Tersier

Pada pencegahan tersier itu lebih mengarah ke rehabilitasi. Biasanya pada anak dengan Retardasi Mental sebaiknya medapat pelatihan

khusus di sekolah luar biasa (SLB). Untuk terapinya dapat diberikan

neuroleptika untuk mengurangi gelisah,dan hiperaktif.

2.1.7 Latihan dan Pendidikan

Menurut American Occupatial Therapy Association, (2003) dalam

Armatas, (2009) latihan dan pendidikan yang dapat diberikan pada anak

Retardasi Mental yaitu:

1. Occupasional Therapy (Terapi Gerak)

Terapi ini memberikan kepada anak Retardasi Mental untuk melatih

gerak fungsional anggota tubuh (gerak kasar dan halus).

2. Play therapy (Terapi Bermain)

Terapi ini merupakan terapi yang diberikan kepada anak Retardasi

Mental dengan cara bermain misalnya berhitung, bermain sosial drama dan

bermain jual, beli.

3. Activity daily living (ADL)

Terapi ini bertujuan untuk meningkatkan kemandirian anak sehingga

mereka dapat merawat dirinya dan tidak tergantung kepada orang lain.

a. Live Skill ( Keterlampilan Hidup)

Anak yang memerlukan layanan khusus, terutama anak dengan IQ di bawah rata-rata biasanya tidak diharapkan dapat hidup mandiri. Untuk

(46)

20

kelak dapat hidup di lingkungan keluarga dan masyarakat serta dapat

bersaing di dunia industri dan usaha. b. Vocational Therapy (Terapi Bekerja)

Selain diberikan keterlampilan, anak dengan Retardasi Mental juga

diberikan latihan kerja. Dengan bekal latihan yang telah dimilikinya, anak

Retardasi Mental diharapkan dapat bekerja di lingkungan sesuai dengan

kemampuannya.

2.2 Daya Ingat

2.2.1 Definisi Daya Ingat

Daya ingat adalah kemampuan mengingat kembali pengalaman yang

telah lampau. Secara fisiologis, ingatan adalah hasil perubahan kemampuan

penjalaran sinaptik dari satu neuron ke neuron berikutnya, sebagai akibat

dari akivitas neural sebelumnya. Perubahan ini kemudian menghasilkan

jaras-jaras baru atau jaras-jaras yang terfasilitasi untuk membentuk

penjalaran sinyal-sinyal melalui lintasan neural otak. Jaras yang baru atau

yang terfasilitasi disebut jejak-jejak ingatan (memorytraces) (Rostikawati,

2009). Ingatan adalah cara-cara yang dengan seseorang mempertahankan

dan menarik pengalaman pengalaman dari masa lalu untuk digunakan saat

(47)

21

2.2.2 Klasifikasi Daya Ingat

Menurut Nelson, (2008) Daya ingat dapat dilaksifikasikan menjadi 2 yaitu:

1. Daya Ingat Jangka Pendek

Memori jangka pendek adalah jenis ingatan yang digunakan ketika

seseorang berusaha mempertahankan informasi dan memikirkannya dalam waktu yang singkat. Ingatan jangka pendek menyimpan informasi atau

stimulasi sekitar 30 detik. Informasi yang sudah berada dalam sistem memori

jangka pendek, informasi tersebut bisa ditransfer kembali dengan proses

pengulangan ke sistem jangka panjang atau dapat juga informasi tersebut

hilang atau terlupakan karena tergantikan dengan tambahan informasi baru.

2. Daya Ingat Jangka Panjang

Melatih kemampuan memori jangka pendek sekaligus akan

meningkatkan kesempatan mentransfernya ke memori jangka panjang yang

memiliki kapasitas yang hampir tidak terbatas. Ingatan jangka panjang

(long-term memory) terdiri dari potongan-potongan informasi yang disimpan di

dalam otak selama lebih dari beberapa menit dan dapat ditarik kembali ketika

dibutuhkan. Dengan kata lain, ingatan jangka panjang adalah total dari apa

yang kita ketahui misalnya dari nama pribadi, alamat, dan nomor telepon serta

nama-nama teman, saudara hingga informasi yang lebih rumit seperti suara

(48)

22

2.2.3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Daya Ingat

Menurut Bridge et al. (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi daya ingat yaitu:

1. Usia

Banyak yang menyebutkan usia sangat berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang untuk mengingat. Seseorang yang lebih tua

cenderung memiliki kemampuan mengingat kurang jika dibandingkan

dengan orang yang lebih muda. Semakin bertambahnya usia maka sel-sel

otak akan semakin kelelahan dalam menjalankan fungsinya yang

menyebabkan tidak bisa bekerja secara optimal.

2.Jenis Kelamin

Jenis kelamin dianggap mempengaruhi memori seseorang meskipun

belum ada kepastian antara laki-laki dan perempuan. Perempuan memiliki kemampuan mengkorelasikan suatu informasi lebih baik daripada laki-laki,

namun ketepatan dalam memanggil kembali jawaban itu masih kurang baik

dibandingkan dengan laki-laki.

3.Aktivitas fisik dan Olahraga

Seseorang yang banyak beraktivitas fisik termasuk berolahraga

cenderung memiliki memori jangka pendek yang lebih tinggi daripada

yang jarang beraktivitas. Misalnya kegiatan yang harus melibatkan fungsi

kognitif seperti bermain, bersepeda. Sedangkan kegiatan yang

(49)

23

buku, menulis dan mengisi teka-teki silang, pemain kartu, dan partisipasi

dalam kelompok.

2.2.4 Perkembangan Daya Ingat Pada Anak Retardasi Mental

Menurut KepMenKes nomor 1218/Menkes/SK/XII/2009, Perkembangan

daya ingat pada anak Retardasi Mental dipengaruhi oleh faktor genetik dan

lingkungan. Jika faktor ini tidak mendukung, maka dengan sendirinya

perkembangan daya ingat jauh dari optimal. Daya ingat sebagai hasil

perkembangan semua fungsi otak dan semua terlibat dalam berpikir dan

kemampuan dalam memecahkan masalah.Pada anak Retardasi Mental gangguan

perkembangan daya ingatnya sering menggangu belajar (learning disabilities),

kesulitan belajar (leraning difficulties) dan gangguan modalitas belajar. Gangguan

belajar merupakan masalah gangguan akademik yang berada dibawah kapasitas

yang diharapkan. Keadaan ini merupakan masalah primer karena gangguan neurologik dan genetik pada anak Retardasi Mental. Gangguan belajar berupa

kesulitan dalam membaca, berhitung dan menulis. Dalam kesulitan belajar dan

modalitas belajar itu merupakan proses pencapaian akademik yang bukan

disebabkan oleh faktor primer tetapi disebabkan oleh faktor sekunder. Gangguan

ini dapat disebabkan karena anak mengalami cacat fisisk, gangguan perilaku,

mental, ganguan lingkungan, faktor asupan gizi, obat-obatan, dan kurangnya

lingkungan yang mendukung. Gangguan tersebut akan menghambat daya ingat

(50)

24

2.3 Terapi Bermain Puzzle

2.3.1 Pengertian Bermain Puzzle

Puzzle merupakan media yang berbentuk potong-potongan gambar yang

digunakan untuk menyalurkan pesan pembelajaran, sehingga dapat menstimulus

perhatian, minat, pikiran, dan perasan anak selama pembelajaran (Firmansyah, 2008). Bermain puzzle adalah sebuah permainan mengabungkan gambar yang

sebelumnya terpisah menjadi satu kesatuan yang memiliki arti. Bermain puzzle

akan melatih anak dalam berpikir kritis yaitu berupa gambar terbagi dalam

potongan-potongan yang beraneka bentuk, bahan, ukuran, dari tingkat yang

mudah sampai ketingkat yang rumit. Bermain puzzle juga bisa untuk memotivasi

diri secara utuh dan merupakan daya tarik yang kuat (Indigo. K, 2012).

2.3.2 Jenis-Jenis puzzle

Menurut (Hadfield, 2008) jenis puzzle yang dapat digunakan dalam proses

belajar mengajar untuk meningkatkan kemampuan dan daya ingat siswa sebagai

berikut :

1. Spelling puzzle, yakni puzzle yang terdiri dari gambar-gambar dan

huruf-huruf acak untuk dijodohkan menjadi kosakata yang benar.

2. Jigsaw puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan untuk dijawab

kemudian dari jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk dirangkai

menjadi sebuah kata yang merupakan jawaban pertanyaan yang paling akhir.

3. The thing puzzle, yakni puzzle yang berupa deskripsi kalimat-kalimat yang

(51)

25

4. The letter(s) readiness puzzle, yakni puzzle yang berupa gambar-gambar

disertai dengan gambar-gambar benda yang dijodohkan.

5. Crosswords puzzle, yakni puzzle yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang

harus dijawab dengan cara memasukkan jawaban tersebut ke dalam

kotak-kotak yang tersedia baik secara horizontal maupun vertikal.

Menurut (Firmansyah,2008) terdapat 4 jenis puzzle, anatara lain :

1. Logic Puzzle

Logic puzzle merupakan puzzle yang pemecahannya menggunakan logika.

2. Jigsaw Puzzle

Jigsaw Puzzle adalah puzzle berupa keeping-kepingan. Dikatakan jigsaw

karena alat untuk memotong menjadi kepingan disebut jigsaw.

3. Mechanical Puzzle adalah puzzle yang kepingnya saling berhubungan.

Contohnya puzzle Soma Cube dan Chinese Wood Knots.

4. Combination Puzzle, adalah puzzle yang dapat diselesaikan melalui

beberapa kombinasi yang berbeda. Contohnya Puzzle Rubik’s Cube dan

Hanoi Tower.

2.3.4 Manfaat Bermain Puzzle

Manfaat Bermain Puzzle menurut Sukmadinata, (2009) bermain puzzle

memiliki beberapa manfaat bagi anak-anak antara lain yaitu :

1. Meningkatkan kemampuan berpikir, menguatkan daya ingat,serta dapat

meningkatkan konsentrasi pada anak. Saat bermain puzzle anak akan

(52)

26

dan berkonsentrasi untuk menyelesaikan potong-potongan kepingan

gambar tersebut.

2. Melatih koordinasi tangan dan mata. Puzzle dapat melatih koordinasi mata

dan tangan anak untuk mencocokan keeping-keping puzzle dan

menyusunnya menjadi satu gambar. Puzzle juga membantu anak

mengenal dan menghafal bentuk, gambar, warna, tulisan.

3. Meningkatkan ketrampilan kognitif. Ketrampilan kognitif berkaitan

dengan kemampuan anak untuk belajar dan memecahkan masalah.

4. Belajar bersosialisasi. Dua anak yang bermain bersama-sama tentunya

butuh diskusi untuk merancang keeping-kepingan gambar dari puzzle

tersebut.

2.4 Hubungan Terapi Bermain Puzzle Dengan Stimulasi Daya Ingat

Sejak lahir hingga masa awal balita, perkembangan otak tampak lengkap,

tetapi beberapa ahli berpendapat bahwa pertumbuhan otak atau perubahan fungsi

otak mempengaruhi perkembangan dan performansi intelektual anak-anak sejak

mereka sekolah. Berat otak manusia meningkat sekitar 35% sejak berusia dua

tahunan. Pertumbuhan otak berpengaruh terhadap fungsi otak. Semburan pertumbuhan otak terjadi pada usia 3-8 bulam, 2-4 tahun, 6-8 tahun, 10-13 tahun

dan 14-17 tahun (Yeti Mulyati, 2005). Pertumbuhan dan fungsi otak sangat

berhubungan dengan daya ingat yaitu berkemampuan untuk memanggil kembali

memori yang telah tersimpan untuk dipergunakan dalam hal tertentu .Kognitif

(53)

27

banyak informasi secara efisien. Kognitif merupakan semua proses dan produk

pikiran untuk mencapai pengetahuan yang berupa aktivitas mental, seperti mengingat, mensimbolkan, mengkategorikan, memecahkan masalah. Kemampuan

mengingat berkembang sebagai hasil dari kerjasama dinamik antara program

genetik daripada perkembangan otak dan keadaan lingkungan yang dapat

mempengaruhi. Ingatan dipengaruhi oleh tingkat perhatian,minat,daya

konsentrasi,emosi dan kelelahan. Semakin kuat minat dan atensi maka semakin

melekat informasi yang akan diterima.

Penelitian Danawati, (2014) yang berjudul “Peningkatan Kemampuan

Daya Ingat Melalui Permainan Puzzle Pada Anak Usia 5-6 Tahun”. Dalam

penelitian ini didapatkan hasil yaitu peningkatan kemampuan daya ingat melalui

permainan media puzzle pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak-Kanak Pertiwi

Kendawangan berkembang “sangat baik”, adapun peningkatan kemampuan anak mengingat objek dari potongan permainan puzzle pada siklus ke-1 sebesar 45%

dan siklus ke-2 sebesar 75%. Pada kemampuan anak mengurutkan kepingan

puzzle untuk diisi pada siklus ke-1 sebesar 50% dan pada siklus ke-2 meningkat

sebesar 80%. Pada kemampuan anak mengingat gambit yang kosong pada puzzle

pada siklus ke-1 sebesar 45% dan pada siklus ke-2 meningkat sebesar 75%. Jadi

kesimpulan dari penelitian ini adalah anak-anak di Taman Kanak-kanak Pertiwi

Kendawangan perkembangan daya ingatnya “sangat baik” setelah diberikan

permainan puzzle.

Permainan puzzle merupakan bentuk permainan yang menantang daya

(54)

28

perkembangan daya ingat khususnya pada anak Retardasi Mental bisa

menggunakan metode bermain yang dapat mendidik, menghibur, dan meningkatkan ketrampilan anak Retardasi Mental. Prinsip permainan puzzle

membantu meningkatkan daya ingat serta untuk membantu percapaian tumbuh

kembang anak (Nursalam, 2005).

Ketika kegiatan bermain berlangsung, indra penglihatan akan menerima

stimulus berupa rangsangan visual, yaitu bentuk-bentuk dari puzzle yang baru

dipecahkan. Rangsangan visual tersebut akan diteruskan menuju otak, khususnya

otak besar pada lobus frontalis. Lobus Frontalis merupakan bagian depan dari

otak besar yang berhubungan dengan kognisi dan penyelesaian masalah. Setelah

merangsang lobus frontalis dapat terjadi peningkatan konsentrasi sehingga

kemampuan daya ingat siswa akan meningkat.

Sesuai dengan pendapat ahli tersebut yang menyatakan bahwa puzzle

dapat meningkatkan daya ingat. Dengan meningkatkan daya ingat pada anak

khususnya pada anak Retardasi Mental, permainan puzzle juga akan membantu

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kasih, berkat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi berjudul

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunianya penulis telah dapat menyelesaikan tesis yang berjudul “pengaruh mutu pelayanan

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul‘’Analisis

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Potongan Harga

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul Pengaruh

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul : ”

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat, hidayah serta inayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan