• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penentuan Celah Energi (Energy Gap) Silikon Hasil Reaksi Metalotermis Aluminium Dan Silika Dari Abu Sekam Padi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Penentuan Celah Energi (Energy Gap) Silikon Hasil Reaksi Metalotermis Aluminium Dan Silika Dari Abu Sekam Padi"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

56

Penentuan Celah Energi (Energy Gap) Silikon Hasil Reaksi

Metalotermis Aluminium Dan Silika Dari Abu Sekam Padi

Retnani Armaina, Mariana Bara’allo Malino, Yudha Arman Jurusan Fisika, Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura

Email : retnaniarmaina@ymail.com

Abstrak

Telah dilakukan penelitian untuk menentukan celah energi dari silikon yang bersumber dari silika dalam abu sekam padi. Silika diisolasi dari abu sekam padi menggunakan metode pengasaman. Silikon disintesis melalui reaksi metalotermis antara silika dari abu sekam padi dan aluminium pada temperatur 650 oC

selama 3 jam. Pengukuran celah energi terhadap silikon menggunakan I-V Meter dilakukan dengan variasi temperatur 28 oC, 45 oC, 55 oC, 68 oC, 76 oC, 80 oC, 90 oC dan 100 oC. Nilai celah energi yang diperoleh

sebesar 1,79 eV untuk tegangan 0,5 Volt dan sebesar 1,62 eV untuk tegangan 2,2 Volt.

Kata Kunci: sekam padi, silikon, metalotermis, celah energi, karakteristik I-V

1. Pendahuluan

Silikon terdapat di alam dan sebagian besar ditemukan dalam bentuk terikat berupa silika. Silika atau dikenal dengan silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa yang banyak ditemui

padabahan hasil pertambangan yang disebut pasir kuarsa. Silika juga merupakan komponen terbesar (86,90 – 97,30 %) dalam abu sekam padi (Houston, 1972).

Sekam padi selama ini masih merupakan salah satu produk sampingan dari proses penggilingan padi yang hanya menjadi limbah yang belum dimanfaatkan secara optimal. Sekam padi lebih sering hanya digunakan sebagai bahan pembakar bata merah atau dibuang begitu saja (Mujiyanti, 2010), padahal dalam abu sekam padi terdapat senyawa silika yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber silikon.

Sintesis silikon dari silika abu sekam padi pada penelitian ini menggunakan metode metalotermis yaitu proses pereaksian secara termal silika dari abu sekam padi dan bahan logam. Metode metalotermis tersebut selain murah dan relatif sederhana, proses pereaksian juga dapat dilakukan pada temperatur yang relatif rendah yakni 650 oCdibandingkan dengan

metode Czochralskiyang sekitar 1450 OC

(Subhan,2002).

Tingkat kemurnian silikon yang diekstraksi dari abu sekam padihasil reaksi metalotermis pada temperatur 620oC adalah 99,95%. Jadi,

sekam padi yang merupakan limbah pertanian dapat digunakan sebagai bahan baku untukproduksi metalurgi dan solar-grade

silikon(Ikram, 1988). Hanya saja informasi tentang celah energi belum ada. Maka, penelitian ini mengkaji celah energi silikon

sebagai salah satu parameter penting dalam teknologi bahan semikonduktor.

2. Landasan Teori

Sekam padi adalah limbah dari hasil penggilingan padi. Komposisi dari sekam padi

menurut Patel, 2005, dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi Sekam Padi Komposisi Berat (%) Crude Protein 1,9-3,0 Crude Fat 0,3-0,8 Crude Fiber 34,5-45,9 Karbohidrat 26,5-29,8 Silika 18,8-22,3 Pospor 0,3-0,7 Lignin 20-Sep Selulosa 28-36 Hemiselulosa 12 Pentosans 21-22 Fiber 66-74

Sekitar 20% dari bobot padi adalah sekam padi,kurang lebih 15 % dari sekam padi adalah abu sekam. Menurut Patel 2005, komposisi kimia dari abu sekam padi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi abu sekam padi Komponen Hasil (%) SiO2 93,1 Al2O3 0,4 Fe2O3 0,2 CaO 0,4 MgO 0,5 Na2O 0,2 K2O 0,1

(2)

57

I

Si

0.7 Volt

Silika atau dikenal dengan silikon dioksida (SiO2) merupakan senyawa yang banyak ditemui

di alamdalam bentuk mineral kuarsa, terdiri atas kristal-kristal silika (SiO2) dan mengandung

senyawa pengotor yang terbawa selama proses pengendapan (Harsono, 2002).

Menurut Larbi 2010, Silikon merupakan suatu unsur yang banyak terdapat di alam, namun tidak terjadi secara bebas di alam melainkanberikatan dengan oksigen terutama untuk membentuk oksida silika dan silikat. Silikon termasuk dalam bahan semikonduktor yang dicirikan dengan lebar celah energi 1.7 eV untuk silikon amorf dan 1.12 eV untuk silikon kristal (Pearce et all,2007).Celah energi adalah jumlah energi

minimum yang diperlukan elektron untuk dapat membebaskan diri dari keadaan terikat.

Pengaruh temperatur terhadap celah energi saat bahan mengalami variasi temperatur mengakibatkan perbedaan karakteristik arus-tegangan pada bahan semikonduktor (Jorena,2008).

Hubungan antara besar arus yang mengalir melalui bahan silikon dengan tegangan V dapat dilihat pada kurva karakteristik silikon pada gambar 1(Muller, 1993).

Gambar 1. Kurva karakteristik I-V padabahan silikon

Persamaan kurva karakteristik I-V pada bahan silikon dapat dituliskan sebagai,

= − 2

1

(1) Dengan adalah 8,62 × 10 eV/K, adalah suatu tetapan yang berubah relatif lambat terhadap suhu dibandingkan faktor exp −

2 dan adalah arus saturasi yang mengalir melewati sampel silikonyang dipengaruhi oleh temperatur, apabila temperatur pada silikon dinaikan maka tegangan akan turun.Dari persamaan 1 jelas bahwa arus listrik semikonduktor akan meningkat seiring peningkatan temperatur dan inilah salah satu ciri bahan semikonduktor.

Pengukuran arus pada berbagaitemperatur menghasilkan grafik versus1.

Lebar celah energi Eg dapat ditentukan dari kemiringan (slope) grafik tersebut. Setiap bahan semikonduktor mempunyai celah energi yang berbeda-beda pada temperatur tertentu (Jorena,2009).

3. Metodologi

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisika Lanjut FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak, Laboratorium Kimia FMIPA Universitas Tanjungpura Pontianak dan Laboratorium Biokimia dan Mutu Politeknik Negeri Pontianak.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian adalah Desikator, Gelas Kimia, I-V Meter(ELKAHFI 100) dengan rentang pengukuran100 pA sampai 14 mA, Krus Porselin, Neraca Digital (OHAUSSCOUT PRO), Oven, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) dan Tanur.

Bahan-bahan yang dipakai dalam penelitian adalah Aluminium, aquades, CH3COOH, HCl

37%, kertas saring dan Sekam Padi.

Pelaksanaan penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahap, yaitu tahap penyediaan bahan, tahap isolasi silika dari abu sekam padi, sintesis silikon hasil silika abu sekam padi direaksikan dengan Aluminium melalui metode metalotermis dan karakterisasi celah energi (energy gap) dengan variasi temperatur.

Preparasi Abu Sekam Padi

Preparasi dilakukan secara bertahap yang meliputi proses pencucian sekam padi, proses pengeringan sekam padi dengan cara dijemur di bawah sinar matahari selama 120 menit, proses pengarangan sekam padi yang dilakukan dengan cara ditanur pada suhu 300 oC selama 30 menit

dan proses pengabuan arang sekam padi yang ditanur pada suhu 800 oC selama 150 menit.

Metode yang dipakai untuk pemurnian silika adalah metode pengasaman dengan mengacu pada Harsono (2002). Selanjutnya dilakukan proses identifikasikomponen silika dari abu sekam padimenggunakan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA).

Sintesis silikon

Proses reaksi untuk memperoleh silikon dapat dilihat pada persamaan 2,

3SiO2(s) + 4Al (s)=3Si(s) + 2Al2O3(s) (2)

Proses sintesis dilakukan pada suhu 650 oC

selama 180 menit. Jumlah Al yang dipakai dalam reaksi diperoleh berdasarkan persamaan 3,

(3)

58

= 2

2(1 + ) (3)

dengan = fraksi komponen bahan yang muncul dalam reaksi = 0,25 untuk oksigen

Proses reduksi produk reaksi dilakukan menggunakanmetode pengasaman.Reaksi pengasaman diawali dengan mencampur HCl dan CH3COOH yang kemudian dituang perlahan

ke atas produk reaksi. Campuran lalu dipanaskan pada temperatur 70 oC selama 60

menit. Prosedur tersebut diulangi tiga kali. Selanjutnya campuran dibilas aquades panas berulang kali hingga netral, difiltrasi dan dikeringkan dalam oven 60 oC selama 60 menit.

Padatan yang telah dikeringkan dibiarkan selama 12 jamdan ditimbang hingga massa konstan.

Penentuan celah energi

Proses karakterisasi dimulai dengan membuat serbuk silikondalam bentuk pelet. Pengukuran I-V untuk menentukan celah energi dilakukan pada variasi temperatur 28 oC, 45 oC,

55 oC, 68 oC, 76 oC, 80 oC, 90 oC dan 100 oC. Nilai

hasil plot Ln terhadap celah energi ditentukan dari kemiringan (slope). Rangkaian I-V dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Rangkaian I-V

Persamaan yang digunakan untuk menentukan celah energi mengacu pada persamaan 1, dengan0 adalah arus awal dari sumber tegangan, adalah celah energisampel dan Tadalah temperatur. Persamaan 1 merupakan persamaan garis lurus y=a+bx, dengan Ln sebagai y dan 1sebagaix dan merupakan slope. Karena = −

2 maka dapat dituliskan sebagai,

= −

2 (4)

Sehingga celah energi (energy gap) dapat dituliskan sebagai,

= −2 × (5)

4. Hasil dan Diskusi

Isolasi silika dari abu sekam padi

Pemanasan pada suhu 300oC dilakukan

sebagai proses karbonisasi. Hal ini dilakukan untuk memberikan tambahan panas dan juga mempercepat proses pengabuan. Massa arang sekam yang diperoleh 60,13% dari massa sekam padi kering.

Proses pengabuan dilakukan untuk meleburkan karbon dari bahan organik yang terkandung dalam sekam. Total abu sekam yang diperoleh 41,77% dari massa arang atau 25,12% dari massa sekam padi kering.Sekam padi dan abu sekam padi yang dihasilkan dari penelitian dapat dilihat pada gambar 3.

(a) (b) Gambar 3. (a) Sekam padi kering, (b)Abu sekam

padi

Tahap akhir untuk mendapat silika adalah pemurnian abu sekam. Hasil yang diperoleh berupa silika berwarna putih dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Silika dengan pemanasan hingga 800 °C selama 90 menit

Pemurnian dilakukan menggunakan HCl (37 %) untuk menghilangkan oksida-oksida logam yang masih ada pada abu sekam karena asam klorida yang diberikan akan mengikat oksida logam yaitu K2O, Na2O, MgO, Fe2O dan

CaO. Ketika oksida-oksida logam direaksikan dengan asam maka akan menghasilkan endapan garam dan juga air. Garam yang mudah larut dalam air dapat keluar dari campuran abu sekam dan HCl melalui pencucian.

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh kandungan silika 98,8192%. Silika yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki tingkat kemurnian yang relatif sangat tingggi dan lebih besar dibandingkan persentase silika pada literatur yaitu93,1 %. Hasil analisis Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)dapat dilihat pada Tabel 3.

I-V Meter Komputer

DC

Ovenem

(4)

59

Tabel 3.Persentase Hasil Pemurnian No Parameter Hasil Pengukuran (%)

1 Ca 0,0565 2 Fe 0,0762 3 Mg 0,0479 4 Na 0,1016 5 K 0,4574 6 SiO2 98,7428

Hasil analisis kandungan silikon campuran silika dan aluminium beserta komponen-komponen lain yang telah melalui metalotermis, dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Persentase Kandungan Silikon Hasil Metalotermis

No Parameter Hasil Pengukuran (%)

1 Si 46,7236

2 Al 0,0019

3 Al2O3 0,0036

4 SiO2 0,0054

Tahap metalotermis adalah tahap untuk mereduksi SiO2 menjadi silikon.Selanjutnya

dilakukan pengasaman dengan tujuanuntuk menghilangkan aluminium.HClyang diberikan akan mengikat Al2O3, maka Al2O3akan ikut

terbuang saat proses filtrasi.

Celah energi pada silikon

Berdasarkan pengukuran dari arus-tegangan pada silikonmaka diperoleh grafik pengukuran I-V setiap temperatur dari sampel silikon. Pengukuran pada temperatur 301 K dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik pengukuran I-V pada temperatur 301 K

Gabungan grafik dari pengukuran temperatur301 K sampai 373 K dapat dilihat pada gambar 6.Berdasarkan gambar 6, nilai I pada kurva untuk pengukuran 301 K dan 318 K nampak lebih datar dibandingkan pengukuran pada 328 K, 341 K, 349 K, 353 K, 363 K dan 373 K, hal ini terjadi karena selisih nilai I yang besar dari setiap temperatur.

Pengukuran arus tegangan pada gambar 5 dan gambar 6 memperlihatkan adanya perubahan nilai arus, bahwa semakin besar nilai

tegangan dan semakin tinggi temperatur maka arus yang dihasilkan juga akan semakin besar. Apabila temperatur bahan silikon dinaikkan maka terjadi penambahan energi termal sehingga elektron pada tingkat keadaan energi valensi, Ev, menjaditidak terikat dan menyebabkan elektron berpindah menuju keadaan konduksi pada tingkat energi konduksi,

Ec. Elektron-elektron pada pita konduksi atau

elektron konduksi tersebut akan menimbulkan arus listrik. Semakin tinggi temperatur maka elektron konduksi semakin banyak dan arus yang dihasilkan juga semakin besar.

Gambar 6. Grafik pengukuran I-V setiap temperatur.

Nilai arus tertinggi sebesar 7,72 x 10-08 A

pada temperatur 363 K pada tegangan 8,94 V,kemudian arus terkecil sebesar 6,04 x 10-11 A

pada temperatur 301 K pada tegangan 0 V.Dari kurva karakteristik I-V selanjutnya diambil data setiap temperatur pada tegangan 0,5 Volt dan 2,2 Volt untuk pengukuran celah energi.

Grafik dari pengukuranLn ISterhadap 1 Tpada tegangan 0,5 Volt dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Grafik Ln terhadap untuk 0,5 Volt

0 2 4 6 8 10 0.5 1 1.5 2x 10 -9 V (Volt) I (A m p er e)

2.6

2.8

3

3.2

3.4

-3

-30

-20

-10

0

L

n

I

y = -10437x + 12,40 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 0 2 4 6 8x 10 -8 Volt (V) I (A m p er e) 301 K 318 K 328 K 341 K 349 K 353 K 363 K 373 K 1/T(K)x 10-3 L n I

(5)

60

Grafik dari pengukuran Ln ISterhadap 1 Tpada tegangan 2,2 Volt dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Grafik Ln terhadap untuk 2,2 Volt Gambar 7 dan Gambar 8menunjukkan grafik persamaan linier, dengan Ln turun secara linier terhadap . Berdasarkan grafik pada gambar 7 diperoleh kemiringan b = −10437 yang merupakan nilai−

2 , sehingga diperoleh nilai celah energi sebesar 1,79 eV pada tegangan 0,5 Volt. Demikian pula untukgrafik pada gambar 8 diperoleh b = −9457 yang merupakan nilai −

2 , sehingga diperoleh nilai celah energi 1,62 eV.

6. Kesimpulan

Berdasarkan analisis diperoleh komposisi silika dalam abu sekam padi yaitu 98,7428 % dan komponen-komponen yang tersisa adalah Ca 0,0565 %, Fe 0,0762 %, Mg 0,0479 %, Na 0,1016 % dan K 0,4574 %. Komposisi silikon yang dihasilkan dari reaksi metalotermis aluminium dan silika dalam abu sekam padi adalah 46,7236 % dan komponen-komponen yang masih belum bereaksi adalah Al 0,0019 %, Al2O3 0,0036 % dan SiO2 0,0054 %. Nilai celah

energi yang diperoleh sebesar 1,79 eV untuk tegangan 0,5 Volt dan 1,62 eV untuk tegangan 2,2 Volt.

Pustaka

Houston, D.F., 1972, Rice Chemistry and

Technology American Association of Cereal Chemist, Inc, Minnesota

Mujiyanti, Rasy., Dwi dan Nuryono, E.S.K., 2010,

Sintesis dan Karakterisasi Silika Gel dari Abu Sekam Padi yang Diimobilisasi dengan 3-(Trimetoksisilil)-1-Propantiol, Volume 4,

Nomor 2, Halaman 150-167, Jurnal Sains dan Terapan Kimia

Subhan, Ahmad., Oemry, Achiar .,Ginting, Masno., Bayuwati, Dwi dan Dedih. 2002,Pembuatan Wafer Kristal Tunggal

Silikon Berkualitas untuk Sel Surya,

PDII-LIPI

Ikram, Nazma dan M.Akhter., X-ray diffraction

analysis of silicon prepared from rice husk ash,Volume23, 1988, Halaman 2379-2381,

Journal of Materials Science

Patel, P.M., 2005, Supercritical Fluid Extraction

of Rice Bran with Adsorption on Rice Hulls Ash, Lousiana State University

Harsono, H., Pembuatan Silika Amorf dan limbah

Sekam Padi, Volume 3, Nomor 2, 2002,

Halaman 98-103, Jurnal Ilmu Dasar

Larbi, Kingsley Kweku, 2010,Synthesis of High

Purity Silicon from Rice Husks, Department

of Materials Science and Engineering, University of Toronto

Pearce,J.M., N. Podraza., R. W. Collins., M.M. Al-Jassim., K.M. Jones., J. Deng, dan C. R. Wronski., 2007, Optimization of Open-Circuit

Voltage in Amorphous Silicon Solar Cells with Mixed Phase (Amorphous + Nanocrystalline) p-Type, Journal of Applied Physics

Jorena,Pengaruh Suhu terhadap Gap Energi

Bahan Semikonduktor Germanium, Volume

11, Nomor 1, Januari 2008, Halaman 455-460, Jurnal Penelitian Sains

Muller, H.J., 1993, Semiconductors for Solar Cells, Artech House, Boston-London

Jorena,Menentukan Energi Gap Semikonduktor

Silikon Melalui Pengukuran Resistansi Bahan pada Suhu Beragam, Volume 12,

Nomor 1(B), Januari 2009, Jurnal Penelitian Sains. 2.8 3 3.2 3.4 -20 -15 -10 y = -94573 x + 9.678 1/T(K) x 10-3 L n I

Gambar

Tabel 1. Komposisi Sekam Padi  Komposisi  Berat (%)  Crude Protein  1,9-3,0  Crude Fat  0,3-0,8  Crude Fiber  34,5-45,9  Karbohidrat  26,5-29,8  Silika  18,8-22,3  Pospor  0,3-0,7  Lignin  20-Sep  Selulosa  28-36  Hemiselulosa  12  Pentosans  21-22  Fiber
Tabel  4.  Persentase  Kandungan  Silikon  Hasil  Metalotermis
Grafik dari pengukuran Ln I S terhadap 1

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, aksara yang digunakan dalam naskah Teks Kisah Nabi Musa As dalam Naskah Teks Cerita Nabi-nabi Versi Azhari Al-Khalidi Rahmatullah

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa sistem pelayanan BMT NU Cabang Tanah Merah Jawa Timur sudah sangat baik sebab terdapat tiga pelayanan yang diterapkam di BMT

Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapatnya korelasi positif antara lingkar skrotum dengan kualitas sperma sapi jantan Kuantan, dengan koefisien korelasi yang

YDSF yang dikukuhkan menjadi Lembaga Amil Zakat Nasional oleh Menteri Agama Republik Indonesia dengan SK No.523 tang gal 10 Desember 2001 menjadi entitas yang

Sistematika penulisan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Tamrauw Tahun 2005-2025 mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun

Imunitas (kekebalan tubuh) ikan akan berkurang apabila ikan berada pada suhu yang rendah, sedangkan ikan akan mudah terserang penyakit yang disebabkan oleh

Kesimpulan lain yang dapat diambil adalah kebiasaan merokok, kebiasaan mengorek hidung dengan tangan, kebiasaan mencuci tangan dengan sabun, dan kebiasaan menindik hidung

Keadaan Sarana dan Prasarana Unit Kerja SMA Negeri 3 Nganjuk Nilai Prestasi Semester I Kelas XI Data Hasil Angket Pengaruh Latar Belakang Keluarga Distribusi Frekuensi Tentang Orang