• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Peranan Ternak Sapi

Ternak sapi sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Peran ternak sapi menurut Soedjana (2005:11) adalah ternak sapi dapat berperan sebagai alat transportasi, tenaga kerja dalam penyiapan lahan, sumber pupuk kandang dan kompos untuk kesuburan lahan. Namun sekarang peranan yang masih terlihat adalah sebagai sumber protein hewani yang berkualitas tinggi, sebagai penunjang ekonomi keluarga, sebagai pupuk kandang (kotorannya), sebagai sumber bahan baku industri, dan juga sering digunakan sebagai hewan yang dibutuhkan dalam upacara keagamaan.

Sumber Protein

Daging sapi memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan manusia akan protein. Daging sapi memiliki komoditi kalori dan protein lebih tinggi dari pada ternak-ternak ruminansia lainnya seperti ternak kerbau dan kambing serta ternak lain seperti domba, babi, ayam, dan kambing. Menurut data Departemen Kesehatan RI bahwa dalam setiap 100 gram daging sapi mengandung protein 18,8 gram. Sedangkan hewan lain hanya berkisar antara 11,9 dan 18,2, (Anggoro 2007:3). Protein dari daging sapi ini disebut protein hewani yang mempunyai struktur asam amino yang mirip dengan manusia, tidak dapat dibuat oleh tubuh (essensial), susunan asam aminonya relatif lebih lengkap dan seimbang. Daya cerna protein hewani lebih baik dibanding dengan protein nabati (dari tumbuh-tumbuhan). Manfaat protein bagi tubuh adalah untuk pemeliharaan jaringan tubuh, pengganti sel yang rusak dan aus, pembentukan hormon dan enzim serta berperan dalam transpor nutrien, Kurniawati (2007:1). Protein

(2)

adalah komposisi gizi utama dalam daging oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan tersebut perlu mengkonsumsi daging.

Hal ini senada dengan Anonymous (2012) bahwa daging sapi merupakan bahan makanan yang memiliki kaya kandungan gizi sebagai sumber esensial dari protein hewani dan lemak. Masih menurutnya, kandungan gizi daging sapi adalah sebagai protein yang befungsi membentuk jaringan tubuh serta menjaga kekebalan tubuh, selenium berfungsi untuk membentuk zat antioksida serta meningkatkan imunitas anak, vitamin B kompleks berfungsi untuk membantu kerja sistem saraf otak sehingga mampu membantu konsentrasi dan meningkatkan daya ingat, zat besi berfungsi untuk meningkatkan metabolisme energi dalam tubuh, mempengaruhi kemampuan belajar pada anak, serta menajaga kekebalan tubuh, asam lemak omega berfungsi untuk membantu fungsi jantung, sistem saraf pusat dan hati.

Sedangkan menurut Soehadji dalam Purba (2004:1) menyatakan bahwa

“protein hewani merupakan bagian yang sangat penting bagi tubuh manusia karena sifatnya yang sulit digantikan dan merupakan pembawa sifat keturunan dari generasi ke generasidan sangat berperan dalam proses perkembangan dan kecerdasan manusia (agent of development) dan pembangunan bangsa”.

Oleh karena itu, untuk membangun suatu bangsa perlu asupan gizi yang cukup dan berkualitas. Asupan gizi yang cukup merupakan dasar peningkatan kualitas sumberdaya manusia dan terkait pula dengan kesejahteraan rakyat. Artinya tidak akan ada perbaikan kualitas sumberdaya manusia tanpa perbaikan gizi masyarakat.

Penunjang Ekonomi Keluarga

Ternak sapi selain sebagai penyedia sumber protein juga sebagai penunjang atau sumber pendapatan keluarga. Bagi peternak konvensional tradisional biasanya memanfaatkan sapi potong untuk

(3)

tabungan jangka panjang dan akan dipergunakan jika ada kebutuhan penting dan mendadak yaitu dengan menjual ternak sapi. Memilihara ternak sapi sebagai tabungan di motivasi oleh kenyataan bahwa ternak sapi dapat dikonversikan menjadi uang tunai setiap saat (Soedjana, 2005). Peternak yang lebih maju menjadikan usaha peternakan sebagai sumber pendapatan utama, dan biasanya menjadi sumber pendapatan keluarga. Mulai dari hasil penjualan dagingnya, yang memang dibutuhkan di pasaran, sampai dengan kotorannya pun bernilai ekonomis. Selain dapat memberikan keuntungan material, usaha sapi potong juga dapat membuka lapangan pekerjaan untuk tenaga kerja terutama pada usaha peternakan yang semi-komersial dan peternak komersial.

Berdasarkan hasil analisis usaha sapi potong yang dilakukan oleh Muktiani (2011) menyatakan jika seorang peternak memelihara ternak sebanyak 5 ekor maka keuntungan yang diperoleh per periode (4 bula) mencapai Rp 1.643.200. keuntungan tersebut sudah di hitung biaya produksi seperti biaya sewa lahan,biaya bangunan kandang, biaya perlengkapan, tenaga kerja, biaya pakan, biaya pakan tambahan, biaya pembeliaan bibit, biaya obat-obat dan biaya lain-lain ( listrik, telpon, dan transportasi). Analis yang dilakukan memang hanya pada ternak sapi Ongole tapi analisis terbut dapat memberikan gambaran bahwa hasil peternakan sapi mampu menopang atau menunjang ekonomi rumah tangga.

Namun ada beberapa penelitian yang menyatakan bahwa pendapatan peternak secara riil tidak banyak berubah malahan cenderung makin menurun (Sudaryanto dan Erizal jamal, 2000). Hal ini dikarenakan niai tambah terbesar dari usaha yang dikembangkan petani justru berada di sektor hilir yang tidak dinikmati oleh petani. Sedangkan menurut Soejana (2005) menyatakan bahwa peternak cukup puas dan dapat menerima tingkat pendapatan apa adanya sebagai refleksi dari tingkat produktivitas yang rendah. Masih menurutnya, perhatian petani sangat kurang terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan bibit ternak, jumlah dan waktu pemberian pakan, pengelolaan yang baik, serta pada umur berapa sebaiknya

(4)

ternak dijual, hal ini disebabkan para peternak memiliki pengetahuaan yang kurang dalam beternak. Kebiasaan seperti ini yang menyebabkan harga ternak menjadi rendah dan berdampak pada peningkatan pendapatan peternak sapi.

Pupuk kandang

Ternak sapi sangat berperan dalam suatu ekosistem karena adanya keuntungan-keuntungan sampingan seperti, produksi pupuk kandang yang mutlak dibutuhkan dalam melestraikan tanah sebagai basis ekologi (Saleh, 2004). Menurut cooke dalam saleh (2004), menyatakan bahwa penggunaan pupuk kandang untuk tanah kering/tegalan adalah praktis dan ekonomis karena pupuk ini dapat memperbaiki fisik tanah, meningkatkan jumlah air yang digunakan tanaman dan memberikan pertumbuhan akar tanaman lebih baik. Di samping itu pupuk kandang mempunyai pengaruh susulan yang lama di dalam tanah. Menurut Rahayu et,al (2009) bahwa kotoran ternak sapi dapat menghasilkan biogas sebagai alternatis sumber energi. Menurut mereka bahwa biogas yang dihasilkan dari kotoran ternak sapi memberikan solusi terhadap masalah penyediaan energi dengan murah dan tidak mencemari lingkungan.

Penelitian dari Basri et,al (2013) menemukan bahwa seekor sapi dapat menghasilkan kotoran (feses) sebanyak 8-10 kg setiap hari. Kotoran sapi sebanyak itu dapat dihasilkan 4-5 kg pupuk organik/hari setelah melalui pemrosesan. Tentunya kotoran ternak sebagai pupuk organik sangat mendukung usaha pertanian. Akan tetapi dari sekian banyak kotoran ternak sapi yang terdapat di daerah sentra produksi ternak banyak yang belum dimanfaatkan secara optimal, sebagian diantaranya terbuang begitu saja, sehingga merusak lingkungan yang akibatnya menghasilkan bau tidak sedap.

Jika mencermati, pupuk kandang mempunyai keunggulan. Keunggulan yang dimaksud oleh Souri (2001) diantaranya; 1) Merupakan pupuk lengkap, karena mengandung semua hara makro yang dibutuhkan oleh tanaman, juga mengandung hara mikro. 2)

(5)

Mempunyai pengaruh susulan, karena pupuk kandang mempunyai pengaruh untuk jangka waktu yang lama dan merupakan gudang makanan bagi tanaman yang berangsur-angsur menjadi tersedia. 3) Memperbaiki struktur tanah sehingga aerasi di dalam tanah semakin baik. 4) Meningkatkan kemampuan tanah dalam menyimpan air. 5) Meningkatkan kapasitas tukar kation sehingga hara yang terdapat di dalam tanah mudah tersedia bagi tanaman. 6) Mencegah hilangnya hara (pupuk) dari dalam tanah akibat proses pencucian oleh air hujan atau air irigasi. 7) Mengandung hormon pertumbuhan yang dapat memacu pertumbuhan tanaman.

Oleh karena itu, Pengelolaan yang baik dan terpadu dalam hal pengelolaan limbah ternak, dapat menjadikan limbah ternak bermanfaat bagi manusia bukan sebaliknya yang merusak alam. Limbah ternak seperti kotoran sapi kering bisa dijadikan sebagai pupuk yang bermanfaat dalam bidang pertanian yang dapat meningkatkan usaha pertanian. Selain itu juga pupuk tersebut dapat bernilai ekonomis jika dijual di pasarkan.

Berikut beberapa kadar unsur zat hara dalam pupuk kandang yang berasal dari beberapa jenis ternak.

Tabel 2.1

Kadar Nitrogen, Fosfat dan Kalium Dalam Pupuk Kandang yang Berasal dari Beberapa Jenis Ternak

Jenis Pupuk Kandang N P2O5 K20 .... ..%... ... Kotoran sapi 0.6 0.3 0.1 Kotoran kuda 0.4 0.3 0.3 Kotoran kambing 0.5 0.3 0.2 Kotoran ayam 1.6 0.5 0.2 Kotoran itik 1.0 0.4 0.6

Sumber: Saleh dalam Reksohadiprojo, 2004

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kotoran sapi mengandung 0.6 % Nitrogen, 0.3% Fosfat, dan Kalium sebesar 0.1%.

(6)

begitu pula untuk ternak lain seperti kuda, kambing, ayam, dan itik kotorannya mengandung Nitrogen, Fosfat, dan Kalium.

Sumber Bahan Industri

Banyak referensi atau pengalaman yang melihat peran ternak sapi dalam bidang industri. Ternak sapi memiliki peranan dalam bidang industri, baik itu industri kecil maupun industri besar. Seluruh komponen yang terdapat dalam tubuh sapi dapat dijadikan bahan-bahan baku dan industri rumah makan dan industri kesenian.

Dalam industri rumah makan, daging sapi potong dibutuhkan sebagai bahan baku industri daging kaleng, industri makanan ringan, industri restoran atau rumah makan, dan sebagai bahan baku pembuatan bakso. Isi perut sapi potong dibutuhkan sebagai bahan baku dalam industri bakso dan rumah makan.

Sedangkan dalam industri kesenian bagian ternak sapi yang digunakan adalah tulang sapi yang dapat dijadikan bahan baku dibidang industri tekstil seperti dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kancing baju dan lain-lain. Kulit sapi berguna sebagai bahan baku pembuatan beduk dan gendang. Tanduk sapi dapat dijadikan sebagai ornament atau koleksi.

Pelengkap Acara Adat, Keagamaan dan Simbol Strata Sosial

Sapi sering digunakan oleh masyarakat adat dalam upacara adat tertentu. Dalam budaya masyarakat Sumba ternak sapi sering digunakan sebagai mas kawin. Menurut Kapita dalam Kameo (2013) bahwa sebagian orang menggunakan ternak sapi digunakan sebagai mas kawin (willi tau). Menurutnya pula bahwa ternak sapi dapat digunakan sebagai menu untuk menjamu tamu dalam acara syukuran. Bukan hanya itu saja, bagi masyarakat Sumba ternak sapi sebagai pengangkat derajat sosial seseorang. Dengan perkataan lain bahwa, semakin banyak ternak sapi yang dipelihara maka derajat sosial di mata masyarakat semakin tinggi.

(7)

Bagi masyarakat di Madura ternak sapi sering digunakan sebagai perlombaan yang disebut karapan sapi. Karapan sapi pada awalnya adalah budaya untuk menyambut musim tanam padi dengan maksud membangun komunikasi dan informasi saat tanam ketika hujan mulai jatuh di beberapa bagian pulau. Semua bagian masyarakat biasanya terlibat dan bergembira, baik pemilik sapi maupun pemilik tegal/sawah, walaupun sebenarnya jarang masyarakat di Madura memiliki bersama-sama kedua barang ‘mewah’ tersebut, Santoso dalam Hasan (2012:2). Selain itu menurut Efendi (2010) sapi yang dijadikan karapan di Madura memiliki fungsi sosial diantaranya meningkatkan solidaritas masyarakat, meningkatkan status sosial masyarakat dan meningkatkan ekonomi.

Sapi potong juga sering digunakan dalam acara keagamaan seperti, dalam ajaran Islam sapi merupakan hewan dianjurkan untuk digunakan sebagai hewan qurban. Dalam ajaran islam qurban adalah segala sesuatu yang digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah, Astuti (2012).

Tenaga Kerja

Sapi juga sering digunakan sebagai tenaga kerja dalam menggarap sawah atau lahan kering tanpa mesti menggunakan traktor yang memang harganya mahal. Sehingga ternak sapi dapat mengefisienkan dana dan tenaga petani. Menurut Basri et, al (2013) penggunaan ternak sebagai tenaga kerja pengolah lahan lebih efesiensi dan lebih ekonomis dibandingkan dengan tenaga kerja manusia. Sepasang ternak yang dipekerjakan di pagi hari (jam 07-11) dapat menyelesaikan pengerjaan pengolahan lahan satu ha dalam waktu 6-10 hari sedang tenaga kerja manusia dalam waktu tersebut hanya mampu menyelesaikan 0,65 ha.

Menurut Soewardi dalam Saleh (2004) bahwa tanpa ternak sapi, petani sesungguhnya hanya dapat menggarap 0.8 hektar, tetapi dengan bantuan ternak sapi atau kerbau, petani dapat menggarap seluruh areal tanah seluas 1.75 hektar yang diberikan padanya sebagai

(8)

lahan usaha. Sejalan dengan pendapat Kadarusno dalam Saleh (2004) bahwa kemampuan rata-rata keluarga petani untuk mengolah pertanian tanpa mempergunakan tenaga tambahan dari ternak adalah kurang dari satu hektar, sehingga produksi tanaman pangan yang dihasilkan belum cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dari hari ke hari.

Usaha Peternakan Sapi

Usaha peternakan sapi potong pada saat ini masih tetap menguntungkan. Seperti yang dijelaskan pada latar belakang bahwa ada indikasi ketidakmampuan dalam memenuhi kebutuhan daging sapi dalam negri. Artinya, Peternakan domestik belum mampu memenuhi permintaan daging dari warganya. Oleh karena itu permintaan daging dalam negri cukup tinggi. Tidak mengherankan, jika indonesia terus mengimpor daging sapi dari luar negri dengan jumlah yang cukup banyak untuk memenuhi kebutuhan dalam negri.

Usaha peternakan sapi masih menggunakan cara usaha ternak yang tradisional dalam mengelola usaha peternakan. Suharto (2004) mengatakan bahwa ternak sapi potong yang saat ini dikembangkan di Indonesia masih merupakan peternakan rakyat yang memiliki sifat sosial tinggi, intensifitas dan efisiensi rendah, transfer informasi teknologi serta inovasi yang lambat. Sehingga usaha ketradisionalan ini memberikan hasil produktivitas yang rendah, kondisi kandang sapi berada di dalam atau menempel di luar rumah, sehingga rawan terhadap pencemaran lingkungan dan penularan penyakit.

Hal serupa ditunjukan oleh Rusdin.,dkk (2009) bahwa respons masyarakat terhadap usaha ternak sapi potong, secara keseluruhan masih rendah, terbukti dari sistem pemeliharaan terutama pada masyarakat lokal. Berdasarkan skala usaha, kondisi peternak dan tujuan pemeliharaan sapi yang dilakukan oleh peternak, masih sangat sulit untuk ditingkatkan sebagai usaha utama dan atau penerapan usaha agribisnis sapi potong.

(9)

Usaha peternakan yang dilakukan oleh peternak sangat sulit untuk ditingkatkan karena keterbatasan untuk mengakses modal. Disisi lain peternak membutuhkan modal untuk mengembangkan usahanya secara berkelanjutan. Sehingga modal sangat berperan penting dalam meningkatkan usaha dan pendapatan peternak. Menurut Sugiyarto dan Budi Wiryono (2004) untuk memperoleh kredit dari yang bersumber dari lembaga pembiayaan formal (perbankan), kenyataannya belum menyalurkan kredit kepada peternakan.

Penemuannya juga menunjukan bahwa besarnya biaya transaksi yang semula dianggap membebani kreditor, nampaknya tidak mempunyai pengaruh yang berarti bagi peminjam. Hal ini disebabkan karena mekanisme seleksi (screening), delivery, dan pola insentif serta enforcement dan pengenaan form aplikasi yang diterapkan oleh lembaga pembiayaan formal, telah cukup baik dan dimengerti oleh petani yang ingin mengaksesnya. Namun demikian, aspirasi peternak terhadap lembaga pembiayaan yang diharapkan adalah tanpa prosedur yang berbelit, tepat waktu, tetap jumlah, dengan menyertakan syarat aplikasi pinjaman yang lebih terjangkau.

Kendala-kendala yang dihadapi oleh peternak seharusnya dapat diatasi lewat kebijakan pembangunan disektor peternakan. Pembangunan ini perlu dilakukan untuk mengatasi permasalahan pokok, yaitu sifat ketradisionalan, produktivitas rendah, sering terjadi wabah penyakit, kurang penyediaan hijauan pakan ternak dan perhatian petani-ternak terhadap kemajuan teknologi, dan pembiayaan disektor peternakan. Menurut Yusdja,Y dan Nyak Ilham (2006:34) kebijakan pembangunan peternakan harus difokuskan pada lokasi spesifik untuk ternak sepesifik. Lokasi spesifik ditentukan oleh kearifan lokal, kepadatan ternak, dan dukungan sumber daya alam. Sehingga dapat menentukan sumbangan produksi hasil ternak untuk kebutuhan nasional. Bukan hanya itu saja, di dalam era pembangunan ini penyuluhan perlu dilakukan untuk mengubah perilaku atau pola pikir dan pola tindak tradisional (petani-ternak) sehingga dapat meningkatkan produktivitas dalam usaha, pendapatan dan kesejahteraan.

Referensi

Dokumen terkait

Sinta Hardiyanthi. Penerapan Studi Kasus Konseling Behavioristik Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Belajar Siswa Kelas V MIN Kaliwungu Kudus. Bimbingan dan Konseling

Beberapa manfaat dari pemecahan masalah open-ended , sebagai berikut: menyediakan lingkungan belajar yang sesuai bagi siswa untuk mengembangkan dan mengekspresikan

¨   Maka idealnya politik hukum harus juga berbasis pada konstitusi (yang secara teoritis merupakan derivasi spirit ideologis dan kerangka normatif yang diturunkan

Majlis Agama Islam Johor (MAIJ) sebagai Institusi Islam yang terbesar di negeri ini mampu untuk merangka satu peraturan khusus mengenai hukuman pemulihan sebagaimana

Untuk menghindarkan hal yang tidak di ingini pada seorang anak yang memiliki orang tua yang mewarisi kelainan genetik dapat di lakukan dengan cara membuat diagram pedigree agar

Pengelolah, pekerja dan masyarakat sekitar belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan untuk mengolah kotoran hewan menjadi bahan yang bernilai ekonomis serta

obat Paracetamol ® dosis tunggal melalui rute oral dan diambil urin dengan.. interval 10’, 20’, 30’,

Pada penggantian bangunan bagian atas jembatan kereta api rangka baja, perakitan dan pemasangan rangka bajanya tidak di tempat yang sebenarnya melainkan di tempat lain, yang