• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Smith, et al. (2015), meyakini bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia semakin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Smith, et al. (2015), meyakini bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia semakin"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

13 BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia adalah negara berkembang yang terus membangun infrastrukturnya. Smith, et al. (2015), meyakini bahwa pembangunan infrastruktur Indonesia semakin bertumbuh dari 6,4 persen PDB pada tahun 2014 menjadi 7,7 persen PDB pada tahun 2017. Dengan demikian, perusahaan-perusahaan yang berhubungan dengan pembangunan infrastruktur akan mendapatkan manfaat dari bertumbuhnya pembangunan infrastruktur. Pembangunan tol dan juga properti yang terus menerus, seiring dengan masih cepatnya pertumbuhan penduduk, juga memicu percepatan pembangunan.

Pembangunan infrastruktur melibatkan banyak komponen usaha, seperti perusahaan kontraktor, semen, besi baja, arsitektur, dan masih banyak lagi. Pembangunan ini juga merupakan proses yang padat modal dan juga padat karya sehingga memberikan efek berlipat pada pertumbuhan ekonomi. Dalam pembahasan penelitian ini, penulis membahas mengenai perusahaan semen.

Perusahaan Semen “LH” adalah perusahaan terbuka yang menyediakan layanan dan bahan bangunan berbasis semen yang kegiatan usahanya berlangsung di dua negara, Indonesia dan Malaysia. LH memasok produk semen untuk memenuhi kebutuhan pasar ritel, perumahan dan proyek pembangunan prasarana umum di dalam negeri. Kapasitas produksi gabungan LH dan entitas anak di Indonesia mencapai 9,1 juta ton. Melalui MB, anak perusahaan LH di Malaysia, LH memasok

(2)

14 kebutuhan semen dan beton jadi untuk pengembangan kawasan ekonomi Malaysia sebesar 1,2 juta ton. Unit usaha Perusahaan LH adalah tiga pabrik semen di Pulau Jawa: di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur serta dua fasilitas penggilingan semen di Malaysia dan di Jawa Barat. Perusahaan LH juga memiliki entitas anak, seperti BTN yang mengoperasikan beberapa tambang agregat terbesar di Indonesia, dan jaringan unit yang memproduksi beton siap pakai maupun DA yang berkonsentrasi dalam bidang penambangan batu kapur. Pasar utama grup LH di Indonesia adalah Pulau Jawa yang jumlah penduduknya mencapai 145 juta jiwa sehingga membutuhkan pembangunan kawasan perumahan, niaga, dan membutuhkan berbagai infrastruktur umum termasuk instalasi pembangkit listrik, pelabuhan, jalan tol serta prasarana transportasi air.

LH terus berinovasi dalam rangkaian value chain. Inovasi menghasilkan produk dan layanan yang efisien dan mudah digunakan oleh pelanggan sekaligus menyederhanakan proses produksi.

Selain sebagai produsen semen, LH juga memiliki anak perusahaan dengan bidang usaha yang masih berhubungan dengan industri semen. Pada tahun 2012, LH telah melakukan penggabungan usaha dengan salah satu anak perusahaannya yaitu PT DA. PT DA merupakan entitas anak LH yang memiliki konsesi pertambangan lempung serta konsesi pertambangan batu kapur. Hal ini menimbulkan suatu pertanyaan, mengapa LH perlu bergabung kembali dengan DA, anak perusahaan yang baru dilepas selama 4 tahun dan bahkan belum beroperasi?

(3)

15 1.2 Keaslian Penelitian

Penelitian ini bersumber pada teori yang diperkenalkan Trautwein (1990) mengenai motivasi penggabungan usaha. Dalam artikel yang ditulisnya, Trautwein mengumpulkan teori-teori yang ada mengenai penggabungan usaha untuk mencoba memahami alasan dan strategi dalam penggabungan usaha. Penelitian ini akan berusaha memahami alasan dilakukannya penggabungan usaha antara perusahaan LH dengan DA.

Hajbaba dan Donnelly (2013) meneliti bahwa penggabungan usaha sering dilakukan pada waktu harga saham perusahaan yang mengambil bersifat lebih tinggi dari nilai fundamentalnya. Penelitian ini bersandarkan pada teori perilaku (behavioral

theory) pada saat banyak penggabungan usaha di Amerika. Akan tetapi, mengingat

kondisi penggabungan usaha PT LH yang dilakukan merupakan penggabungan usaha dengan anak perusahaannya sendiri, maka kami tidak menggunakan metodologi yang dilakukan Hajbaba dan Donnelly.

1.3 Rumusan Masalah

Suatu perusahaan pasti membentuk anak perusahaan demi menggenapkan suatu tujuan, demikian pula saat perusahaan itu melakukan aksi korporasi. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha mencari faktor penyebab PT LH perlu menggabungkan usahanya dengan PT DA, anak perusahaannya sendiri yang baru dibentuk tahun 2008?

1.4 Pertanyaan Penelitian

1. Apa saja faktor yang mendukung penggabungan usaha ini?

(4)

16 2. Apa saja risiko kualitatif dari penggabungan usaha ini?

3. Berapa Nilai Pasar dari PT LH dengan anak perusahaannya (tanpa PT DA)? 4. Berapa Nilai Pasar dari PT DA?

5. Berapa Nilai Sinergi antara PT LH dengan PT DA?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah ditentukan, maka tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini sebagai berikut.

1. Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian adalah menganalisis faktor apa saja yang biasanya dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan mengenai penggabungan usaha. 2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian adalah pendekatan studi kasus mengenai faktor apa saja yang berperan dalam pengambilan keputusan penggabungan usaha antara PT LH dengan PT DA.

1.6 Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi atau masukan bagi perkembangan ilmu manajemen ekonomi dan menambah kajian ilmu manajemen ekonomi khususnya dalam hal penggabungan usaha.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi evaluasi bagi pihak manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan

(5)

17 penggabungan usaha. Bagi pihak lain, penelitian ini diharapkan dapat mendorong pihak lain dalam mengadakan penelitian serupa.

1.7 Sistematika Penelitian

Sistematika penulisan penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I Pendahuluan membahas secara singkat mengenai tesis ini yang mencakup latar belakang masalah yang dihadapi, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. Bab II Landasan Teori berisi teori pendirian PT, teori, motivasi dan peraturan mengenai Penggabungan Usaha, kebutuhan penilaian dalam proses penggabungan usaha, ringkasan mengenai industri semen, kondisi industri semen di Indonesia, kondisi makro dan mikro ekonomi di Indonesia serta prospek industri semen ke depan. Bab III Metodologi Penelitian berisi metode penelitian yang memberikan definisi Dasar Penilaian dan Nilai yang akan digunakan serta peraturan perpajakan yang akan digunakan. Bab IV Hasil Penelitian berisi Asumsi Penilaian dan juga proses perhitungan Penilaian Saham PT LH dan anak perusahaannya tanpa DA, DA dan LH dengan seluruh anak perusahaannya (dengan DA) serta Pajak yang harus dibayar dengan atau tanpa transaksi juga akan disimulasikan pada Bab Keempat ini. Bab V Kesimpulan dan Saran berisi faktor pendukung dan risiko dari transaksi penggabungan usaha ini serta ringkasan penilaian dan saran untuk penelitian mengenai penggabungan usaha selanjutnya.

(6)

18 BAB II

LANDASAN TEORI

2.1

Konsep Dasar Pendirian PT

Menurut Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007, Perseroan Terbatas atau dapat disebut juga Perseroan, adalah badan hukum yang merupakan persekutuan modal, didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan pelaksanaannya. Di dalam undang-undang tersebut juga mengatur tentang kebutuhan untuk pendirian Perseroan, baik badan yang harus dimiliki dan juga kelengkapan dokumen, seperti pengesahan dari Notaris, persetujuan dari Menteri Hukum dan HAM.

2.2 Konsep Dasar Tentang Penggabungan Usaha di Indonesia

Penggabungan Usaha menurut Undang Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007 adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh satu Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada, yang mengakibatkan aktiva dan pasiva dari perseroan yang menggabungkan diri beralih karena hukum kepada perseroan yang menerima penggabungan, dan selanjutnya status badan hukum perseroan yang menggabungkan diri berakhir karena hukum. Secara ringkas, penggabungan usaha ini dapat dilihat pada Gambar 2.1

(7)

19 Gambar 2.1 Skema Penggabungan Usaha

Penggabungan usaha menurut Peraturan Bapepam IX.G.1 adalah adalah perbuatan hukum yang dilakukan oleh 1 (satu) Perseroan atau lebih untuk menggabungkan diri dengan perseroan lain yang telah ada dan selanjutnya perseroan yang menggabungkan diri menjadi bubar. Penggabungan usaha atau peleburan usaha untuk perusahaan publik, seperti yang dikutip dalam IX.G.1, wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut.

1. Direksi dan komisaris Perusahaan Publik atau Emiten yang akan melakukan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha wajib membuat pernyataan kepada OJK dan pada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) bahwa penggabungan usaha atau peleburan usaha tersebut tetap memperhatikan kepentingan perseroan,

(8)

20 masyarakat dan persaingan sehat dalam melakukan usaha, serta ada jaminan tetap terpenuhinya hak-hak pemegang saham publik dan karyawan perseroan.

2. Pernyataan pada point 1 harus dikuatkan oleh pendapat yang diberikan pihak independen.

3. Mendapatkan persetujuan RUPS Emiten.

4. Emiten yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha wajib menyampaikan pernyataan penggabungan usaha atau pernyataan peleburan usaha kepada OJK dengan disertai pendapat pihak independen profesi penunjang pasar modal.

Penggabungan usaha atau peleburan usaha untuk perusahaan publik wajib dilaksanakan dengan memenuhi tata cara sebagai berikut.

1. Direksi masing-masing perseroan, setelah memperoleh persetujuan komisaris, wajib menguji kelayakan penggabungan usaha atau peleburan usaha, yang terdiri atas studi mengenai :

a. keadaan usaha perseroan dan perkembangan hasil usaha perseroan, dengan memperhatikan pula laporan keuangan perseroan selama 3 tahun terakhir yang telah diaudit oleh Akuntan yang terdaftar di OJK;

b. hasil analisis pihak independen mengenai kewajaran nilai saham dan aset tetap perseroan serta aspek hukum penggabungan usaha atau peleburan usaha;

c. metode dan tata cara konversi saham yang akan dipakai dan didukung oleh keterangan dari pihak independen;

d. cara penyelesaian kewajiban perseroan terhadap pihak ketiga yang masih ada;

(9)

21 e. cara penyelesaian hak-hak pemegang saham yang tidak menyetujui

penggabungan usaha atau peleburan usaha;

f. struktur organisasi dan sumber daya manusia perseroan yang terbaru setelah penggabungan usaha atau peleburan usaha dilaksanakan;

g. Rencana manajemen terhadap kondisi perseroan setelah penggabungan usaha atau peleburan usaha dilaksanakan.

2. Direksi masing-masing perseroan wajib bersama-sama menyusun Rancangan Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha yang telah disetujui komisaris dan setidaknya wajib memasukkan hal-hal sebagai berikut.

a. Nama dan tempat kedudukan seluruh perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

b. Alasan dan penjelasan dari masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

c. Tata cara konversi masing-masing saham perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha terhadap saham perseroan hasil penggabungan usaha atau peleburan usaha.

d. Rancangan perubahan anggaran dasar perseroan hasil penggabungan usaha (jika memungkinkan) atau rancangan akta pendirian perseroan baru hasil peleburan usaha.

e. Laporan keuangan 3 tahun buku terakhir dari masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha yang telah diaudit oleh akuntan yang terdaftar di OJK.

(10)

22 f. Jika pernyataan penggabungan usaha atau peleburan usaha melebihi 180 hari dari laporan keuangan tahunan terakhir, maka laporan keuangan tersebut juga harus dilengkapi dengan laporan keuangan interim yang telah diaudit. Jangka waktu antara tanggal efektif pernyataan penggabungan usaha atau peleburan usaha dan tanggal laporan keuangan interim tidak boleh melampaui 180 hari. g. Nama dan tempat kedudukan perseroan hasil penggabungan usaha atau

peleburan usaha ini.

h. Laporan keuangan proforma perseroan hasil penggabungan usaha atau peleburan usaha yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum oleh akuntan yang terdaftar di OJK.

i. Hasil penilaian pihak independen tentang kewajaran nilai saham dan kekayaan perseroan hasil Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha.

j. Hasil penilaian tenaga ahli tentang aspek tertentu dari penggabungan usaha atau peleburan usaha (hanya jika diperlukan).

k. Pendapat akuntan yang terdaftar di OJK mengenai metode dan tata cara konversi saham yang termuat dalam rancangan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

l. Pendapat hukum dari konsultan hukum independen yang terdaftar di OJK mengenai aspek hukum dari penggabungan usaha atau peleburan usaha.

m. Cara penyelesaian status karyawan masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

n. Cara penyelesaian hak dan kewajiban masing-masing perseroan yang akan melakukan penggabungan usaha atau peleburan usaha terhadap pihak ketiga.

(11)

23 o. Cara penyelesaian hak-hak pemegang saham minoritas yang tidak menyetujui

penggabungan usaha atau peleburan usaha.

p. Susunan direksi dan komisaris dari perseroan hasil penggabungan usaha atau peleburan usaha.

q. Perkiraan mengenai hal-hal yang terkait dengan manfaat, kerugian dan rencana masa depan perseroan hasil dari penggabungan usaha atau peleburan usaha. r. Perkiraan waktu pelaksanaan penggabungan usaha atau peleburan usaha.

2.3 Peraturan di Indonesia yang Mengatur Penggabungan Usaha

Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) adalah salah satu badan pemerintah yang bertugas mengawasi proses penggabungan usaha untuk menjaga kemungkinan terjadinya monopoli atau persaingan usaha tidak sehat. beberapa peraturan yang harus ditaati dalam melakukan penggabungan usaha adalah sebagai berikut.

1. Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2010 tentang Penggabungan Usaha dan Akuisisi.

2. Peraturan KPPU Nomor 10 Tahun 2010 Tentang Formulir Pemberitahuan Penggabungan, Peleburan Badan Usaha, dan Pengambilalihan Saham Perusahaan. 3. Peraturan KPPU Nomor 4 Tahun 2012 tentang Pedoman Pengenaan Denda

Keterlambatan Pemberitahuan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan.

4. Peraturan KPPU Nomor 2 Tahun 2013 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 13 tahun 2010 Tentang Pedoman

(12)

24 Pelaksanaan Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang dapat Mengakibatkan terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat.

5. Peraturan Bapepam IX.G 1 tentang Penggabungan Usaha atau Peleburan Usaha Perusahaan Publik atau Emiten (khusus untuk perusahaan terbuka).

KPPU berhak memberikan pendapat tentang dugaan adanya praktek monopoli atau persaingan tidak sehat pada Penggabungan Usaha apabila gabungan kedua perusahaan itu memiliki nilai aset sebesar Rp2.500.000.000.000,00 (dua triliun lima ratus miliar rupiah) dan atau nilai penjualan sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah). Hanya saja, oleh karena penggabungan kedua perusahaan merupakan transaksi terafiliasi, maka menurut Pasal 7 Peraturan Pemerintah No. 57 tahun 2010, Transaksi Penggabungan LH dan DA dikecualikan dari kewajiban menyampaikan pemberitahuan secara tertulis.

2.4 Motivasi Penggabungan Usaha

Trautwein (1990) memberikan kepada peneliti tujuh teori mengenai motivasi perusahaan melakukan penggabungan usaha, yang terlihat pada Gambar 2.2.

(13)

25 Sumber: Trautwein (1990)

Gambar 2.2 Motivasi Penggabungan Usaha

Teori efisiensi mengemukakan bahwa perusahaan melakukan penggabungan usaha untuk mendapatkan sinergi dengan perusahaan yang menggabungkan dirinya. Ada tiga tipe sinergi yang dapat diperoleh dari penggabungan usaha ini.

1. Sinergi keuangan mengakibatkan biaya modal yang lebih rendah. Salah satu cara untuk mencapai ini adalah dengan menurunkan risiko sistematis dari portofolio investasi perusahaan dengan berinvestasi dalam berhubungan bisnis yang tidak terkait. Metode lain adalah dengan meningkatkan ukuran perusahaan, sehingga memberikan akses permodalan yang lebih murah. Cara ketiga adalah membuat

(14)

26 pasar modal internal. Sebuah pasar internal beroperasi pada informasi yang lebih akurat dan karena itu dapat mengalokasikan modal dengan lebih efisien.

2. Sinergi operasional dapat berasal dari menggabungkan berbagai operasi unit yang sampai sekarang terpisah (misalnya tenaga penjualan gabungan) atau dari Transfer Pengetahuan (Porter, 1985). Kedua jenis sinergi operasional dapat menurunkan biaya unit usaha yang terlibat atau dapat memungkinkan perusahaan untuk menawarkan produk dan jasa yang unik. Potensi keuntungan ini harus dihitung terhadap biaya menggabungkan atau mengalihkan aset.

3. Sinergi manajemen terwujud ketika perusahaan awal memiliki perencanaan yang unggul dan kemampuan untuk menaikkan kinerja perusahaan target. Alasan dari argumen ini adalah efek motivasi positif yang dianggap berasal dari Leveraged

Buy Out (Jensen dan Murphy, 1988).

Teori monopoli adalah menyatakan bahwa suatu perusahaan dapat bergabung untuk menguasai mayoritas pasar secara bersama-sama sehingga dapat mengendalikan pasar tersebut. Penggabungan usaha ini memungkinkan perusahaan dapat:

1. melakukan subsidi silang antarproduk yang dimiliki; 2. membatasi lawan di lebih dari satu jenis pasar;

3. mencegah pesaing baru memasuki pasar yang sudah dikuasainya.

Teori peningkatan nilai mengasumsikan bahwa penggabungan usaha yang direncanakan dan dilaksanakan oleh manajer yang memiliki informasi yang lebih baik mengenai nilai target dari pasar saham. Teori penaklukan menyatakan bahwa motivasi untuk melakukan penggabungan adalah untuk mengambil kekayaan dari

(15)

27 pemegang saham perusahaan yang digabungkan, baik lewat ancaman pengambil alihan perusahaan maupun penambahan nilai setelah mendapatkan perusahaan tersebut. Teori imperium adalah teori yang mengemukakan bahwa penggabungan direncanakan dan dilaksanakan oleh manajer yang berniat memaksimalkan hasil bagi manajer sendiri dan bukan dari nilai pemegang saham perusahaan.

Teori proses mengatakan bahwa penggabungan usaha bukanlah hasil keputusan rasional, tetapi hasil dari proses di luar perhitungan finansial, antara lain sebagai berikut.

1. Hasil dari keputusan yang bersumber dari informasi yang kurang lengkap. 2. Usaha untuk mengembangkan organisasi yang ada.

3. Tekanan politik yang mungkin diterima oleh masing-masing perseroan.

Teori Gangguan menyatakan bahwa proses penggabungan perusahaan merupakan akibat dari kondisi makro ekonomi dan pasar yang tidak stabil sehingga mengakibatkan penggabungan perusahaan.

2.5 Penilaian sebagai Persyaratan Transaksi Penggabungan Usaha

Dalam Peraturan Bapepam-LK VIII.C.3, aksi korporasi perusahaan terbuka harus dipertanggungjawabkan kepada publik dengan melaporkan hasil penilaian saham dari perusahaan konsultan independen sehingga sesuai juga dengan prinsip

good corporate governance (GCG). Penilaian saham ini bertujuan untuk memberikan

laporan kepada pihak pemegang saham minoritas, yaitu publik, bahwa aksi korporasi yang dilakukan adalah bermanfaat bagi perusahaan dan juga untuk seluruh pemegang saham, tidak hanya pemegang saham mayoritas saja.

(16)

28 Menurut Standar Penilaian Indonesia 2015 330.5.2, Penilaian Bisnis dapat digunakan untuk melakukan penggabungan usaha. Dari standar yang ada, Penilaian Bisnis meliputi penilaian entitas, penilaian ekuitas dan penilaian kerugian ekonomis yang diakibatkan oleh suatu peristiwa tertentu. Di dalam kasus transaksi ini, penilaian bisnis yang digunakan adalah penilaian ekuitas, mengingat yang dinilai adalah saham dari PT LH beserta anak-anak perusahaannya (kecuali PT DA), PT DA dan PT LH beserta seluruh anak perusahaannya (termasuk PT DA).

Gilbertson dan Preston (2005), mengemukakan bahwa tujuan penilaian adalah memberikan opini tentang nilai penjualan suatu aset bila dijual di pasar atau nilai aset tersebut bagi pemiliknya. Dengan demikian, penilaian harus menggunakan asumsi-asumsi yang ada di pasar agar dapat menghasilkan nilai pasar.

2.6 Industri Semen

Semen adalah salah satu bahan utama dalam pembangunan. Semen dibuat dari campuran batu kapur, besi, silika dan alumina, yang sering terdapat dalam tanah liat (Davis, 1911). Penemu semen modern pertama kali adalah Edgar Dobbs pada tahun 1810. Akan tetapi, penemu semen Portland, yang sampai sekarang masih dipakai mayoritas industri, adalah Joseph Aspdin, yang mematenkan resep pembuatan semen miliknya pada 15 Desember 1824. Komposisi semen Portland adalah seperti di Tabel 2.1 dan komposisi mineral di clinker semen Portland ada di Tabel 2.2.

(17)

29

Tabel 2.1 Komposisi Kimia Semen Portland

Rumus Kimia Rumus Oksida Rumus Singkat Nama Komposis i Normal Fungsi Mineral

Ca3SiO5 (CaO)3SiO2 C3S Tricalcium Silicate

(Alite)

50-70% Cepat terhidrasi dan memengaruhi kekuatan jangka pendek.

Ca2SiO4 (CaO)2SiO2 C2S Dicalcium Silicate (Belite)

10-30% Lambat terhidrasi dan memengaruhi kekuatan jangka panjang (setelah 1 minggu). Ca2Al2O6 (CaO)3Al2O 3 C3A Tricalcium Aluminate 3-13% Terhidrasi dengan seketika dan mengeluarkan panas. Mempengaruhi kekuatan jangka pendek. Ca2Al2Fe2O 10 (CaO)4Al2O 3 Fe2O3 C4AF Tetracalcium aluminoferrit e 5-15% Cepat terhidrasi. Bertindak sebagai campuran dalam pembuatan clinker. Menyumbang warna kelabu pada semen. CaSO4.2H2 O (CaO)(SO3). (H2O)2 C H2 Calcium sulfate dihydrate (gypsum) 3-7% Digabungkan dengan clinker untuk menghasilkan semen Portland. Dapat menggantikan C . Memengaruhi kekuatan jangka pendek.

CaSO4 (CaO)(SO3) C Anhydrous calcium

sulfate

0,2-2%

Sumber: van Oss, 2005

Tabel 2.2 Komposisi Kimia Mineral di Clinker

Tipe Semen ASTM C-150

Komposisi Mineral di Clinker* Kegunaan di Semen C3S C2S C3A C4AF

I 50-65% 10-30% 6-14% 7-10% Umum.

II 45-65% 7-30% 2-8% 10-12% Mengeluarkan panas sewaktu hidrasi. Menahan erosi karena senyawa sulfat. III 55-65% 5-25% 5-12% 5-12% Memberikan kekuatan awal.**

IV 35-45% 28-35% 3-4% 11-18% Mengeluarkan sedikit panas saat hidrasi.

V 40-65% 15-30% 1-5% 10-17% Sangat kuat mencegah erosi sulfat. * Hal ini lebih kepada perkiraan dan bukan merupakan definisi yang mengikat

** Kekuatan awal yang tinggi biasanya diperoleh dengan menghaluskan Semen Tipe I Sumber: van Oss, 2005

Secara umum, proses produksi semen dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut ini.

(18)

30 Sumber: van Oss, 2005

Gambar 2.3 Proses Manufaktur Semen

2.7 Kondisi Makro Ekonomi dan Industri

Produk Domestik Bruto (PDB) dunia tumbuh 4,0 persen pada tahun 2011. PDB Indonesia tahun 2011 tumbuh 6,5 persen meningkat dari tahun 2010 yang hanya sebesar 6,1 persen. Nilai tukar rupiah sebesar Rp8.768/US$ dan cadangan devisa sebesar US$111,3 miliar. Inflasi Indonesia sebesar 3,79 persen dan suku bunga BI sebesar 6,0 persen turun dari tahun 2010 yang sebesar 6,5 persen.

Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, jumlah produsen semen di Indonesia hingga tahun 2011 yaitu 9 perusahaan, terbagi dalam 2 kelompok, yaitu 5 perusahaan milik pemerintah dan 4 perusahaan milik swasta. Data produsen dan perkembangan produksi semen di Indonesia disajikan pada Tabel 2.3.

(19)

31

Tabel 2.3 Perkembangan Kapasitas Produksi Semen di Indonesia Tahun 2006-2011 (Ribu Ton/Tahun) Produsen 2006 2007 2008 2009 2010 2011 BUMN - PT Semen Gresik 8.200 8.200 8.200 8.530 9.100 9.724 - PT Semen Padang 5.440 5.240 5.240 5.410 6.300 6.300 - PT Semen Tonasa 3.480 3.480 3.480 3.900 4.290 4.602 - PT Semen Baturaja 1.250 1.250 1.250 1.250 1.250 1.200 - PT Semen Kupang 570 570 570 570 570 570 SWASTA - PT Indocement Tunggal 15.650 15.650 15.650 17.100 18.600 21.100 - PT Holcim Indonesia. Tbk. 7.900 7.900 8.500 8.300 8.300 8.700 - PT Semen Andalas *) 1.600 1.600 - PT Semen Bosowa 1.800 1.800 1.800 3.000 3.000 3.000 TOTAL 44.290 44.090 44.690 48.060 53.010 56.796

*) sedang merekonstruksi pabrik baru pada tahun 2011

Sumber : Annual Report PT LH (Kapasitas Produksi Semen PT LH), 2012 dan Asosiasi Semen Indonesia (29 Maret 2012).

Berdasarkan kapasitas produksinya, perusahaan semen swasta saat ini mempunyai kapasitas produksi yang lebih besar, yaitu mencapai 61 persen dari total kapasitas produksi nasional sedangkan perusahaan semen milik pemerintah hanya mencapai 39 persen. Kapasitas produksi semen nasional dari tahun 2006 sampai dengan 2011 meningkat dengan rata-rata 5,18 persen pertahun. Konsumsi semen setiap tahunnya meningkat rata-rata sebesar 7,36 persen per tahun.

Semen Gresik Group dan Indocement sebagai market leader industri semen di Indonesia. Semen Gresik Group menguasai pangsa pasar sebesar 36,32 persen dan Indocement sebesar 37,15 persen dari pasar domestik industri semen. PT. Holcim Indonesia Tbk. menempati peringkat ketiga dengan kapasitas produksi sebesar 15,32 persen dari total kapasitas produksi semen nasional.

(20)

32 Amstrong (2013), menyatakan bahwa pada tahun 2012, konsumsi semen dunia mencapai 3,7 miliar ton sehingga menjadi 2 kali lipat dari 1,8 miliar ton pada tahun 2002. Pertumbuhan yang positif ini didorong oleh kenaikan konsumsi semen yang tinggi di beberapa negara berkembang di dunia, terutama Republik Rakyat China, yang disebabkan oleh meningkatnya tingkat pendapatan dan fokus pada pembangunan infrastruktur. Berdasarkan alasan di atas maka industri semen masih memiliki prospek kedepannya, dan hal ini memberikan dampak positif terhadap perusahaan produsen semen nasional.

Data perkembangan produksi semen di Indonesia adalah sebagai berikut.

Tabel 2.4 Produksi Semen di Indonesia Tahun 2005-2012

Tahun Produksi Semen (000

Ton) Pertumbuhan (%) 005 33.917 - 2006 33.032 (2,61) 2007 35.033 6,06 2008 38.533 9,99 2009 36.884 (4,28) 2010 37.844 2,60 2011 45.238 19,54 2012 55.000 21,57

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (29 Maret 2012 dan 28 November 2014)

Produksi semen nasional meningkat dengan rata-rata sebesar 5,22 persen per tahun dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2011. Akan tetapi, pada tahun 2009 terjadi penurunan sebesar 4,28 persen, hal ini disebabkan krisis ekonomi global yang terjadi sejak tahun 2008 akhir, yang berdampak pula terhadap kegiatan industri semen dalam negeri.

(21)

33 Seiring dengan meningkatnya konsumsi semen di dalam negeri pada tahun 2011, produksi semen nasional meningkat menjadi 45 juta ton atau naik 19,54 persen dibandingkan tahun 2010. Berdasarkan informasi dari Manajemen Perusahaan LH, produksi semen LH pada tahun 2010 sebesar 8,24 juta ton, atau sama dengan 21,78 persen dari total produksi semen di Indonesia. Pada tahun 2011 produksi Perusahaan LH sudah mencapai 8,49 juta ton atau turun menjadi 18,76 persen dari total produksi semen di Indonesia.

2.8 Perkembangan Konsumsi, Ekspor dan Impor Industri Semen Indonesia

Data perkembangan konsumsi, ekspor dan impor semen di Indonesia disajikan pada Tabel 2.5 berikut.

Tabel 2.5 Perkembangan Konsumsi, Ekspor dan Impor Semen Nasional Tahun 2005 – 2011

Tahun Konsumsi

(Ton)

Volume Penjualan Perusahaan LH

(Ton)

Ekspor (Ton) Impor (Ton)

2005 31.598.782 na 2.245.397 1.055.412 2006 31.975.265 4.665.000 2.928.706 1.267.351 2007 34.172.436 5.551.000 1.640.991 1.410.263 2008 38.071.618 6.064.000 1.218.598 1.532.390 2009 39.050.916 5.960.000 763.448 1.383.476 2010 40.777.864 6.237.000 221.000 1.597.485 2011 48.000.345 7.484.000 234.000 1.000.000

Sumber: Asosiasi Semen Indonesia (29 Maret 2012), Laporan Keuangan LH 31 Desember 2010 (2010) dan Manajemen Perusahaan LH

Konsumsi semen setiap tahunnya meningkat rata-rata sebesar 7,36 persen per tahun sejak tahun 2005 sampai tahun 2011. Hal ini disebabkan banyaknya pembangunan infrastruktur di dalam negeri terlebih di luar Pulau Jawa sehingga terjadi pengalihan fokus pembangunan infrastruktur dari Jawa ke luar Jawa dan pemberian kewenangan pengelolaan uang dari pemerintah pusat ke daerah sehingga

(22)

34 permintaan atas semen meningkat. Volume penjualan Perusahaan LH sejak tahun 2006 sampai dengan 2011 rata-rata sebesar 15,49 persen per tahun terhadap total konsumsi semen di Indonesia.

Kenaikan permintaan semen dalam negeri tidak seiring dengan kenaikan permintaan pasar semen untuk luar negeri. Ekspor semen justru menurun setiap tahunnya, hal ini disebabkan ekspor semen dari Indonesia banyak mengalami kesulitan karena ketatnya kompetisi dari negara-negara lain, seperti Cina. Begitu pula dengan harga yang tertekan sehingga kebanyakan produsen di Indonesia lebih berorientasi kepada pasar dalam negeri. Selain itu, produk yang terlalu berat juga membutuhkan biaya transportasi yang tinggi.

2.9 Prospek Industri Semen

Industri semen memiliki prospek sebagai berikut.

1. Permintaan semen di dalam negeri meningkat dalam setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari konsumsi semen domestik meningkat rata-rata sebesar 7,36 persen per tahun. Peningkatan konsumsi ini dikarenakan banyaknya pembangunan infrastruktur di dalam negeri terutama pembangunan di luar Pulau Jawa.

2. Produsen semen di Indonesia kebanyakan lebih berorientasi kepada pasar dalam negeri karena ekspor semen Indonesia banyak mengalami kesulitan, seperti ketatnya kompetisi dari negara lain dan harga yang tertekan.

3. Produksi semen nasional dari tahun 2005 sampai 2011 meningkat rata-rata sebesar 5,22 persen per tahunnya.

(23)

35 4. Untuk mengantisipasi melonjaknya permintaan semen nasional, beberapa perusahaan telah merencanakan menambahkan kapasitas produksinya dengan membangun pabrik baru.

5. Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan industri semen memiliki prospek yang cerah sehingga persentase peningkatan permintaan akan semen di dalam negeri lebih besar dibandingkan dengan persentase peningkatan kapasitas produksi.

Gambar

Gambar 2.2 Motivasi Penggabungan Usaha
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Mineral di Clinker  Tipe Semen
Gambar 2.3 Proses Manufaktur Semen

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai analisis karakteristik gaya belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas XI IPS dapat diuraikan

Jika dua ponsel tersambung, putar kenop volume untuk memilih ponsel yang diinginkan, lalu tekan kenop tersebut.. 2 Sebutkan nama kontak yang ingin Anda telepon atau perintah

File ENROLLMENT dapat dibuat untuk setiap bidang kursus, dan setiap file akan berisi satu record per satu siswa yang mendaftar per kursus, seperti pada gambar 7.10.. Hal ini

Secara keseluruhan Protokol Kyoto menjadi dasar kerjasama yang dilakukan oleh Indonesia dengan Jepang dalam perdagangan karbon, karena dalam Protokol Kyoto negara

12 Sir William Wade.( 2000). New York: Oxford University Press, hlm. General Principles Of Administrative Law. ed, Butterworth, hlm. Usaha Memahami Undang-Undang Tentang Peradilan

(2) Anggaran Dasar sebagaimana dimaksud ayat (1) dibentuk oleh Pemerintah desa berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat, bersama tokoh-tokoh masyarakat, Lembaga

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan pada periode 2010-2015. Misi Ke-Enam : Mewujudkan Aksesibilitas Infrastruktur yang Memadai dan Merata. Meningkatkan dan menyediakan