• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - NANANG SURYA BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - NANANG SURYA BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Membran Keramik

Keramik dapat di definisikan menjadi sebuah senyawa padatan yang terbentuk melalui panas, atau kombinasi panas dan tekanan, yang tersusun setidaknya dari dua unsur yang salah satu diantara unsur penyusunnya adalah unsur padatan non logam. Unsur lainnya dapat berupa logam atau unsur non logam lainnya. (Barsoum,1997).

Membran keramik dapat digambarkan sebagai sebagai sebuah media selektif permiabel yang mempunyai pori dengan diameter tertentu dimana faktor permeabilitas dan separasi merupakan indicator – indicator yang paling penting dalam menentukan performanya. Untuk sebuah membran keramik berpori (porous), terdapat ciri – ciri tertentu yaitu jika dilihat dari ketebalan, ukuran pori dan permukaan porositas dari membran (Li, 2007).

(2)

nanofiltrasi. Membran keramik kebanyakan dibuat dalam dua bentuk geometri utama : tubular dan flat. Membran keramik terutama yang berbasis Palladium telah lama digunakan pada mikrofiltrasi dan ultrafiltrasi karena sifatnya yang stabil terhadap pengaruh panas, bahan kimia dan solvent (Baker 2004).

Kelebihan membran keramik terletak pada kestabilan temperaturnya yang baik, tahan terhadap senyawa kimia, degradasi biologis ataupun mikroba. Sifat-sifat menunjukkan keunggulan bila dibandingkan dengan membran yang terbuat dari senyawa polimer, dan relatif mudah untuk dibersihkan dengan cleaning agent. Ketahanan terhadap zat kimia menyebabkan membran keramik banyak digunakan pada prosesing makanan, produk bioteknologi dan farmasi. Kekurangan membran keramik terutama timbul dari proses preparasinya dimana sangat sulit mencapai kualitas produk akhir yang reproducible. Hal ini karena pada dasarnya sifat brittle dari membran keramik membuatnya lebih mahal daripada sistem membran polimer. Selain itu, harga sistem membran meningkat signifikan seiring dengan meningkatnya kebutuhan sifat-sifat produk, antara lain porositas, ukuran pori, reproducibility, dan reliability.

2.2 Zeolit

(3)

Zeolit terbentuk dari abu vulkanik yang telah mengendap jutaan tahun silam. Sifat-sifat mineral zeolit sangat bervariasi tergantung dari jenis dan kadar mineral zeolit. Zeolit mempunyai struktur berongga biasanya rongga ini diisi oleh air serta kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu. Oleh karena itu zeolit dapat dimanfaatkan sebagai penyaring molekuler, senyawa penukar ion, sebagai filter dan katalis.

2.2.1 Struktur Zeolit

Kerangka dasar struktur zeolit terdiri dari unit-unit tetrahedral [AlO

4] dan

[SiO

4] yang saling berhubungan melalui atom O

Gambar 2.1 Kerangka Utama Zeolit

2.2.2 Sifat – sifat Zeolit

Zeolit mempunyai struktur berongga (gambar 4) yang biasanya diisi oleh air

dan kation yang bisa dipertukarkan dan memiliki ukuran pori tertentu.

(4)

Zeolit mempunyai sifat-sifat kimia, diantaranya :

A. Dehidrasi

Sifat dehidrasi zeolit berpengaruh terhadap sifat serapannya. Keunikan zeolit

terletak pada struktur porinya yang spesifik. Pada zeolit alam didalam pori-porinya

terdapat kation-kation atau molekul air. Bila kation-kation atau molekul air tersebut

dikeluarkan dari dalam pori dengan suatu perlakuan tertentu maka zeolit akan

meninggalkan pori yang kosong

B. Penyerapan

Dalam keadaan normal ruang hampa dalam kristal zeolit terisi oleh molekul air

yang berada disekitar kation. Bila zeolit dipanaskan maka air tersebut akan keluar.

Zeolit yang telah dipanaskan dapat berfungsi sebagai penyerap gas atau cairan

C. Penukar Ion

Ion-ion pada rongga berguna untuk menjaga kenetralan zeolit. Ion-ion ini dapat

bergerak bebas sehingga pertukaran ion yang terjadi tergantung dari ukuran dan

muatan maupun jenis zeolitnya. Sifat sebagai penukar ion dari zeolit antara lain

tergantung dari sifat kation, suhu, dan jenis anion (Bambang P, dkk, 1995).

D. Katalis

Zeolit sebagai katalis hanya mempengaruhi laju reaksi tanpa mempengaruhi

kesetimbangan reaksi karena mampu menaikkan perbedaan lintasan molekular dari

reaksi. Katalis berpori dengan pori-pori sangat kecil akan memuat molekul-molekul

kecil tetapi mencegah molekul besar masuk. Selektivitas molekuler seperti ini disebut

(5)

E. Penyaring / Pemisah

Zeolit sebagai penyaring molekul maupun pemisah didasarkan atas perbedaan

bentuk, ukuran, dan polaritas molekul yang disaring. Sifat ini disebabkan zeolit

mempunyai ruang hampa yang cukup besar. Molekul yang berukuran lebih kecil dari

ruang hampa dapat melintas sedangkan yang berukuran lebih besar dari ruang hampa

akan ditahan (Bambang P, dkk, 1995).

2.3 Sekam Padi

Menurut Mittal (1997) sekam padi merupakan salah satu sumber penghasil silika terbesar setelah dilakukan pembakaran sempurna. Abu sekam padi hasil pembakaran yang terkontrol pada suhu tinggi (500-600oC) akan menghasilkan abu silika yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai proses kimia (Putro, 2007). Houston (1972) mengatakan bahwa abu sekam padi mengandung silika sebanyak 86%-97% berat kering. Silika merupakan bahan baku utama pada industri kaca, keramik, industri refraktori dan bahan baku yang penting untuk produksi larutan silikat, silikon dan alloy (Kirk-Othmer, 1967). Abu dari hasil pembakaran sekam padi memiliki komponen kimia yang ditunjukkan pada tabel 2.2:

Tabel 2.1. Komponen Kimia Abu Sekam Padi

Komponen Kandungan (%)

(6)

Silika yang dihasilkan dari sekam padi memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan silika mineral, dimana silika sekam padi memiliki butiran halus, lebih reaktif, dapat diperoleh dengan cara mudah dengan biaya yang relatif murah, serta didukung oleh ketersediaan bahan baku yang melimpah dan dapat diperbaharui. Dengan kelebihan tersebut, menunjukkan silika sekam padi berpotensi cukup besar untuk digunakan sebagai sumber silika, yang merupakan bahan material yang memiliki aplikasi yang cukup luas penggunaannya. Keberadaan silika, khususnya dalam bentuk SiO2, dalam padi telah diketahui sejak tahun 1938. Menurut Soepardi (1982), kandungan silika tertinggi pada padi terdapat pada sekam bila dibandingkan dengan bagian tanaman pada lain seperti helai daun, pelepah daun, batang dan akar.

Menurut Karo-karo (2009), Abu sekam padi yang dihasilkan dari pembakaran sekam padi pada suhu 400 0 - 5000 C akan menjadi silika Amorphous pada suhu lebih besar dari 10000 C akan menjadi silika kristalin. Silika Amorphous yang dihasilkan dari abu sekam padi diduga sebagai sumber penting untuk menghasilkan silikon murni, karbit silikon, dan tepung nitirit silikon (Katsuki et al , 2005).

2.4 Pembuatan Membran Keramik

(7)

Gambar 2.3. Metoda Pembuatan Membran Keramik (Diadaptasi dari Li 2007)

(8)

2.4.1. Persiapan Slurry

Komponen utama yang digunakan untuk membran keramik adalah inorganic powder, organic additives dan solvent. Faktor penting dalam pemilihan inorganic powder adalah ukuran partikel, distribusi, dan bentuk partikel. Faktor-faktor ini mempengaruhi porositas, ukuran pori dan distribusi ukuran pori pada produk akhir. Organic additives, antara lain binders, plasticizers, lubricant, deflocculant, antifoaming agent, promoters of porosity, water retention agent, antistatic, chelating dan bactericide agent digunakan selama proses pembuatan, tujuannya untuk mendapatkan sifat-sifat membran keramik yang dibutuhkan. Syarat utama organic additives harus bisa terbakar tanpa meninggalkan abu dan tar. Pemilihan dan kuantitas organic additives sangat penting karena berdampak pada sifat slurry, sehingga mempengaruhi pemilihan metode fabrikasi (apakah extrusion, tape casting, dip coating , dll) dan sifat produk akhir.Solvent (misalnya air, pelarut organik , atau campurannya) harus mampu melarutkan senyawa organik yang digunakan dan harus menguap. Karakteristik penguapan solvent berdampak pada waktu pengeringan. Proses persiapan slurry tergantung pada ketebalan yang diinginkan (pasta, slurry, suspensi), langkah-langkahnya terdiri dari :

Mixing, pugging, dan aging (untuk pasta)

Milling dan ultrasound treatment (untuk slurry)

Dispersing (untuk suspensi, contohnya alumina dan zirconia) Agregasi

(9)

2.4.2. Proses sol – gel

Proses ini pertama kali dikenalkan oleh Leennaars dalam pembuatan membran keramik jenis ultrafiltrasi. Proses ini mempunyai keuntungan diantaranya lebih mudah mengontrol ukuran pori membran yang dihasilkan. Sol-sol koloid merupakan larutan koloid dari zat-zat padat seperti Al2O3, SiO2TiO2, atau ZrO2. Proses ini digunakan pada persiapan oksida-oksida yang akan dipakai. Suspensi tercapai dengan sintesa partikel solid dalam liquid dari precursor organo metalik (contohnya sol titania dan boehmite). Proses sol-gel digunakan pada pembuatan membran alumina dengan diameter pori4–10 nm dari sol boehmite. Dalam hal ini, polyvinyl alcohol dalam larutan dipboehmite meningkatkan reproducibility dan menurunkan tingkat defect produk akhir membran alumina. Fabrikasi membran nanofiltrasi memiliki persyaratan ekstra dibandingkan pembuatan membran ultra dan mikrofiltrasi. Diantara persyaratan yangdimaksud adalah :

1. Masing-masing butiran dalam sintered ceramic harus berukuran kurang dari 10 nm. Ini bisa ditingkatkan dengan penambahan ion logam, misalnya La3+, untuk membatasi membesarnya pori dan menghambat transformasi fasa.

(10)

Gambar 2. 4. Metoda Sol-gel dalam Pembuatan Membran Keramik Sumber : Caro, J et al (2000)

2.4.3. Proses Fabrikasi

(11)

untuk membuat keramik yang tipis, datar dan rapat. Proses ini terbatas pada ketebalan film yang didapat. Green compact yang terbentuk dari slurry sebagai hasil relative movement antara ‘doctor blade’ dan support atau carrier. Umumnya, kecepatan casting bervariasi dari 0.1 sampai 1.5 m/min. Setelah proses casting, tape dikeringkan. Tape yang kering dipindahkan dari support dan sangat mudah di handle karena karakteristik plastiknya. Dip coating digunakan untuk membran multilayer. Sistem pendukung Permeabilitas yang digunakan harus lebih tinggi dari lapisan membran (sedikitnya dengan faktor 10) sehingga ketebalan masing-masing lapisan harus setipis mungkin. Dua metode untuk formasi lapisan yaitu :

1. Capillary colloidal filtration

Disebut juga slip casting, dimana capillary suction dari subtrate membawa partikel ke interface, subtrate kering kontas dengan dispersi ini dan permukaan pori dibasahi oleh cairan dispersi.

2. Film coating

(12)

dipersiapkan dari suspensi (dalam air) yang tersedia secara komersial yaitu alumina submicron dalam bentuk powder dengan diameter rata-rata yaitu 500 nm. Semakin tipis slip, makin kritis langkah pengeringan untuk pembentukan membran yang bebas defect/cacat. Pengeringan juga berefek pada formasi akhir dari mikro struktur membran. Umumnya, pengeringan berlangsung pada temperatur rata-rata 80–350oC, dan akan menghasilkan membran hybrid organic – inorganik. Perlakuan pengapian (kalsinasi dan sintering) akan memperkuat keramik dan membantu membran melekat kuat pada penyangga pori. Tujuannya adalah memperbaiki mikro struktur dengan neck-formation, yang terdiri atas dua tahap yaitu:

• Pembakaran organik (kalsinasi) yaitu tahapan krusial untuk memperoleh

membran yang bebas crack.

• Sintering keramik dengan densifikasi dan pertumbuhan butiran.

Dalam sintering digunakan temperatur rendah tapi harus mencapai titik leleh keramik. Kalsinasi dan sintering pada temperatur yang relatif rendah (300–400oC) dan waktu singkat tidak akan menghasilkan membran yang stabil secara termal. Profil temperature yang dipakai untuk pengapian merupakan hal yang kritis, terlebih jika support dan material support membran berbeda. Hal ini akan berdampak pada ukuran pori dan komposisi fase akhir.

(13)

dapat meningkatkan temperatur saat berlangsungnya transformasi fasa, sedangkan titania menurunkan temperatur transformasi fasa. Penurunan porositas dapat meningkatkan ukuran pori dengan pemanasan membran secara terkontrol padarentang temperatur 400 – 1000oC.

2.5 Pati

Pati merupakan cadangan makanan yang terdapat di dalam biji atau umbi tumbuh-tumbuhan. Pati juga terdapat pada bagian tumbuhan yang berwarna hijau. Pati terdapat dalam sel tanaman dalam bentuk partikel-partikel yang tidak larut yang disebut granula. Ukuran dan bentuk granula pati ini berbeda-beda antara satu tanaman dengan tanaman lain (Lineback dan Inglet, 1982). Granula pati merupakan suatu sistem heterogen yang terdiri dari dua komponen yang berlainan yaitu amilosa dan amilopektin. Karakteristik normal dari pati biji-bijian terdiri dari kira-kira 30% amilosa dan 70% amilopektin. Perbandingan antara jumlah amilosa dan amilopektin didalam granula mempengaruhi tingkat kekentalan gel. Dalam proses pembuatan membran, pati merupakan bahan pembentuk zat perekat (gel). Akibat adanya proses pemanasan dan proses pengepresan, pati akan membentuk gel yang sangat membantu dalam proses pembuatan membran agar menjadi lebih padat, keras dan tidak mudah pecah (Rasidi, 1997). Pati terdapat dalam bahan-bahan sumber karbohidrat, dan tepung beras adalah salah satu bahan yang banyak mengandung karbohidrat.

(14)

endosperm masih terdapat bagian-bagian yang bukan pati seperti protein dan lipid. Makin ke tengah endosperm, bagian-bagian bukan pati ini semakin menurun, sehingga pati merupakan bagian terbesar. Pati merupakan polimer glukosa yang dicirikan dari warna granula yang putih, mengkilap, tidak berbau dan tidak mempunyai rasa. Pati beras mempunyai fraksi linear (amilosa) dan fraksi bercabang (amilopektin) (Hubeis, 1984).

2.6 Polivinil Alkohol (PVA)

Polivinil Alkohol (PVA) merupakan polimer sintetis yang dibuat dari monomer vinil asetat. Polivinil asetat (bahasa inggris : Polyvinyl acetate, PVA atau PVAc) adalah suatu polimer karet sintetis. Polivinil asetat merupakan senyawa polimer termoplastik yang memiliki sifat tahan panas, daya regang tinggi, serta larut dalam pelarut organik. Senyawa ini ditemukan di Jerman oleh Dr. Flitz Klatte pada tahun 1912. Hidrolisis sempurna atau sebagian senyawa ini akan menghasilkan polivinil alkohol (PVOH). Rasio hasil hidrolisis ini berkisar antara 87% – 99%.

(15)

2.7 Penelitian Pendukung

1. A.M. Fuadi, Malik Musthofa, Kun Harismah, Haryanto, Nur Hidayati , 2012 melaporkan bahwa berdasarkan hasil pengujian dengan XRD bisa disimpulkan bahwa sekam padi bisa dimanfaatkan untuk membuat zeolit sintetis. Hal ini ditunjukkan dengan bentuk-bentuk kristalin yang dihasilkan sama dengan bentuk kristalin dari zeolit.

2. Bokau, N.S., 2013. Melaporkan bahwa Hasil karakterisasi kapasitas penyerapan air dan permeabilitas membran menunjukkan bahwa adanya peningkatan seiring dengan penambahan massa silica abu sekam padi. 3. Darsono.,Sugiarto Danu.,danTamzil Las, 2000 melaporkan bahwa

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Utama Zeolit
Tabel 2.1. Komponen Kimia Abu Sekam Padi
Gambar 2.3. Metoda Pembuatan Membran Keramik
Gambar 2. 4. Metoda Sol-gel dalam Pembuatan Membran Keramik

Referensi

Dokumen terkait

Hasil hipotesis kedua ini juga belum dapat membuktikan hasil penelitian pada hipotesis sebelumnya yang menemukan bahwa supervisor incivility meningkatkan emotional

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa tingkat pendidikan tidak berpengaruh signifikan terhadap tingkat kemiskinan, penelitian ini didukung oleh hasil penelitian yang

Pada tabel di atas menunjukkan bahwa hitungan Fhitung sejumlah 4,543 dan Ftabel sejumlah 3,920 dengan taraf signifikansi 0.035, dapat disimpulkan bahwa Fhitung >

Pada siklus I rata-rata total skor kemampuan pemecahan masalah matematika adalah 14,21 dengan kriteria “Baik” dan pada siklus II rata-rata total skor kemampuan pemecahan

[r]

Analogical scaffolding and the learning of abstract ideas in physics: Empirical

Tabel 1 menunjukkan bahwa pada kelompok kontrol positif amoksisilin memiliki diameter zona hambat yang lebih besar dibandingkan dengan ekstrak daun melinjo ( Gnetum

Pembinaan karakter melalui pendidikan ketarunaan yang diawali dengan persiapan, pelaksanaan dan evaluasi kegiatan, dinilai mampu membentuk pribadi peserta didik yang