• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROSIDING KONGRES INTERNASIONAL MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA (KIMLI) 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROSIDING KONGRES INTERNASIONAL MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA (KIMLI) 2018"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PROSIDING

KONGRES INTERNASIONAL

MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA

(KIMLI) 2018

Universitas Papua

Manokwari, 13-16 Agustus 2018

ISSN 2614-7769

Penyunting:

(2)
(3)

PROSIDING

KONGRES INTERNASIONAL

MASYARAKAT LINGUISTIK INDONESIA

(KIMLI 2018)

Penyunting:

Katharina Endriati Sukamto

Universitas Papua

Manokwari, 13-16 Agustus 2018

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan YME sehingga prosiding Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2018 dapat diterbitkan. Prosiding ini berisi kumpulan makalah ringkas yang telah dibentangkan pada Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia (KIMLI) 2018 di Universitas Papua, Manokwari, 13-16 Agustus 2018. Tema yang diangkat pada KIMLI 2018 adalah “Mengusung Bahasa Indonesia dan Bahasa Daerah menuju Kesetaraan dalam Kebhinekaan.”

Prosiding yang memuat karya tulis ilmiah peneliti bahasa-bahasa Nusantara ini dimuat apa adanya tanpa proses penyuntingan yang menyangkut substansi isi.

KIMLI 2018 terselenggara berkat kerja sama yang sangat baik antara Masyarakat Linguistik Indonesia (MLI) dan Universitas Papua. Untuk itu Pengurus MLI Pusat dan Panitia Pengarah KIMLI 2018 menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Rektor Universitas Papua yang telah bersedia menjadi tuan rumah KIMLI 2018. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh Panitia Penyelenggara KIMLI 2018 di UNIPA Manokwari, yang telah bekerja keras selama berbulan-bulan untuk mempersiapkan Kongres ini. Akhirnya kepada Sdri. Rosabela dari Sekretariat MLI Pusat, terima kasih yang sebesar-besarnya atas dukungan waktu dan tenaga yang telah dicurahkan, baik sebelum pelaksanaan KIMLI 2018 maupun setelah acara selesai.

Semoga banyak manfaat yang dapat kita petik dari kumpulan makalah ini.

(6)

ii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ……….……….. i Daftar Isi ……….………... ii GRATITUDE EXPRESSION IN BUGIS LANGUAGE

Ahmad Adha ... 1 LINGUISTIC BASED CUES IN DETECTING DECEPTION IN INDONESIAN

Ahmad Adha ……….…. 6 PEMBENTUKAN KARAKTER BANGSA DI SMA MELALUI PENGEMBANGAN NASKAH LAMA NUSANTARA “MAWA’IZ AL BADI” SEBAGAI SUMBER BELAJAR

Ahmad Laut Hasibuan ………..………. 11 PENELITIAN KORPUS: KAJIAN BAHASA DAN METODOLOGI

Benedictus B. Dwijatmoko ………..…….. 16 PEWARISAN FONEM VOKAL PROTO AUSTRONESIA KE BAHASA KARO

Dardanila dan Isma Tantawi ……….….…... 21

APPLYING SYSTEMIC FUNCTIONAL LINGUISTICS OF PARTICIPANTS

REPRESENTATION IN NEWS ABOUT INDONESIA IN BBC WORLD WEBNEWS

Diah Supatmiwati ………..…. 25 PERADABAN KOMUNIKASI BERBASIS KEARIFAN NASIONAL DAN KEARIFAN

LOKAL PADA MASYARAKAT MULTIBUDAYA

Dian Eka Chandra Wardhana ……….… 30 PEWARISAN LINIER DAN PEWARISAN INOVATIF LEKSIKON BAHASA

PROTOAUSTRONESIA DALAM BAHASA PAKPAK DAN BAHASA KARO

Dwi Widayati, Rosliana Lubis ……….. 37 LEKSIKON KULINER SEBAGAI CERMIN BUDAYA KULINER MASYARAKAT

MELAYU PESISIR TIMUR SUMATERA UTARA

Dwi Widayati ……….……… 43 SEMANTIC MEANING OF SUFFIXES IN KARO LANGUAGE

Efendi Barus ………..………. 50 THE ANALYSIS OF CODE SWITCHING AND CODE MIXING USED IN TOBA BATAK

RADIO PROGRAM

Ely Hayati Nasution, Roswita Silalahi ……….…. 55

FENOMENA KATA SERAPAN DALAM MEDIA ONLINE KOMPAS.COM

Esther Hesline Palandi ……….……….………. 59 PEMETAAN DIALEK BAHASA MANDURO KECAMATAN KABUH KABUPATEN

JOMBANG JAWA TIMUR

(7)

iii

PREPOSISI DI ATAU PREFIKS DI-?: STUDI KASUS HASIL UKBI SEKSI IV MENULIS PADA GURU SMP DI BEKASI, JAWA BARAT

Exti Budihastuti ………. 69 ANCANGAN NEUROPSIKOLINGUISTIK TERHADAP PENYIMPANGAN MEMBACA KOSA KATA DASAR BAHASA INDONESIA PADA PENDERITA DISLEKSIA

Gustianingsih, Ali ……..……….….……. ………. 73

UNSUR PENEGASAN DAN PEMFOKUSAN (TORITATE) DALAM BAHASA INDONESIA Hara Mayuko ……….…… 79 WACANA KOHESI PADA KARYA SASTRA CERITA RAKYAT “MARGA PURBA”

KABUPATEN KARO PROVINSI SUMATERA UTARA

Hariadi Susilo, Mardiah Mawar Kembaren ……….……….. 84 SOUND PATTERN OF INDONESIAN PLOSIVES

Huili Li, I. Praptomo Baryadi, I Dewa Putu Wijana ……….……… 90 IMPOLITENESS WITHIN POLITENESS

I Gusti Ayu Gde Sosiowati ………... 97 REDUPLIKASI DALAM BAHASA BALI: REVALUASI MODEL ANALISIS

I Ketut Darma Laksana ………. 101

THREE ARGUMENT VERB IN JAPANESE AND BALINESE I Made Budiana, I Nyoman Rauh Artana ………. 106

CULTURAL SCRIPTS IN THE BALINESE FOLKLORE "PAN BALANG TAMAK": STUDY BASED ON DIMENSIONS OF CULTURAL MEANING

I Made Netra ………. 110 PERGESERAN BAHASA BALI DALAM KEANEKARAGAMAN BAHASA DI DENPASAR I Made Suastra, I Ketut Tika, Ni Luh Nyoman Seri Malini, I Made Sena Darmasetiyawan ……… 116 KEKERASAN VERBAL DALAM TEKS FORENSIK BAHASA INDONESIA

I Wayan Pastika ………. 123 THE TENSE MARKER IN BALIM AND ENGLISH LANGUAGES (Contrastive Analysis)

Ice Kosay ……….………. 128 BAHASA PAKPAK DAIRI: KEDWIBAHASAAN PENUTURNYA

Ida Basaria, Namsyah Hot Hasibuan, Yulianus Harefa ……….…….……….. 133 ANALISIS MORFO-SEMANTIK NAMA DIRI PERANTAU ASAL ETNIS MBOJO (BIMA) DI SULAWESI SELATAN

Ikhwan M. Said ……….……….………… 139 MEMBONGKAR PESAN HEGEMONIS DIBALIK LIRIK LAGU “SALAM” OLEH RAS

MUHAMAMAD – SEBUAH ANALISIS WACANA KRITIS

Iriano Yedija Petrus Awom ………..………. 146 KUASA ADAT ATAS BAHASA: MENEROPONG VITALITAS BAHASA WOLIO

DI KOTA BAUBAU, SULAWESI TENGGARA

(8)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

116

PERGESERAN BAHASA BALI DALAM KEANEKARAGAMAN BAHASA

DI DENPASAR

I Made Suastra, I Ketut Tika, Ni Luh Nyoman Seri Malini, I Made Sena Darmasetiyawan

Universitas Udayana

madesuastra@yahoo.co.id, ketut_tike@yahoo.com, seri.malini@unud.ac.id, sena.darmasetiyawan@gmail.com

ABSTRAK

Tujuan jangka panjang penelitian ini adalah untuk menemukan pola pergeseran bahasa Bali pada wilayah pakai bahasa. Tujuan khususnya adalah untuk mengetahui dan menganalisis pola pergeseran bahasa Bali yang ditinjau dari ragam bahasa tersebut yang meliputi 1) pemetaan keragaman penutur bahasa di Denpasar dan 2) aspek-aspek sosial dan budaya yang mempengaruhi pergeseran bahasa Bali di Denpasar. Lokasi penelitian ini adalah di Denpasar dan dapat dibedakan menjadi empat titik berbeda, yaitu dari wilayah Denpasar Barat, Timur, Utara, dan Selatan. Data dijaring menggunakan metode observasi dan menyebarkan kuesioner, dibantu dengan teknik wawancara, dan teknik catat. Sample penelitian ini adalah penutur bahasa Bali kalangan remaja dan dewasa. Teknik quota diterapkan untuk menetapkan jumlah anggota sampel tiap golongan yaitu masing-masing sebanyak 50 orang untuk setiap wilayah. Data dianalisis menggunakan metode kualitatif dan kuantatif, kemudian disajikan dengan metode formal dan informal. Dengan menggunakan teori pilihan bahasa, teori sosiolinguistik dan teori ragam bahasa diharapkan dapat ditarik generalisasi model pergeseran bahasa Bali. Model pergeseran ini sangat signifikan untuk diketahui agar sistem dan mekanisme pewarisan bahasa baik yang dilakukan pada ranah formal maupun informal dapat dilakukan dengan tetap dilakukan dengan maksimal dalam upaya mempertahankan diversitas kultural dengan tetap menjaga identitas etnis masyarakat multibahasa.

Kata Kunci: pergeseran bahasa, sosiolinguistik, ragam bahasa, pilihan bahasa

PENDAHULUAN

Saat pergeseran bahasa terjadi, pergeseran tersebut selalu condong ke bahasa yang lebih dominan dalam sebuah kelompok penutur, karena kelompok dominan tersebut tidak perlu mempertimbangkan penggunaan bahasa minoritas. Maka dari itu, bahasa yang dominan ini dapat diasosiasikan dengan pemerolehan status dan tingkat sosial yang lebih tinggi (Holmes, 1992: 61). Pada pergeseran bahasa, terdapat dua hal yang membatasi pergeseran tersebut, antara lain adalah pembentukan bentuk pergeseran yang didasari atas kemampuan bahasa penutur itu sendiri, dan bentuk-bentuk yang timbul akibat pengaruh dari kebijakan sosial komunitas penutur tersebut (Winford, 2003: 247). Pada bahasa Bali, salah satu faktor yang dapat diamati dengan jelas adalah kentalnya pengaruh fonologis bahasa Bali yang mengakibatkan pergeseran bahasa awalnya akan tetap menggunakan dialek bahasa Bali.

Pada hasil studinya, Bramono (2012) menyimpulkan bahwa pergeseran bahasa adalah sebuah fenomena yang timbul dalam upaya pemertahanan bahasa, dimana loyalitas bahasa dari penutur memiliki peran yang sangat penting. Faktor industrialisasi dan migrasi (urbanisasi atau transmigrasi) merupakan faktor penting dalam pergeseran bahasa. Penelitian Mueller (2009) pada pergeseran bahasa di Jawa ke bahasa Indonesia mengemukakan hasil bahwa secara konkrit, pergeseran bahasa ini terjadi karena status bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan yang mewakilkan aspirasi segenap warga negara, meningkatnya pergerakan sosial dari lapisan masyarakat yang berusaha meraih status sosial yang lebih tinggi, dan berkembangnya kondisi bahasa komunitas-komunitas menjadi dwibahasa. Cohn (2014) juga menegaskan bahwa persoalan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional telah berkembang seiring dengan menurunnya pemertahanan bahasa-bahasa daerah. Dampak pergerakan ini akan semakin mengarahkan Indonesia ke masyarakat monolingual. Hal ini semakin mendorong pergeseran bahasa-bahasa daerah kearah bahasa Indonesia, di mana pergeseran bahasa ini terjadi oleh masing-masing penutur; mengingat berubahnya pilihan bahasa penutur tersebut bergantung dari komunitasnya masing-masing.

Abtahian (2016) mengemukakan bahwa selama penelitiannya di Indonesia, metode pendekatan pada tingkatan komunitas akan lebih bermanfaat dalam upaya mengetahui pergeseran bahasa, karena analisa pergeseran bahasa memerlukan studi lebih mendalam pada komunitas bahasa

(9)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

117

dan faktor sosial dari setiap penutur bahasa tersebut. Faktor sosial yang berlaku di Indonesia ini dibagi menjadi enam, yaitu umur, urbanisasi, indeks perkembangan, pendidikan, agama, dan gender. Faktor-faktor sosial ini tidak dapat digabungkan dalam melakukan analisa, namun dapat diurutkan berdasarkan besarnya pengaruh terhadap pergeseran bahasa, mulai dari umur, gender, faktor demografi sosial (seperti desa dan kota), grup etnis, dan agama. Penelitian Masruddin (2013) pada masyarakat Wotu (Sulawesi Selatan) juga menyebutkan bahwa umur dan mobilisasi merupakan faktor utama yang mempengaruhi pergeseran bahasa. Secara sosiolinguistik, faktor kedwibahasaan dan sikap bahasa juga memiliki dampak yang besar terhadap pergeseran bahasa. Salah satu temuannya mengemukakan bahwa kasus kedwibahasaan dapat hilang begitu saja apabila orang tua salah satu penutur memutuskan untuk tidak mengajarkan dua (atau lebih) bahasa pada keturunannya atas pertimbangan seperti ekonomi, pendidikan, mayoritas sosial, dll.

METODOLOGI

Penelitian ini menggunakan metode gabungan dari penelitian kualitatif dan kuantitatif. Data utama diperoleh melalui proses wawancara dan mencatat. Metode penelitian ini meliputi proses pengumpulan data (beserta transkripsi data apabila diperlukan) dan analisa data. Penelitian ini berdasarkan filosofi fenomenologis. Paradigma ini mengarahkan alur penelitian pada sebuah pendekatan yang kualitatif. Penelitian dilakukan di Denpasar yang terbagi atas empat wilayah, yaitu Denpasar Timur, Barat, Utara, dan Selatan. Tempat-tempat yang disasar akan lebih didasarkan pada intensitas interaksi multibahasa, utamanya pemukiman penduduk-penduduk pendatang. Pemilihan ini didasarkan pada adanya kemungkinan penggunaan bahasa Bali antar penutur pendatang untuk memungkinkan diperolehnya data yang heterogen, namun secara karakteristik tergolong homogen. Jenis data dalam penelitian ini adalah data lisan dan tulisan. Data primer penelitian ini yaitu kemampuan, pemilihan, dan pemertahanan bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa etnis pendatang di Denpasar. Data ini akan diklasifikasikan berdasarkan tiga ruang lingkup tersebut dan berdasarkan lokasi pemerolehan data. Jumlah responden adalah sebanyak 50 orang untuk setiap wilayah, dengan total 200 responden. Data yang diambil dari responden adalah data lisan mengenai sikap penggunaan bahasa Bali dan data tulisan terhadap kemampuan bahasanya untuk memperoleh contoh langsung pergeseran bahasa dari sudut pandang ragam bio linguistik. Data sekunder penelitian ini adalah a) hasil survei sosiolinguistik dan b) informasi mengenai situasi kebahasaan, kebudayaan dan tradisi masyarakat Bali saat ini.

Untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian diperlukan beberapa instrumen, yang terdiri dari instrumen utama dan instrumen tambahan. Instrumen utama dari penelitian ini adalah peneliti, di mana hal ini akan memungkinkan metode partisipasi dalam observasi. Untuk menjaga validitas dan relibilitas data dan agar penelitian berjalan pada jalur yang sesuai dengan tujuan, sebagai bahan triangulasi digunakan beberapa alat pengumpul data dan sebagai instrumen tambahan digunakan kuesioner survei linguistik. Daftar pertanyaan disusun dengan membuat pertanyaan yang khusus, kongkret, dan sesuai dengan konteks. Sumber pertanyaan tersebut dimodifikasi dan disesuaikan dengan kepentingan penelitian ini.

ANALISA

Secara geografis, Denpasar Timur berbatasan dengan desa Batubulan, kecamatan Sukawati, kabupaten Gianyar. Kondisi ini menunjukkan adanya penduduk pendatang dan pengaruh dari budaya dan bahasa penutur daerah lain ataupun bahasa Bali dari wilayah Gianyar. Menurut keragaman etnis dan bahasanya, jumlah pendatang menandakan tingginya frekwensi interaksi antar etnis. Dampak yang dapat terlihat adalah tingginya jumlah pendatang pada desa yang berbatasan dengan kabupaten Gianyar; yaitu desa Kesiman Kertalangu. Sesuai dengan data yang telah diperoleh di lapangan, diketahui bahwa titik pertemuan etnis yang terlihat dari banyaknya jumlah pendatang di desa Kesiman Kertalangu, terdapat pada dusun Tohpati. Dari 50 responden yang digunakan, jumlah etnis yang tersebar menunjukkan bahwa lebih dari 50% mayoritas etnis pendatang adalah dari etnis Jawa. Pemetaan lebih lanjut di lapangan mengungkapkan bahwa sebanyak 3% dari total responden dilibatkan kedalam keragaman bahasa karena responden yang bersangkutan tidak lahir di Bali, dan telah lama bermukim di luar Bali, sehingga menemui kesulitan dalam penggunaan Bahasa Bali. Beberapa pemetaan lebih lanjut yang dapat mempengaruhi keragaman bahasa pada lingkungan ini adalah keragaman pekerjaan yang digeluti, dimana jumlah setara berkisar 30% digeluti pada lapangan

(10)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

118

pekerjaan swasta, wiraswasta, dan pekerjaan lainnya. Seiring dengan meratanya lapangan pekerjaan ini, kisaran usia responden adalah dominan diatas 31 tahun. Hasil ini berdampak pada keberadaan bahasa Bali sebagai bahasa mayoritas di Denpasar, yaitu banyaknya angka dari responden yang memilih tidak mempelajari bahasa Bali. Sebanyak 74% dari responden yang memilih untuk tidak mempelajari bahasa Bali ini merupakan hubungan yang menunjukkan rendahnya kemungkinan tingkat perubahan bahasa pada rentang umur tertentu.

Denpasar Barat berbatasan dengan kecamatan Kuta Utara, kabupaten Badung. Kondisi ini menunjukkan adanya penduduk pendatang dan pengaruh dari budaya dan bahasa penutur daerah lain ataupun bahasa Bali dari wilayah Kuta. Melalui data serupa yang didapatkan pada Denpasar Barat, dimana desa Padangsambian Kaja yang berbatasan dengan Kuta memiliki jumlah pendatang yang tinggi, dapat merujuk pada asumsi dimana pendatang tetap memilih daerah perbatasan untuk mempermudah akses dari pusat kota dan daerah-daerah yang berpotensi memiliki lapangan pekerjaan yang terjamin. Pengaruh ini menandakan adanya hubungan antara daerah pemukiman yang luas dan potensi lapangan pekerjaan bagi persebaran etnis dan bahasanya. Merujuk pada perolehan data di desa Padangsambian Kaja, tingkat pertemuan etnis tertinggi terdapat pada wilayah kompleks Swamandala dan lingkungan seputaran jalan Kebo Iwa. Pada lingkungan tersebut, walaupun mayoritas etnis terbesar sebesar 76% tetap etnis Jawa, namun terdapat pemerataan 5% masing-masing etnis Sunda dan Sasak, serta 10% etnis lainnya. Pemerataan ini menunjukkan tingginya keberterimaan etnis pendatang di masyarakat lingkungan ini. Berdasarkan kondisi lingkungan dan potensi lapangan pekerjaan pada lingkungan Padangsambian Kaja, terdapat 22% tingkat usia responden antara 19-20 tahun dan antara 25-26 tahun. Angka ini mendukung tingginya angka lapangan pekerjaan swasta, yang bertumpu pada pariwisata. Sebanyak 68% pekerjaan swasta yang digeluti oleh responden juga menjelaskan tingginya mayoritas pemilihan bahasa; 60% lebih memilih menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari mereka. Hasil ini menjelaskan tingginya pemertahanan bahasa Indonesia, dimana 84% memilih tidak mempelajari bahasa Bali walaupun bahasa ini adalah bahasa mayoritas. Selain itu, hasil ini juga merupakan angka tertinggi dari rendahnya pengaruh terhadap bahasa mayoritas apabila dibandingkan dengan kecamatan lain. Maka dari itu, lapangan pekerjaan dapat berdampak besar pada pergeseran bahasa, dimana bahasa mayoritas daerah tertentu pun dapat dikesampingkan selama bahasa lain dapat membantu komunikasi pada situasi kerja.

Menurut lokasi, Denpasar Selatan juga berbatasan dengan kecamatan Kuta Utara, kabupaten Badung. Namun wilayah Denpasar Selatan merupakan kecamatan terluas di Denpasar yang mencakup pulau Serangan dan beberapa lokasi-lokasi penting yang mencakup wilayah perkantoran pemerintahan kota, wilayah pemukiman yang berperan besar terhadap penduduk pendatang, dan besarnya potensi lapangan pekerjaan pada desa-desa seperti Renon, Sanur, atau Panjer. Berdasarkan pengamatan awal mengenai hubungan daerah pemukiman dengan potensi lapangan pekerjaan, tingginya penduduk pendatang ditunjukkan pada desa Sesetan yang memiliki akses termudah sebagai jalan utama yang menghubungkan semua desa-desa lainnya. Data tingginya pendatang pada desa Sesetan yang semakin diperuncing untuk pemerolehan keragaman etnis terdapat pada tiga titik, yaitu lingkungan Pegok, perumahan jalan raya Sesetan, Gumuk Sari. Berbeda dengan kecamatan lain di Denpasar, etnis yang tersebar disini adalah 50% etnis Jawa dan sejumlah 47% etnis-etnis lain selain daripada etnis Sunda atau Sasak. Jumlah ini menunjukkan tingginya keragaman, dimana dampak langsung terhadap bahasa Bali tidak langsung dimunculkan oleh mayoritas penutur pendatang, yang dalam hal ini adalah etnis Jawa. Pemetaan etnis yang cukup seimbang tersebut berdampak pada toleransi bahasa yang tinggi di lokasi tersebut. Walaupun 40% responden berumur 31 tahun keatas dan 64% bekerja pada lapangan pekerjaan swasta, hanya 20% dari total responden yang memilih tidak mempelajari bahasa Bali. Proses pemerolehan bahasa yang sebanyak 87% dilalui pada percakapan sehari-hari tidak akan langsung menandakan pilihan bahasa mereka, karena pada kenyataannya 80% responden masih menggunakan bahasa Indonesia untuk percakapan sehari-hari. Maka dari itu, toleransi bahasa dalam ruang lingkup konteks ini mengacu pada pengetahuan pasif terhadap bahasa tersebut.

Secara geografis, Denpasar Utara berbatasan dengan kecamatan Abiansemal, kabupaten Badung. Dalam hal ini, pengamatan terhadap data di lapangan kembali diperjelas dengan tingginya jumlah pendatang pada desa Ubung Kaja. Ubung Kaja yang dalam hal ini adalah perbatasan antara Denpasar dengan daerah-daerah Bali Barat seperti Tabanan dan Buleleng. Lebih lanjutnya desa Ubung memiliki terminal yang secara langsung dapat menghubungkan perjalanan antar daerah ini.

(11)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

119

Didukung dengan luasnya desa yang masih memungkinkan daerah pemukiman, desa ini merupakan contoh lain dimana tingginya penduduk pendatang dari berbagai etnis di daerah perbatasan dapat dijelaskan dengan hubungan antara kemungkinan pemukiman dengan potensi lapangan pekerjaan. Pada desa Ubung Kaja, tingkat pertemuan etnis tertinggi merujuk pada daerah sekitar jalan Kelapa Muda, dusun Pemangkalan. Pada lingkungan ini, data yang didapatkan adalah tingginya mayoritas etnis Jawa sebagai pendatang, yang mana menyiratkan pengaruh yang bertolak belakang dengan pemetaan pada desa Sesetan. Sebanyak 90% etnis Jawa sebagai pendatang pada Ubung Kaja ini tentunya akan membawa dampak langsung terhadap pergeseran bahasa Bali kedepannya. Tingginya mayoritas etnis Jawa sebagai pendatang ini membawa dampak langsung terhadap bahasa yang digunakan dalam tuturan sehari-hari, dimana 42% responden; yang merupakan jumlah tertinggi dibandingkan kecamatan lainnya; menggunakan bahasa daerah asalnya masing-masing. Pada konteks ini pula, tidak ditemukan penggunaan bahasa Bali sama sekali; dimana pada kecamatan lain, sedikitnya 4% akan sesekali menggunakan bahasa Bali sebagai pengaruh dari interaksi terhadap mayoritas penutur bahasa Bali. Jumlah pelajar SMP/SMA dan mahasiswa sebanyak 22% dan 6% dari keseluruhan responden; yang juga merupakan angka tertinggi dibandingkan kecamatan lain; berdampak pada keharusan pembelajaran bahasa Bali, dimana 55% melalui proses pembelajaran bahasa Bali ini di bangku sekolah.

Secara umum, pemetaan bahasa dalam empat kecamatan tersebut menunjukkan hasil yang beragam. Salah satu hasil yang ditunjukkan adalah besarnya penggunaan bahasa Indonesia di semua kecamatan yang melebihi 50% penggunaan oleh seluruh responden penutur. Di lain hal, walapun tidak ada hasil di Denpasar Utara, pada ketiga kecamatan lainnya, jumlah minimum diperoleh bahasa Bali sebanyak 4% yang menyamai jumlah penutur bahasa pendatang dari etnis minoritas. Jumlah ini dapat menyiratkan pengaruh bahasa Bali terhadap sikap dan pemilihan bahasa dari penutur pendatang. Pengaruh ini dapat dijadikan tolak ukur untuk tingkat pemertahanan dan tingkat pergeseran dari bahasa Bali. Pemetaan tersebut memberikan gambaran bahwa tingkat keragaman bahasa tertinggi ditunjukkan oleh kecamatan Denpasar Selatan, sementara tingkat keragaman terendah terdapat di Denpasar Utara. Sebuah hubungan yang dapat dijelaskan dalam pemetaan keragaman bahasa ini adalah tingginya penggunaan bahasa Indonesia, dimana tingkat keragaman bahasa pada suatu daerah tersebut juga tinggi. Hal ini mencerminkan bagaimana bahasa Indonesia dalam perannya sebagai bahasa pemersatu dapat secara langsung mempengaruhi pemertahanan dan pergeseran bahasa setempat.

Hubungan yang dapat dilihat adalah selain dipengaruhi oleh luasnya wilayah, tingginya keragaman etnis ditentukan oleh posisi wilayah tersebut, yang dalam hal ini Denpasar Timur dan Selatan terletak di wilayah pinggiran Bali. Data yang ditemukan pada respon dari setiap desa menunjukkan bahwa walaupun data etnis pendatang mayoritas adalah etnis Jawa, namun lebih dari 80% responden dapat mengatakan langsung bahwa bahasa Indonesia adalah bahasa yang mereka kuasai; tidak serta merta mengatakan menguasai bahasa Jawa sebagai identitas etnisnya. Dalam pengaruh terhadap pemertahanan dan pergeseran bahasa, sekitar 22%-51% menyebutkan berniat menguasai bahasa Bali. Hubungan yang dapat dilihat dari hasil tersebut adalah besarnya pengaruh etnis mayoritas global terhadap sikap bahasa yang lebih berdampak walaupun dalam ruang lingkup kelompok-kelompok masyarakat yang didominasi oleh etnis lain. Di lain hal, pergeseran bahasa terjadi pada hasil yang sama, dimana potensi lapangan kerja dapat lebih berdampak pada pemilihan bahasa; sebagai contoh, pada Padangsambian Kaja, 48% dari responden mengatakan ingin menguasai bahasa asing (bahasa Inggris) yang akan membantu dalam perolehan lapangan kerja di bidang pariwisata.

Seiring dengan sikap bahasa yang menunjukkan besarnya pengaruh bahasa Bali sebagai bahasa mayoritas, hasil dari responden menunjukkan bahwa posisi bahasa Indonesia tetap dipandang sebagai bahasa yang paling bermanfaat untuk digunakan. Hal ini terbukti dari menguatnya angka hasil responden, bergantung dari ruang lingkup masyarakatnya; seperti dalam konteks daerah asal, hasil yang didapatkan adalah berkisar 50% pada setiap desa, lalu meningkat menjadi 65% di Denpasar, 80% di Bali, dan akhirnya diatas 90% pada daerah manapun di Indonesia. Hasil ini didukung oleh tingginya penggunaan bahasa Indonesia yang didapatkan pada ranah tertentu; seperti ranah komunikasi keluarga (40%-50%) dan saat berdoa (64%-68%), dimana kedua ranah tersebut memiliki pengaruh kuat yang seharusnya dapat mencerminkan pemilihan bahasa sebagai karakter etnis dari penutur tersebut. Tanggapan lebih lanjut terhadap penggunaan bahasa yang dilihat dari sikap bahasa

(12)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

120

penutur pendatang adalah hasil responden dimana terdapat 18%-34% bahasa Indonesia yang masih terlihat digunakan oleh orang Bali, dan meningkat menjadi 50%-76% pemakaian bahasa Indonesia apabila dilihat dari bahasa yang digunakan di Denpasar. Besarnya tingkat kegunaan bahasa Indonesia di Denpasar; dimana lebih dari 80% sangat menyetujui hal tersebut, memiliki dampak terhadap pergeseran bahasa Bali sebagai bahasa mayoritas di Denpasar, yang terlihat dari kisaran 50% yang beranggapan bahasa Bali cukup berguna untuk digunakan.

Melalui hasil yang didapatkan terhadap sikap dan pemilihan bahasa secara lebih spesifik, bahasa yang digunakan saat terjadi komunikasi antar etnis antara masyarakat pendatang dan masyarakat Bali secara mayoritas adalah bahasa Bali (8%-36%) atau bahasa Indonesia (54%-94%). Terlepas dari pengaruh konteks penggunaan; dimana Denpasar Selatan (Padangsambian Kaja) selalu memiliki angka yang tinggi untuk penggunaan bahasa Indonesia, sebagai dampak dari kondisi dan potensi pariwisata; perbandingan hasil ini kembali meningkat seiring luasnya ruang lingkup interaksi bahasa tersebut, yaitu angka terbesar pemilihan penggunaan bahasa Bali terjadi di Denpasar. Dalam konteks yang berbeda, angka yang didapatkan dari pemilihan bahasa oleh etnis pendatang ini adalah 22%-56% untuk bahasa Jawa (karena dalam hal ini, etnis Jawa adalah mayoritas pendatang) dan 10%-74% untuk bahasa Indonesia. Perbedaan hasil dari pemilihan bahasa ini dapat mencerminkan potenis besar kearah pergeseran bahasa, dimana bahasa Jawa terlihat lebih dapat berimbang dengan bahasa Indonesia apabila dibandingkan dengan keadaan bahasa Bali terhadap bahasa Indonesia.

Pemertahanan bahasa Bali dapat tercermin dari beberapa konteks, salah satunya seperti pada lapangan pekerjaan yang tidak sampai setengah (hanya 32%-44%) mengatakan perlu fasih dalam berbahasa Bali. Walaupun jumlah ini meningkat sampai 56% apabila dilihat dari perlunya kemampuan berbahasa Bali secara umum, namun hanya berkisar 20% yang beranggapan benar-benar perlu. Sudut pandang lain yang mendukung faktor pemertahanan bahasa Bali terlihat dari pengetahuan masyarakat pendatang terhadap bahasa ini. Hasil yang bervariasi ditemukan dari pengetahuan terhadap intonasi dan logat dalam bahasa Bali, yang mana hanya 12% benar-benar mengetahui perbedaannya. Respon ini juga sejalan dengan pengetahuan mereka terhadap tingkat kesopanan dan kemampuan mempertahankan alur percakapan, dimana sampai 60% mengatakan tidak mengetahui perbedaan kesopanan tersebut dan tidak tahu cara menjaga alur percakapan (flow of communication) dalam bahasa Bali. Seiring dengan hasil ini, sikap terhadap bahasa Bali masih tergolong baik karena sampai dengan 64% setuju bahwa mereka ingin mempelajari ketiga hal tersebut. Selain itu, sampai dengan 76% mengupayakan akan menjadikan bahasa Bali sebagai bahasa kedua untuk digunakan di Denpasar.

Beberapa hal mendasar lainnya mengenai pengetahuan terhadap bahasa Bali, meliputi istilah, kosa kata, tata bahasa, pelafalan, dan tingkat tutur dapat dilihat secara lebih rinci, dimana pengetahuan terhadap istilah masih cenderung tinggi sampai dengan 60% dari responden, dan hasil yang cukup tinggi pada pengetahuan tingkat tutur sampai dengan 52%. Di lain sisi, hasil yang didapatkan saat menanyakan contoh yang lebih nyata pada kosa kata, tata bahasa, dan pelafalan, sampai dengan 82% responden mengatakan tidak mengetahui perbedaan dalam penggunaannya. Maka dari itu, pengetahuan terhadap bahasa Bali dapat digambarkan sebagai konsep yang masih umum dan abstrak dalam benak penutur bahasa lainnya di ruang lingkup masyarakat multibahasa.

Dalam segi keragaman bahasa, lebih dari 50% mengetahui bahwa bahasa Bali memang memiliki keragaman dalam bentuk. Namun apabila dilihat lebih mendalam dalam perbandingannya terhadap bahasa Bali secara umum, perbandingan terhadap bahasa Bali yang sekiranya dapat mereka gunakan, serta perbandingan bahasa Bali yang digunakan di Denpasar dengan bahasa Bali pada umumnya, sampai dengan 68% mengatakan tidak tahu apakah terdapat kesamaan atau tidak. Sebanyak 50% mengatakan bahwa bahasa Bali yang digunakan di Denpasar adalah sama baiknya dengan bahasa Bali yang digunakan oleh penutur dari daerah lain di Bali. Hasil ini juga didukung dengan minimnya kesadaran mengenai bahasa Bali sebagai bahasa mayoritas di Denpasar, dimana sampai 76% tidak mengetahui posisi mayoritas tersebut apabila dibandingkan dengan bahasa daerah lain di Denpasar maupun apabila dibandingkan dengan bahasa Bali yang digunakan di daerah lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil-hasil diatas, sikap terhadap bahasa Bali di Denpasar masih dapat digolongkan baik. Namun pergeseran bahasa Bali ini sendiri sudah dapat terlihat melalui pemilihan bahasa yang cenderung mengarah ke bahasa etnis Jawa atau bahasa Indonesia, pemertahanan bahasa Bali yang

(13)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

121

kurang baik dengan adanya bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, dan penggunaan bahasa Indonesia yang dapat berterima dalam sebagian besar konteks interaksi bahasa. Ketiga hal ini adalah faktor-faktor utama yang mampu mempengaruhi pergeseran bahasa Bali di Denpasar secara perlahan dan menyeluruh.

DAFTAR PUSTAKA

Abtahian, Maya R, et al.2016. Methods for Modeling Social Factors in Language Shift. University of Pennsylvania: Penn Libraries. http://repository.upenn.edu/cgi/viewcontent.cgi?article=1922&context=pwpl

Bramono, Nurdin & Mifta Rahman. 2012. Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa. Universitas Sebelas Maret Surakarta. http://download.portalgaruda.org/article.php?article=116515&val=5319

Chaer, Abdul. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan Awal. Jakarta: PT Rineka Cipta

Chon, Abigail C & Maya Ravindranath. 2014. Local Languages in Indonesia: Language Maintenance

or Language Shift? Masyarakat Linguistik Indonesia: Volume 32, No.2.

http://www.linguistik-indonesia.org/images/files/2.pdf

Cole, Michael and Sylvia Scribner. 1974. Culture and Thought. New York: John Wiley and Sons, Inc Croft, William. 2003. Social Evolution and Language Change. University of Manchester.

https://www.unm.edu/~wcroft/Papers/SocLing.pdf

Fasold, R. 1984. The Sociolinguistics of Society. Oxford: Basil Blackwell

Fishman, J. A. (ed). 1968. Readings in the Sociology of Language. The Hague; Mouton

Givon, Talmy. 2002. Bio-Linguistics. Linguistics: an Interdisciplinary Journal of the Language

Sciences. docenti2.unior.it/doc_db/doc_obj_18094_01-02-2011_4d47fd1057de9.doc

Grosjean, F. 1982. Life with Two Languages: An Introduction to Bilingualism. England: Harvard University Press.

Grosjean, Francois & Ping Li. 2013. The Psycholinguistics of Bilingualism. Oxford: Willey-Blackwell

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistics. London: Longman

Jendra, I Wayan. 2007. Sosiolinguistik: Teori dan Penerapannya. Surabaya: Penerbit Paramita

Kangas, Tove Skutnabb. 2004. On Biolinguistics Diversity - Linking Language, Culture, and

(Tradtional) Ecological Knowledge. Interdisciplinary seminar At the Limits of Language.

www.helsinki.fi/hyy/skv/v/Sk-Kangas_Madrid_March_2004_paper.doc

Khadidja, Ait Habbouche. 2013. Language Maintenance and Language Shift among Kabyle Speakers

in Arabic Speaking Communities. Algeria: University of Oran.

theses.univ-oran1.dz/document/TH3963.pdf

Kovecses, Zoltan.2006. Language, Mind, and Culture. Oxford: Oxford University Press

Malini, Ni Luh Nyoman Seri. 2011. Dinamika Bahasa Bali di Daerah Transmigran di Provinsi

Lampung. Disertasi. Universitas Udayana. Denpasar

Manzini, Rita and Leonardo Savoia. 2007. (Bio)linguistics Diversity. Biolinguistics: Language

Evolution and Variation. Università degli Studi di Firenze.

http://www.biolinguistics.uqam.ca/venice2007/Manzini_Savoia.pdf

Masruddin. 2013. Influenced Factors towards the Language Shift Phenomenon of Wotunese. Kajian Linguistik dan Sastra: Vol 25, NO.2.

https://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/11617/7438/5%20-%20Masruddin.pdf?sequence=1

Mueller, Franz. 2009. Language Shift on Java. The Linguistic Association of Canada and the United States: Lacus Forum 34. www.lacus.org/volumes/34/215_mueller_f.pdf

Scollon, Ron and Suzanne Wong Scollon. 2001. Intercultural Communication. Oxford: Blackwell Publisher

Suastra, I Made dkk. 2016. Sikap Bahasa Penutur Sasak dan Sumbawa di Bali. Penelitian Grup Riset Hibah PNBP Universitas Udayana

Tika, I Ketut dkk. 2015. Bahasa dan Kategori Sosial pada Masyarakat Bali, Sasak, dan Sumbawa:

Sebuah Kajian Sosiolinguistik pada Rumpun Bahasa Bagian Timur Melayu-Polinesia Barat.

Penelitian Grup Riset Hibah PNBP Universitas Udayana

(14)

Kongres Internasional Masyarakat Linguistik Indonesia 2018 Manokwari, 13-16 Agustus 2018

122

Wertheim, Suzanne. 2003. Linguistic Purism, Language Shift, and Contact-induced Change in Tatar. Berkeley: University of California. http://escholarship.org/uc/item/3x61t12t#page-1

Winford, Donald. 2003. An Introduction to Contact Linguistics. Oxford: Blackwell Publishing.

Biodata:

Nama Lengkap : I Made Suastra Institusi/Universitas : Universitas Udayana

Alamat Surel : madesuastra@yahoo.co.id / made_suastra@unud.ac.id Pendidikan Terakhir : Ph.D.

(15)

ISSN 2614-7769

Masyarakat Linguistik Indonesia

D.a. Pusat Kajian Bahasa dan Budaya

Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya

Jalan Jenderal Sudirman 51, Jakarta 12930

Referensi

Dokumen terkait

Rinitis vasomotor merupakan suatu gangguan fisiologik neurovaskular mukosa hidung dengan gejala hidung tersumbat, rinore yang hebat dan kadang – kadang dijumpai adanya bersin

Teknologi rekomendasi penggemukan ternak domba ini merupakan hasil penelitian terapan langsung di pedesaan yang mendemontrasikan pemanfaatan limbah industri biji kopi baik yang

Dalam cuplikan teks 2 di bawah ini, bentuk kefatisan dengan konstelasi posisi di awal pertuturan itu berbunyi, ‘Saudara-saudara yang terkasih...’ Bentuk kebahasaan

kepala sekolah yang tidak mampu menyesuaikan pula kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang terjadi tentunya akan berdampak pada situasi proses

• Hasil analisa struktur yang telah dilakukan pada perencanaan Gedung Bupati Lombok Timur dituangkan pada gambar teknik yang terdapat pada

Struktur organisasi penyelenggara bandar udara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) huruf n, sekurang – kurangnya terdiri dari unsur pimpinan, unsur manajemen dan unit teknis

Di Kecamatan Tebet , seperti yang terlihat pada tabel 4.2, berdasarkan hasil indeks perhitungan rumah tangga miskin, kelurahan Manggarai menempati urutan tertinggi dengan

Dasar Negeri 2 Rowobungkul Kabupaten Blora. Dengan menggunakan metode ceramah, mendengarkan dan menulis dipapan tulis tanpa media pembelajaran. Siswa dalam menerima materi